BAB II
LANDASAN TEORI
1.1. Komunikasi Interpersonal
1.1.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi berasal dari bahasa latin “communication” dan
bersumber dari kata “communic” yang berarti sama, dalam arti bahwa
komunikasi minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak
yang terlibat dalam komunikasi (Effendi, 2003)
Pengertian komunikasi interpersonal menurut Devito (1992),
komunikasi interpersonal adalah proses selektif, sistematik, unik dan
interaksi berkelanjutan antara orang – orang yang mencerminkan dan
membangun pengetahuan pribadi satu sama lain dan menciptakan makna
bersama. Pengertian komunikasi interpersonal menurut Laswell & Laswell
(1982), komunikasi interpersonal hakikatnya adalah proses pernyataan
pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
bahasa sebagai alat penyalurnya.
Berdasarkan dua pengertian tentang komunikasi interpersonal di
atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses
selektif, sistematik, unik dan interaksi serta pernyataan pikiran atau perasaan
yang mencerminkan dan membangun pengetahuan pribadi satu sama lain
dan menciptakan makna bersama dengan menggunakan bahasa sebagai alat
penyalurnya.
1.1.2. Aspek – aspek Komunikasi Interpersonal
Aspek-Aspek Komunikasi Antar Pribadi menurut Joseph De
Vito (1989) yaitu:
“In this humanistic (sometimes referred to metaphorically as “soft”)
approach to interpersonal effectiveness, five general qualities are
considered :opennes, empathy, supportiveness, positiveness, equality”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
"Dalam humanistik ini (kadang-kadang disebut sebagai metafora" lunak
") pendekatan efektivitas interpersonal, lima kualitas umum dianggap:
keterbukaan, empati, daya dukung, positiveness, kesetaraan".
(a) Openness (keterbukaan)
Keterbukaan atau sikap terbuka sangat berpengaruh dalam
menumbuhkan komunikasi antar pribadi yang efektif. Keterbukaan
adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan seseorang terhadap situasi
yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu
yang relevan untuk memberikan tanggapan di masa kini.
Supratiknya (1995), mengartikan keterbukaan diri yaitu
membagikan perasaan kepada orang lain terhadap sesuatu yang telah
dikatakan atau dilakukan, terhadap kejadian - kejadian yang baru saja
disaksikan. Secara psikologis, apabila individu mau membuka diri
kepada orang lain, maka orang lain yang diajak bicara akan merasa
aman dalam melakukan komunikasi antar pribadi yang akhirnya orang
lain tersebut akan turut membuka diri. Brooks dan Emmert (Rahmat,
2001) mengemukakan bahwa karakteristik orang yang terbuka adalah
sebagai berikut:
1. Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan
keajegan logika.
2. Membedakan dengan mudah, melihat nuansa, dsb.
3. Mencari informasi dari berbagai sumber
4. Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian
kepercayaannya.
(b) Empathy (empati)
Komunikasi antar pribadi yang positif, berlangsung kondusif
apabila komunikator (pengirim pesan) menunjukan rasa empati pada
komunikan (penerima pesan), perlu ada hubungan yang positif, hangat,
penuh kasih antara yang satu dengan yang lainnya. Kata “empati”
mewadahi gagasan : mampu sepenuhnya memahami dan merasakan
apa yang dirasakan orang lain, sehingga hampir meniadakan identitas
diri untuk menyatu dengan orang tersebut (Kathryn Geldard dan
David, 2004). Empati sebagai suatu kesediaan untuk memahami orang
lain secara paripurna baik yang nampak maupun yang terkandung,
khususnya dalam aspek perasaan, pikiran dan keinginan. Individu
dapat menempatkan diri dalam suasana perasaan, pikiran dan
keinginan orang lain sedekat mungkin apabila individu tersebut dapat
berempati. Apabila empati tersebut tumbuh dalam proses komunikasi
antar pribadi, maka suasana hubungan komunikasi akan dapat
berkembang dan tumbuh sikap saling pengertian dan penerimaan.
(c) Positivenes (perasaan positif)
Dalam buku Communication Interpersonal oleh Joseph De Vito
dinyatakan bahwa:
“we communicate positiveness in interpersonal communication in at
least two ways: (1) stating positive atitudes and (2) stroking the person
with whom we interact (1989).
Artinya:Perilaku yang positif dalam komunikasi antar pribadi terdiri
dua aspek elemen, (1) komunikasi antar pribadi adalah mendidik
sebuah anggapan yang positif untuk seseorang. (2) sebuah perasaan
positif untuk situasi komunikasi umum adalah penting untuk interaksi
yang efektif.
Rasa positif merupakan kecenderungan seseorang untuk mampu
bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang
berlebihan, menerima diri sebagai orang yang penting dan bernilai bagi
orang lain, memiliki keyakinan atas kemampuannya untuk mengatasi
persoalan, peka terhadap kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial
yang telah diterima. Dapat memberi dan menerima pujian tanpa pura-
pura memberi dan menerima penghargaan tanpa merasa bersalah.
Rahmat (2001) menyatakan bahwa sukses komunikasi
interpersonal banyak tergantung pada kualitas pandangan dan perasaan
diri; positif atau negatif. Pandangan dan perasaan tentang diri yang
positif, akan lahir pola perilaku komunikasi interpersonal yang positif
pula.
(d) Equality (kesamaan)
Never to are two people absolutely equal in all respect. Despite this
in quality, interpersonal communication is generally more effective
when the atmosphere is one of equality (1989)
Tidak pernah dua orang benar-benar sama dalam semua hal.
Meskipun demikian dalam kualitas, komunikasi interpersonal
umumnya lebih efektif bila atmosfer adalah salah satu dari kesetaraan
(1989)
Rahmat (2001) mengemukakan bahwa persamaan atau
kesetaraan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal
dan demokratis, tidak menunjukkan diri sendiri lebih tinggi atau lebih
baik dari orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan intelektual
kekayaan atau kecantikan. Dalam persamaan tidak mempertegas
perbedaan, artinya tidak mengggurui, tetapi berbincang pada tingkat
yang sama, yaitu mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat
pada perbedaan pendapat merasa nyaman, yang akhirnya proses
komunikasi akan berjalan dengan baik dan lancar.
(d) Dukungan (Supportiveness)
Joseph De Vito mengungkapkan :
“An effective interpersonal relationship is one in wich there is
supportiveness, aconcept that owes much of it formulation to the work
of Jack Gibb. Open of empathic communication cannot survive in an
unsurpportive atmosphere. Supportivinenness is demonstrated and
rostered by our being (1) descriptive rather than evaluative and (2)
rather than certain.
“Sebuah hubungan interpersonal yang efektif adalah salah satu di
yang ada dukung, aconcept yang berutang banyak itu formulasi untuk
pekerjaan Jack Gibb. Buka komunikasi empatik tidak dapat bertahan
hidup dalam suasana unsurpportive. Supportivinenness ditunjukkan
dan rostered oleh keberadaan kita (1) deskriptif daripada evaluatif
dan (2) daripada tertentu.
Dukungan dalam komunikasi antar pribadi merupakan faktor
yang sangat penting, dimana lewat tanggapan yang bersifat
memberikan dukungan, penerima pesan ingin menunjukkan simpati,
meneguhkan kembali, atau menolong meringankan beban pengirim
pesan.
Dukungan merupakan pemberian dorongan atau pengobaran
semangat kepada orang lain dalam suasana hubungan komunikasi.
Sehingga dengan adanya dukungan dalam situasi tersebut, komunikasi
antar pribadi akan bertahan lama karena tercipta suasana yang
mendukung. Jack R.Gibb (Rahmat, 2001) menyebutkan beberapa
perilaku yang menimbulkan perilaku suportif, yaitu: Deskripsi, yaitu
menyampaikan perasaaan dan persepsi kepada orang lain tanpa
menilai, tidak memuji atau mengecam, mengevaluasi pada gagasan,
bukan pada pribadi orang lain, orang tersebut “merasa” bahwa kita
menghargai diri mereka.
Menurut Laswell & Laswell (1982), aspek – aspek komunikasi
interpersonal antara lain :
a. Keterbukaan, yakni mengungkapkan reaksi atau tanggapan situasi
yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa
lalu yang berguna untuk memahami tanggapan tersebut.
b. Kejujuran, dalam arti mengungkapkan diri apa adanya sesuai
dengan factor yang terjadi.
c. Kepercayaan dengan cara menaruh kepercayaan tanpa rasa curiga.
d. Empati, adalah menempatkan diri pada keadaan orang lain baik
secara intelektual maupun emosional.
e. Mendengarkan, yang merupakan proses aktif yang membutuhkan
komunikasi dan bertujuan melakukan pemahaman terhadap
stimulus untuk memberikan umpan balik
1.1.3. Faktor – faktor yang Yang mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
Menurut Rahmat (2001) faktor – faktor yang mempengaruhi
komunikasi interpersonal adalah:
a. Gambaran diri, yaitu bagaimana manusia melihat dirinya sendir
dalam hubungannya dengan manusia lain dalam situasi tertentu.
b. Gambaran dari pihak lain, yaitu bagaimana manusia melihat pihak
yang diajaknya berkomunikasi mempunyai pengaruh pula terhadap
efektivitas komunikasinya.
c. Mendengarkan, adalah proses yang dilakukan dengan telinga,
pikiran dan perasaan dengan konsentrasi.
d. Kejelasan pernyataan, adalah komunikasi pada hakekatnya adalah
pernyataan isi pikiran dan perasaan. Pernyataannya harus jelas bagi
pihak komunikan.
e. Membuka diri, hal ini harus terdapat pada kedua belah pihak, karena
tidak mungkin diharapkan keterbukaan hanya dari satu pihak saja.
f. Umpan balik, yaitu tanggapan yang dikembalikan oleh pihak
penerima komunikasi timbal balik.
1.1.4. Manfaat Komunikasi Interpersonal
Rahmat (2001) menyatakan bahwa manfaat komunikasi
interpersonal adalah :
a. Tumbuhnya rasa saling pengertian. Pengertian artinya penerimaan yang
cermat dari isi stimuli seperti yang dumaksud oleh komunikator.
b. Menciptakan kesenangan bagi lawan bicara. Tidak semua komunikasi
interpersonal ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk
pengertian, namun terkadang komunikasi interpersonal ditujukan untuk
menyenangkan hati lawan bicara. Komunikasi dengan tujuan yang
menyenangkan lawan bicara dapat dijadikan hubungan hangat, akrab dan
menyenangkan.
c. Mempengaruhi sikap. Komunikasi interpersonal dapat mempengaruhi
sikap orang lain, sehingga apa yang disampaikan pleh komunikator dapat
mempengaruhi sikap komunikan.
d. Menciptakan hubungan sosial yang baik. Manfaat komunikasi
interpersonal juga dapat menciptakan hubungan sosial yang baik sehingga
kebutuhan individu untuk berinteraksi dapat terpenuhi.
Jadi manfaat dari komunikasi interpersonal meliputi tumbuhnya
rasa saling pengertian, menciptakan kesenangan bagi lawan bicara,
Mempengaruhi sikap. Komunikasi interpersonal dapat mempengaruhi
sikap orang lain, sehingga apa yang disampaikan pleh komunikator dapat
mempengaruhi sikap komunikan dan Menciptakan hubungan sosial yang
baik.
2.2. Persahabatan
Persahabatan merupakan istilah yang menggambarkan perilaku
kerja sama dan saling mendukung antara dua atau lebih identitas sosial.
Sahabat akan menyambut kehadiran sesamanya dan menunjukkan
kesetiaan satu sama lain. Selera mereka biasanya serupa dan mungkin
saling bertemu, dan mereka menikmati kegiatan yang mereka sukai.
Mereka juga akan terlibat dalam perilaku yang saling menolong, seperti
tukar-menukar nasihat dan saling menolong dalam kesulitan.
Sahabat adalah orang yang memperlihatkan perilaku yang
berbalasan dan reflektif. Namun bagi banyak orang, persahabatan
seringkali tidak lebih daripada kepercayaan bahwa seseorang atau sesuatu
tidak akan merugikan atau menyakiti mereka. Karakteristik lain dari pola
hubungan anak usia sekolah dengan teman sebayanya adalah munculnya
keinginan untuk menjalin hubungan pertemanan yang lebih akrab dalam
kajian psikologi perkembangan disebut dengan istilah friendship
(persahabatan) Santrock (2003).
Menurut Santrock (2003), karakteristik yang paling umum dari
persahabatan adalah keakraban (intimacy) dan kesamaan (similiarity).
Intimacy dapat diartikan sebagai penyingkapan diri dan berbagai
pemikiran pribadi. Karena kedekatan ini, anak mau menghabiskan
waktunya dengan sahabat dan mengekspresikan efek yang lebih positif
terhadap sahabat dibandingkan dengan yang bukan sahabat. Santrock
(2003) menyebutkan enam fungsi penting persahabatan, yaitu: sebagai
kawan (companionship), sebagai pendorong (stimulation), sebagai
dukungan fisik (physical support), sebagai dukungan ego (ego support),
sebagai perbandingan sosial (social comparison), sebagai memberi
keakraban dan perhatian (intimacy/affection).
2.3. Bimbingan Kelompok
2.3.1. Pengertian Bimbingan Kelompok
Menurut Winkel dan Sri Hastuti. (2004). Bimbingan kelompok
dilakukan bilamana siswa yang dilayani lebih dari satu orang. Bimbingan
kelompok dapat terlaksana dengan berbagai cara, misalnya dibentuk
kelompok kecil dalam rangka layanan Konseling (konseling kelompok),
dibentuk kelompok diskusi, diberikan bimbingan karier kepada siswa-
siswi yang tergabung dalam satu kesatuan kelas di SMA. Dalam
bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan
optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat
dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan
kelompok adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh
pembimbing atau konselor kepada sekelompok peserta agar mereka dapat
mengembangkan diri semaksimal mungkin, lebih mengenal diri, dapat
menyesuaikan dirinya serta sarana untuk menunjang perkembangan
optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat
dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri.
2.3.2. Teknik-teknik bimbingan kelompok
Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok ada beberapa
teknik yang biasa digunakan. Tatik Romlah (2001) mengemukakan
teknik dalam bimbingan kelompok tersebut antara lain :
a. Pemberian informasi atau ekspositori
Pemberian penjelasan oleh seseorang pembicara kepada
sekelompok pendenggar. Bisa juga diberikan secara tertulis misal pada
papan bimbingan, majalah sekolah, rekaman, selebaran,vedeo, dan film.
b. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang sudah direncanakan
antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah
atau untuk memperjelas suatu persoalan, dibawah pimpinan seorang
pemimpin
c. Pemecahan masalah
Teknik pemecahan masalah mengajarkan pada individu bagaimana
memecahkan masalah secara sistematis. Langkah-langkah pemecahan
masalah secara sistematis adalah :
1. Mengidenfikasi dan merumuskan masalah
2. Mencari sumber dan memperkirakan sebab-sebab masalah
3. Mencari alternatif pemecahan masalah
4. Menguji kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya
5. Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan
6. Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai
d. Permainan Peran
Suatu perilaku tiruan atau perilaku tipuan dimana seseorang
berusaha memperbodoh orang lain dengan jalan berperilaku yang
berlawanan dengan apa yang sebenarnya diharapkan, dirasakan atau
diinginkan
e. Permainan Simulasi
Bermain adalah suatu aktivitas yang menyenangkan, ringan,
bersifat kompetitif, atau kedua-duanya. Permainan simulasi adalah
permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan situasi-situasi yang
terdapat dalam kehidupan yang sebenarnya.
f. Teknik penciptaan suasana kekeluargaan
Teknik penciptaan suasana kekeluargaan adalah dimana siswa dan
guru menciptakan suasana yang nyaman seperti ketika mereka berada
dirumah sehingga siswa tidak akan malu dalam berbicara dihadapan
teman dan guru
g. Karyawisata
Karyawisata adalah kegiatan yang diprogramkan oleh sekolah
untuk mengunjungi obyek-objek yang ada kaitannya dengan bidang
studi yang dipelajari siswa, dan dilaksanakan untuk tujuan belajar
secara khusus.
Dari beberapa teknik diatas tidak semua teknik akan digunakan
dalam layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan komunikasi
interpersonal, teknik yang digunakan adalah tehnik diskusi kelompok
untuk meningkatkan komunikasi interpersonal.
2.3.3. Tujuan Bimbingan Kelompok
Menurut Prayitno (1995), tujuan bimbingan kelompok adalah:
a. Mampu berbicara di depan orang banyak
b. Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan
dan lain sebagainya kepada orang banyak.
c. Belajar menghargai pendapat orang lain
d. Bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya.
e. Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak
kejiwaan yang bersifat negatif).
f. Dapat bertenggang rasa
g. Menjadi akrab satu sama lainnya
h. Membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau
menjadi kepentingan bersama.
Menurut Winkel (2004) tujuan bimbingan kelompok
adalah menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan
sosial masing-masing anggota kelompok serta meningkatkan
mutu kerja sama dalam kelompok guna aneka tujuan yang
bermakna bagi para partisipan. Selain itu bimbingan kelompok
bertujuan untuk merespon kebutuhan dan minat para peserta
didik.
Berdasarkan dari pendapat di atas dapat disimpulkan
tujuan bimbingan kelompok adalah untuk melatih siswa dalam
mengembangkan kemampuan bersosialisasi, dan mewujudkan
tingkah laku yang lebih efektif serta meningkatkan kemampuan
berkomunikasi baik verbal maupun non verbal.
3.3.4. Asas-Asas Bimbingan kelompok
Menurut Prayitno (1995), asas-asas bimbingan kelompok
adalah:
a. Asas kerahasiaan
Para anggota harus menyimpan dan merahasiakan informasi
apa yang dibahas dalam kelompok, terutama hal-hal yang
tidak layak diketahui orang lain
b. Asas keterbukaan
Para anggota bebas dan terbuka mengemukakan pendapat,
ide, saran, tentang apa saja yang yang dirasakan dan
dipikirkannya tanpa adanya rasa malu dan ragu-ragu.
c. Asas kesukarelaan
Semua anggota dapat menampilkan diri secara spontan tanpa
malu atau dipaksa oleh teman lain atu pemimpin kelompok.
d. Asas kenormatifan
Semua yang dibicarakan dalam kelompok tidak boleh
bertentangan dengan norma-norma dan kebiasaan yang
berlaku.
Berdasarkan pendapat diatas asas bimbingan kelompok
meliputi asas kerahasiaan, asas keterbukaan, asas kesukarelaan dan
asas kenormatifan, keeempat asas tersebut harus ada dalam proses
bimbingan kelompok agar dalam proses bimbingan kelompok dapat
berjalan dengan baik dan maksimal.
3.3.5. Tahap-tahap Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok berlangsung melalui empat tahap.
Menurut Prayitno (1995), tahap-tahap bimbingan kelompok adalah
sebagai berikut :
a. Tahap Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri
atau tahap memasukkakan diri kedalam kehidupan suatu
kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling
memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun
harapan-harapan masing-masing anggota. Pemimpin kelompok
menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan bimbingan
kelompok.
Selanjutnya pemimpin kelompok mengadakan permainan
untuk mengakrabkan masing-masing anggota sehingga
menunjukkan sikap hangat, tulus dan penuh empati.
b. Tahap Peralihan
Langkah selanjutnya ke tahap kegiatan kelompok yang
sebenarnya, pemimpin kelompok menjelaskan apa yang akan
dilakukan oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan lebih
lanjut dalam kegiatan kelompok.
Pemimpin kelompok menjelaskan peranan anggota
kelompok dalam kegiatan, kemudian menawarkan atau
mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan
pada tahap selanjutnya. Dalam tahap ini pemimpin kelompok
mampu menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka.
Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan
ketiga. Dalam hal ini pemimpin kelompok membawa para
anggota meniti jembatan tersebut dengan selamat. Bila perlu,
beberapa hal pokok yang telah diuraikan pada tahap pertama
seperti tujuan dan asas-asas kegiatan kelompok ditegaskan dan
dimantapkan kembali, sehingga anggota kelompok telah siap
melaksankan tahap bimbingan kelompok selanjutnya
c. Tahap kegiatan
Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari
kelompok. Namun, kelangsungan kegiatan kelompok pada
tahap ini amat tergantung pada hasil dari dua tahap
sebelumnya. Jika dua tahap sebelumnya berhasil dengan baik,
maka tahap ketiga itu akan berhasil dengan lancar. Pemimpin 7
kelompok dapat lebih santai dan membiarkan para anggota
sendiri yang melakukan kegiatan tanpa banyak campur tangan
dari pemimpin kelompok. Di sini prinsip tut wuri handayani
dapat diterapkan. Tahap kegiatan ini merupakan tahap inti
dimana masing-masing anggota kelompok saling berinteraksi
memberikan tanggapan dan lain sebagainya yang menunjukkan
hidupnya kegiatan bimbingan kelompok yang pada akhirnya
membawa kearah bimbingan kelompok sesuai tujuan yang
diharapkan.
d. Tahap Pengakhiran
Pada tahap ini merupakan tahap berhentinya kegiatan.
Dalam pengakhiran ini terdapat kesepakatan kelompok apakah
kelompok akan melanjutkan kegiatan dan bertemu kembali
serta berapa kali kelompok itu bertemu. Dengan kata lain
kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan
melakukan kegiatan.
Dapat disebutkan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan
pada tahap ini adalah:
1. Penyampaian pengakhiran kegiatan oleh pemimpin
kelompok
2. Pengungkapan kesan-kesan dari anggota kelompok
3. Penyampaian tanggapan-tanggapan dari masing-masing
anggota
4. Pembahasan kegiatan lanjutan
5. Penutup
2.4.Temuan Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fribasari (2005)
yang manyatakan bahwa layanan bimbingan kelompok dalam
bidang bimbingan sosial efektif untuk meningkatkan hubungan
interpersonal remaja. Hal ini bisa dibuktikan dengan hasil
penelitian di mana sebelum mendapat layanan bimbingan
kelompok, hubungan interpersonal remaja berada pada kategori
Cukup Tinggi dengan skor rata-rata keseluruhan adalah 2,92. Dan
sesudah mendapat layanan bimbingan kelompok, skor rata-rata
hubungan interpersonal remaja meningkat menjadi 3,26 dengan
kriteria Tinggi (T).
Top Related