15
BAB II
KAJIAN TEORI
A. TINJAUAN UMUM
1. Shopping Center
a. Sejarah Shopping Center
Shopping Center (Inggris dan Eropa), Shopping Mall (Amerika)
bereferensi pada pusat perbelanjaan dimana istilah yang digunakan itu
untuk mengidentifikasikan suatu pusat perbelanjaan. Pada intinya
shopping center memiliki bentuk bangunan atau kumpulan beberapa
bangunan di dalam satu lokasi. Di dalam satu pusat perbelanjaan tersebut
berkumpul sejumlah vendor independen atau beragam toko dengan
beragam brand, yang semuanya dihubungkan antara satu dengan yang
lain, oleh jalur sirkulasi (pedestrian ways atau walk ways) yang terbuka
atau tertutup. Hal itu bertujuan untuk mempermudah pengguna mal pada
waktu mengunjungi satu toko dan berjalan ke toko lain dengan aman dan
nyaman. Konsep dari dibangunnya gedung pusat perbelanjaan bukan
merupakan suatu inovasi baru.
Mal, merupakan satu bentuk evolusi dari pasar tradisional yang
pada intinya adalah: satu lokasi pusat perdagangan yang dikunjungi oleh
banyak orang (konsumen) untuk membeli segala sesuatu yang mereka
butuhkan. Untuk kemudahan, kenyamanan, dan keamanan para
pengunjung, pusat perbelanjaan yang berbentuk pasar tradisional dan
terbuka kemudian memiliki atap untuk melindungi pengunjung dari cuaca
seperti panas dan hujan. Konsep mal ternyata sudah ada sejak abad
15
16
pertengahan. Di Timur Tengah, Grand Bazaar Isfahan adalah suatu lokasi
pusat perdagangan yang terdiri dari kumpulan beberapa toko independen
yang bernaung di bawah satu struktur, berdiri sejak abad ke 10. Begitu
juga dengan Grand Bazaar Tehran, pasar tertutup sepanjang 10 km juga
memiliki sejarah yang panjang. Contoh di Eropa adalah The Burlington
Arcade di London yang resmi dibuka di tahun 1819. Konsep
pembangunan mal ini diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1828
dengan dibangunnya The Arcade di daerah Providence, Rhode Island.
Pembangunan shopping center atau mal pun akhirnya diikuti oleh kota-
kota besar lainnya di berbagai manca negara pada akhir abad ke 19 dan
awal abad ke 20.
Di pertengahan abad ke 20, di Amerika Serikat dan beberapa
negara Eropa lainnya, keberadaan shopping center atau mal di dalam kota
dirasakan berdampak negatif karena kota menjadi penuh sesak, dan kotor.
Ditambah dengan dibangunnya perumahan-perumahan di daerah pinggiran
kota (suburb) dan penemuan automobile maka, dibutuhkan pula suatu
tempat khusus di dalam kompleks pusat perbelanjaan untuk memarkirkan
kendaraan para pengguna mal dan pengunjungnya. Berdasarkan dari faktor
tersebut, pemerintah Amerika Serikat dan Eropa bersama masyarakatnya
bersama-sama berniat untuk memperbaiki kualitas hidupnya maka,
dimulailah adanya pembangunan shopping center atau mal di luar kota dan
di daerah suburb. Pemikiran inilah yang menjadi dasar dari terbentuknya
suatu jenis shopping center baru seperti suburb mall, super mall, giant
mall, dan mega mall.
17
Shopping center atau mal yang pada awalnya memiliki fasilitas
took-toko dan barang-barang dagang yang menarik, food center, dan area
untuk parkir kendaraan, kini dirasa masih belum cukup untuk memenuhi
kebutuhan pengunjung dan pengguna shopping center atau mal. Untuk
menarik minat pengunjung dan untuk mencegah pengunjung dari rasa
bosan, tim dari shopping center berupaya untuk menciptakan suasana yang
menarik, unik, dan lain dari tempat-tempat yang biasa dikunjungi oleh
para pengunjung dan pengguna mal dimulai dengan pemilihan konsep
bangunan dan interior bangunan. Kemudian, ditambahnya fasilitas hiburan
atau entertainment seperti bioskop, video game center, dan panggung
dengan disc jockey (deejay), atau dengan live music.
Adanya tempat menitipkan anak (day care center) di dalam
beberapa shopping center atau mal di Amerika Serikat sudah menjadi
konsep yang tidak asing lagi. Adanya fasilitas ini memberikan kemudahan
berbelanja bagi para orangtua yang memiliki anak supaya dapat
berkonsentrasi berbelanja di shopping center atau mal tersebut tanpa harus
mengkhawatirkan keamanan dan kenyamanan putra dan putri mereka.
Kekurangannya akan lahan terbuka di dalam kota juga menjadi
kesempatan emas bagi para pengembang shopping center atau mal untuk
mengemas alam buatan (artificial) atau sebuah taman yang terbuka ke
dalam konsep interior atau pembentukan kompleks shopping center.
Sehingga, para pengunjung tidak hanya mendapatkan kenyamanan
berbelanja, tetapi juga dapat menikmati lahan terbuka yang bebas dari
18
bahaya ditabrak dan bisingnya kendaraan bermotor, sampah dan segala
sesuatu yang tidak enak dipandang.
Menjamurnya pembangunan shopping center di seluruh dunia
memulai adanya kompetisi terbuka bagi seluruh negara, kota, arsitek, dan
desainer untuk saling berlomba membangun shopping center yang
terbesar, terlengkap, termoderen, dan lain sebagainya serta sebagai salah
satu penanda kota (landmark).
Pada era 1970-an di Jakarta (sebagai pusat kota) pusat perbelanjaan
seperti aldiron plaza, pusat pertokoan senen dan pasar-pasar yang dikelola
PD pasar jaya memanfaatkan seluruh lantai untuk penjualan, tanpa ada
suatu lebih untuk dinikmati oleh pengunjung kecuali gang secukupnya.
Pada saat itu pemilik bangunan masih berpatok pada setiap jengkal
bangunannya harus dapat disewakan atau dijual.
Pada pertengahan 1980-an, ternyata muncul gagasan baru dengan
arsitek asing yang mulai masuk bersama modal dari luar negeri. Istilah
plaza mulai dipakai dan memperkenalkan konsep atrium yang
menghasilkan suasana beda (atrium dalam arti asal kata dari halaman
yang dapat mengumpulkan air sebagaimana lazimnya terdapat di rumah
halaman (courtyard) orang yunani dan romawi), dengan menyisakan
sebagian ruang untuk berjalan dan membuka lubang lantai hingga ke atap
tembus cahaya alam, melapangkan pandangan pengunjung bahwa disini
tempat anda memanjakan diri memperoleh barang dan hiburan.
Pada akhir 1980-an dan permulaan 1990-an mulai bermunculan
mal perbelanjaan dengan konsep atrium yang lebih besar yang
19
memungkinkan pengunjung memperluas jangkauan pandangan ke seluruh
lantai bangunan. Ruang besar dan menyatu ini membuka wawasan
sekaligus melapangkan visualisasi pengunjung.
Indonesia memang tidak mau ketinggalan mengikuti kemajuan
zaman dan perubahan kultur. Dengan bentuk atrium besar mengakibatkan
aktivitas berbelanja menjadi nyaman dan menjadi bagian dari pola hidup
masyarakat Indonesia, terutama yang berdomisili di kota-kota besar. Pusat
perbelanjaan bukan hanya tempat untuk berbelanja untuk memenuhi
kebutuhan dirinya sendiri atau orang lain, tetapi juga sebagai tempat untuk
mendapatkan hiburan, berinteraksi sosial bersama teman, keluarga,
maupun kolega bisnis. Sehingga pusat perbelanjaan, plaza, atau mal, di
juluki dengan istilah ‖one stop shopping‖ karena, hampir semua kebutuhan
belanja, dapat terpenuhi dengan sekali kunjungan ke satu pusat
perbelanjaan. Shopping center, mall, atau plaza biasanya juga didekor
dengan hiasan-hiasan dan pernak-pernik dengan tema yang berbeda sesuai
dengan momen-momen khusus seperti hari raya, peringatan hari nasional,
imlek dan sebagainya. Dengan semakin bertambahnya jumlah populasi,
dan jumlah investor terutama di bidang perdagangan yang menanamkan
modal di Indonesia, maka jumlah sarana perdagangan juga semakin
bertambah dengan stabil.
b. Pengertian Shopping Center
Pengertian shopping center atau pusat perbelanjaan secara umum
adalah kompleks pertokoan yang dikunjungi untuk membeli atau melihat
20
dan membandingkan barang-barang dalam memenuhi kebutuhan ekonomi
social masyarakat serta memberikan kenyamanan dan keamanan
berbelanja bagi pengunjung. Menurut International Council of Shopping
Centre (ICSC) – organisasi paling besar dan paling berpengaruh untuk
pusat perbelanjaan dunia. Definisi pusat perbelanjaan adalah sekelompok
usaha ritel dan usaha komersial lainnya yang direncanakan,
dikembangkan, dimiliki, dan dikelola sebagai satu property tunggal.
Menurut Nadine Beddington (1982), pusat perbelanjaan adalah suatu
komplek pertokoan/perbelanjaan terencana yang pengelolaannya ditangani
oleh suatu manajemen pusat yang menyewakan atau menjual unit-unit
took yang tersedia untuk pedagang dan mengenai hal-hal tertentu
pengawasannya dilakukan oleh manajer yang sepenuhnya bertanggung-
jawab kepada pusat perbelanjaan tersebut.
Menurut Levy dan Weitz (2004), Pusat perbelanjaan juga dapat
didefinisikan sebagai penyewa utama (anchor tenant), luas kotor area yang
disewakan (gross leaseable area) dan wilayah bisnis. Sedangkan menurut
Kowanski dalam skripsi Selvi Fitria Waskita, definisi pusat perbelanjaan
adalah sekelompok bangunan komersial dengan arsitektur terpadu yang
dibangun pada lokasi yang direncanakan, dikembangkan, dimiliki dan
dikelola sebagai sebuah unit operasional. Istilah ―terpadu, serta
direncanakan, dikembangkan, dimiliki, dan dikelola sebagai sebuah unit
operasional‖ merujuk pada cara yang dilakukan manajemen pusat
perbelanjaan untuk mengendalikan lingkungan mereka dalam upaya
21
menciptakan dunia yang mereka khayalkan untuk para pengunjung di
lingkungan pusat perbelanjaan.
c. Klasifikasi Shopping Center
Klasifikasi shopping center antara lain :
1. Dilihat dari jenis barang yang dijual (Design for Shopping Centers,
Nadine Beddington)
a. Demand (permintaan), yaitu yang menjual kebutuhan sehari-hari
yang juga merupakan kebutuhan pokok.
b. Semi Demand (setengah permintaan), yaitu yang menjual
barangbarang untuk kebutuhan tertentu dalam kehidupan sehari-
hari.
c. Impuls (barang yang menarik), yaitu yang menjual barang-barang
mewah yang menggerakkan hati konsumen pada waktu tertentu
untuk membelinya.
d. Drugery, yaitu yang menjual barang-barang higienis seperti sabun,
parfum dan lain-lain.
2. Berdasarkan Bauran Jenis Usaha Berdasarkan bauran jenis usahanya,
pusat perbelanjaan dibedakan menjadi
a. Pusat perbelanjaan berorientasi keluarga
Pusat perbelanjaan ini menyediakan semua hal dalam satu
atap (all under one roof family–oriented shopping centre), dengan
luas bersih area yang disewakan sekitar 400.000 – 500.000 kaki
22
persegi. Dimana didominasi oleh hypermarket, pusat hiburan,
cinema, area bowling dan biliar.
b. Pusat perbelanjaan spesialis (specialist shopping centre)
Jenis pusat perbelanjaan ini lebih kecil dari pada pusat
perbelanjaan berorientasi keluarga dan hanya menawarkan satu
jenis perdagangan utama, yang dilengkapi sejumlah toko lain yang
mendukung bisnis utama, seperti makanan, minuman dan
pelayanan pendukung lainnya.
c. Pusat perbelanjaan gaya hidup (lifestyle shopping centre)
Pusat perbelanjaan ini melayani para professional muda
yang bekerja di wilayah kota. Dan menawarkan produk tematis
yang terkait dengan gaya hidup. Luas area ini sekitar 100.000 –
200.000 kaki persegi.
3. Berdasarkan Kepemilikan
Berdasarkan kepemilikannya, pusat perbelanjaan dibedakan
menjadi :
a. Unit ruang usaha dengan hak milik bersusun (strata title lot)
Merujuk pada pusat perbelanjaan dengan unit-unit toko yang
dimiliki oleh banyak individu dan setiap pemilik unit individu
bebas memperlakukan unit property miliknya sesuai keinginan.
Pemilik unit dapat membuka toko ritel, kantor korporasi kecil, atau
menyewakan propertinya karena setiap pemilik unit membuat
keputusan sendiri berdasarkan kepentingan pribadi mereka.
b. Manajemen kepemilikan tunggal (single owner-ship manajemen)
23
Dimana suatu tim professional di suatu pusat perbelanjaan
dilibatkan untuk memaksimalkan hasil investasi dari satu property.
Manajemen pusat perbelanjaan bertugas merencanakan,
menetapkan nama, memasarkan, serta mengelola property tersebut.
2. Restoran
a. Definisi Restoran
Restoran berasal dari bahasa latin yaitu resturare, dalam bahasa
Inggris berarti a public eating place, yaitu rumah makan atau tempat
makan umum. Restoran berarti juga a place where you can buy and eat a
meal (Oxford Advanced learner’s Dictionary). Menurut Masum W. A
(1994) dalam bukunya ―Restoran dan Masalahnya‖ mengatakan bahwa
restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara
komersil, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua
tamu baik berupa makanan maupun minuman. Tujuan operasional restoran
adalah untuk mencari keuntungan. Selain bertujuan bisnis atau mencari
keuntungan, membuat puas para konsumennya pun merupakan tujuan
operasional restoran yang utama.
Dari beberapa uraian diatas, restoran dapat diartikan sebagai
sebuah area atau tempat usaha atau bangunan yang menyediakan dan
menjual makanan serta minuman yang dikelola secara komersial dengan
memberikan pelayanan yang baik kepada semua pengunjung dengan
tujuan untuk bisnis dan mencari keuntungan.
24
b. Sejarah Restoran
Asal-usul penggunaan nama restaurant bisa ditelurusi ke abad ke-
16, ketika istilah ini pertama kali ditemukan di Prancis. sampai zaman
Romawi Kuno kuno (abad ke-2). Berasal dari kata Prancis restaurer atau
restore yang artinya pembangkitkan tenaga. Spesifiknya istilah ini dipakai
untuk sajian sup yang sarat kaldu.
Cerita tersebut sungguh berbeda dengan arti kata restaurant yang
berkembang pada akhir abad ke-18. Di masa ini, resto diartikan sebagai
ruang kecil di sebuah pondokan (tavern), tempat para pelancong mengisi
perut. Makanan yang disajikan merupakan hidangan sederhana dengan
bahan baku dari sekitar pondokan.
Terobosan konsep terjadi sekitar tahun 1782, ketika restoran yang
terletak di Rue De Richelieu, Paris, menulis daftar makanan dalam menu.
Makanan kemudian disajikan dalam porsi personal dan setiap tamu
dilayani satu per satu. Menu yang dikeluarkan pun tidak sekaligus,
melainkan bertahap.
Perkembangan pesat terjadi justru karena Revolusi Prancis. Waktu
itu berbagai guild—semacam serikat para tukang dan perajin yang
mengatur perizinan kerja dan usaha—dibubarkan, memudahkan orang
untuk membuka restoran. Peluang ini ditangkap oleh para pelayan dan
koki kaum bangsawan yang kehilangan majikannya yang dipancung atau
melarikan diri. Untuk menghidupi diri, mereka membuka restoran sendiri.
Perkembangan restoran pun didukung oleh urbanisasi dan munculnya
kelas menengah yang terdiri dari para profesional dan orang bisnis.
25
Kini restoran berkembang menjadi dua jenis, yakni restoran kasual
yang menyajikan makanan sehari-hari untuk para pekerja yang tak sempat
pulang ke rumah untuk makan. Dan, fine dining yaitu restoran dengan
tampilan eksklusif dan makanan yang disajikan lebih artistik
menggunakan peralatan makan mewah.
Jenis restoran kasual di dunia termasuk di Prancis sendiri banyak
dipengaruhi oleh gaya hidup Amerika. Contohnya, cafetaria (kantin di
perkantoran atau sekolah), rest-stop restaurant (resto di pinggir jalan
tol), fast food restaurant (resto cepat saji), hingga bistro (resto kecil yang
punya bar dan memberi pelayanan cepat).(http://www.femina.co.-
id/article/sejarah-singkat-restaurant--restoran-).
c. Klasifikasi Restoran
Klasifikasi restoran menurut W, Marsum dalam Prasetia, Andri
(hal. 20-22), resto atau restoran dikelompokkan menjadi beberapa jenis
menurut kegiatan dan makanan atau minuman yang disajikannya, yaitu:
Jenis Restoran Keterangan
A’la carte restaurant Menu lengkap dan dan merupakan restoran
tanpa aturan mengikat atau bebas.
Table d’hotel Restoran dengan menu yang lengkap dan
menyajikan setiap menu berurut-an dari menu
pembuka sampai penu-tup. Biasanya erat
hubungannya de-ngan hotel.
Coffe shop Merupakan tempat makan dan mi-num yang
26
Menyuguhkan suasana santai tanpa aturan
yang mengikat dan biasanya menyuguhkan
racikan kopi sebagai menu special diluar ma-
kanan-makanan kecil atau makanan siap saji.
Cafeteria Merupakan tempat makan dan mi-num yang
terbatas menyajikan roti atau sandwich serta
minuman-mi-numan ringan yang tidak
beralkohol, biasanya erat hubungannya dengan
kantor.
Canteen Merupakan tempat makan dan mi-num yang
menyajikan berbagai makanan-makanan instan
dengan harga yang terjangkau.
Continental restaurant Restoran yang memberikan kebebas-an bagi
pengunjungnya untuk mem-ilih bahkan
mengiris makanan yang dipesannya sendiri.
Carvery Merupakan restoran yang biasanya terdapat di
motel kecil dan meny-ajikan makanan dan
minuman seder-hana.
Discotheque Merupakan tempat makan dan minum yang
menyuguhkan suasana hingar bingar music
sebagai daya tariknya. Biasanya menyuguhkan
makanan dan minuman cepat saji.
Fish and chip shop Restoran yang menyajikan menu ikan dan
kripik atau snack sebagai menu utama
27
Grill room Restoran dengan menu masakan panggang
atau barbekyu sebagai menu andalan.
Intavern Restoran kecil di pinggiran kota yang biasanya
menyuguhkan makanan cepat saji dan
minuman kopi.
Pizzeria Restoran dengan menu pizza dan pasta sebagai
menu utama.
Creeperie Restoran yang menyajikan berbagai menu
kreps dan manisan.
Café
Tempat untuk makan dan minum dengan
sajian cepat saji dan menyuguhkan suasana
yang santai atau tidak resmi.
Specialty restaurant Merupakan tempat untuk makan dan minum
yang memiliki tema khusus atau kekhususan
menu masakan yang akan disajikan dan
biasanya memiliki citarasa yang berbeda
dengan restoran lain.
Terrace restaurant
Merupakan tempat makan dan minum yang
umumnya terletak di luar ruangan dan
biasanya erat hu-bungannya dengan fasilitas
hotel. Di Negaranegara barat terrace restaurant
biasanya hanya buka saat musim panas saja.
Gourment restaurant
Merupakan tempat untuk makan dan minum
yang biasanya diperuntukan bagi orang-orang
28
yang sangat meng-erti akan citarasa sehingga
banyak menyediakan makanan-makanan le-zat
dengan pelayanan yang megah dan harga yang
mahal.
Family restaurant
Merupakan restoran sederhana untuk makan
dan minum keluarga atau rombongan dengan
harga yang tidak mahal serta menyuguhkan
suasana nyaman dan santai.
Main dining room
Merupakan ruang makan besar atau restoran
yang umumnya terdapat di hotel, penyajian
makanannya secara resmi, servis yang
diberikan dapat menggunakan gaya perancis
maupun rusia, sedangkan orang-orang yang
datang pada umumnya juga menggunakan
pakaian resmi formal.
Sedangkan menurut Soekresno dalam Prasetia, Andi (hal.23) ,
dilihat dari sistem pengelolaan dan system penyajiannya, restoran dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
1. Formal restaurant (restoran formal).
Pengertian formal restoran adalah industry jasa pelayanan
makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dan
29
professional dengan pelayanan yang eksklusif. Ciri-ciri restoran
formal:
a. Penerimaan pelanggan dengan system pesan tempat terlebih
dahulu.
b. Para pelanggan terikat dengan menggunakan pakaian formal.
c. Menu pilihan yang disediakan adalah menu klasik/menu eropa
popular.
d. Sistem penyajian yang dipakai adalah Russian Service/French
Service atau modifikasi dari kedua table service tersebut.
e. Disediakan ruang cocktail selain ruangan jamuan makan digunakan
sebagai tempat untuk minum yang beralkohol sebelum santap
makan.
f. Dibuka untuk pelayanan makan malam atau makan siang atau
untuk makan malam dan makan siang, tetapi tidak menyediakan
makan pagi.
g. Menyediakan berbagai merek minuman bar secara lengkap
khususnya wine dan champagne dari berbagai Negara penghasil
wine di dunia.
h. Menyediakan hiburan musik hidup dan tempat untuk melantai
dengan suasana romantic dan eksklusif.
i. Harga makanan dan minuman relatiF tinggi disbanding harga
makanan dan minuman di restoran informal.
j. Penataan bangku dan kursi memiliki area service yang lebih luas
untuk dapat dilewati gueridon.
30
k. Tenaga relative banyak dengan standar kebutuhan satu pramusaji
untuk melayani 4-8 pelanggan.
Contoh:
1) Members Restaurant
2) Super Club
3) Gourmet
4) Main Dining Room
5) Grilled Restaurant
6) Executive Restaurant
2. Informal restaurant (restoran informal)
Pengertian restoran informal adalah industry jasa pelayanan
makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dan
professional dengan lebih mengutamakan kecepatan pelayanan,
kepraktisan dan percepatan frekuensi pelanggan yang silih
berganti. Ciri-ciri restoran informal:
a. Harga makanan dan minuman relative murah.
b. Penerimaan pelanggan tanpa sistem pemesanan tempat.
c. Para pelanggan yang dating tidak terikat untuk mengenakan
pakaian formal.
d. Sistem penyajian makanan dan minuman yang dipakai adalah
American Service/ready plate bahkan self-service ataupun
counter-service.
e. Tidak menyediakan hiburan music hidup.
31
f. Penataan meja dan bangku cukup rapat antara satu dengan yang
lain.
g. Daftar menu oleh pramusaji tidak dipresentasikan kepada
tamu/pelanggan namun dipampang di counter/langsung di setiap
meja makan untuk mempercapat proses pelayanan.
h. Menu yang disajikan sangat terbatas dan membatasi menu-menu
yang relative cepat selesai dimasak.
i. Jumlah tenaga servis relative sedikit dengan standar kebutuhan 1
pramusaji untuk melayani 12-16 pelanggan.
Contoh:
1) Café
2) Cafeteria
3) Fast Food Restaurant
4) Coffe shop
5) Bistro
6) Canteen
7) Taverns
8) Family Restaurant
9) Pub
10) Sandwich corner
11) Burger corner
12) Snack bar
32
3. Specialties restaurant
Pengertian specialties restaurant adalah industry jasa
pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersil
dan professional dengan menyediakan makanan khas dan diikuti
dengan sistem penyajian yang khas dari suat negara tertentu. Ciri-
ciri specialties restaurant:
a. Menyediakan sistem pemesanan tempat.
b. Menyediakan menu khas suatu negara tertentu, popular dan
disenangi banyak pelanggan secara umum.
c. Sistem penyajian disesuaikan dengan budaya negara asal dan
dimodifikasi dengan budaya internasional.
d. Hanya dibuka untuk menyediakan makan siang atau makan malam.
e. Menu ala-carte dipresentasikan oleh pramusaji ke pelanggan.
f. Biasanya menghadirkan musik / hiburan khas negara asal.
g. Harga makanan relatif tinggi dibanding informal restaurant dan
lebih rendah dibaning formal restaurant.
h. Jumlah tenaga service sedang, dengan standar kebutuhan 1
pramusaji untuk melayani 8-12 pelanggan.
Contoh:
1) Indonesian food restaurant
2) Italian food restaurant
3) Thai food restaurant
4) Japanese food restaurant
5) Korean food restaurant
33
d. Jenis Pelayanan
Jenis pelayanan makanan dan minuman dapat dibedakan menjadi 4
macam yaitu:
1. Table service
Suatu sistem pelayanan dimana tamu duduk dikursi
menghadap meja makan, kemudian makanan dan minuman diantarkan
dan disajikan, table service ini umumnya dibedakan menjadi 4
kategori yaitu:
a) American service (sistem pelayanan ala Amerika)
Americam service mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai
berikut:
1) Sifat pelayanannya sederhana, tidak resmi dan cepat
2) Makanan sudah siap ditata dan diatur diatas piring
3) Disajikan kepada tamu dari sebelah kiri
4) Piring kotor diangkat dari sebelah kanan
b) English service (sistem pelayanan ala Inggris)
Pelayanan ini digunakan oleh keluarga bangsawan di
Inggris, makanan tersedia dimeja dan diatur oleh nyonya rumah
dalam piring dan dihidangkan kepada tamunya dan nyonya rumah
tersebut biasa disebut hostess, jadi service ini banyak digunakan
dirumah tangga. Contoh yang paling umum adalah jika ada yang
berulang tahun, maka yang berulang tahun akan memotong kue dan
langsung memberikannya kepada tamu.
34
c) French service
French service adalah suatu tipe pelayanan yang sifatnya
formal/resmi, awalnya pelayanan ini digunakan untuk tamu
bangsawan, sekarang ini disukai untuk orang yang ingin
mendapatkan pelayanan yang mewah. Makanan satu persatu datang
dari dapur dan setibanya di ruang restaurant dimatangkan dekat
tamu dengan menggunakan ―range oven atau rechaud oven‖ dan
setelah matang. Ditata atau disusun diatas oval platter dengan
menggunakan guerdion dan dihias dengan hiasan yang baik
kemudian satu persatu hidangan tersebut ditawarkan oleh waiter
secara berurutan kepada tamu.
Pelayanan jenis ini mempunyai ciri menyajikan makanan
utama secara utuh. Bila tamu telah memilih bagian dari hidangan
makanan yang disukai. Kemudian dipotong oleh waiter yang telah
ahli serta disajikan langsung ke atas piring tamu, yang terbuat dari
peralatan service serta dekorasi yang baik dan mahal.
d) Russian service
Pelayanan jenis ini sering disebut juga dengan modified
french service karena dalam beberapa hal mempunyai kesamaan
dengan french service. Pelayanan ala rusia sifatnya sangat formal,
mewah dan para tamu merasa mendapatkan perhatian yang luar
biasa dari petugas, perbedaan yang menonjol antara rusian dengan
french adalah:
35
1) Russian service memerlukan seorang waiter, sedangkan
french service memerlukan dua orang waiter.
2) Makanan yang disajikan pada russian service disiapkan
sepenuhnya di dapur sedangkan french service sebagian
disiapkan di dapur dan di restoran.
e) Counter service
Suatu sistem pelayanan dimana para tamu datang lalu
duduk di counter, apabila makanan dan minuman yang dipesannya
sudah siap, maka akan disajikan kepada tamu di atas counter.
Petugas yang menyajikan bisa waiter ataupun juru masaknya.
Pelayanan ini lebih praktis, hemat tenaga dan waktu.
f) Self service
Self service atau buffet service adalah suatu sistem
pelayanan restoran dimana semua makanan secara lengkap
(hidangan pembuka, sup, hidangan utama, hidangan penutup) telah
tertata dan diatur rapi di atas meja hidang atau meja prasmanan.
Para tamu secara bebas mengambil sendiri hidangannya sesuai
dengan selera.
g) Carry out service
Carry out service lebih dikenal dengan istilah take out
service yaitu sistem pelayanan dimana tamu datang untuk membeli
makanan yang telah siap ataupun disiapkan terlebih dahulu,
dibungkus dalam kotak untuk dibawa pergi, jadi makanan tidak
dinikmati di tempat.
36
h) Persyaratan Ruang Restoran
Menurut Soekresno dalam Prasetia, Andi, ruang atau area
yang ada di dalam suatu restoran dibagi ke dalam dua bagian yang
memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda-beda, yaitu :
1) Ruangan Depan (Front Area)
Ruangan depan yang dimaksud disini adalah
ruanganruangan yang mempunyai fungsi dan kegunaan
diperuntukkan bagi pelanggan restoran sebagai daerah
pelayanan. Persyaratan ruang restoran:
(a) Luas area memenuhi standar
(b) Penyekat antara restoran dan dapur harus tahan terhadap api
(c) Selalu terpasang alat deteksi kebakaran
(d) Sirkulasi udara memadai dan tersedia pengatur suhu udara
(e) Bersih, rapi dan sanitasi (memenuhi syarat kesehatan)
(f) Mudah untuk dibersihkan dan dirawat
2) Ruangan Belakang (Back Area)
Yang dimaksud dengan ruang belakang adalah ruangan
ruangan yang mempunyai fungsi dan kegunaan sebagai area
penyimpanan, penyiapan, pengolahan produk makanan dan
minuman yang mana sebagai tempat aktifitas kerja bagi
karyawan restoran dan sebagai daerah terlarang bagi para
pelanggan untuk masuk di dalamnya, seperti dapur, gudang,
tempat penumpukan sampah, steward area dan lain
sebagainya. Syarat-syarat back area:
37
(a) Cukup penerangan
(b) Gudang penyimpan bahan makanan terpisah sesuai jenisnya
(c) Lantai tidak licin dan dibuatkan selokan-selokan saluran
pembuangan air yang memadai dan lancer
(d) Terpasang alat penghisap dan saluran pembuangan asap
dapur
(e) Saluran air bersih cukup lancar dan mencukupi
(f) Dan lain-lain seperti yang terdapat dalam persyaratan
Restoran
i) Pedoman Luas Area Restoran
Luas area yang ada pada restoran di bagi kedalam dua
kelompok besar yaitu area restoran dan area dapur yang
dijelaskan sebagai berikut :
1) Pedoman luas restoran (Tidak termasuk dapur restoran): =
1,6m² / orang
2) Pedoman luas dapur (Termasuk tempat penyimpanan
makanan panas, ruang penyimpanan masakan dingin,
tempat cuci dan chef office): = 1,4m² x jumlah pelanggan
j) Pedoman Tata Letak Meja dan Kursi
Pedoman tata letak meja dan kursi diatur sebagai
berikut :
1) Jalur pelayanan
2) Antara tempat duduk yang satu dengan tempat duduk yang
membelakangi merupakan gang atau disebut jalur
38
pelayanan dengan jarak 1350 mm sebagai jalur 2 pramusaji
atau 1 pramusaji
3) Pergeseran maju mundur jursi antara 100-200 mm untuk
kebutuhan duduk.
4) Pergeseran mundur kursi untuk pelanggan berdiri 300 mm
5) Kepadatan untuk meja counter bar 625 mm per orang
6) Jarak duduk pada counter bar antara 1 orang dengan orang
lain 75 mm
k) Standar Penyimpanan Peralatan Restoran
Standar penyimpanan peralatan pada restoran adalah
sebagai berikut :
1) Standar tinggi rak gudang
Untuk penyimpanan barang yang relatif besar,
ketinggian pada rak teratas 1500 mm dan untuk barang-
barang relative ringan maksimal sesuai jangkauan untuk
meraih barang yaitu 1950 mm
2) Persyaratan Dapur, Ruang Makan dan Gudang Makanan
Persyaratan untuk dapur, ruang makan dan gudang
makanan adalah sebagai berikut :
a) Dapur
(1) Luas dapur sekurang-kurangnya 40% dari ruang
makan atau 27% dari luas bangunan.
(2) Permukaan lantai dibuat cukup landai ke arah saluran
pembuangan air limbah.
39
(3) Permukaan langit-langit harus menutup seluruh atap
ruang dapur, permukaan rata, berwarna terang dan
mudah dibersihkan.
(4) Penghawaan dilengkapi dengan alat pengeluaran udara
panas maupun bau-bauan/exhauster yang dipasang
setinggi 2 meter dari lantai dan kapasitasnya sesuai
bangunan.
(5) Tungku dapur dilengkapi dengan sungkup asap (hood),
alat perangkap asap, cerobong asap, saringan dan saluran
serta pengumpul lemak.
(6) Semua tungku terletak di bawah sungkup asap (hood)
(7) Pintu yang berhubungan dengan halaman luar dibuat
rangkap, dengan pintu bagian luar membuka ke arah luar
(8) Daun pintu bagian dalam dilengkapi dengan alat
pencegah masuknya serangga yang dapat menutup
sendiri
(9) Ruangan dapur terdiri dari:
Tempat pencucian peralatan
Tempat penyimpanan bahan makanan
Tempat pengepakan
Tempat persiapan
Tempat administrasi
(10) Intensitas pencahayaan alam maupun buatan minimal
10 foot candle (fc).
40
(11) Pertukaran udara sekurang-kurangnya 15 kali per
jam untuk menjamin kenyamanan kerja di dapur,
menghilangkan asap dan debu.
(12) Ruang dapur harus bebas dari serangga, tikus dan
hewan lainnya.
(13) Udara di dapur tidak boleh mengandung angka
kuman lebih dari 5 juta/gram.
(14) Tersedia sedikitnya meja peracikan, peralatan,
lemari/fasilitas penyimpanan rak dingin, rak-rak
peralatan, bak-bak pencucian yang berfungsi dan
terpelihara dengan baik.
(15) Harus dipasang tulisan ―cucilah tangan anda sebelum
menjamah makanan dan peralatan‖ di tempat yang
mudah terlihat.
(16) Tidak boleh berhubungan langsung dengan
jamban/WC, peturasan/urinoir kamar mandi dan
tempat tinggal
b) Ruang makan
(1) Setiap kursi tersedia ruangan minimal 0,85 m².
(2) Meja, kursi dan taplak meja harus dalam keadaan
bersih.
(3) Tempat untuk menyediakan/peragaan makanan jadi
harus dibuat fasilitas khusus yang menjamin tidak
tercemarnya makanan.
41
(4) Rumah makan dan restoran yang tidak mempunyai
dinding harus terhindar dari pencemaran.
(5) Tidak boleh berhubungan langsung dengan
jamban/WC, peturasan/urinoir, kamar mandi dan
tempat tinggal.
(6) Harus bebas dari serangga, tikius dan hewan lainnya.
(7) Lantai, dinding dan langit-langit harus selalu bersih,
warna terang.
(8) Perlengkapan set kursi harus bersih.
(9) Perlengkapan set kursi tidak boleh mengandung kutu
busuk/kepinding.
c) Gudang bahan makanan
(1) Jumlah bahan makanan yang disimpan sesuaikan
dengan ukuran gudang.
(2) Gudang bahan makanan tidak boleh untuk
menyimpan bahan lain selain makanan.
(3) Pencahayaan gudang minimal 4 foot candle (fc) pada
bidang setinggi lutut.
(4) Gudang dilengkapi dengan rak-rak tempat
penyimpanan makanan.
(5) Gudang dilengkapi dengan ventilasi yang menjamin
sirkulasi udara.
(6) Gudang harus dilengkapi dengan pelindung serangga
dan tikus.
42
3. COFFEE SHOP
Kopi Shop atau Coffee Shop atau Warung Kopi atau Kedai Kopi saat
ini, mungkin yang terlintas di benak kita adalah tempat yang cozy,
menyajikan olahan kopi dan espresso dengan kursi untuk bermalas-malas
sambil menghirup secangkir kopi.
Catatan sejarah awal tentang tempat publik yang menyajikan kopi
adalah pada tahun 1475. Kiva Han adalah nama Coffee Shop pertama yang
berlokasi di Constantinopel di Turki (sekarang Istanbul). Kopi adalah produk
penting pada saat itu. Di Turki pada waktu itu adalah legal bagi seorang
wanita dapat menuntut cerai suaminya jika suaminya itu tidak dapat
menyuplai cukup kopi. Kopi Turki disajikan sangat kental, hitam dan tak
disaring.
Sedangkan ide untuk menambah cita rasa kopi dengan cream dan
pemanis, menjadi trend di Eropa sekitar tahun 1529, setelah Kopi shop
pertama di Eropa didirikan. Vienna pernah diinvasi oleh pasukan Turki, yang
meninggalkan berkarung-karung kopi ketika mereka kalah dan kemudian
melarikan diri dari kota itu. Franz Georg Kolschitzky mengklaim kopi
tersebut sebagai rampasan perang, dan membuka sebuah Coffee Shop.
Sebenarnya, dia pernah tinggal di Turki dan merupakan satu-satunya orang
yang mengetahui nilai sesungguhnya dari biji-bijian kopi. Dia mendapat ide
untuk menyaring kopi dan memperhalus cita rasa minuman kopi dengan susu
dan gula. Minuman ini dengan cepat menjadi sangat digemari, dan ketika
Coffee Shop juga mulai menjual kue-kue manis dan penganan yang lain,
popularitasnya makin meledak.
43
Keberadaan kopi terus menyebar, dengan Coffee Shop pertama dibuka
di daratan Britania pada tahun 1652. Meskipun popularitasnya terus
bertambah di Eropa, ide membuka Coffee Shop sampai di Inggris langsung
dari Turki. Pedagang Inggris yang meniagakan barang-barang Turki
(termasuk kopi) memiliki dua orang pelayan yang kemudian memisahkan
diri, untuk masuk ke bisnis mereka sendiri. Coffee Shop ―The Turk‘s Head‖
akhirnya lahir.
Di Coffee Shop Inggris-lah, istilah kata ―tips‖ pertama kali digunakan
yang artinya gratifikasi. Sebuah toples dengan tulisan ―Guna menjamin servis
yang cepat‖ diletakkan di meja counter. Orang-orang memasukkan koin tips
ke toples itu untuk dapat dilayani dengan cepat.
Orang Inggris menamakan Coffee Shop mereka ―penny university‖
(Universitas Duit) karena harga kopi yang memang mahal waktu itu dan
banyaknya bisnis kelas atas didirikan di sini. Pada kenyataannya, sebuah
Coffee Shop kecil yang dijalankan oleh Edward Lloyd pada tahun 1668
adalah contoh sejati, sampai sekarang bisnis tersebut masih berjalan sebagai
perusahaan insuransi Lloyd‘s of London.
Dari Inggris, ide ini terus tersebar di Eropa. Italia di tahun 1654 dan
kemudian Paris di tahun 1672, sedangkan Jerman mendirikan Coffee Shop
pertama di tahun 1673.
Ketika masa kolonialisasi Amerika, Coffee Shop secara cepat ikut
menyebar. Aturan Coffee Shop di Amerika sama dengan kedai-kedai di
Inggris: tempat berkumpulnya komunitas bisnis. The Tontine Line Coffee
44
House (1792) di New York adalah lokasi asli New York Stock Exchange,
karena dari dulu sangat banyak kegiatan bisnis dijalankan di sini.
Sampai saat itu, Coffee Shop masih menyajikan kopi seduh
tradisional. Kemudian muncullah espresso. Pada tahun 1946, Gaggia
menciptakan mesin membuat espresso komersil yang jauh lebih mudah dan
aman digunakan dibandingkan model-model awal. Coffee Shop Gaggia, di
Italia, adalah lokasi pertama yang menggunakan mesin ini dan menawarkan
espresso disamping kopi seduh tradisional. Era modern Coffee Shop telah
dimulai.
Tentu saja, Coffee Shop oldies tidak harus dibingungkan dengan
Coffee Shop yang muncul pada dekade baru-baru ini. Yang sebenarnya adalah
restoran yang melayani menu makanan berat, disamping kopi. Tim Horton
merupakan contoh yang bagus untuk Coffee Shop yang populer, yang selain
menyajikan berbagai macam makanan berat, mereka terkenal di berbagai
negara untuk kopi mereka yang nikmat. Tapi, ini tidak dapat diklasifikasikan
sebagai Coffee Shop karena mereka tidak menyediakan espresso atau
minuman lain yang berbahan dasar espresso.
Sumber: http://www.publicspace.co.id/2016/02/26/inilah-sejarah-coffee-shop/
4. ARSITEKTUR MODERN
a) Dekade Desain
Bingham, Neil dan Andrew Weaving dalam bukunya yang
berjudul Modern Retro: Hidup dengan Gaya Mid-Century Modern yang
diterjemahkan oleh P, Ariavita menjelaskan bahwa:
45
Modernisme bisa diartikan secara sederhana sebagai gaya
yang muncul pada abad ke-20 yang mencakup bidang seni,
arsitektur dan desain. Momen kelahiran dan akhir (jika
sudah berakhir) modernisme masih diperdebatkan. Sekitar
tahun 1920- 1970 pada masa ini adalah rentan waktu yang
masuk akal, dimulai dengan dekade yang menandai
kelahiran Art Deco serta pergerakan- pergerakan inovatif,
seperti De Stilj dan Bauhaus. Sekitar tahun 1970-an tahun
yang diwarnai dengan ketidakpastian, tren Anti-Modernisme
dan kelahiran Post Modern.
Sebuah benang meah terlihat pada desain yang tercipta
anatara tahun 1920 dan 1970. Dalam kurun waktu lima
puluh tahun, berbagai mcam gaya berganti dengan sangat
cepat, walaupun jika dilihat pada zaman sekarang, periode
ini tampak sebagai periode yang energinya berkobar-kobar
dan memperlihatkan tujuan yang jelas dalam seni, arsitektur
dan desain. Kata yang sering dignakan untuk
menggambarkan periode ini adalah “Modern”. Tentu saja
abad ke-20 juga menjadi saksi pergerakan perlawanan,
terutama kebangkitan gaya klasik, walaupun hingga saat ini
pergerakan modernlah yang paling disegani (Bingham, Neil
dan Andrew Weaving, 2006:7—11).
Selanjutnya, Bingham, Neil dan Andrew Weaving
memaparkan mengenai dekade modernisme sebagai berikut:
46
1) Tahun 1920-an sampai 1930-an
Pergerakan modernisme pertama kali muncul pada tahun 1920
bersamaan dengan berkembangnya ide desain modern yang lain yaitu
Art Deco.
Kata Art Deco berasal dari sebuah pameran yang diadakan di
Paris pada tahun 1925: Exposition Internationale des Arts Decoratifs
et Industriels Modernes. Acara ini menandai kelahiran sebuah gaya
yang kelak tersebar luas di seluruh Eropa dan akhrnya menguasai
Amerika. Sebelum Perang Dunia I, Paris telah menjadi ibu kota
fashion dunia, terutama dalam hute couture dan dekorasi interior. Gaya
Art Nouveau saat itu sedang berada dipuncak kepopuleran. Art Deco,
yang juga disebut Art Moderne, berkembang dari pendekatann non-
kesejarahan Art Nouveau walaupun dekorasi yang digunakan lebih
banyak erbentuk geometris dari pada naturalistik.
Saat ini, Art Deco sudah menjadi kata yang sangat populer,
digunakan dalam berbagai hal yang berkaitan dengan suasana
peperangan yang pernah melanda dunia. Perabot dan desain interior
bergaya Art Deco yang asli sesungguhnya sangat rumit, anggun dan
sering bernuansa eksotis. Furnitur bergaya Art Deco dengan kualitas
tinggi biasanya terbuat dari kayu yang bagus dn sangat keras, dan
furnitur rancangan desainer Perancis, Jasques-Emile, dianggap sebagai
contoh terbaik untuk mewakili gaya tesebut.mekanisasi merupakan
inspirasi utama dalam penciptaan gaya 1920-an dan 1930-an yang
mutakhir. Meskipun banyak perabot bergaya Art Deco yang mencoba
47
agar lebih terlihat seperti buatan mesin, perabot tersebut biasanya
benar-benar buatan tangan sehingga produksinya memakan lebih
banyak tenaga kerja. Akan tetapi pergerakan Modern yang bernama
lain Modernisme dan dalam arsitektur disebut sebagai Gaya
Internasional, mencoba untuk menghadapi dilema ini dengan
mengandalkan mesin sebagai unsur estetik utamanya. Teknologi
kemudian menjadi alat dan sifat gaya ini.
Menurut sejarah, Modernisme berasal dari pergerakan senia
dan kerajinan pada abad ke-19, yang ideologinya diciptaka oleh para
desainer, seperti Jhon Ruskn dan William Morris. Di Jerman pada
masa in, konsepsi tanggung jawab sosial suatu desain yaitu desain
bagus yang terjangkau semua kalangan dikembangkan melalui
Deutche Werkbund terutama oleh sekolah desain Bauhaus dibawah
kepemimpinan Walter Gropius. Material, metode dan teknik produksi
baru mulai dimanfaatkan untuk membuat perabot rumah dan
perkantoran yang takberornamn, sangat fungsionl, dan terlihat mirip
buatan pabrik. Kursi-kursi baja ringan berbentuk pipa yang
dibengkokkan dan kursi kulit yang terlihat ramping diperkenalkan
untuk mengganti furnitur besar berlapis kain yang sedang marak pada
saat itu.
Selama tahun 1930-an, penampilan yang bersudut tegas yang
diperkenalkan pada awal Pergerakan Modern melunak ke dalam
estetika yang lebih lembut. Bentuk-bentuk organik mulai
deperkenalkan pada furniture, tekstil dan perangkat meja. Pengaruh
48
Scandinavian sangat terasa pada pendekatan yang lebih halus ini,
seperti eksperimen desainer Alvar Aalto yang membengkokkan dan
melapisi kayu dari negaranya, Finlandia, sehingga bentuknya menjadi
lentur dan alami. Tetapi furnitur ciptaan Aalto masih bisa masuk dalam
aturan estetika baru sebab hasil kerjannya menggunakan teknologi
mutakhir dan ‗fungsional‘, istilah para Modernis untuk menyebut suatu
benda yang minim ornamen.
2) Tahun 1940-an sampai 1950-an
Perang Dunia II meletus di Eropa tahun 1939 dan dengan cepat
menyebarkan tangan-tangan penghancuran ke seluruh dunia. Hampir
semua industri dan manufaktur dialihkan untuk memperoduksi
peralatan perang.waktu yang tersisa untuk memproduksi benda-benda
bagus bagi kenyamanan rumah sangat terbatas. Akan tetapi, dari masa
yang sulit ini justru lahir ide-ide dan kebiasaan baru. Industri pada
masa perang telah memaksa para desainer menyesuaikan diri dan
menciptakan bahan-bahan baru yang mendorong penggunaan metode
baru dalam memperoduksi hasil rancangan mereka.
Pada akhir tahun 1940-an, ketika negara-negara yang
dihancurkan perang mulai bebernah diri, negara-negara berteknologi
maju yang tidak mengalami peperangan di tanah airnya, seperti
Amerika Serikat, Kanada, dan Australia menyadari kalau mereka
memiliki kekayaan, stabilitas dan keahlian untuk memenuhi
permintaan yang muncul akibat lonjakan populasi. Para desainer
bekerja keras untuk memenuhi permintaan (yang sebagian besar
49
berasal dari generasi yang lebih muda) benda konsumsi baru seperti
furnitur, tata cahaya, dan perabotan rumah tangga modern. Karena
produk yang berkualitas tinggi harganya sangat mahal, maka pasar
langsung beradaptasi dan mulai memproduksi barang tiruan yang
harganya lebih murah.
Walaupun Perang Dunia II telah menumbuhkan rasa
nasionalisme, perkembangan sains dan teknologi yang sangat pesat,
salah satu dampak peperangan, mulai memperkecil batas-batas
internasional. Begitu juga dengan ide-ide desain dan dekorasi rumah
yang bersifat semakin mendunia. Buku Design for Modern living,
salah satu buku interior yang terkenal karangan Gern dan Ursula Hatje
yang terbit tahun 1961, memperlihatkan bentuk apartemen dan rumah-
rumah bergaya kontemporer pada masa itu, baik yang ada di New
York maupun Zurich.
Jika ada gaya yang bisa mewakiili keseluruhan era antara tahun
1940- 1950-an dibanding gaya-gaya lainnya maka itu adalah gaya
Case Study Houses. Muncul pertama kali di California tahun 1945 dan
dicetuskan oleh John Entenza, editor sebuah majalah Amerika Serikat,
Arts & Architecture, Case Study Houses Imerupakan serangkaian
tempat tinggal bergaya modern yang didesain dan dibangun pada
dekade berikutnya oleh desainer berpikiran maju seperti Richard
Neutra, Pierre Koenig, Craig Elwood dan peimpin kelompok ini
Charles Eames. Rumah-rumah berkonstruksi ringan dengan tata ruang
terbuka dan dinding-dinding transparan ini dihian dan diisi dengan
50
gaya yang sejenis. Furnitur, kain dan perabotan yang dipakai sehari-
hari biasanya dipilih dari perabotan berkualitas tinggi yang sudah
mendunia atau dirancang sendiri oleh sang arsitek rumah. Di antara
beragam perabot itu, yang paling dikenal adalah furnitur rancangan
Eames dan George Nelson yang hingga saat ini masih diproduksi dan
dianggap sebagai produksi klasik.
Tahun 1950-an merupakan dekade yang melahirkan desain
inovatif di wilayah-wilayah khusus, dengan desainer tertentu yang
terkenal di bidangnya. Di Italia, arsitek Gio Ponti merancang bentuk-
bentuk baru pada keramik, gelas/ kaca, dan furnitur. Gelas dari
Skandinavia memiliki gaya tarik abadi, terutama produk yang
dihasilkan oleh studio, seperti Iittala dan Nuutajävi di Finlandia dan
Orrefors di Swedia. Sebuah perusahaan Belanda, Philips,
memproduksi lampu-lampu yang bergaya kosmik, sementara peralatan
makan model Midwinter bermotif abstrak, beberapa di antaranya
diinspirasi oleh bentuk-bentuk atom yang baru saja ditemukan pada
masa itu, yang menyebabkan rumah-rumah di Inggris berkiblat pada
gaya Amerika.
Akhir tahun 1950-an, gaya Modernisme mulai mendominasi.
Akan tetapi, gaya Modern menghadapi berbagai penolakan dari
banyak pihak. Selama tahun 1950-an, para penentang gaya ini sangat
vokal, namun semakin lama suara-suara penolakan itu perlahan mulai
memudar. Di Amerika Serikat, di mana tradisi sejarah tidak sekental di
Dunia Lama, Modernisme berkembang dengan pesat. Perkembangan
51
ini secara alami berakar pada suatu negara yang selalu menyukai hal-
hal dan ide-ide baru.
Di negara-negara yang warisan budayanya sangat kental, telah
terbukti cukup sulit meninggalkan tradisi menciptakan barang-barang
kerajinan tangan atau mengabaikan keindahan masa lalu yang
menciptakan landasan keamanan psikologis paling mendasar sebuah
bangsa.
Tetapi beberapa tahu belakangan ini cermin gaya tahun 1950-
an telah dievaluasi kembali dan suatu usaha telah dilakukan agar
dekade ini terlihat lebih homogen, ramping dan yang penting modern.
Julukan untuk mencerminkan gaya tahun 1950-an meliputi: Gaya
Baru, Kontemporer, Abad Pertengahan Modern, Gaya Atomik.
3) Tahun 1960-an
Dalam hal desain, awal tahun 1960-an masih meneruskan gaya
tahun-tahun sebelumnya. Gaya yang penuh percaya diri, garis-garis
bersih dari era pascaperang terus mendominasi perabot dan interior.
Banyak desainer dan perusahaan papan atas tahun 1950-an yang
mempertahankan dan mengembangkan ciri khas mereka. Terlebih lagi,
rancangan bagus tahun 1950-an sering kali baru bisa menikmati
kepopulerannya pada dekade selanjutnya, karena seperti biasa, nilai
estetika baru membutuhkan waktu untuk bisa menembus pasar yang
lebih luas. Di Amerika, sepanjang tahun 1950-an, 1960-an dan
seterusnya, perusahaan furnitur seperti Herman Miller dan Knoll
International memproduksi kursi, sofa, furnitur kantor dan lemari
52
rancangan desainer seperti Charles dan Ray Eames, George Nelson,
san harry Bertonia. Baru pada akir tahun 1960-an nama-nama tersebut
ditentang oleh gerakan arti kemapanan.
Salah satu ciri yang paling mencolok dari gaya pertengahan
tahun 1960-an adalah mulai ditinggalkan gaya Amerika sebagai acuan
desain baru yang menarik. Dunia tiba-tiba dikagetkan oleh Swinging
London yang menjadi kiblat baru. Inggris memberi energi bagi
masyarakat konsumen terutama para remajanya, dengan
menenggelamkan diri dilantai disko sambil mendengar lagu-lagu
FabFour, Herman and the Hermits, dan The Rolling Stones. Generasi
babyboomers telah beranjak dewasa dan menjadi ‗generasi yang lebih
muda‘.
Dua pergerakan artistik mendominasi tahun 1960-an, Op dan
Pop. Gaya Op tumbuh dari pergerakan Op Art yang dipopulerkan oleh
pelukis Inggris Bridget Rilley, yang ketegasan pada kanvasnya selalu
menciptakan bntuk-bentuk geometrik rumit. Periode ini merupakan era
perubahan sosial yang radikal. Kondisi ini sangat jelas terutama pada
dunia desain. Di Inggris, stimulus visual yang diciptakan dengan gaya
Pop menjadi ide yang semakin digemari. Alhasil, muncullah benda
dua dimensi: poster, gambar, wallpaper, tekstil dan warna cat yag
berani dan mencolok menutuipi bidang-bidang luas yang menampilkan
pola menakjubkan dan perspektif luar biasa.
53
4) Tahun 1970-an
Historisisme yang sebelumnya kalah populer dibanding
gerakan Moderni, berhasil muncul kembali tahun 1970-an.
Kebangkitan gaya 1960-an telah memicu perubahan perilaku ini. Pada
awal 1970-an reinterpretasi gaya semacam Art Nouveau dan Art Deco
terus berlangsung.
Gaya Post-Modern adalah gaya Modernisme yang dilapisi
dengan nuansa historis dan budaya. Nuansa ini kadang terlihat
mencolok seperti desain Capitello, sebuah kursi buatan Italia
berbentuk seperti Iconic capital rancangan Studio 65 di tahun 1972.
Meskipun nuansa ini kadang tidak terlau kental, seiring
berkembangnya Post-Modern pada tahun 1980-an, dipimpin kelompok
Italia Memphis, perabot-perabot pada periode itu cenderung
memasukkan desain lama secara terang-terangan, misalnya furnitur
yang terinspirasi oleh Michael Graves‘s Biedermeier.
Optimisme yang timbul setelah Perang Dunia II digambarkan
melalui interior yang dipenuhi dengan warna, motif dan bentuk baru
yang berani. Tahun 1970-an merupakan era yang meragukan dan tidak
aman sehingga Post-Modern salah satunya dikembangkan sebagai
respon terhadap perasaan ketidakpercayaan dan kekecewaan tersebut.
Elemen-elemen klasik memberikan penekanan tentang terciptanya
stabilitas dan cita rasa tinggi.
Dalam waktu singkat sebelum Post-Modern berkembang pada
akhir 2970-an, terlebih dulu muncul pergerakan dari Italia yang
54
dikenal dengan Anti-Desain. Serperti tercermin melalui nama dan
produk-produk yang dihasilkan, para desainer dalam pergerakan
tersebut percaya bahwa tidak mungkin lagi menciptakan desain yang
bagus.
Pergerakan desain interior yang lain yang populer yang muncul
pada tahun 1970-an adalah gaya hi-tech yang bertolak belakang
dengan Anti-Desain. Hi-tech kembali pada unsur-unsur awal
Modernisme yang menggunakan prinsip produksi massal, fungsional
dan bergaya industrial. Tirai Venesia metalik, lantai karet, lampu sorot
dipasang pada rak logam mengkilap dan warna-warna yang dipakai
merupakan warna primer.
Walaupun demikian, tata ruang pada akhir 1970-an sebagian
besar memilih penampilan baru dan nyaman, hanya memanfaatkan
nuansa Post-Modern dan hi-tech yang halus. Furnitur dan perabot lain
diberi ruang yang lebih lega, sedangkan interior ramping dengan warna
putih menjadi simbol gaya masa itu (Bingham, Neil dan Andrew
Weaving, 2006:28—31).
b) Ciri-ciri Arsitektur Modern
Menurut Rayner Banham dalam bukunya ―Age of The Master : A
Personal View of Modern Architecture‖, 1978, perkembanagan arsitektur
modern menekankan pada kesederhanaan suatu desain. Para arsitek pada
masa itu menginginkan bangunan rancangannya bersih dari ornamen dan
sesuai dengan fungsinya dengan menghilangkan paham eclecticism pada
tiap rancangannya. Arsitektur modern merupakan Internasional Style yang
55
menganut Form Follows Function (bentuk mengikuti fungsi). Bentukan
platonic solid yang serba kotak, tak berdekorasi, perulangan yang
monoton, merupakan ciri arsitektur modern. Menurut Peter Gossel dan
Gabriele Leu Thauser dalam bukunya ―Achitecture in the 20th century‖,
1991. Ciri-ciri dari arsitektur modern adalah:
1) Satu gaya Internasional atau tanpa gaya (seragam), merupakan
suatu arsitektur yang dapat menembus budaya dan geografis.
2) Berupa khayalan, idealis
3) Bentuk tertentu, fungsional. Bentuk mengikuti fungsi, sehingga
bentuk menjadi monoton karena tidak diolah.
4) Less is more, semakin sederhana merupakan suatu nilai tambah
terhadap arsitektur tersebut (keindahan muncul karena fungsi
dan elemen bangunan).
5) Ornamen adalah suatu kejahatan sehingga perlu ditolak.
Penambahan ornamen dianggap suatu hal yang tidak efisien.
Karena dianggap tidak memiliki fungsi, hal ini disebabkan
karena dibutuhkan kecepatan dalam membangun setelah
berakhirnya perang dunia II.
6) Singular (tunggal), Arsitektur Modern tidak memiliki suatu
cirri individu dari arsitek, sehingga tidak dapat dibedakan
antara arsitek yang satu dengan yang lainnya (seragam).
7) Nihilism, penekanan perancangan pada space, maka desain
menjadi polos, simple, bidang-bidang kaca lebar. Tidak ada
apaapanya kecuali geometri dan bahan aslinya.
56
8) Kejujuran bahan, jenis bahan/material yang digunakan
diekspos secara polos, ditampilkan apa adanya. Tidak ditutup-
tutupi atau dikamuflase sedemikian rupa hingga hilang karakter
aslinya. Terutama bahan yang digunakan adalah beton, baja
dan kaca. Material-material tersebut dimunculkan apa adanya
untuk merefleksikan karakternya yang murni, karakter tertentu
yang khas yang memang menjadi kekuatan dari jenis material
tersebut, misalnya :
o Beton untuk menampilkan kesan berat, massif, dingin.
o Baja untuk kesan kokoh, kuat, industrialis.
o Kaca untuk kesan ringan, transparan, melayang.
c) Bentuk dan Ruang Dalam Arsitektur Modern
Merujuk pada buku Rayner Banham ―Guide to Modern
Architecture‖, bentuk dan ruang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Bentuk
Bentuk dalam arsitektur modern adalah merupakan periode
yang membingungkan bagi para praktisi, karena tidak ditentukan dan
dibentuk dari fungsi maupun bahan bangunan yang dipakai. Tidak
satupun dari fungsi maupun konstruksi tanpa pengaruhnya, dan pelaku
yang antusias pada pemecahan fungsional yang baru dan metode baru
struktur seperti terlibat juga pada ekspresi yang baru. Dalam arsitektur
modern bentuk, fungsi dan konstruksi harus tampak satu kesatuan dan
muncul menjadi bentuk yang khusus dan kita selalu mengharapkan
solusi yang tepat agar menghasilkan bentuk yang spesifik antara
57
gabungan ketiganya. Solusi-solusi yang unik umumnya layak karena
teknik-teknik konstruksi modern menjadikan semua bentuk mungkin
untuk dibangun. Bentuk yang diinginkan adalah bentuk-bentuk
sederhana, karena semua style lama amat kompleks dan dipenuhi oleh
ornamen. Bentuk dasar pada arsitektur modern adalah bentuk–bentuk
geometri (platonic solid) yang ditampilkan apa adanya. Arsitektur
modern pada dasarnya masih melakukan pengulangan bentuk-bentuk
rasional pada awal abad 20 dimana fungsi masih menjadi inspirasi
utama, dan pada masa kini bebas dalam mengembangkannya.
Selanjutnya mereka memanfaatkan material dan teknik konstruksi
yang baru. Jika material baru tidak dapat ditentukan dengan tegas
dalam menetapkan bentuk-bentuk arsitektur modern, muncul
pemikiran baru tentang struktur yang tergantung pada tempat dimana
bangunan itu dibangun.
2) Ruang
Satu hal yang tak dapat disangkal tentang arsitektur modern
adalah kesadaran dalam memanipulasi ruang. Dalam sejarah, ruang
telah ada hanya didalam struktur (diluar hanyalah alam, ketidak-aturan
dan tidak dapat diukur). Renesan telah mengulangi proses dan dapat
melihat tampak luar dari bangunan ( seperti yang dilakukan bangsa
Yunani) dan terpisah dari seni. Ciri bangunan bangunan dari mereka :
kecil, kotak, mempunyai pusat dan tertutup. Konsep ruang pada
arsitektur modern yaitu ruang tidak terbatas meluas kesegala arah,
ruang terukur/terbatasi/terlihat bayangan strukturnya (segi empat)
58
arsitektur dipahami dalam tiga dimensi, ruang dari arsitektur modern
memiliki hubungan dengan pengamat. Ruang yang di dalam
merupakan eksperimen ruang tak terbatas dengan partisi yang dapat
ditelusuri melalui ruang-ruang yang dilalui. Pola perletakan ruang
lebih mengalir dan berurutan berdasarkan proses kegiatan. Pada
perkembangannya arsitektur modern memiliki bentuk dan struktur
yang tetap. Bagian fisik dari arsitektur modern sebagai pemecahan
yang radikal dari sebuah masalah yang fungsional yang tidak dapat
hilang sebagai bagian dari estetika yang merupakan manipulasi dari
ruang yang tidak terbatas dan terukur. Beberapa pendapat tentang
konsep ruang dan bentuk modern secara subjektif menurut para tokoh
arsitek terkemuka, antara lain:
(a) Le Corbusier
Ruang yang tercipta haruslah seefisien mungkin, sesuai
dengan kaidah industri. Karena ruang adalah mesin untuk
ditinggali/ditempati. Keindahan diperoleh dari purism (kemurnian),
dimana bentuk-bentuk yang digunakan adalah bentuk yang halus
dan sederhana. Bentuk bangunan menggunakan modul manusia (Le
Corbusier) karena bangunan ditekankan pada fungsinya. Bentuk
bersifat kubisme dan futuris.
(b) Mies van de Rohe
Ruang haruslah sederhana dan apa adanya, karena dari
situlah estitika berasal. Fleksibel adalah nilai tambah tersendiri
bagi sebuah ruang yang dapat memberi kesan dinamis dan adaptif.
59
Secara struktural ruang harus terpisah antara kolom dan dindingnya
(skins & bones). Bentuk bersifat kubisme dan futuristik.
(c) Walter Gropius
Awal pembentukan ruang adalah dimulai dari suasananya,
baru setelah itu beralih pada fungsi. Keindahan ditemukan dari
produk industri dan bukan dari alam. Penciptaan bentuk bangunan,
sesuai dengan pola perletakan ruang yang urut berdasarkan
sequence proses kegiatan penghuninya.
(d) Frank Lloyd Wright
Ruang terbentuk karena interaksinya dengan lingkungan
alam. Bagaimana lingkungan binaan merespon faktor-faktor alam,
atau mengambil filosofi kesederhanaan dan kesempurnaan dari
alam. Bentuk suatu bangunan sangat bersifat kontekstualism
dengan merespon kondisi alam, korelasi alam,topografi dengan
arsitektur terwujud pada bentuk bangunan yang mengadopsi
bentuk site itu sendiri.
Sumber: (httpe-journal.uajy.ac.id60445TA413255.pdf).
Top Related