11
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian, Fungsi dan Tugas Polri
2.1.1 Pengertian Polri Menurut UU No. 2 Tahun 2002 dan KUHAP
Dalam ketentuan Umum UU No. 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian terdapat rumusan mengenai definisi dari berbagai hal yang
berkaitan dengan Polisi, termasuk pengertian Kepolisian. Menurut
Pasal 1 UU No. 2 Tahun 2002 pengertian Kepolisian adalah sebagai
berikut :
a. Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi
dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai
negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.
c. Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berdasarkan undang-
undang memiliki wewenang umum Kepolisian.
d. Peraturan Kepolisian adalah segala peraturan yang dikeluarkan
oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka
12
memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
e. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi
dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya
proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan
nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan
tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman, yang
mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi
dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan
menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-
bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.
f. Keamanan dalam negeri adalah suatu keadaan yang ditandai
dengan terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib
dan tegaknya hukum, serta terselenggaranya perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
g. Kepentingan umum adalah kepentingan masyarakat dan/atau
kepentingan bangsa dan negara demi terjaminnya keamanan dalam
negeri.
13
h. Penyelidik adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan
penyelidikan.
i. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk
mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai
tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan
penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang.
j. Penyidik adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan
penyidikan.
k. Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat pegawai negeri sipil
tertentu yang berdasarkan peraturan perundang-undangan ditunjuk
selaku penyidik dan mempunyai wewenang untuk melakukan
penyidikan tindak pidana dalam lingkup undang-undang yang
menjadi dasar hukumnya masing-masing.
l. Pembantu adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang diangkat oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
berdasarkan syarat kepangkatan dan diberi wewenang tertentu
14
dalam melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam undang-
undang.
m. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya.
n. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya
disebut Kapolri adalah pimpinan Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan penanggung jawab penyelenggaraan fungsi
kepolisian.
Menurut KUHAP pasal 4 disebutkan: “Penyelidik adalah setiap
pejabat polisi negara Republik Indonesia”, dan pasal 6 (1)
menyebutkan: “Penyidik adalah: a. Pejabat polisi negara Republik
Indonesia; b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang”.
2.1.2 Fungsi Polri
Mengenai fungsi Polri terdapat dalam Pasal 2 UU No. 2 Tahun
2002 yang berbunyi: ”fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi
15
pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman
dan pelayanan kepada masyarakat.”
Pengertian kepolisian sebagai fungsi tersebut diatas sebagai
salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan,
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, pelindung,
pengayom dan pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan pengertian
kepolisian sebagai lembaga adalah organ pemerintah yang ditetapkan
sebagai suatu lembaga yang diberikan kewenangan menjalankan
fungsinya berdasarkan peraturan perundang-undangan. Jadi apabila
kita membicarakan persoalan kepolisian berarti berbicara mengenai
fungsi dan lembaga kepolisian.
Menurut Satjipto Raharjo polisi merupakan alat negara yang
bertugas memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
memberikan pengayoman, dan memberikan perlindungan kepada
masyarakat (Satjipto Raharjo, 2009:111).
Sedangkan mengenai tujuan Polri disebutkan dalam Pasal 4 UU
No. 2 Tahun 2002 yang menyatakan bahwa: “Kepolisian Negara
Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam
negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban
16
masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat, serta
terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia”.
2.1.3 Tugas Polri
Tugas dari Polri diatur dalam pasal 13 dan pasal 14 ayat (1) UU
No. 2 Tahun 2002 adalah sebagai berikut:
Pasal 13:
”Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:
a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. menegakkan hukum; dan
c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat”
Pasal 14:
(1)” Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas:
a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli
terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai
kebutuhan;
b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;
17
c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga
masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-
undangan;
d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis
terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan
bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;
g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak
pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan
perundang-undangan lainnya;
h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran
kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk
kepentingan tugas kepolisian;
i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat,
dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau
bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara
sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang
berwenang;
18
k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta
l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan”
Agar Polri dapat bertindak secara lancar dalam melaksanakan
tugasnya, maka Polri harus memiliki wewenang. Berdasarkan UU No.
2 Tahun 2002, wewenang Polri diatur dalam pasal 15 ayat (1) dan (2)
serta pasal 16. Adapun isinya adalah sebagai berikut:
Pasal 15:
(1) ”Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 dan 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara
umum berwenang:
a. menerima laporan dan/atau pengaduan;
b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang
dapat mengganggu ketertiban umum;
c. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;
d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;
e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan
administratif kepolisian;
f. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari
tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;
g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
19
h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret
seseorang;
i. mencari keterangan dan barang bukti;
j. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;
k. mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang
diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;
l. memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan
pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta
kegiatan masyarakat;
m. menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara
waktu”
(2) ”Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan lainnya berwenang:
a. memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan
kegiatan masyarakat lainnya;
b. menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan
bermotor;
c. memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor;
d. menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;
e. memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan
peledak, dan senjata tajam;
20
f. memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan
terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan;
g. memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian
khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis
kepolisian;
h. melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam
menyidik dan memberantas kejahatan internasional;
i. melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang
asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi
instansi terkait;
j. mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi
kepolisian internasional;
k. melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup
tugas kepolisian”
Pasal 16:
(1) ”Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 dan 14 di bidang proses pidana, Kepolisian Negara
Republik Indonesia berwenang untuk :
a. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan
penyitaan;
b. melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat
kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;
21
c. membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam
rangka penyidikan;
d. menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri;
e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan;
i. menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
j. mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat
imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam
keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau
menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;
k. memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik
pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik
pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum;
dan
l. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung
jawab”
22
2.2 Tinjauan Umum Tentang Perjudian
2.2.1 Pengertian Perjudian Secara Yuridis
1. Menurut KUHP
KUHP dalam Pasal 303 ayat 3 menyatakan yang dimaksud
judi ialah permainan yang berdasarkan untung-untungan semata,
misalnya pemasangan nomor pada judi togel dan menebak
nomor mobil. Juga permainan yang berdasarkan kemahiran
disertai pertaruhan, misalnya permainan biliar dengan taruhan.
Dikatakan berjudi pula mereka yang tidak ikut bermain
biliar tapi ikut bertaruh. Demikian juga lomba burung berkicau,
bisa dijadikan media judi. Dari pasal dan ayat ini, pengertian
judi cukup luas.
Pasal 303 KUHP, selain memberikan kriteria judi, juga
memberikan ancaman hukuman bagi mereka yang memberikan
kesempatan dan/atau menawarkan kepada khalayak umum
untuk melakukan judi dan menjadikannya sebagai mata
pencaharian.
Adapun ancaman pidana bagi mereka yang memberikan
fasilitas untuk berjudi dan menjadikannya sebagai mata
pencaharian adalah pidana penjara paling lama sepuluh tahun
atau pidana denda paling banyak Rp 25 juta.
23
Dari ketentuan pasal tersebut dapat ditarik simpulan,
penjual nomor, pengepul, dan bandar semuanya dapat terkena
pidana sebagaimana tersebut dalam Pasal 303.
Perjudian dalam hukum pidana diatur dalam pasal 303
KUHP, bahwa perjudian merupakan perbuatan yang dilarang.
Sedang isi dari pasal 303 KUHP adalah sebagai berikut:
(1) Diancam dengan pidana penjara selama-lamanya sepuluh
tahun atau denda sebanyak-banyaknya dua puluh lima
juta rupiah, barang siapa tanpa mendapat ijin:
Ke 1: Dengan sengaja menawarkan atau memberi
kesempatan untuk permainan judi dan menjadikan
sebagai pencarian, atau dengan sengaja turut serta dalam
suatu perusahaan untuk itu.
Kel 2 : Dengan sengaja menawarkan atau memberi
kesempatan kepada khalayak umum untuk permainan judi
atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk
itu, dengan tidak peduli apakah untuk menggunakan
kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya suatu
tata cara.
Ke 3: Menjadikan turut serta pada permainan judi
sebagai pencaharian. Kalau yang bersalah, melakukan
kejahatan tersebut dalam menjalankan pencariannya,
24
maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencarian
itu.
(2) Yang disebut permainan judi, adalah tiap-tiap permainan,
dimana pada umumnya kemungkinan mendapat
keuntungan tergantung pada peruntungan belaka, juga
karena pemainnya lebih terlatih dan lebih mahir. Disitu
termasuk segala pertaruhan tentang keputusan
perlombaan atau permainan lain-lainnya, yang tidak
diadakan antara mereka yang turut berlomba atau
bermain, demikian juga segala pertaruhannya.
2. Menurut UU No. 7 tahun 1974 tentang Penerbitan Perjudian
Menurut pasal 1 UU No.7 tahun 1974 menyatakan bahwa
semua tindak pidana perjudian sebagai kejahatan. Bahwa pada
hakekatnya perjudian adalah perbuatan bertentangan dengan
agama, kesusilaan, dan moral pancasila, serta membahayakan
bagi penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara. Perjudian adalah penyakit masyarakat yang manunggal
dengan kejahatan yang dalam proses sejarah dari generasi ke
generasi ternyata tidak mudah diberantas.
3. Menurut PP No 9 Tahun 1981 tentang pelaksanaan UU No 7
tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian
Bahwa hakekatnya perjudian bertentangan dengan agama,
kesusilaan dan moral pancasila, serta membahayakan
25
penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Sehingga segala jenis perjudian merupakan tindak pidana
kejahatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 UU No.7 Tahun
1974 tentang Penerbitan Perjudian. Peraturan Pemerintah ini
merupakan pelaksanaan Pasal 3 UU No 7 Tahun 1974 tentang
Penerbitan Perjudian, mengatur tentang larangan pemberian izin
penyelenggaraan segala bentuk dan jenis perjudian, oleh
Pemerintahan Pusat dan Daerah, baik yang diselenggarakan di
kasino, di tempat keramaian maupun yang dikaitkan dengan
alasan lain. Dengan adanya larangan pemberian izin
penyelenggaraan perjudian, dan kebiasaan, sepanjang tidak
merupakan perjudian
2.2.2 Pengertian Perjudian Togel
Togel adalah sebuah permainan judi yang menebak angka yang
akan keluar di pemutar angka keluar misalnya di pengeluaran
Singapore Prize. Kata togel sendiri berasal dari singkatan Toto Gelap
yang berarti judi tebak angka rahasia. Rahasia maksudnya karena
permainan togel ini sangat dilarang oleh pemerintah makanya harus di
rahasiakan supaya tidak ketahuan sama aparat karna bisa-bisa nanti
kalau kedapatan masuk penjara karna terlibat dalama kasus perjudian.
(http://bunuh-kebodohan.blogspot.com/2012/03/apa-itu-
togeldanpengertiantogel.html)
26
Penyebab merajalelanya judi togel dikalangan masyarakat
disebabkan enam faktor, yaitu :
a. Faktor ekonomi
Masalah ekonomi sangat mempengaruhi pola kehidupan
masyarakat, disamping itu juga mempengaruhi cara-cara
kehidupan seseorang karena tekanan ekonomi, orang dapat
menyimpang dari norma-norma yang ada di masyarakat. Seperti
melakukan pencurian, perjudian, dimana tindakan yang
menyimpang itu merupakan suatu tanda kegagalan individu
dalam menyesuaikan diri dengan keadaan dalam masyarakat,
maka dari itu tidaklah mustahil apabila seseorang mendapat
tekanan ekonomi akan berbuat kejahatan. Sulitnya orang
mendapatkan nafkah yang bisa menyebabkan orang berspekulasi
main judi atau karena perbedaan tingkat ekonomi yang
mencolok dimana satu pihak hidup serba kekurangan dalam
penghasilan rendah, keadaan perumahan buruk sedang di lain
pihak orang hidup serba kecukupan dan mewah, keadaan
demikian dapat menimbulkan kejahatan.
Masyarakat yang melakukan tindak pidana perjudian togel
ini adalah masyarakat yang ekonominya dibawah rata-rata.
Untuk makan sehari-hari saja harus berjuang keras. Salah satu
peluang untuk mendapat uang secara cepat ialah melalui judi
togel. Mereka yang menang dalam judi, mendapat imbalan uang
27
yang berkali-kali lipat sesuai dengan sejumlah uang yang
mereka pertaruhkan dalam angka itu. Dengan membeli kupon
judi togel seharga Rp 1,000, Rp 2,000, dan paling besar Rp
5,000 mereka berharap bisa mendapat uang untuk bisa bertahan
hidup. Cara ini dilakulkan untuk menyiasati hidup yang serba
susah karena apa-apa mahal.
b. Faktor Agama
Peranan agama sangat besar dalam membentuk moral dan
kepribadian seseorang. Pada dasarnya semua agama mengajak
dan membimbing manusia pada kebaikan dan kebenaran.
Didalam ajaran agama terkandung nilai-nilai, perintah maupun
larangan yang harus dipatuhi oleh setiap pemeluknya. Agama
merupakan salah satu kontrol sosial yang utama melalui
organisasinya atau organisasi keagamaan, agama itu sendiri
dapat menentukan tingkah laku manusia sesuai dengan nilai
keagamaannya.
c. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan
semakin tinggi pula intelegensinya. Pendidikan yang lebih tinggi
memungkinkan perubahan perilaku dan penalaran seseorang,
sehingga mengerti sebab akibat apa yang akan dilakukannya.
Misalnya seseorang yang pendidikannya tinggi dia akan tahu
bahwa dengan bermain judi maka ia akan tahu akibatnya.
28
d. Faktor budaya.
Masyarakat bawah yang serba kekurangan seperti
kekurangan harta, pendidikan, dan sebagainya, memiliki budaya
instan. Mana saja yang bisa cepat dan dapat membantu
mengatasi kesulitan hidup yang dialami, mereka lakukan. Judi
togel menjanjikan harapan seperti itu. Walaupun dalam
kenyataan, banyak yang semakin terpuruk hidupnya dan
berakibat rumah tangga berantakan, anak tidak sekolah, selalu
ribut akibat tekanan ekonomi dan karena sudah tidak
tahan, akhirnya cerai dan bahkan ada yang bunuh diri.
e. Faktor sosial.
Masyarakat selalu melihat lingkungan sosial. Kalau
lingkungan masyarakat suka main judi, dan masyarakat tidak
mempersoalkan, maka yang lain ikut-ikutan. Inilah yang disebut
“teori imitasi”. Mereka mengikuti lingkungan sosial yang
dominan dalam kehidupan sehari-hari.
f. Lingkungan Keluarga
Keluarga memiliki pengaruh yang kuat dalam
pembentukan kepribaian seseorang. Disinilah seseorang lahir
dan dibesarkan, serta mempelajari hal-hal baru dan mengambil
model anggota keluarganya yang dianggap punya teladan untuk
dicontoh. Apabila anggota keluarga yang diambil itu teladannya
itu berbuat menyimpang, maka dipastikan akan berpengaruh
29
juga pada diri seseorang itu apabila didukung dari
tendensi dari diri seseorang tersebut.
(http://musniumar.wordpress.com/2012/06/22/mengapa-judi-
merajaleladimasyarakat-bawah/)
Pada hakikatnya perjudian adalah bertentangan dengan agama,
kesusilaan dan moral Pancasila serta membahayakan masyarakat,
bangsa dan negara dan ditinjau dari kepentingan nasional. Perjudian
mempunyai dampak yang negatif merugikan moral dan mental
masyarakat terutama generasi muda. Di satu pihak judi adalah
merupakan problem sosial yang sulit ditanggulangi dan timbulnya judi
tersebut sudah ada sejak adanya peradaban manusia. Judi atau
permainan “judi” atau “perjudian” menurut Kamus besar Bahasa
Indonesia adalah “Permainan dengan memakai uang sebagai taruhan”.
Berjudi ialah “Mempertaruhkan sejumlah uang atau harta dalam
permainan tebakan berdasarkan kebetulan, dengan tujuan
mendapatkan sejumlah uang atau harta yang lebih besar daripada
jumlah uang atau harta semula”. (Poerwadarminta, 1995: 419)
Perjudian adalah suatu permainan dimana pemain bertaruh
untuk memilih satu pilihan diantara beberapa pilihan dimana hanya
satu pilihan saja yang benar dan menjadi pemenang. Pemain yang
kalah taruhanakan memberikan taruhannya kepada si pemenang.
Peraturan dan jumlah taruhan ditentukan sebelum pertandingan
dimulai (Wirjono Prodjodikoro, 1974:134-135).
30
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 303 ayat (3)
mengartikan judi adalah tiap-tiap permainan yang mendasarkan
pengharapan buat menang pada umumnya bergantung kepada untung-
untungan saja dan juga kalau pengharapan itu jadi bertambah besar
karena kepintaran dan kebiasaan permainan. Termasuk juga main judi
adalah pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain
yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau bermain
itu, demikian juga segala permainan lainlainnya. Bila melihat Pasal
303 ayat (3) dapat dipersepsikan bahwa unsur utama dari judi adalah
„‟untung-untungan‟‟ yang juga ada pakar menyebut „‟tergantung
nasib‟‟ (Leden Marpaung, 1996: 82). Pada sebagian besar jenis
perjudian di dunia memiliki peraturan persis seperti yang telah
dijelaskan di atas. Namun banyak juga jenis perjudian yang memliki
peraturan tersendiri namun intinya sama, yang kalah kehilangan uang,
yang menang mendapat uang. Pada beberapa perjudian, terdapat
seseorang yang menjadi Bandar Judi. Setiap pemain bertaruh pada
Bandar, jika kalah uang akan mengalir ke tangan Bandar namun jika
menang Bandar akan mengalirkan sejumlah uang yang telah dilipat
gandakan kepada pemenang
Togel singkatan dari totohan gelap. Togel adalah salah satu
bentuk perjudian yang telah banyak di kenal masyarakat Indonesia
khususnya pada kalangan menengah bawah. Menurut bahasa totohan
berarti taruhan dan gelap berarti setiap komponen dari aktifitas
31
taruhan ini adalah komponen dalam masyarakat. Hal tersebut dapat
diartikan setiap aktifisnya merupakan anggota masyarakat, sedangkan
kegiatan perjudiannya umumnya dilakukan di pelataran rumah salah
seorang warga, bahkan di belakang rumah atau di kebun rumah. Togel
biasanya di lakukan dengan membeli sebuah nomor yang sebelumnya
sudah di prediksi oleh orang jika nomor tersebut lah yang nantinya
akan keluar atau menang serta orang yang memenangkan nomor hasil
tafsirannya tersebut, ia akan mendapatkan uang yang sudah dijanjikan
oleh si penjual togel. (Roni Permana, aktifitas permainan judi togel,
http://www.scribd.com diakses tanggal 31 Oktober 2011 jam 16.00)
Togel mulai marak di Indonesia kira-kira sejak Tahun 2000-an.
Jenis perjudian ini sangat diminati oleh semua kalangan, tua muda,
anak – anak dewasa, karena perjuadian ini mengeluarkan modal yang
relatif murah namun bila menang akan mendapat uang yang berlipat
ganda. Selain itu karena togel ini sudah merakyat, banyak para penjual
togel berkeliaran di sekitar kita dan mempermudah para pembeli yang
ingin memasang taruhannya.Dengan kemudahan dan harga yang
minimal murah, jenis perjuadian ini sangat populer di Indonesia.
(Ricky Aditiya Fandi, judi dan togel di tinjau dari sosiologi,
http://www.rickyaf.co.cc tgl 26 Oktober 2011 jam 22.00)
2.2.3 Ancaman Pidana Perjudian Togel
Ancaman pidana dalam permainan judi togel telah diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 303 bis, sebagai berikut:
32
1. Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau
denda paling banyak sepuluh juta rupiah :
a. Barang siapa menggunakan kesempatan main judi, yang
diadakan dengan melanggar ketentuan pasal 303.
b. Barang siapa ikut serta main judi di jalan umum atau di pinggir
jalan umum atau di tempat yang dapat dikunjungi umum,
kecuali kalau ada izin dari penguasa yang berwenang yang
telah member izin untuk mengadakan perjudian itu.
c. Jika ketika melakukan pelanggaran belum lewat dua tahun
sejak ada pemidanaan yang menjadi tetap karena dari salah satu
pelanggaran ini, dapat dikenakan pidana penjara paling lama
enam tahun atau pidana denda paling banyak lima belas juta
rupiah. (Pasal 303 bis Kitab Undang-Undang Hukum Pidana)
2.2.4 Sifat, Bentuk dan Ciri-ciri Perjudian Togel
Perjudian togel ini umumnya menggunakan kupon sebagai alat
peredarannya yang baru dapat diperoleh apabila orang membelinya
langsung pada pengecer ataupun langsung pada pusat penjual togel itu
sendiri. Sehingga terdapat interaksi secara nyata dan langsung antara
penjual dan pembeli kupon togel. Di dalam jaringan togel Indonesia,
terdapat Bandar besar yang berpusat di Singapura namun juga banyak
sekali bandar-bandar kecil atau biasa disebut penjual togel berkeliaran
di sekitar kita. Dalam jaringannya, bandar-bandar akan terbagi
menurut wilayahnya, bandar di desa-desa, Bandar di kota, provinsi,
33
hingga sampai ke bandar pusat. ( Darwi Kadir, Togel Judi Klasik yang
Selalu Mewabah, http://sosbud.kompasiana.com tgl 26 Oktober 2011
jam 22.00 )
2.2.5 Penyebab dan Akibat Terjadinya Perjudian Togel
1. Penyebab terjadinya perjudian togel
Hampir semua masyarakat berpikiran bahwa kemiskinan
ialah satusatunya penyebab maraknya perjudian.Memang benar,
kemiskinan lah yang menjadi penyebab utama maraknya
perjudian.Atas dasar kemiskinan itu banyak orang berkeinginan
untuk berjudi, mendapatkan uang dengan hanya duduk dan
bermain kartu.Namun selain itu juga banyak penyebab lainnya
yang membuat perjudian semakin marak. Tipisnya keimanan dan
kondisi psikis seseorang juga merupakan penyebabnya.Jika
kondisi psikis seseorang dalam keadaan kacau, kemungkinan
besar untuk mengatasi rasa kacau tersebut dituntaskan dengan
bermain judi.Keadaan kacau tersebut bisa disebabkan oleh banyak
masalah seperti PHK, perceraian, hutang dan sebagainya.
Tipisnya rasa iman membuat seseorang tidak punya pegangan
hidup, dia tidak takut akan berbuat dosa. Sehingga seseorang
tersebut akan mudah untuk bermain judi tanpa adanya rasa takut
akan tuhan. (Dimaslova‟S blog, karya ilmiah upaya
penanggulangan, http://dimaslova.wordpress.com diakses pada
tanggal 26 Oktober 2011 jam 22.00)
34
2. Akibat terjadinya perjudian
a. Beberapa orang akan menjadi ketagihan. Mereka tidak dapat
berhenti berjudi, dan kehilangan banyak uang.
b. Kadang-kadang judi tidaklah adil. Jika anda menang atau kalah,
anda harus membayar sejumlah uang.
Dari beberapa masalah dalam perjudian di atas, timbul banyak
masalah pada berbagai bidang kehidupan salah satunya bidang
ekonomi, antara lain : Karena ketagihan dan tidak punya uang,
biasanya penjudi berbuat nekat demi mendapat uang kembali seperti
mencuri, merampok. Ini merupakan tindakan criminal. Selain itu
faktor lain karena terus-terusan kalah judi, penjudi banyak kehilangan
uang sehingga dapat mengakibatkan kemiskinan. Pada bidang
psikologis, besar kemungkinan penjudi yang kalah main akan
mengalami stress ataupun kegilaan karena telah banyak kehilangan
uang. Pada bidang biologis, perjuadian membuat para penjudi
memiliki daya tahan tubuh yang lemah.Ini dikarenakan biasanya
perjudian dilakukan pada malam hari hingga pagi hari. Seseorang
yang terlalu banyak menghirup udara malam, sangatlah tidak baik
bagi kesehatan. Di bidang kebudayaan perjudian membuat penjudi
menjadi malas bekerja sehingga tidak dapat menghidupi dirinya dan
keluargnya.Selain itu agama juga melarang perjudian. (Ricky Aditiya
Fandi, judi dan togel di tinjau dari sosiologi, http://www.rickyaf.co.cc
tgl 26 Oktober 2011 jam 22.00)
35
Berbagai macam bentuk permainan judi yang ada, maka makin
beraneka pula hadiah yang ditawarkan kepada para pemain judi
dengan jumlah yang tidak sedikit. Sehingga tidak mengherankan jika
para pemain menyukai permainan judi. Hal ini dapat dilihat dalam
tabel dibawah ini yang menerangkan tentang jumlah kasus tindak
pidana perjudian yang terungkap di Polsek Limboto Barat selama
tahun 2012.
Tabel 1
Data Pengungkapan Kasus Perjudian Toto Gelap
Polsek Limboto Barat Tahun 2012
Bulan Jumlah Kasus
Perjudian Seluruhnya Perjudian Togel Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
3 2 3 1 1 0 3 0 3 2 3 4
1 0 2 0 0 0 1 0 1 1 1 2
Total 25 9
Sumber: Data Sekunder, diolah, 2013
2.3 Tindak Pidana Perjudian
2.3.1 Pengertian Tindak Pidana
Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP) dikenal dengan istilah stratbaar feit dan dalam
kepustakaan tentang hukum pidana sering mempergunakan istilah
delik, sedangkan pembuat undang-undang merumuskan suatu undang-
36
undang mempergunakan istilah peristiwa pidana atau perbuatan
pidana atau tindak pidana. Tindak pidana merupakan suatu istilah
yang mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum, sebagai
istilah yang dibentuk dengan kesadaran dalam memberikan ciri
tertentu pada peristiwa hukum pidana. Tindak pidana mempunyai
pengertian yang abstrak dari peristiwa-peristiwa yang kongkrit dalam
lapangan hukum pidana, sehingga tindak pidana haruslah diberikan
arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk dapat
memisahkan dengan istilah yang dipakai sehari-hari dalam kehidupan
masyarakat
Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam
dengan pidana ( kepada barang siapa yang melanggar larangan
tersebut ), untuk singkatnya kita namakan perbuatan pidana atau delik
( Moeljanto, 1998:2)
Jadi berdasarkan pendapat tersebut di atas pengertian dari tindak
pidana yang dimaksud adalah bahwa perbuatan pidana atau tindak
pidana senantiasa merupakan suatu perbuatan yang tidak sesuai atau
melanggar suatu aturan hukum atau perbuatan yang dilarang oleh
aturan hukum yang disertai dengan sanksi pidana yang mana aturan
tersebut ditujukan kepada perbuatan sedangkan ancamannya atau
sanksi pidananya ditujukan kepada orang yang melakukan atau orang
yang menimbulkan kejadian tersebut.
Dalam hal ini maka terhadap setiap orang yang melanggar
aturan-aturan hukum yang berlaku, dengan demikian dapat dikatakan
terhadap orang tersebut sebagai pelaku perbuatan pidana atau pelaku
tindak pidana. Akan tetapi haruslah diingat bahwa aturan larangan dan
37
ancaman mempunyai hubungan yang erat, oleh karenanya antara
kejadian dengan orang yang menimbulkan kejadian juga mempunyai
hubungan yang erat pula.
Kata-kata hukum Pidana merupakan kata-kata yang mempunyai
lebih daripada satu pengertian, maka dapat di mengerti bahwa tidak
ada satupun rumusan-rumusan yang ada,yang dapat dianggap sebagai
rumusan yang sempurna yang dapat diberlakukan secara umum. Jadi
pengertian mengenai Hukum Pidana tidak ada yang dianggap benar
sebagai acuan secara umum. Tetapi menurut Profesor Muljatno
menyatakan bahwa tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh
suatu aturan hukum, yang bilamana larangan tersebut tidak dipatuhi
maka dapat dikenai sanksi berupa sanksi pidana. Dengan kata lain,
kata straafbaarfeit diartikan sebagai bentuk perbuatan pidana adalah
perbuatan manusia yang tidak dibenarkan secara hukum dan
dikenakan sanksi bagi para pelanggarnya.
Penggunaan hukum pidana di Indonesia mulai dipergunakan
pada zaman pendudukan jepang utuk pengertian strafrecht, dari
Bahasa Belanda. Walaupun istilah ini terdapat dalam WvS Belanda
atau Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, tetapi tidak ada
penjelasan resmi tentang apa yang dimaksud dengan tindak pidana
tersebut.
2.3.2 Unsur-Unsur Hukum Pidana
Menurut Moeljatno (1998:2) tindak pidana adalah perbuatan
yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan dengan mana disertai
ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang
38
melanggar larangan tersebut. Perbuatan yang di larang tersebut apabila
dilanggar, maka pelaku pelanggaran tindak pidana tersebut dapat
dikenai sanksi.
Didalam menjatuhi sanksi terhadap pelaku tindak pidana, maka
sangat diperlukan unsur-unsur dari tindak pidana tersebut. Apabila
unsur-unsur tindak pidana tersebut terpenuhi maka pelaku tindak
pidana dapat di jatuhi hukuman pidana.
Didalam pandangan KUHP yang dapat menjadi subjek tindak
pidana adalah manusia sebagai oknum. Ini mudah terlihat pada
perumusan-perumusan dari tindak pidana dalam KUHP, yang
menampakkan daya berpikir sebagai syarat bagi objek tindak pidana
itu.
Secara garis besar unsur-unsur dari tindak pidana didalam
KUHP dapat dibedakan memnjadi dua bagian. Pembedaan tersebut
adalah unsur-unsur yang bersifat subjektif dan dan unsur-unsur yang
bersifat objektif.
Adapun Unsur-unsur yang bersifat subjektif adalah unsur- unsur
yang melekat pada diri sipelaku atau berhubungan dengan si pelaku,
dan termasuk kedalamnya yaitu segala yang terkandung didalam
hatinya. Jadi unsur-unsur yang bersifat subjektif lebih bersifat apa
yang ada pada diri pelaku.
Sedangkan unsur-unsur yang bersifat objektif adalah unsur-
unsur yang hubunganya dengan keadaan-keadaan, yaitu di dalam
39
keadaan-keadaan dimana tindakkan-tindakkan dari si pelaku itu harus
dilakukan.
Selain unsur tersebut diatas, unsur-unsur tindak pidana dapat
dibedakan atas unsur- unsur formal dan unsur-unsur materiil. Unsur
formal meliputi :
a. Perbuatan manusia, yaitu perbuatan dalam arti luas, artinya tidak
berbuat yang termasuk perbuatan dan dilakukan oleh manusia.
b. Melanggar peraturan pidana. dalam artian bahwa sesuatu akan
dihukum apabila sudah ada peraturan pidana sebelumnya yang
telah mengatur perbuatan tersebut, jadi hakim tidak dapat
menuduh suatu kejahatan yang telah dilakukan dengan suatu
peraturan pidana, maka tidak ada tindak pidana.
c. Diancam dengan hukuman, hal ini bermaksud bahwa KUHP
mengatur tentang hukuman yang berbeda berdasarkan tindak
pidana yang telah dilakukan.
d. Dilakukan oleh orang yang bersalah, dimana unsur-unsur
kesalahan yaitu harus ada kehendak, keinginan atau kemauan dari
orang yang melakukan tindak pidana serta orang tersebut berbuat
sesuatu dengan sengaja, mengetahui dan sadar sebelumnya
terhadap akibat perbuatannya. Kesalahan dalam arti sempit dapat
diartikan kesalahan yang disebabkan karena si pembuat kurang
memperhatikan akibat yang tidak dikehendaki oleh undang-
undang.
40
e. Pertanggungjawaban yang menentukan bahwa orang yang tidak
sehat ingatannya tidak dapat diminta pertanggungjawabannya.
Dasar dari pertanggungjawaban seseorang terletak dalam keadaan
jiwanya.
Unsur material dari tindak pidana bersifat bertentangan dengan
hukum, yaitu harus benar-benar dirasakan oleh masyarakat sehingga
perbuatan yang tidak patut dilakukan. Jadi meskipun perbuatan itu
memenuhi rumusan undang-undang, tetapi apabila tidak bersifat
melawan hukum, maka perbuatan itu bukan merupakan suatu tindak
pidana.
Unsur-unsur pidana secara teoritisi menurut Moeljatno dibagi
atas tiga adalah:
a. Perbuatan
b. Yang dilarang (oleh aturan hukum)
c. Ancaman pidana ( bagi yang melanggar larangan)
Unsur tindak pidana menurut KUHP, di ketahui ada delapan
unsur tindak pidana yaitu:
a. Unsur tingkah laku
b. Unsur melawan hukum
c. Unsur kesalahan
d. Unsur akibat konstitutf
e. Unsur keadaan yang menyertai
f. Unsur syarat tambahan yang dapat dituntut pidana
41
g. Unsur tambahan untuk memperberat pidana
h. Unsur syarat tambahan untuk dpatnya di pidana
2.3.3 Tindak Pidana Perjudian
1. Perjudian Menurut KUHP
Tindak pidana perjudian dalam KUHP diatur dalam Pasal
303 KUHP yaitu, yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap
permainan, di mana pada umumnya kemungkinan mendapat
untung tergantung pada peruntungan belaka, juga karena
permainannya lebih terlatih atau lebih mahir. Di situ termasuk
segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan
lain-lainnya, yang diadakan antara mereka yang turut berlomba
atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya, sesuai
dengan jenis-jenis tindak pidana, perjudian merupakan suatu
tindak pidana dolus yaitu tindak pidana yang dilakukan dengan
sengaja karena perjudian tidak ada unsur kealpaan atau tidak
sengaja, mereka yang melakukan perjudian adalah dengan sadar
dan mengetahui dengan nyata dan jelas bahwa ia sedang
melakukan judi.
Unsur-unsur tindak pidana perjudian menurut pasal 303 ayat (3)
adalah sebagai berikut:
a. Ada perbuatan
Yang dimaksud perbuatan disini adalah setiap perbuatan
dalam suatu permainan baik secara langsung dilakukan
42
sendiri, seperti main domino, kartu remi, sabung ayam
maupun permainan lain yang tidak diadakan oleh mereka
yang turut bermain atau berlomba, seperti sepak bola.
b. Bersifat untung-untungan
Untung-untungan disini maksudnya adalah pengharapan
untuk menang pada umumnya tergantung pada untung-
untungan atau hanya menggantungkan pada nasib saja dan
juga kalau kemenangan itu dapat diperoleh karena
kepintaran dan kebiasaan pemain
c. Dengan mempertaruhkan uang atau barang
Setiap permainan baik yang dilakukan sendiri maupun yang
tidak diadakan oleh mereka yang turut bermain atau
berlomba, yang dipakai sarana guna mempertaruhkan uang
atau barang
d. Melawan hukum
Setiap permainan judi harus mendapat izin terlebih dahulu
dari pejabat yang berwenang dan apabila suatu permainan
telah mendapatkan ijin, permainan judi tersebut bukan suatu
tindak pidana. Dan sebaliknya apabila permainan judi tanpa
adanya ijin dari pejabat yang berwenang, maka permainan
ini termasuk tindak pidana, karena merupakan suatu
pelanggaran atas hukum pidana atau dengan kata lain adalah
perbuatan yang melawan hukum.
43
2. Perjudian Togel
Togel (toto gelap) merupakan salah satu jenis permainan
judi yang paling marak dan populer di Indonesia. Judi ini mirip
dengan Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah (SDSB) yang
pernah mendapat izin dari pemerintah pada tahun 1986, kemudian
secara resmi ditutup dan dilarang pada awal tahun 1990. Togel
atau totoan ( berasal dari bahasa Jawa berarti judi ) gelap
walaupun bersifat tidak resmi dan sembunyi-sembunyi, namun
pengelolaannya dilakukan secara modern dengan agen yang
tersebar di seluruh negeri.
Realitanya yang terjadi di masyarakat, unsur-unsur
perjudian togel yang ada di masyarakat sama dengan yang
tercantum dalam KUHP yaitu:
1) Ada perbuatan
Perbuatan yang dilakukan dalam masyarakat adalah judi togel
yang menggunakan kupon putih yang berisi angka-angka.
2) Bersifat untung-untungan
Untung-untungan merupakan sesuatu tidak pasti tergantung
dari angka-angka yang dipertaruhkan dalam kupon putih.
3) Dengan mempertaruhkan uang atau barang
Permainan judi togel menggunakan uang untuk dipergunakan
membeli kupon putih sebagai taruhannya.
44
4) Melawan hukum
Perjudian Togel yang ada di masyarakat umumnya tidak
mendapat ijin dari pejabat berwenang oleh karena itu
perjudian togel bersifat melawan hukum
2.4 Teori Upaya Penanggulangan Kejahatan Perjudian Togel
Dalam usaha pencegahan dan penanggulangan tindak pidana
perjudian, maka diadakan usaha yang positif. Sehubungan dengan
pemikiran itu, maka dalam rangka mengubah perilaku tersebut kita harus
mengubah lingkungan (abstrak dan konkrit) dengan mengurangi hal-hal
yang mendukung perbuatan perjudian togel. Usaha pencegahannya itu
bergantung pada dua aspek perbaikan lingkungan tersebut, terutama yang
pertama adalah ilmu pengetahuan dan teknologi sehubungan dengan
perilaku akan dikembangkan sampai suatu titik di mana perilaku
menyimpang yang utama dapat diawasi. Nilai yang sesungguhnya dari ilmu
pengetahuan tadi adalah apabila ia dapat mendesain suatu lingkungan
dimana orang dapat berkembang sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi
perilaku yang menyimpang (dikuatkan).
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan cara:
1. Preventif
Cara ini diarahkan kepada usaha pencegahan terhadap kejahatan
yang pertama kali akan dilakukan oleh seseorang. Upaya ini dilakukan
dengan cara menyesuaikan cara pencegahan dengan jenis kejahatan dan
penyebab kejahatan yang mendorong terjadinya kejahatan. Misalnya
45
wajib kunjung yang dilakukan oleh aparat penegak hukum untuk
memberikan informasi dan memberikan penyuluhan.
Strategi pencegahan kejahatan haruslah lebih bersifat teoritis
praktis, maka beberapa para ahli memutuskan untuk membagi
pencegahan kejahatan ke dalam tiga pendekatan yaitu:
a. Pencegahan kejahatan melalui pendekatan social biasa disebut
sebagai Social Crime Prevention, segala kegiatannya bertujuan untuk
menumpas akar penyebab kejahatan dan kesempatan individu untuk
melakukan pelanggaran. Yang menjadi sasarannya adalah baik
populasi umum (masyarakat) maupun kelompok-kelompok yang
secara khusus mempunyai resiko tinggi untuk melakukan
pelanggaran.
b. Pencegahan kejahatan melalui pendekatan situasional biasanya
disebut sebagai Situational Crime Prevention, perhatian utamanya
adalah mengurangi kesempatan seseorang atau kelompok untuk
melakukan pelanggaran.
c. Pencegahan kejahatan melalui pendekatan kemasyarakatan atau
sering disebut sebagai Community based Crime Prevention, segala
langkahnya ditujukan untuk memperbaiki kapasitas masyarakat untuk
mengurangi kejahatan dengan jalan meningkatkan kapasitas mereka
untuk menggunakan kontrol social informal.
46
2. Represif
Dilakukan apabila kejahatan ini sudah terjadi dimasyarakat. Pihak yang
dominan melaksanakan pemberantasan kejahatan itu dalah penegak
hukum, antara lain kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. Disamping
untuk memberantas kejahatan yang terjadi di masyarakat, upaya ini juga
diarahkan pada pelaku kejahatan tersebut, sehingga masyarakat menjadi
aman. Misalnya memberikan sosialisasi tentang kesadaran hukum
kepada para pelaku kejahatan.
3. Reformatif
Suatu cara yang ditujukan kepada pengurangan jumlah orang yang
melakukan kejahtan. Ada dua upaya penanggulangan yang bersifat
reformatif.
a. Reformatif dinamis
Upaya dinamis bekaitan dengan cara bagaimana merubah
penjahat dari pada kebiasaan yang tidak baik.
b. Reformatif klinis
Upaya klinis berkaitan dengan pengobatan pelaku kejahatan
yang disesuaikan dengan jenis dan sebab kejahatannya.
Top Related