Download - BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

Bab ini menguraikan mengenai kajian pustaka dan pengembangan

hipotesis. Bab ini terdiri atas dua bagian utama, yaitu sub bab 2.1 menguraikan

mengenai landasan teori dan sub bab 2.2 menguraikan mengenai pengembangan

hipotesis.

2.1 Landasan Teori

Secara terperinci sub bab 2.1 menguraikan mengenai teori keagenan, teori

akuntansi positif, asimetri informasi, laba, manajemen laba, income smoothing,

cash holding, bonus plan, reputasi auditor, profitabilitas, dan leverage.

2.1.1 Agency theory

Teori agensi merupakan teori yang sangat berkaitan dengan tindakan

manajemen laba atau praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan.

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi

adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Agency theory tidak

dapat dilepaskan dari kedua belah pihak, baik prinsipal maupun agen merupakan

pelaku utama dan keduanya mempunyai bargaining position masing-masing

dalam menempatkan posisi, peran dan kedudukannya. Prinsipal sebagai pemilik

modal memiliki akses pada informasi internal perusahaan sedangkan agen sebagai

pelaku dalam praktik operasional perusahaan mempunyai informasi tentang

operasi dan kinerja perusahaan secara riil dan menyeluruh.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

14

Eisenhardt (1989) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan

bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia

pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki

daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan

(3) manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Dari asumsi sifat dasar

manusia tersebut dapat dilihat bahwa konflik agensi yang sering terjadi antara

manajer dengan pemegang saham dipicu adanya sifat dasar tersebut.

Teori keagenan menjelaskan hubungan antara dua pihak yang terlibat

dalam suatu kontrak yang terdiri atas agen sebagai pihak yang diberikan tanggung

jawab untuk suatu tugas dan prinsipal sebagai pihak yang memberi tugas. Kondisi

ini mengandung konsekuensi bahwa kedua belah pihak, baik agen maupun

prinsipal, akan berusaha untuk memaksimalkan utilitasnya masing-masing (Jensen

& Meckling, 1976).

Dalam kaitannya dengan keagenan, manajemen memiliki lebih banyak

informasi internal perusahaan dibandingkan dengan prinsipal, sehingga

memungkinkan agen untuk memaksimalkan pemenuhan kepentingan pribadinya

dengan cara ilegal yaitu moral hazard dan adverse selection (Hendrikson dan

Breda, 2000 dalam Prasetya, 2013). Moral hazard dapat disebut juga sebagai

perilaku menyimpang dari kontrak kerja, sedangkan adverse selection dapat

disebut juga sebagai penyimpangan dari penggunaan informasi sesuai yang

dikehendaki prinsipal. Informasi akuntansi yang digunakan prinsipal sebagai

acuan untuk mengukur kinerja manajer dan juga sebagai dasar pemberian reward

membuat timbulnya disfunctional behavior dikalangan manajer dan cenderung

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

15

melakukan perataan laba dengan memanipulasi informasi sedemikian rupa agar

kinerja manajer terlihat bagus.

Konsep teori keagenan menyatakan bahwa praktik manajemen laba

dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik yang timbul

ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat

kemakmuran yang dikehendakinya. Dalam hubungan keagenan, manajer memiliki

asimetri informasi terhadap pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan

investor. Dengan adanya asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan

pemilik (principal) akan memberi kesempatan kepada manajer untuk melakukan

manajemen laba (earnings management) sehingga akan menyesatkan pemilik

(pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan (Sulistiani, 2013).

Dalam kondisi demikian, manajer dapat menggunakan informasi yang

diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan dalam usaha

memaksimalkan kemakmurannya (Salno dan Baridwan, 2000).

Pembahasan konsep perataan laba dapat dilakukan dengan menggunakan

pendekatan teori keagenan (Salno dan Baridwan, 2000). Lambert (1984:165)

dalam Dewi (2014) juga menggunakan teori keagenan untuk memperlihatkan

adanya perjanjian kompensasi optimal yang ditawarkan prinsipal sehingga

menimbulkan motivasi untuk melakukan income smoothing.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

16

2.1.2 Teori akuntansi positif

Teori akuntansi positif adalah teori yang memprediksi tindakan pemilihan

kebijakan akuntansi oleh manajer dan bagaimana manajer akan merespon

kebijakan akuntansi baru yang diusulkan (Scott, 2006). Watts dan Zimmerman

(1986) merumuskan pemahaman tentang perataan laba (income smoothing) yang

dirumuskan dalam Positive Accounting Theory (PAT), yaitu anggapan bahwa

tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan praktik-praktik akuntansi,

diantaranya:

1) The bonus plan hypothesis

Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer

perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser

laba dari masa depan ke masa kini sehingga dapat menaikkan laba masa

kini.

2) Debt convenant hypothesis

Pada perusahan yang mempunyai debt to equity ratio tinggi, manajer

perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat

meningkatkan pendapatan atau laba. Hal ini karena perusahaan dengan

debt to equity ratio yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam

memperoleh dana tambahan dari pihak kreditur bahkan perusahaan

terancam melanggar perjanjian utang.

3) Political cost hypothesis

Ketika perusahaan mengeluarkan biaya untuk kepentingan politik dengan

jumlah yang besar, maka perusahaan tersebut akan cenderung

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

17

menggunakan metode akuntansi yang dapat membuat pelaporan laba pada

periode berjalan lebih rendah daripada pelaporan laba sesungguhnya.

Semakin besar perusahaan, maka biaya politik yang terjadi akan

cenderung semakin besar pula.

2.1.3 Asimetri informasi

Para pengguna internal (para manajemen) mengetahui peristiwa-peristiwa

yang terjadi pada perusahaan, sedangkan pihak eksternal yang tidak berada di

perusahaan secara langsung, tidak mengetahui informasi tersebut sehingga tingkat

ketergantungan manajemen terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para

pengguna eksternal. Salah satu kendala yang akan muncul antara agent dan

principal adalah adanya asimetri informasi.

Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana agent mempunyai

informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dan prospek dimasa yang akan

datang dibandingkan dengan principal. Kondisi ini memberikan kesempatan

kepada agent untuk menggunakan informasi yang diketahuinya dalam

memanipulasi pelaporan keuangan.

Astika (2011:4) menyatakan terdapat dua bentuk asimetri informasi, yaitu:

1) Adverse selection, yaitu jenis asimetri informasi dimana salah satu pihak

mempunyai informasi lebih dibanding dengan yang lainnya dalam suatu

transaksi bisnis atau potensial transaksi.

2) Moral hazard, yaitu tipe asimetri informasi yang menggambarkan satu atau

lebih kelompok melakukan transaksi bisnis, serta pihak atau kelompok

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

18

tersebut dapat mengendalikan tindakan-tindakannya secara menyeluruh atas

transaksi bisnis yang dilakukan, sedangkan kelompok lain tidak memiliki

potensi tersebut.

Schift dan Lewin (1970) dalam Ujiyanto dan Bambang (2007),

menyatakan bahwa agent berada pada posisi yang memiliki lebih banyak

informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara

keseluruhan dibandingkan dengan principal. Dengan asumsi bahwa individu-

individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan

informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agent untuk

menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Dengan

adanya kondisi yang asimetri, maka agent dapat mempengaruhi angka-angka

akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan

manajemen laba. Sehingga dalam kondisi semacam ini principal seringkali pada

posisi yang tidak diuntungkan.

2.1.4 Laba

Laba sangat penting bagi suatu perusahaan, karena berhasil atau tidak

suatu perusahaan pada umumnya diukur dengan laba yang diperoleh. Menurut

Suwardjono (2008:464), laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan

menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan

diatas biaya. Menurut Soemarso (2004:245), laba adalah selisih lebih pendapatan

atas beban sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut

selama periode tertentu. Dapat disimpulkan bahwa laba berasal dari semua

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

19

transaksi yang terjadi di perusahaan dan akan mempengaruhi kegiatan perusahaan

pada suatu periode dan laba didapat dari selisih antara pendapatan dengan beban.

Laba akuntansi (accounting income) didefinisikan sebagai perbedaan

antara pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi selama satu periode

dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Wild dan Subramanyan

(2005:411) menyebutkan bahwa laba akuntansi (accounting income) merupakan

produk lingkup pelaporan keuangan yang melibatkan standar akuntansi,

mekanisme pengaturan, dan insentif manajer.

Di sisi lain, akuntan mendefinisikan laba dari sudut pandang perusahaan

sebagai suatu kesatuan. Laba akuntansi sebagai (accounting income) secara

operasional didefinisikan sebagai perbedaan pendapatan yang direalisasikan dari

transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan

pendapatan tersebut.

Belkaoui (2007:229) menyebutkan bahwa laba akuntansi mempunyai lima

karakteristik sebagai berikut:

1) Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual yang diadakan oleh

perusahaan (terutama pendapatan yang berasal dari penjualan barang atau

jasa dikurangi biaya yang dibutuhkan untuk mencapai penjualan tersebut)

2) Laba akuntansi didasarkan pada postulat periodisasi dan mengacu pada

kinerja keuangan perusahaan selama satu periode tertentu.

3) Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan

pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan

pendapatan.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

20

4) Laba akuntansi memerlukan pengukuran tentang biaya (expenses) dalam

bentuk biaya historis.

5) Laba akuntansi menghendaki adanya penandingan (matching) antara

pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan

tersebut.

2.1.5 Manajemen laba

Manajemen laba mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan

atau meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan

manajemen. Menurut Schipper (dalam Jafarpour, 2014), manajemen laba adalah

campur tangan yang disengaja dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan

maksud untuk memperoleh keuntungan. Scott (2006:369) membagi cara

pemahaman atas manajemen laba menjadi dua, yaitu sebagai perilaku oportunistik

manajer dan sebagai efficient contracting. Manajemen laba sebagai perilaku

oportunistik, manajemen laba dilakukan untuk memaksimumkan utilitas

perusahaan dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political

cost (opportunistic earnings management). Manajemen laba dari perspektif

efficient contracting (efficient earnings management) dapat dipahami sebagai cara

untuk memberi manajer suatu fleksibilitas guna melindungi diri dan perusahaan

dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

21

Menurut Scott dalam Indriyani (2009), pola manajemen laba dapat

dilakukan dengan cara:

a) Taking a bath

Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru

dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan

dapat meningkatkan laba di masa yang akan datang.

b) Income minimization

Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat laba yang tinggi,

sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis

dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.

c) Income maximization

Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net

income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini

dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian

hutang.

d) Income smoothing (perataan laba)

Perataan laba merupakan salah satu bentuk manajemen laba yang

dilakukan dengan cara membuat laba akuntansi relatif konsisten (rata atau

smooth) dari periode ke periode.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

22

2.1.6 Income smoothing (perataan laba)

Perataan laba (income smoothing) merupakan salah satu pola dari

manajemen laba dimana manajemen berusaha menstabilkan laba perusahaan

selama beberapa periode dengan tujuan tertentu. Menurut Belkaoui (2007:192),

perataan laba merupakan upaya yang sengaja dilakukan dengan melakukan

normalisasi laba untuk mencapai tingkatan atau kinerja tren yang diinginkan dan

suatu upaya yang dilakukan oleh manajer dengan sengaja untuk memperkecil

fluktuasi laba pada tingkat yang dianggap normal. Perataan laba (income

smoothing) menurut Fudenberg dan Tirole dikutip oleh Stolowy dan Breton

(2000) dalam Dewi dan Zulaikha (2011) mengemukakan bahwa income

smoothing (perataan laba) adalah suatu proses manipulasi laba yang sengaja diatur

pada waktu terjadinya atau usaha yang sengaja dirancang berkaitan dengan

pengurangan arus laba yang dilaporkan, bukan pada saat menambah jumlah laba

yang dilaporkan dalam jangka panjang.

Tindakan income smoothing sengaja dilakukan manajemen guna mencapai

posisi laba yang diinginkan dalam laporan laba rugi perusahaan guna menarik

minat pasar dalam berinvestasi, karena perhatian investor seringkali hanya

terpusat pada informasi laba tersebut (Subekti, 2005). Situasi ini dimanfaatkan

oleh manajer untuk melakukan perataan laba dengan tujuan untuk menstabilkan

laba sesuai dengan kepentingannya, dengan harapan investor dapat memiliki

motivasi yang tinggi untuk berinvestasi dalam perusahaan.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

23

Menurut Subekti (2005), dimensi perataan laba pada dasarnya adalah cara

yang digunakan untuk melakukan perataan laba. Ronen dan Sadan (1981) dalam

Mostafa, dkk. (2013) memungkinkan income smoothing melalui tiga metode,

yaitu:

a) Perataan melalui terjadinya peristiwa dan/atau identifikasi

Ini berarti manajemen dapat memilih saat terjadinya peristiwa keuangan

dengan cara memberikan efek penurunan variabel periodikal menjadi

laporan pendapatan.

b) Perataan melalui dedikasi

Manajemen memiliki kewenangan dengan cara mengendalikan otorisasi

pada keuangan yang merupakan efek dari peristiwa finansial yang ada.

c) Perataan melalui klasifikasi

Manajemen perusahaan melakukan perataan laba dengan cara

mengklasifikasikan item-item dalam laba (extra-ordinary items atau

ordinary items) untuk menimbulkan kesan yang lebih merata pada laporan

keuangan yang dilaporkan.

Menurut Nasir, dkk (2002) dalam Amanza (2014) perataan laba dapat

diakibatkan oleh dua jenis, yaitu:

1) Natural smoothing (perataan alami)

Perataan laba ini terjadi secara natural tanpa adanya intervensi dari pihak

manapun. Aliran laba dalam perataan ini secara alami menunjukkan

kestabilan dengan aliran laba yang merata untuk setiap tahunnya sehingga

tidak membutuhkan perhatian yang khusus bagi manajemen.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

24

2) Intentional Smoothing (Perataan yang disengaja)

Biasanya dihubungkan dengan tindakan manajemen. Dapat dikatakan

bahwa intentional smoothing berkenaan dengan situasi dimana rangkaian

laba yang dilaporkan dipengaruhi oleh tindakan manajemen. Intentional

smoothing dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

a) Real smoothing

Merupakan usaha yang diambil oleh manajemen dalam merespon

perubahan kondisi ekonomi. Dapat juga berarti perataan laba real

melalui transaksi nyata yaitu, dengan mengatur (menunda atau

mempercepat) transaksi. Perataan ini menyangkut pemilihan waktu

kejadian transaksi riil untuk mencapai sasaran perataan.

b) Artificial smoothing

Merupakan suatu usaha yang disengaja untuk mengurangi variabilitas

aliran laba secara artificial. Perataan laba ini menerapkan prosedur

akuntansi untuk memindahkan biaya dan pendapatan dari satu periode

ke periode tertentu. Dengan kata lain, artificial smoothing dicapai

dengan menggunakan kebebasan memilih prosedur akuntansi yang

memperbolehkan perubahan cost dan revenue dari suatu periode

akuntansi.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

25

Ayres (1994) dalam Narsa et al. (2003) mengungkapkan tiga faktor yang

dapat dikaitkan dengan munculnya income smoothing, yaitu:

1) Manajemen akrual (accruals management)

Faktor ini biasa dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat

mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi

merupakan wewenang dari para manajer. Misalnya, dengan mempercepat

atau menunda pengakuan pendapatan dan menganggap biaya sebagai suatu

tambahan investasi.

2) Penerapan suatu kebijakan akuntansi (adoption of mandatory accounting

changes)

Faktor ini berkaitan dengan keputusan manajer untuk menerapkan suatu

kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh perusahaan yaitu, antara

menerapkan lebih awal dari waktu yang diterapkan atau menunda sampai

saat berlakunya kebijakan tersebut. Para manajer tentu akan memilih

menerapkan kebijaksanaan akuntansi bila dengan penerapan tersebut dapat

mempengaruhi baik aliran kas maupun keuntungan perusahaan.

3) Perubahan akuntansi secara sukarela (voluntary accounting changes)

Faktor ini berkaitan dengan upaya manajer untuk mengganti atau

mengubah suatu metode akuntansi tertentu di antara sekian banyak metode

yang dapat dipilih dan tersedia serta diakui oleh badan akuntansi yang ada.

Contohnya, penggantian metode-metode pencatatan, mengubah metode

penyusutan aktiva dari metode garis lurus ke metode yang dipercepat atau

sebaliknya.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

26

2.1.7 Cash holding

Kas merupakan aset yang paling likuid yang ada dalam perusahaan yang

berfungsi sebagai alat yang digunakan oleh manajer dalam menjalankan

operasionalnya. Kas adalah salah satu aset yang bisa dikonversikan dalam bentuk

aset jenis lainnya. Adanya karakteristik yang unik tersebut, membuat kas menjadi

aset yang paling mungkin untuk disalahgunakan. Selain itu, kas juga merupakan

aset yang yang rentan terhadap perilaku yang tidak semestinya oleh manajemen

(Isshaq, et al., 2009).

Menurut Teruel et al. (2009) dalam Poluan, cash holdings merupakan

rasio perbandingan antara jumlah kas dan setara kas yang dimiliki perusahaan

dengan jumlah aktiva perusahaan secara keseluruhan. Swanson (2006) dalam

Poluan (2013) mengatakan tujuan perusahaan memiliki cash holding adalah untuk

membayar hutang, membiayai kesempatan investasi yang menguntungkan, serta

sebagai cadangan apabila terdapat kejadian-kejadian yang tidak terduga dimasa

yang akan datang. Sedangkan Saddour (2006) mengatakan cash holding bisa di

bagikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden, melakukan pembelian

kembali saham, melakukan investasi dan disimpan untuk kepentingan perusahaan

di masa depan.

Menurut Talebnia dan Darvish (2012) dalam Cendy (2013), cara

menggunakan kepemilikan kas internal adalah sebuah keputusan penting dalam

konflik antara pemegang saham dan manajer. Pada teori agensi, hal ini

meningkatkan keinginan manajemen untuk memegang uang tunai (cash holding).

Di sisi lain, kinerja manajer difokuskan kepada pemegang saham, sehingga

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

27

manajer harus mempertahankan kas perusahaan agar tetap stabil. Tanggung jawab

ini dapat dicapai dengan salah satu alat manajemen yaitu perataan laba atau

income smoothing (Cendy, 2013).

Berdasarkan The General Theory of Employment, Interest, and Money,

Keynes dalam Cendy (2013) menjelaskan bahwa terdapat tiga alasan atau motif

kepemilikan kas, yaitu: (1) Motif transaksi. Dalam hal ini, kas digunakan untuk

membayar barang dan jasa atau transaksi sehari-hari (2) Motif berjaga-jaga.

Dalam hal ini, kas digunakan untuk investasi (misalnya berupa saham atau

obligasi) karena investasi dianggap aman karena jarang kehilangan nilai (3) Motif

Spekulasi. Dalam hal ini, para investor mengharapkan tingkat pengembalian yang

sebesar-besarnya dari investasi yang dilakukan.

Myers dan Majluf (1984) dalam Dewi (2015) mengganggap bahwa tidak

ada tingkat optimal untuk menyimpan kas tetapi kas tersebut lebih memiliki peran

sebagai laba ditahan atau kebutuhan investasi. Jumlah kepemilikan kas di

perusahaan biasanya ditentukan oleh manajer keuangan perusahaaan.

Ketersediaan jumlah kas yang optimal bagi perusahaan dapat mempengaruhi

keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan tersebut (Prasentianto, 2014).

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Chung et al. (2011), mereka dapat

menunjukkan bahwa perusahaan terus mengurangi penahanan kas ketika tingkat

asimetri informasi yang lebih tinggi. Mereka menginterpretasikan hasil ini sebagai

bukti bahwa manajer lebih leluasa untuk menentukan tingkat penahanan kas

perusahaan ketika sulit bagi pemegang saham luar untuk memantau dan

menafsirkan tindakan mereka.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

28

Menurut Oppler et al. (1999) dalam Cendy (2013), ada tiga teori tentang

mengapa perusahaan menahan kas terlalu banyak, yaitu:

1) Teori trade off

Dalam teori trade off, kepemilikan kas menyatakan bahwa tingkat

likuiditas yang optimal merupakan trade-off antara biaya dan manfaat dari

kas ditangan. Manfaat dari cash holding yaitu, mengurangi kesulitan

keuangan, kas tidak menghalangi kebijakan investasi ketika kendala

keuangan terpenuhi, dan kas menurunkan biaya penggalangan dana

eksternal atau melikuidasi aset. Biaya besar yang dikeluarkan dari kas

ditangan disisi lain merupakan biaya peluang dari modal yang

diinvestasikan dalam aset yang likuid.

2) Teori pecking order

Berdasarkan teori ini, ketika membutuhkan dana untuk keperluan

pembiayaan investasi perusahaan, seharusnya perusahaan membiayai

kesempatan investasi dengan dana internal terlebih dahulu. Jika keperluan

untuk investasi tidak bisa didapat dari pendanaan internal, maka

perusahaan akan menggunakan pendanaan eksternal dari utang sebagai

sumber pendanaan kedua dan ekuitas sebagai sumber pendanaan terakhir.

3) Teori arus kas bebas

Menurut teori arus kas bebas, masalah akan timbul jika perusahaan

memiliki free cash flow dalam jumlah besar. Pada umumnya, shareholder

mengharapkan kelebihan kas tersebut didistribusikan kepada shareholder

dalam bentuk dividen, sementara pihak manajemen lebih menginginkan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

29

menahan kas tersebut dengan alasan untuk keperluan pendanaan proyek-

proyek tertentu.

2.1.8 Bonus plan

Tujuan dari pendekatan teori akuntansi positif adalah untuk menerangkan

dan meramalkan praktik akuntansi. Salah satu contoh dalam penggunaan teori

positif ini adalah hipotesis bonus plan. Menurut Harahap (2011:112), hipotesis ini

menunjukkan bahwa manajemen yang remunerasinya didasarkan pada bonus,

maka mereka akan berusaha memaksimalkan pendapatannya melalui pendekatan

akuntansi yang dapat menaikkan laba sehingga bonusnya tinggi yang bisa menuju

arah creative accounting. Dalam penyusunan laporan keuangan manajemen tentu

akan memilih standar akuntansi yang dapat menaikkan laba atau bonus mereka.

Teori ini akan dapat menjelaskan atau memprediksi perilaku manajemen dalam

mana bonus plan diberlakukan.

Bonus plan seringkali dikaitkan dengan kesempatan bagi manajer untuk

menikmati bagian keuntungan tertentu bilamana perusahaan mampu

menghasilkan suatu tingkat keuntungan tertentu yang telah ditargetkan. Target

tersebut biasanya dinyatakan dalam satuan angka misalnya, keuntungan bersih

perusahaan dalam suatu periode akuntansi tertentu atau tingkat pengembalian

terhadap nilai buku aset perusahaan, atau pencapaian harga saham tertentu di

pasar modal (Setiawan, 2011).

Hipotesis rencana bonus (bonus plan hypothesis) menyatakan bahwa

manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih cenderung memilih prosedur

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

30

akuntansi yang memindah laba untuk periode mendatang menjadi laba periode

sekarang (Watts dan Zimmerman dalam Narsa et al., 2003). Karena alasan-alasan

tertentu, manajer memiliki inisiatif untuk memanipulasi atau mengatur laba yang

dilaporkan dengan menggunakan kewenangannya melalui pemilihan metode

akuntansi yang dapat mempengaruhi besar kecilnya laba.

2.1.9 Reputasi auditor

Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang didirikan

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin

usaha berdasarkan Undang-undang Akuntan Publik (Jusup, 2014:21). Reputasi

KAP dapat diartikan sebagai pandangan (image) atas nama baik, prestasi dan

kepercayaan publik yang disandang KAP tersebut. Jasa Kantor Akuntan Publik

(KAP) digunakan oleh perusahaan dalam menyampaikan suatu laporan atau

informasi akan kinerja perusahaan agar memperoleh keakuratan dan terpercaya.

Perusahaan yang menggunakan jasa dari kantor akuntan publik besar seperti the

big four cenderung lebih dipilih investor karena menghasilkan kualitas audit yang

baik (Handayani, 2013).

Indonesia memiliki kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan the big

four, sehingga dapat memudahkan perusahaan-perusahaan besar di Indonesia

apabila perusahaannya ingin diaudit oleh KAP yang memiliki reputasi (Ariyani,

2014). Kantor akuntan publik di Indonesia yang berafiliasi dengan the big four

antara lain:

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

31

1) KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan berafiliasi dengan PwC (Price

Waterhouse Coopers).

2) KAP Osman Bing Satrio berafiliasi dengan Deloitte Tauche Thomatsu.

3) KAP Purwantoro, Suherman & Surja berafiliasi dengan Ernest & Young.

4) KAP Sidharta Widjaja berafiliasi dengan KPMG (Klynfeld Peat Marwick

Godelar).

2.1.10 Profitabilitas

Kemampuan memperoleh laba bisa diukur dari modal sendiri maupun dari

seluruh dana yang diinvestasikan ke dalam perusahaan (Wiagustini, 2010:76).

Menurut Kasmir (2013:196), penggunaan rasio profitabilitas merupakan rasio

untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga

memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini

ditunjukkan dari hasil penjualan dan pendapatan investasi. Pada dasarnya

penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.

Juniarti dan Carolina (2005), menyatakan profitabilitas sebagai salah satu

faktor yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba, tindakan perataan laba

cenderung dilakukan oleh perusahaan yang profitabilitasnya rendah dan

perusahaan dalam industri yang lebih berisiko. Profitabilitas sering dijadikan

patokan oleh investor dan kreditur dalam menilai sehat atau tidaknya suatu

perusahaan. Profitabilitas akan mempengaruhi keputusan investasi dan pemberian

kredit. Perusahaaan dengan profitabilitas rendah akan cenderung untuk melakukan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

32

perataan laba dibandingkan perusahaan dengan profitabilitas tinggi. Perataan laba

dilakukan agar image perusahaan terlihat lebih bagus (Abiprayu, 2011).

Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah

memperoleh laba atau profit yang maksimal. Diperolehnya laba yang maksimal

sesuai yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan

pemilik, karyawan serta meningkatan mutu perusahaan dan melakukan investasi

baru. Tujuan akhir tersebut menuntut manajemen perusahaan untuk mampu

memenuhi target yang telah ditetapkan.

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran

tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal tersebut ditunjukkan dalam

hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Dimana semakin baik rasio

profitabilitas, maka semakin baik perusahaan dalam memperoleh keuntungan

(Fahmi, 2014:68). Profitabilitas adalah ukuran penting yang digunakan investor

dalam menilai apakah suatu perusahaan sehat atau tidak untuk menjadi tempat

berinvestasi, yang selanjutnya hasil ini mempengaruhi investor untuk

memutuskan membeli atau menjual saham.

2.1.11 Leverage

Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana

aktiva perushaan dibiayai dengan utang. Wiagustini (2010:76) menyebutkan

leverage adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya

baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang atau mengukur sejauh mana

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

33

perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio ini mempunyai beberapa implikasi: (1)

para pemberi kredit akan melihat kepada modal sendiri untuk melihat batas

keamanan pemberian kredit, (2) dengan menggunakan hutang, memberi dampak

yang positif bagi pemilik karena perusahaan memperoleh dana tetapi pemilik

tidak kehilangan kendali atas perusahaan, (3) apabila perusahaan mendapat

keuntungan yang lebih besar dari beban bunga, maka keuntungan bagi pemilik

modal sendiri akan menjadi lebih besar (Bernadetha, 2010).

Rasio leverage yang tinggi dapat diindikasikan adanya kemungkinan

kesulitan yang dihadapi oleh perusahaan untuk membayar bunga dan prinsipal di

masa yang akan datang. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage tinggi

diduga melakukan perataan laba karena perusahaan terancam default sehingga

manajemen membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan (Prabayanti

dan Yasa, 2011).

2.2 Rumusan Hipotesis

Sub bab 2.2 menguraikan mengenai pengaruh cash holding pada income

smoothing, pengaruh bonus plan pada income smoothing, pengaruh reputasi

auditor pada income smoothing, pengaruh profitabilitas pada income smoothing,

dan pengaruh leverage pada income smoothing.

2.2.1 Pengaruh cash holding pada income smoothing

Berdasarkan teori agensi, adanya konflik antara manajer dan pemegang

saham menimbulkan keinginan manajemen untuk memegang kas (cash holding)

di perusahaan. Manajer menggunakan cash holding untuk meminimalisir

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

34

pendanaan eksternal dan operasional perusahaan. Oleh karena cash holding yang

bersifat likuid, jangka pendek dan mudah dijadikan kas dalam jumlah tertentu

tanpa mengalami perubahan nilai yang signifikan. Cash holding sangat mudah

dikendalikan manajer sehingga memotivasi manajer untuk melakukan

kepentingan pribadi. Hal ini dapat meningkatkan praktik income smoothing

(Mambraku, 2014).

Talebnia dan Darvish (2012) dalam Cendy (2013) menyatakan bahwa cash

holding (kepemilikan kas) berhubungan signifikan dan berhubungan langsung

dengan income smoothing (perataan laba), yang berarti bahwa semakin tinggi

kepemilikan kas atau semakin tinggi kas yang ada dalam perusahaan, maka

semakin tinggi perataan laba. Hasil penelitian yang sama diungkapkan oleh

Hutauruk (2013) dan Mambraku (2014) yang menyatakan bahwa cash holding

berpengaruh positif terhadap praktik income smoothing. Cendy (2013) juga telah

meneliti mengenai pengaruh cash holding terhadap income smoothing juga

mendapatkan hasil yang sama yaitu cash holding berpengaruh singnifikan

terhadap income smoothing.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis pertama

dalam penelitian ini adalah:

H1 : Cash holding berpengaruh positif pada income smoothing perusahaan

property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

periode 2012-2014.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

35

2.2.2 Pengaruh bonus plan pada income smoothing

Berdasarkan the bonus plan hypothesis pada perusahaan yang memiliki

rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih memilih metode

akuntansi yang dapat menggeser laba dari periode mendatang ke periode saat ini

sehingga dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini dilakukan karena manajer lebih

menyukai pemberian bonus yang lebih tinggi untuk masa kini. Sehingga memicu

manajer melakukan praktik perataan laba. hipotesis ini menunjukan bahwa

manajemen yang remunerasinya didasarkan pada bonus, maka mereka akan

berusaha memaksimalkan pendapatannya melalui pendekatan akuntansi yang

dapat menaikkan laba, sehingga bonusnya tinggi yang bisa menuju arah creative

accounting (Harahap, 2011:112). Hasil penelitian Gayatri dan Wirakusuma (2012)

menemukan bahwa bonus plan berpengaruh positif pada peluang terjadinya

praktik perataan laba.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis kedua dalam

penelitian ini adalah:

H2 : Bonus plan berpengaruh positif pada income smoothing perusahaan

property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

periode 2012-2014.

2.2.3 Pengaruh reputasi auditor pada income smoothing

Reputasi auditor adalah sebagai suatu tolak ukur yang menunjukkan kualitas

hasil audit yang dapat diproksikan dengan besaran suatu KAP (Kantor Akuntan

Publik) dan KAP Big Four sebagai proksi kualitas auditor yang tinggi. Soselisa

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

36

(2008) dalam Prabayanti dan Yasa (2011) menyatakan bahwa kualitas audit yang

lebih tinggi dari suatu Kantor Akuntan Publik (KAP) akan memperbesar risiko

terungkapnya kecurangan akuntansi. Dengan demikian, terdapat indikasi bahwa

KAP Big Four akan cenderung bertindak lebih objektif dalam menghasilkan

kualitas audit yang lebih baik daripada KAP non-Big Four.

Sementara itu, reputasi auditor merupakan penilaian terhadap kualitas

auditor dalam melakukan audit (Prabayanti dan Yasa, 2011). Gayatri dan

Wirakusuma (2012) menemukan bahwa reputasi auditor tidak memiliki pengaruh

terhadap perataan laba. Hasil ini juga konsisten dengan Prabayanti dan Yasa

(2011) dan Wahyuni, dkk. (2013) yang menemukan hasil bahwa reputasi auditor

tidak berpengaruh terhadap perataan laba.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis ketiga dalam

penelitian ini adalah:

H3 : Reputasi auditor berpengaruh negatif pada income smoothing perusahaan

property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

periode 2012-2014.

2.2.4 Pengaruh profitabilitas pada income smoothing

Menurut Juniarti dan Corolina (2005) fluktuasi profitabilitas yang rendah

atau menurun memiliki kecenderungan bagi perusahaan tersebut untuk melakukan

perataan laba, hal ini dipicu jika perusahaan dalam menentukan kompensasi bonus

berdasarkan pada besarnya profit yang dihasilkan.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

37

Profitabilitas yang stabil akan meningkatkan kepercayaan pasar sehingga

perusahaan menjaga konsistensi tingkat labanya. Hal ini senada dengan penelitian

Amanza (2012) yang mengatakan bahwa profitabilitas yang menurun memiliki

kecenderungan untuk melakukan tindakan perataan laba agar laba tampak stabil.

Lebih lanjut Manuari dan Yasa (2014) menyebutkan rendahnya probabilitas

variabel profitabilitas mempengaruhi praktik perataan laba. Berbeda dengan

Ramdani (2012) menemukan bahwa tidak ada pengaruh antara profitabilitas

terhadap praktik perataan laba yang dilakukan perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis keempat

dalam penelitian ini adalah:

H4 : Profitabilitas berpengaruh negatif pada income smoothing perusahaan

property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Periode 2012-2014.

2.2.5 Pengaruh leverage pada income smoothing

Menurut Sartono dalam Budiasih (2009), financial leverage menunjukkan

proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang

perusahaan, maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor, sehingga

investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi

tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba.

Hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwito dan

Herawati (2005) yang menyatakan bahwa leverage ratio bukan faktor yang

mendorong praktik perataan laba. Hal ini berarti perusahaan dengan tingkat

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.pdfMenurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.

38

leverage tinggi tidak memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk melakukan

perataan laba dibandingkan perusahaan dengan tingkat leverage rendah.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis kelima dalam

penelitian ini adalah:

H5 : Leverage berpengaruh negatif pada income smoothing perusahaan

property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

periode 2012-2014.