8
8
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran mempunyai peran penting dalam proses
pembelajaran. (Sadiman, 2008: 7) menjelaskan media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim
ke penerima pesan. Dengan kata lain media pembelajaran digunakan untuk
mempermudah proses pembelajaran. Media pembelajaran sebagai salah satu
komponen penunjang pembelajaran agar siswa lebih maksimal dalam
menerima materi dan sebagai sarana untuk mempermudah guru dalam
menyampaikan materi kepada siswa. Sedangkan menurut (Erwin, 2015: 20)
Media pembelajaran adalah sarana untuk menyampaikan pesan dari sumber
kepada sasaran pembelajaran yang dalam hal ini adalah siswa. Berdasarkan
pengertian media diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian media adalah
alat bantu yang bisa digunakan dalam proses penyampaian materi saat
pembelajaran dari narasumber (guru) kepada penerima informasi (siswa) guna
mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran.
2.1.2 Fungsi Media
Fungsi media dalam pembelajaran adalah sebagai sarana pendukung dalam
penyampaian materi pembelajaran. Menurut (Sadiman, 2008: 8)
mengemukakan fungsi atau kegunaan media pembelajaran sebagai berikut
9
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu besifat verbalistis atau
ceramah. Setiap siswa mempunyai cara untuk memahami setiap materi yang
disampaikan oleh guru. Dengan adanya media siswa akan dipermudah untuk
proses penyerapan materi.
2. Mengatasi keterbatasan waktu maupun obyek yang sulit dijangkau dalam
proses pembelajaran. misalnya objek yang terlalu besar, gerakan yang terlalu
cepat dan peristiwa yang terjadi pada masa lalu.
3. Mengatasi sikap pasif siswa pada saat pembelajaran. media bisa membantu
meningkatkan gairah belajar dan iterksi dengan lingkungan tempat belajar
siswa.
4. Media dapat memberikan perangsang yang sama sehingga persepsi dari siswa
yang berbeda-beda sebelumnya menjadi sama setelah memperoleh
pengalamaan belajar dari media.
Media pembelajaran mempunyai fungsi yang positif bagi siswa dan dapat
mengembangkan rasa ingin tahu siswa kepada materi pembelajaran. Menurut
(Mudlofir&Evi, 2017: 133) media pembelajaran berfungsi sebagai pembawa
informasi dan sarana untuk mengatasi hambatan proses pembelajaran sehingga
informasi yang disampaikan dapat diterima secara efektif dan efisien. Disisi
lain media dapat membantu guru dalam pengelolaan kelas yang lebih efektif
dan dapat mencapai tujuan pembelajaran. Jadi kedudukan media dalam
komponen pembelajaran adalah sebagi saran untuk meningkatkan kompetensi
belajar siswa melalui interaksi siswa dengan guru serta interaksi siswa dengan
lingkungan belajarnya.
10
2.1.3 Penggolongan Media
Penggolongan media dapat dipandang dari sudut pandang yang berbeda
sesuai dengan karakter media tersebut. (Asyhar, 2012: 46), mengelompokkan
media berdasarkan ciri fisiknya, dari segi unsur pokoknya, dan segi
penggunaan media tersebut. Adapun jabarannya adalah sebagai berikut:
a. Pengelompokan Berdasarkan Ciri Fisik
Berdasar ciri fisik dari media, media dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
1. Media Pembelajaran Dua Dimensi
Media dua dimensi adalah media yang tampilannya dapat diamati dari satu
sudut pandang saja atau sisi datarnya. misalnya foto, grafik, peta, gambar,
bagan, dan lainnya.
2. Media Pembelajaran Tiga Dimensi
Media tiga dimensi adalah media yang tampilannya dapat diamati dari arah
pandang mana pun dapat diamati bentuknya secara keseluruhan (volume yang
terdiri dari dimensi panjang, lebar, dan tinggi). Media yang termasuk dalam
kelompok ini adalah model, prototipe, bola, buah, perabotan, diorama, dan
lainnya.
3. Media Pandang Diam
Media Pandang Diam adalah media yang menggunakan media proyeksi tetapi
hanya untuk menampilkan gambar diam di layar, misalnya foto, tulisan,
gambar, dan biasa disebut still picture.
11
4. Media Pandang Gerak
Media ini disebut juga motion picture, yaitu menggunakan media proyeksi
untuk menampilkan gambar bergerak dilayar, termasuk televisi, film, atau
video recorder.
Dari pengelompokan media berdasarkan ciri fisik tersebut, media
Pandiwara termasuk kedalam media pembelajaran 3 dimensi. Hal ini
dikarenakan media Pandiwara adalah media yang dapat diamati dari arah
manapun, media Pandiwara juga memiliki volume (panjang, lebar, tinggi).
b. Pengelompokan Berdasarkan Unsur Pokoknya
Berdasarkan unsur pokok alat indra yang digunakan untuk memahami media,
media pembelajaran diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Kelompok Media Audio
Media ini hanya bisa didengar, yang termasuk dalam kelompok ini adalah
radio, rekaman suara, dan tape recorder.
2. Kelompok Media Visual
Media ini hanya bisa dilihat atau diamati dengan indra penglihatan, yang
termasuk dalam kelompok visual adalah gambar, foto, tulisan, dan model.
3. Kelompok Media Audio-visual
Media ini dapat didengar dan dilihat, yang termasuk dalam kelompok audio-
visual adalah video, televisi, dan film.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 jenis media
berdasarkan unsur pokoknya yaitu media audio, media visual dan media audio
visual. Dari ketiga jenis media tersebut media Pandiwara termasuk kedalam
12
media audio visual, karena media Pandiwara bisa dilihat dan juga
didengarkan.
c. Pengelompokan media menurut Anderson (Sanjaya, 2008: 213) dalam tabel
berikut:
1. Audio: Pita audio (rol atau kaset), piringan audio, radio (rekaman siaran)
2. Cetak: Buku teks terprogram, buku pegangan/ manual, buku tugas
3. Audio-Cetak: Buku latihan dilengkapi kaset, gambar dilengkapi audio
4. Proyek visual diam: Film bingkai (slide), film rangkai (berisi pesan verbal)
5. Proyek visual diam dengan audio: Film bingkai (slide) suara, film rangkai suara
6. Visual Gerak: Film bisu dengan judul (caption)
7. Visual Gerak dengan Audio: VCD/ DVD
8. Benda: Benda nyata, model tiruan (mock up)
9. Komputer: Media berbasis komputer, CAI (Computer Assisted Instructional)
dan CMI (Computer Managed Instructional).
Dari kesembilan jenis media tersebut media Pandiwara termasuk kedalam
jenis media nomor 8, yaitu model tiruan. Media Pandiwara merupakan model
tiruan dar panggung teater yang di modifikasi sedemikian rupa sehingga dapat
diterapkan pada pembelajaran di kelas.
2.1.4 Pengertian Media Tiga Dimensi
Salah satu jenis media dalam pengelompokan jenis media diatas adalah
media tiga dimensi. Menurut (Sudjana, 2011: 101) media tiga dimensi adalah
suatu alat peraga yang mempunyai panjang, lebar, serta tinggi dan dapat
diamati dari sudut pandang mana saja. Sejalan dengan pengertian tersebut,
(Rondhi & Sumartono, 2011: 13) media tiga dimensi adalah karya seni rupa
13
yang mempunyai lebar, panjang, dan tinggi atau karya seni yang memiliki
volume dan menempati ruang.
Berdasarkan pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa media tiga
dimensi merupakan media yang dapat diraba, tampilannya dapat diamati dari
arah pandang mana pun dapat diamati bentuknya secara keseluruhan (panjang,
lebar, dan tinggi atau yang mempunyai volume dan menempati ruang).
Berdasarkan uraian penggolongan jenis media dan fungsi media. Media
Pandiwara memiliki unsur visualisasi dan 3 dimensi. Media Pandiwara
mempunyai unsur yang dapat dilihat serta dapat dioperasikan secara langsung,
serta dapat diamati dari semua sisi.
2.1.5 Karakteristik Media Pembelajaran 3 Dimensi
Karakteristik media dapat dilihat dari kemampuan membangkitkan
rangsangan indra penglihatan, pendengaran, perabaan atau kesesuainnya
dengan tingkat hirarki belajar. (Asrotun, 2014: 17) mengemukakan
karakteristik media tiga dimensi adalah sebagai berikut:
a. Penggunaanya praktis dan tidak memerlukan banyak proses
b. Menyajikan materi secara terpadu, dengan kata lain mudah untuk dipahami
oleh siswa.
c. Melibatkan siswa dalam penggunaannya
d. Penyampaian materi dapat dilakukan secara serentak
e. Mengatasi ruang, waktu dan indera
Berdasarkan uraian diatas karakteristik media Pandiwara sudah termasuk
kedalam karakterisitk media 3 dimensi. Media Pandiwara adalah media yang
bisa mencakup kelima karakteristik media 3 dimensi tersebut.
14
2.1.6 Jenis Media 3 Dimensi
Terdapat jenis media 3 dimensi yang dipergunakan secara umum dalam proses
pembelajaran menurut (Nana&Rivai, 2017: 156) jenis media 3 dimensi yaitu:
a. Model padat
Model padat biasanya memperlihatkan bagian permukaan luar dari objek,
gagasan utamanya adalah dari sgi warna, bentuk dan susunannya.
b. Model Penampang (cutway)
Model ini memperlihatkan bagaimana sebuah objek itu tampak apabila bagian
permukaan diangkat susunan dalam dari model ini juga akan terlihat.
c. Model susun
Model susunan terdiri dari beberapa bagian objek yang lengkap, atau
setidaknya suatu bagian penting dari objek
d. Model kerja
Model ini merupaan tiruan dari suatu objek yang memperlihatkan bagian luar
dari objek asli dan memiliki komponen dari benda-benda sesungguhnya.
e. Mock-ups
Mock-ups adalah penyederhanaan dari susunan bagian yang dianggap terlalu
rumit atau tidak mungkin untuk dihadirkan dalam pembelajaran di ruang
kelas. Contoh dari mock-ups adalah alat simulasi rambu lalu lintas.
f. Diorama
Diorama adalah sebuah pemandangan 3 dimensi mini yang bertujuan untuk
menggambarkan kondisi sebenarnya.
Dari keenam jenis media tersebut, dapat disimpulkan bahwa media
Pandiwara merupakan jenis Mock-Ups. Media Pandiwara tergolong kedalam
15
jenis ini karena merupakan bentuk penyederhanaan dari suatu hal yang rumit
dan tidak mungkin dapat di hadirkan langsung dalam pembelajaran di kelas.
2.1.7 Pandiwara (Panggung Sandiwara)
Media Pandiwara merupakan media 3 demensi yang tergolong kedalam
jenis diorama. Diorama adalah gabungan antara model dengan gambar
prespektif 3 dimensi dalam satu penampilan utuh yang seakan dbuat dengan
kondisi sebenarnya (Kustandi&Sdjipto 2013: 50). Cara penggunaanya media
pandiwara adalah dengan menjalankan sebuah skenario yang telah dibuat
sebelumnya. Pada skenario tentunya harus sesuai dengan tema dan materi
yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
Pandiwara adalah media berbentuk balok berbahan dasar kayu yang
dirangkai sedemikian rupa dengan panjang 70 cm, lebar 40 cm, tinggi 30 cm.
Bagian atas dan depannya dibuat terbuka agar bisa dilihat dan diamati secara
langsung, bagian atas yang terbuka dipasangi benang nilon yang nantinya akan
di gunakan untuk mengaitkan tokoh berupa boneka yang dibuat dari origami.
Sehingga dapat dikatakan media Pandiwara ini sebagai sebuah miniatur
pertunjukan. Media ini juga mendukung proses belajar siswa dalam
memperoleh materi dengan mudah dan menambah pengalaman belajar untuk
siswa. Media Pandiwara tidak memerlukan alat elektronoik melainkan
diperlukan kreativitas dan improvisasi para pemainnya, tetunya dengan
skenario yang telah dibuat sebelumnya. Hal ini mengingat sebagian besar
sekolah dasar di Indonesia belum memiliki alat-alat proyeksi maka media
Pandiwara dapat digunakan sebagai pengganti media yang berbasis elektronik
dan justru lebih menarik minat para siswa karena berbentuk konkret.
16
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa media Pandiwara
merupakan media 3 dimensi jenis diorama yang digunakan dalam proses
pembelajaran yang cara penggunaanya dengan memainkan tokoh karakter
yang ada di dalamnya. Media Pandiwara membuat para pemain (siswa
bertambah pengetahuan dan pengalaman belajarnya.
2.1.8 Rancangan Desain Media Pandiwara
1. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang dipakai untuk membuat media pandiwara antara lain:
a. Peralatan kayu (gergaji, palu, paku, penggaris, pensil sketsa, dan lain-lain)
b. Kuas
c. Cat kayu
d. Kayu 1,5 meter (8 buah)
e. Papan triplek ukuran 1x1 meter (2 buah)
f. Senar
g. Boneka pappercarft
h. Kertas Art Papper
i. Kain flannel
3 Langkah-langkah Pembuatan Media Pandiwara
a. Potong kayu menjadi 8 bagian masing-masing 70 cm (4 buah), 40 cm (4
buah).
b. Rangkai sedemikian rupa sehingga membentuk kerangka balok.
c. Tutup bagian bawah, samping dan belakang pada rangkaian tersebut.
d. Hiasi bagian triplek dengan kain flannel kemudian cat bagian tiang dan bagian
bawah agar kayu tertutupi cat.
17
e. Buat dekorasi dengan menggunakan flannel.
f. Pasang senar pada bagian atas untuk mengaitkan boneka.
g. Pasang boneka yang telah ditempel dengan tongkat kecil dengan mengaitkan
nya pada kawat.
3. Rancangan Media Pandiwara
Gambar 2.1 Rancangan Media Pandiwara
4. Langkah- langkah Penggunaan Media Pandiwara
a. Siswa dibentuk dalam kelompok, Masing-masing kelompok beranggotakan 4
siswa.
b. Siswa akan diberikan sebuah tema, kemudian siswa berdiskusi untuk
membentuk sebuah skenario.
c. Masing-masing kelompok akan maju secara acak yang akan ditunjuk oleh
guru.
d. Guru memerankan 1 boneka yang akan menjadi penengah materi, selanjutnya
4 siswa memerankan boneka susai karakter yang telah mereka tentukan.
e. Siswa secara berkelompok menjalankan media pandiwara yang ada di depan
kelas dengan diamati oleh teman lainnya.
f. Tiap siswa harus bisa memerankan tokoh yang telah mereka tentukan dalam
skenario.
18
g. Siswa lain mangamati temannya yang sedang menjalankan media pandiwara
sambil membuat laporan tentang materi yang telah ditampilkan.
h. Setelah selesai guru dan siswa akan memberikan tanggapan tentang
penampilan kelompok.
2.1.9 Materi Pembelajaran Media Pandiwara
Tema yang terdapat dalam penggunaan media ini mengacu pada
pembelajaran 1 subtema 1 (keberagman budaya bangsaku) tema 1 (indahnya
kebersamaan). Materi yang terdapat pada pembelajaran ini mencakup mata
pelajaran PPKN (menjelaskan macam-macam kebhinekaan), Bahasa Indonesia
(menggali informasi dari suatu kejadian), IPS (menghargai kebhinekaan).
2.1.10 Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang dikemas dalam
satu tema yang mengaitkan materi antar beberpa mata pelajaran. Pembelajran
tematik juga memberikan pengalaman bermakna kepada para siswa (Abdul
Majid, 2014: 80). Pembelajaran tematik sebagai suatu model pembelajaran
termasuk salah satu tipe/jenis dari model pembelajaran terpadu. Istilah
pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006: 5).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
tematik merupakan pembelajaran terpadu yang mengaitkan antar mata
pelajaran. Pembelajaran dikemas dalam tema yang bila diterapkan akan
memberikan pengalaman bermakna bagi para siswa melalui pengalaman
langsung. Siswa akan berperan aktif dalam pembelajaran baik itu berdiskusi,
19
membuat karya, maupun belajar secara mandiri. Hal ini tergantung bagaimana
guru dalam mengkondisikan siswanya agar pembelajaran berjalan efektif dan
bermakna
2.1.11 Tujuan Pembelajaran Tematik
Tematik terpadu memiliki beberapa tujuan, (Kemendikbud, 2013: 193)
sebagai berikut:
1. Memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata
pelajaran dalam tema yang sama.
3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan.
4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan
berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
5. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi
nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran
yang lain.
6. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan
dalam konteks tema yang jelas.
7. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara
terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan
bahkan lebih dan atau pengayaan.
8. Budi pekerti dan moral siswa dapat ditumbuh kembangkan dengan
mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.
20
Berdasarkan tujuan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
tematik dapat membuat perhatian siswa menjadi lebih terfokus pada satu tema
dan bahasan. Selain itu pembelajaran tematik juga membuat pemahaman
siswa tentang materi menjadi lebih mendalam dan konkret karena dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari. Penyamapaian materi dalam pembelajaran
tematik tentunya juga harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan siswa
dimana mereka berada agar siswa lebih mengenal apa yang mereka pelajari.
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian tentang pengembangan media untuk pembelajaran
tematik dengan materi Keberagaman Budaya Bangsa Tema Indahnya
Kebersamaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Salah satunya penelitian
yang dilakukan oleh Herlina Ayu Ariyanti (NIM. 10108241073) tahun 2015
pada siswa kelas 4 SD Negeri Kepatihan Purworejo, Jawa Tengah dengan
judul “Pengembangan Media Pembelajaran MIBI (Miniatur Budaya
Indonesia) Tema Indahnya Kebersamaan Kelas 4 SDN Kepatihan”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media MIBI dinilai layak dan baik
digunakan apabila dalam proses pengembangannya, mendapatkan hasil
validasi tim ahli dan hasil ketiga uji coba produk menunjukkan kategori
"Baik" serta telah dilakukannya revisi sesuai catatan revisi yang diperoleh dari
tahapan validasi dan uji coba dengan tujuan penyempurnaan produk. Hasil
validasi kedua ahli materi memperoleh skor rata-rata 4 dengan kategori
"Baik". Hasil validasi ahli media memperoleh skor rata-rata 3,75 dan 3,625
dengan kategori "Baik". Hasil validasi praktisi memperoleh skor rata-rata 3,75
dengan kategori "Baik". Hasil validasi dari ahli materi, media, dan praktisi
21
menyatakan bahwa media MIBI layak diujicobakan di lapangan tanpa revisi.
Tahapan uji coba terdiri dari tiga tahapan. Uji coba perorangan memperoleh
skor rata-rata 3,55. Uji coba kelompok kecil memperoleh skor 3,66. Uji coba
operasional memperoleh skor rata-rata 3,77. Ketiga hasil uji coba
menunjukkan bahwa media MIBI termasuk dalam kategori "Baik" dan layak
digunakan sebagai media penunjang pembelajaran subtema Keberagaman
Budaya Bangsaku, tema Indahnya Kebersamaan di Kelas 4 SD sesuai
Kurikulum 2013.
Penelitian lain berupa tesis dari Siti Asiah dengan subjek penelitian
siswa kelas 3 SDN Kepanjen I Jombang dengan judul “Pengembangan
Pembelajaran Media Diorama pada Mata Pelajaran IPS Tema Lingkungan
Alam Dan Lingkungan Buatan Siswa Kelas 3 SDN Kepanjen I Jombang”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pengembangan media pembelajaran
media diorama tingkat kevalidan materi 89%, kevalidan media diorma 96%,
kevalidan pembelajaran 94%, tingkat daya tarik siswa terhahadap media
mencapai 90% dengan klasifikasi sangat baik. berdasarkan hasil analisis data
penelitian disimpulkan bahwa pengembangan media diorama telah memenuhi
unsur valid, efektif dan menarik untuk siswa kelas 3 SDN Kepanjen I
Jombang.
Berdasarkan kedua penelitian yang sudah dilakukan tersebut terdapat
beberapa persamaan dan perbedaan. Perbedaan yang ada dalam penelitan
tersebut adalah subjek siswa antara siswa kelas IV SD Negeri Kepatihan
Purworejo, Jawa Tengah dan siswa kelas 3 SDN Kepanjen I Jombang.
Perbedaan lainnya adalah wujud media yang akan dikembangkan yaitu antara
22
media yang lebih condong kepada diorama sedangkan pandiwara adalah
media mock-up. Persamaan yang ada dalam penelitian tersebut adalah
kurikulum dan pembelajaran yang dipakai yaitu menggunakan pembelajaran
yang berbasis tematik, dan meteri yang disampaikan yaitu mengenai
keberagaman bangsaku. Maka dari itu penulis menyimpulkan bahwa
penelitian untuk menggunakan media yang bersifat konkret untuk lebih
dikembangkan menjadi sebuah media yang bernama Pandiwara (panggung
sandiwara)
2.3 Kerangka Pikir
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
Kondisi Lapangan
1. Kurangnya sarana prasarana dan
kreativitas dari guru dalam
mengembangkan proses
pembelajaran.
2. Kurang aktifnya siswa pada proses
pembelajaran di kelas
3. Penyampaian materi berlangsung
kurang efektif
Pengembangkan media Pandiwara pada
tema 1 (Indahnya Kebersamaan) subtema
1 (Keberagaman budaya bangsaku)
pembelajaran 1 kelas IV SD.
Model ADDIE Pengumpulan data Observasi, Wawancara, tes,
Angket, dokumentasi
Bagaimana langkah-langkah pengembangan media Pandiwara pada tema 1(Indahnya
Kebersamaan) subtema 1 (Keberagaman budaya bangsaku) pembelajaran 1 kelas IV SD?
Kondisi Ideal
Permendikbut no 65 tahun 2013
mengamanatkan bahwa proses
pembelajaran pada satuan pendidikan
harus diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.
Top Related