9
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Hakikat Kinerja Guru
2.1.1 Pengertian Kinerja
Kinerja adalah hasil atau ketingkatan keberhasilan seorang secara keseluruhan
selama priode tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai
kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kreteria yang telah
ditentukan terlebih dahulu dan telah dipakai bersama. Performance diterjemehkan
menjadi kinerja, juga berarti prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau pencapain
kerja atau hasil kerja/ untuk kerja/ penampilan kerja.
Berkaitan dengan kinerja, Sondang P. Siagian (2002: 40) mengemukakan
bahwa kinerja seseorang dan produktivitas kerjanya ditentukan oleh tiga factor utama
berikut:
(1) Motivasinya
Yang dimaksud dengan motivasi ialah daya dorong yang dimiliki, baik secara
intrinsik maupun ekstrinsik, yang membuatnya mau dan rela untuk bekerja sekuat
tenaga dengan mengarahkan segala kemampuannya yang ada demi keberhasilan
organisasi dalam mencapai tujuan dan berbagai sasarannya. Keberhasilan
organisasional tersebut memungkinkan yang bersangkutan untuk mencapai tujuan
pribadinya berupa harapan, keinginan, cita-cita dan berbagai jenis kebutuhannya.
9
10
(2) Kemampuannya
Ada kemampuan yang bersifat fisik dan ini lebih diperlukan oleh karyawan
yang dalam pelaksanaan tugasnya lebih banyak menggunakan otot. Di lain pihak, ada
kemampuan yang bersifat mental intelektual, yang lebih banyak dituntut oleh
penyelesaian tugas pekerjaan dengan menggunakan otak. Sudah barang tentu mereka
yang lebih banyak menggunakan otot, tetap harus menggunakan otak, dan sebaliknya,
mereka yang lebih banyak menggunakan otak, tetap dituntut memiliki kemampuan
fisik.
(3) Ketepatan Penugasan
Dalam dunia manajemen ada ungkapan yang mengatakan bahwa yang tidak
mengenali secara tepat pengetahuan, keterampilan, kemajuan, bakat dan minat para
bawahannya. Memang telah terbukti bahwa dengan penempatan yang tidak tepat,
kinerja seseorang tidak sesuai dengan harapan manajemen dan tuntutan organisasi,
dengan demikian, mereka menampilkan produktivitas kerja yang rendah.
Demikian pula Dimyanti dan Mudjiono (2000; 42) mengartikan kinerja
sebagai tenaga yang menggerakan aktifitas seseorang. Sedangkan Gray (dalam
Winardi, 2002:1) bepandangan bahwa kinerja merupakan hasil sejumlah proses, yang
bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya
sikap antusiasme dan parsistens, dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
Menurut Fillmore (dalam Mangkunegara, 2001:93) memandang bahwa
kinerja adalah suatu kondisi yang menggerakan manusia kearah satu tujuan tertentu.
Sedangkan proyek pengembangan institusi pendidikan merumuskan bahwa kinerja
11
adalah “kemampuan untuk berbuat sesuatu”. Feldman (dalam Rahim 2005: 9)
mengemukakan bahwa kinerja merupakan kombinasi atau panduan antara motivasi
yang ada pada diri seseorang dan kemampuannya melakukan pekerjaan.
Sementara itu terkait dengan lingkungan kerja, Ernest (dalam Mangkunegara,
2001:94) mengartikan kinerja sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan,
mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan degan lingkungan kerja.
Berdasarkan pengertian ini maka kinerja dapat diartikan sebagai dorongan untuk
bekerja dengan baik sebagai wujud dedikasi dan keinginan untuk mengabdi sesuai
dengan amanah profesi.
Terkait dengan pengertian kinerja guru, Burhanudin (2007:1) mengemukakan
bahwa kinerja guru adalah gambaran kualitas kerja yang dimiliki guru dan
termanifestasi melalui penguasaan dan aplikasi atas kompetensi guru. Pandangan ini
menunjukan bahwa kinerja pada dasarnya merupakan gambaran dari penguasaan dan
aplikasi terhadap kompetensi guru dalam mengaktualisasikan tugas dan perannya
sebagai guru.
Pendapat lain dikemukakan oleh Cambel (dalam Burhanudin,2007:2) yang
mengemukakan bahwa kinerja guru merupakan suatu konstruk multidimensional
yang mencakup banyak factor yang mempengaruhinya. Factor-faktor kinerja yang
mempengaruhi kinerja guru adalah:
1. Factor personal/individu, meliputi: pengetahuan, keterampilan, (skil),
kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh setiap
individu;
12
2. Factor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat,
arahan dan dukungan yang memberikan manajer dan Team Leader ;
3. Factor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan
dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesame anggota tim, kekompakkan dan
keeratan anggota tim;
4. Factor system, meliputi: system kerja, fasilitas kerja, atau infrastruktur yang
diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi;
5. Factor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan
eksternal dan internal;
Supertini (2001) mengemukakan apabila para guru mempunyai kinerja yang
tinggi, mereka akan terdorong dan berusaha untuk meningkatkan kemampuannya
dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum yang berlaku di
sekolah sehingga diperoleh hasil kerja yang maksimal.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka pengertian kinerja guru adalah
suatu perubahan energy pada diri seseorang dan kesediaan untuk melaksanakan upaya
tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan keorganisasian, yang di tandai dengan
munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
2.1.2 Macam-macam Kinerja Guru
a. Kinerja Guru Dalam Mendesain Program Pengajaran
Menurut Syarifudin Nurdin (2008 ; 83) Salah satu dari tahapan mengajar yang
harus dilalui oleh guru adalah menyusun perencanaan pengajaran atau dengan kata
lain disebut juga dengan mendesain program pengajaran dalam implementasi
13
kurikulum atau pelaksanaan pengajaran, dan menilai hasil belajar siswa merupakan
rangkaian kegiatan yang saling berurutan dan tak terpisahkan satu sama lainnya,
kurikulum, perencanaan kegiatan, evaluasi pengajaran, kegiatan pengajaran.
Kurikulum, Perencanaan pengajaran.
Proses belajar mengajar merupakan interaksi edukatif yang dilakukan oleh guru
dan siswa di dalam situasi. Mengajar atau lebih spesifik lagi melaksanakan proses
belajar mengajar bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan dapat terjadi begitu saja
tanpa direncanakan sebelumnya, akan tetapi mengajar itu merupakan suatu kegiatan
yang semestinya direncanakan dan didesain sedemikian rupa mengikuti langkah-
langkah dan prosedur tertentu. Sehingga dengan demikian pelaksanaannya dapat
mencapai hasil yang diharapkan.
Pada prinsipnya terdapat beberapa karakteristik yang perlu dimiliki oleh
seorang guru, yaitu : a) harus bersedia membuat rencana, b) Mengorganisasikan
sesuatu dengan baik, c) Bersemangat, d) Mau terlibat secara langsung, e) Periang.
Dengan memiliki karakteristik ini guru harus dapat mengenal, menguasai
cara, menghayati dan melaksanakan tugasnya serta mengetahui batas-batas
kemampuan sendiri, siap dan mampu menemukan sumber yang dapat membantu
mengatasi keterbatasannya.
b. Kinerja Guru Dalam Melaksanakan Proses Belajar Mengajar
Menurut Syarifudin Nurdin, (2008: 91) terdapat sejumlah kinerja
(performance) guru/staf mengajar dalam melaksanakan proses belajar mengajar,
diantaranya : Model Rob Norris, model Oregon dan model Stanford.
14
Berikut ini dikemukakan secara singkat diskripsi model-model tersebut :
1. Model Rob Norris
Pada model ini ada beberapa komponen kemampuan mengajar yang perlu
dimiliki oleh seorang staf pengajar / guru yakni : a) kualitas-kualitas personal dan
professional, b) persiapan mengajar, c) perumusan tujuan pembelajaran, d)
Penampilan guru dalam mengajar dikelas, e) penampilan siswa dalam belajar, f)
Evaluasi.
2. Model Oregon
Menurut model ini kemampuan mengajar dikelompokkan menjadi lima bagian,
a) perencanaan dan persiapan mengajar, b) kemampuan guru dalam mengajar dan
kemampuan siswa dalam belajar, c) kemampuan mengumpulkan dan menggunakan
informasi hasil belajar, d) kemampuan hubungan interpersonal yang meliputi
hubungan dengan siswa, supervisor dan guru sejawat, e) kemampuan hubungan
dengan tanggung jawab profesional
3. Model Stanford
Model ini membagi kemampuan mengajar dalam lima komponen, tiga dari lima
komponen tersebut dapat diobservasi dikelas, meliputi komponen tujuan, komponen
guru mengajar dan komponen evaluasi.
Mengingat dalam pembahasan tulisan ini dalam Supartini (2001) terfokus pada
pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas, maka pembahasan diarahkan pada
aspek-aspek yang termasuk pada kompetensi professional yang akan ditampilkan oleh
pengajar dalam proses belajar mengajar, antara lain :
15
1. Menggunakan metode pembelajaran
Secara umum, pemilikan suatu metode mengajar dipengaruhi oleh tujuan
instruksional. Hal ini dapat mencakup : a) penerimaan pegetahuan yang berupa fakta,
konsep prinsip, b) aplikasi pengetahuan atau penerimaan keterampilan, c) tujuan yang
bersifat efektif atau motifasional yaitu berhubungan dengan pengembangan atau
perubahan sikap dan perasaan.
Dalam menggunakan metode mengajar disamping dilator belakangi oleh
beberapa factor tersebut, dipersyaratkan pula kepada dalam hal ini guru, mengetahui
dan menguasai metode yang akan disampaikan.
2. Menggunakan alat pelajaran
Alat pengajaran adalah segala alat yang dapat menunjang keefektifan dan
efisiensi pengajaran. Alat pengajaran sering puladiartikan oleh sebagian orang dengan
istilah sarana belajar atau sarana pengajaran. Alat pengajaran ini dapat mempengaruhi
tingkah laku siswa sebab alat pengajaran tersebut termasuk bagian dari sumber
pengajaran. Alat pengajaran secara umum misalnya papan tulis, papan flannel, papan
magnetik dan akasis.
3. Menggunakan media pembelajaran
Fungsi media dalam proses belajar mengajar tidak hanya sebagai alat yang
digunakan oleh guru, tetapi juga mampu mengkomunikasikan pesan kepada peserta
didik. Pada dasarnya fungsi media adalah menumbuhkan motivasi peserta didik,
dapat mengingat pelajaran dengan mudah, peserta didik menjadi aktif dalam
merespon, member umpan balik dengan cepat, menolong peserta didik untuk
16
melaksanakan kegiatan praktik dengan cepat. Intinya adalah bahwa penggunaan
media itu merupakan cara untuk memotifasi dan berkomunikasi dengan peserta didik
agar lebih efektif.
Penggunaan media hendaknya didasarkan pada prinsip-prinsip pemilihan
media, antara lain : 1) tujuan penelitian, 2) karakteristik media pengajaran, 3)
alternative pemilihan. Factor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media
pengajaran antara lain : a) objektifitas, b) program pengajaran, e) Sasaran program, d)
situasi dan kondisi, e) kualitas tehnik, f) keefektifan dan efisiensi penggunaan.
4. Bahan pembelajaran
Konten atau materi pelajaran merupakan komponen kurikulum yang amat
penting. Konten menyangkut jawaban atas pertanyaan, “apa yang akan diajarkan ?” .
secara umum konten kurikulum merupakan tiga komponen utama, yaitu ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sikap (nilai-nilai). Boleh dikatakan semua mata
pelajaran mengandung unsur kognitif, afektif dan psikomotorik atau keterampilan.
5. Mendorong dan mengoptimalkan siswa dalam proses pembelajaran
Siswa belajar melalui interaksi dengan lingkungannya, lingkungan orang-
orang, alat-alat, ide-ide. Tugas utama guru adalah menciptakan lingkungan tersebut
untuk mendorong siswa melakukan interaksi yang produktif dan member pengalaman
belajar yang dibutuhkan.
17
6. Melaksanakan penilaian hasil belajar (pencapaian siswa) dalam proses belajar
mengajar
Penilaian atau evaluasi berarti suatu tindakan untuk menentukan nilai sesuatu.
Bila penilaian ini digunakan dalam kegiatan interaksional, maka penilaian iu berarti
suatu tindakan untuk menentukan segala sesuatu dalam kegiatan instruksional selama
proses belajar mengajar berlangsung. Yang mengambil tindakan/keputusan dalam hal
ini adalah “pengajaran” untuk mendapatkan balikan atas usaha yang dilakukannya.
Beberapa aktivitas yang perlu dilakukan oleh pengajar dalam menilai
pencapaian siswa selama proses belajar mengajar berlangsung adalah :
1. Penilaian pada permulaan proses belajar mengajar, dimaksudkan agar guru
mampu mengetahui kesiapan terhadap bahan pelajaran yang akan diajarkan,
hasilnya akan dipakai untuk memantapkan strategi mengajar
2. Penilaian pada proses belajar mengajar, dimaksudkan untuk mendapatkan umpan
balik terhadap tujuan yang hendak dicapai.
3. Penilaian pada akhir proses belajar mengajar, dimaksudkan untuk mengetahui
capaian siswa terhadap tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian jelaslah bahwa penilaian yang dilakukan melalui tahap
permulaan proses belajar mengajar, tahap pelaksanaan dan tahap akhir proses belajar
mengajar.
18
Berdasarkan uraian di atas, untuk mendukung kinerja guru, maka harus
diperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Professional guru dan kematangan dalam melaksanakan tugas guru, misalnya :
Guru memahami keadaan peserta didik secara perorangan dan memelihara
suasana belajar yang baik.
2. Keberadaan peserta didik (rasa aman dalam belajar, kesiapan belajar, bebas dari
rasa cemas).
2.2 Karakteristik Guru Yang Memiliki Kinerja Tinggi
Hamalik (2005:45) mengemukakan bahwa jabatan guru adalah suatu jabatan
profesi. Guru dalam tulisan ini adalah guru yang melakukan fungsinya di sekolah.
Dalam pengertian tersebut, telah terkandung suatu konsep bahwa guru profesional
yang bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah harus memiliki kompetensi-
kompetensi yang dituntut agar guru mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-
baiknya. Tanpa mengabaikan kemungkinan adanya perbedaan lingkungan social
cultural dari setiap intusisi sekolah sebagai indicator, maka guru yang dinilai
kompeten secara profesional, apabila:
1. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.
2. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil.
3. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan instruksional sekolah.
4. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar dan
belajar dalam kelas.
19
Hamalik (2005:45) mengemukakan bahwa karakteristik guru yang memiliki
kinerja tinggi antara lain:
2.2.1 Memiliki Tanggung Jawab Terhadap Profesi
Hamalik (2005: 45-48) mengemukakan, Setiap guru profesional harus mampu
melaksanakan tanggung jawab dalam bidang pendidikan, tetapi di pihak lain dia juga
mengemban sejumlah tanggung jawab dalam bidang pendidikan. Guru selaku
pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada
generasi muda sehingga terjadi proses konservasi nilai, bahkan melalui proses
pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru. Dalam konteks ini pendidik
berfungsi menciptakan, memodifikasi, dan mengkonstruksikan nilai-nilai baru.
Guru akan mampu melaksanakan tanggung jawabnya apabila dia memiliki
kompetensi yang diperlukan untuk itu, setiap tanggung jawab memerlukan sejumlah
kompetensi. Setiap kompetensi dapat dijabarkan menjadi sejumlah kompetensi yang
lebih kecil dan lebih khusus.
a. Tanggung jawab moral
Setiap guru profesional berkewajiban menghayati dan mengamalkan Pancasila
dan bertanggung jawab mewariskan moral Pancasila itu serta nilai-nilai Undang-
Undang Dasar 1945 kepada generasi muda. Tanggung jawab ini, merupakan
tanggung jawab moral bagi guru di Indonesia. Dalam hubungan ini, setiap guru harus
memiliki kompetensi dalam bentuk kemampuan menghayati dan mengamalkan
Pancasila.
20
b. Tanggung jawab dalam Bidang Pendidikan di Sekolah
Guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah dalam
arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada para siswa. Tanggung jawab ini
direalisasikan dalam bentuk melaksanakan pembinaan kurikulum, menuntun pada
siswa belajar, membina pribadi, watak, dan jasmaniah siswa, menganalisis kesulitan
belajar, serta menilai kemajuan belajar para siswa.
c. Tanggung jawab guru dalam Bidang Kemasyarakatan
Guru profesional tidak dapat melepaskan dirinya dari bidang kehidupan
kemasyarakatan. Di satu pihak guru adalah warga masyarakatnya dan di lain pihak
guru bertanggung jawab turut serta memajukan kehidupan masyarakat. Guru turut
bertanggung jawab memajukan kesatuan dan persatuan bangsa, mengsukseskan
pembangunan nasional serta menyukseskan pembangunan daerah khususnya yang
dimulai dari daerah di mana dia tinggal.
d. Tanggung jawab dalam Bidang Keilmuan
Guru selaku ilmuan bertanggung jawab turut memajukan ilmu, terutama ilmu
yang telah menjadi spesialisasinya. Tanggung jawab ini dilaksanakan dalam bentuk
mengadakan penelitian dan pengembangan.
Demikian analisis tersebut kiranya kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap
guru profesional sesungguhnya sangat luas jika ditinjau dalam hubungan dengan
tanggung jawab profesionalnya. Kompetensi yang sangat luas itu akan lebih
diperjelas kembali dalam pembahasan berikutnya dalam konteks fungsi dan peranan
guru profesional.
21
2.2.2 Fungsi dan Peranan Guru Yang Tinggi Dalam Menjalankan Aktivitas
Profesi
Sebagaimana telah di kemukakan bahwa profesional guru mengandung
pengertian yang meliputi unsure-unsur kepribadian, keilmuan, dan keterampilan.
Dengan demikian dapat diartikan, bahwa kinerja guru yang tinggi tentu saja akan
meliputi ketiga unsure tersebut walaupun tekanan yang lebih besar terletak pada unsu
keterampilan sesuai dengan peran yang dikerjakannya.
Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa eksistensi kinerja yang terdapat pada
diri guru dicirikan oleh berbagai aspek diatas. Berbagai cirri diatas perlu dimiliki oleh
guru sebagai manifestasi dari kinerja yang tinggi dalam menjalankan aktivitas
profesinya.
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Keberadaan kinerja dalam diri seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Supartini (2001) mengemukakan berberapa faktor yang dapat menimbulkan kinerja
guru, baik bersifat motivator maupun faktor lainnya yang berada di lingkungan kerja
guru sekolah yaitu berupa : a) dorongan untuk bekerja, b) tanggung jawab terhadap
tugas, c) minat terhadap tugas, d) penghargaan atas tugas.
2.3.1 Dorongan Untuk Bekerja
Seorang termasuk guru akan melaksanakan suatu pekerjaan tertentu,
dimaksudkan sebagai upaya untuk merealisasikan keinginan-keinginan yang ada pada
dirinya. Keinginan-keinginan yang dimaksudkan berkaitan dengan jenis-jenis
kebutuhan yang ada. Maslow (dalam Supartini 2001) mengelompokkan jenis-jenis
22
kebutuhan dalam suatu hierarki, yaitu kebutuhan psikologis, kebutuhan keamanan,
kebutuhan cinta kasih, dan kebutuhan akualitasi diri.
Demikian halnya dengan kinerja guru di sekolah, ia akan dipengaruhi oleh
keinginan-keinginan yang ada padanya. Apabila ia mempunyai keinginan yang kuat
sesuai perannya, ia akan berusaha melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan
upaya pengembangan pedidikan di sekolah secara optimal sesuai dengan
keinginannya.
2.3.2 Tanggung Jawab Terhadap Tugas
Sebagai konsekuensi atas jabatan yang diemban guru, maka seorang guru
akan mempunyai sejumlah tugas yang harus dilakukan sesuai jabatannya. Beban
tugas ini berkaitan dengan kuantitas dan kualitas tugas yang diberikan guru. Dengan
demikian, berat ringannya beban tugas yang ada pada guru akan mempengaruhi
usaha-usahanya dalam bekerja sesuai kemampuannya.
Kinerja guru dalam aplikasi pendidikan di sekolah akan ditentukan oleh besar
kecilnya tanggung jawab yang ada pada diri guru dalam melaksanakan tugas. Dengan
tanggung jawab ini, para guru akan memiliki kebebasan untuk memutuskan sendiri
apa yang dihadapinya dan bagaimana menyelesaikannya sendiri tugas-tugas yang
diberikan kepadanya. Pemberian tanggung jawab secara individual kepada guru
memungkinkan member kesempatan kepada guru untuk mengomptimalkan segenap
potensi yang dimilikinya dalam bekerja. Pada akhirnya, ia akan mencapai kesuksesan
dalam merealisir keinginan-keinginan yang didambakan.
23
2.3.3 Minat Terhadap Tugas
Guru melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepada dirinya dapat
dikatakan sebagai realisasi dari kegiatan-kegiatan yang didambakan. Pelaksanaan
suatu tugas dapat berjalan dengan lancer dan mencapai sasarannya, antara lain
diwarnai oleh ada tidaknya minat guru terhadap suatu tugas yang akan mempengaruhi
kadar atau mutu kinerja gutu dalam aplikasi pendidikan di sekolah. Nawawi (dalam
Supartini, 2001:3) mengatakan bahwa minat dan kemampuan terhadap sesuatu
pekerjaan berpengaruh pula terhadap moral kerja.
Minat (interest) adalah dorongan untuk memilih suatu objek atau tidak
memilih objek lain yang sejenis. Objek minat dapat berupa benda, kegiatan, jabatan
atau pekerjaan, orang, dan lain-lain. Sedangkan minat diekspresikan dengan perasaan
suka atau tidak suka terhadap objek. Dalam hubungannya dengan minat guru
terhadap tugas di sekolah berarti di dalam diri guru terdapat perasaan untuk
melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah secara maksimal. Hal ini disebabkan
karena pengaruh dari dalam diri atau luar diri guru.
2.3.4 Penghargaan Atas Tugas
Penghargaan atas suatu jabatan atau keberhasilan yang dicapai guru dalam
bekerja merupakan salah satu motivator yang mendorongnya bekerja lebih baik.
Penghargaan, penghormatan, pengakuan, serta perlakuan terhadap karyawan pendidik
sebagai subyek atau manusia yang memiliki kehendak, pikiran, perasaan dan lain-lain
sangat besar pengaruhnya terhadap moral kerja mereka.
24
Adanya penghargaan terhadap tugas dapat menyebabkan munculnya rasa
cinta dan bangga terhadap tugas-tugas yang diberikan. Rasa cinta dan bangga yang
dimilikinya memungkinkan yang bersangkutan dapat melaksanakan tugasnya dengan
penuh kesungguhan dan tanggung jawab. Hal ini disebabkan karena adanya
penghargaan ini dapat memberi kepuasan kepadanya sehinga menyebabkan mereka
bekerja lebih giat lagi.
Sehubungan dengan beberapa tugas guru yang berkaitan dengan
perkembangan kurikulum di sekolah, apabila guru menghargai terhadap tugas-tugas
tersebut maka guru yang bersangkutan dalam bekerjanya akan diawasi oleh rasa cinta
dan bangga sehingga memungkinkan mereka dapat mengoptimalkan pola kerjanya.
Rasa cinta dan bangga ini tidak harus ditampakan lewat kata-kata, tetapi yang lebih
penting adalah realisasinya di dalam tindakan. Ia akan selalu memperhatikan tugas-
tugas yang diberikan meskipun ringan dalam pelaksanaannya, tidak merasa rendah
diri bila berada di luar lingkungan kerja, menjaga harkat dan martabat jabatan guru,
dan berusaha meningkatkan citra guru pada dunia luar melalui pengabdian kepada
masyarakat.
2.4 Upaya yg dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru tersertifikasi
Risa Maulana (2013: 34) Guru yang mampu meningkatkan kinerjanya adalah
guru-guru yang memiliki komitmen tinggi untuk selalu mengembangkan potensi
peserta didiknya sehingga mampu menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan
Yang Maha Esa, bertakwa, berahlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, cakap, dan
mandiri, serta mampu menjadi warga Negara yang bertanggung jawab dan
25
demokratis, Sementara itu, beberapa kemudahan yang dapat diberikan pemerintah
sebagai upaya pengembangan akademik dan kompotensi, antara lain berupa
pemberian biaya bantuan pendidikan dan beasiswa bagi guru dalam jabatan untuk
meningkatkan kemampuan akademik dan kompotensinya.
Risa Maulana (2013: 59) Beberapa upaya pendahuluan untuk meningkatkan
kemampuan mengajar guru yaitu sebagai berikut:
a. Paham tentang wawasan atau landasan dunia pendidikan termaksut mengenai
teori belajar
b. Paham terhadap peserta didik
c. Bisa mengembangkan kurikulum atau silabus
d. Mampu merancang pola pengajaran yang baik dan tepat
e. Menerapkan pola pengajaran yang mendidik dan dua arah (terjadi dialog timbale
balik antara peserta didik dan tenaga pengajar)
f. Mahir mengunakan beberapa teknologi dalam proses pengajaran
g. Bias mengevaluasi hasil belajar para peserta didik dengan baik
h. Memiliki kemampuan personal untuk membantu peserta didik menonjolkan
kemampuanya.
Sebagai tenaga pendidik, memahami peserta didik adalah kecakapan atau
kompotensi yang jelas-jelas harus dimiliki. Dengan memahami peserta didik secara
baik hal tersebut akan membantu dalam keberhasilan sebuah proses belajar mengajar.
Yang perluh diketahui adalah proses belajar mengajar akan berhasil jika
mementingkan hal-hal dari pihak peserta didik, seperti situasi peserta didik, kondisi,
26
serta yang terpenting adalah karakteristik dari peserta didik. Suatu proses belajar
mengajar tidak akan berhasil jika semua permulaanya berdasarkan kepentingan anda
selaku tenaga pendidik.
2.5 Hakikat Penilaian Kinerja
2.5.1 Pengertian Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja menurut Siegel dan Marcon (dalam Mulyadi 2001:415)
adalah penentuan secara periodic efektifitas operasional suatu organisasi, bagian
organisasi, dan pegawainya berdasarkan sasaran dan criteria yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Hansen dan Mowen (1995) membedakan pengukuran kinerja secara
tradisional dan konteporer. Pengukuran kinerja tradisional dengan membandingkan
kinerja yang actual sesuai dengan karakteristik pertanggungjawabannya. Sedangkan
pengukuran kinerja konteporer menggunakan aktifitas sebagai pondasinya. Ukuran
kinerja dirancang untuk menilai seberapa baik aktifitas dilakukan dan dapat
mengidentifikasi apakah telah dilakukan perbaikan yang berkesinambungan.
Menurut Robert Bacal (Jaedun2009) penilaian atau evaluasi kinerja adalah
merupakan bagian dari manajemen kinerja (performance management) itu sendiri.
Mengimplikasi pendapat Robert Bacal (Akhmad Sudrajad, 2008a), manajemen
kinerja guru merupakan sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan
dilakukan dalam kemitraan antara seorang guru dengan penyelia, pengawas, atau
penilainya. Proses ini meliputi kegiatan membangun kesepakatan serta pemahaman
mengenai tuntutan yang ada, baik terkait dengan tanggung jawab terhadap
27
keberhasilan siswa, keberhasilan sekolah, maupun guru sendiri. Untuk menilai kinerja
guru diperlukan standar atau tolok ukur. Dalam praktik keseharian standar untuk
penilaian kinerja guru yang baik dapat diupayakan kesepakatan dari pihak yang akan
menilai (kepala sekolah) dan guru yang akan dinilai. Namun demikian, dalam konteks
kinerja guru profesional, maka tolok ukurnya harus berlandaskan pada standar yang
ada. Di India, ADEPTS (Advancement of Educational Performance through
TeacherSupport) ialah sebuah program peningkatan kinerja guru, yang didukung
UNICEF, telah menggunakan aspek performansi guru di kelas sebagai salah satu
standar utama guru berkinerja baik (Shukla Subir, 2008).
2.5.2 Tujuan Pengukuran Kinerja
Tujuan pokok pengukuran kinerja adalah untuk memotivasi pegawai dalam
mencapai tujuan organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.
Penilaian kinerja dilakukan pula untuk menekan perilaku yang tidak semestinya
(disfuctional behavior) dan untuk mendorong penilaian yang semestinya diinginkan
melalui umpan balik hasil kerja pada waktunya serta imbalan baik yang bersifat
intristik maupun ekstristik (Mulyadi 2001:416)
2.5.3 Manfaat Pengukuran Kinerja
Manfaat pengukuran kinerja adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2001:416)
a. Mengelolah operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian
personel secara maksimum.
28
b. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penghargaan personel
seperti : promosi, transfer, dan pemberhentian
c. Mengidentifikasi kebutuhan penilaian dan pengembangan personel dan untuk
menyediakan criteria seleksi evaluasi program pelatihan personel.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 18 Tahun
2007 menyatakan bahwa sertifiksi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melaui uji
kompetensi dan uji kinerja. Kompetensi tersebut dilakukan dalam bentuk penilaian
terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru. Adapun aspek
yang dinilai dalam kinerja guru tersertifikasi adalah sebagai berikut:
1. Kedisiplinan
Kedisiplinan adalah kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku. Misalnya mulai
dan mengakhiri kegiatan pembelajaran sesuai dengan jadwal
2. Penampilan
Penampilan adalah berupa sikan dan perilaku positif yang dimiliki sesorang
dalam kegiatan sehari-hari serta memiliki penampilan yang simpatik dan wajar.
3. Kreativitas
Kreativitas adalah berupa sikap yang kreatif dan progresif yang dimiliki
seseorang sehingga mampu menghasilkan inovasi yang berguna bagi profesi dan
masyarakat luas.
4. Kesantunan Perilaku
29
Kesantunan perilaku adalah berupa sikan santun terhadap orang lain yang dimiliki
seseorang, misalnya dalam kehidupan sehari-hari berperilaku sopan terhadap
teman sejawat.
5. Kemampuan Kerjasama
Kemampuan bekerjasama adalah berupa kemampuan seseorang dalam
bekerjasama dengan orang lain dalam menyelesaikan tugas.
6. Kemampuan berkomunikasi
Kemampuan berkomunikasi adalah dapat menyampaikan ide-idenya dengan
bahasa yang baik dan dapat dipahami oleh sasaran, misalnya dalam keseharian
dapat berkomunikasi secara baik dengan sejawat.
7. Keteladanan
Keteladanan adalah menjadi contoh atau rujukan dalam sikap dan perilaku bagi
orang lain, misalnya menjadi teladan bagi sejawat dan peserta didik dalam tutur
kata, berpakaian, dan lain-lain.
8. Komitmen
Komitmen adalah kesepakatan dalam melaksanakan tugas, misalnya seseorang
yang memiliki etos kerjat tinggi dan menaati kaidah-kaidah dalam tugas.
9. Semangat
Semangat adalah berupa etos kerja dalam melaksanakan tugas, bersemangat
melaksanakan dan menaati ketentuan yang berlaku.
10. Tanggungjawab
30
Tanggungjawab adalah sanggup menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan,
misalnya melaksanakan pembelajaran dengan baik dan sesuai jadwal.
2.6 Sertifikasi Guru
Sertifikasi guru merupakan sala satu terobosan dunia pendidikan dalam
meningkatkan kualitas guru, sehingga kedepan semua guru memiliki sertifikat
sebagai lisensi atau ijin mengajar. Dengan demikian upaya profesionalisme guru akan
segera menjadi kenyataan, sehingga tidak setiap orang dapat menjadi guru, dan tidak
pula banyak orang yang menjadikan pekerjaan ini sebagai batu loncatan seperti yang
terjadi belakangan ini. Dikemukakan oleh Mulyasa (2011:1).
Sertifikasi guru sangat penting sekali yaitu untuk pemberdayaan guru menuju
guru yang professional. Pemberdayaan guru dimaksudkan untuk mengangkat harkat
dan martabat guru dalam kesejahteraannya, hak-haknya, dan memiliki posisi yang
seimbang dengan profesi lain yang lebih mapan kehidupannya. Sertifikasi guru
sebagai proses pemberdayaan, diharapkan adanya perbaikan tata kehidupan yang
lebih adil, demokratis, serta tegaknya kebenaran dan keadilan dikalangan guru dan
tenaga kependidikan.
Dalam undang-undang republic Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru
dan dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat
pendidik untuk guru dan dosen. Sendangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal
sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional.
Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses
31
pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu.
Wibowo (2004) dalam bukunya Mulyasa, mengungkapkan bahwa sertifikasi
bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut:
1. Melindungi profesi pendidikan dan tenaga kependidikan.
2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompoten, sehingga
merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan.
3. Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan dengan
menyidiakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap
pelamar yang kompoten.
4. Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan.
5. Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan tenaga
kependidikan.
2.6.1 Bentuk dan Syarat Guru tersertifikasi
Risa Maulana (2013:37-40) mengemukakan Ketika mengikuti program
sertifikasi, semua peserta, baik itu calon guru, maupun guru dalam jabatan akan
berhadapan dengan uji sertifikasi. Uji sertifikasi merupakan sebentuk tes yang
diujikan guna mengetahui sejauh mana kesiapan calon peserta untuk menjadi seorang
tenaga profesional. Tentunya, kesiapan kesiapan disini harus dibuktikan dengan
pemenuhan persyaratan yang sudah ditetapkan, yang meliputi penilaian kinerja guru
dan uji kompetensi. Untuk mengetahui kesiapan tersebut, maka dilakukan uji
sertifikasi yang berbentuk ujian tes dan ujian non tes.
32
Ujian tes dilakukan dengan mengujikan beberapa materi yang mencangkup
kompetensi pedagogic dan kompetensi profesional. Ujian tes dilakukan dengan
menyodorkan beberapa pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda kepada semua
peserta. Sendangkan ujian nontes dilakukan dengan menilai kinerja guru, terutama
yang berkaitan dengan aktivitas belajar mengajar. Beberapa hal yang disoroti dalam
ujian nontes, diantaranya meliputi penilaian terhadap kinerja dalam melaksanakan
proses belajar di kelas dan penilaian terhadap komponen-komponen yang biasa
disiapkan guru sebelum mengajar.
Jika guru yang bersangkutan tersebut berhasil lulus dalam serangkaian ujian
tadi, maka guru yang bersangkutan berhak untuk mendapatkan apa yang disebut
setifikat pendidik atau setifikat profesi lengkap dengan segala hak dan kewajiban
yang melekat didalamnya. Lantas, bagaimana wujud sertifikat yang sah? Sertifikat
guru dinyatakan sah jika didalanya terdapat nomor registrasi unik yang menjadi
identitas pemegang setifikat. Nomor identitas ini akan berbeda antara guru dengan
keahlian A dengan guru yang memiliki keahlian B. sertifikat profesi adalah sertifikat
yang dikeluakan Depdiknas. Lalu, bagaimana dengan peserta yang tdk lulus dalam uji
sertifikasi? Guru-guru yang dinyatakan tidak lulus dalam uji sertifikasi diwajibkan
untuk mengikuti pembinaan guru dan berhak melakukan uji sertifikasi ulang pada
periode selanjutnya.
Berdasarkan penjelasan diatas, ada beberapa alur proses sertifikasi secara
lengkap sebagai berikut:
33
a. Guru yang sudah memenuhi persyaratan akademik minimal S1/D4 dinyatakan
sebagai peserta sertifikasi.
b. Para peserta sertifikasi kemudian melakukan beberapa tahapan uji sertifikasi,
yang meliputi tes tulis dan tes nontulis yang meliputi penilaian (self appraisal)
dan (peer appraisal) serta penilaian kinerja guru.
c. Peserta yang dinyatakan lulus dalam uji sertifikasi berhak memperoleh sertifikat
pendidik atau sertifikat profesi. Sendangkan yang tidak lulus berhak mengikuti
pembinaan guru.
2.6.2 Beban guru tersertifikasi
a. Pengertian Gaji Guru
Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 1, gaji adalah hak yang diterima oleh
guru atau dosen atas pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan atau satuan
pendidikan dalam bentuk finansial secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Ini berarti bahwa seorang guru (dalam hal ini guru PNS) akan diberi gaji
berupa uang yang dibayarkan secara berkala. Berkala yang dimaksud di sini adalah
setiap bulan. Besarnya gaji yang diterima tersebut sesuai pangkat atau golongan dan
masa kerja. “Gaji dalam Kamus Kepegawaian adalah imbalan yang diterima oleh
seorang pegawai sebagai balas jasa dari pemerintah karena pegawai tersebut talah
memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk mencapai tujuan”. Di dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua Belas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji
34
Pegawai Negeri Sipil, pada Bab II pasal 4 dinyatakan bahwa PNS (termasuk guru
PNS) diberi gaji pokok berdasarkan golongan dan ruang yang ditetapkan untuk
pangkat tersebut. Sedangkan pada pasal 5 dikatakan pula bahwa seorang yang
diangkat menjadi calon Pegawai Negeri Sipil diberi gaji pokok 80% dari gaji pokok
seperti yang dinyatakan pada pasal 4. Jadi gaji merupakan hak bagi pegawai setelah
pegawai melaksanakan kewajibannya. Gaji guru merupakan imbalan yang diterima
oleh seorang guru sebagai balas jasa dari pemerintah karena guru telah memberikan
waktu, tenaga, dan pikirannya untuk mencapai tujuan yang diterima.
b. Kriteria Gaji Guru
Rekomendasi UNESCO/ ILO pasal 114-124 mensyaratkan kriteria gaji guru
sebagai berikut:
1. Harus sebanding dengan gaji profesi lainnya yang relatif sama.
2. Sesuai penghargaan sosial masyarakat dan pemerintah terhadap guru.
3. Kompetitif positif dengan profesi yang memiliki syarat yang sama.
4. Cukup untuk hidup layak dan meneruskan pendidikan dan apresiasi budaya serta
pola hidup sesuai dengan jabatan.
5. Cermin penghargaan masyarakat terhadap pendidikan.
6. Cukup menarik untuk menunjang sumber daya manusia yang baik.
(Muhammad Surya, 2004: 12) Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 15
menyebutkan bahwa a) penghasilan ke dalam kebutuhan hidup minimum
sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat 1 Huruf a) meliputi gaji pokok, tunjangan
35
yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan
fungsional, tunjangan khusus, dan tambahan terkait dengan tugasnya sebagi guru
yang dengan prinsip penghargaan atau dasar prestasi. b) Guru yang diangkat oleh
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintahan daerah
diberi gaji sesuai dengan peraturan perundang-undangan. c) Guru yang diangkat oleh
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat diberi gaji berdasarkan
perjanjian kerja atas kesepakatan kerja bersama. Di Indonesia di samping pemberian
gaji yang sama untuk pangkat yang sama, juga memperhatikan sifat pekerjaan dan
tanggung jawab yang dipikul. Selain itu memperhatikan pencapaian prestasi kerja
dari pegawai yang bersangkutan. Jadi untuk pegawai yang mampu menunjukkan
prestasi kerja yang tinggi akan mendapatkan gaji yang lebih baik.
c. Kesenjangan Guru
Masih adanya sikap yang kurang tanggap pihak-pihak terkait terhadap nasib
guru tentu akan mempengaruhi motivasi dan kualitas guru. Hal tersebut ditambah lagi
dengan adanya kesenjangan guru. Ada beberapa kesenjangan yang dirasakan sebagai
diskriminatif oleh para guru seperti yang dinyatakan oleh Surya antara lain:
1. Kesenjangan guru menurut jenjang pendidikan, misalnya antara guru SD denagn
guru SLTP dan Sekolah Menengah.
2. Kesenjangan antara guru pegawai negeri yang digaji oleh negara dengan guru
swasta yang digaji oleh pihak swasta. Kesenjangan tidak terjadi dalam masalah
jumlah, akan tetapi dalam perlakuan.
36
3. Kesenjangan antara guru pegawai negeri tetap dengan guru tidak tetap atau
honorer yang tidak seimbang dengan tuntutan kerja.
4. Kesenjangan antara guru yang bertugas di kota-kota dengan guru-guru yang
berada di pedesaan atau pada daerah terpencil terutama dalam hal pendapatan,
kesempatan melanjutkan pendidikan, kesempatan mengikuti pengembangan.
5. Kesenjangan guru karena beban tugas, yaitu ada guru yang beban tugasnya
banyak (misalnya di sekolah yang kekurangan guru), tetapi imbalannya sama saja
atau lebih sedikit (Surya: 2002: 333-334).
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaji Guru
Dari studi di berbagai negara khususnya di negara berkembang (Ferell, 1993)
dalam bukunya Muhamad Surya, pada umumnya gaji guru ditentukan oleh faktor-
faktor:
1. Ekonomi yang mencangkup tingkat produktivitas nasional dan perubahan taraf
kebutuhan hidup.
2. Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah
3. Kriteria individual yang mencakup tanggung jawab, pengalaman dan kinerja.
4. Skala gaji yang dikembangkan sebagai satu fungsi dari aspek-aspek tersebut di
atas.
(Surya: 2004, 12-13) Menurut paparan teori di atas dapat disimpulkan bahwa
gaji merupakan imbalan yang diterima oleh seorang guru sebagai balas jasa dari
pemerintah karena guru telah memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk
37
mencapai tujuan yang diterima, yang berupa gaji pokok, tunjangan yang melekat pada
gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan
khusus, dan tambahan terkait dengan tugasnya sebagi guru yang dengan prinsip
penghargaan atau dasar prestasi.
2.7 Kajian Yang Relevan
Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah :
1. Indarty Gobel, 2011. Judul “Kinerja Guru Dan Hubungan Dengan Motivasi
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Ekonomi”. Penelitian ini
menggunakan Metode Kuantitatif, dengan menggunakan teknik analisis regresis
sederhana dan korelasi. Hal ini dibuktikan dengan Uji regresi sebesar 0,55 dan
keefisien korelasi sebesar 0,82 dengan determinasi 67,52% jadi dapat dikatakan
bahwa motivasi belajar siswa berhubungan dengan kinerja guru sebesar 67,42%
sedangkan sisanya 32,76% dihubungkan oleh variabel lain yang tidak didesain
dalam penelitian ini.
2. Mahmud Rivai, 2013. “Hubungan Motivasi Kerja Dengan Kinerja Guru”
Yang menjadi Sampel dalam penelitian ini adalah jumlah guru-guru di SMK
Negeri I Kota Gorontalo yaitu berjumlah 30 orang guru. Hasil penelitian
menunjukan bahwa variabel motivasi kerja memiliki nilai rata-rata 50.7 di
kategorikan tinggi, dalam pengujian Chi-kuadrat berasumsi bahwa jika X2
hitung ≤
X2
tabel, artinya data berdistribusi normal. Dan hasil kinerja guru memiliki nilai
rata-rata 61.7 di kategorikan sangat tinggi, dalam pengujian Chi-kuadrat
berasumsi bahwa jika X2
hitung ≤ X2
tabel, artinya data berdistribusi normal. Hasil
38
Penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara variabel motivasi kerja
dengan kinerja guru di SMK Negeri I Kota Gorontalo, yang ditunjukan oleh
persamaan linier Y =52,64+0,18X. Hal itu berarti bahwa setiap kenaikan satu skor
motivasi kerja (X) dapat menyebabkan kenaikan skor kinerja guru (Y) sebesar
0,18 pada konstanta 52,64. Hal ini menunjukan, apabila terjadi perubahan pada
indikator motivasi kerja, maka akan diikuti oleh perubahan rata-rata indikator
kinerja guru.
Dengan Kesimpulan terdapat hubungan kinerja guru dengan motivasi belajar
siswa dan Hubungan Motivasi dengan Kinerja Guru dari penelitian terdahulu maka
peneliti melakukan penelitian tentang Kinerja Guru Tersertifikasi Di SMA Negeri 2
Gorontalo untuk meninjau bagaimana kinerja guru dan upaya menigkatkan kinerja
guru di SMA Negeri 2 Gorontalo.
Top Related