7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pojok Baca
1. Pengertian Pojok Baca
Pojok baca merupakan suatu perpustakaan kecil dengan
memanfaatkan sudut ruang kelas yang berisi buku-buku yang biasanya
diisi dengan buku fiksi dan non fiksi. Pojok baca merupakan salah satu
program dalam Gerakan Literasi Sekolah dan sebagai penguatan
pendidikan karakter pada siswa. Pojok baca merupakan strategi guru
dalam meningkatkan minat membaca pada siswa. Panduan Gerakan
Literasi sekolah (2016:16) mendefinisikan pojok baca adalah sebuah
sudut dikelas yang dilengkapi dengan koleksi buku yang ditata secara
menarik yang digunakan untuk memajang koleksi bacaan dan karya
siswa serta menumbuhkan minat baca siswa. Sudut baca tersebut
dikelolah oleh guru, siswa, dan orang tua.
Kemendikbud (2016:11) menjelaskan bahwa pojok baca adalah
suatu sudut atau tempat yang berada di dalam kelas yang digunakan
untuk menata buku atau sumber belajar lainnya dalam rangka
meningkatkan minat baca dan belajar melalui kegiatan membaca yang
menyenangkan. Pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pojok baca
merupakan sebuah perpustakaan kecil yang berada di sudut didalam kelas
yang berguna untuk memudahkan siswa dalam kegiatan membaca,
Studi Deskriptif Peran... Dianti Haji Aprilia, FKIP UMP, 2018
8
adanya pojok baca juga dimaksudkan guna menanamkan penguatan
pendidikan karakter siswa melalui pembiasaan membaca buku yang ada
pada pojok baca tersebut.
2. Tujuan Pojok Baca
Penerapan pojok baca adalah salah satu program dari Gerakan
Literasi sekolah sebagai Penguatan Pendidikan Karakter siswa. Pojok
baca ini bertujuan untuk menumbuhkan minat membaca siswa,
mendekatkan buku pada siswa dan memudahkan siswa dalam membaca
buku. Kemendikbud (2016:11) menjelaskan bahwa tujuan pojok baca
yaitu guna mengenalkan beragam sumber bacaan kepada siswa untuk
dimanfaatkan sebagai media, sumber belajar, dan memberikan
pengalaman membaca yang menyenangkan. Sudut baca ini dimanfaatkan
secara optimal untuk mendukung keberhasilan proses pembelajaran.
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pojok baca dibuat
dengan memanfaatkan sudut kelas ataupun ruang yang strategis yang ada
di dalam kelas. Pojok baca ini digunakan untuk mendekatkan siswa
dengan buku. Jenis bahan bacaan yang ditempatkan disudut baca dapat
berupa buku teks pelajaran, buku cerita, karya hasil dari siswa dan guru,
koran, majalah, kliping, dan sumber belajar lainnya.
3. Indikator Pojok Baca
Pojok baca merupakan suatu program guna menumbuhkan
pembiasaan membaca pada siswa. Pojok baca tersebut memiliki
indikator guna mendukung ketercapaian dalam penerapan pojok baca
Studi Deskriptif Peran... Dianti Haji Aprilia, FKIP UMP, 2018
9
agar berjalan sesuai dengan tujuan program pojok baca tersebut.
Kemendikbud (2016:13) menyebutkan bahwa pojok baca memiliki
indikator ketercapaian pemanfaatan dan pengembangan pojok baca kelas
diantaranya yaitu :
a. Terdapat sudut baca di setiap kelas dengan koleksi bahan
pustaka sesuai jumlah siswa.
b. Meningkatnya frekuensi membaca siswa.
c. Adanya pemanfaatan pojok baca dalam proses pembelajaran.
d. Pojok baca tertata dan terkelola setiap akhir pembelajaran.
e. Koleksi bahan pustaka di pojok baca diperbarui berkala.
f. Ada kegiatan guru membacakan buku dengan nyaring atau
siswa membaca mandiri dengan memanfaatkan koleksi sudut
baca kelas.
g. Terdapat daftar koleksi dan daftar rekap baca.
h. Meningkatnya kemampuan membaca dan berkomunikasi
siswa dan guru.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pojok baca memiliki
indikator yang dapat mendukung ketercapaian program pojok baca
disekolah sehingga program tersebut dapat berjalan sesuai dengan tujuan
dan program tersebut dapat bermanfaat dengan baik.
4. Peran Pojok Baca
Pojok baca merupakan program yang diusungkan oleh pemerintah
sebagai program Gerakan Literasi sekolah yang berkaitan juga dengan
program penguatan pendidikan karakter. Program pojok baca berperan
untuk menumbuhkan minat baca dan kegemaran membaca siswa.
menurut Hamid (2017:50) pojok baca sebagai alternatif untuk
memecahkan masalah agar siswa mampu mengeksplorasi, menemukan,
dan berkreasi.
Studi Deskriptif Peran... Dianti Haji Aprilia, FKIP UMP, 2018
10
pojok baca ini berperan sebagai pemecah masalah agar siswa
mampu mengeksplorasi mengenai buku yang dibaca, menemukan hal
baru dan berkreasi terhadap temuannya sehingga siswa mampu berpikir
kritis. Nadziroh (2017:5) menyebutkan bahwa pojok baca berperan untuk
meningkatkan literasi dan meningkatkan budaya membaca pada anak.
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pojok baca memiliki
peran yang sangat penting guna menumbuhkan minat baca siswa, selain
menumbuhkan minat baca pojok baca juga berperan dalam
menumbuhkan berpikir kritis siswa.
B. Penguatan Pendidikan Karakter
1. Pengertian Penguatan Pendidikan karakter
Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang sangat penting
dalam pembentukan kepribadian siswa. Sekolah menjadi peran yang
penting dalam pembentukan kepribadian siswa. Dengan adanya program
Penguatan Pendidikan Karakter akan membentuk kepribadian siswa
menjadi generasi yang baik. Seperti yang tertera pada Peraturan Presiden
No. 87 Tahun 2017 Bab 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa :
“Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK
adalah gerakan pendidikan dibawah tanggung jawab satuan
pendidikan untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi
olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan
kerja sama antara satuan pendidikan keluarga dan masyarakat
sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental
(GNRM)”.
Studi Deskriptif Peran... Dianti Haji Aprilia, FKIP UMP, 2018
11
Kusuma Dharma, Triatna Cepi, dan Pemana. J.H (2012 : 5)
menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah pembelajaran yang
mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh
yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah.
Williams dan Schnaps dalam Zubaedi (2013 : 15) mendefinisikan bahwa
pendidikan karakter merupakan berbagai usaha yang dilakukan oleh
berbagai personel sekolah, bahkan yang dilakukan bersama-sama dengan
orang tua dan anggota masyarakat, untuk membantu anak-anak dan
remaja agar menjadi atau memiliki sifat peduli, berpendirian, dan
bertanggung jawab.
Agung (2011 : 395) dalam international journal of character
education integration in social studies learning menyatakan bahwa
pendidikan karakter adalah sebuah sistem untuk mengembangkan nilai
karakter siswa yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan yang harus ditanamkan ke dalam agama, diri,
masyarakat awam, lingkungan, dan bangsa sebagai manusia yang utuh.
Pengertian dari para ahli dapat disimpulkan bahwa pendidikan
karakter adalah suatu usaha yang dilakukan lembaga pendidikan dalam
menanamkan dan mengembangkan karakter siswa agar dapat menjadi
generasi yang memiliki budi pekerti yang baik. Pendidikan karakter
bukan hanya belajar mengenai kognitif saja , namun juga dalam afektif
dan psikomotor. Pendidikan karakter mengajarkan siswa agar lebih
peduli , tanggap, dan lebih kritis dalam menanggapi suatu permasalahan.
Studi Deskriptif Peran... Dianti Haji Aprilia, FKIP UMP, 2018
12
2. Prinsip Pendidikan Karakter
Saptono (2011:25) menjelaskan bahwa terdapat sebelas prinsip
pendidikan karakter yang perlu diperhatikan dalam penerapan Pendidikan
karakter kepada siswa yang meliputi :
a. Sekolah harus berkomitmen pada nilai-nilai etis inti.
b. Karakter harus dipahami secara utuh, mencakup pengetahuan
atau pemikiran, perasaan, dan tindakan.
c. Sekolah harus bersikap proaktif dan bertindak sistematis
dalam pembelajaran karakter dan tidak sekedar menunggu
datangnya kesempatan.
d. Sekolah harus membangun sarana saling memperhatikan satu
sama lain dan menjadi dunia kecil mengenai masyarakat yang
saling peduli.
e. Kesempatan untuk mempraktikkan tindakan moral harus
bervariasi dan tersedia bagi semua.
f. Studi akademis harus menjadi hal yang utama.
g. Sekolah perlu mengembangkan cara-cara meningkatkan
motivasi interistik siswa yang mencakup nilai-nilai inti.
h. Sekolah perlu bekerja sama dan mendialogkan norma
mengenai pendidikan karakter.
i. Guru dan siswa harus berbagi dalam kepemimpinan moral
sekolah.
j. Orang tua dan masyarakat harus menjadi rekan kerja dalam
pendidikan karakter di sekolah.
k. Harus dilakukan evaluasi mengenai efektivitas pendidikan
karakter di sekolah, terutama terhadap guru dan karyawan.
Lickona dalam Agung (2011:396) berpendapat bahwa terdapat
prinsip-prinsip terhadap keberhasilan pendidikan karakter di sekolah,
diantaranya sebagai berikut:
a) Pendidikan karakter harus mencakup nilai untuk
mengembangkan karakter yang baik.
b) Karakter harus benar-benar dimaknai.
c) Pendidikan karakter yang efektif membutuhkan pendekatan
yang komprehensif dan fokus pada aspek guru sebagai
panutan, disiplin sekolah, kurikulum, proses belajar,
manajemen kelas dan sekolah
d) Sekolah harus menjadi model bagi masyarakat terutama
siswa.
Studi Deskriptif Peran... Dianti Haji Aprilia, FKIP UMP, 2018
13
e) Dalam mengembangkan karakter, siswa membutuhkan
kesempatan untuk bertindak dalam mencontohkan moral
yang baik.
f) Pendidikan karakter yang efektif harus mencakup materi
kurikulum yang berarti.
g) Pendidikan karakter harus menghasilkan motivasi dari dalam
diri siswa.
h) Sekolah harus memiliki standar keberhasilan pendidikan
karakter.
Yaumi (2016:11) menjelaskan bahwa terdapat beberapa prinsip
yang dapat mengukur tingkat keberhasilan suatu pelaksanaan pendidikan
karakter sebagai berikut:
a) Komunitas sekolah mengembangkan nilai-nilai etika,
b) Sekolah mendefinisikan sekolah secara mendalam,
c) Sekolah menggunakan pendekatan proaktif dan terencana,
d) Menciptakan kondisi sekolah yang peduli terhadap
pembentukan karakter,
e) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
tindakan moral,
f) Sekolah mendesain kurikulum dan kegiatan pembelajaran
untuk memenuhi kebutuhan siswa,
g) Staf sekolah bertanggung jawab untuk melaksanakan
pendidikan karakter,
h) Sekolah mengembangkan dan mendukung dalam pelaksanaan
dan perbaikan pendidikan karakter,
i) Sekolah, orang tua, dan masyarakat bekerja sama dalam
upaya pembangunan karakter, dan k) sekolah melakukan
evaluasi secara terus menerus untuk mengetahui efektivitas
dan pelaksanaan pendidikan karakter,
j) Mengembangkan motivasi siswa. Memotivasi siswa guru
membutuhkan strategi agar motivasi tersebut dapat tercapai.
Fathurrohman (2011: 21) menjelaskan bahwa untuk memotivasi
siswa agar lebih giat dengan cara memberikan hadiah untuk siswa yang
berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk belajar.
Pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter
memiliki prinsip-prinsip yang harus dijalankan. Pelaksanaan pendidikan
Studi Deskriptif Peran... Dianti Haji Aprilia, FKIP UMP, 2018
14
karakter perlu melibatkan siswa, guru, kepala sekolah, orang tua, dan
masyarakat sebagai pendukung keberhasilan pendidikan karakter. Dalam
penerapan pendidikan karakter harus memiliki standar pendidikan
karakter agar prinsip pendidikan karakter dapat dijalankan dengan baik.
3. Tujuan Pendidikan karakter
Pendidik mempunyai tujuan dalam penerapan pendidikan
karakter. Pendidikan karakter bertujuan guna membentuk kepribadian
siswa agar menjadi pribadi yang lebik baik. Menurut Dharma.K, dkk
(2012 : 9) pendidikan karakter dalam setting sekolah memiliki tujuan
sebagai berikut :
a) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang
dianggap penting sehingga siswa menjadi
kepribadian/kepemilikan siswa yang khas sebagaimana nilai-
nilai yang dikembangkan.
b) Mengoreksi perilaku siswa yang tidak bersesuaian dengan
nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
c) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan
masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan
karakter secara bersama.
Salahudin & Alkriencichie (2013 : 109) menjelaskan bahwa
Tujuan pembelajaran pendidikan karakter yaitu sebagai berikut:
a) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab siswa
sebagai generasi penerus bangsa.
b) Mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.
c) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai
lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas, dan
persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan
penuh kekuatan.
Muslich (2011:81) tujuan pendidikan karakter adalah untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang
Studi Deskriptif Peran... Dianti Haji Aprilia, FKIP UMP, 2018
15
mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia
siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang. Zubaedi (2011:18)
berpendapat bahwa Pendidikan Karakter secara terperinci memiliki 5
tujuan yaitu :
a) Mengembangkan potensi siswa nurani/afektif siswa sebagai
manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter
bangsa,
b) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang baik dan
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi bangsa yang
religius,
c) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab siswa
sebagai penerus bangsa,
d) Mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan,
e) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai
lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan
persahabatan, dengan rasa kebangsaan yang tinggi, dan
penuh kekuatan.
Penjelasan dari para ahli dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan karakter adalah untuk membentuk mutu pendidikan dan
kepribadian siswa agar memiliki memiliki karakter dan budi pekerti yang
mulia. Pendidikan karakter ini mengharapkan siswa menjadi manusia
yang mandiri kreatif, berpikir kritis, dan dan memiliki karakter yang baik
dan dapat diaplikasikan didalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan
karakter ini juga membentuk pribadi agar lebih bertaqwa kepada tuhan-
Nya.
4. Dimensi Pendidikan Karakter
Dimensi Pendidikan Karakter merupakan salah satu komponen
yang ada pada pendidikan karakter. Dalam pendidikan karakter memiliki
desain yang saling berkaitan satu sama lain, diantaranya adalah olah hati,
Studi Deskriptif Peran... Dianti Haji Aprilia, FKIP UMP, 2018
16
olah pikir, olah raga, dan olah rasa/karsa. Samani & Haryanto ( 2012 )
menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah proses pemberian
tuntunan kepada siswa untuk menjadi manusia seutuhnya yang
berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Yaumi
(2016 : 43) berpendapat bahwa dimensi pendidikan karakter dibagi
menjadi empat yaitu olah pikir, olah hati, olah raga, dan olah rasa.
Keempat dimensi dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Olah pikir merupakan dimensi pendidikan karakter yang
berkaitan dengan otak (brain), cipta (mind), dan cipta
(thought).
b) Olah rasa merupakan dimensi pendidikan karakter yang
berkaitan dengan emosi jiwa akan kepedulian terhadap
lingkungan sekitar.
c) Olah hati merupakan dimensi pendidikan karakter yang
berkaitan dengan spiritual.
d) Olah raga merupakan dimensi pendidikan karakter yang
berkaitan dengan aktivitas fisik yang terencana dan
terstruktur yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang
dan digunakan untuk meningkatkan kebugaran tubuh secara
jasmani dan rohani.
Salahudin dan Alkrienciehie ( 2013:49) menyebutkan keempat
dimensi pendidikan karakter sebagai berikut:
a) Olah pikir, dapat memunculkan sikap cerdas, kritis, kreatif,
inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta reflektif,
b) Olah hati, melahirkan sifat jujur, beriman dan bertaqwa,
amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani
mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban,
berjiwa patriotik,
c) Olah raga, akan terlihat dari sikap tangguh, bersih dan sehat,
disiplin, sportif, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif,
determinatif, kompetitif, ceria, gigih,
d) Olah rasa/karsa, menumbuhkan perasaan peduli, ramah,
santun, rapi, nyaman, saling menghargai, toleran, suka
menolong, gotong royong, nasionalis, kosmopolit,
mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan
Studi Deskriptif Peran... Dianti Haji Aprilia, FKIP UMP, 2018
17
bahasa dan produk indonesia, dinamis, kerja keras, beretos
kerja.
Pendapat dari para ahli mengenai dimensi pendidikan karakter
dapat disimpulkan bahwa dimensi pendidikan karakter meliputi olah
pikir, olah hati, olah raga, dan olah rasa/karsa. Keempat dimensi
pendidikan karakter ini merupakan hal yang mendasar dalam program
penguatan karakter. Keempat dimensi ini saling berkaitan satu sama lain
guna mendukung pendidikan karakter siswa agar menjadi manusia
cerdas, berkarakter, memiliki akhlak yang baik sehingga dapat
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
C. Olah Pikir
1. Pengertian Olah Pikir
Olah pikir merupakan salah satu dimensi pendidikan karakter yang
berkaitan dengan proses nalar manusia guna mencari dan menggunakan
pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif agar menghasilkan pribadi
yang cerdas. cerdas yang dimaksud disini adalah cerdas dalam hal
menanggapi dan memanfaatkan segala sesuatu yang ada di sekitar secara
maksimal. Menurut Samani &Haryanto (2012:24) menjelaskan bahwa
olah pikir merupakan sebagian dari dimensi pendidikan karakter yang
berkaitan dengan proses nalar guna mencari dan menggunakan
pengertahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif.
Samawi&Hariyanto dalam Yaumi (2014:49) menguraikan
pengembangan pendidikan karakter melalui domain olah pikir terdiri atas
Studi Deskriptif Peran... Dianti Haji Aprilia, FKIP UMP, 2018
18
cerdas, kritis, kreatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi
iptek, dan reflektif. Apabila semua komponen ini digabung dalam satu
kesatuan yang utuh, maka kata yang dapat digunakan untuk
menyimpulkan kata tersebut adalah cerdas, dimana cerdas mencakup
karakter kreatif dan kritis. Rusyidi (2013:77) olah pikir digambarkan
sebagai proses pencerdasan otak siswa dari pemikiran sempit yang bisa
menjurus pada pemikiran yang kolot menjadi pemahaman yang lebih
komprehensif yang pada akhirnya akan membentuk karakter siswa yang
cerdas.
Pernyataan dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa olah
pikir merupakan salah satu dimensi pendidikan karakter yang berkaitan
dengan proses nalar manusia untuk mengembangkan pemikiran manusia
supaya memiliki pemikiran yang lebih luas dan dapat mengolah
informasi dengan baik sehingga menumbuhkan manusia yang cerdas.
cerdas dalam konteks olah pikir meliputi kreatif dan kritis.
2. Karakteristik Olah Pikir
Dimensi pendidikan karakter memiliki empat komponen yaitu olah
hati, olah rasa, olah raga, dan olah pikir. Olah pikir berhubungan dengan
proses nalar pada manusia guna mencari dan menggunakan informasi
dengan cerdas. cerdas disini meliputi keterampilan berpikir kritis dan
keterampilan berpikir kreatif. Olah pikir merupakan dimensi pendidikan
karakter yang berkaitan dengan literasi. Kementrerian Pendidikan
Nasional (2016:2) menjelaskan bahwa literasi sekolah merupakan
Studi Deskriptif Peran... Dianti Haji Aprilia, FKIP UMP, 2018
19
kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara
cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain dengan membaca, melihat,
menyimak, menulis, dan berbicara. Literasi tidak hanya berkaitan dengan
membaca dan menulis, namun berkaitan juga dengan kecerdasan
memahami dan menggunakan segala hal secara optimal.
Tabel. 2.1 Karakteristik Olah Pikir
Karakteristik Penjelasan
Kritis Berpikir reflektif, rasional, teratur, dan terarah untuk
menganalisis, mengkaji, mengevaluasi, membuat
keputusan, dan memecahkan masalah.
Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang
telah dimiliki.
(Yaumi, 2016:49)
Olah pikir sebagai kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam
mengolah dan memanfaatkan segala yang ada disekitar dengan baik.
menurut Salahudin dan Alkrienciehie (2013:49) menyebutkan bahwa
olah pikir siswa dapat dilihat dengan adanya beberapa sikap sebagai
berikut: a) cerdas, b) kritis, c) kreatif , d) inovatif, e) ingin tahu, f)
berpikir terbuka, g)produktif, h) berorientasi ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni, dan i) reflektif.
Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa
dapat menunjukkan karakteristik olah pikir yang baik maka seseorang
tersebut dapat dikatakan sebagai manusia yang cerdas. cerdas di dalam
olah pikir tersebut meliputi kritis dan kreatif dalam menanggapi segala
hal serta mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
baik.
Studi Deskriptif Peran... Dianti Haji Aprilia, FKIP UMP, 2018
20
3. Pengertian Berpikir Kritis
Berpikir merupakan suatu hal yang harus dilakukan dalam
melakukan segala kegiatan. Proses berpikir dilakukan agar segala hal
yang dilakukan manusia dapat berjalan dengan baik dan dilakukan
dengan sungguh-sungguh. Proses berpikir yang dilakukan pada manusia
mengarah pada pengambilan keputusan, oleh karena itu membutuhkan
berpikir kritis dalam melakukan segala sesuatu untuk memecahkan
masalah.Berpikir kritis menurut Johnson (2011:185) menjelaskan bahwa
berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa
dalam menanggapi dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka
sendiri.
Ennis dalam Susanto (2013: 121) menjelaskan bahwa “berpikir
kritis merupakan suatu berpikir dengan tujuan membuat keputusan
masuk akal tentang apa yang diyakini atau dilakukan”. Berpikir kritis
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan proses nalar manusia sehingga
manusia dapat mengeluarkan ide-ide dalam menyelesaikan
permasalahan. Yaumi (2013:67) berpendapat bahwa berpikir kritis adalah
proses berpikir sistematis dalam mencari kebenaran dan keyakinan dalam
segala sesuatu yang dikaji dan ditelaah secara realistis dan fakta.
Seseorang akan mencermati informasi yang diperoleh untuk menentukan
apakah informasi tersebut dapat di terima atau tidak.
Studi Deskriptif Peran... Dianti Haji Aprilia, FKIP UMP, 2018
21
Pernyataan mengenai berpikir kritis dapat disimpulkan bahwa
berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir secara aktif dan terampil
untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang baik dan tepat dalam
memecahkan masalah. Keterampilan berpikir kritis perlu dikembangkan
di dalam diri siswa agar memudahkan siswa memahami konsep dan
mampu menanggapi dan memecahkan masalah.
4. Indikator Berpikir Kritis
Mewujudkan berpikir kritis pada siswa memerlukan indikator
dalam mencapai keberhasilan berpikir kritis siswa. Menurut Susanto
(2013: 125) menjelaskan bahwa dalam berpikir kritis terdapat lima
indikator yaitu sebagai berikut:
Tabel. 2.2 Indikator Berpikir Kritis
No. Indikator Penjelasan
1. Memberikan penjelasan
sederhana
Memfokuskan pertanyaan,
menganalisis pertanyaan, bertanya
dan menjawab tentang suatu
penjelasan atau tantangan.
2. Membangun
keterampilan dasar
Mempertimbangan apakah sumber
dapat dipercaya, mengamati dan
mempertimbangkan suatu laporan
hasil observasi.
3. Menyimpulkan Mendeduksi dan mempertimbangkan
hasil dedukasi, menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi,
membuat dan menentukan nilai
pertimbangan.
4. Memberikan penjelasan
lanjut
Mendefinisikan istilah dan
pertimbangan definisi dalam tiga
dimensi, mengidentifikasi asumsi.
5. Mengatur strategi dan
taktik
Menentukan tindakan, berinteraksi
dengan orang lain.
Susanto (2013: 125)
Studi Deskriptif Peran... Dianti Haji Aprilia, FKIP UMP, 2018
22
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
berpikir kritis siswa perlu ditanamkan karena melalui berpikir kritis siswa
dapat memahami konsep , dapat menanggapi suatu permasalahan , dan
dapat memilah informasi dengan baik, untuk menumbuhkan berpikir
kritis siswa dapat diterapkan suatu latihan-latihan yang memicu pola
pikir siswa sehingga siswa lebih tanggap dalam menghadapi atau
menanggapi suatu permasalahan yang terjadi disekitarnya.
5. Tahapan-tahapan Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan suatu pemikiran yang tidak terjadi secara
tiba-tiba, melainkan dengan adanya tahapan-tahapan dalam berpikir.
Arief (2004) dalam Susanto ( 2016:129) mengemukakan bahwa berpikir
kritis harus ditempuh melalui beberapa tahapan-tahapan sebagai berikut :
a) Keterampilan menganalisis, yaitu suatu keterampilan yang
menguraikan suatu permasalahan dengan memahami sebuah
konsep dengan menguraikan atau merinci dan menguraikan
kebagian-bagian yang lebih terperinci,
b) Keterampilan menyintesis, yaitu keterampilan
menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah susunan yang
baru.
c) Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah, yaitu
keterampilan dalam mengaplikasikan konsep kepada
beberapa pengertian baru.
d) Keterampilan menyimpulkan, yaitu suatu kegiatan akal
pikiran manusia berdasarkan pengertian dan pengetahuan
yang dimilikinya.
e) Keterampilan mengevaluasi atau menilai, yaitu suatu
keterampilan yang menuntut pemikiran yang matang dalam
menentukan nilai sesuatu berdasarkan kriteria yang ada.
Tahapan-tahapan berpikir kritis berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa dalam penanaman berpikir kritis memerlukan
tahapan-tahapan agar dalam berpikir kritis siswa akan menghasilkan
Studi Deskriptif Peran... Dianti Haji Aprilia, FKIP UMP, 2018
23
sebuah keputusan masuk akal dan ilmiah tentang apa yang diyakini dan
dilakukan oleh siswa. Berpikir kritis melalui tahapan-tahapan tersebut
akan menghasilkan siswa yang kritis sesuai dengan salah satu tujuan
pendidikan nasional.
D. Penelitian Relevan
Beberapa penelitian terkait dengan penerapan pojok baca dalam
program Penguatan Pendidikan Karakter siswa.
1. Nugroho, H.A, dkk (2016). Implementasi Gemar Membaca Melalui
Program Pojok Baca dalam Mata Pelajaran IPS pada Siswa Kelas VIII di
SMPN 2 Sumber. Penelitian dilakukan di IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Metode yang digunakan yaitu metode kualitatif. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengimplementasian gemar
membaca memalui program pojok baca dalam mata pelajaran IPS pada
siswa kelas VIII di SMPN 2 Sumber Kabupaten Cirebon sangatlah
diperlukan karena pembinaan bertujuan untuk membangun minat
membaca siswa agar berprestasi dan menjadi siswa yang berbudi pekerti
luhur.
2. Dahliyana, A. (2017). Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler di Sekolah. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 3
Bandung. Metode yang digunakan yaitu metode kualitatif. Berdasarkan
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
ekstrakurikuler dengan pendidikan karakter yaitu sebagai
Studi Deskriptif Peran... Dianti Haji Aprilia, FKIP UMP, 2018
24
pengejawatahan antara pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan sikap
dan keterampilan yang harus dikembangkan agar dapat dimiliki siswa
berupa nilai-nilai budi pekerti luhur yang telah menjadi budaya dalam
kehidupan sosial sekolah tersebut.
3. Agung, L. (2011). Character Education Integration in Social Studies
Learning. Penelitian ini dilaksanakan di sekolah “X”. Penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter yang berfokus pada
pengembangan identitas siswa menjadi pintar dan memiliki karakter
siswa perlu dipaksa melalui pendidikan formal dan informal. Hal ini
dapat diimplementasikan dalam pendidikan formal di sekolah.
4. Pala (2011). The need for Character Education, Penelitian ini
mengungkapkan bahwa pendidikan karakter adalah suatu gerakan
nasional yang menciptakan sekolah yang mampu membina etika,
bertanggung jawab, dan peduli terhadap orang lain. Pengajaran karakter
yang baik melalui penekanan pada nilai-nilai etika seperti kepedulian,
kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan menghormati diri sendiri dan
orang lain. Karakter tidak terbentuk secara otomatis melainkan
dikembangkan dari waktu ke waktu melalui proses berkelanjutan.
5. Sariyem. (2016). Kemampuan Berpikir Kritis dan Minat Baca dengan
Kemampuan Membaca Kritis Sisw Kelas Tinggi di SD Negeri di
Kaupaten Bogor. Penelitian dilakukan di SD Negeri di Kabupaten Bogor.
Teknik analisis data adalah analisis korelasi r Product Moment. Hasil
Studi Deskriptif Peran... Dianti Haji Aprilia, FKIP UMP, 2018
25
penelitian menunjukkan bahwa berpikir kritis memiliki hubungan dengan
membaca kritis siswa kelas tinggi dan minat membaca pada siswa juga
memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan kemampuan
membaca kritis pada siswa.
E. Alur Berpikir
Penguatan pendidikan karakter merupakan sebuah program yang
diusung guna mendukung penanaman dan mengembangkan pendidikan
karakter siswa. Peraturan Presiden Bab 1 Ayat 1 tentang penguatan
pendidikan karakter yang menjelaskan bahwa penguatan pendidikan karakter
adalah sebuah program yang betujuan untuk memperkuat pendidikan karakter
siswa melalui harmonisasi olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olah raga guna
mendukung tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta mengembangkan potensi siswa agar menjadi
generasi yang bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, bertanggung jawab, serta penanaman karakter. Pendidikan karakter
merupakan pendidikan yang tidak hanya mengenai aspek kognitif saja tetapi
juga mengenai aspek afektif dan psikomotor yang mengutamakan
pembentukan karakter pada siswa. Pendidikan karakter memiliki dimensi-
dimensi yang mendukung dalam pendidikan karakter salah satunya yaitu
dimensi olah pikir.
Studi Deskriptif Peran... Dianti Haji Aprilia, FKIP UMP, 2018
26
Olah pikir merupakan dimensi pendidikan karakter yang berkaitan
dengan literasi yang bertujuan menjadikan siswa yang cerdas. cerdas disini
salah satunya meliputi keterampilan berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan
suatu usaha individu dalam menanggapi suatu informasi atau permasalahan
secara aktif dan terampil. Dalam berpikir kritis seseorang tidak begitu saja
menerima atau menolak sesuatu. Mereka akan mencermati, menganalisis, dan
mengevaluasi informasi sebelum menentukan apakah informasi tersebut akan
diterima atau ditolak. Penanaman berpikir kritis dapat melalui kegiatan atau
penerapan program-program yang diterapkan disekolah, salah satunya yaitu
penerapan pojok baca.
Pojok baca merupakan program dalam gerakan literasi sekolah yang
betujuan untuk membentuk karakter pada siswa. Pojok baca memiliki peran
dalam penanaman keterampilan berpikir kritis siswa. Pojok baca adalah suatu
sudut yang ada didalam kelas yang difungsikan sebagai perpustakaan yang
bertujuan untuk menarik perhatian siswa agar siswa memiliki minat membaca
dan memiliki kegemaran membaca sehingga siswa memiliki pemikiran yang
lebih luas dan lebih kritis dalam menanggapi suatu informasi atau
permasalahan. Minat membaca merupakan suatu keinginan yang dimiliki
dalam diri siswa untuk membaca sehingga menghasilkan sikap gemar
membaca.
Gemar membaca dan minat membaca akan menghasilkan
keterampilan berpikir kritis pada siswa karena melalui kegemaran dan minat
amembaca siswa tentu memiliki pengetahuan yang lebih luas dan dapat
Studi Deskriptif Peran... Dianti Haji Aprilia, FKIP UMP, 2018
27
memilah informasi dengan baik. sikap tersebut merupakan salah satu bagian
dalam mewujudkan pendidikan nasional.
Pojok baca memiliki peran dalam penanaman olah pikir pada siswa.
Melalui pojok baca siswa diharapkan dapat memunculkan sikap kritis dan
kreatif. Sikap kritis dan kreatif adalah suatu bagian dalam mewujudkan
pendidikan nasional.
Adapun alur dalam alur berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Gambar 2.1. Alur Berpikir.
Penguatan Pendidikan Karakter
Olah Hati
(Etik)
Olah Pikir
(Literasi)
Olah Rasa
(Estetik)
Olah Raga
(Kinestetik)
Pojok Baca
Kritis Kreatif
Minat
Membaca
Gemar
Membaca
Tujuan Pendidikan Nasional
Studi Deskriptif Peran... Dianti Haji Aprilia, FKIP UMP, 2018
28
Penguatan pendidikan karakter merupakan gerakan pendidikan yang
bertujuan untuk memperkuat karakter melalui harmonisasi olah hati, olah
pikir, olah rasa, dan olah raga. Olah pikir merupakan salah satu dimensi
pendidikan karakter yang berkaitan dengan proses berpikir kreatif dan proses
berpikir kritis. salah satu upaya untuk menanamkan berpikir kritis siswa yaitu
dengan adanya pojok baca. pojok baca bertujuan untuk menumbuhkan minat
membaca dan kegemaran membaca siswa sehingga dapat mencapai salah satu
tujuan pendidikan nasional.
Studi Deskriptif Peran... Dianti Haji Aprilia, FKIP UMP, 2018
Top Related