11
BAB II
KAJIAN TEORETIS
2.1 Pengertian Minuman Keras
Minuman keras adalah segala jenis minuman yang memabukan, sehingga
dengan meminumnya menjadi hilang kesadaran,yang termasuk minuman keras
seperti arak (khamar) minuman yang banyak mengandung alkohol, seperti wine,
whisky, brandy, sampagne, malaga dan lain-lain, selain itu juga ada benda padat
yang bias memabukkan seperti ganja, morfin, candu, nipan, magadon, dan lain-
lain atau biasa yang di sebut dengan narkoba dan lain-lain sama termasuk
kategori minman keras (Wilis, 2005:156).
Menurut Darmawan (2010:1) minuman keras adalah minuman yang
mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya
menyebabkan penurunan kesadaran. Bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan minuman keras adalah bahan-bahan alami yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan. Secara umum ada dua jenis tanaman yang sering dipakai, yaitu
perasan buah (jus) dan ahan baku berupa biji-bijian tersebut ditambahkan sejenis
ragi yang secara mikrobiologis adalah sama, yaitu khamir dengan nama latin
Saccharomyces cerevisae. Khamir inilah yang mengubah pati pada biji-bijian
tersebut menjadi gula, serta mengubah sebagian gula menjadi alkohol dan
komponen flavor (cita rasa). Dari proses tersebut kemudian akan dihasilkan
minuman beralkohol dengan cita rasa tertentu sesuai dengan bahan baku yang
digunakan.
11
12
Minuman keras adalah produk yang dihasilkan melalui proses fermentasi
dengan menggunakan khamir (ragi/saccaromyces cereviceae), pada bahan yang
mengandung pati. Alkohol yang sering diperdagangkan dapat berupa metanol,
etanol, dan butanol. Alkohol digolongkan ke dalam zat adiktif karena dapat
menimbulkan ketagihan (adikis) dan ketergantungan (dependensi). Karena sifat
adiktifnya ini maka seseorang yang mengkonsumsi alkohol dalam jangka waktu
tertentu akan menambah takarannya sampai pada dosis yang dapat menimbulkan
keracunan (intoksikasi) dan kemabukan (Hutapea, 2008:11).
Ridwanaz (2012:2) mengemukakan bahwa minuman keras adalah sejenis
minuman yang dapat membuat orang mabuk apabila mengkonsumsinya.
Pengertian mabuk adalah perasaan pening atau kehilangan kesadaran karena
terlalu banyak minum minuman keras, makan gadung, makan kecubung,
mengkonsumsi daun ganja, dan sebagainya. Definisi mabuk disini tidak sama
dengan mabuk yang disebabkan karena perasaan mual ketika melakukan
perjalanan darat, laut maupun udara. Mabuk-mabukan adalah perilaku sadar
seseorang atau sekelompok orang untuk meminum minuman beralkohol atau
mengkonsumsi barang-barang yang memabukkan untuk mengurangi beban dan
tekanan hidupnya dan atau sekedar untuk mencari kesenangan semata.
Mengkonsumsi minuman keras adalah suatu perilaku
minum-minuman keras yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang
untuk mencari kesenangan atau kenikmatan karena efek-efek dari minuman
alkohol tersebut. Apalagi jika diminum dalam takaran berlebih bisa
13
mengakibatkan peminumnya menjadi mabuk dan tidak terkontrol.
(Wilis, 2005:156).
Berdasarkan pengertian di atas, terkait dengan minuman keras dapat
dikatakan bahwa minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol
yang bila dikonsumsi secara berlebihan dan terus- menerus dapat merugikan dan
membahayakan kesehatan baik jasmani dan rohani maupun bagi kepentingan
perilaku dan secara berpikir kejiwaan. Sehingga mengkonsumsi minuman keras
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku seorang siswa atau
sekelompok siswa meminum minuman beralkohol atau minuman yang
memabukkan.
Dari pengertian minuman keras di atas kita dapat melihat bahwa banyak
di sekitar kita yaitu jenis minuman-minuman keras, bahkan di sekitar kita, tanpa
kita sadari sudah banyak orang-orang yang telah mengkonsumsi minuman
keras,dan bisa saja orang itu adalah keluarga,saudara atau teman-teman kita
yang ada di sekeliling kita.
2.2 Akibat Minuman Keras
Banyak akibat yang dapat ditimbulkan dengan mengkonsumsi minuman
keras ini, meskipun demikian yang mengkonsumsinya berasal dari berbagi
kalangan mulai dari tingkat masyarakat tinggi hingga rendah, para penjahat,
pekerja, bahkan sekarang yang paling banyak mengkonsumsinya adalah remaja.
Semua orang tahu tentang akibat buruknya mengkonsumsi minuman
keras. Minuman keras menghancurkan manusia karena dapat merusak pikiran,
mental, kesehatan dan kemampuan bekerja serta menyebabkan keputusasaan,
14
kemiskinan dan bunuh diri. Minuman keras dapat menghancurkan kehidupan
keluarga karena merangsang perilaku berbahaya, seperti ketidakpedulian dan
kekerasan (Karamoy, 2011:2).
Keppres No.3 tahun 1997 tentang pengawasan dan pengendalian
minuman beralkohol pasal 3 ayat (1): minuman beralkohol dibagi menjadi 3
golongan: Golongan A yaitu kadar etanol 1-5% (contohnya bir bintang, green
sand), Golongan B yaitu kadar 5-20% (contohnya anggur, malaga), Golongan C
yaitu kadar etanol 20-55% (contohnya brandy, whisky). Pasal 3 ayat (2): untuk
golongan B dan C produksi, pengedaran dan penjualannya ditetapkan sebagai
barang dalam pengawasan. Pasal 5 ayat (1): Golongan B dan C tidak boleh
dijual ditempat umum kecuali di hotel, bar, restoran dan tempat yang ditentukan
oleh Bupati,/Walikota, kepala daerah tingkat II dan Gubernur. Pasal 5 ayat (2):
yang dimaksud tempat tertentu itu tidak boleh dekat tempat ibadah, sekolahan,
rumah sakit, dan tempat tertentu lain yang ditentukan oleh pejabat tersebut
di atas
Banyak remaja mengkonsumsi minuman keras karena ingin coba-coba,
akhirnya mendapat rasa kesenangan karena efek dari minuman tersebut. Ada
juga karena pengaruh teman-teman sebayanya yang sudah kecanduan, atau juga
karena ingin berlagak seperti perilaku orang dewasa, atau berperan meniru orang
dewasa.
Menurut Darmawan (2010:3) mengkonsumsi minuman keras dapat
berakibat pada: 1) Gangguan fisik: meminum minuman beralkohol banyak, akan
menimbulkan kerusakan hati, jantung, pangkreas dan peradangan lambung, otot
15
syaraf, mengganggu metabolisme tubuh, membuat penis menjadi cacat, impoten
serta gangguan seks lainnya; 2) Gangguan jiwa: dapat merusak secara permanen
jaringan otak sehingga menimbulkan gangguan daya ingatan, kemampuan
penilaian, kemampuan belajar dan gangguan jiwa tertentu; 3) Gangguan
Kamtibmas: perasaan seorang tersebut mudah tersinggung dan perhatian
terhadap lingkungan juga terganggu, menekan pusat pengendalian diri sehingga
yang bersangkutan menjadi berani dan agresif dan bila tidak terkontrol akan
menimbulkan tindakan-tindakan yang melanggar norma-norma dan sikap moral
yang lebih parah lagi akan dapat menimbulkan tindakan pidana atau kriminal.
Wilis (2005:147) mengungkapkan akibat mengkonsumsi minuman keras
di kalangan generasi muda, maka tingkat kejahatan akan meningkat seperti :
sering terjadi perkelahian, penganiayaan, pembunuhan dan kadang-kadang
mereka merampok dengan kekerasan dan benda tajam.
Dalam ajaran Islam, meminum khamar atau minuman keras sangat
dilarang, sebab khamar itu adalah najis (diharamkan meminumnya) dan
termasuk salah satu perbuatan setan. Menurut (Rukmana, 2011:3) para ahli
Fiqih telah sepakat tentang pengharaman khamar, dan siapa saja yang menolak
pengharaman ini maka ia termasuk orang kafir yang keluar dari agama Islam.
Rukmana (2011:3) mengemukakan akibat negatif mengkonsumsi
minuman keras alkohol atau sering akrab disebut miras beberapa akibat terlalu
sering meminum minuman beralkohol disamping secara garis besar dapat
merusak kesehatan dan belum lagi dampak buruk yang akan datang dimasa
kemudian. Mungkin jika sebagai pecandu alkohol efek buruk dari
16
mengkonsumsi minuman keras tidak akan langsung terasa karena kerusakan
sistem organ tubuh membutuhkan beberapa tahun ke depan. Tidak menutup
kemungkinan juga efek yang timbul akan terasa lebih cepat tergantung pada
sistem kekebalan tubuh. Sedangkan efek yang biasa sering terjadi pada sistem
pendengaran, peminum biasanya akan mengalami dengan apa yang dinamakan
lambat dalam merespon entah sistem pendengaran yang terganggu ataupun
sistem saraf yang sudah putus satu demi satu.
Selain dari beberapa hal yang telah disebutkan di atas emosi dari
peminum rata-rata gampang naik sehingga rasa amarah sering berujung pada
tindakan kekerasan secara tidak sadar. Sedangkan kerusakan yang timbul dari
organ tubuh biasanya terjadi pada fungsi hati dan jantung. Hati akan mengalami
kerusakan parah sehingga akan terjadi penyakit liver dan kerusakan jantung
timbul karena terjadinya kebocoran jantung (Rukmana, 2011:3).
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa mengkonsumsi minuman
keras khususnya di kalangan generasi muda memiliki dampak yang sangat buruk
diantaranya: apabila mereka yang sudah berulang-ulang mengkonsumsi
minuman ini akan berusaha apa saja bagaimana mendapatkan uang, baik secara
halal maupun haram, hidupnya mengalami gangguan jiwa sehingga tidak lagi
berfungsi secara wajar di masyarakat.
Kondisi demikian dapat dilihat dari rusaknya fungsi sosial, pekerjaan
atau sekolahnya, serta tidak mampu mengendalikan diri, menurunnya motivasi
hidup, ingatan atau daya pikir, terjadi perubahan kepribadian dan hubungan
17
dengan keluarga terputus. Sehingga adanya perilaku mengkonsumsi minuman
keras ini harus dihindari.
2.3 Aspek Perkembangan Siswa
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa
adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”.
Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.
Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti
mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan tersebut
didukung oleh Piaget (Hartinah, 2008:58) yang mengatakan bahwa secara
psikologis, remaja adalah suatu usia dimana anak tidak merasa di bawah tingkat
orang yang lebih tua, melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar.
Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus
perkembangan siswa MTs (Madrasah Tsanawiyah), dan merupakan masa
transisi dari masa anak- anak ke masa dewasa yang diarahkan kepada
perkembangan rmasa dewasa yang sehat. Ditilik dari usia siswa MTs termasuk
fase atau masa remaja dimana masa ini merupakan salah satu priode dalam
rentang kehidupan siswa.
Menurut (:) aspek-aspek perkembangan pada diri remaja adalah sebagai
berikut.
1. Aspek fisik
Pertumbuhan fisik adalah pertumbuhan struktur tubuh manusia yang
terjadi sejak manusia dalam kandungan hingga ia dewasa. Sebagaimana
dikemukakan Hartinah (2008:33) secara fisik masa remaja ditandai dengan
18
matangnya organ-organ seksual dimana remaja pria mengalami pertumbuhan
pada organ testis dan kelenjar prostart, matangnya organ-organ ini
memungkinkan remaja pria mengalami mimpi basah, sementara remaja wanita
ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina dan ovarium yang bisa menghasilkan
sel telur yang membuat remaja putri mengalami haid.
2. Aspek intelektual (kognitif)
Pengertian intelektual merujuk kepada bagaimana cara individu
bertingkah laku, cara individu bertindak. Menurut Sumantri & Syaodih
(2011:4.24) aspek-aspek intelektual dapat meliputi bagaimana individu
memperhatikan, mengamati, mengingat, menghayal, memikirkan, serta bentuk-
bentuk kegiatan mental lain. Salah satu fungsi intelegensi adalah dalam belajar.
Bagaimana individu belajar dan apa yang dipelajarinya sangat dipengaruhi oleh
kemampuan intelegensinya.
Keat (1985) dalam Hartinah (2008:36) melihat secara umum
perkembangan intelektual atau kognitif sebagai proses-proses mental yang
mencakup pemahaman tentang dunia, penemuan pengetahuan, pembuatan
perbandingan, berpikir dan mengerti.
Masa remaja sudah mencapai tahap perkembangan berpikir operasional
formal, tahap ini ditandai dengan kemampuan berfikir afstrak (seperti
memecahkan persamaan aljabar), idealistik (seperti berpikir tentang ciri-ciri
ideal dirinya, orang lain dan masyarakat), dan logis (seperti menyusun rencana
untuk memecahkan masalah).Tipe pemikiran logis ini.oleh plaget disebut juga
pemikiran deduktif hipotatik (hypotatical-deductivereasoning),yaitu kemampuan
19
koqnitif untuk mengembangkan hipotesis (dugaan-dugaan terbaik) tentang cara-
cara memecahkan masalah dan mengambil kesimpulan.
Tahap berpikir operasional formal ini ditandai juga dengan ciri-ciri
sebagai berikut: a) cara berpikir yang tidak sebatas disini dan sekarang;
b) Kemampuan berpikir hipotetik; c) Kemampuan melakukan eksplorasi dan
ekspansi pemikiran, horizon berpikirnya semangkin luas seperti aspek-aspek
sosial, moralitas dan keadilan.
3. Aspek emosi
Patty (1992) dalam Hartinah (2008:37) emosi merupakan reaksi individu
terhadap suatu perubahan pada situasi yang terkejut, takut, sedih, marah, atau
gembira terhadap kejadian orang atau objek di luar individu. Gejala emosi yang
lain adalah rasa takut, cinta, sedih, dan duka cita, ingin tahu, dan penasaran.
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, pertumbuhan organ-
organ seksual mempengaruhi emosi atau perasaan-perasaan baru yang belum
dialami sebelumnya, seperti rasa cinta, rindu dan keinginan berkenalan lebih
intim dengan lawan jenis.
Pada usia remaja awal (siswa MTs), perkembangan emosinya
menunjukkan sifat yang sensitif dan kritis yang sangat kuat terhadap berbagai
peristiwa atau situasi sosial ,emosi yang sering bersifat negatif dan
tempramental atau mudah tersinggung, marah dan sedih, kondisi ini terjadi
terutama bila remaja itu hidup di lingkungan yang kurang harmonis.
20
4. Aspek sosial
Perkembangan sosial mengandung makna pencapaian suatu kemampuan
untuk berperilaku sesuai dengan harapan yang sosial yang ada. Proses menuju
kesesuaian tersebut paling tidak mencakup tiga komponen, sebagaimana
dikemukakan Hartinah (2008:36) yaitu belajar berperilaku dengan cara yang
disetujui secara sosial, bermain dalam peranan yang disetujui secara sosial. Anak
yang berkembang secara sosial adalah anak yang berhasil melaksanakan ketiga
proses tersebut.
Pada masa ini berkembang “sosial cognition” yaitu kemampuan untuk
memahami orang lain, kemampuan ini mendorong remaja untuk menjalin
hubungan sosial dengan teman sebaya, masa ini juga ditandai dengan
berkembangnya sikap ”comformity” yaitu kecendrungan untuk meniru,
mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, atau keinginan orang
lain.
Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan remaja yang nakal,
menjadi pecandu NAPZA, meminum minuman keras, free sek atau berprilaku
kriminal, ini disebabkan pada saat remaja itu mencontoh, dia kurang
memperhitungkan baik buruknya sesuatu tindakan yang akan dilakukan, tapi
pada saat remaja sudah menanjak dewasa maka kemampuan untuk menirunya
berkurang karena kemampuan untuk berpikir sudah semangkin matang.
5. Aspek kepribadian.
Kepribadian mengandung kecenderungan sebagai faktor penentu yang
menentukan perilaku individu. Menurut Sumantri & Syaodih (2011:4.25) muara
21
dari perilaku individu adalah penyesuaian diri dengan lingkungan, hal ini berarti
bahwa kepribadian mempunyai fungsi adaptasi dan menentukan.
Masa remaja merupakan saat berkembang self identity (kesadaran akan
identitas atau jati diri), remaja dihadapkan kepada berbagai pertanyaan: “Siapa
saya ?, Apa peran saya ...?, Mengapa saya harus melakukan....?”. Apabila
remaja memahami dirinya, peran-peranya dalam kehidupan maka dia akan
menemukan jati dirinya dalam arti lain dia akan memiliki kepribadan yang sehat
sebaliknya apa bila ia gagal maka ia akan mengalami kebingungan atau
kekacauan sehingga ia cendrung memiliki kepribadian yang kurang sehat.
Remaja yang mempunyai kepribadian yang kurang sehat dia cendrung
untuk melakukan tindakan-tindakan atau prilaku yang menyimpang yang keluar
dari aturan-aturan norma baik itu norma sosial maupun norma hukum seperti:
remaja pria rambutnya di cat merah, memakai anting-anting, memakai gelang
dan kalung, pakaian compang camping, bertato, merokok narkoba dan minum-
minumam keras.
Perilaku nakal atau aneh-aneh itu berkembang karena dipicu oleh
beberapa faktor, diantaranya orang tua tidak memberikan ketauladanan dalam
berakhlak mulia atau pengamalan ajaran agama, orang tua bersikap bebas,
otoriter, maka anak mengalami pola asuh yang salah.
6. Aspek Kesadaran beragama
Menurut Sumantri & Syaodih (2011:4.11) bahwa perkembangan
kemampuan berpikir remaja mempengaruhi perkembangan pemikiran dan
keyakinan tentang agama. Kualitas kesadaran beragama remaja sangat
22
diperbaharui oleh kualitas pendidikan atau pengalaman keagamaan yang
diterimanya sejak usia dini, terutama di lingkungan keluarga. Proses kesadaran
beragama remaja itu dipaparkan pada uraian berikut.
a. Masa Remaja Awal (usia 13-16 tahun)
Pada masa ini terjadi perubahan jasmani yang cepat, yaitu dengan
mulai tumbuhnya ciri-ciri keremajaan yang terkait dengan matangnya organ-
organ seks, yaitu: ciri primer (menstruasi pada anak wanita,dan mimpi
pertama pada anak pria), ciri sekunder (tumbuhnya kumis, jakun, dan bulu-
bulu di sekitar kemaluan pada remaja pria dan membesarnya buah dada/payu
dara, membesarnya pinggul, dan tumbuhnya bulu-bulu disekitar
kemaluanpada remaja wanita).
Pertumbuhan fisik yang terkaitan dengan seksual ini mengakibatkan
keguncangan emosi, kecemasan, dan kehawatiran pada diri remaja. Bahkan
lebih jauhnya kondisi ini dapat mempengaruhi kesadaran beragamanya,
apalagi jika remaja kurang mendapatkan pengalaman atau pendidikan agama
sebelumnya, penghayatan rohaninya cenderung acuh tak acuh, cuek sehingga
muncul keengganan atau kemalasan untuk melakukan berbagai ibadah ritual,
seperti ibadah shalat.
Kegoncangan dalam beragama ini bisamuncul karena adanya faktor-
faktor: 1) Faktor internal terkait dengan matangnya organ-organ seks ini
mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan tersebut, namun di sisi lain
dia tahu bahwa perbuatan itu dilarang oleh agama hal inilah yang membuat
konflik didalam diri remaja dimana konflik ini kalau tidak cepat diselesaikan
23
maka remaja akan jatuh keperbuatan nista. Remaja juga punya keinginan
untuk hidup bebas dimana dia tidak mau terikat dengan norma-norma
keluarga, sekolah ataupun agama, bila orang tua dan guru tidak memahami
dan melakukan pendekatan secara bijak maka sikap atau perilaku itu akan
berdampak negatif terhadap pribadi remaja seperti membandel, menentang,
menyendiri atau acuh tak acuh. 2) Faktor eksternal, terkait dengan sosial
aspek-aspek perkembangan kehidupan sosial budaya dalam masyarakat yang
tidak jarang bertentangan dengan nilai-nilai agama namun sangat menarik
minat remaja untuk mencobanya seperti beredarnya film-film VCD-VCD
atau foto-foto porno, pemjualan minuman-minuman keras dan alat-alat
kontrasepsi yang bebas, semangkin maraknya peredaran narkoba dan obat-
obatan terlarang lainnya.
b. Masa remaja akhir (usia 17-21)
Secara psikologis pada masa ini emosi remaja sudah mulai stabil dan
pemikirannya mulai matang, dalam kehidupan beragama remaja sudah
melibatkan diri kedalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Remaja sudah dapat
membedakan agama sebagai ajaran dengan manusia sebagai penganutnya
dimana ada yang taat ada yang tidak taat. Kemampuan ini memungkinkan
remaja untuk tidak terpengaruh oleh orang-orang yang mengaku beragama
namun tidak melaksanakan ajaran agama atau perilakunya bertentangan
dengan nilai agama. Remaja dapat menilai bahwa bukan ajaranya yang salah
tapi orangnyalah yang salah. Dalam mewujudkan keimanan dan ketaqwaan
24
kepada Tuhan Yang Maha Esa itu, maka remaja seharusnya mengamalkan
nilai-nilai akidah, ibadah dan akhlakulkarimah.
2.4 Faktor-Faktor Penyebab Siswa Mengkonsumsi Minuman Keras
Mengkonsumsi minuman keras, pada hakekatnya tidak berdiri sendiri,
tetapi merupakan rangkaian dari beberapa faktor yang saling terkait satu sama
lain melalui suatu proses perkembangan yang berlangsung secara bertahap.
Dalam menentukan faktor penyebab yang mempengaruhi siswa mengkonsumsi
minuman keras adalah disebabkan oleh keadaan yang terdapat dalam
masyarakat.
Dalam pembahasan mengenai asal-usul penyebab siswa mengkonsumsi
minuman keras dan dalam pertimbangan faktor mana yang memegang peranan
utama diantaranya adalah faktor keturunan atau faktor lingkungan. Secara garis
besarnya seorang manusia bukan ditentukan sejak lahir untuk menjadi kriminal
oleh faktor pembawaannya yang saling berpengaruh dengan lingkungannya
menimbulkan tingkah laku kriminal, melainkan faktor-faktor yang terlibat dalam
interaksi dengan lingkungan sosial itulah yang memberikan pengaruhnya bahwa
ia betul-betul menjadi kriminal dalam pengaruh-pengaruh lingkungan yang
memudahkannya (Gerungan, 2004:212).
Puspitawati dalam Karamoy (2011:3) menyebutkan beberapa siswa
terjerumus dalam masalah minuman keras karena dipengaruhi lingkungan
pergaulan seperti: siswa yang selalu minum-minuman keras selalu mempunyai
“kelompok pemakai”. Awalnya siswa hanya mencoba-coba karena keluarga atau
teman-teman yang menggunakannya, namun ada yang kemudian menjadi
25
kebiasaan. Pada siswa yang “kecewa” dengan kondisi diri dan keluarganya,
Sering menjadi lebih suka untuk mengorbankan apa saja demi hubungan baik
dengan teman-teman sebanyanya. Adanya “ajakan” atau “tawaran” dari teman
serta banyaknya film dan sarana hiburan yang memberikan contoh “model
pergaulan moderen” biasanya mendorong siswa minum-minuman keras secara
berkelompok. Apabila siswa telah menjadi terbiasa minum minuman keras dan
karena mudah mendapatkannya, maka siswa akan memakainya sendiri sehingga
tanpa disadari lama-kelamaan akan ketagihan. Penggunaan minuman keras
di kalangan siswa umumnya karena minuman keras tersebut menjanjikan sesuatu
yang menjadi rasa kenikmatan, kenyamanan dan kesenangan dan ketenangan.
walaupun hal itu dirasakan secara semu.
Menurut Noegroho Djajoesman dalam Karamoy (2011:3) siswa
mengkonsumsi minuman keras disebabkan oleh beberapa faktor antara lain sebagai
berikut.
1. Faktor keingintahuan
Keingintahuan yaitu motif ingin tahu, bahwa siswa selalu mempunyai
sifat selalu ingi tahu segala sesuatu yang belum atau kurang diketahui dampak
negatifnya. Misalnya saja ingin tahu bagaimanakah rasanya minuman keras.
Kesempatan, karena kesibukan orang tua maupun keluarga dengan kegiatannya
masing-masing atau akibat broken home yaitu kurangnya perhatian dari keluarga
atau kuarangnya kasih sayang dari orang tua sehingga membuat mental seorang
anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur. Kurang kasih sayang dan
sebagainya maka dalam kesempatan tersebut kalangan remaja berupanya
mencari pelarian dengan cara minum-minuman keras.
26
Sarana dan prasarana, sebagai ungkapan rasa kasih sayang terhadap
putra-putrinya terkadang orang tua memberikan fasilitas dan uang yang
berlebihan. Namun hal tersebut disalahgunakan untuk memuaskan segala
keinginan dirinya antara lain berawal dari minum minuman keras.
2. Faktor Kepribadian
Rendah diri yaitu perasaan seseorang lebih rendah dari satu atau lain hal
dalam pergaulan masyarakat, karena tidak dapat mengatasi perasaan tersebut
maka untuk menutupi kekurangan dan agar dapat menunjukan eksistensi dirinya.
Maka menyalahgunakan minuman keras sehingga dapat merasa mendapatkan
apa yang diangan-angankan antara lain lebih aktif, lebih berani dan sebagainya.
Emosional, emosi remaja pada umumnya masih labil apabila pada masa
puberitas, pada masa tersebut biasanya ingin lepas dari ikatan aturan-aturan yang
diberlakukan oleh orang tua untuk memenuhi kehidupan peribadinya, sehingga
hal tersebut menimbulkan konflik pribadi. Dalam upaya untuk melaksanakan
konflik pribadi tersebut ia mencari pelarian dengan minum-minuman keras
dengan tujuan untuk mengurangi ketagihan dan aturan yang diberikan oleh
orang tua (Djajoesman dalam Ulfah, 2005)
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada sekitar manusia, baik
sebagai individu, kelompok yang sebagai pergaulan hidup, dengan alam, yang
saling berinteraksi satu sama lain yang biasanya dibedakan kedalam kategori
seperti halnya lingkungan fisik, lingkungan biologis dan lingkungan sosial yang
senantiasa mengalami sewaktu perubahan-perubahan.
27
Faktor lingkungan meliputi faktor dan lingkungan pergaulan atau teman
sebaya, baik pergaulan di sekitar rumah, di sekolah maupun di tempat-tempat
umum.
a. Lingkungan Pergaulan atau Teman Sebaya
Teman sebaya adalah anak-anak dengan usia atau tingkat kedewasaan
yang kurang lebih sama. Sedangkan fungsi yang paling penting dari
kelompak teman sebaya adalah untuk memberikan sumber informasi dan
perbandingan tentang dunia di luar keluarga. Interaksi teman sebaya yang
memiliki usia yang sama memainkan peran khusus dalam perkembangan
sosioemosional anak.
Fatimah (2010:2) mengatakan bahwa yang perlu diketahui ialah jenis-
jenis status dari teman sebaya. Antara lain, anak populer, anak biasa, anak
yang terabaikan, anak yang ditolak, dan anak yang kontroversial. Mengapa
persahabatan begitu berarti? Seorang anak yang tidak mempunyai banyak
teman, secara emosional, secara emosional lebih sedih dibandingkan dengan
anak yang mempunyai banyak teman. Kontribusi sebuah persahabatan pada
status teman sebaya memberikan banyak manfaat. Antara lain manfaat
pertemanan, dalam persahabatan memberikan anak seorang teman yang akrab
yang bersedia untuk menghabiskan waktu dan bergabung dalam aktifitas
kolaboratif. Selain itu juga, seorang sahabat dapat memberikan bantuan
kapanpun dibutuhkan, sahabat dapat memberikan dukungan sosial, dapat
memberikan suatu hubungan yang hangat, penuh kepercayaan sehingga
timbul rasa nyaman dan adanya keterbukaan untuk berbagi informasi pribadi.
28
Akan tetapi ada yang perlu di waspadai juga yaitu perihal yang tidak
menguntungkan dari pertemanan. Sebagai contoh seorang anak yang
berteman dengan anak yang beberapa tahun lebih tua dapat berakibat buruk
yaitu berperilaku menyimpang.
Pada kesimpulannya, teman sebaya memainkan peran penting dalam
perkembangan anak-anak dan sebenarnya peran pertemanan lebih cenderung
pada lingkungan sekolah menengah ketimbang sekolah dasar. Karena bisa
dilihat pada contoh konkret dalam kehidupan seorang remaja akan lebih
bergantung pada teman-teman mereka daripada orangtua mereka sendiri.
Mereka memuaskan kebutuhan pertemanan dan rasa berharga dengan dengan
sahabat-sahabat mereka. Sebagaimana dikemukakan Sudarsono (2004:48)
menjelaskan kenakalan remaja sebagian besar disebabkan karena keinginan
remaja untuk hidup berfoya-foya, berkompetisi dengan teman sebayanya
di dalam pesta pora sering memiliki akibat samping yang negatif. Bahkan
kadang-kadang solidaritas dan partisipasi yang berlebih-lebihan terhadap
ajakan kawan-kawan sesama remaja untuk bersenang-senang yang sering
pula mengakibatkan anak remaja terjerumus ke dalam minum-minuman
keras.
b. Lingkungan Keluarga
Faktor keluarga, terutama faktor orangtua yang sering ikut menjadi
penyebab seseorang anak atau siswa menjadi mengkonsumsi minuman keras
antara lain adalah sebagai berikut: 1) Orangtua yang kurang komunikatif
dengan anak; 2) Orang tua yang selalu banyak mengatur anak atau selalu
29
menuruti kehendak anak (permisif); 3) Orang tua yang menuntut secara
berlebihan agar anak berprestasi di luar kemampuannya atau keinginannya,
misalnya dalam hal memilih jurusan di sekolah; 4) Disiplin orang tua yang
tidak konsisten; 5) Sikap ayah dan ibu yang tidak sepaham terutama dalam
hal pendidikan anak; 6) Orang tua yang selalu sibuk sehingga kurang
memberi perhatian kepada anaknya; 7) Orang tua yang terlalu sibuk sehingga
kurang memberi perhatian kepada anaknya; 8) Orang tua yang kurang
harmonis, sering bertengkar, orangtua berselingkuh; 9) Orang tua yang tidak
memiliki dan menanamkan norma-norma, nilai-nilai tentang baik-buruk,
boleh atau tidak boleh dilakukan; 10) salah satu anggota keluarga yang
menjadi penyalahguna minuman keras;
c. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan artifisial yang sengaja diciptakan
untuk membina anak-anak ke arah tujuan tertentu, khususnya untuk
memberikan kemampuan dan keterampilan sebagai bekal kehidupannya
dikemudian hari. Menurut Hartinah (2008:166) di mata remaja sekolah
dipandang sebagai lembaga yang cukup berpengaruh terhadap terbentuknya
konsep yang berkenaan dengan nasib mereka di kemudian hari. Mereka
menyadari jika prestasi atau hasil yang dicapai di sekolah itu baik, hal itu
akan membuka kemungkinan hidupnya di kemudian hari menjadi cerah,
tetapi sebaliknya apabila prestasi yang dicapainya kurang baik, hal itu dapat
berakibat gelapnya masa depan mereka. Dengan demikian sekolah dipandang
banyak mempengaruhi kehidupannya.
30
Sekolah adalah tempat para sebaya remaja bertemu dan bergaul
dengan leluasa. Banyak anak menjadi nakal akibat di sekolah tidak dapat
membina hubungan dengan anak yang baik, akan tetapi malahan akrab atau
mendapatkan teman yang nakal sehingga anak menjadi nakal bersamanya.
Di samping itu kurangnya sarana prasarana sekolah, lokasi sekolah berada
di daerah rawan (terminal, pasar) dan adanya kenakalan yang terjadi
di sekolah tidak diberi tindakan (Hawari, 1999:4).
Faktor dari lingkungan sekolah yang dapat memberi kesempatan para
siswanya mengkonsumsi minuman keras diantaranya sebagai berikut:
1) sekolah yang kurang disiplin, tidak tertib, 2) sering tidak ada pelajaran
pada jam sekolah, 3) guru/kepala sekolah yang kurang komunikatif dengan
siswa, 4) sekolah yang kurang mempunyai fasilitas untuk menampung atau
menyalurkan kreativitas siswanya.
d. Lingkungan Masyarakat
Seseorang tidak hanya hidup didalam lingkungan keluarga dan
di sekolah, melainkan juga dalam masyarakat luas. Oleh karena itu, kondisi
dalam masyarakat juga memperpengaruhi perilaku siswa, termasuk perilaku
yang berkaitan dengan penggunaan minuman keras.
Lingkungan masyarakat yang kondusif serta selalu meletakkan nilai-
nilai agama sebagai dasar utama dalam menjalani kehidupan, cenderung akan
mewarnai terbentuknya perilaku positif dalam diri siswa. Sebaliknya
lingkungan yang selalu diselimuti dengan masalah, serta kurang terbiasa
31
dengan nilai agamis, cenderung menjadi lahan subur tumbuhnya perilaku
negatif pada diri siswa.
Berdasarkan faktor-faktor penyebab mengkonsumsi minuman keras
di atas, pengaruh faktor lingkungan dan teman sebaya sangat menentukan dalam
proses menemukan jati diri, seorang remaja lebih banyak berkaca kepada hal-
hal yang ada di luar dirinya dan keluarganya. Jadilah ia banyak tergantung
kepada faktor lingkungan dan teman-teman sebayanya. Lingkungan masyarakat
tempat tinggal dan tempat pergaulan, frustasi dengan keluarga sehingga tempat
pelariannya berbuat hal-hal yang negatif, apalagi suka hidup mewah dengan
segala fasilitas, kurangnya pengawasan dari orang tua kepada anak-anaknya
dalam memilih teman untuk bergaul (Hurlock, 1999:16).
Tinjauan lainnya berkaitan dengan faktor penyebab mengkonsumsi
minuman keras adalah dari sudut kehidupan sosial. Sehubungan dengan hal
tersebut, Sutherland (Kartono, 2003:30) mengembangkan teori asosiasi
diferensial (diferential association theory) menjelaskan dalam lingkup
masyarakat yang lebih luas, masalah kenakalan remaja tidak dapat dilepaskan
dari masalah pelanggaran hukum yang terkait erat dengan problem sosial. Teori
Sutherland menyatakan bahwa para remaja menjadi nakal disebabkan oleh
partisipasinya di tengah-tengah lingkungan sosial yang ide dan teknik
kenakalannya dijadikan sarana untuk mengatasi kesulitan hidupnya. Oleh karena
itu, semakin lama remaja bergaul dan semakin intensif relasinya dengan para
remaja yang jahat lainnya, akan semakin lama pula proses berlangsungnya
32
asosiasi diferensial tersebut, dan semakin besar pula kemungkinan remaja tadi
berperilaku menyimpang dari norma-norma yang hidup dalam masyarakat.
Dengan demikian teori Sutherland menekankan hal-hal yang dipelajari
atau proses pengkondisian terhadap individu remaja, serta tipe kepribadian
remaja yang menjalani proses pengkondisian. Di mana proses pengkondisian
tersebut sangat mudah berlangsung pada remaja yang memiliki struktur kejiwaan
yang sangat labil pada periode perkembangan yang transisional sifatnya.
Berkenaan dengan itu, Kartono (2003:78) yang menyatakan bahwa
kenakalan remaja termasuk dalam mengkonsumsi minuman keras sangat
dipengaruhi oleh stimulasi sosial yang jahat. Stimulasi sosial yang buruk itu
antara lain lingkungan sosial-ekonomis rendah dengan banyak kaum pekerja
tidak terlatih, daerah slum, kawasan perumahan baru yang transisional dengan
banyak kasus difisiensi mental, individualisme/cacat mental dan jasmaniah,
alkoholisme dan lain-lain. Jadi dapat dimengerti bahwa masyarakat dengan
kebudayaan, kemiskinan yang memiliki kepadatan penduduk tinggi, sangat
minimnya fasilitas fisik ditambah dengan banyaknya pengangguran, dapat
memberikan tekanan-tekanan tertentu dan juga memberikan rancangan kuat
kepada para remaja untuk melakukan perbuatan yang menyimpang.
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa banyak faktor yang
menyebabkan seseorang mengkonsumsi minuman keras. Berbagai faktor
tersebut perlu diupayakan penanganannya, sehingga tidak menjadi sumber
negatif yang memberi dampak buruk terhadap perilaku siswa sebagai generasi
penerus.
33
2.5 Sistem Pendidikan Di MTs
Madrasah Tsanawiyah disingkat MTs adalah jenjang dasar pada
pendidikan formal di Indonesia, setara dengan sekolah menengah pertama, yang
pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian Agama. Pendidikan di MTs
ditempuh dalam waktu 3 (tiga) tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Siswa
kelas 9 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang
memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan MTs dapat melanjutkan pendidikan ke
madrasah aliyah atau sekolah menengah atas/sekolah menengah kejuruan.
Kurikulum di MTs sama dengan kurikulum sekolah menengah pertama,
hanya saja pada MTs terdapat porsi lebih banyak mengenai pendidikan agama
Islam, misalnya mata pelajaran Bahasa Arab, Al Qur’an-Hadits, Fiqih, Aqidah
Akhlaq, dan Sejarah Kebudayaan Islam (Depag RI, 2005:2).
Depag RI (2005:3) menjelaskan struktur kurikulum MTs terdiri dari
beberapa kelompok pelajaran yang diantaranya: a) Kelompok mata pelajaran
agama; b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan sosial
kemasyarakatan; c) Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
dan d) Kelompok mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Masing-
masing Kelompok mata pelajaran tersebut diimplementasikan dalam kegiatan
belajar mengajar pada setiap mata pelajaran secara utuh. Dengan demikian ruang
lingkup dari masing-masing mata pelajaran tersebut mewakili dari masing-
masing kelompok pelajaran yang ada. Adapun ruang lingkup setiap mata
pelajaran dalam kelompok pelajaran dimaksud adalah sebagai berikut:
34
Tabel 1
Ruang Lingkup Mata Pelajaran di MTs
No. Kelompok
Mata Pelajaran Ruang Lingkup
1. Agama a. Qur’an Hadits, memberi bekal kepada siswa untuk
memahami al-Quran dan Hadits nabi sebagai sumber
ajaran Islam, dan mengamalkan isi serta
kandungannya dalam kehidupan sehari-hari
b. Aqidah Akhlak, dari aspek aqidah memberi
pemahaman kepada siswa akan kebenaran aqidah
Islam meyakini bahwa nabi Muhammad Saw adalah
Rasul terakhir dan membentuk perilaku dan berakhlak
Islami. Dari aspek Akhlak, mengarahkan kepada
siswa memiliki akhlak yang terpuji kepada orang tua,
guru, ulama, ulilamri, waliyullah, beradab secara
islami dalam musyawarah dan membangun
demokrasi, memperkokoh kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, dan terbiasa menghindarkan
diri dari perbuatan yang tercela. Dan dari aspek
keteladanan membimbing kepada siswa
mengapresiasi dan meneladani sifat dan prilaku
sahabat utama Rasulullah Saw.
a. Fiqih, menanamkan kepada siswa akan nilai-nilai
kesadaran beribadah kepada Allah Swt sebagai
pedoman mencapai kebahagiaan di duia dan akhirat
dengan membangun keserasian, keselarasan dan
keseimbangan hubungan manusia dengan Allah Swt,
hubungan manusia dengan sesama manusia, dan
hubungan manusia dengan alam dan lingkungannya.
b. SKI, memberikan pengetahuan kepada siswa tentang
sejarah Islam dan kebudayaannya agar dapat
memberikan konsep yang obyektif dan sistematis
dalam perspektif sejarah, tidak saja sejarah kekuasaan
atau sejarah raja-raja, tetapi juga sejarah
perkembangan ilmu agama, sains, dan teknologi
dalam Islam.
2 Kewarganegaraan dan
Sosial kemasyarakatan
a. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan sosial
kemasyarakatan dimaksudkan untuk meningkatkan
kesadaran dan wawasan siswa akan hak dan
keawajibannya dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa, memelihara nilai dan mentaati norma yang
berlaku di masyarakat, memiliki jiwa patriot,
membela negara dan jiwa nasionalis, menghargai Hak
Asasi Manusia, memahami makna kekuasaan dan
politik, membangun pilar-pilar demokratis,
merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD
35
1945.
b.Dalam sosial kemasyarakatan memberikan kesadaran
dan wawasan dasar kepada siswa agar mampu
memahami dan menelaah secara rasional komponen-
komponen individu, kebudayaan dan masyarakat
sebagai suatu sistem, sehingga mampu
mengembangkan prilaku secara rasional dalam
menghadapi kemajemukan masyarakat, kebudayaan,
struktur sosial, perubahan sosial budaya, pendalaman
dan pembentukan sikap dan prilaku yang islami, serta
memahami pentingnya interaksi sosial, situasi sosial
dan berbagai masalah sosial yang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari.
3 Ilmu pengetahuan
dan teknologi
a. Pada kelompok mata pelajaran ini dimaksudkan agar
siswa memperoleh kompetensi ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Penyusunan struktur kurikulum didasarkan pada Standar Kompetensi
lulusan oleh BSNP dan Standar Kompetensi Mata Pelajaran baik yang telah
ditetapkan oleh BSNP maupun oleh Kementerian Agama RI. MTs atas
persetujuan Komite Sekolah dengan memperhatikan keterbatasan sarana belajar
serta minat siswa, menetapkan pengelolaan kelas sebagai berikut:
a) Siswa mengikuti pembelajaran sesuai dengan program yang telah ditetapkan
dalam struktur kurikulum; b) Jumlah rombongan belajar 6 (enam) rombongan
(Depag RI, 2005:2).
Struktur kurikulum kelas VII terdiri dari: Mata Pelajaran, muatan lokal,
dan program pengembangan diri, tidak ada tambahan jam pada setiap mata
pelajaran, alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 40 menit. Sementara struktur
kurikulum kelas VIII dan IX, terdiri dari: 18 mata pelajaran, muatan lokal, dan
program pengembangan diri. Terdapat penambahan jam belajar pada kelas IX
di luar jam sekolah (sore hari) dengan alokasi waktu satu jam pelajaran adalah
40 menit antara lain:
36
a. Mata pelajaran Matematika 2 jam/pekan
b. Mata pelajaran bahasa Inggirs 2 jam/pekan
c. Mata pelajaran bahasa Indonesia 2 jam/pekan
d. Mata pelajaran IPA
1) Fisika 2 jam/pekan
2) Biologi 2 jam/pekan
Berikut ini akan dipaparkan struktur kurikulum Kelas VII, Kelas VII dan
Kelas IX di MTs dalam tabel berikut ini.
Tabel 2
Struktur Kurikulum MTs
KOMPONEN
ALOKASI WAKTU
Semester 1 Semester 2 A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
a. Qur’an Hadits
b. Fiqih
c. Aqidah Akhlaq
d. Baca Tulis Qur’an (BTQ)
2. Pkn
3. Bahasa dan Sastra Indonesia
4. Sejarah Nas/Umum
5. Geografi
6. Ekonomi
7. Bahasa Arab
8. Bahasa Inggris
9. Matematika
10. Fisika
11. Biologi
12. Teknologi Informatika dan komunikasi
13. KTK
-
-
2
2
2
2
2
4
2
2
2
4
4
4
2
2
2
2
-
-
2
2
2
2
2
4
2
2
2
4
4
4
2
2
2
2
B. Muatan Lokal
1. Aswaja
-
2
-
2
C. Pengembangan diri ( 2 * ) ( 2
* )
Jumlah 42 42
Keterangan :
37
*) Dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler dan disesuaikan dengan
kesempatan yang tersedia di lingkungan Madrasah.
Sementara untuk muatan kurikulum MTs meliputi sejumlah mata
pelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, baik yang
ditetapkan oleh BSNP, departemen Agama, maupun yang menggunakan
kurikulum diniyah, serta muatan lokal oleh Madrasah dan kegiatan
pengembangan diri.
a. Mata Pelajaran
Mata pelajaran terdiri dari mata pelajaran pendidikan agama islam dan
mata pelajaran ilmu pengetahuan umum. Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam berdasarkan standar kompetensi Departemen Agama meliputi mata
pelajaran Qur’an Hadits, Fiqih, Agidah Akhlaq, dan Sejarah Kebudayaan
Islam. Sedangkan mata Pelajaran Pengetahuan Umum (non agama)
berdasarkan BSNP meliputi: Kewarganegaraan, Bahasa dan Sastra Indonesia,
sejarah Nasional dan Umum, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Matematika,
fisika, Biologi, Ekonomi, , geografi, dan teknologi Informasi dan komunikasi.
Khusus untuk mata pelajaran TIK menitik beratkan pada penguasaan Ms.
Word dan Ms. Exel.
Pembelajaran pada setiap mata pelajaran dilaksanakan kedudukan
siswa merupakan mitra kerja MTs dalam mewujudkan tujuan pendidikan
nasional dalam suasana saling membutuhkan, akrab, terbuka, dan
menyenangkan. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar Mengajar, guru sebagai
fasilitator, mendorong siswa agar mampu belajar secara proaktif dan dalam
pencapaian kompetensi setiap mata pelajaran diberikan secara kontekstual
38
dengan memperhatikan perkembangan yang terjadi di berbagai aspek
kehidupan (Depag RI, 2005:3-4).
b. Muatan Lokal
Muatan lokal yang ada di MTs adalah Aswaja.
c. Kegiatan Pengembangan Diri
Kegiatan pengembangan diri diarahkan untuk pengembangan karakter
agar siswa mampu menjadi dirinya sendiri dan dapat mengatasi persoalan,
baik persoalan dirinya, masyarakat, dan persoalan bangsa. Kegiatan
pengembangan diri juga diarahkan untuk memupuk minat dan bakat siswa
agar mampu mengembangkan potensinya secara kreatif dan inovatif.
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi oleh madrasah yang
diantaranya: 1) Program pembentukan dan pengembangan karakter: (a)
Masuk sekolah tepat waktu; (b) Membaca do’a sebelum pelajaran
dimulai dan diakhiri; (c) Meghormati dan melaksanakan perintah guru dan
orangtua dengan ikhlas; (d) Melaksanakan Sholat Berjama’ah; (e)
Menyampaikan suatu usulan maupun pertanyaan dan atau mengemukakan
suatu pendapat dengan cara yang islami; (f) Berpakaian bersih dan rapi; (g)
Mengucapkan salam setiap bertemu seseorang/teman; (h) Membiasakan
hidup dengan pola sederhana; (i) Menyenangi kebersihan dan keindahan.
2) Program pengembangan minat dan bakat seperti: sepak bola, pramuka,
volly ball, pmr, sepak takraw, kir, bulu tangkis, kelompok belajar, bola basket
dan sebagainya. Kegiatan program pengembangan minat dan bakat tersebut
dilakukan pada sore dan malam hari. 3) Bimbingan konseling, mencakup
39
pribadi dan karier siswa, serta masalah kemasyarakatan. Untuk bimbingan
konseling, diasuh oleh guru yang ditugaskan untuk itu oleh kepala madrasah.
4) Pendidikan keterampilan hidup merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari pembelajaran setiap mata pelajaran yang diajarkan disekolah. Diharapkan
nilai keterampilan yang diterapkan dilapangan lebih baik dari nilai
kognitifnya (Depag RI, 2005:2).
Mencermati uraian di atas, dapat dikatakan bahwa Madrasah Tsanawiyah
(MTs) merupakan sekolah lanjutan tingkat pertama yang berciri khas Islam
sehingga perlu menjadikannya sebagai media strategis dalam penanaman
kesadaran dan kesalehan personal dan sosial pada siswa.
Top Related