8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Penerapan metode diskusi dengan media komik pada
pembelajaran fiqih merupakan salah satu metode dari cooperative
learning. Peneliti mendiskripsikan beberapa penelitian terdahulu
yang memiliki relevansi dengan penelitian tindakan kelas yang akan
dilaksanakan.
Penelitian Wafirotu Sya’diyah, pada tahun 2012, dengan
judul Peningkatan Prestasi Belajar PAI Materi Wudhu Melalui
Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas II SD Negeri Pucang Kec.
Secang Kab. Magelang Tahun 20121. Penelitian ini untuk mengetahui
apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa tentang materi wudhu pada siswa kelas II SD Negeri Pucang
Kec. Secang Kab. Magelang Tahun 2012.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode
demonstrasi dengan cara memperagakan atau mempertunjukkan
kepada siswa suatu proses, situasi yang sedang dipelajari sehingga
proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan
secara mendalam. Penelitian ini merupakan PTK dengan 3 siklus
melalui 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
1 Sya’diyah, Wafirotu. 2012. Peningkatan Prestasi Belajar PAI Materi
Wudhu Melalui Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas II SD Negeri Pucang
Kec. Secang Kab. Magelang Tahun 2012. Skripsi Jurusan Tarbiyah. Program
Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing Hj. Maslikhah, S.Ag., M.Si.,.
9
refleksi. Penelitian dilakukan di SD Negeri Pucang Kec. Secang Kab.
Magelang dengan bantuan 3 kolaborator (Asyiah, Mahmudah, Ratna
Barooh). Subyek penelitian ini sebanyak 32 siswa. Teknik
pengumpulan data dengan observasi.teknik analisis data dengan
rumus untuk mengetahui nilai rata-rata dan presentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Prestasi belajar pada
siklus I sebesar 44% atau 14 siswa dengan KKM 75, siklus II sebesar
56% atau 18 siswa dengan KKM 75 dan pada siklus III sebesar 81%
atau 26 siswa untuk materi rukun wudhu dan sebesar 87,5% atau 28
siswa untuk materi sunah wudhu dengan KKM 75. Peningkatan
prestasi belajar siswa pada siklus I ke siklus II sebesar 12% dengan
KKM 75, peningkatan prestasi pada siklus II ke siklus III dengan
materi rukun wudhu sebesar 25% dan pada materi sunah wudhu
sebesar 31,5%.
Penelitian Siti Jannatinnaim, dengan judul Upaya
Meningkatkan Motivasi BelajarSiswa Pada Mata Pelajaran SKI
Melalui Metode Diskusi Dengan Media Komik (Studi Tindakan Pada
kelas XI MAN Lasem)2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
Peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI kelas XI
MAN Lasem dengan metode diskusi dengan media komik. Penelitian
ini memakai studi tindakan (action research) pada siswa kelas XI
MAN Lasem.
2 Jannatinnaim Siti, 2009 Skripsi. Upaya Meningkatkan Motivasi
BelajarSiswa Pada Mata Pelajaran SKI Melalui Metode Diskusi Dengan Media
Komik (Studi Tindakan Pada kelas XI MAN Lasem. Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang,.
10
Dari hasil observasi secara langsung di kelas XI melalui pra
siklus, penelitian tindakan dapat diketahui metode yang digunakan
oleh guru bidang studi mata pelajaran SKI yang belum secara penuh
mengedepankan pembelajaran aktif dan cenderung terjadi
komunikasi satu arah artinya siswa cenderung pasif dalam
pembelajaran hal ini dapat dilihat dari kesiapan dan keaktifan pada
saat pembelajaran berlangsung. Kesiapan dalam pembelajaran dan
keaktifan siswa menggambarkan motivasi untuk mengikuti
pembelajaran, dari jawaban nilai angket pra siklus juga masih di
bawah standar. Pengumpulan data dilakukan dengan metode
observasi dan angket. Setelah dilaksanakan tindakan melalui
pembelajaran dengan metode diskusi dengan media komik, dengan
menciptakan suasana pembelajaran aktif maka suasana kelas menjadi
hidup, siswa menjadi ter motivasi dalam belajar.
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap pra
siklus, siklus 1 dan siklus 2. Pada tahap pra siklus dari jawaban
angket motivasi belajar siswa mempunyai prosentase 61,2%, pada
siklus 1 prosentase 70,8%, pada siklus 2 prosentase naik menjadi
72,47%.Sedangkan dari observasi prosentase pada pra siklus adalah
52,5 %. Pada siklus 1 setelah dilaksanakan tindakan motivasi belajar
siswa meningkat meskipun belum melebihi standar menjadi 58,75%.
Sedangkan pada siklus 2 setelah diadakan evaluasi pelaksanaan
tindakan pada siklus 2 motivasi belajar mengalami peningkatan yaitu
motivasi belajar siswa dapat diprosentasekan menjadi 68,75% . Dari
11
tiga tahap tersebut jelas bahwa ada peningkatan sesudah diterapkan
metode diskusi dengan media komik dengan sebelumnya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti membuktikan
bahwa ada peningkatan motivasi belajar dalam mengikuti
pembelajaran dengan metode diskusi dengan media komik. Motivasi
ini dapat dilihat dari keaktifan dan kesiapan peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran, serta dari hasil angket . Hasil penelitian
tersebut, diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada semua pihak
(siswa, guru, orang tua) untuk dapat meningkatkan motivasi belajar
pada mata pelajaran SKI memperkaya strategi dan metode
pembelajaran.
Berdasar penelitian diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa
penerapan metode diskusi dengan media komik pada pembelajaran
fiqih merupakan model pembelajaran yang menekankan aktivitas
kooperatif siswa dalam belajar yang berbentuk kelompok kecil untuk
mencapai tujuan yang sama dengan menggunakan berbagai macam
aktifitas belajar guna meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami materi pelajaran dan memecahkan masalah secara
kolektif.
B. Kajian Teori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
12
Definisi belajar pada asasnya ialah tahapan perubahan
perilaku siswa yang relatif positif dan menetap sebagai hasil
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif.3
Dalam perspektif agama islam belajar untuk
memperoleh pengetahuan yang menggunakan memori dan
sensori itu hukumnya wajib. Seperti firman Allah dan hadis
Nabi SAW. Baik yang secara eksplisit maupun implisit
mewajibkan orang untuk belajar agar memperoleh ilmu
pengetahuan .
Allah berfirman Q.s Al-zumar ayat 9, yaitu :
Artinya : (Apakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang- orang yang tidak mengetahui?
Sesungguhnya, hanya orang-orang yang berakallah yang
mampu menerima pelajaran.
3 Muhibbin Syah, 2003. Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru.
hlm.90 dan 101
13
Hadis riwayat Ibnu ashim dan thabrani, Rasulullah
SAW. Bersabda, Wahai sekalian manusia, belajarlah! Karena
ilmu pengetahuan hanya di dapat melalui belajar
Belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan
individu secara keseluruhan, baik fisik maupun psikis, untuk
mencapai perubahan dalam tingkah laku. Benyamin S.
Bloom seperti dikutip oleh Catharina4 merumuskan belajar
sebagai perubahan tingkah laku, meliputi tiga ranah yaitu,
ranah kognitif, ranah efektif, ranah psikomotorik.
Hasil belajar adalah suatu usaha atau kegiatan anak
untuk mengusai bahan-bahan pelajaran yang diberikan guru
di sekolah. Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai
individu sebagai usaha yang dialami secara langsung serta
merupakan aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh ilmu
pengetahuan, ketrampilan, kecerdasan, kecakapan dalam
keadaan kondisi serta situasi tertentu. Syarat-syarat
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar adalah sebagai
berikut5:
1) Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan.
2) Hasil belajar sebagai buah dari proses kegiatan yang
disadari.
3) Hasil belajar sebagai produk latihan.
4 Anni, Catharina Tri, Psikologi Belajar, Semarang : UPT MKK UNNES,
2006, hal. 7. 5 Slameto. Belajar dan faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka
Cipta 2003, hlm 10
14
4) Hasil belajar merupakan tindak tanduk yang berfungsi
efektif dalam kurun waktu tertentu.
5) Hasil belajar harus berfungsi operasional dan potensial
yaitu merupakan tindak tanduk yang positif bagi
pengembangan tindak tanduk lainnya.
Hasil belajar memang merupakan hasil proses yang
kompleks yang melibatkan sejumlah variabel dan faktor yang
terdapat dalam diri individu sebagai pembelajar. Hasil
merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan
tugas atau kegiatan tertentu. Hasil akademik adalah hasil
belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah
atau di perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya
ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Sementara hasil
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjuk-
kan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh
guru.
Jadi hasil siswa berfokus pada nilai atau angka yang
dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Nilai
tersebut terutama dilihat dari sisi kognitif, karena aspek ini
yang sering dinilai oleh guru untuk melihat penguasaan
pengetahuan sebagai ukuran pencapaian hasil belajar siswa.
Hasil evaluasi tersebut didokumentasikan dalam buku nilai
guru dan wali kelas serta arsip yang ada di bagian administrasi
kurikulum sekolah. Selain itu, hasil evaluasi juga disampaikan
15
kepada siswa dan orang tua melalui buku yang disampaikan
pada waktu pembagian rapor akhir semester atau kenaikan
atau kelulusan.
b. Tinjauan tentang Kawasan Hasil Belajar6
1) Kawasan Kognitif (Pemahaman)
Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan
“berfikir”, mencakup kemampuan intelektual yang lebih
sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan
memecahkan masalah yang menuntutkan siswa untuk
menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode,
atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk
memecahkan masalah tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kawasan kognitif
adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang
kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat
“pengetahuan” sampai ketingkat yang paling tinggi.
Taksonomi di sini diartikan sebagai salah satu metode
klasifikasi tujuan instruksional secara berjenjang dan
progresif ke tingkat yang lebih tinggi.
Kawasan kognitif terdiri dari enam tingkatan dengan
aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut
adalah :
6 Yamin, Martinis. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta :
Gaung Persada Press. 2005, hlm 27-39
16
a) Tingkat pengetahuan (knowledge)
Tingkat ini menuntut siswa untuk mampu
mengingat (recall) informasi yang telah diterima
sebelumnya, seperti misalnya: fakta, rumus, strategi
pemecahan masalah, dan sebagainya.
b) Tingkat pemahaman (comprehension)
Kategori pemahaman dihubungkan dengan
kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan,
informasi yang telah diketahui dengan kata-kata
sendiri.
c) Tingkat penerapan (aplication)
Penerapan merupakan kemampuan untuk
menggunakan atau menerapkan informasi yang telah
dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta
memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam
kehidupan sehari-hari.
d) Tingkat analisis (analysis)
Analisis merupakan kemampuan untuk
mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan
komponen-komponen atau elemen suatu fakta,
konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan,
dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk
melihat ada tidaknya kontradiksi.
17
e) Tingkat sintesis (synthesis)
Sintesis di sini diartikan sebagai kemampuan
seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan
berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada
sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
2) Kawasan Afektif (Sikap dan Perilaku)
Kawasan afektif merupakan tujuan yang berhubungan
dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati
(attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan
terhadap sesuatu. Pengukuran hasil belajar afektif jauh lebih
sukar dibandingkan dengan hasil belajar kognitif karena
menyangkut kawasan sikap dan apresiasi. Kawasan afektif
terdiri dari lima tingkat secara berurutan yaitu :
a) Tingkat menerima (receiving)
Menerima di sini adalah diartikan sebagai proses
pembentukan sikap dan perilaku dengan cara
membangkitkan kesadaran tentang adanya stimulus
tertentu yang mengandung estetika.
b) Tingkat tanggapan (responding)
Tanggapan diartikan sebagai perilaku baru dari
sasaran didik siswa sebagai menifestasi dari
pendapatnya yang timbul karena adanya perangsang
pada saat ia belajar.
18
c) Tingkat menilai
Menilai dapat diartikan sebagai kemauan untuk
menerima suatu objek atau kenyataan setelah seseorang
itu sadar bahwa objek tersebut mempunyai nilai atau
kekuatan, dengan cara menyatakan dalam bentuk sikap
atau perilaku positif atau negatif.
d) Tingkat organisasi
Organisasi dapat diartikan sebagai proses
konseptualisasi nilai-nilai dan menyusun hubungan
antar nilai-nilai tersebut, kemudian memilih nilai-nilai
yang terbaik untuk diterapkan.
e) Tingkat karakterisasi (characterization)
Karakterisasi adalah sikap dan perbuatan yang
secara konsisten dilakukan oleh seseorang selaras
dengan nilai-nilai yang dapat diterimanya, sehingga
sikap dan perbuatan itu seolah-olah telah menjadi ciri-
ciri perilakunya.
3) Kawasan Psikomotor (Psychomotor Domain)
Kawasan psikomotor adalah kawasan yang berorientasi
kepada ketrampilan motorik yang berhubungan dengan
anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan
koordinasi antara syaraf dan otot. Kawasan psikomotor
terdiri dari dari empat kelompok yang urutannya tidak
bertingkat seperti kawasan kognitif dan afektif. Kelompok-
kelompok tersebut adalah sebagai berikut :
19
a) Gerakan seluruh badan
Gerakan seluruh badan adalah perilaku seseorang
dalam suatu kegiatan yang memerlukan gerakan fisik
secara menyeluruh, misalnya siswa sedang berolah
raga.
b) Gerakan yang terkoordinasi
Gerakan yang terkoordinasi adalah gerakan yang
dihasilkan dari perpaduan antara fungsi salah satu atau
lebih indera manusia dengan salah satu anggota badan.
Misal, siswa sedang menulis.
c) Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah hal-hal yang
berkenaan dengan komunikasi yang menggunakan
simbol-simbol atau isyarat, misalnya : isyarat, dengan
tangan, anggukan kepala, ekspresi wajah, dan lain-lain.
d) Kebolehan dalam berbicara
Kebolehan dalam berbicara dalam hal-hal yang
berhubungan dengan koordinasi gerakan tangan atau
anggota badan lainnya dengan ekspresi muka dan
kemampuan berbicara.
Dengan menjelaskan hasil belajar di atas bisa
mengetahui tentang bagaimana proses dari belajar mengajar
yang merupakan suatu proses mendasar dalam pencapaian
hasil belajar. Hasil belajar yang kurang optimal, hal itu
kemungkinan disebabkan siswa mengalami kesulitan dalam
20
belajar khususnya belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Keberhasilan siswa mencapai hasil belajar yang baik
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor itu terdiri dari
tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai bakat yang di-
miliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam
pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar
yang baik dan strategi pembelajaran variatif yang
dikembangkan guru. Suasana keluarga yang memberi dorongan
anak untuk maju. Selain itu, lingkungan sekolah yang tertib,
teratur, disiplin, yang kondusif bagi kegiatan kompetisi siswa
dalam pembelajaran.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil siswa
terdiri dari: kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motif,
kesehatan, cara belajar, lingkungan keluarga, lingkungan
pergaulan, sekolah dan sarana pendukung belajar7. Agar hal ini
menjadi lebih jelas, diuraikan berikut ini :
1) Faktor Kecerdasan
Biasanya, kecerdasan hanya dianggap sebagai
kemampuan rasional matematis. Rumusan di atas
menunjukkan kecerdasan menyangkut kemampuan yang
luas, tidak hanya kemampuan rasional memahami,
mengerti, memecahkan problem, tetapi termasuk
7 Slameto. Op. Cit. 2003. hlm 10
21
kemampuan mengatur perilaku berhadapan dengan
lingkungan yang berubah dan kemampuan belajar dari
pengalamannya.
2) Faktor Bakat.
Bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang
yang dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai
warisannya dari orang tua. Bagi seorang siswa, bakat bisa
berbeda dengan siswa lain. Ada siswa, yang berbakat
dalam bidang ilmu sosial, ada yang di ilmu pasti. Bakat-
bakat yang dimiliki siswa tersebut apabila diberi
kesempatan dikembangkan dalam pembelajaran, akan
dapat mencapai hasil yang tinggi.
3) Faktor Minat Dan Perhatian
Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap
sesuatu. Perhatian adalah melihat dan mendengar dengan
baik dan teliti terhadap sesuatu. Minat dan perhatian
biasanya berkaitan erat. Apabila seorang siswa menaruh
minat pada satu pelajaran tertentu, biasanya cenderung
untuk memperhatikannya dengan baik. Minat dan perhatian
yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi dampak
yang baik bagi hasil belajar siswa. Dengan minat dan
perhatian yang tinggi, kita boleh yakin akan berhasil dalam
pembelajaran.
22
4) Faktor Motif
Motif adalah dorongan yang membuat seseorang
berbuat sesuatu. Motif selalu mendasari dan mempengaruhi
setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Dalam belajar, kalau siswa
mempunyai motif yang baik dan kuat, hal itu akan
memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai hasil yang
tinggi. Siswa yang kehilangan motivasi dalam belajar akan
memberi dampak kurang baik bagi hasil belajarnya.
5) Faktor Cara Belajar
Keberhasilan studi siswa dipengaruhi juga oleh
cara belajar siswa. Cara belajar yang efisien
memungkinkan mencapai hasil lebih tinggi dibandingkan
dengan cara belajar yang tidak efisien. Cara belajar yang
efisien sebagai berikut:
a) Berkonsentrasi sebelum dan pada saat belajar.
b) Segera mempelajari kembali bahan yang telah
diterima.
c) Membaca dengan teliti dan baik bahan yang sedang
dipelajari, dan berusaha menguasainya dengan sebaik-
baiknya.
d) Mencoba menyelesaikan dan melatih mengerjakan
soal-soal.
23
6) Faktor Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan salah satu potensi yang besar
dan positif memberi pengaruh pada hasil siswa. Maka
orang tua sudah sepatutnya mendorong, memberi
semangat, membimbing dan memberi teladan yang baik
kepada anaknya. Selain itu, perlu suasana hubungan dan
komunikasi yang lancar antara orang tua dengan anak-anak
serta keadaan keuangan keluarga yang tidak kekurangan,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup dan
kelengkapan belajar anak.
7) Faktor sekolah
Selain keluarga, sekolah adalah lingkungan kedua
yang berperan besar memberi pengaruh pada hasil belajar
siswa. Oleh karena itu, sekolah merupakan lingkungan
pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki sistem dan
organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai etik,
moral, mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan.
Apalagi bila sekolah berhasil menciptakan suasana
kondusif bagi pembelajaran, hubungan dan komunikasi
per orang di sekolah berjalan baik, metode pembelajaran
aktif interaktif, sarana penunjang cukup memadai, siswa
tertib disiplin.
Keberhasilan siswa mencapai hasil belajar yang baik
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor itu terdiri dari
tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai bakat yang di-
24
miliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam
pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar
yang baik dan strategi pembelajaran variatif yang
dikembangkan guru. Suasana keluarga yang memberi dorongan
anak untuk maju. Selain itu, lingkungan sekolah yang tertib,
teratur, disiplin, yang kondusif bagi kegiatan kompetisi siswa
dalam pembelajaran.
Pola kehidupan positif adalah melihat perubahan itu
sebagai sesuatu yang harus diterima dan dihadapi. Di dalamnya
ada hal-hal yang dapat dianggap sebagai sesuatu yang baik,
memberi kemudahan dan kenyamanan serta peningkatan
martabat hidup manusia. Manusia juga melihat adanya
tantangan dan peluang bagi kemajuan hidup manusia. Oleh
sebab itu, manusia membangun dan melengkapi diri dengan
memperkuat keimanan, mental, budaya, disiplin, keterampilan
dan pengetahuan. Dengan demikian, manusia mampu bertahan
dan menghadapi gelombang perubahan yang cepat tersebut.
Sementara pola kehidupan negatif adalah melihat
perubahan itu sebagai ancaman yang membahayakan
kehidupan. Menutupi diri terhadap perubahan akan tertinggal
dan terbelakang. Pada sisi lain, tanpa membekali diri secara
positif seperti di atas, manusia ikut arus dan menikmati
perubahan yang terjadi. Akan tetapi, hal itu membawa
dampak negatif dalam sikap dan perilaku serta kehampaan
batiniahnya. Oleh karena itu, para siswa pada masa sekarang
25
ini, menghadapi begitu banyak ancaman dan tantangan.
Hasil yang dicapai dalam pembelajaran pun terhambat dan
belum optimal
Pencapaian hasil belajar yang optimal dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu8 :
a) Kesiapan belajar
Kesiapan belajar merupakan kondisi awal suatu
kegiatan belajar baik kesiapan fisik maupun psikologis.
b) Motivasi
Motivasi merupakan motif yang sudah menjadi aktif
saat orang melakukan suatu aktivitas. Motif adalah kekuatan
yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang
tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai
tujuan.
c) Keaktifan siswa
Yang melakukan belajar adalah siswa sehingga siswa
harus aktif dan tidak boleh pasif. Dengan bantuan guru
siswa harus mampu mencari, menemukan, dan
menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.
d) Mengalami sendiri
Siswa hendaknya tidak hanya tahu secara teoritis, tetapi
juga secara praktis sehingga akan diperoleh pemahaman
yang mendalam.
8 Darsono, Max. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang
Press. 2000, hlm 26 – 29
26
e) Pengulangan
Agar materi semakin mudah diingat perlu diadakan
latihan yang berarti siswa mengulang materi yang dipelajari.
f) Balikan dan Penguatan
Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi
siswa maupun guru. Penguatan adalah tindakan yang
menyenangkan dari guru terhadap siswa yang telah berhasil
untuk melakukan sesuatu perbuatan belajar.
2. Metode Diskusi
a. Pengertian Metode Diskusi
Kata “diskusi” berasal dari bahasa latin, yaitu
“discussus” yang berarti “to examine”. “discussus” terdiri dari
akar kata “dis” dan “cuture”. “Dis” artinya terpisah, dan
“cuture” artinya menggoncang atau memukul. Secara
ekelompokologis “discuture” berarti suatu pukulan yang
memisahkan sesuatu. Atau membuat sesuatu menjadi
jelas dengan cara memecahkannya.9 Zuhairini dkk,
mengemukakan, metode diskusi adalah metode di dalam
mempelajari bahan atau menyampaikan bahan dengan
jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat menimbulkan
pengertian serta perubahan tingkah laku murid.10
9 Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000),
hlm. 77 10
Zuhirini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Usana
Offset Printing,1981), hlm. 89
27
Suryo Subroto juga mengemukakan, diskusi adalah
suatu percakapan ilmiah oleh beberapa yang bergabung dalam
satu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang sesuatu
masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan
jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.11
Metode diskusi dapat diartikan sebagai jalan untuk
memecahkan suatu masalah yang memerlukan beberapa
jawaban alternatif yang dapat mendekati kebenaran dalam
proses belajar mengajar (PBM), yang dapat merangsang murid
untuk berfikir sistematis, kritis dan bersikap dalam
menyumbangkan pikiran-pikirannya untuk memecahkan suatu
permasalahan.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa metode
diskusi adalah salah satu cara alternatif yang dapat dipakai
oleh seseorang guru di kelas, tujuannya adalah memecahkan
masalah dari para siswa. Sedangkan metode diskusi dalam
proses belajar mengajar adalah sebuah cara yang dilakukan
dalam mempelajari bahan atau penyampaian materi dengan
jelas mendiskusikannya, dengan rujukan dapat menimbulkan
pengertian serta perubahan tingkah laku pada siswa.
11
Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2002),hlm. 179
28
b. Bentuk-bentuk Diskusi
1) Whole Group
Merupakan bentuk diskusi kelas dimana peserta nya
duduk setengah lingkaran, guru bertindak sebagai
pemimpin, dan topik sudah direncanakan.12
2) Buzz Group
Bentuk diskusi ini kelas dibagi menjadi kelompok-
kelompok kecil 3-4 peserta. Tempat duduk diatur
sedemikian rupa agar para siswa dapat bertukar pikiran
dan ber tatap muka dengan mudah. Biasanya diadakan di
tengah-tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan
maksud memperjelas dan mempertajam permasalahan
dalam pembelajaran.13
3) Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok biasanya dapat berupa diskusi
kelompok kecil 4-6 peserta atau diskusi kelompok besar
7-15 anggota, dipimpin oleh seorang ketua dan seorang
sekretaris.
4) Syndicate Group
Bentuk diskusi ini, kelas di bagi menjadi kelompok kecil
terdiri dari 3-6 peserta, masing-masing kelompok
mengerjakan tugas-tugas tertentu atau tugas yang bersifat
komplementer. Guru menjelaskan garis besar
12
Ibid hlm. 40 13
Ibid hlm. 41
29
permasalahan, menggambarkan aspek-aspek nya, dan
tiap kelompok diberi tugas untuk mempelajari aspek-
aspek tertentu. Guru diharapkan dapat menyediakan
sumber informasi atau referensi sebagai rujukan oleh
peserta didik.14
5) Symposium.
Dalam symposium biasanya terdiri dari pembawa
makalah, penyangga, moderator, notulen, serta beberapa
peserta symposium. Pembawa makalah menyampaikan
makalah nya 10-15 menit, selanjutnya diikuti
penyanggah dan tanggapan dari para audien, kemudian
disimpulkan dalam bentuk rumusan hasil symposium.15
6) Panel
Pada diskusi panel di mana satu kelompok kecil 3-6
peserta mendiskusikan suatu subyek tertentu, duduk
dalam susunan semi melingkar, dipimpin oleh seorang
moderator.16
7) Brain Stroming
Group Kelompok menyumbangkan ide-ide tanpa dinilai
segera, setiap anggota kelompok mengeluarkan
pendapatnya. Hasil belajar yang diharapkan agar anggota
kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, dan
14
Ibid, hlm 41 15
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta :Rineka Cipta, 1998),
hlm. 9 16
J J Hasibun dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung
:Remaja RosdaKarya, 1995), hlm. 21
30
menumbuhkan rasa percaya diri dalam mengembangkan
ide-idenya.17
8) Informal Debate
Kelas dibagi menjadi dua tim dan mendiskusikan subyek
yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan
peraturan perdebatan formal. Yang diperdebatkan
bersifat problematik bukan bersifat faktual.
9) Colloquium
Seseorang atau beberapa orang manusia sumber
menjawab pertanyaan dari audien. Dalam kegiatan
belajar mengajar, siswa atau mahasiswa menginterviu
manusia sumber tersebut.
10) Fish Bowl
Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua
mengadakan diskusi untuk mengambil suatu keputusan.
Tempat duduk diatur setengah lingkaran dengan dua atau
tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi. Kelompok
pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-
olah melihat ikan berada dalam mangkuk (fish bowl)
sedang kelompok diskusi berdiskusi, kelompok pendengar
yang ingin menyampaikan pendapatnya dapat masuk
duduk di kursi kosong tersebut dan meninggalkan kursi
setelah selesai berbicara.
17
Ibid hlm. 22
31
c. Manfaat dan Fungsi Metode Diskusi
Diskusi kelompok/kelas dapat memberikan sumbangan
yang berharga terhadap belajar murid, antara lain:
1) Membantu murid untuk tiba kepada pengambilan
keputusan yang lebih baik ketimbang ia memutuskan
sendiri, karena terdapat berbagai sumbangan pikiran
dari peserta lainnya yang dikemukakan dari berbagai
sudut pandangan.
2) Mereka tidak terjebak dengan jalan pikirannya sendiri
yang kadangkadang salah.
3) Segala kegiatan belajar akan memperoleh dukungan
bersama dari seluruh kelompok/kelas hingga
memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
4) Membantu mendekatkan atau mengeratkan hubungan
antar kegiatan kelas dengan tingkat perhatian dan
derajat dari pada anggota kelas.
5) Apabila dilaksanakan dengan cermat, maka diskusi
merupakan cara belajar yang menyenangkan dan
merangsang pengalaman, karena dapat merupakan
pelepasan ide-ide dan pendalaman, wawasan mengenai
sesuatu.
d. Langkah-Langkah Diskusi
Metode diskusi dalam belajar memiliki langkah-
langkah sebagai berikut:
32
1) Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan
dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-
cara pemecahannya.
2) Dengan pimpinan guru, siswa membentuk kelompok
diskusi, memilih pemimpin diskusi (ketua, sekretaris/
pencatat, pelapor dan sebagainya (bila perlu), mengatur
tempat duduk, ruangan sarana dan sebagainya.
3) Para siswa berdiskusi di kelompoknya masing-masing
sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke
kelompok yang lain untuk menjaga serta memberi
dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota
kelompok berpartisipasi aktif supaya diskusi bejalan
dengan lancar.
4) Kemudian tiap kelompok diskusi melaporkan hasil
diskusinya. Hasil-hasil diskusi yang dilaporkan
ditanggapi oleh semua siswa (terutama bagi kelompok
lain). Guru memberi ulasan dan menjelaskan tahap-
tahap laporan-laporan tersebut.
5) Para siswa mencatat hasil diskusi tersebut, dan para
guru mengumpulkan hasil diskusi dari tiap-tiap
kelompok, sesudah siswanya mencatat untuk fail kelas.
33
e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi
1) Kelebihan Metode diskusi
Mempertinggi partisipasi siswa secara individual dan
kelas sebagai keseluruhan.18
Metode diskusi melibatkan semua siswa secara
langsung dalam proses belajar.19
Memperoleh sambutan yang lebih aktif bila
dibandingkan dengan hasil dari metode ceramah.
Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan
penguasaan bahan pelajarannya masing-masing.
Dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap
sosial dan sikap demokratis para siswa.20
2) Kelemahan Metode Diskusi
Jalannya diskusi lebih sering didominasi oleh siswa
partisipan yang pandai, sehingga mengurangi
peluang siswa lain untuk memberi kontribusi.
Jalannya diskusi sering terpengaruh oleh
pembicaraan yang menyimpang dari topik
pembahasan masalah, sehingga pertukaran pikiran
menjadi asal-asalan.
18
Winarno Surachmadi, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung :CV
Jemmas, tt),hlm. 84 19
Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik
MetodikKurikulum PBM, (Jakarta :Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 49 20
Suryo Subroto, Op.Cit .hlm 185
34
Diskusi biasanya menyita waktu, sehingga tidak
sejalan dengan prinsip efisiensi.21
Adanya sebagian siswa yang kurang berpartisipasi
secara aktif dalam berdiskusi dapat menimbulkan
sikap acuh tak acuh.
Para siswa mengalami kesulitan mengeluarkan ide-
ide atau pendapat mereka secara ilmiah atau
sistematis.22
3. Media Komik
a. Pengertian Komik
Sebagai media instruksional edukatif komik
mempunyai sifat yang sederhana, jelas, mudah dan bersifat
personal. Yang mempunyai unsur-unsur sederhana, langsung,
humor dan menggunakan bahasa percakapan. Menurut
Ahmad Rohani, komik adalah suatu kartun yang
mengungkapkan suatu karakter dan memerankan suatu cerita
dalam urutan yang erat, dihubungkan dengan gambar dan
dirancang untuk memberikan hiburan pada para pembaca,
yang biasanya berbentuk berita bergambar. Yang terdiri atas
berbagai situasi cerita bersambung dan bersifat humor.23
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rifai, komik
diartikan suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter
21
Muhibin Syah, Op.Cit, hlm. 208 22
Usman Basyirudin, Op.Cit, hlm. 38 23
Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta : Rineka Cipta,
1997), hlm. 78
35
dan menerangkan suatu cerita dalam urutan yang erat
dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk
memberikan hiburan pada pembaca.24
Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
komik sebagai media instruksional edukatif, yang
mempunyai sifat sederhana, jelas, mudah dan bersifat
personal. Cerita mengenai diri pribadi, sehingga pembaca
dapat segera mengidentifikasikan dirinya melalui perasaan
serta tindakan dari perwatakan-perwatakan tokoh utamanya.
Cerita ringkas dan menarik perhatian, dilengkapi dengan
aksi, bahkan dalam lembaran surat kabar dan buku-buku
biasanya, komik dibuat lebih hidup serta diolah dengan
pemakaian warna-warna yang menarik perhatian.
Dalam rangka mengenalkan komik sebagai media
instruksional, guru harus bisa membangkitkan motivasi
siswa, misalnya selain dengan percobaan serta berbagai
kegiatan yang kreatif.
b. Komik Sebagai Media Pembelajaran.
Luasnya popularitas komik telah mendorong banyak guru
bereksperimen, dengan medium ini untuk maksud
pembelajaran. Dalam rangka pengenalan komik sebagai media
instruksional, guru harus dapat menggunakan motivasi
24
Nana Sudjana dan Ahmad Rifai, Media Pengajaran, (Bandung : Sinar
Baru, 1997),hlm. 64
36
potensial dari buku komik tersebut dan harus bisa
membangkitkan motivasi belajar siswa25
.
Peranan pokok dari buku komik dalam pengajaran adalah
kemampuannya dalam menciptakan minat para siswa.
Penggunaan komik dalam pengajaran sebaiknya dipadukan
dengan metode mengajar, sehingga komik dapat menjadi alat
pengajaran yang efektif.
Komik merupakan suatu bentuk bacaan dimana anak
membacanya tanpa harus dibujuk. Melalui bimbingan dari guru
komik dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan
motivasi belajar para siswa.26
Perlu disadari oleh para guru
banyak bacaan komik di pasaran atau di perpustakaan yang
sifatnya tidak selalu mendidik dan mengarahkan pembaca
(siswa) ke hal-hal yang imajinatif. Yang demikian itu harus
dipahamkan pada siswa supaya mereka tidak tersesat oleh
bacaan-bacaan komik yang demikian. Guru harus mengarahkan
mereka supaya selektif dalam membaca komik. Walaupun
komik dapat menumbuhkan motivasi belajar tetapi jangan
sampai siswa terlena dengan bacaan komik sehingga mereka
lupa dengan buku pelajarannya.
Komik merupakan media penyampaian ide, gagasan dan
bahkan kebebasan berfikir. Isi pesan dari komik itulah yang
menjadi kunci. Selama komik belum menemukan kunci sebagai
25
Lestari, Maya. ³Sejarah Tentang Komik”
,http://hansteru.wordpress.com./2007/12/05, jumat, 21-11-2015 26
Ahmad Rohani, Op.Cit . hlm. 79
37
media yang mengajarkan seperti peran tertutup antara pembuat
komik, pembaca, orang tua dan sekolah akan terus
berlangsung. Media bukanlah pesan, sedangkan isi pesan dapat
disesuaikan dengan kapasitas kemampuan tiap individu untuk
menerimanya. Komik merupakan media yang sangat diminati
dengan gambar dan cara bertuturnya yang lugas.27
Komik merupakan bentuk kartun di mana perwatakan
sama membentuk suatu cerita dalam urutan gambar-gambar
yang berhubungan erat dirancang untuk menghibur para
pembacanya. Walaupun komik telah mencapai popularitas
secara luas terutama sebagai medium hiburan, ternyata komik
juga memiliki nilai edukatif yang tidak diragukan.
Pemakaiannya yang luas dengan ilustrasi berwarna, alur cerita
ringkas dengan perwatakan orangnya yang realistis menarik
semua siswa dari berbagai tingkat usia. Buku-buku komik
dapat dipergunakan secara efektif oleh guru-guru dalam usaha
membangkitkan motivasi belajar.
Jadi yang dimaksud metode diskusi dan media komik
disini adalah proses belajar mengajar pada mata pelajaran Fiqih
yang menggunakan media komik sebagai bahan untuk diskusi
yang efektif diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Fiqih..
27
Ahmad Rohani, Op.Cit . hlm. 79
38
4. Pembelajaran Fiqih
a. Pengertian, fungsi, dan tujuan mata pelajaran fiqih
1) Pengertian
Kata fiqih secara bahasa adalah al-faham
(pemahaman). Fiqih disebut dengan ilmu atau
pengetahuan yang terkait dengan agama yang
menggunakan metode ilmiah dalam perumusannya, ilmu
yang dpelajari dari Al-quran dan sunah Nabi Muhammad.
2) Fungsi
a) Fiqih sebagai Produk
Merupakan akumulasi (kumpulan, majmuah) hasil
upaya para perintis fiqih terdahulu dan sudah tersusun
secara lengkap dalam buku teks dan madzhab-madzhab.
b) Fiqih sebagai Proses
Proses pemahaman atas Al-quran, dan hadis dalam
hubungannya dengan hukum-hukum perbuatan manusia
c) Fiqih sebagai Sikap
Merupakan alat penanaman karakter taqwa ke dalam
bathin manusia
3) Tujuan Pembelajaran Fiqih
a) Menerapkan hukum-hukum syariat dalam kehidupan
sehari-hari.
b) Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan
hukum islam yang menyangkut aspek ibadah maupun
39
muamalah untuk dijadikan pedoman hidupdalam
kehidupan pribadi dan social
c) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum
islam dengan baik dan benardan perwujudan ketaatan
dalam menjalankan ajaran agama islam, hubungan
dengan Allah, diri sendiri, orang lain, maupun dengan
lingkungan.28
5. Materi Wudhu
a. Pengertian Wudhu
Ayat al-Qur'an yang menjelaskan tentang wudhu'
adalah:
"Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian
mau mengerjakan shalat, maka basuhlah wajah dan kedua
tangan sampai siku kalian, usaplah kepala kalian dan
basuhlah kedua kaki sampai mata kaki kalian."
(QS. al-Maidah: 6)
Dalam ayat ini, dengan rinci al-Qur'an menjelaskan
fardhu-fardhu wudhu', yaitu membasuh muka, membasuh
kedua tangan sampai siku, mengusap sebagian kepala, dan
membasuh kedua kaki sampai mata kaki. Lalu, para
28
Lukman Zain, Pembelajaran Fiqih, (Jakarta : Depag), hlm. 8 dan 11.
40
fuqaha' menambahkan niat dan tertibsebagai fardhu
wudhu'.
Wudhu adalah bersuci untuk menghilangkan
hadast kecil dengan menggunakan air suci lagi dapat
mensucikan pada anggota tubuh yang telah ditentukan.
Sebagaimana ibadah lain, wudhupun ada rukun (fardhu)
dan sunah-sunahnya.Wudhu biasa dilakukan sebelum salat.
Agar wudhu sah dan diterima oleh Allah. Wudhu berarti
bersih dan indah. Wudhu adalah membasuh anggota
wudhu . Untuk menghilangkan hadast kecil. Wudhu
menggunakan air suci dan menyucikan.Yaitu air yang
bersih dan bebas dari najis.
b. Hukum Wudhu
Hukum wudhu pada dasarnya sunah. Sunah yaitu
dilaksanakan mendapat pahala. jika ditinggalkan tidak
berdosa. Wudhu hukumnya wajib jika hendak salat dan
tawaf. Salat dan tawaf tanpa wudhu hukumnya tidak sah.
c. Syarat-syarat Wudhu
1) Beragama Islam
2) Mumayiz, yaitu orang yang sudah baliq
3) Tidak berhadas besar.
4) Dengan air yang suci dan menyusikan.
5) Tidak ada penghalang sampainya air ke kulit, seperti
getah, cat dan sebagainya.
41
d. Rukun Wudhu
Rukun atau fardhu adalah tindakan yang wajib
dilaksanakan. Apabila rukun atau fardhu tidak
dilaksanakan maka wudhunya tidak sah. Rukun wudhu
ada 6 (enam), yaitu :
1) Berniat wudhu di dalam hati
2) Membasuh muka
3) Membasuh kedua tangan samapai siku
4) Mengusap sebagaian kepala
5) Membasuh kedua kaki sampai mata kaki.
6) Tertib dab berurutan.
Rukun wudhu harus dilakukan. Jika ada yang
terlewat salah satunya, maka wudhu nya menjadi tidak sah.
Uturan wudhu tidak boleh diacak. Jika diacak menjadi
tidak tertib.
e. Tata Cara Wudhu
Perintah dan tata cara wudhu telah diatur dalam Al
quran surat Al Maidah ayat 6. Berdasarkan ayat tersebut,
tata cara dan urutan wudhu adalah sebagai berikut :
1) Mencuci kedua telapak tangan, dicuci dengan air suci
dan menyusikan;
2) Membersihkan mulut, caranya dengan berkumur 3
(tiga) kali;
3) Mencuci lubang hidung, yaitu menghirup dan
mengeluarkan air sebanyak 3 (tiga) kali;
42
4) Membasuh muka sebanyak 3 (tiga) kali, sambil
membaca niat;
5) Membasuh kedua tangan, dimulai dari tangan kanan
kemudian tangan kiri sampai siku, dilakukan sebanyak
3 (tiga) kali;
6) Mengusap sebagaian kepala sebanyak 3 (tiga) kali;
7) Membersihkan kedua telinga. Dibersihkan dengan jari-
jari tangan, jari telunjuk untuk bagian dalam, ibu jari
untuk bagian luar;
8) Membasuh kekua kali. Dimulai dari kaki kanan
kemudian kaki kiri sempai mata kaki, dilakukan
sebanyak 3 (tiga) kali;
9) Membaca doa setelah wudhu. Sambil mengangkat
kedua tangan.
f. Hal-hal yang Membatalkan Wudhu
Hal-hal yang membatalkan wudhu adalah :
1) Keluar sesuatu dari 2 (dua) pintu (kubul dan dubur)
atau salah satunya, baik berupa zat atau angin;
2) Hilang akal karena mabuk atau gila;
3) Bersentuhan kulit laki-laki dan perempuan, keduanya
buka muhrim dan sudah balig;
4) Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan, baik
kemaluan sendiri ataupun orang lain, baik dewasa
maupun anak-anak;
5) Tidur nyenyak.
43
g. Melafalkan Niat Wudhu
Niat yaitu bermaksud sesuatu., Dibarengi dengan
pekerjaannya. Niat berbeda dengan azam. Azam adalah
bermaksud sesuatu. Tidak dibarengi dengan pekerjaannya
Bacaan doa niat wudhu dalam bahasa arab:
Bacaan doa niat wudhu dalam bahasa latin:
“Nawaitul Wudhlu-a lifrafil hadatsil ash-ghari fardhlan
lillahi Ta’aala”.
Bacaan doa niat wudhu dalam bahasa Indonesia/
terjemahannya:
“Aku berniat berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil
karena Allah semata”
Bacaan Do’a setelah wudhu
artinya
"Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah yang
satu dan tidak bersekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa
Muhammad itu hamba-Nya dan utusan-nya. Ya Allah
44
jadikanlah aku orang yang bertaubat dan jadikanlah aku
orang yang suci."
6. Penerapan Metode Diskusi dengan Media Komik Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih
Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai individu
sebagai usaha yang dialami secara langsung serta merupakan
aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan,
ketrampilan, kecerdasan29. Keberhasilan siswa mencapai hasil
belajar yang baik dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
Faktor itu terdiri dari tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran
sesuai bakat yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang tinggi
dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara
belajar yang baik dan strategi pembelajaran variatif yang
dikembangkan guru.
Dalam meningkatkan hasil belajar siswa, guru
hendaknya mampu memanfaatkan metode dan media
pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas.
Penggunaan metode diskusi dengan media komik Metode
diskusi dalam pembelajaran dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif yang dipakai guru di kelas. Pemanfaatan metode dan
media tersebut bertujuan untuk memecahkan masalah dari para
siswa.
29
Slameto. Belajar dan faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka
Cipta 2003, hlm 10
45
Metode diskusi dalam proses pembelajaran sebagai
cara yang dilakukan dalam mempelajari bahan atau
penyampaian materi dengan jelas dengan cara
mendiskusikannya dengan rujukan dapat menimbulkan
pengertian serta perubahan tingkah laku. Sedangkan komik
merupakan media penyampaian ide, gagasan dan bahkan
kebebasan berfikir, isi pesan dari komik itulah yang menjadi
kunci komik sebagai media pembelajaran.
Maka dari itu dengan adanya pembelajaran diskusi
dengan media komik diharapkan mampu menjadi alat
pengajaran yang efektif dan mampu berperan sebagai jembatan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Karena komik
merupakan media yang mempunyai sifat sederhana, jelas dan
mudah dipahami.
C. Kerangka Berpikir
Materi fiqih yang berhubungan dengan syari’at dan praktek
dari syari’at itu sendiri (ibadah dan muamalah) secara otomatis
mengindikasikan adanya materi-materi yang berkaitan dengan
perbuatan manusia. Oleh sebab itu, dalam penyampaiannya,
pembelajaran fiqih tidak dapat hanya mengandalkan metode
pembelajaran klasik yang cenderung satu arah dengan guru sebagai
sumber pengetahuan tanpa adanya peran aktif peserta didik. Tanpa
adanya peran aktif peserta didik, khususnya yang berhubungan
dengan aplikasi dalam perbuatan dari materi yang disampaikan,
46
dapat menyebabkan kekurang maksimalkan pencapaian tujuan
pembelajaran. Salah satu contoh materi fiqih yang mungkin tidak
akan maksimal jika hanya mengandalkan metode klasik karena
adanya unsur praktek di dalamnya adalah materi yang berkaitan
dengan Wudhu.
Pembelajaran Fiqih pada materi wudhu tidak mungkin hanya
dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah saja, karena
dapat menyebabkan siswa kurang memahami materi yang
disampaikan. Guru hendaknya mampu menggunakan model dan
media pembelajaran yang bervariasi. Dengan penggunaan metode
dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi, mampu
menarik perhatian dan menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar,
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran
fiqih tertutama pada materi wudhu adalah metode diskusi. Dengan
menggunakan metode diskusi siswa akan berinteraksi dan bertukar
pikiran dengan teman yang lain dalan sebuah kelompok kecil.
Selanjutnya hasil diskusi tersebut akan di praktekkan dalam
kelompok yang lebih besar, yaitu dalam diskusi kelas.
Komik merupakan suatu bentuk bacaan dimana anak
membacanya tanpa harus dibujuk. Melalui bimbingan dari guru
komik dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan
motivasi belajar para siswa.30
Peranan pokok dari buku komik dalam
pengajaran adalah kemampuannya dalam menciptakan minat para
30
T.Ahmad Rohani, Op.Cit . hlm. 79
47
siswa. Penggunaan komik dalam pengajaran sebaiknya dipadukan
dengan metode mengajar, sehingga komik dapat menjadi alat
pengajaran yang efektif.
Dengan menggunakan metode diskusi dan media komik
peserta didik akan merasa tertantang lagi untuk mengetahui,
bercerita, mencoba atau mempraktikkan sehingga mereka akan lebih
bersungguh-sungguh dan serius dalam mengikuti pembelajaran,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan rasa ingin tahu, minat
belajar, dan meningkatkan keberanian siswa untuk mengeluarkan
pendapat, sehingga pada akhirnya diharapkan hasil belajar siswa
pada pembelajaran fiqih dapat meningkat.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
MATA PELAJARAN FIQIH
MATERI WUDHU
METODE DISKUSI MEDIA KOMIK
PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA
48
D. Hipotesis
Hipotesa berasal dari penggalan 2 kata, yaitu “hypo” yang
artinya “dibawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Hipotesa
dalam penelitian ini adalah :
“Penerapan metode diskusi dengan media komik pada pembelajaran
Fiqih Kelas I (satu) materi Wudhu dapat meningkatkan hasil belajar
siswa di MI Raudlatul Atfal Nongkosawit Kecamatan Gunungpati
Kota Semarang”.
Top Related