7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu merupakan salah satu bagian dari 18 nilai
karakter Bangsa yang terkandung dalam pendidikan karakter yang di
dalamnya terkandung pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral. Di SD Muhammadiyah Cipete siswa masih kurang
melibatkan dirinya dalam proses pembelajaran berakibat pada kurangnya
rasa ingin tahu siswa yang akan berdampak pada kurangnya pemahaman
siswa terhadap materi yang disampaikan.
Rasa ingin tahu menurut Hasan (2010 : 10) adalah sikap dan
tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan
meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Rasa ingin
tahu (curiosity) merupakan keinginan untuk menyelidiki dan mencari
pemahaman terhadap rahasia alam sedangkan menurut Samani
(2012:104) rasa ingin tahu akan memotivasi diri untuk terus mencari dan
mengetahui hal-hal yang baru sehingga akan memperbanyak ilmu
pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan belajar. Rasa ingin tahu
menurut Mustari (2011:103) yaitu sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang
dipelajarinya, dilihat dan didengar. Suyadi mengemukakan (2013 : 89-
7
Peningkatan Rasa Ingin..., Ratih Hayu Anggorowati, FKIP UMP, 2016
8
90) bagi peserta didik yang belajar dengan strategi pembelajaran
kontekstual, menguasai materi pelajaran yang diberikan guru di kelas
saja tidak cukup. Secara alamiah peserta didik akan terus mencari tahu,
apa dan bagaimana materi tersebut berhubungan dan dapat digunakan
sebagai pemecah masalah. Memang banyak ide maupun gagasan yang
muncul, tetapi dalam prakteknya tidak sedikit peserta didik yang gagal
dan harus mencari ide lain untuk menghubungkan dan menggunakan
materi yang telah dikuasai tersebut sebagai problem solver. Kegagalan
demi kegagalan tidak akan menyurutkan peserta didik untuk
memecahkan masalah, karena peserta didik akan terus berusaha mencari
cara lain yang dapat ditempuh. Hal ini menunjukkan bahwa strategi
pembelajaran kontekstual mampu menanamkan nilai karakter, khususnya
menumbuhkan rasa ingin tahu.
Pengertian rasa ingin tahu dapat disimpulkan bahwa suatu
perasaan yang dapat membangkitkan rasa penasaran manusia untuk
mengetahui sesuatu yang baru. Dengan adanya rasa ingin tahu, manusia
dapat menyelidiki atau memecahkan masalah yang membuatnya ingin
memperluas pengetahuan yang dimiliki. Berikut indikator rasa ingin tahu
dapat dilihat pada tabel 2.1:
Peningkatan Rasa Ingin..., Ratih Hayu Anggorowati, FKIP UMP, 2016
9
Tabel 2.1. Indikator Rasa Ingin Tahu
NILAI INDIKATOR
4-6
Rasa ingin tahu: Sikap dan
tindakan yang selalu
berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas
dari sesuatu yang dipelajari,
dilihat, dan didengar.
Bertanya atau membaca sumber di luar
buku teks tentang materi yang terkait
dengan pelajaran.
Membaca atau mendiskusikan gejala
alam yang baru terjadi.
Bertanya tentang beberapa peristiwa
alam, sosial, budaya, ekonomi, politik,
teknologi yang baru didengar.
Bertanya tentang sesuatu yang terkait
dengan materi pelajaran tetapi di luar
yang dibahas di kelas.
Sumber : Hasan, 2010 : 34
Berdasarkan berbagai uraian tentang rasa ingin tahu maka dapat
disimpulkan bahwa sikap rasa ingin tahu perlu ditanamkan kepada siswa.
Pembiasaan dapat dilakukan dengan memulai bertanya kepada guru jika
ada materi yang belum dipahami, berdiskusi dengan siswa lain terkait
materi pelajaran dan senantiasa mempelajari hal-hal yang baru untuk
memperdalam ilmu pengetahuannya.
2. Prestasi Belajar
Dalam Aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak
pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang
melaksanakan Aktivitas sendiri, baik ketika seseorang melaksanakan
aktivitas sendiri, maupun dalam kelompok tertentu. James O. Whittaker
dalam Aunurrahman (2011 : 35) mengemukakan belajar adalah proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk
Peningkatan Rasa Ingin..., Ratih Hayu Anggorowati, FKIP UMP, 2016
10
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Howard L. Kingskey dalam Djamarah (2008 : 13) mengatakan
bahwa learning is the process by which behavior (in the broader sense)
is originated or changed trough practice or training. Belajar adalah
proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah
melalui praktek atau latihan. Cronbach dalam Djamarah (2008: 13)
berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result
of experience. Belajar suatu Aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar menurut Syah (201 :
63) adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan
itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika
berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Menurut J. Bruner dalam Slameto (2010 : 11) belajar tidak untuk
mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum
sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih
banyak dan mudah. Di dalam proses belajar Bruner mementingkan
partisipasi aktif dari setiap siswa dan mengenal dengan baik adanya
perbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar perlu
lingkungan yang dinamakan “discovery learning environment”, ialah
Peningkatan Rasa Ingin..., Ratih Hayu Anggorowati, FKIP UMP, 2016
11
lingkungan di mana siswa dapat melakukan explorasi, penemuan-
penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan
yang sudah diketahui. Teori belajar Bruner dapat digolongkan menjadi 3
yaitu (a) enactive, seperti belajar naik sepeda yang harus didahului
dengan bermacam keterampilan motorik; (b) iconic, seperti mengenal
jalan yang menuju ke pasar mengingat dimana bukunya yang penting
diletakkan; (c) symbolic, seperti menggunakan kata-kata menggunakan
formula. Jadi dapat disimpulkan, belajar merupakan kegiatan sadar
secara jasmani dan rohani oleh seseorang untuk memperoleh ilmu
pengetahuan yang dibuktikan dengan adanya perubahan tingkah laku
yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.
a. Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar menurut Slameto (2010 : 27-28) yaitu
prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi
yang berbeda dan oleh setiap siswa secara individual. Prinsip-prinsip
dalam belajar diantaranya:
1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
a) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai
tujuan instruksional.
b) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi
yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
Peningkatan Rasa Ingin..., Ratih Hayu Anggorowati, FKIP UMP, 2016
12
c) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar
dengan efektif.
d) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
2) Sesuai hakikat belajar
a) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap
menurut perkembangannya.
b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan
discovery.
c) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara
pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga
mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang
diberikan menimbulkan respon yang diharapkan.
3) Sesuai materi/ bahan yang harus dipelajari
a) Balajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memililki
struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah
menangkap pengertiannya.
b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu
sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
Peningkatan Rasa Ingin..., Ratih Hayu Anggorowati, FKIP UMP, 2016
13
4) Syarat keberhasilan belajar
a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa
dapat belajar dengan tenang.
b) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian/ keterampilan/ sikap itu mendalam pada siswa.
b. Prestasi Belajar
Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek
pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukkan
watak peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai
bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olahraga, dan
pendidikan, khususnya pembelajaran.
Prestasi belajar menurut Arifin (2013 : 12-13) merupakan
suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan
manusia, karena sepanjang rentan kehidupannya manusia selalu
mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing.
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa
menurut Syah (2011 : 216) adalah mengetahui garis-garis besar
indikator (petunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis
prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur
Prestasi belajar (achievement) menurut Arifin (2013 : 12-13)
mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain :
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
Peningkatan Rasa Ingin..., Ratih Hayu Anggorowati, FKIP UMP, 2016
14
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap
(kecerdasan) pada peserta didik.
Fungsi prestasi belajar yang telah disebutkan dapat dilihat
bahwa betapa pentingnya kita mengetahui dan memahami prestasi
belajar peserta didik, baik secara perseorangan maupun secara
kelompok, sebab fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai
indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga
sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Prestasi belajar
bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran sehingga dapat menentukan apakah perlu
melakukan diagnosis, penempatan atau bimbingan terhadap peserta
didik. Kesimpulan dari beberapa pendapat ahli bahwa prestasi
belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa
setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik
berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan
kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam
angka atau pernyataan.
Peningkatan Rasa Ingin..., Ratih Hayu Anggorowati, FKIP UMP, 2016
15
3. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di
permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang
dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indra.
Menurut Aly (2010: 18) memaparkan bahwa IPA merupakan suatu ilmu
teoritis, tetapi teori tersebut didasarkan atas pengamatan, percobaan-
percobaan terhadap gejala-gejala alam. Suatu teori dirumuskan tidaklah
dapat dipertahankan kalau tidak sesuai dengan hasil-hasil pengamatan
atau observasi. Fakta-fakta tentang gejala kebendaan atau alam diselediki
dan diuji berulang-ulang melalui percobaan-percobaan (eksperimen),
kemudian berdasarkan hasil eksperimen itulah dirumuskan keterangan
ilmiahnya (teorinya). IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang
diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu
melakukan observasi eksperimen, penyimpulan, penyusunan teori,
eksperimen, observasi dan demikian seterusnya kait-mengait antara yang
satu dengan yang lain. Menurut Jasin (2000 : 1) ilmu alam merupakan
ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam alam
semesta, termasuk di muka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan
prinsip-prinsip dasar yang esensial saja. Dari definisi yang telah
disebutkan dapat disimpulkan bahwa pengertian IPA adalah ilmu
pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep,
prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian
kegiatan dalam metode ilmiah.
Peningkatan Rasa Ingin..., Ratih Hayu Anggorowati, FKIP UMP, 2016
16
a. Tujuan IPA
IPA mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Secara khusus tujuan
IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi menurut Depdiknas
(2013 : 2) dalam Trianto (2010 : 138) adalah sebagai berikut:
1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah.
3) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains
dan teknologi.
4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan
melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
b. Ruang lingkup Pembelajaran IPA di SD
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana
agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat sekolah
dasar diharapkan ada penekanan pembelajaran yang diarahkan pada
pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya
melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara
bijaksana.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar tingkat Sekolah Dasar, ruang lingkup bahan kajian IPA untuk
meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
Peningkatan Rasa Ingin..., Ratih Hayu Anggorowati, FKIP UMP, 2016
17
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
2. Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair,
padat dan gas
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
c. Materi IPA
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi : 5. Memahami hubungan antara gaya,
gerak, dan energi, serta fungsinya.
Kompetensi Dasar : 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang
dapat membuat pekerjaan lebih mudah
dan lebih cepat.
Indikator :
- Siklus I Pertemuan 1
5.2.1 Pesawat sederhana jenis pengungkit atau tuas dan
kegunaannya
- Siklus I Pertemuan 2
5.2.2 Pesawat sederhana jenis bidang miring dan kegunaannya
- Siklus II Pertemuan 1
5.2.3 Pesawat sederhana jenis katrol dan kegunaannya
- Siklus II Pertemuan 2
5.2.4 Pesawat Sederhana jenis roda berporos dan kegunaannya
Peningkatan Rasa Ingin..., Ratih Hayu Anggorowati, FKIP UMP, 2016
18
1) Pesawat sederhana
Pesawat adalah alat-alat yang dapat memudahkan
pekerjaan manusia. Pesawat ada yang rumit dan ada yang
sederhana. Pesawat rumit tersusun atas pesawat-pesawat
sederhana. Pada prinsipnya, pesawat sederhana terbagi menjadi
empat macam, yaitu pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda
berporos.
2) Jenis-jenis pesawat sederhana
a) Pengungkit atau Tuas
(1) Pengungkit Golongan I
Tuas golongan pertama, kedudukan titik tumpu terletak
di antara beban dan kuasa. Contoh tuas golongan
pertama ini di antaranya adalah gunting, linggis,
jungkat-jungkit, palu, dan linggis.
(2) Pengungkit Golongan II
Pada tuas golongan kedua, kedudukan beban terletak di
antara titik tumpu dan kuasa. Contoh tuas golongan
kedua ini diantaranya adalah gerobak beroda satu, alat
pemotong kertas, dan alat pemecah kemiri, pembuka
tutup botol.
(3) Pengungkit Golongan III
Pada tuas golongan ketiga, kedudukan kuasa terletak di
antara titik tumpu dan beban. Contoh tuas golongan
ketiga ini adalah sekop yang biasa digunakan untuk
memindahkan pasir, alat pancing, pinset dan steples.
Peningkatan Rasa Ingin..., Ratih Hayu Anggorowati, FKIP UMP, 2016
19
b) Bidang Miring
Bidang miring dalam kehidupan sehari-hari
digunakan untuk menaikan benda yang berat dari tempat
rendah ke lebih tinggi. Tujuan menggunakan bidang
miring adalah untuk mengurangi tenaga yang dibutuhkan
untuk memindahkan benda tersebut. Bidang miring juga
memiliki kelemahan, yaitu jarak yang di tempuh untuk
memindahkan benda menjadi lebih jauh. Prinsip kerja
bidang miring dapat ditemukan temukan pada beberapa
perkakas, contohnya kapak, pisau, pahat, obeng, dan sekrup.
Berbeda dengan bidang miring lainnya, pada perkakas yang
bergerak adalah alatnya.
c) Katrol
Ada beberapa jenis katrol sebagai berikut.
(1) Katrol tetap : katrol yang tidak berubah posisinya
ketika digunakan untuk memindahkan
benda.
(2) Katrol bebas : katrol yang berubah posisinya ketika
digunakan untuk memindahkan
benda.
(3) Katrol rangkap : katrol yang terdiri dari lebih dari satu
katrol yang disusun berjajar.
(4) Katrol ganda : katrol yang terdiri dari beberapa
katrol yang disatukan dengan tali.
Peningkatan Rasa Ingin..., Ratih Hayu Anggorowati, FKIP UMP, 2016
20
d) Roda Berporos
Roda berporos merupakan salah satu jenis pesawat
sederhana yang banyak ditemukan pada alat-alat seperti
setir mobil, setir kapal, roda sepeda, roda kendaraan
bermotor, dan gerinda.
4. Learning Cycle 7E
Learning Cycle adalah suatu model pembelajaran yang berpusat
pada siswa (student centered). Model pembelajaran Learning Cycle
merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivis, pengetahuan dibangun dari pengetahuan siswa itu sendiri.
Learning Cycle menurut Ngalimun (2014 : 145) merupakan
rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa
sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus
dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif
A Learning Cycle comes from the discipline itself; it represents
science. If science is to be taught in a manner that leads students
to construct knowledge, they must make a quest. The Learning
Cycle leads students on that quest for knowledge. Renner and
Marek (1988, p. 170) dalam Moyer (2007 : 23)
Dapat diartikan belajar siklus berasal disiplin ilmu itu sendiri.
Jika sains diajarkan dengan cara yang mengarahkan siswa untuk
membangun pengetahuan, maka mereka harus mencari pengetahuan.
Kegiatan siklus belajar siswa mengarah pada pencarian untuk ilmu
pengetahuan.
Peningkatan Rasa Ingin..., Ratih Hayu Anggorowati, FKIP UMP, 2016
21
Menurut Warsono (2012 : 100-101) ada tahapan model Learning
Cycle 7E adalah sebagai berikut :
a Engage (melibatkan), pokok pembelajaran bertumpu pada upaya
bagaimana meningkatkan minat siswa sambil menilai pemahaman
awal para siswa terhadap topik yang dibahas, misalnya melaui suatu
kegiatan apersepsi. Fase ini siswa membuat hubungan antara
pengalaman belajar masa lalunya dengan pengalaman belajarnya
sekarang. Hal ini dapat dilaksanakan melalui suatu diskusi kelas.
b. Explore (eksplorasi), pada tahap ini kegiatan pokok pembelajaran
adalah melibatkan siswa dalam pokok bahsan atau topik
pembelajaran, memberikan kesempatan kepada mereka untuk
membangun pemahaman sendiri. Pada tahap ini siswa terlibat secara
langsung dengan fenomena yang diselidiki dan bahan-bahan kajian.
Siswa bekerja sama dalam satu tim, lalu mengalami pengalaman
bersama dengan saling berbagi dan berkomunikasi tentang esensi
pokok pembelajaran.
c. Explain (menjelaskan), pada kesempatan ini siswa diberi kesempatan
untuk mengkomunikasikan apa yang telah dipelajarinya sejauh ini
dan menjelaskan maksudnya.
d. Evaluate (evaluasi), pada fase ini siswa maupun guru menilai sejauh
mana terjadi pembelajaran dan pemahaman. Dalam hal ini guru
menilai sejauh mana para siswa memperoleh pemahaman tentang
konsep-konsep pokok bahan ajar dan memperoleh pengalaman baru.
Peningkatan Rasa Ingin..., Ratih Hayu Anggorowati, FKIP UMP, 2016
22
e. Extend (memperluas), pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk
menerapkan pengetahuan barunya dan secara berkesinambungan
melakukan explorasi dari implikasi ini. Pada tahap ini siswa
mengembangkan konsep-konsep yang telah dipelajarinya, membuat
jalinan dengan konsep terkait lainnya, kemudian mengaplikasikan
pemahamannya ini dalam dunia nyata.
Tahapan selanjutnya dipaparkan oleh Paramita dkk, (2012) yaitu :
f. Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa), memperoleh
informasi, guru mengajukan pertanyaan untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa. Fase ini dimulai dengan pertanyaan
mendasar yang berhubungan dengan pelajaran yang akan dipelajari
dengan mengambil contoh mudah yang diketahui siswa seperti
kejadian sehari-hari secara umum memang terjadi.
g. Elaborate (menerapkan), pengetahuan yang sudah dibangun oleh
siswa dielaborasi dengan konsep awal siswa dan menyimpulkan
konsep baru dengan pemahaman sendiri.
Langkah-langkah model pembelajaran Learning Cycle 7E dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Elecit
Guru berusaha mendatangkan pengetahuan awal siswa.
Tahap ini guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan awal
siswa terhadap materi yang akan dipelajari, merangang pengetahuan
awal siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
Peningkatan Rasa Ingin..., Ratih Hayu Anggorowati, FKIP UMP, 2016
23
b. Engage
Kegiatan pada tahap ini bertujuan untuk mendapatkan
perhatian siswa, mendorong kemampuan berpikirnya, dan membantu
siswa meningkatkan pengetahuan awal yang telah dimilikinya.
c. Explore
Tahap eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk belajar
baik secara mandiri maupun secara berkelompok. Siswa melakukan
kegiatan seperti percobaan, melakukan pengamatan, mengumpulkan
data, sampai pada membuat kesimpulan dari percobaan yang
dilakukan. Dalam kegiatan ini guru berperan sebagai fasilitator.
d. Explain
Kegiatan pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan atau menyampaikan pendapat apa yang telah
dipelajarinya dengan membuat ringkasan-ringkasan.
e. Elaboration
Dalam kegiatan elaborasi, guru mendorong siswa membaca,
menuliskan atau menyampaikan hasil diskusi, mendengar pendapat,
untuk lebih mendalami materi yang dipelajarinya.
f. Evaluate
Evaluasi merupakan tahap dimana guru mengevaluasi dari
hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Guru menilai sejauh mana
siswa memperoleh pemahaman-pemahaman dalam proses
pembelajaran
Peningkatan Rasa Ingin..., Ratih Hayu Anggorowati, FKIP UMP, 2016
24
g. Extend
Tahapan akhir ini, siswa dituntut untuk berpikir, mencari,
menemukan, dan menjelaskan contoh penerapan konsep dan
keterampilan yang telah dipelajari.
Lingkungan belajar yang perlu diupayakan agar model Learning
Cycle 7E berlangsung kontruktivis seperti yang dipaparkan Hudojo
(2011) dalam Ngalimun (2014 : 152) adalah:
a. Tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa.
b. Tersedianya berbagai alternatif pengalaman belajar jika
memungkinkan.
c. Terjadi transmisi sosial, yakni interaksi dan kerjasama individu
dengan lingkungannya.
d. Tersedianya media pembelajaran
e. Kaitkan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa
sehingga siswa terlibat secara emosional dan sosial yang menjadikan
pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan.
Adapun kekurangan dan kelebihan menurut Soebagyo (2000)
dalam Ngalimun (2014 : 150)
a. Kelebihan model pembelajaran Learning Cycle 7E
1) meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secar
aktif dalm proses pembelajran
2) membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa
3) pembelajaran lebih bermakna.
Peningkatan Rasa Ingin..., Ratih Hayu Anggorowati, FKIP UMP, 2016
25
b. Kekurangan model pembelajaran Learning Cycle 7E
1) efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran.
2) menunut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang
dan melaksanakan proses pembelajaran.
Cara untuk mengatasi kekurangan model pembelajaran Learning
Cycle 7E yaitu, sebelum guru menerapkan model pembelajaran Learning
Cycle 7E guru hendaknya sudah mempelajari secara mendalam tentang
penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E. Guru berupaya mencari
banyak informasi dari berbagai sumber terkait dengan model, karena
penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 7E guru dituntut kreatif dan
dapat mengelola pembelajaran dengan baik.
B. Penelitian Yang Relevan
Berbagai penelitian telah dilakukan kaitannya dengan penerapan
menggunakan model pembelajaran Learning Cycle Rachman dalam
penelitian tentang “Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 7e
Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI TITL 2 Smk N
2 Pengasih” menunjukkan hasil bahwa penerapan model pembelajaran
learning cycle 7E pada mata pelajaran PLC dengan standar kompetensi
mengoperasikan mesin produksi dengan kendali PLC di kelas XI TITL 2
SMK Negeri 2 Pengasih dapat meningkatkan prestasi belajar siswa baik dari
penilaian afektif siswa maupun dari penilaian hasil tes belajar siswa.
Diperoleh hasil bahwa peningkatan Prestasi ditunjukkan dengan persentase
Peningkatan Rasa Ingin..., Ratih Hayu Anggorowati, FKIP UMP, 2016
26
nilai ketuntasan siswa saat post test siklus I yaitu 77,42% dan post test siklus
II 87,10% jadi peningkatan prestasi dari siklus I ke siklus II yaitu meningkat
9,68%. Selain itu, peningkatan juga dapat dilihat dari hasil perhitungan
evaluasi proses pembelajaran yang dilakukan dengan model pembelajaran
learning cycle 7E mengalami peningkatan dengan ditunjukkan oleh nilai
rerata sebesar 78,11 pada siklus I dan 84,01 pada siklus II. Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajarannya menggunakan learning
cycle dapat meningkatkan kemampuan afektif dan hasil belajar siswa.
Penelitian lain oleh Pebriana, Drs. Asim, M.Pd, Drs. Bambang Tahan
S., M.Pd dalam penelitiannya tentang “Penerapan Model Pembelajaran
Learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Fisika Dan Hasil
Belajar Siswa Kelas X-2 Man 2 Malang Kota Batu”Penerapan pembelajaran
pembelajaran LC 7E melalui tujuh tahapan elicit, engagement, exploration,
explanation, elaboration, evaluation, dan extand pada siklus I belum
terlaksana secara maksimal, yaitu dengan persentase sebesar 59,36%, pada
siklus II penerapan pembelajaran tersebut telah terlaksana dengan persentase
sebesar 81,00%. Penerapan pembelajaran LC 7E dapat meningkatkan.
Penerapan pembelajaran LC 7E dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
dari siklus I ke siklus II dengan persentase sebesar 14,39%. Penerapan
pembelajaran LC 7E yang dilakukan pada siklus I dan siklus II terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan hasil belajar kognitif sebesar
1,97%, peningkatan hasil belajar afektif sebesar 3,24%, hasil belajar
psikomotorik dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan 3,17%.
Peningkatan Rasa Ingin..., Ratih Hayu Anggorowati, FKIP UMP, 2016
27
Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran
menggunakan model pembelajaran siklus belajar 7E memberikan pengaruh
baik terhadap motivasi belajar siswa dan hasil belajar Fisika. Dari hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran
Learning Cycle 7E dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga
memberikan dasar yang kuat pemilihan model Learning Cycle untuk
diterapkan dalam PTK ini.
C. Kerangka Berpikir
Dari hasil observasi ditemukan masalah yang terjadi dalam
pembelajaran IPA pada umumnya dan materi pesawat sederhana pada
khususnya. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah dijelaskan
dalam latar belakang, diharapkan dengan penerapan model Learning Cycle
7E dapat mengatasi permasalahan dalam pembelajaran di SD Muhammadiyah
Cipete serta dapat meningkatkan rasa ingin tahu pada siswa dan prestasi
belajar siswa dapat meningkat. Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilakukan
selama 2 siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan.
Kerangka berpikir penelitian untuk meningkatkan rasa ingin tahu
siswa dan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran melalui model
Learning Cycle 7E. K.D 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat
membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat dapat dilihat pada gambar
2.1 berikut :
Peningkatan Rasa Ingin..., Ratih Hayu Anggorowati, FKIP UMP, 2016
28
Bagan 2.1. Gambar Kerangka Berpikir
Kondisi
Awal.
Kondisi
Akhir.
Tindakan.
Sebelum
pelaksanaan
pembelajaran
dengan model
Learning Cycle
7E
Rendahnya rasa
ingin tahu dan
prestasi belajar
siswa
Guru menerapkan model
Learning Cycle 7E
Diduga melalui model
Learning Cycle 7E dapat
meningkatkan rasa ingin
tahu dan prestasi belajar
siswa
Siklus I.
Siklus II.
Peningkatan Rasa Ingin..., Ratih Hayu Anggorowati, FKIP UMP, 2016
29
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir penelitian yang telah
disebutkan dapat dirumuskan hipotesis tindakan penelitian sebagai berikut :
1. Melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E, maka rasa
ingin tahu siswa SD Muhammadiyah Cipete dapat meningkat.
2. Melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E, maka
prestasi belajar siswa SD Muhammadiyah Cipete dapat meningkat.
Peningkatan Rasa Ingin..., Ratih Hayu Anggorowati, FKIP UMP, 2016
Top Related