17
BAB II
KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN
A. KAJIAN TEORI
1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN
DESENTRALISASI
Pada hakikatnya Indonesia merupakan Negara yang berdasarkan
hukum (Rechstaat), maka persoalan apapun yang menyangkut tentang
penyelenggaraan urusan pemerintahan di Indonesia haruslah berdasarkan
hukum yang berlaku. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 “Negara Indonesia
adalah Negara Hukum”, yang menganut desentralisasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan, sebagaimana diisyaratkan dalam Pasal 18 ayat (1) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 “Negara Kesatuan
Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota
mempunyai pemerintah daerah, yang diatur dengan undang-undang”.1
Dalam hal penyelenggaraan otonomi daerah, konsep pemikiran
tentang otonomi daerah mengandung pemaknaan terhadap eksistensi otonomi
daerah tersebut terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan
1Ridwan HR, Op,Cit, h. 17.
18
menggunakaan prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab dalam
dalam urusan pemerintahan.2
Implementasi kebijakan terhadap suatu produk perundang-undangan
tertentu, seakan-akan merupakan sesuatu yang dianggap sangat sederhana,
tingkat implementasi suatu produk hukum dapat diaktualisasikan untuk
tercapainya tujuan yang ingin dikehendaki oleh hukum.3
Dengan adanya perkembangan yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat saat ini menandakan bahwa terdapat banyak peraturan perundang-
undangan yang dibuat oleh pemerintah dengan tujuan untuk menjaga
kelangsungan hidup masyarakat dan bernegara serta adanya norma-norma
hukum yang diciptakan untuk mengatur hak serta kewajiban masyarakat.
Menurut Robert B. Seidman untuk melihat berkerjanya hukum dalam
masyarakat dapat dilihat dari tiga element yaitu meliputi :
1. Lembaga pembuat peraturan.
2. Lembaga pelaksana peraturan.
3. Pemangku peran.
Ketiga element ini sangat penting untuk menilai berfungsinya hukum
atau bekerjanya hukum di masyarakat, sehingga perlu untuk dilaksanakan
oleh semua pihak baik itu pemerintah maupun masyarakat sesuai dengan apa
yang telah diamanatkan dalam undang-undang. Dengan demikian peningkatan
kesejahteraan masyarakat dalam daerah otonom merupakan suatu pijakan
2Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, h. 8. 3Siswanto Sunarno, Ibid, h. 82.
19
utama penetapan strategi kebijakan dalam pembangunan daerah. Adapun
tujuan yang dimiliki untuk menjadikan sebuah daerah otonom yang baik dan
tepat sasaran yaitu dapat berupa :4
a. Mempercepat peningkatan kesadaran masyarakat
dalam hal pemberdayaan masyarakat, pelayanan
publik dan peningkatan daya saing.
b. Mengoptimalkan kinerja pemerintahan daerah dalam
pencapaian tujuan otonomi daerah.
c. Memperkuat aspek regulasi.
Selain adanya tujuan untuk membentuk daerah otonom yang tepat
sasaran, terdapat beberapa asas yang dapat digunakan dalam membantu
pelaksanaan penyelenggaraan urusan pemerintahan yaitu :5
a. Asas desentralisasi : penyerahan wewenang
pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
dalam sistem NKRI.
b. Asas dekonsentrasi : pelimpahan wewenang
pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur,
sebagai wakil pemerintah kepada institusi vertikal di
wilayah tertentu.
c. Tugas pembantuan : adalah penugasan dari pemerintah
kepada daerah dan/atau desa; serta dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa untuk melakasanakan
tugas tertentu.
Ketentuan dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan: “Urusan Pemerintahan
terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan
urusan pemerintahan umum”. Dengan demikian hubungan antara pemerintah
4www.depkes.go.id/resources/download/rakerkesnas.../Kemendagri.pdf, diakses pada tanggal 15 maret
2016. 5Siswanto Sunarno, Op,Cit, h. 7.
20
pusat dan pemerintah daerah tidak dapat dipisahkan begitu saja, hubungan
fungsi pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah dilaksanakan
dengan pendekatan sistem otonomi yang meliputi sistem desentralisasi, sistem
dekonsentrasi, dan sistem tugas pembantuan.
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas dalam hal penyelenggaraan
otonomi daerah, maka sudah selayaknya pemerintah sebagai penyelenggara
pemerintahan meningkatkan implementasi kebijakan yang dibuat lebih
berkualitas salah satunya di bidang kesehatan guna tercapainya kesejahteraan
masyarakat yang diinginkan. Dalam kaitannya terhadap penyelenggaraan
otonomi daerah dibidang kesehatan maka urusan perintahan yang paling tepat
adalah urusan pemerintahan konkuren.
Pembagian urusan pemerintahan dalam rangka merealisasikan
kebijakan dalam bidang kesehatan tentu menjadi kewajiban pemerintah yang
harus dipenuhi. Adanya kebijakan yang dibuat menjadikan pemerintah daerah
harus mengupayakan berbagai cara untuk tercapainya keberhasilan
pembangunan kesehatan di masing-masing daerah.
Otonomi daerah bidang kesehatan memberikan kesempatan yang
banyak kepada pemerintah untuk mengeksplorasi kemampuan daerah dari
berbagai aspek, mulai dari komitmen pemimpin dan masyarakat untuk
membangun kesehatan, sistem kesehatan daerah, manajemen kesehatan
21
daerah, dana, sarana, dan prasarana yang memadai, sehingga diharapkan
kesehatan masyarakat di daerah menjadi lebih baik dan tinggi.6
Berdasarkan Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah menyatakan: “Urusan pemerintahan konkuren
sebagaimana di maksud dalam Pasal 9 ayat (3) yang menjadi kewenangan
Daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan
Pilihan”. Lebih lanjut ketentuan dalam Pasal 11 ayat (3) “Urusan
Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) adalah Urusan Pemerintahan Wajib yang sebagian
substansinya merupakan Pelayanan Dasar”.
Adapun kewenangan yang dimiliki urusan pemerintahan wajib yang
harus dilakukan terhadap pelayanan dasar berdasarkan ketentuan dalam Pasal
12 (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
yaitu :
“Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan
Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (2) meliputi:
a. Pendidikan.
b. Kesehatan.
c. Pekerjaan umum dan penataan ruang.
d. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman.
e. Keketenteraman, ketertiban umum, dan
pelindungan masyarakat.
f. sosial.
6http://www.kompasiana.com/rizwanhamdi/otonomi-daerah-dan-pembangunan-kesehatan-di
indonesia_, diakses pada tanggal 15 maret 2016.
22
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas menurut penulis
terhadap kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah terkait dengan
pelayanan bidang kesehatan diharapkan pemerintah mampu menjadikan
daerah otonomi yang dapat mensejahterakan masyarakat dalam bidang
pembangunan kesehatan, terlebih peran masyarakat juga diharapakan dalam
pelaksanaan pembangunan kesehatan karena masyarakat merupakan obyek
kebijakan desentralisasi yang dapat berpartisipasi dan berperan aktif dalam
rangka merealisasikan kesehatan yang layak bagi masyarakat. Menjadi pilihan
yang tepat ketika suatu daerah menggunakan prinsip otonomi daerah dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan karena dengan adanya prinsip otonomi
daerah ini menjadikan setiap daerah akan lebih mampu dan mandiri untuk
memberikan pelayanan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah.
Dengan demikian urusan pemerintahan baik wajib atau pilihan yang
telah didesentralisasikan kepada daerah otonom (baik pemerintah daerah
provinsi maupun pemerintah daerah kabupaten/kota) untuk diselenggarakan
berdasarkan asas otonomi maka daerah otonom tersebut dapat membentuk
peraturan daerah terkait dengan bidang urusan pemerintahan tersebut baik
wajib atau pilihan, dalam hal pemberian ASI Eksklusif sangat berkaitan
dengan urusan pemerintahan wajib yaitu bidang kesehatan, bidang
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, serta bidang keluarga
berencana dan keluarga sejahtera, maka daerah dimungkinkan secara
23
kewenangan untuk melakukan pengaturan tentang pemberian ASI Eksklusif
ke dalam Peraturan Daerah.7
2. PERAN DAN KEWAJIBAN PEMERINTAH DALAM
PELAKSANAAN PROGRAM INISIASI MENYUSU DINI
DAN ASI EKSKLUSIF
Tingkat keberhasilan suatu pembangunan kesehatan di sebuah daerah
dapat dilihat dari penurunan angka kematian bayi dan peningkatan status gizi
masyarakat serta peningkatan kemauan, kesadaran dan kualitas sumber daya
manusia guna tercapainya hidup sehat bagi setiap masyarakat agar dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, maka
sudah menjadi kewajiban Negara dan/atau pemerintah sebagai penyelenggara
pemerintahan untuk mengupayakan agar hal tersebut dapat terlaksana dengan
baik, upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan merealisasikan kebijakan yang
dibuat guna terpenuhinya hak-hak masyarakat yang telah dijamin oleh
undang-undang. Indonesia saat ini masih menghadapi masalah gizi ganda
yaitu kondisi dimana disatu sisi masih banyaknya jumlah penderita gizi
kurang, sementara disisi lain jumlah masyarakat yang mengalami gizi lebih
cenderung meningkat. Masalah gizi ganda ini sangat erat kaitannya dengan
gaya hidup masyarakat dan perilaku gizi. Status gizi masyarakat akan baik
7Naskah Akademik Bab III Raperda Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Eksklusif, Tahun 2013
24
apabila perilaku gizi yang baik dilakukan pada setiap tahap kehidupan
termasuk pada bayi.8
Salah satu kebijakan yang sedang digalakkan pemerintah saat ini
adalah pelaksanaan program Inisiasi Menyusu Dini (selanjutnya disebut IMD)
dan ASI Eksklusif bagi anak, karena pada dasarnya anak mempunyai peran
yang sangat penting yaitu sebagai generasi bangsa maka sudah selayaknya
Negara dan/atau pemerintah mempersiapkan segala sesuatu agar generasi
bangsa tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik bagi anak pada masa awal
pertumbuhan, sehingga pemerintah perlu memperhatikan hal ini dengan
berupaya menyediakan fasilitas yang layak dan memadai guna mewujudkan
terselenggaranya program pemberian ASI Eksklusif di sebuah daerah
khususnya di Kota Salatiga.
Dengan demikian, untuk memenuhi pelaksanaan program ASI
Eksklusif yang telah diuraikan diatas, pemerintah membutuhkan aturan yang
mencangkup segala aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan program
pemberian ASI Eksklusif. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu diatur
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air
Susu Ibu Eksklusif dan peraturan khusus untuk Kota Salatiga mengenai IMD
dan ASI Eksklusif yang terdapat dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga
Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu.
8Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif
25
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air
Susu Ibu Eksklusif pada hakikatnya memiliki tujuan untuk yang tertuang
dalam ketentuan Pasal 2 yaitu :
a. menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan
ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia
6 (enam) bulan dengan memperhatikan pertumbuhan
dan perkembangannya.
b. memberikan perlindungan kepada ibu dalam
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.
c. meningkatkan peran dan dukungan keluarga,
masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah
terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Dengan adanya tujuan yang diamanatkan dalam Pasal 2 diatas dapat
menjadi acuan bagi pemerintah dalam melaksanakan program pemberian ASI
Eksklusif sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat. Pemerintah
memiliki peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan program ini,
sehingga Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 mengatur bagaimana
tanggungjawab pemerintah dalam pelaksanaan program pemberian ASI
Eksklusif. Tanggungjawab pemerintah tersebut tertuang dalam ketentuan
pasal 3 yaitu :
a. menetapkan kebijakan nasional terkait program
pemberian ASI Eksklusif.
b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi program
pemberian ASI Eksklusif.
c. memberikan pelatihan mengenai program pemberian
ASI Eksklusif dan penyediaan tenaga konselor
menyusui di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan
tempat sarana umum lainnya.
d. mengintegrasikan materi mengenai ASI Eksklusif
pada kurikulum pendidikan formal dan nonformal
bagi Tenaga Kesehatan.
26
e. membina, mengawasi, serta mengevaluasi
pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI
Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan
pendidikan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana
umum, dan kegiatan di masyarakat.
f. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang berkaitan dengan ASI Eksklusif.
g. mengembangkan kerja sama mengenai program ASI
Eksklusif dengan pihak lain di dalam dan/atau luar
negeri. dan
h. menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi
dan edukasi atas penyelenggaraan program
pemberian ASI Eksklusif.
Tidak hanya pemerintah saja yang bertanggung jawab tetapi
pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota juga
memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan program ini, kedua hal tersebut
tertuang dalam ketentuan Pasal 4 dan Pasal 5. Pemerintah provinsi memiliki
tanggungjawab yang meliputi :
a. melaksanakan kebijakan nasional dalam rangka
program pemberian ASI Eksklusif.
b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi program
pemberian ASI Eksklusif dalam skala provinsi.
c. memberikan pelatihan teknis konseling menyusui
dalam skala provinsi.
d. menyediakan tenaga konselor menyusui di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan tempat sarana umum
lainnya dalam skala provinsi.
e. membina, monitoring, mengevaluasi, dan mengawasi
pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI
Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan
pendidikan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana
umum, dan kegiatan di masyarakat dalam skala
provinsi.
f. menyelenggarakan, memanfaatkan, dan memantau
penelitian dan pengembangan program pemberian
27
ASI Eksklusif yang mendukung perumusan
kebijakan provinsi.
g. mengembangkan kerja sama dengan pihak lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. dan
h. menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi
dan edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI
Eksklusif dalam skala provinsi.
Selanjutnya pemerintah daerah kabupaten/kota memiliki
tanggungjawab yang meliputi :
a. melaksanakan kebijakan nasional dalam rangka
program pemberian ASI Eksklusif.
b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi program
pemberian ASI Eksklusif dalam skala
kabupaten/kota.
c. memberikan pelatihan teknis konseling menyusui
dalam skala kabupaten/kota.
d. menyediakan tenaga konselor menyusui di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan tempat sarana umum
lainnya dalam skala kabupaten/kota.
e. membina, monitoring, mengevaluasi, dan mengawasi
pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI
Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan
pendidikan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana
umum, dan kegiatan di masyarakat dalam skala
kabupaten/kota.
f. menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
program pemberian ASI Eksklusif yang mendukung
perumusan kebijakan kabupaten/kota.
g. mengembangkan kerja sama dengan pihak lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
h. menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi
dan edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI
Eksklusif dalam skala kabupaten/kota.
Tanggungjawab yang dimiliki pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota tidak jauh berbeda, ketiganya
28
saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Tanggungjawab yang
diuraikan diatas menjadi gambaran bagi pemerintah bagaimana seharusnya
pemerintah bertindak dalam penyelenggaraan program pemberian ASI
Eksklusif ini. Tidak hanya mengatur tentang tanggungjawab pemerintah saja
tetapi Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air
Susu Ibu Eksklusif juga secara tegas mewajibkan ibu yang melahirkan untuk
menyusui bayinya secara Eksklusif. Hal ini dipertegas dalam ketentuan Pasal
6. Menyusui merupakan sebuah kewajiban bagi setiap ibu namun keberadaan
susu formula dikalangan masyarakat perlu menjadi perhatian pemerintah
karena dapat menghambat pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif. Seperti
yang ditegaskan dalam ketentuan Pasal 17 ayat (1) yang menyatakan bahwa :
“Setiap Tenaga Kesehatan dilarang memberikan
Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya
yang dapat menghambat program pemberian ASI
Eksklusif kecuali dalam hal diperuntukkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15”.
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air
Susu Ibu Eksklusif walaupun menegaskan larangan pemberian susu formula,
namun ternyata terdapat pengecualian yang dijelaskan dalam Pasal 17 ayat
(1), hal itu dapat terjadi jika dalam pemberian ASI Eksklusif tidak
dimungkinkan berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7, yaitu berupa adanya indikasi medis, ibu tidak ada dan ibu terpisah dari bayi,
sehingga pemberian susu formula dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
29
dengan memberikan cara penyajian yang tepat dan benar kepada ibu dan atau
keluarga yang memerlukan susu formula bagi bayi.
Tidak hanya pemerintah saja yang berkewajiban mendukung
pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif, karena bila dikaitkan dengan
status seorang ibu yang bekerja maka terdapat kewajiban sebagai pengurus
tempat kerja serta penyelenggara sarana umum untuk mendukung program
ASI Eksklusif, dalam hal ini tempat kerja yang dimaksud adalah perusahaan
dan perkantoran milik pemerintah, pemerintah daerah dan swasta
sebagaimana yang dijelaskan dalam ketentuan Pasal 31, serta penyelenggara
sarana umum seperti yang dijelaskan dalam Pasal 32.
Dengan diharuskannya pengurus tempat kerja dan penyelenggara
sarana umum untuk mendukung program pemberian ASI Eksklusif maka
keduanya memiliki kewajiban untuk melaksanakan program pemberian ASI
Eksklusif, adapun kewajiban yang harus dilakukan oleh pengurus tempat kerja
adalah dengan memberikan kesempatan kepada ibu yang bekerja untuk
menyusui pada saat jam kerja ataupun memerah ASI selama di tempat kerja.
Selain itu guna menuju keberhasilan menyusui penyelenggara sarana umum
terutama adalah pelayanan kesehatan dapat melakukannya dengan
menggunakan 10 (sepuluh) pedoman yang terdapat dalam ketentuan Pasal 33
yang meliputi :
30
a. membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan
dikomunikasikan kepada semua staf pelayanan
kesehatan.
b. melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan
menerapkan kebijakan menyusui tersebut.
c. menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang
manfaat dan manajemen menyusui.
d. membantu ibu menyusui dini dalam waktu 60 (enam
puluh) menit pertama persalinan.
e. membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan
menyusui meskipun ibu dipisah dari bayinya.
f. memberikan ASI saja kepada Bayi baru lahir kecuali
ada indikasi medis.
g. menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya
sepanjang waktu 24 (dua puluh empat) jam.
h. menganjurkan menyusui sesuai permintaan Bayi.
i. tidak memberi dot kepada Bayi dan
j. mendorong pembentukan kelompok pendukung
menyusui dan merujuk ibu kepada kelompok
tersebut setelah keluar dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
Dari uraian yang telah dijelaskan penulis diatas mengenai kewajiban
pemerintah dan penyelenggara fasilitas umum dalam pelaksanaan program
pemberian ASI Eksklusif, maka pemerintah tidak boleh melupakan
pentingnya peran masyarakat dalam pelaksanaan program pemberian ASI
Eksklusif karena masyarakat juga dapat memberi dukungan kepada ibu
menyusui baik secara secara perorangan, kelompok, maupun secara
organisasi. Selain itu masyarakat juga dapat memberikan sumbangan
pemikiran terkait dengan pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif,
dapat juga meyebarkan informasi kepada masyarakat luas terkait dengan
pemberian ASI Eksklusif. Keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan
31
program pemberian ASI Eksklusif dapat menjadi salah satu kunci
keberhasilan program ini.
Selain adanya Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif yang mengatur secara keseluruhan
pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif maka dalam pelaksanaan
program pemberian ASI Eksklusif pada anak khususnya di Kota Salatiga,
pemerintah daerah membuat kebijakan terkait pelaksanaan program ASI
Eksklusif yang sedang digalakkan oleh pemerintah dengan mengeluarkan
Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi
Menyusu Dini dan Air Susu Ibu, yang pada hakikatnya Peraturan Daerah ini
dilaksanakan dengan berdasarkan asas yang terdapat dalam ketentuan Pasal 2
yaitu :
a. asas kepentingan terbaik anak .
b. perlindungan terhadap ibu dan anak.
c. non diskriminasi.
Peraturan Daerah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan
perlindungan secara hukum bagi bayi untuk mendapatkan hak dasarnya,
memberikan perlindungan secara hukum bagi ibu untuk memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya dimanapun dan kapanpun, dan meningkatkan peran
serta dan dukungan keluarga, masyarakat, dan pemerintah daerah terhadap
pelayanan IMD dan ASI Eksklusif sebagaimana telah dijelaskan dalam
ketentuan Pasal 3.
32
Dengan demikian maka, pemerintah daerah perlu bekerja semaksimal
mungkin untuk dapat mewujudkan apa yang telah diamanatkan dalam
Peraturan Daerah ini dengan berupaya menyediakan fasilitas penunjang yang
dapat membantu pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif, selain itu
pemerintah daerah juga memiliki kewajiban serta tanggungjawab untuk
melaksanakan program ini berdasarkan ketentuan dalam Pasal 4 yang meliputi
:
a. melaksanakan kebijakan nasional dalam rangka program
pemberian ASI Eksklusif.
b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi program
pemberian ASI Eksklusif dalam skala provinsi.
c. memberikan pelatihan teknis konseling menyusui dalam
skala provinsi.
d. menyediakan tenaga konselor menyusui di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan tempat sarana umum lainnya
dalam skala provinsi.
e. membina, monitoring, mengevaluasi, dan mengawasi
pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI
Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan
pendidikan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana
umum, dan kegiatan di masyarakat dalam skala
provinsi.
f. menyelenggarakan, memanfaatkan, dan memantau
penelitian dan pengembangan program pemberian ASI
Eksklusif yang mendukung perumusan kebijakan
provinsi.
g. mengembangkan kerja sama dengan pihak lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
h. menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan
edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI Eksklusif
dalam skala provinsi.
Sama halnya dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33
Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, Peraturan Daerah
33
Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air
Susu Ibu juga memberi ketentuan dalam Pasal 5 ayat (2) yang mewajibkan ibu
untuk menyusui. Namun, nampaknya ketentuan mengenai IMD dan ASI
Eksklusif dalam Peraturan Daerah ini menjelaskan lebih spesifik yaitu
memberi kewajiban pula bagi ibu apabila selama pemberian ASI Eksklusif
berat badan bayi tidak bertambah sesuai grafik pertumbuhan, maka ibu bayi
yang bersangkutan wajib mencari informasi kepada konselor atau tenaga
kesehatan9 yang hal ini tidak dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor
33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
Dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan penyelenggaran program
pemerintah mengenai pemberian ASI Eksklusif yang telah diatur dalam
Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi
Menyusu Dini dan Air Susu Ibu pemerintah daerah juga perlu mengupayakan
tersedianya tenaga kesehatan, konselor ASI, motivator ASI dan tenaga lainnya
yang memadai agar dapat memberikan informasi dan edukasi mengenai IMD
dan ASI Eksklusif kepada masyarakat.
Selain ketersediaan tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan
yang layak untuk menunjang pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif,
salah satu fasilitas lain yang dibutuhkan ibu menyusui adalah ruang ASI,
dimana berdasarkan ketentuan dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan
9Ketentuan Pasal 9 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air
Susu Ibu.
34
Nomor 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus
Mengenai Dan/Atau Memerah Air Susu Ibu ruang ASI ini bertujuan untuk
memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif dan
memenuhi hak anak untuk mendapatkan ASI Eksklusif sehingga pemerintah
perlu mengupayakan adanya ruang ASI ini di setiap fasilitas umum, pelayanan
kesehatan, serta instansi pemerintahan lain.
Kewajiban pemerintah daerah tidak hanya terbatas pada ketentuan
dalam Pasal 4, tetapi pemerintah daerah juga wajib melibatkan masyarakat
dalam penyelenggaraan Program IMD dan ASI Eksklusif serta mewajibkan
kepada instansi pemerintahan lain untuk ikut mendukung dan memberikan
kesempatan kepada ibu menyusui untuk memberikan ASI Eksklusif kepada
bayinya,10 sehingga guna mencapai keberhasilan dalam penyelenggaraan
program ASI Eksklusif masyarakat dapat ikut berperan aktif mendukung
keberhasilan penyelenggaraan IMD dan ASI Eksklusif dengan melakukan hal-
hal berupa :
a. pemberian motivasi dan dukungan kepada ibu
melahirkan untuk dapat melakukan IMD dan
memberikan ASI Eksklusif.
b. pemberian sumbangan pemikiran dan sarana
prasarana terkait dengan penentuan kebijakan
dan/atau pelaksanaan program IMD dan ASI
Eksklusif.
c. penyebarluasan informasi kepada masyarakat luas
terkait dengan IMD dan ASI Eksklusif.
10Ketentuan Pasal 11 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air
Susu Ibu.
35
d. penyediaan waktu dan tempat bagi ibu dalam IMD
dan ASI Eksklusif.
e. berpartisipasi dalam pelatihan teknis konseling
menyusui.
f. menyediakan diri sebagai tenaga konselor menyusui
di tempat fasilitas umum.11
Peraturan Daerah yang dibuat pemerintah daerah Kota Salatiga bukan
hanya dibuat karena merupakan kewajiban pemerintah daerah dalam
merealisasikan kebijakan nasional saja, tetapi juga pemerintah daerah
mendukung penuh terselenggaranya program pemberian ASI Eksklusif.
Dengan demikian adanya kebijakan yang dibuat pemerintah daerah Kota
Salatiga dalam Peraturan Daerah Kota Salatig Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu, diharapkan pemerintah mampu
melaksanakan program ini dengan baik dan tepat sasaran guna menciptakan
generasi penerus bangsa yang berkualitas dan cerdas.
3. HAK ASASI ANAK
Pada umumnya tujuan akhir setiap Negara yaitu menciptakan atau
mewujudkan kebahagiaan atau kesejahteraan bagi rakyatnya (bonum
publicum, common good, common wealth). Harold J.Laski (Budiardjo,
2008:55) mengemukakan tujuan negara yaitu menciptakan keadaan dimana
rakyat dapat mencapai keinginan-keinginan mereka secara maksimal (creation
11Ketentuan Pasal 17 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air
Susu Ibu.
36
of those conditions under which the members of the state may attain the
maximum satisfaction of their desires).12
Dalam pelaksanaannya, Negara Indonesia memiliki tujuan yang
tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Hal ini menegaskan bahwa Negara dan/atau pemerintah memiliki
peranan penting dalam mewujudkan kesejahteraan hidup rakyatnya. Salah
satu peranan Negara dan/atau pemerintah dalam mensejahterakan rakyat
adalah dengan memberikan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia
(HAM). Berbicara mengenai HAM tentu sangat menjadi perhatian bagi setiap
orang, karena HAM yang melekat pada diri manusia seyogyianya harus
dijunjung tinggi dalam sebuah kehidupan. Hak Asasi Manusia (HAM)
merupakan seperangkat hak yang melekat/inheren pada diri manusia semata-
mata karena kodrat kemanusiaannya. Konsep HAM harus dimaknai sebagai
hubungan hukum sui generis antara penyandang hak atau pihak yang berhak
(rakyat) penanggung jawab hak atau pihak yang berwajib karena suatu hak
(Negara).13
12Umbu Rauta, Negara dan Konstitusi dalam Buku Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Hukum
Universitas Satya Wacana, h. 61. 13Titon Slamet Kurnia, Hak atas Derajat Kesehatan Optimal sebagi HAM di Indonesia, P.T. Alumni,
Bandung, 2007, h.10.
37
Dalam hal kaitannya terhadap HAM, perlindungan terhadap anak
merupakan sebuah HAM yang harus dipenuhi karena sejatinya anak
merupakan generasi muda yang nantinya akan meneruskan cita-cita bangsa
dan mempunyai arti penting dalam pembangunan nasional, dengan demikian
maka perlu adanya kesempatan bagi seorang anak untuk mengembangkan diri
sesuai dengan usianya dan berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh kembang,
berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan
diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan, hal ini dikarenakan bagaimanapun
juga di tangan anak-anak kemajuan suatu bangsa tersebut akan ditentukan14,
selain itu anak juga memiliki kedudukan sebagai subjek HAM. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa perlindungan terhadap hak anak juga
merupakan bagian dari sebuah HAM yang harus terpenuhi layaknya orang
dewasa dan tanpa terkecuali.
Sebagaimana Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menjamin perlindungan terhadap hak anak, ketentuan dalam
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 52
ayat (2) juga menjamin perlindungan terhadap hak anak, yang menyatakan
bahwa: “Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak
anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan”,
lebih lanjut dimuat dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak j.o Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
14http://e-journal.uajy.ac.id/7178/1/JURNAL.pdf, Perlindungan Hukum terhadap Anak korban
Eksploitasi Ekonomi, oleh Benedhicta Desca Prita Octalina S.H, diakses pada tanggal 10 februari
2016.
38
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan anak yang menyatakan bahwa: “Hak anak adalah bagian dari
hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang
tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara”.
Adapun tujuan yang diinginkan dalam rangka pelaksanaan
perlindungan anak tercantum pada ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak j.o Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa :
“Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin
terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup,
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak
Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan
sejahtera”.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Negara dan/atau pemerintah memiliki
peranan penting dalam rangka melindungi hak asasi anak karena tujuan dari
sebuah Negara adalah mensejahterakan rakyat, sehingga Negara dan/atau
pemerintah memiliki tanggungjawab dalam pelaksanaan perlindungan
terhadap hak anak agar dapat menjamin terpenuhinya semua hak dasar yang
dibutukan anak, tidak hanya peran pemerintah saja yang dibutuhkan dalam
perlindungan terhadap hak anak karena peran keluarga serta orangtua juga
39
penting dan berpengaruh dalam perkembangan diri seorang anak. Tanpa
dukungan keluarga anak tidak akan mampu berkembang secara optimal dalam
kehidupannya.
Adapun ketentuan peraturan yang menguatkan bahwa perlindungan
anak menjadi tanggungjawab bersama anatara pemerintah dan warga Negara
terdapat dalam Pasal 21 dan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak j.o Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Dalam rangka penyelenggaraan perlindungan anak,
pemerintah juga bertanggungjawab menyediakan fasilitas dan aksesibilitas
bagi anak, terutama dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangannya
secara optimal dan terarah.
Bertitik tolak pada konsep perlindungan anak yang utuh, menyeluruh,
dan komperhensif maka undang-undang perlindungan anak meletakkan
kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas:15
1. Asas nondiskriminasi.
2. Asas kepentingan yang terbaik bagi anak.
3. Asas hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan
perkembangan.
4. Asas penghargaan terhadap pandangan/pendapat anak.
Hak dasar yang dimiliki seorang anak salah satunya dapat berupa hak
mendapat pelayanan kesehatan, hal ini diperkuat dengan adanya ketentuan
dalam sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang telah
15Rika Saraswati, Hukum Perlindungan Anak di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009, h.
25.
40
mensahkan Deklarasi tentang hak-hak anak pada tanggal 20 November 1959.
Dalam mukadimah deklarasi ini, tersirat bahwa umat manusia berkewajiban
memberikan yang terbaik untuk anak, pada poin 4 deklarasi ini memuat
ketentuan “anak berhak dan harus dijamin secara kemasyarakatan untuk
tumbuh kembang secara sehat. Untuk ini baik sebelum maupun setelah
kelahirannya harus ada perawatan dan perlindungan khusus bagi anak dan
ibunya. Anak berhak mendapat gizi yang cukup, perumahan, rekreasi, dan
pelayanan kesehatan”.16
Dengan adanya ketentuan tersebut maka pemerintah perlu
mengupayakan cara agar dapat terpenuhinya hak anak untuk menjadi sehat.
Peran orangtua khususnya ibu perlu dilibatkan dalam hal pemenuhan hak anak
atas kesehatan, maka cara yang dapat dilakukan salah satunya dengan
memperhatikan status gizi dan kesehatan pada anak. Gizi yang diperoleh
seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari berperan besar untuk
kehidupan anak begitupun terhadap kesehatan, anak yang sehat dipastikan
mendapat asupan gizi yang cukup dan seimbang pada masa pertumbuhannya.
Gizi yang paling utama dan baik pada masa awal pertumbuhan seorang anak
adalah pemberian ASI Eksklusif, maka pemberian ASI Eksklusif pada anak
mulai dari lahir sampai dengan usia 6 bulan wajib diberikan oleh ibu guna
mewujudkan generasi penerus bangsa yang berkualitas, sehat dan cerdas.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas terkait dengan hak
asasi anak terhadap pelayanan kesehatan diharapkan pemerintah mampu
16Maidin Gultom, Opcit ,. h. 45.
41
menyelenggarakan kebijakan terkait hak anak dengan baik, dan optimal agar
tujuan untuk memenuhi hak-hak anak dapat terlaksana sesuai dengan yang
telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak j.o Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak. Dengan adanya penyelenggaraan perlindungan anak, diharapkan anak
yang menjadi tanggungjawab Negara dan/atau pemerintah serta masyarakat
dapat menyongsong masa depan secara baik dalam kehidupan, baik di
lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat.
4. HAK ATAS KESEHATAN
Kesehatan merupakan hal terpenting dalam sebuah kehidupan seorang
manusia, karena tanpa adanya hidup yang sehat seseorang tidak akan bisa
melakukan aktivitas sehari-harinya. Selain itu kesehatan juga merupakan
bagian dari hak asasi manusia yang harus terpenuhi, kesehatan sebagai hak
asasi manusia secara tegas diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 H ayat (1) yang menyatakan bahwa:
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan”. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan mendefinisikan bahwa: “Kesehatan adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan
42
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis”. Adapun
tujuan dari sebuah pembangunan kesehatan termaktub dalam ketentuan Pasal
3 Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menyebutkan bahwa:
“Pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis”.
Lebih lanjut ketentuan dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: “Setiap Orang Berhak
atas Kesehatan”. Hal ini berarti bahwa kesehatan menjadi salah satu ukuran
selain tingkat pendidikan dan ekonomi, yang menentukan mutu dari sumber
daya manusia. Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan
modal utama dalam pembangunan kesehatan.
Hak atas kesehatan seseorang telah diakui serta diatur dalam berbagai
instrument internasional maupun nasional. Jaminan pengakuan hak atas
kesehatan tersebut secara eksplisit dapat dilihat dari berbagai instrumen
sebagai berikut :17
a. Instrumen Internasional meliputi :
17http://www.academia.edu/5713466/Hak_Atas_Kesehatan_Dalam_Perspektif_HAM, oleh Dedi
Afandi, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran, Universitas Riau,
Pekanbaru, Indonesia, diunggah oleh Sri Hariana,
43
- Pasal 25 Universal Declaration of Human Rights
(UDHR)
- Pasal 6 dan 7 International Convenant on Civil
and Political Right (ICCPR)
- Pasal 12 International Convenant on Economic,
Social and Cultural Right (ICESCR)
- Pasal 5 International Convention on the
Elimination of All forms of Racial
Discrimination (ICERD)
- Pasal 11, Pasal 12 dan 14 Convention on the
Elimination of All Forms of Discrimination
against Women (Women’s Convention)
- Pasal 1 Convention against Torture and Other
Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or
Punishment (Torture Convention, or CAT)
b. Instrumen Nasional
- Amandemen- II Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945.
- Pasal 9 UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia.
- Pasal 4 UU Nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan.
- UU Nomor 11 tahun 2005 tentang Ratifikasi
Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.
Hak atas kesehatan bukan hanya hak agar setiap orang untuk menjadi
sehat atau pemerintah harus menyediakan sarana pelayanan kesehatan yang
mahal di luar kesanggupan pemerintah, tetapi untuk mewujudkan derajad
kesehatan masyarakat yang baik dan layak maka menjadi tanggung jawab
bersama antara pemerintah dan seluruh masyarakat, dilaksanakan berdasarkan
prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka
pembentukan sumber daya manusia yang memiliki tingkat ketahanan dan
daya saing yang tinggi.
Tanggungjawab yang dimiliki pemerintah terhadap pembangunan
kesehatan yang layak bagi masyarakat tertuang dalam ketentuan Pasal 14 ayat
44
(1) Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang
menyatakan: “Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,
menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya
kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat”. Lebih lanjut
ketentuan dalam Pasal 49 ayat (1): “Pemerintah, pemerintah daerah dan
masyarakat bertanggung jawab atas penyelenggaraan upaya kesehatan.
Dengan adanya ketentuan yang mengatur tentang siapa yang
bertanggungjawab dalam urusan pembangunan kesehatan menjadikan
masyarakat juga dapat ikut berperan aktif dalam peningkatan kesehatan tiap
daerah sehingga menjadikan masyarakat dapat menikmati hidup yang sehat
serta dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, selain itu pemerintah
dan pejabat publik dapat membuat berbagai kebijakan dan rencana kerja yang
mengarah kepada tersedia dan terjangkaunya sarana pelayanan kesehatan
untuk semua dalam kemungkinan waktu yang secepatnya.18 Kebijakan
kesehatan merupakan acuan bagi pelaksanaan tugas-tugas mengurus dan
mengatur oleh pemerintah dalam rangka kewajiban Negara merealisasikan
hak atas derajat kesehatan yang optimal.19
Sebagaimana Undang-Undang telah menjamin hak atas kesehatan,
maka sudah sepatutnya pemerintah dapat mengupayakan suatu cara dalam
mewujudkan pembangunan kesehatan salah satunya adalah dengan
18http://www.academia.edu/5713466/Hak_Atas_Kesehatan_Dalam_Perspektif_HAM, oleh Dedi
Afandi, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran, Universitas Riau,
Pekanbaru, Indonesia, diunggah oleh Sri Hariana, 19Titon Slamet Kurnia, Op,Cit, h. 81.
45
memperhatikan penyelenggaraan kesehatan terhadap ibu dan anak. Hak atas
kesehatan bagi ibu dan anak patut diperjuangkan, mengingat bahwa besarnya
peranan ibu dalam mewujudkan generasi penerus bangsa dan juga terhadap
pengoptimalan tumbuh kembang anak sejak dini guna tercapainya
pengembangan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas, karena salah
satu kunci keberhasilan dalam pembangunan kesehatan adalah penurunan
angka kematian ibu, angka kematian bayi dan peningkatan status gizi
masyarakat.
5. ASI EKSKLUSIF
Pada hakikatnya anak yang baru dilahirkan membutuhkan sesuatu
yang dapat membuat seorang anak tumbuh sehat dan cerdas. Yang dibutuhkan
anak diawal kehidupannya yaitu dapat berupa:20
a. Kesehatan : sangat penting bagi ibu dan anak
sehingga akan menjamin kelangsungan hidup,
kesehatan , dan perkembangannya.
b. Pemenuhan Gizi : dengan gizi baik dan cukup pada awal
kehidupan, akan memberikan perkembangan fisik, mental
dan social pada anak.
c. Lingkungan Sekitar : anak akan lebih peka
terhadap bahaya lingkungannya karena masalah
kedewasaan/fisiologis, perilaku, pertumbuhan
fisik dan mental.
Salah satu upaya yang paling mendasar untuk menjamin pencapaian
kualitas tumbuh kembang anak secara optimal sekaligus memenuhi hak anak
adalah memberikan makanan terbaik bagi anak sejak lahir hingga usia dua
20Seminar ASI Eksklusif, Oleh Titik Kristina Anggraeni, Ikatan Konselor ASI Salatiga.
46
tahun. Makanan terbaik pada masa awal pertumbuhan anak adalah dengan
memberikan ASI Eksklusif. Pemberian ASI Eksklusif pada anak sejak
dilahirkan sampai dengan usia 6 bulan (bayi) diperlukan pada masa
pertumbuhan, karena ASI Eksklusif merupakan sumber makanan paling
sempurna diantara lainnya. Kualitas ASI Eksklusf tidak perlu diragukan lagi
karena ASI Eksklusif memiliki banyak manfaat bagi perkembangan anak.
Anak yang minum ASI Eksklusif jauh lebih sehat dan rentan terhadap
penyakit.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menjamin
pemenuhan hak bayi dalam pasal 128 menyatakan: “setiap bayi berhak
mendapatkan Air Susu Ibu Eksklusif, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan
penyediaan waktu dan fasilitas khusus”. Selanjutnya tanggungjawab
pemerintah dalam menjamin hak bayi dituangkan dalam pasal 129.
Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI
Eksklusif merupakan sebuah kebijakan yang dibuat untuk mendukung
pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif, bertujuan untuk memenuhi
hak bayi dan memberi perlindungan kepada ibu menyusui serta meningkatkan
peran dan dukungan keluarga, masyarakat, pemerintahan daerah dan
pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif, selain itu Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 juga mengatur tugas dan tanggungjawab
pemerintah serta pemerintah daerah dalam pengembangan program ASI, salah
47
satunya menetapkan kebijakan nasional dan daerah, melaksanakan advokasi
dan sosialisasi serta melakukan pengawasan terkait program ASI Eksklusif.
Tidak hanya pada Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 saja
yang mengatur ketentuan mengenai pemberian ASI Eksklusif, apabila melihat
pada ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2013 juga
mengatur tata cara dalam penyediaan fasilitas menyusui, lebih lanjut dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2013 tentang aturan
penggunaan susu formula bayi dan produk lainnya.
Dengan demikian dalam rangka mewujudkan keberhasilan ibu
menyusui serta guna mewujudkan derajat kesehatan ibu dan anak yang
diinginkan maka pemerintah memiliki peran penting dan bertanggungjawab
dalam pelaksanaan kebijakan mensejahterakan kesehatan ibu dan anak,
berbagai upaya harus dilakukan guna tercapainya pelaksanaan program
pemberian ASI Eksklusif ini, sama halnya dengan pemerintah, peran keluarga
dalam penyelenggaraan program ASI Eksklusif ini juga diperlukan hal ini.
Mengingat kunci keberhasilan dari seorang ibu menyusui salah satunya
dipengaruhi oleh dukungan keluarga.
5.1.Pengertian ASI
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012
tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Pasal 1 angka 1 mendefinisikan:
48
“Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi
kelenjar payudara ibu”.
ASI merupakan sumber kehidupan bagi sang bayi pada periode extro-
gestate atau pasca kelahiran. Tidak ada makanan sesempurna ASI bagi sang
bayi hingga umur 4-6 bulan dari kelahiran. Dalam keadaan normal, ASI sudah
lengkap dengan nutrisi yang diperlukan oleh sang bayi hingga umur extro-
gestate.21
5.2.Pengertian ASI Eksklusif
Ketetentuan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif juga menjelaskan
definisi dari ASI Eksklusif. Pasal 1 angka 2 menyatakan bahwa: “Air Susu
Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang
diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa
menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain”.
Menyusui (breast-feeding) memberi sang bayi makanan melalui
kecupan ke puting susu sang ibu kandung pasca kelahiran. Definisi menyusui
inilah yang dikatagorikan sebagai ASI Eksklusif. Menyusi tanpa melalui
puting susu ibu kandung bagi si bayi tidak dikatagorikan menyusui dan tidak
dikatagorikan ASI Eksklusif, karena hanya sekedar memberi makanan berupa
ASI. Jadi, menyusui melalui kecupan ke putting susu sang ibu kandung oleh
sang bayi disebut breast-fedding. (Jelliffe DB and Jelliffe EFP, 1978).
21Mangku Sitepoe, ASI Eksklusif Arti Penting Bagi Kehidupan, PT Indeks, Jakarta, 2013, Hal. 10.
49
Dengan menyusui melalui kecupan putting susu ibu kandung, bayi
mendapatkan makanan yang memenuhi kebutuhan jasmani dan sekaligus
mendapatkan kasih sayang serta cinta kasih, yang memenuhi kebutuhan psikis
atau batin sang ibu maupun sang bayi.22
5.3.Kandungan ASI
Kolostrum (susu awal) adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama
setelah bayi lahir, berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental karena
banyak mengandung protein dan vitamin A serta zat kekebalan tubuh yang
penting untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi. Walaupun jumlah
kolostrum sedikit namun sudah memenuhi kebutuhan gizi bayi, oleh karena
itu kolostrum jangan dibuang tetapi harus diberikan kepada bayi.
Selain itu kolostrum memiliki manfaat bagi bayi yaitu sebagai obat
yang mengandung zat kekebalan yang sangat berguna bagi bayi, karena dapat
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan alergi, kolostrum dapat
memenuhi gizi bayi pada hari-hari pertama setelah kelahiran.23
5.4.Manfaat ASI
Kebutuhan ASI Eksklusif bagi bayi semata-mata bukan hanya karena
kebutuhan belaka saja, tetapi ASI Eksklusif memiliki manfaat yang sangat
22Mangku Sitepoe, Ibid ,. Hal. 4. 23Buku Konsultasi Gizi, Ibu Bekerja Tetap Memberikan Air Susu Ibu (ASI), Kegiatan Perbaikan Gizi
Masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Salatiga, hal. 1 dan 3.
50
luar biasa dalam membantu proses tumbuh kembang anak, tanpa adanya ASI
Eksklusif bayi tidak dapat tumbuh secara optimal.
Adapun manfaat dari kandungan ASI Eksklusif yang diberikan kepada
bayi dapat berupa:24
a. Sumber Gizi Lengkap.
b. Imunisasi Awal Bayi.
c. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh.
d. Meningkatkan Kecerdasan Otak.
e. Meningkatkan Kecerdasaan Emosional dan Spiritual Anak.
Tidak hanya manfaat pada kandungan ASI saja yang menguntungkan
tetapi ada juga manfaat bayi yang mengkonsumsi ASI:25
a. Membantu mencegah konstipasi.
b. Mengurangi resiko kegemukan dan diabetes.
c. Mengurangi resiko berbagai infeksi.
d. Membantu mencegah alergi dan asma.
e. Membantu mencegah kematian mendadak pada bayi /
SIDS (Sudden Infant Death Syndrome).
f. Membantu mencegah kerusakan gigi.
g. Bayi lebih cerdas.
Manfaat menyusui bukan hanya untuk bayi, namun juga bermanfaat
bagi tubuh ibu. ASI diproduksi secara alami oleh tubuh untuk memenuhi
kebutuhan bayi dan merupakan makanan terbaik untuk bayi.
Adapun manfaat yang bisa didapatkan bagi ibu menyusui:
a. Menciptakan kedekatan dan ikatan antara ibu dan bayi.
b. Membantu rahim kembali ke ukuran normal.
c. Membantu tubuh mengontrol pendarahan.
24Seminar ASI Eksklusif, Oleh Titik Kristina Anggraeni, Ikatan Konselor ASI Salatiga. 25id.theasianparent.com/14-manfaat-menyusui, diakses pada tanggal 20 januari 2016.
51
d. Mengurangi resiko kanker payudara dan Rahim.
e. Membantu diet setelah melahirkan.
f. Mengurangi biaya pembelian susu formula.
g. Hemat waktu.
5.5.Hambatan Bayi Menggunakan ASI
Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif telah tegas mengatur kewajiban ibu untuk
memberikan ASI kepada bayinya, Pasal 6 menyatakan bahwa: “Setiap ibu
yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada Bayi yang
dilahirkannya”. Namun sampai saat ini masih saja banyak ditemui ibu yang
enggan menyusui bayinya secara eksklusif. Salah satu factor penghambat
tersebut dapat berupa adanya pemberian susu formula yang menjadi pilihan
dan tidak dapat dielakkan, karena ikatan batin antara bayi dengan ibu kandung
telah terputus sedangkan sang bayi harus menjalani kehidupan pasca
kelahiran.
5.6.Hambatan Menyusui Secara Eksklusif Pada Ibu
Selain hambatan menyusu ASI Eksklusif yang dirasakan bayi ternyata
hambatan menyusui secara eksklusif juga terjadi pada ibu, hal ini terkadang
disebabkan karena faktor ibu yang tidak dapat menyusui karena adanya
indikasi medis sebagaimana yang telah dijelaskan dalam ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
Selain faktor yang dapat menghambat ibu menyusui secara eksklusif yang
52
telah diuraikan diatas, ada faktor lain yang sering dijadikan alasan ibu tidak
mau menyusui bayinya secara eksklusif. Menurut pendapat penulis beberapa
faktor yang menjadi hambatan tersebut dapat berupa :
1. ASI Tak Cukup
Sebagian besar ibu menjadi putus asa ketika mengetahui produksi
ASI tidak cukup sehingga enggan memberikan ASI pada bayinya,
sebenarnya sikap enggan menyusui tidak boleh dilakukan begitu saja
oleh ibu, mengingat hal ini dapat dicegah dan dapat diupayakan untuk
meningkatkan produksi ASI ibu misalnya dengan mengkonsumsi
makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI.
2. Ibu yang Harus Bekerja
Status ibu yang bekerja bukan menjadi alasan untuk tidak
memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Karena status ibu
yang bekerja pun masih bisa menyusui bayinya walaupun melalui
perahan ASI yang dipompa sebelum ibu bekerja, selebihnya ditempat
kerja pun ibu juga mempunyai waktu untuk menyusui sebagaimana
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Pasal 83 menyatakan: “Pekerja/buruh perempuan yang anaknya
masih menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui
anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja”. Dengan
manfaatkan ruang laktasi yang ada yang sudah disediakan oleh
53
perusahaan tempat bekerja, sehingga alasan ibu bekerja tidak dapat
digunakan lagi untuk tidak menyusui bayinya.
3. Bayi Tetap Tumbuh Sehat
Sebagian orang beranggapan bahwa bayi yang tidak diberi ASI juga
dapat tumbuh sehat layaknya bayi yang diberi ASI. Mengganti ASI
dengan pemberian susu formula atau makanan lain yang dapat
membantu tumbuh kembang bayi dirasa cukup bagi sebagian orang.
Namun anggapan tentang bayi yang tidak diberi ASI tetap dapat
tumbuh sehat adalah anggapan yang salah. ASI adalah makanan
paling sempurna pada awal masa pertumbuhan karena kandungan
didalam ASI dapat membantu dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan bayi serta memiliki banyak manfaat, sehingga
kebanyakan bayi yang mengkonsumsi ASI terlihat lebih sehat dari
bayi yang tidak diberi ASI.
4. Penggunaan produk Susu Formula
Maraknya produk susu formula buatan pabrik menjadi pilihan bagi
ibu ketika enggan menyusui secara eksklusif, kebanyakan ibu
memilih susu formula karena selain praktis, mudah dicari, juga
memiliki nutrisi yang dirasa dapat membantu pertumbuhan bayi.
Tetapi anggapan ini juga salah, karena susu formula hanya akan
menjadi penghambat terhadap pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif.
54
Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun
2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif yang mewajibkan ibu
menyusui Pasal 6 menyatakan : “Setiap ibu yang melahirkan harus
memberikan ASI Eksklusif kepada Bayi yang dilahirkannya”, sehingga
dengan adanya ulasan mengenai ASI Eksklusif diharapkan mampu menjadi
gambaran bagi ibu menyusui secara eksklusif untuk melakukan hal ini. Selain
mewajibkan ibu menyusui, Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012
tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif juga memberikan pengecualian,
terdapat dalam ketentuan Pasal 7: “Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 tidak berlaku dalam hal terdapat: a. indikasi medis; b. ibu tidak ada;
atau c. ibu terpisah dari Bayi. Indikasi medis yang dimaksudkan dapat
ditentukan oleh tenaga kesehatan yang berhak sesuai dengn prosedur yang
berlaku. Sebagaimana undang-undang telah menjaminnya, maka dalam
pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif ini, pemerintah dituntut untuk
dapat mengupayakan suatu cara agar hambatan penggunaan ASI terhadap bayi
dan juga hambatan ibu menyusui dapat diminimalisir sehingga tidak akan ada
alasan lagi untuk tidak melaksanakan program pemberian ASI Eksklusif, serta
dengan adanya ulasan tentang ASI Eksklusif ini diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya ASI Eksklusif,
tidak hanya itu saja perlindungan terhadap hak ibu dan bayi ini juga harus
mendapat perhatian dari Negara dan/atau pemerintah, sehingga pelaksanaan
program pemberian ASI Eksklusif ini dapat berjalan dengan baik sebagaimana
mestinya.
55
B. HASIL PENELITIAN
B.1. TUPOKSI Dinas Kesehatan Kota Salatiga berdasarkan
Peraturan Walikota Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas
Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Pejabat Struktural Pada
Dinas Daerah Kota Salatiga
Setiap pejabat yang bekerja pada instansi pemerintahan di daerah
pastilah memiliki tugas dan fungsi disetiap pekerjaannya, tidak terkecuali
instansi pemerintahan seperti Dinas Kesehatan. Berdasarkan Tupoksi yang
terdapat dalam Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun 2011 Dinas
Kesehatan mempunyai tugas pokok yang terdapat dalam ketentuan Pasal 35
ayat (1) yaitu: “melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah dibidang
kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan”. Dalam ketentuan
Pasal 35 ayat (2) Dinas Kesehatan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang kesehatan.
b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan
pemerintahan dibidang kesehatan.
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kesehatan.
d. Pelaksanaan pelayanan kesekertariatan Dinas.
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota.
Tugas dan fungsi yang telah dijelaskan dalam Peraturan Walikota
Salatiga tersebut perlu dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan, mengingat
keberhasilan dalam pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif tidak
terlepas dari peran Dinas Kesehatan. Dalam Tupoksi Peraturan Walikota
56
Nomor 54 Tahun 2011 tidak hanya menjelaskan tugas pokok yang harus
dilakukan oleh Dinas Kesehatan, tetapi Tupoksi ini juga membagi kedalam
beberapa bidang sesuai dengan tugasnya dalam rangka membantu kinerja
Dinas Kesehatan.
Dalam hal dikaitkan dengan pelaksanaan program pemberian ASI
Eksklusif maka Bidang Pemberdayaan Kemitraan dan Promosi Kesehatan
serta Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan yang cocok untuk hal ini, karena
apabila melihat pada ketentuan Pasal 41 ayat (1) Bidang Pemberdayaan
Kemitraan dan Promosi Kesehata memiliki tugas pokok melaksanakan fungsi
manajemen Bidang Pemberdayaan Kemitraan dan Promosi Kesehatan,
sehingga untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Bidang Pemberdayaan
Kemitraan dan Promosi Kesehatan menyelenggarakan fungsi antara lain :
a. Perumusan kebijakan teknis pembinaan dibidang
pemberdayaan kemitraan dan promosi kesehatan.
b. Penyusunan rencana kegiatan dan pengembangan
Bidang Pemberdayaan Kemitraan dan Promosi
Kesehatan serta unit pelaksana teknis lainnya.
c. Pembinaan dan pengawasan kegiatan dibidang
pemberdayaan kemitraan dan promosi kesehatan
d. Pengarahan, pembinaan, pengoordinasian dan
pengevaluasian pelaksanaan kegiatan Bidang
Pemberdayaan Kemitraan dan Promosi Kesehatan
e. Pengawasan, pengendalian dan pemantauan atas
pelaksanaan kegiatan Bidang Pemberdayaan
Kemitaan dan Promosi Kesehatan.
f. Pembinaan dan pengarahan pada bawahan.
g. Penilaian prestasi kerja bawahan.
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan
57
Lebih lanjut ketentuan dalam Pasal 42 Bidang Pemberdayaan
Kemitraan dan Promosi Kesehatan terdiri dari :
a. Seksi Promosi Kesehatan dan Informasi Kesehatan.
b. Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan.
c. Seksi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat.
Selanjutnya apabila melihat pada ketentuan Pasal 56 yang membahas
mengenai Bidang Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan maka bidang ini
memiliki tugas pokok yaitu melaksanakan fungsi manajemen Bidang
Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan. Dengan menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang pelayanan dan
pembinaan kesehatan.
b. Penyusunan rencana kegiatan dan pengembangan Bidang
Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan.
c. Pembinaan dan pengawasan pengelolaan Unit Pelaksana
Teknis Dinas.
d. Pengarahan, pembinaan, pengoordinasian dan pengevaluasian
pelaksanaan kegiatan dibidang pelayanan dan pembinaan
kesehatan.
e. Pengawasan, pengendalian, dan pemantauan atas pelaksanaan
kegiatan Bidang Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan.
f. Pembinaan dan pengarahan pada bawahan.
g. Penilaian prestasi kerja bawahan.
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan.
Lebih lanjut ketentuan dalam Pasal 57 Bidang Pelayanan dan
Pembinaan Kesehatan terdiri dari :
a. Seksi Pelayanan Dasar dan Rujukan.
b. Seksi Gizi.
c. Seksi Kesehatan Keluarga dan Keluarga Berencana.
58
Dengan dibentuknya Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun
2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Pejabat Struktural Pada
Dinas Daerah Kota Salatiga tersebut diharapkan Peraturan Walikota Salatiga
Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas
Pejabat Struktural Pada Dinas Daerah Kota Salatiga ini dapat menjadi acuan
bagi pelaksanaan kebijakan pemerintah khususnya mengenai penyelenggaraan
program pemberian ASI. Mengingat bahwa Peraturan Walikota Salatiga
Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas
Pejabat Struktural Pada Dinas Daerah Kota Salatiga ini mengatur tata cara
serta tugas yang harus dilaksanakan instansi pemerintah (dalam hal ini Dinas
Kesehatan) Kota Salatiga.
B.2. Penyelenggaraan Program Pemberian ASI Eksklusif Di
Kota Salatiga
Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor
4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu, Peraturan
Daerah ini memiliki tujuan untuk menjamin pemenuhan hak Bayi untuk
mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam)
bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya,
memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif
59
kepada bayinya, meningkatkan peran dan dukungan Keluarga, masyarakat,
Pemerintah Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Dengan demikian guna mewujudkan tujuan dari dibentuknya
Peraturan Daerah ini pemerintah daerah memiliki kewajiban melaksanakan
program IMD dan ASI Eksklusif. Pemerintah Daerah melalui Dinas
Kesehatan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis menurut
kepala seksi gizi Dinas Kesehatan Kota Salatiga26 mengungkapkan bahwa
dalam rangka mewujudkan hak anak memperoleh ASI Eksklusif di Kota
Salatiga Dinas Kesehatan menyelenggarakan kegiatan pelaksanaan program
ASI Eksklusif dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
dapat membantu dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif serta dalam
melaksanakan advokasi dan sosialisasi kepada masyarakat Dinas Kesehatan
melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) dengan melakukan penyuluhan yang diadakan setiap satu
bulan sekali guna menekankan kepada masyarakat bahwa ASI itu penting,
Sumber daya manusia yang dimaksudkan meliputi tenaga kesehatan,
tenaga kesehatan lainnya, konselor ASI, motivator ASI dan tenaga terlatih
lainnya yang dapat membantu pelaksanaan program ASI Eksklusif ini. Tugas
Dinas Kesehatan tidak hanya melaksanakan sosialisasi dan advokasi saja
karena Dinas Kesehatan juga memberikan pelatihan teknis konseling
menyusui dengan melibatkan tenaga kesehatan untuk melakukan teknis
26Wawancara dengan Kepala seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Narasumber: Ibu Siti
Maesaroh, Salatiga, 25 Februari 2016.
60
konseling yang diwajibkan oleh World Health Organization (WHO) dengan
ketentuan waktu 48 jam yang ditempuh selama 5 hari.27 Bentuk pelatihan
teknis konseling meliputi menekankan pentingnya menyusui, cara kerja
menyusui, cara menilai proses menyusui, cara mengamati proses menyusui,
cara membangun rasa percaya diri dan memberi dukungan, meningkatkan
produksi ASI, mempertahankan menyusui, dan cara membantu ibu bekerja
untuk datpat menyusui.
Tenaga kesehatan yang disediakan pemerintah daerah diantaranya
adalah konselor ASI dan motivator ASI. Perbedaan antara konselor ASI dan
motivator ASI terlihat dari cara kerja keduanya dimana konselor ASI
memiliki tugas yang bersifat individu yaitu dengan cara menerima serta
mendengarkan permasalahan seseorang tentang ASI dan memberikan
dukungan kepada ibu untuk menyusui, sedangkan motivator ASI memiliki
tugas yang bersifat umum yaitu dengan cara bagaimana seorang motivator
bisa memotivasi seseorang untuk memberikan ASI pada bayinya.
Adapun kewajiban seorang konselor ASI adalah memberikan
dukungan dan support untuk ibu yang menyusui sampai dengan usia 2 tahun,
karena menurut World Health Organization (WHO) makanan bayi terbagi
kedalam 4 katagori yaitu meliputi :
1. Inisiasi Menyusu Dini
2. Pemberian ASI mulai usia 0-6 bulan
27Wawancara dengan Ketua Ikatan Konselor ASI Kota Salatiga, Narasumber: Ibu Titik Kristiana
Anggraeni, Salatiga, 25 Februari 2016.
61
3. Makanan Pendamping ASI (MPASI)
4. ASI diberikan sampai dengan 2 tahun/lebih.28
Selain memiliki kewajiban untuk memberikan dukungan dan support
untuk ibu menyusui, Konselor ASI juga melakukan sosialisasi akan
pentingnya ASI Eksklusif dengan cara yang bersifat formal yaitu melakukan
kerjasama dengan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk
memberitahukan kepada masyarakat yang belum teredukasi masalah ASI
Eksklusif, dan menggunakan cara yang bersifat non formal yaitu dilakukan
apabila menemukan ibu menyusui di fasilitas umum dengan cara yang salah
supaya diperbaiki cara menyusuinya. Kewajiban pemerintah daerah dalam hal
menyediakan tenaga konselor sudah dilakukan dengan menyediakan di
fasilitas kesehatan maupun fasilitas umum. menurut ketua konselor ASI Kota
Salatiga sudah terdapat 41 orang konselor ASI yang ditempatkan diberbagi
instansi pemerintahan, fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan
puskesmas, serta perusahaan yang berdiri di kota salatiga. Berikut ini data
konselor ASI yang ada di Kota Salatiga.
Tabel 2. Jumlah Konselor ASI
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah - - - 32 orang 35 orang 44 orang 41 orang
Sumber : Data Dinas Kesehatan Kota Salatiga dari Tahun 2010 s/d Tahun 2016
28Wawancara dengan Ketua Ikatan Konselor ASI Kota Salatiga, Narasumber: Ibu Titik Kristiana
Anggraeni, Salatiga, 25 Februari 2016.
62
Dari data yang diuraikan diatas terlihat bahwa jumlah konselor dari
tahun 2013 s/d 2015 mengalami kenaikan, namun pada tahun 2016 terjadi
penurunan jumlah konselor. Dengan adanya konselor ASI yang ditempatkan
di setiap instansi Kota Salatiga diharapkan mampu membantu pemerintah
dalam penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif yang sedang
digalakkan pemerintah, sehinga dapat direalisasikan dengan baik dan tepat
sasaran.
Kewajiban pemerintah daerah dalam melakukan pembinaan,
monitoring evaluasi, pengawasan pelaksanaan dan pencapaian program
pemberian ASI Eksklusif, menurut kepala seksi gizi29 Dinas Kesehatan
bekerjasama dengan lintas program lain yang ada dalam sturktur organisasi
Dinas Kesehatan yaitu dengan bidang Pemberdayaan Kemitraan dan Promosi
Kesehatan serta Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan untuk membantu dalam
pelaksanaan program ASI Eksklusif. Pembinaan yang dilakukan Dinas
Kesehatan adalah dengan mengadakan kelas ibu di setiap fasilitas pelayanan
kesehatan dan perusahaan yang berdiri di Kota Salatiga. Sasaran yang dituju
adalah ibu hamil, karena dalam kelas ibu yang diadakan Dinas Kesehatan
melakukaan pembinaan untuk meningkatkan kesadaran ibu menyusui setelah
melahirkan dan menekankan kepada ibu bahwa pemberian ASI Eksklusif itu
penting bagi awal pertumbuhan anak.
29Wawancara dengan Kepala seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Narasumber: Ibu Siti
Maesaroh, Salatiga, 25 Februari 2016.
63
Pada dasarnya ibu mempunyai peran yang sangat penting dalam
tumbuh kembang anak, seorang ibu dapat memberikan asupan gizi yang baik
pada anak guna pertumbuhan anak sejak dini yaitu dengan pemberian ASI
Eksklusif. Dengan demikian pemerintah perlu memperhatikan kesehatan si
ibu dan juga memberikan kesempatan bagi ibu untuk menyusui kapanpun dan
dimanapun, namun sampai saat ini angka kematian pada ibu masih ditemukan,
walaupun jumlahnya tidak banyak tetapi hal ini juga dapat menjadi
penghambat dalam pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif, sehingga
hal ini perlu mendapat perhatian pemerintah. Berikut ini adalah data angka
kematian ibu yang diperoleh penulis di Dinas Kesehatan Kota Salatiga dari
Tahun 2010 s/d bulan Maret Tahun 2016 adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Angka Kematian Ibu
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Ibu Mati 0
Kasus
6
Kasus
2
Kasus
7
Kasus
2
Kasus
5
Kasus
0
Kasus
Sumber : Data Dinas Kesehatan Kota Salatiga dari Tahun 2010 s/d bulan
Maret Tahun 2016.
Berdasarkan data yang telah diuraikan diatas terlihat bahwa kasus
kematian ibu sampai dengan tahun 2015 mengalami penurunan. Hal ini dapat
menjadi acuan bagi pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan serta
memperhatikan kesehatan ibu selanjutnya, karena berdasarkan ketentuan
dalam Pasal 126 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan yang menyatakan bahwa : “Upaya kesehatan ibu harus ditujukan
64
untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang
sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu”. Dengan
demikian pemerintah daerah Kota Salatiga dituntut untuk dapat bekerja secara
optimal agar angka kematian ibu dapat diminimalisir sehingga untuk tahun
berikutnya tidak terjadi lagi kasus ibu mati yang dapat menjadi salah satu
faktor penghambat pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif dengan
berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu secara aman, bermutu,
dan terjangkau, juga menjamin ketersediaan tenaga kesehatan, fasilitas serta
obat-obatan.
Selain adanya kewajiban pemerintah daerah untuk menjamin
kesehatan ibu agar angka kematian ibu untuk tahun berikutnya tidak
meningkat, pemerintah daerah juga perlu memperhatikan kesehatan bagi anak.
Namun berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis Dinas
Kesehatan Kota Salatiga, masih ditemukan angka kematian bayi yang cukup
tinggi, hal ini dapat dilihat dalam data Dinas Kesehatan Kota Salatiga dari Tahun
2010 s/d bulan Maret Tahun 2016 sebagai berikut :
Tabel 4. Angka Kelahiran Bayi dan Angka Kematian Bayi
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Kematian
Bayi
29
Kasus
21
Kasus
31
Kasus
40
Kasus
37
Kasus
18
Kasus
10
Kasus
Bayi
Lahir
Hidup
3018 2845 2723 2507 2414 1557 571
Sumber : Data Dinas Kesehatan Kota Salatiga dari Tahun 2010 s/d bulan Maret
Tahun 2016.
65
Dari data yang telah diuraikan diatas, terlihat bahwa angka kelahiran
bayi dan angka kematian bayi dari tahun ke tahun mengalami penurunan, hal
ini dapat menjadi titik terang bagi pemerintah daerah untuk lebih
meningkatkan kualitas kinerja pemerintah daerah untuk menjamin kesehatan
pada anak agar pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif pada anak juga
dapat dilaksanakan dengan baik dan optimal.
Dalam hal pelaksanaan monitoring, evaluasi, pelaksanaan dan
pencapaian program program ASI Eksklusif ini memiliki tujuan untuk
meningkatkan efektivitas pelaksanaan progam pemberian ASI dan juga
menilai tingkat keberhasilan daerah dalam mewujudkan hak anak memperoleh
ASI, dengan bentuk laporan kegiatan yang dibuat oleh posyandu untuk
diberikan kepada Dinas Kesehatan melalui puskesmas yang berisikan macam-
macam kegiatan pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif yang
dilakukan di masyarakat. Tingkat keberhasilan pelaksanaan program ini
dilihat dari cakupan ASI Eksklusif yang ditargetkan oleh Dinas Kesehatan
yaitu sebanyak 80%. Namun berdasarkan hasil penelitian yang didapat
penulis, cakupan ASI Eksklusif dari tahun ke tahun masih jauh dari target
yang diharapkan, yaitu :30
Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2006 : 28,08%
Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2007 : 27,35%
Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2008 : 28,82%
Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2009 : 40,06%
30Data Dinas Kesehatan Kota Salatiga
66
Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2010 : 37,44%
Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2011 : 47,18%
Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2012 : 49,46%
Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2013 : 52,99%
Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2014 : 57,9%
Berdasarkan cakupan ASI Eksklusif yang telah di uraikan diatas, maka
Dinas Kesehatan perlu bekerja keras dengan mengupayakan suatu cara agar
target cakupan ASI Eksklusif di Kota Salatiga yang telah ditetapkan dapat
tercapai dengan sempurna, karena tingkat keberhasilan pelaksanaan program
ASI Eksklusif di Kota Salatiga juga dipengaruhi oleh cara kerja Dinas
Kesehatan dalam mewujudkan hak anak untuk memperoleh ASI Eksklusif.
Tidak hanya cakupan ASI Eksklusif yang tidak sesuai target saja yang
menjadi penghambat karena berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
penulis Dinas Kesehatan masih menemukan hambatan lain dalam pelaksanaan
program ASI Eksklusif ini yaitu Dinas Kesehatan kesulitan untuk memantau
secara langsung ibu yang bekerja di luar Kota Salatiga untuk melaksanakan
pemberian ASI Eksklsif, dan Dinas Kesehatan masih menemukan tingkat
kesadaran ibu untuk mau menyusui yang rendah.
Dalam hal melakukan kerjasama dengan pihak lain juga merupakan
sebuah kewajiban bagi pemerintah daerah, bentuk kerjasama yang
dimaksudkan dapat berupa penyedian ruang ASI yang dibutuhkan ibu
menyusui baik di fasilitas pelayanan kesehatan maupun fasilitas umum. Pihak
lain yang dimaksudkan meliputi instansi pemerintah, fasilitas pelayanan
67
kesehatan dan perusahaan yang berdiri di Kota Salatiga. Pemerintah Daerah
melakukan kerjasama dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat
(BAPERMAS), SAMSAT, POLRES, RSUD Salatiga, RS Puri Asih, RS
Mutiara Bunda, DKT, perusahaan PT Damatex, PT Unsavitalis, dan PT
Keefet.
Dalam menyediakan akses terhadap informasi dan edukasi atas
penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif, bidang promosi
kesehatan menyediakan brosur yang berisikan informasi yang berkaitan
dengan ASI Eksklusif dan disebarkan kepada masyarakat, dapat juga
menggunakan media cetak dengan mengiklankan misalnya kegiatan
sosialisasi yang akan diadakan Dinas Kesehatan ataupun seminar yang
berkaitan dengan ASI Eksklsuif. Menurut Bidan Sri Lestari31 masyarakat
dapat berperan aktif dengan cara memberikan dukungan kepada ibu untuk
menyusui dan juga dapat saling berbagai informasi terkait dengan pentingnya
pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Selain itu dapat juga menggunakan cara
lain yaitu menyampaikan informasi secara langsung atau dapat juga
dipraktekkan secara langsung setelah ibu bersalin. Dengan demikian
pemerintah daerah tidak dapat mengesampingkan peran masyarakat begitu
saja, mengingat peran masyarakat dapat juga menjadi salah satu kunci
keberhasilan dalam pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif ini.
31Wawancara dengan Bidan, Narasumber: Ibu Sri Lestari Amd.Keb, Salatiga, 3 Mei 2016.
68
Selain peran masyarakat, peran Pos Pelayanan Terpadu (selanjutnya
disebut Posyandu) juga menjadi penting mengingat bahwa posyandu memiliki
tujuan utama untuk menurunkan angka kematian bayi dan angka kematian ibu
melalui upaya pemberdayaan masyarakat, dengan sasaran yang dituju adalah
seluruh masyarakat terutama bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui. Posyandu
memiliki kegiatan yang terdiri atas kesehatan ibu dan anak, keluarga
berencana, imunisasi, perbaikan gizi, pencegahan, dan penanggulangan diare.
Dalam kegiatan posyandu masyarakat dapat menjadi pelaksana sekaligus
pihak yang memperoleh pelayanan kesehatan sehingga apabila dikaitkan
dengan pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif maka kegiatan
posyandu yang tepat adalah mengenai perbaikan gizi.
Kegiatan posyandu ini dapat memantau gizi seorang anak apakah
mendapat ASI Eksklusif sesuai batas umur yang ditentukan dalam Peraturan
Pemerintah tentang pemberian ASI Eksklusif atau tidak, sehingga akan
terlihat jelas berdasarkan laporan tentang pemantauan gizi.32
Selanjutnya dalam hal pendanaan, berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif dana yang
didapatkan untuk melaksanakan program pemberian ASI Eksklusif adalah
berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan sumber
pendanaan lain yang sah yaitu berupa hasil kerjasama, dana tugas pembantuan
32Wawancara dengan Ketua Posyandu Sidorejo Kidul, Narasumber: Ibu Haning, Salatiga, 22 maret
2016.
69
lain dan sebagainya. Namun, menurut ketua kepala seksi gizi bahwa dana
yang didapatkan setiap tahunnya berasal dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Nasional (APBN), APBD 1 Provinsi, dan APBD Kota, tetapi
jumlahnya tidak menentu, karena jumlah dana yang didapatkan selalu berbeda
antara tahun-tahun berikutnya. Kepala seksi Gizi tidak dapat menjelaskan
secara rinci berapa dana yang didapatkan untuk pelaksanaan program ASI
Eksklusif di Kota Salatiga, karena jumlah serta rincian pendanaan setiap tahun
merupakan rahasia Dinas Kesehatan. Namun, penulis mendapatkan informasi
jumlah dana untuk tahun 2015 yang berasal dari APBD Provinsi yaitu sebesar
Rp. 31.291.000,00 yang kemudian dana ini dibagi untuk pembentukan
motivator ASI sebesar Rp.2.160.000,00.33
Berdasarkan pada hasil penelitian yang diperoleh penulis, maka
dengan adanya Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu yang mengatur tentang ASI Eksklusif
saja tidaklah cukup, karena pada dasarnya Peraturan Daerah Kota Salatiga
Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu tidak
dapat berjalan sendiri sehingga dibutuhkan peran pemerintah didalamnya,
dengan demikian dapat dikatakan bahwa Peraturan Daerah Kota Salatiga
Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu dan
peran pemerintah harus berjalan secara berdampingan agar dapat mencapai
tujuan yang sebagaimana telah diamanatkan didalam ketentuan pasal 3
33Wawancara dengan Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Narasumber : Ibu Siti
Maesaroh, Salatiga, 25 Februari 2016.
70
Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi
Menyusu Dini dan Air Susu Ibu. Dengan demikian maka disinlah letak
pentingnya Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu dalam penyelenggaran program
pemberian ASI Eksklusif guna meningkatkan peran pemerintah untuk
melaksanakan secara optimal dan tepat sasaran dan juga untuk meningkatkan
kesadaraan masayarakat terkait pemberian ASI Eksklusif khususnya di Kota
Salatiga.
71
C. PEMBAHASAN
1. Analisis Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga Dalam
Mewujudkan Hak Anak Memperoleh ASI Eksklusif
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis terhadap
penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif di Kota Salatiga dapat
dikatakan bahwa Dinas Kesehatan sebagai pengganti Pemerintah Daerah dan
merupakan tim inti dari penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif
memiliki peranan yang sangat besar dalam mewujudkan hak anak
memperoleh ASI Eksklusif. Disamping Dinas Kesehatan terdapat pihak-pihak
yang juga dapat membantu dalam pelaksanaan program pemberian ASI
Eksklusif antara lain yaitu Instansi Pemerintahan lain, Tenaga Kesehatan,
Pelaku Usaha dan Masyarakat.
Kewajiban yang perlu dilakukan Dinas Kesehatan terdapat dalam
ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014
tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu.34 Pemenuhan hak anak untuk
memperoleh ASI Eksklusif perlu diupayakan mengingat anak membutuhkan
gizi yang baik pada masa awal pertumbuhan dan perkembangannya sehingga
Dinas Kesehatan dalam melaksanakan hal ini mengacu pada ketentuan dalam
Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas Dinas
Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Pejabat Struktural Pada Dinas Daerah Kota
Salatiga. Dalam hal dikaitkan dengan teori peran maka pelaksanaan program
34Lihat ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi
Menyusu Dini dan Air Susu Ibu.
72
ASI Eksklusif tidak terlepas dari tugas dan fungsi Dinas Kesehatan yang
dalam hal ini adalah bagian dari Bidang Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 59 ayat (2) huruf d Bagian Pelayanan dan
Pembinaan Kesehatan yang diantaranya meliputi seksi gizi memiliki tugas
untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi penyelenggaraan
monitoring (surveilans) gizi, maka status gizi yang baik pada seorang anak
juga dapat dipengaruhi oleh adanya pemberian ASI Eksklusif. Tidak hanya itu
saja penjelasan lebih lanjut berdasarkan ketentuan Pasal 60 ayat (2) huruf e
seksi kesehatan keluarga dan keluarga berencana memiliki tugas untuk
menyelenggarakan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian program
kesehatan bayi, balita, anak pra sekolah, dan kesehatan reproduksi.
Dengan adanya uraian mengenai tugas pokok yang perlu dilaksanakan
Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif maka diharapkan
penyelenggaraan program ini dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang
diamanatkan dalam ketentuan Pasal 3 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor
4 Tahun 2014 tentang Insisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu. Selain itu
apabila dikaitkan terhadap teori bekerjanya hukum dimasyarakat maka
menurut Robbert B. Seidman untuk melihat bekerjanya hukum dalam
masyarakat dapat dilihat dari tiga elemen yaitu meliputi :35
1. Lembaga pembuat peraturan
2. Lembaga pelaksana peraturan
3. Pemangku peran
35www.surabayapagi.com , Bekerjanya Hukum Dalam Masyrakat, diakses pada tanggal 16 Mei 2016.
73
Ketiga elemen ini sangat penting untuk menilai berfungsinya hukum
atau bekerjanya hukum di masyarakat. Lebih lanjut penulis akan menjelaskan
pentingnya ketiga elemen ini dengan mengkaitkan dalam hal mewujudkan hak
anak memperoleh ASI Eksklusif.
Pertama, dalam hal lembaga pembuat peraturan, Pemerintah Daerah
Kota Salatiga telah mengeluarkan kebijakan terkait dengan pelaksanaan
program pemberian ASI Eksklusif khususnya di Kota Salatiga yang terdapat
dalam ketentuan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014
tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu. Dimana Peraturan Daerah ini
memiliki tujuan untuk menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan
ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya, memberikan
perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya,
meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah,
dan Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif. Selain itu Peraturan
Daerah ini juga mengatur bagaimana kewajiban dan tanggungjawab
pemerintah daerah dalam pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif di
Kota Salatiga.
Tidak hanya isi dari Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun
2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu saja yang harus
dilakukan karena apabila melihat ketentuan pada Peraturan Walikota Nomor
54 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Pejabat
74
Struktural Pada Dinas Daerah Kota Salatiga dapat menjadi gambaran bagi
Dinas Kesehatan untuk melaksanakan pelaksanaan program pemberian ASI
Eksklusif ini sesuai dengan tugas pokok yang telah diamanatkan dalam
Peraturan Walikota tersebut. Dengan demikian pemerintah daerah dan pejabat
public lainnya harus bekerja secara optimal agar dapat mencapai tujuan yang
telah diuraikan di atas guna keberhasilan dalam mewujudkan hak anak
memperoleh ASI Eksklusif.
Kedua dalam hal pelaksana peraturan, bila dikaitkan terhadap
pemenuhan hak anak untuk memperoleh ASI Eksklusif khususnya di Kota
Salatiga, Pemerintah Daerah serta instansi pemerintahan lain wajib
mendukung serta melaksanakan progam pemerintah ini. Dengan demikian
pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk melaksanakan program ASI
Eksklusif sesuai dengan amanat dalam ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah
Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan ASI
Eksklusif.36 Upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan dalam penyelenggaraan
program pemberian ASI Eksklusif telah dilaksanakan berdasarkan ketentuan
dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 dan juga
berdasarkan tugas pokok serta fungsi Dinas Kesehatan yang terdapat dalam
ketentuan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun 2011 mulai dari
melakukan advokasi dan sosialisasi, melakukan pelatihan konseling, membina
memonitoring dan evaluasi pencapaian program ASI Eksklusif, melakukan
36Lihat Pasal 4 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan ASI
Eksklusif
75
kerjasama dengan pihak lain, menyediakan konselor ASI di setiap Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan sebagainya. Namun, adanya uraian mengenai
pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif yang diuraikan dalam hasil
penelitian tentang cakupan ASI Eksklusif memperlihatkan bahwa cakupan
ASI Eksklusif yang ditargetkan Dinas Kesehatan yaitu sebanyak 80% sampai
dengan tahun 2014 belum terpenuhi yaitu hanya sebanyak 57,9%, hal ini
dapat menjadi penghambat bagi Dinas Kesehatan dalam menyelenggarakan
program ASI Eksklusif karena tingkat keberhasilan pelaksanaan dan
pencapaian program ASI Eksklusif dilihat dari pemenuhan target cakupan ASI
Eksklusif. Selain itu Dinas Kesehatan juga masih kesulitan untuk memantau
secara langsung ibu yang bekerja di luar Kota Salatiga untuk melaksanakan
pemberian ASI Eksklusif dan Dinas Kesehatan masih menemukan tingkat
kesadaran ibu untuk mau menyusui yang rendah karena disebabkan oleh
beberapa alasan salah satunya adalah kesibukan ibu bekerja sehingga tidak
memiliki waktu untuk menyusui.
Ketiga, dalam hal pemangku peran dapat dikaitkan dengan
keterlibatan masyarakat dan pelaku usaha dengan tujuan untuk meningkatkan
peran masyarakat dalam mendukung secara aktif pelaksanaan program
pemberian ASI Eksklusif ini dan meningkatkan kepedulian serta perhatian
pelaku usaha dalam memberikan dukungan bagi ibu bekerja dalam
pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 7
Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi
76
Menyusu Dini dan Air Susu Ibu menyebutkan bahwa masyarakat berperan
aktif mendukung keberhasilan penyelenggaraan IMD dan ASI Eksklusif baik
secara perorangan, kelompok, instansi maupun organisasi.
Peran aktif masyarakat dapat dilakukan dengan memberikan
kesempatan untuk ikut memberi rencana atau masukan pemikiran terkait
dengan pelaksanaan ASI Eksklusif, dapat juga membantu menyebarkan
informasi dengan cara menyampaikan kepada masyarakat lain tentang
pentingnya ASI. Tidak hanya peran masyarakat saja yang dibutuhkan, karena
apabila melihat pada ketentuan Pasal 18 ayat (3) Peraturan Daerah Kota
Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu
Ibu dijelaskan bahwa peran pelaku usaha juga penting dalam pelaksanaan
program ASI Eksklusif37 sehingga pelaku usaha perlu mengupayakan
terselenggaranya pelaksanaan program ASI Eksklusif ini dengan menyediakan
fasilitas ruang ASI yang layak dan sesuai bagi pekerja wanita serta
memberikan kesempatan pada saat jam kerja untuk bisa menyusui ataupun
memerah ASI. Dengan demikian peran pelaku usaha tidak dapat
dikesampingkan begitu saja, mengingat pelaku usaha juga wajib mendukung
serta melaksanakan program pemberian ASI Eksklusif guna mewujudkan
pemenuhan hak anak untuk memperoleh ASI Eksklusif.
37Lihat ketentuan Pasal 18 ayat (3) Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu
Dini dan Air Susu Ibu.
77
Segala upaya yang telah dilakukan Dinas Kesehatan yang telah
diuraikan penulis diatas berdasarkan hasil penelitian guna mewujudkan hak
anak untuk memperoleh ASI Eksklusif telah dilakukan sesuai dengan apa
yang telah diamanatkan dalam ketentuan Pemerintah Daerah Kota Salatiga
Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu, dan
dilakukan berdasarkan tugas pokok Dinas Kesehatan yang terdapat dalam
Peraturan Walikota Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan
Uraian Tugas Pejabat Struktural Pada Dinas Daerah Kota Salatiga. Hanya saja
apa yang sudah dilakukan menurut penulis masih kurang optimal.
Dengan demikian berdasarkan hasil analisis yang dilakukan penulis
dengan menggunakan teori bekerjanya hukum dimasyarakat diharapkan dapat
dijadikan acuan bagi pemerintah daerah serta pejabat public lainnya dalam
melaksanakan kebijakan pemerintah terkait dengan pemberian ASI Eksklusif
secara optimal dan baik guna terpenuhinya hak anak untuk memperoleh ASI
Eksklusif di Kota Salatiga serta diharapkan dengan adanya ketentuan pelaku
usaha untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan program ini, dapat menjadi
acuan pelaku usaha untuk menyelenggarakan pelaksanaan program ASI
Eksklusif tanpa adanya diskriminasikan terhadap apa yang mejadi hak ibu dan
anak.
Top Related