1
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Hakikat Permainan Tenis Meja
Menurut sejarahnya tenis meja merupakan salah satu cabang olahraga atau
permainan yang cukup digemari di dunia, disamping olahraga lainnya seperti
sepak bola, tenis, atau bulu tangkis. Tenis meja sebetulnya merupakan gabungan
permainan olahraga tenis lapangan dan bulu tangkis. Olahraga ini dapat
dimainkan oleh dua orang (tunggal) atau empat orang (ganda) yang berlawanan
dengan peraturan tertentu (Kusnanto, 2010 : 4). Dan menurut Sotono (2010 : 87)
tenis meja adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua oarng (untuk
tunggal) atau dua pasang (untuk ganda) yang berlawanan.
Selanjutnya Sutrisno dan Khafadi mengatakan bahwa tenis meja merupakan
suatu olahraga yang dimainkan di dalam gedung maupun di luar gedung secara
single ataupun double dan menggunakan meja dengan ukuran yang telah
ditentukan (2010 : 24). Lebih lanjut Chandra dan Sanoesi (2010 : 57) menjelaskan
bahwa tenis meja adalah suatu permainan bola tangkis yang dimainkan di atas
meja oleh dua atau empat orang dengan bet dan bola kecil terbuat dari plastik
sebagai alatnya. Di tengah-tengah meja dipasang net tegak lurus untuk
memisahkan bidang meja. Menurut Sujarwadi dan Sarjiyanto (2010 : 121) tenis
meja merupakan permainan pukul memukul bola yang dilakukan di atas meja,
melewati net, dengan alat pemukul tertentu pula. Nilai dalam permainan diperoleh
dengan cara mematikan pihak lawan dalam mengembalikan bola. Oleh karena itu,
2
dalam permainan ini ada pukulan bola untuk mematikan (permainan) lawan, ada
pula pukulan mengembalikan bola kepada lawan.
Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa permainan
tenis meja adalah suatu olahraga yang dimainkan oleh dua orang (untuk tunggal)
atau dua pasang (untuk ganda) pemain yang berlawanan, menggunakan meja
untuk memantulkan bola yang dipukul dengan bet dan diawali dengan servis dan
harus mampu menyeberangkan bola serta mengembalikan bola ke daerah lawan
setelah bola itu memantul di daerah permainan sendiri. Angka diperoleh jika bola
tidak dapat dikembalikan, atau bola yang dipukul lawan tidak jatuh di meja kita.
2.1.1.1 Perlengkapan permainan tenis meja
Dalam permainan tenis meja, perlengkapan yang harus tersedia adalah meja,
rangkaian net (tiang penyangga, penjepit dan tali net), bola dan bet.
a. Meja
Permukaan paling atas dari meja harus rata, dikenal sebagai permukaan
main (playing surface), berbentuk segi empat , dengan panjang 2,74 m, lebar
1,525 m, dan harus diletakkan datar setinggi 0,76 m dari lantai serta dicat dengan
warna hijau. terbuat dari bahan (material) yang menghasilkan pantulan merata
yaitu sekitar 0,23m bila sebuah bola standar dijatuhkan ke meja tersebut dari
ketinggian 0,30 m, garis pinggir (side line) dan tengah dicat putih, lebar 0,2 m.
Gambar 1. Meja tenis
(IR Sutono, 2010)
3
b. Net
Rangkaian net (net assembly) terdiri dari jaring (net), gantungan jaring
(suspension), dua buah penjepit ( clamps) dengan batang (cord) di setiap ujungnya
yang dilekatkan tegak-lurus bersama penyangga (post) setinggi 15,25 cm, batas
ukuran tiang luar penyangga berjarak 15,25cm dari luar garis-tepi (side line).
Gambar 2. Rangkaian Net
(IR Sutono, 2010)
c. Bola
Bola harus berbentuk bulat-berongga (spherical), dengan diameter 40 mm,
berat 2,7 gram, terbuat dari bahan celluloid, berwarna putih atau orange, dan
kasat/tidak licin mengkilap.
d. Bet
Bet boleh sembarang ukuran, bentuk atau berat tetapi permukaannya harus
datar (flat) dan kaku.
85 % terbuat dari kayu alam dapat dilapisi dengan bahan perekat yang berserat
seperti fiber carbon, fiber glass atau bahan kertas yang dipadatkan.
Lapisan karet biasa tebal maksimal 2 mm (bet busa karet biasa), lapisan karet
bintik maksimal 4 mm ( bet busa karet bintik).
Gambar 3. Bet
(IR Sutono, 2010)
4
2.1.1.2 Teknik dasar permainan tenis meja
Menurut Sujarwadi dan Sarjiyanto (2010 : 27), “Pada dasarnya, teknik dasar
permainan tenis meja meliputi: a) teknik memegang bet (grip), b) teknik siap
sedia (stance), c) teknik gerakan kaki (footwork) dan d) teknik pukulan (stroke)”
a. Teknik dasar memegang bet (grip).
Kualitas permainan tenis meja dipengaruhi oleh teknik memegang raket atau
bet. Oleh karena itu, setiap pemain tenis meja harus menguasai teknik dasar
memegang raket (bet). modal pertama yang harus dilakukan dalam belajar teknik
dasar tenis meja adalah menguasai cara memegang bet dengan tepat dan benar.
Ada dua cara memegang bet yaitu:.
1) Shakehand Grip
Teknik memegang bet shakehand grip seperti orang melakukan jabat
tangan, teknik ini sangat digemari oleh atlet-atlet tenis meja di negara-negara
eropa, karena bersifat multiguna. Dengan teknik ini, pemain dapat menggunakan
kedua sisi bet sehingga mudah memukul bola, baik secara forehand maupun
backhand (menggunakan dua sisi bet)
Gambar 4. Pegangan shakehand
(Sujarwadi dan Sarjiyanto. 2010)
5
2) Penholder Grip
Teknik memegang bet penholder grip seperti memegang tangkai pena
dikenal pula dengan Asia Grip, walaupun kebanyakan pemain Asia menggunakan
shakehand grip. Pada pegangan ini hanya satu sisi bet yang dapat digunakan.
Gambar 5. Pegangan Penholder
(Sujarwadi dan Sarjiyanto. 2010)
b. Teknik dasar siap sedia (stance).
Stance berarti posisi kaki, badan dan tangan dalam keadaan siap menunggu
bola dan memukul bola. Ada dua bentuk stance utama yang biasa digunakan
dalam permainan tenis meja yakni:
1) Square Stance
Square stance adalah posisi badan menghadap penuh ke meja. Biasanya
posisi ini digunakan untuk menerima servis dari lawan atau siap kembali setelah
mengembalikan pukulan dari lawan. Dengan satu langkah ke samping kiri,
samping kanan, ke depan, ke belakang maupun diagonal, pemain diharapkan
dapat mengembalikan bola dengan baik.
2) Side Stance
Side stance berarti posisi badan menyamping, baik ke samping kiri maupun
ke samping kanan. Pada side stance, jarak antara bahu ke meja atau ke net harus
ada yang lebih dekat. Misalnya untuk pukulan forehand bagi pemain tangan kiri,
bahu kiri harus lebih dekat ke net, begitu pula kaki kirinya harus lebih dekat ke
6
net. Sebaliknya side stance untuk pukulan backhand bagi pemain tangan kanan,
bahu kanan beserta kaki kanannya harus lebih dekat ke net.
c. Teknik dasar gerakan kaki (footwork).
Footwork dalam tenis meja pada garis besarnya dibedakan untuk nomor
tunggal dan nomor ganda. Footwork yang digunakan dalam permainan tunggal
sudah otomatis digunakan dalam permainan ganda. Jika dilihat dari banyaknya
langkah footwork, untuk tunggal dapat dibedakan: satu langkah, dua langkah dan
tiga langkah atau lebih. Arah pergerakannya bisa ke depan, ke belakang, ke
samping kiri, samping kanan atau diagonal.
Penggunaan gerakan kaki disesuaikan dengan jarak yang harus diantisipasi
antara bola yang datang dengan posisi pemain. Jika jaraknya sangat dekat,
mungkin tidak usah melangkahkan kaki atau hanya satu langkah saja. Jika jarak
antara bola yang datang dengan posisi pemain agak jauh, dengan dua langkah
sudah cukup. Akan tetapi, jika jaraknya cukup jauh dari meja, harus dicapai
dengan tiga langkah atau lebih.
d. Teknik dasar pukulan (stroke).
Kusnanto (2010:28) menjelaskan, untuk mempelajari teknik pukulan, kita
harus memperhatikan sifat-sifat pukulan yaitu ; power (kekuatan pukulan), length
(panjang pukulan), dan touch (sentuhan pukulan). Dan berbagai macam gerakan
yang terdiri dari tiga tipe sebagai berikut. 1) short (pendek), 2) medium (sedang)
dan 3) long (Panjang).
7
Selanjutnya Sujarwadi dan Sarjiayanto (2010 : 28) mengemukakan bahwa
dalam permainan tenis meja ada beberapa teknik pukulan dasar. Antara lain
pukulan forehand, backhand, push, drive, block, dan chop. Tiap-tiap pukulan
mempunyai ciri yang berbeda, baik dari segi cara memukul, kegunaan maupun
efek yang ditimbulkan terhadap bola.
Jenis-jenis pukulan menurut Hartomo dan Widyastuti (2010:17) sebagai
berikut :
1) Teknik dasar pukulan forehand
Dalam melakukan pukulan forehand posisi kaki kiri berada di depan dan
kaki kanan di belakang (pegangan bet tangan kanan) atau kaki kanan di depan dan
kaki kiri di belakang (pegangan bet tangan kiri), pandangan ke arah permainan.
Tarik bet ke samping agak ke belakang dengan kepala bet agak menghadap ke
bawah, lengan agak ke bawah dan pergelangan tangan lurus. Waktu memukul,
berat badan pada kaki depan lalu putar pinggang ke depan agak ke samping.
2) Teknik dasar pukulan backhand
Dalam melakukan pukulan backhand posisi kaki kanan di depan dan kaki
kiri di belakang (pegangan bet tangan kanan) atau kaki kiri di depan dan kaki
kanan di belakang (pegangan bet tangan kiri), pandangan ke arah permainan,
badan condong ke depan kedua lutut direndahkan, Tarik bet ke samping agak ke
belakang dengan kepala bet agak menghadap ke bawah, dan pergelangan tangan
lurus. Waktu memukul, berat badan pada kaki depan lalu putar pinggang ke
depan.
8
2.1.2 Hakikat servis
Salah satu teknik dasar yang paling penting dan harus dikuasai oleh pemain
tenis meja adalah cara melakukan sajian pertama atau bola pembuka yang disebut
servis. Dwi S. dan Sujarwadi (2010 :21) menjelaskan pukulan servis adalah
pukulan pertama yang mengawali permainan dan sangat menentukan perolehan
nilai. Hal ini senada dengan pernyataan Sutrisno dan Khafadi, (2010 : 18) bahwa
servis merupakan pukulan yang sangat menentukan sebagai awal perolehan nilai.
Menurut Chandra dan Sanoesi, (2010 : 15) Servis atau penyajian bola pertama
adalah hal yang sangat penting dalam suatu permainan, karena jika servis tidak
masuk, tim (pemain) tidak akan mendapatkan poin atau angka. Sebaliknya,
dengan servis yang baik, pemain berpeluang untuk memenangkan pertandingan.
Selanjutnya dijelaskan oleh Sujarwadi dan Sarjiyanto, (2010 : 122) bahwa servis
adalah teknik memukul bola untuk penyajian bola pertama di dalam permainan
dengan cara memukul bola hingga memantul terlebih dahulu ke meja bidang
permainan sendiri, kemudian bola harus melewati net dan akhirnya memantul di
meja bidang permainan lawan. Dan menurut Kusnanto, (2010 : 21) servis
merupakan salah satu unsur yang sangat penting, karena servis adalah kesempatan
pertama untuk menguasai permainan dan mendapatkan poin. Pukulan pertama
(servis) membutuhkan sikap tertentu bagi pemainnya.
Dari beberapa teori di atas mengenai servis dapat disimpulkan bahwa servis
dalam permainan tenis meja servis merupakan penyajian bola pertama untuk
menguasai permainan yang mengandung suatu pukulan (stroke) atau serangan di
awal permainan untuk memperoleh poin.
9
2.1.2.1 Servis Forehand
Sujarwadi dan Sarjiyanto, (2010 : 122) mengemukakan bahwa pukulan yang
digunakan untuk servis bisa bermacam-macam, tetapi untuk secara umum dapat
dibagi menjadi dua, yaitu dengan pukulan servis forehand di sebut forehand
service dan pukulan servis backhand disebut backhand service.
Juari, Wagino dan Sukiri, (2010 : 81) menjelaskan bahwa service forehand
adalah teknik memukul bola untuk menyajikan bola pertama ke dalam permainan
yang dilakukan dengan posisi tangan dari luar diayun ke dalam.
Selanjutnya,Tomoliyus, (2012 : 13) menjelaskan, servis forehand adalah servis
yang dilakukan dengan bagian depan bet, di sebelah kanan badan bagi seorang
pemain yang memegang bet dengan tangan kanan atau sebelah kiri badan bagi
pemain kidal.
Servis forehand dan cara melakukannya menurut Dwi Sarjianto dan
Sujarwadi, (2010 : 19) pukulan servis forehand dilakukan dengan cara telapak
tangan yang memegang bet (pegangan shakehand) menghadap ke depan. Sikap
kaki kiri melangkah ke depan (bet dipegang dengan tangan kanan) atau sebaliknya
kaki kanan di depan (jika bet dipegang dengan tangan kiri), posisi side stance.
Badan agak condong ke depan, bet ditempatkan di samping depan badan. Bola
diletakkan di telapak tangan dengan jari-jari rapat setinggi dada , lalu
dilambungkan kira-kira 16 cm dari permukaan meja dan saat bola turun dipukul
ke arah meja hingga memantul dan melampaui net.
Kusnanto, (2010 : 23-24) menjelaskan bahwa untuk mendapatkan servis
forehand yang baik, harus memperhatikan beberapa teknik servis, yaitu : 1)
10
persiapkan diri dengan baik, amati posisi lawan, 2) merubah sudut bet pada waktu
bet menyentuh bola (bagi pemain yang sudah berpengalaman), (3) kombinasikan
servis dengan stroke. Selanjutnya Chandra dan sanoesi, (2010 : 58) menyatakan
bahwa teknik melakukan servis dapat dilakukan dengan cara :
1) Posisi awal badan menyamping meja atau dalam posisi side stance. 2) Bola
diletakkan di atas telapak tangan dan tangan yang lain memegang bet, Bet dan
tangan bebas, di atas meja di belakang garis, selanjutnya bola dilambungkan ke
atas setinggi kira-kira 16 cm dari atas meja. 3) Pukul bola saat turun, dengan
ayunan lengan ke depan dari samping badan. 4) Posisi bet agak tertutup hingga
mengenai bola dan memantul sekali di kedua sisi meja. 5) Posisi akhir
menghadap penuh ke meja atau dalam posisi squard stance.
Adapun cara melakukan teknik dasar servis forehand menurut Jaya dan
Marjuki, (2010:73) sebagai berikut :
A. Teknik dasar servis forehand, cara melakukan adalah sebagai berikut.
1. Tahap persiapan
a) Berdiri sikap melangkah menghadap agak menyamping meja tenis. b) Badan
condong ke depan.c) Bola diletakkan pada telapak tangan kiri di depan dada.
dan d) Pandangan tertuju ke arah gerakan.
2. Tahap gerakan
a) Tarik bat ke belakang. b) Lambungkan bola ke atas. c) Saat bola turun, pukul
dengan bat dengan cara mengayun bat ke arah bola hingga bagian atas bola.
3. Tahap akhir gerakan
a) Gerakan tangan mengikuti arah gerak bola. b) Pandangan ke arah gerak bola.
11
Karena servis merupakan kesempatan pertama untuk menguasai permainan
dan memegang inisisatif.maka dalam melakukan gerakan servis pemain harus
melakukannya dengan penuh kehati-hatian, mengerahkan segenap kemampuan
dan percaya diri, dengan memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan dengan
kemampuan servis diantaranya sebagai berikut :
1. bola yang tersentuh bet digesek menggunakan kekuatan otot lengan dan bahu,
2. koordinasi mata-tangan harus sejalan dalam penempatan bola ke lawan,
3. kecepatan bola harus berbeda-beda untuk menyulitkan lawan dalam
pengembalian bola,
4. keseimbangan tubuh, kelincahan, daya tahan dan kelenturan.
Dikemukakan oleh Simpson (dalam Windi, 2010 : 3), bahwa teknik servis
ini sangat membutuhkan kelentukan pergelangan tangan.yakni bagian dari tangan
yang sanggup bergerak paling cepat. Dengan pergerakan pergelangan tangan, kita
dapat merubah besar sudut raket waktu raket menyentuh bola.
2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT)
2.1.3.1 Pengertian model pembelajaran
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur yang sistematis berupa perencanaan atau pola – pola mengajar secara
tatap muka di dalam kelas untuk mencapai tujuan belajar (Rosdiani, 2012 : 78).
Dikemukakan oleh Joyce (dalam Ahmadi, Amri dan Elisah, 2011:13-14) model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran yang mengarah kepada desain pembelajaran
12
untuk membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya
Rahyubi, (2012 : 251) menyatakan, model pembelajaran merupakan kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Senada dengan
Soekamto, dkk (dalam Trianto, 2010 : 22) menjelaskan bahwa model
pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu.
Maufur (2010 : 10) mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan
media penghubung interaksi dua sisi yang berbeda (guru dan siswa) untuk dapat
saling memahami, membutuhkan dan memadukan kesepahaman bersama, agar
materi pelajaran terasa menarik untuk di pelajari.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu bentuk atau sistem pembelajaran yang memberikan
kerangka dan arah bagi guru untuk mendesain pembelajaran melalui perencenaan
dalam menggelar aktivitas belajar mengajar agar tercapai tujuan pembelajaran.
2.1.3.2 Hakikat pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT)
Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu model
pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Dasar pembelajaran
ini adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling membimbing atau bekerja
secara berkolaborasi antara teman sekolompok untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat memaksimalkan cara belajar untuk
meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman serta keterampilan secara
13
individu maupun kelompok, karena siswa bekerja dalam satu tim, dalam bentuk
heterogen, siswa termotivasi oleh Pertandingan Permainan Tim yang dilaksanakan
setelah proses pembelajaran dan memperoleh penghargaan dan hadiah.
Trianto (2010 : 56) menjelaskan, dalam pembelajaran kooperatif, siswa
belajar bersama dalam kelompok - kelompok kecil yang terdiri dari 4 hingga 6
orang siswa yang sederajat tetapi heterogen untuk mencapai ketuntasan materi
yang disajikan oleh guru, dan saling membantu antara teman sekolompoknya
hingga semua anggota kelompok menguasai materi.
Nur dan Wikandari (dalam Trianto, 2010 : 83) mengemukakan bahwa
model tim games tournament (TGT) atau pertandingan permainan tim dapat
digunakan dalam berbagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dengan
menggunakan penilaian bersifat terbuka, misalnya esai dan kinerja.
Menurut Muniarsih, Shopian dan Istianingsih, (2010:63) model
pembelajaran tim games tournament (TGT) adalah model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, seluruh siswa melakukan aktivitas tanpa ada
perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung
unsure permainan. Hal yang sama dikemukakan Maufur, (2010 : 157) bahwa
model pembelajaran tim games tournament (TGT) adalah model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, seluruh siswa melakukan aktivitas tanpa ada
perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung
unsur permainan serta pengayaan (reinforcement).
Selanjutnya Ahmadi, Amri dan Elisah (2011 : 63) mengemukakan, bahwa
model pembelajaran tim games tournament (TGT) adalah model pembelajaran
14
kooperatif yang mudah diterapkan, seluruh siswa melakukan aktivitas tanpa ada
perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung
unsur permainan. sehingga memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks dan
mudah menyerap pembelajaran. Selain itu, dapat menumbuhkan tanggung jawab,
kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe team games tournament (TGT) atau Pertandingan Permainan Tim adalah
model pembelajaran yang mudah diterapkan, sistem pembelajaran ini siawa
berusaha memanfaatkan teman sejawat sebagai sumber belajar disamping guru
dan sumber belajar lainnya. Dengan adanya pembelajaran berkelompok, saling
ketergantungan dan saling butuh antara sesama dapat terjalin, sehingga rasa
minder akan sesuatu disaat pelajaran berlangsung akan terkikis. Melalui
pembelajaran kooperatif atau berkelompok mampu menciptakan sebuah suasana
yang penuh kekeluargaan serta menyenangkan karena masing-masing anggota
harus mampu memberikan yang terbaik bagi kelompoknya dengan
mengumpulkan poin untuk menambah skor dalam pertandingan permainan tim
sebagai salah satu motivasi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran TGT sebagai berikut:
1. Siswa dikelompokkan dengan masing-masing kelompok terdiri dari tiga
sampai dengan lima orang. Anggota-anggota kelompok dibuat heterogen
meliputi karakteristik kecerdasan, kemampuan akademik, motivasi belajar,
jenis kelamin, ataupun latar belakang etnis yang berbeda.
15
2. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan presentasi guru dalam menjelaskan
pelajaran , pemaparan masalah (ceramah), pemberian contoh (demonstrasi).
Tujuannya adalah untuk mengenalkan konsep dan mendorong rasa ingin
tahu siswa.
3. Pemahaman konsep dilakukan dengan cara siswa diberi tugas-tugas
kelompok. Mereka boleh mengerjakan tugas-tugas tersebut secara serentak
atau saling bergantian menanyakan kepada temannya yang lain atau
mendiskusikan masalah dalam kelompok atau apa saja untuk menguasai
materi pelajaran tersebut. Para siswa tidak hanya dituntut untuk mengisi
lembar jawaban tetapi juga untuk mempelajari konsepnya. Anggota
kelompok diberitahu bahwa mereka dianggap belum selesai mempelajari
materi sampai semua anggota kelompok memahami materi tersebut.
4. Siswa memainkan pertandingan-pertandingan akademik dalam tournament
dan teman sekelompoknya tidak boleh menolong satu sama lain.
Pertandingan individual ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
penguasaaan siswa terhadap suatu konsep dengan cara siswa diberikan soal
yang dapat diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang dimiliki
sebelumnya.
5. Hasil pertandingan selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya
dan poin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai
atau melebihi kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya dijumlahkan untuk
membentuk skor kelompok.
16
6. Setelah itu guru memberikan pernghargaan kepada kelompok yang terbaik
prestasinya atau yang telah memenuhi kriteria tertentu. Penghargaan disini
dapat berupa hadiah, sertifikat, dan lain-lain.
Gagasan utama pada model pembelajaran kooperatif tipe tim games
tournament (TGT) adalah untuk memotivasi para siswa untuk mendorong dan
membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang
disajikan oleh guru, mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari
materi yang diberikan untuk memperoleh nilai yang memuaskan serta
penghargaan atau hadiah.
2.1.4 Strategi Model Kooperatif Tipe TGT Dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Servis Forehand Permainan Tenis Meja
Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, maka perlu
menyusun strategi sesuai dengan prosedur dalam model yang digunakan dalam
pembelajaran. Penjabaran model kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran servis
forehand permainan tenis meja adalah sebagai berikut:
1. Penyajian kelas
Guru menyampaikan materi tentang teknik dasar servis dalam permainan
tenis meja, yang meliputi teknik memegang bet, posisi siap, dan cara
melakukan servis forehand yang benar melalui ceramah dan demonstrasi.
Siswa memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan oleh guru.
2. Kelompok (team)
Guru membagi siswa dalam 4 kelompok yang anggotanya heterogen
berjumlah 4 orang setiap kelompok, dan menjelaskan fungsi kelompok
17
yakni untuk mendalami materi pembelajaran serta mempersiapkan
kelompok agar dapat bekerja dengan baik pada saat game tournament.
Setiap kelompok diberikan lembaran berisi aspek-aspek yang akan
dipraktikkan. Siswa berkumpul di meja permainan yang sudah disiapkan
dalam kelompok masing-masing dan melakukan latihan servis forehand,
siswa saling membimbing atau mengoreksi satu sama lain di dalam
timnya. Guru mengamati pelaksanaan pembelajaran dan mengoreksi
penyimpangan gerakan teknik dasar servis forehand yang dilakukan siswa.
3. Game (Permainan)
Game terdiri dari pertanyaan atau tes unjuk kerja untuk menguji
kemampuan teknik dasar servis forehand, yang didapat siswa dari
penyajian kelas dan belajar kelompok, pada kegiatan ini siswa tidak
dibolehkan membantu satu dengan lainnya. Aspek-aspek yang dinilai
ditulis pada kartu lengkap dengan skor penilaian individual yang nantinya
digunakan sebagai hasil evaluasi terhadap pembelajaran yang sudah
terlaksana, setiap siswa akan mendapat skor berdasarkan kwalitas gerak
yang ditunjukkan. Dan skor ini yang akan dikumpulkan siswa untuk
tournament.
4. Tournament (Pertandingan)
Tournament yang dilaksanakan adalah kompetisi akademik dalam bentuk
kelompok homogen berdasarkan tingkat kemampuan. Yang mendapat skor
tertinggi, menegah atas, menegah bawah dan terendah pada pelaksanaan
game sebelumnya dari setiap kelompok asal akan dipertemukan pada satu
18
meja tournament,. Dalam kelompok ini siswa akan berkompetisi
menunjukkan kwalitas gerak dari teknik dasar servis forehand untuk
memenangkan kelompok asal.
Pelaksanaan tournament hanya merupakan bagian dari motivasi siswa dan
bukan penilaian hasil belajar. Untuk evaluasi tentang peningkatan teknik dasar
servis forehand permainan tenis meja dilakukan pada penilaian individual saat
game dilaksanakan.
2.2 Penelitian Yang Relevan
Hingga saat ini PTK tentang penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe team games tournament (TGT) pada pendidikan jasmani belum pernah
dilakukan di Universitas Negeri Gorontalo. Namun peneliti menemukan beberapa
hasil penelitian sebelumnya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
lainnya yang relevan dan dapat digunakan sebagai pembanding dalam penilitian
ini antaranya adalah:
1. Hiola Yahya (2012 : 60) penelitian tentang meningkatkan kemampuan
teknik dasar lemparan samping permainan softball melalui strategi
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas Xa SMK Pertanian
Limboto, Kabupaten Gorontalo. Dalam penelitian dinyatakan bahwa
dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw,
kemampuan teknik dasar lemparan samping permainan softball meningkat
hingga 9,05 % dari hasil observasi awal 69,1 % menjadi 78,15 %.
2. Hamzah Fengki (2009 : 36) penelitian tentang meningkatkan kemampuan
menggiring bola permainan bola basket melalui model pembelajaran
19
kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VIII Bg SMP Negeri 2 Telaga,
menyimpulkan peningkatannya rata-rata 17,7 %. dari observasi awal, ke
siklus I sampai siklus II.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa penelitan yang dilaksanakan oleh peneliti
terdapat perbedaan dan persamaan dengan ke tiga PTK di atas. Perbedaannya
adalah pada variabel yang ditingkatkan dan tipe model pembelajaran yang
digunakan, sedangkan persamaanya yaitu penerapan model pembelajaran
kooperatif .
2.3 Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Jika diterapkan model pembelajaran
kooperatif tipe team games tournament (TGT) dalam pembelajaran, maka teknik
dasar servis forehand permainan tenis meja siswa kelas VII SMP Negeri 3 Telaga
Biru Kabupaten Gorontalo dapat meningkat”.
2.4 Indikator Kinerja
Apa bila terjadi peningkatan teknik dasar servis forehand permainan tenis
meja hingga mencapai 85% dari jumlah siswa yang diteliti (yakni 16 orang)
dengan perolehan nilai rata-rata minimal 75,00 atau dengan kategori “baik” maka
penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya dan dianggap selesai.
Top Related