11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Teori Hierarki Maslow
Teori Hierarki ini dikemukakan oleh seorang psikolog yang bernama
Abraham Maslow pada tahun 1943. Teori ini mengemukakan 5 kebutuhan hidup
manusia berdasarkan Hirarkinya yaitu mulai dari kebutuhan yang mendasar hingga
kebutuhan yang lebih tinggi. Teori ini kemudian dikenal dengan Teori Maslow atau
Teori Hirarki Kebutuhan. Hirarki kelima Kebutuhan tersebut diantaranya adalah :
1) Kebutuhan Fisiologis (Physiological needs), yaitu kebutuhan terhadap
makanan, minuman, air, udara, pakaian, tempat tinggal dan kebutuhan untuk
bertahan hidup. Kebutuhan Fisiologis merupakan kebutuhan yang paling
mendasar.
2) Kebutuhan Keamanan (Safety needs), yaitu kebutuhan akan rasa aman dari
kekerasan baik fisik maupun psikis seperti lingkungan yang aman bebas polusi,
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja serta bebas dari ancaman.
3) Kebutuhan Sosial (Social needs), yaitu kebutuhan untuk dicintai dan mencintai.
Manusia merupakan makhluk sosial, Setiap orang yang hidup di dunia
memerlukan keluarga dan teman.
4) Kebutuhan Penghargaan (Esteem needs), Maslow mengemukan bahwa setelah
memenuhi kebutuhan Fisiologis, Keamanan dan Sosial, orang tersebut
12
berharap diakui oleh orang lain, memiliki reputasi dan percaya diri serta
dihargai oleh setiap orang.
5) Kebutuhan Aktualisasi diri (Self-Actualization), Kebutuhan ini merupakan
kebutuhan tertinggi menurut Maslow, Kebutuhan Aktualisasi diri adalah
kebutuhan atau keinginan seseorang untuk memenuhi ambisi pribadinya.
2.1.2 Teori ERG Alderfer
Pada tahun 1969, Clayton Alderfer mempublikasikan artikel tentang
kebutuhan manusia yang berjudul “An Empirical Test of a New Theory of Human
Need”. Teori tersebut merupakan Teori Alternatif terhadap Teori Hirarki Maslow.
Teori ini mengemukan Tiga kebutuhan Manusia yaitu :
1) Kebutuhan Eksistensi (Existence needs) yaitu kebutuhan akan pemenuhan
faktor fisiologis dan Materialistis termasuk kebutuhan akan rasa aman.
2) Kebutuhan Hubungan (Relatedness needs) yaitu kebutuhan untuk memiliki
hubungan dengan orang lain.
3) Kebutuhan Pertumbuhan (Growth needs) yaitu kebutuhan atau keinginan untuk
bertumbuh dan mencapai potensi diri secara maksmal.
2.1.3 Teori Kebutuhan McClelland
Seorang Psikolog Amerika Serikat yang bernama David McClelland
mengemukan hubungan antara kebutuhan pencapaian, afiliasi dan kekuasaan pada
akhir 1940-an. Teori Kebutuhan McClelland diantaranya adalah :
13
1) Need for achievement merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses yang
diukur berdasarkan standar kesempurnaan dalam diri seseorang. Kebutuhan itu
berhubungan erat dengan belajar dan mengarahkan tingkah laku pada usaha
untuk mencapai usaha tertentu.
2) Need for affiliation merupakan kebutuhan akan kehangatan dan dukungan
dalam hubungan dengan orang lain. Kebutuhan ini mengarahkan tingkah laku
untuk mengadakan hubungan secara akrab dengan orang lain.
3) Need for power merupakan kebutuhan untuk menguasai dan mempengaruhi
orang lain. Kebutuhan ini menyebabkan seseorang tidak atau kurang
memedulikan perasaan orang lain.
2.1.4 Teori Motivator-Hygiene Herzberg
Frederick Herzberg adalah seorang Psikolog Amerika Serikat yang
mengemukan Teori Motivator-Hygiene Herzberg. Teori tersebut didapat dari
penelitian terhadap 203 akuntan dan teknisi di area Pittsburgh, Amerika Serikat.
Dari hasil penelitian tersebut ditemukan dua faktor yang berbeda yaitu kepuasan
dan ketidakpuasan dalam bekerja. Teori Motivator-Hygiene Herzberg juga dikenal
dengan Teori Dua Faktor, yaitu :
1) Kepuasan bekerja, yaitu faktor yang berkaitan dengan pengakuan, prestasi,
tanggung jawab yang memberikan kepuasan positif. Faktor ini sering disebut
juga dengan Faktor Motivator.
14
2) Ketidakpuasan bekerja, yaitu faktor yang berkaitan dengan gaji, keamanan
bekerja dan lingkungan kerja yang seringkali memberikan ketidakpuasan.
Faktor ini sering disebut dengan Faktor Hygiene.
2.1.5 Pendidikan Profesi Akuntansi
Istilah profesi berasal dari bahasa Yunani, professues berarti suatu kegiatan
atau pekerjaan yang dihubungkan dengan sumpah atau janji yang bersifat religius,
sehingga ada ikatan batin bagi seseorang yang memiliki profesi tersebut untuk tidak
melanggar dan memelihara kesucian profesinya. Pandangan yang dikemukakan
oleh Paisey dan Nicholas (2005) menunjukkan bahwa asal mula istilah profesional
yaitu apa yang profesional miliki (profess), mereka memiliki (profess) pengetahuan
yang lebih baik dibandingkan yang orang lain pada hal tertentu. Profesi memiliki
arti sebuah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan dan keahlian khusus. Weygant et al. (1996) menyatakan bahwa pada
umumnya profesi akuntan diperlukan pada empat bidang, yaitu publicaccounting,
private accounting, non-for-profit accounting, dan pendidik. Profesi akuntan
merupakan pihak yang menjembatani hubungan antara pihak manajemen dan
pemilik atau pihak manajemen yang mengelola suatu unit usaha (Jensen and
Meckling, 1976). Suatu profesi harus memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta
proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Secara
umum ada beberapa ciri-ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
1) Adanya pengetahuan khusus, dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan
pengalaman yang bertahun - tahun.
15
2) Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Setiap pelaku profesi
mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3) Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4) Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi selalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan
berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka
untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5) Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
Ciri-ciri dari suatu profesi sebagaimana disebut oleh Benny dan Yuskar
(2006) antara lain, adalah keahlian yang dimiliki seseorang yang diperoleh melalui
proses pendidikan yang teratur dan dibuktikan dengan sertifikat yang diperoleh dari
lembaga yang diakui dan memberikan kewenangan untuk melayani masyarakat
dalam bidang keahlian tersebut. Menurut Wyatt (2004) suatu profesi memiliki
syarat sebagai berikut :
1) Ada komitmen diri menjunjung tinggi martabat kemanusiaan lebih dari
kepentingan diri sendiri.
2) Harus menjalani persiapan profesional dalam jangka waktu tertentu. Harus
menambah pengetahuan jabatan (pengembangan diri) misalnya banyak
membaca buku, mengikuti pelatihan dan mengikuti seminar.
3) Memiliki kode etik dalam jabatan.
4) Aktif dalam bidang intelektual sehingga mampu menjawab segala masalah
yang berubah.
16
5) Adanya keinginan belajar untuk mengenal suatu keahlian yang lebih
mendalam.
6) Jabatan dipandang sebagai karir hidup.
7) Menjadi anggota suatu organisasi bidang studi.
Dalam kajian makro, sistem pendidikan menyangkut berbagai hal atau
komponen yang lebih luas lagi, yaitu masukan, proses dan output. Menurut Coombs
(1968) dalam Stephen (1994) ada 12 komponen pendidikan yang berkaitan dan
berhubungan satu sama lain dalam sistem pendidikan. Komponen tersebut adalah:
1) Tujuan, menjelaskan tentang apa yang hendak dicapai oleh sistem pendidikan.
2) Peserta didik, menjelaskan khalayak yang menjadi peserta dalam proses
pendidikan.
3) Manajemen, merupakan segala kegiatan perencanaan, pengkoordinasian,
pengarahan dan penilaian dalam sistem pendidikan.
4) Struktur dan jadwal waktu, menjelaskan tentang cara pelaksanaan kegiatan dan
pengaturan waktu mencapai tujuan.
5) Materi, merupakan hal-hal pokok yang perlu disampaikan oleh pengajar dan
perlu dipelajari oleh peserta didik untuk mencapai keterampilan akhir yang
menjadi tujuan pendidikan.
6) Tenaga pendidik, merupakan tenaga kerja yang tersedia di masyarakat yang
membantu terciptanya kesempatan belajar dan memperlancar proses
pendidikan untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
7) Alat bantu mengajar, bersumber kepada barang-barang hasil produksi
masyarakat seperti buku, peralatan laboratorium dan lainnya.
17
8) Fasilitas, secara sempit diartikan sebagai kampus yang terdiri dari gedung dan
perlengkapannya.
9) Teknologi, merupakan cara yang dipergunakan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dari segi proses maupun keluarannya.
10) Kendali mutu, merupakan komponen pokok yang mengatur terbinanya kualitas
pendidikan sesuai dengan harapan dan cita-cita.
11) Penelitian, bersumber kepada pengetahuan ilmiah kearah pengembangan
sistem pendidikan.
12) Biaya pendidikan, merupakan fungsi yang dapat memperlancar kelangsungan
proses pendidikan.
Sistem pendidikan yang baik adalah sistem pendidikan yang berorientasi pada
peningkatan kemampuan mahasiswanya dalam memahami dunia pendidikan yang
ditekuni dan manfaatnya bisa diambil di kehidupan mereka di masa yang akan
datang. Geiger dan Ogilby (2000) menyatakan nilai pendidikan sebagai suatu
sistematis colection, interprestasi dan penggunaan informasi mengenai karakteristik
mahasiswa, lingkungan pendidikan, hasil pembelajaran dan kepuasan
user/pengguna terhadap kinerja mahasiswa yang meningkat serta adanya
keberhasilan secara profesional. Dengan demikian input yang diperoleh mahasiswa
dapat menghasilkan output secara optimal yaitu berupa pengetahuan, sikap dan
ketrampilan baik hardskill maupun softskill.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
153 tahun 2014 tentang penyelenggaraan pendidikan program profesi akuntan pasal
1 menyatakan bahwa pendidikan program profesi akuntan merupakan jenis
18
pendidikan tinggi setelah program sarjana atau setara yang menyiapkan mahasiswa
dalam pekerjaan yang memerlukan persyaratan keahlian khusus di bidang
akuntansi. PPAk adalah suatu usaha yang bertujuan untuk menghasilkan
akuntan profesional dengan standarisasi kualitas akuntan di Indonesia. Mahasiswa
non akuntansi selayaknya diarahkan untuk memberi pemahaman konseptual yang
didasarkan pada penalaran sehingga ketika akhirnya masuk ke dalam dunia
praktik dapat beradaptasi dengan keadaan sebenarnya dan memiliki resistance
to change yang rendah terhadap gagasan perubahan atau pembaruan yang
menyangkut profesinya tersebut (Suwardjono, 2012).
Peraturan Ikatan Akuntansi Indonesia Nomor 2 tahun 2015 tentang
mekanisme pelaksanaan ujian Chartered Accountant Indonesia bagi mahasiswa
pendidikan program profesi akuntan menyatakan bahwa Chartered Accountant
Indonesia adalah kualifikasi akuntan profesional yang ditetapkan oleh IAI yang
pemegang sertifikatnya akan mendapatkan sebutan (designation) profesi sebagai
Chartered Accountant Indonesia disingkat “CA”. Ujian Chartered Accountant
Indonesia (CA) adalah ujian sertifikasi akuntan profesional yang diselenggarakan
oleh IAI, peserta ujian CA merupakan mahasiswa aktif PPAk. Ujian CA
diselenggarakan atas prinsip-prinsip dasar, yaitu : kompetensi, objektifitas,
independen, integritas, transparan, fairness, adil dan bertanggung jawab. IAI
menyelenggarakan ujian CA dengan tujuan untuk mendapatkan akuntan sebagai
anggota utama IAI yang memiliki :
1) Kualifikasi untuk menjalankan peran sebagai akuntan profesional sesuai
kompetensi utama dan kompetensi khusus CA.
19
2) Komitmen tinggi terhadap etika, nilai-nilai dan perilaku profesional yang
tinggi.
3) Keahlian profesional untuk menjalankan peran tersebut.
Profesi Akuntan menjadi profesi yang sangat penting dalam perkembangan
dunia perekonomian global dan modern. Pada era globalisasi ini, para pengusaha
dan pekerja asing bebas masuk ke dunia bisnis tanpa batas teritorial antar negara.
Meningkatnya akses untuk bekerja dan berwirausaha di Indonesia, maka
pengawasan dan pengendalian atas hal tersebut perlu ditingkatkan pula. Dalam
dunia ekonomi, banyak hal yang perlu diperhatikan dan diawasi seperti legalitas
dalam aktivitas usaha, kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku dan pelaporan
kegiatan usaha/bisnis yang mereka lakukan dan haruslah ada jaminan/keyakinan
bahwa laporan yang dikeluarkan oleh perusahaan benar dan berkualitas. Tugas
pengawasan dan penjamin kualitas itu salah satunya dilakukan oleh para akuntan,
karena salah satu dari jasa yang diberikan oleh akuntan adalah Assurance Services
(Jasa Atestasi).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak semua jenis
pekerjaan yang dijalankan oleh seseorang dapat disebut sebagai profesi. Suatu
pekerjaan dapat disebut sebagai profesi jika pekerjaan tersebut berasal dari
pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan khusus, memberikan pelayanan
jasa tertentu, memiliki kode etik profesi, serta memiliki sebuah wadah organisasi
profesi yang menaungi para anggotanya. Hal lain yang tak kalah penting pada
profesi adalah kepercayaan. Kepercayaan merupakan pengakuan masyarakat
20
terhadap kualitas jasa yang diberikan akuntan. Tanpa kepercayaan, profesi akuntan
tidak akan bertahan lama.
2.1.6 Motivasi
Robbins dan Judge (2015) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang
menjelaskan mengenai kekuatan, arah, dan ketekunan seseorang dalam upaya untuk
mencapai tujuan. Motivasi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010) adalah dorongan
yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan
suatu tindakan dengan tujuan tertentu atau usaha yang dapat menyebabkan
seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin
mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan
perbuatannya. Menurut Martameh (2012) motivasi berasal dari kata latin movere
yang berarti dorongan atau pemberian daya penggerak yang menciptakan
kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan
terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.
Pengertian motivasi menurut Wlodkowski (1995) adalah suatu kondisi yang
menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan
ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Suranta dan Syafiqurrahman
(2006) menyatakan motivasi adalah rangsangan, dorongan ataupun pembangkit
tenaga yang dimiliki seseorang atau sekelompok masyarakat yang mau berbuat dan
bekerjasama secara optimal dalam melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Rahayu dan Rusmawan
(2010) motivasi seringkali diartikan dengan istilah dorongan, dorongan atau
21
tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat sehingga
motivasi tersebut merupakan driving force yang menggerakkan manusia untuk
bertingkah laku dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu.
Menurut Mirawati (2013) motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang
yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu
guna mencapai tujuan. Motivasi yang ada pada diri seseorang akan mewujudkan
suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. Motivasi
bukanlah yang dapat diamati tetapi hal yang dapat disimpulkan karena adanya
sesuatu perilaku yang tampak. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang
menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung prilaku manusia, supaya mau bekerja
giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Menurut Rossetyowati (2011)
motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu
tindakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan (energy) yang mengarah
kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi
ketidakseimbangan sehingga tidak akan ada motivasi, jika tidak dirasakan adanya
kebutuhan dan kepuasan serta ketidakseimbangan tersebut.
Motivasi merupakan hal yang melatarbelakangi individu berbuat untuk
mencapai tujuan tertentu. Seseorang yang dengan sengaja mengikatkan diri
menjadi bagian dari organisasi mempunyai latar belakang yang berbeda - beda,
salah satunya adalah agar mereka dapat berinteraksi dengan manusia lainnya dan
agar kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi. Motivasi mempunyai dua bentuk, yaitu
motivasi positif dan motivasi negatif. Motivasi positif merupakan proses untuk
mempengaruhi orang lain dengan cara memberikan penambahan tingkat
22
kepuasan tertentu, misalnya dengan memberikan promosi, memberikan insentif
atau tambahan penghasilan. Sedangkan motivasi negatif merupakan proses untuk
mempengaruhi orang lain dengan cara menakut-nakuti atau mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu secara paksa (Widyastuti dkk, 2004).
Teori dari Vroom (1964) dalam Lunenberg (2011) tentang Cognitive Theory
Of Motivation menjelaskan bahwa masyarakat percaya ada hubungan antara usaha
yang mereka tunjukkan dalam perusahaan, kinerja dari usaha tersebut dan
penghargaan yang mereka terima dari usaha dan kinerja mereka. Dalam teori ini
dijelaskan tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen,
yaitu:
1) Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas.
2) Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil
dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome
tertentu).
3) Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan positif, netral, atau
negatif. Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi
harapan. Motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang
diharapkan.
Menurut Puritan (2013) fungsi motivasi adalah :
1) Mendorong timbulnya suatu kelakuan atau perbuatan. Tanpa adanya motivasi
maka tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.
2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke
pencapaian tujuan yang diinginkan.
23
3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi berfungsi sebagai mesin
dalam mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu
pekerjaan.
2.1.7 Minat
Minat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010) adalah kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Ketika
seseorang melihat bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka ia akan menjadi berminat
sehingga hal tersebut akan mendatangkan dorongan untuk mencapai kepuasan
tersebut. Tetapi ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun,
sehingga minat tidak bersifat permanen yang bisa berubah-ubah. Menurut Sandjaja
(2006) minat merupakan suatu kecenderungan yang menyebabkan seseorang
berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu.
Minat juga diartikan sebagai sikap positif terhadap aspek-aspek lingkungan. Selain
itu, minat juga merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
menikmati suatu aktivitas disertai dengan rasa senang.
Minat merupakan suatu rasa dan suatu ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh dan timbul secara tidak tiba - tiba atau spontan,
melainkan timbul akibat partisipasi, pengetahuan dan kebiasaan (Slameto, 2008).
Minat adalah keinginan yang didorong oleh suatu keinginan setelah melihat,
mengamati dan membandingkan serta mempertimbangkan dengan kebutuhan yang
diinginkannya (Harahap, 2009).
24
Menurut Benny dan Yuskar (2006) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
pada minat yaitu :
1) Minat dianggap sebagai perantara faktor-faktor motivasional yang mempunyai
dampak pada suatu perilaku.
2) Minat menunjukkan seberapa keras seseorang berani mencoba melakukan
sesuatu.
3) Minat menunjukkan seberapa banyak upaya yang direncanakan seseorang
untuk melakukan sesuatu.
Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan
apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih (Hurlock, 1995:144).
Menurut Hurlock (1995:117) minat terbagi menjadi 3 aspek, yaitu :
1) Aspek Kognitif
Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari baik di
rumah, sekolah dan masyarakat serta berbagai jenis media massa.
2) Aspek Afektif
Konsep yang membangun aspek afektif, minat dinyatakan dalam sikap
terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari pengalaman
pribadi dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru dan teman sebaya
terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari sikap yang
dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan
itu.
25
3) Aspek Psikomotor
Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat. Namun
kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan keunggulan
meningkat meskipun ini semua berjalan lambat.
Menurut Witherington (1999:26) minat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Minat Primitif
Disebut pula minat biologis, yaitu minat yang berkisar soal makanan dan
kebebasan aktivitas.
2) Minat Kultural
Disebut juga minat sosial yaitu minat yang berasal dari perbuatan yang lebih
tinggi tarafnya.
26
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1 berikut menyajikan ringkasan penelitian sebelumnya yang dapat
dijadikan referensi dan berhubungan dengan penelitian ini.
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti
dan
Tahun
Penelitian
Judul
Penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
1 Benny dan
Yuskar
(2006)
Pengaruh Motivasi
Terhadap Minat
Mahasiswa
Akuntansi untuk
Mengikuti
Pendidikan Profesi
Akuntansi (PPAk)
(Studi Empiris pada
Perguruan Tinggi di
Padang)
Variabel
Independen:
- Motivasi
kualitas
- Motivasi
karir
- Motivasi
ekonomi
Variabel
Dependen:
- Minat
mengikuti
PPAk
Variabel motivasi
kualitas dan
motivasi karir
berpengaruh
signifikan terhadap
minat mahasiswa
untuk mengikuti
PPAk, sedangkan
untuk motivasi
ekonomi tidak
signifikan
mempengaruhi
minat untuk
mengikuti PPAk.
2 Lisnasari
dan
Fitriany
(2008)
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Minat Mahasiswa
Akuntansi untuk
Mengikuti
Pendidikan Profesi
Akuntasi (PPAk)
(Studi Empiris di
Universitas
Indonesia)
Variabel
Independen:
- Motivasi
karir
- Motivasi
mencari
ilmu
- Motivasi
ekonomi
- Motivasi
gelar
- Motivasi
mengikuti
USAP
Pada mahasiswa
akuntansi ekstensi,
faktor yang
mempengaruhi
minat mengikuti
PPAk adalah
motivasi gelar,
masa pendidikan,
dan motivasi karier.
Pada mahasiswa
akuntansi regular
tidak ada satu pun
faktor yang
mempengaruhi
27
No Peneliti
dan
Tahun
Penelitian
Judul
Penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
- Biaya
pendidikan
PPAk dan
lama
pendidikan
PPAk
Variabel
Dependen:
- Minat
mengikuti
PPAk
minat mengikuti
PPAk. Pada
mahasiswa PPAk,
faktor yang
mempengaruhi
minat mengikuti
PPAk adalah
motivasi karir.
3 Widyastuti
dkk, (2004)
Pengaruh Motivasi
Terhadap Minat
Mahasiswa
Akuntansi untuk
Mengikuti
Pendidikan Profesi
Akuntasi (PPAk)
Variabel
Independen:
- Motivasi
kualitas
- Motivasi
karir
- Motivasi
ekonomi
- Tingkat
pendidikan
Variabel
Dependen:
- Minat
Mengikuti
PPAk
Variabel motivasi
karir merupakan
faktor yang paling
signifikan
mempengaruhi
minat mahasiswa
untuk mengikuti
PPAk, sedangkan
untuk motivasi
kualitas dan
motivasi ekonomi
tidak signifikan
mempengaruhi
minat untuk
mengikuti PPAk.
Ada perbedaan
minat antara
mahasisiwa tingkat
awal dan
mahasiswa tingkat
akhir.
4 Istina dan
Yulita
(2008)
Pengaruh Persepsi
dan Motivasi
Mahasiswa Jurusan
Akuntansi Yang
Variabel
Independen:
- Persepsi
Variabel persepsi
dan variabel
motivasi kualitas
berpengaruh
28
No Peneliti
dan
Tahun
Penelitian
Judul
Penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
Sedang Mengambil
Skripsi Terhadap
Peminatan Karir
Dalam Bidang
Perpajakan (Studi
Empiris pada
Mahasiswa
Akuntansi
Universitas Dian
Nuswantoro)
- Motivasi
kualitas
- Motivasi
karir
- Motivasi
ekonomi
Variabel
Dependen:
- Minat
berkarir
dalam
bidang
perpajakan
signifikan terhadap
minat karir dalam
bidang perpajakan.
Sedangkan variabel
motivasi karir dan
motivasi ekonomi
tidak berpengaruh
secara signifikan
terhadap minat
karir dalam bidang
perpajakan.
5 Rita dan
Indarto
(2013)
Pengaruh Motivasi
dan Pengetahuan
Undang-Undang
No.5 Tahun 2011
Tentang Akuntan
Publik Terhadap
Minat Mahasiswa
Akuntansi
Mengikuti
Pendidikan Profesi
Akuntansi (PPAk)
Variabel
Independen:
- Motivasi
karir
- Mengikuti
USAP
- Motivasi
kualitas
- Motivasi
ekonomi
- Pengetahuan
Undang-
Undang
No.5 Tahun
2011 tentang
akuntan
publik
Variabel
Dependen:
- Minat
mahasiswa
akuntansi
mengikuti
Pendidikan
Variabel motivasi
karir, Motivasi
mengikuti USAP,
motivasi kualitas,
motivasi ekonomi,
Pengetahuan
Undang-Undang
No.5 tahun 2011
tentang akuntan
publik secara
bersama-sama
berpengaruh positif
terhadap minat
mahasiswa
akuntansi
mengikuti
Pendidikan Profesi
Akuntansi.
29
No Peneliti
dan
Tahun
Penelitian
Judul
Penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
Profesi
Akuntansi.
6 Yudhistira
(2014)
Pengaruh Motivasi
Terhadap Minat
Mahasiswa untuk
Mengikuti
Pendidikan Profesi
Akuntansi (Studi
Empiris pada
Mahasiswa
Akuntansi
Universitas
Brawijaya)
Variabel
Independen:
- Motivasi
kualitas
- Motivasi
karir
- Motivasi
ekonomi
- Motivasi
sosial
Variabel
Dependen:
- Minat
mahasiswa
akuntansi
untuk
mengikuti
PPAk
Variabel motivasi
kualitas, motivasi
karier, motivasi
ekonomi, dan
motivasi sosial
secara simultan
berpengaruh
terhadap minat
mahasiswa
akuntansi untuk
mengikuti PPAk.
7 Nisa
(2012)
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Minat Mahasiswa
Untuk Mengikuti
Pendidikan Profesi
Akuntansi (PPAk)
(Survai Pada
Perguruan Tinggi di
Surakarta
Variabel
Independen:
- Motivasi
karir
- Motivasi
kualitas
- Motivasi
sosial
- Persepsi
Variabel
Dependen:
- Minat
mahasiswa
mengikuti
PPAk
Variabel motivasi
karir, motivasi
kualitas, motivasi
sosial, dan persepsi
berpengaruh
terhadap minat
mahasiswa untuk
mengikuti
Pendidikan Profesi
Akuntansi (PPAk).
30
No Peneliti
dan
Tahun
Penelitian
Judul
Penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
8 Ayu et al.
(2013)
Accounting
Students Perception
And Motivation On
Interest Of Internal
Auditors Profession
Variabel
Independen :
- Motivasi
karir
- Motivasi
kualitas
- Motivasi
ekonomi
- Persepsi
keutungan
auditor
internal
- Persepsi
pengorbanan
auditor
internal
Variabel
Dependen :
- Minat
menjadi
auditor
internal
Variabel motivasi
karir, motivasi
kualitas, motivasi
ekonomi, dan
persepsi keutungan
auditor internal
memiliki pengaruh
positif terhadap
minat mahasiswa
akuntansi menjadi
internal auditor,
sedangkan persepsi
pengorbanan
auditor internal
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
minat mahasiswa
akuntansi menjadi
internal auditor.
9 Chevallier
et al.
(2013)
The Social
Motivation Theory
Of Autism
Variabel
Independen:
- Motivasi
sosial
Variabel
Dependen:
- Minat
Autism
Spectrum
Disorders
(ASD).
Variabel motivasi
sosial dapat
meningkatkan
minat pada Autism
Spectrum Disorders
(ASD), hal ini
berarti motivasi
sosial berpengaruh
positif pada
peningkatan minat
Autism Spectrum
Disorders (ASD).
10 Kurnia
(2014)
Peran Motivasi
Dalam
Variabel
Independen:
Variabel motivasi
kualitas
31
No Peneliti
dan
Tahun
Penelitian
Judul
Penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
Mempengaruhi
Minat Mahasiswa
Mengikuti PPA
(Studi Kasus Pada
Mahasiswa
Program
Pendidikan Profesi
Akuntansi di
Perguruan Tinggi
Kota Semarang).
- Motivasi
kualitas
- Motivasi
karir
- Motivasi
ekonomi
Variabel
Dependen:
- Minat
mahasiswa
mengikuti
PPA
berpengaruh secara
signifikan terhadap
minat mahasiswa
dalam mengikuti
PPA, sedangkan
motivasi karir dan
motivasi ekonomi
tidak berpengaruh
secara signifikan
terhadap minat
mahasiswa dalam
mengikuti PPA.
11 Nurhayani
(2012)
Pengaruh Motivasi
Terhadap Minat
Mahasiswa untuk
Mengikuti
Pendidikan Profesi
Akuntansi (PPAk)
(Studi Empiris pada
Perguruan Tinggi
Swasta Medan).
Variabel
Independen:
- Motivasi
sosial
- Motivasi
karir
- Motivasi
ekonomi
Variabel
Dependen:
- Minat
mahasiswa
mengikuti
PPAk
Variabel motivasi
sosial, motivasi
karir dan motivasi
ekonomi
berpengaruh
signifikan terhadap
minat mahasiswa
untuk mengikuti
Pendidikan Profesi
Akuntansi (PPAk).
2.3 Rumusan Hipotesis Penelitian
2.3.1 Pengaruh Motivasi Sosial pada Minat Mahasiswa Non Akuntansi untuk
Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).
Motivasi sosial merupakan motivasi yang mendasari aktivitas yang dilakukan
individu dalam reaksinya terhadap orang lain, jika ia dalam membuat pilihan
memperhitungkan akibatnya bagi orang lain (Martameh, 2012). Buss et al. (1997)
32
menyatakan bahwa pentingnya status sebagai motivasi sosial akan sangat
berpengaruh terhadap tingkat kecemasan yang dialami seseorang, disamping itu
motivasi sosial secara psikologis mampu mengabaikan peran dari jenis kelamin
seseorang. Akerlof (2006) menyatakan bahwa motivasi sosial dapat menyebabkan
individu untuk berperilaku berbeda karena terkait dengan adanya motivasi ekonomi
yang melatarbelakanginya. Coralie et al. (2012) mengungkapkan apabila motivasi
sosial langsung diungkapkan sendiri serta tercermin dalam situasi sosial dan non
sosial maka dikatakan motivasi sosial itu bersifat sederhana. Motivasi sosial dapat
diartikan sebagai suatu dorongan seseorang untuk melakukan perbuatan dengan
tujuan atau bernilai sosial, memperoleh pengakuan maupun penghargaan dari
lingkungan dimana seseorang berada. Pekerjaan akuntan membutuhkan lingkungan
dan situasi sekitar yang baik. Nilai-nilai sosial mendorong pekerjaan akuntan lebih
dihargai dan mendapat tempat distrata sosial masyarakat. Kepedulian dan perhatian
pada sekitar oleh seorang akuntan akan meningkatkan nilai instrinsik dan nilai jual
akuntan. Menurut Widyasari (2010) nilai-nilai sosial ditunjukkan sebagai faktor
yang mencerminkan kemampuan seseorang pada masyarakatnya, dengan kata lain
nilai-nilai sosial adalah nilai seseorang dari sudut pandang orang lain di
lingkungannya.
Penelitian mengenai pengaruh motivasi sosial pada minat mahasiswa non
akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) sejauh ini masih
cukup sedikit. Baumeistel et al. (1991) menyatakan bahwa keinginan untuk
berhubungan sosial dengan orang lain sangat memegang peranan sentral di dalam
hal kebutuhan untuk melakukan koneksi dengan orang lain di samping aspek lain
33
seperti kompetensi dan kebutuhan untuk berprestasi. Chevallier et al. (2012) dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa motivasi sosial dapat meningkatkan minat
pada Autism Spectrum Disorders (ASD), hal ini menunjukan bahwa motivasi sosial
dapat mengkapitalisasi pada temuan terbaru dan memberikan gambaran terbaru
terkait motivasi sosial pada perilaku, biologis, dan evolusi. Penelitian yang
dilakukan oleh McClintock (1972), Nisa (2012), Nurhayani (2012), Yudhistira
(2014) menunjukan bahwa motivasi sosial berpengaruh positif terhadap minat
mahasiswa akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).
Penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ayuningtyas dan Prihantini (2012) menunjukan bahwa motivasi sosial tidak
berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti
PPAk. Berdasarkan uraian di atas mengenai motivasi sosial maka dapat diajukan
hipotesis sebagai berikut:
H1 : Motivasi sosial berpengaruh pada minat mahasiswa non akuntansi untuk
mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).
2.3.2 Pengaruh Motivasi Kualitas pada Minat Mahasiswa Non Akuntansi
untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).
Motivasi kualitas menurut Puritan (2013) merupakan dorongan yang timbul
dalam diri seseorang untuk memiliki dan meningkatkan kualitas diri dan
kemampuannya dalam bidang yang ditekuninya sehingga dapat melaksanakan
tugas dengan baik dan benar. Maarten et al. (2009) menyatakan bahwa motivasi
kualitas yang baik yang dialami oleh guru-guru didukung oleh otonomi secara
struktur dan memiliki keterlibatan secara emosional akan menciptakan lingkungan
sekolah yang memungkinkan siswanya untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka
34
yakni kompetensi dan pengetahuan. Kualitas seseorang dipengaruhi baik secara
langsung maupun tidak langsung oleh tingkat pendidikannya termasuk pendidikan
berkelanjutan terstruktur maupun mandiri. Maka dari itu, motivasi sering kali
menjadi dorongan untuk meningkatkan kualitas memicu keinginan untuk mengikuti
suatu pendidikan. Selama ini, lulusan S1 akuntansi yang membuka kantor akuntan
publik ataupun bekerja di bidang akuntansi sering diragukan
kualitas/kemampuannya. Pandangan masyarakat adalah seseorang yang belum
menempuh pendidikan profesi belum dapat dikatakan profesional dan
kemampuannya diragukan. Oleh sebab itu, pendidikan formal profesi akuntansi dan
ujian sertifikasi adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas akuntan dan
mendapatkan kepercayaan lebih dari masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan
diselenggarakannya PPAk yaitu menghasilkan lulusan yang menguasai keahlian
dibidang akuntansi, dengan mengikuti PPAk mahasiswa dapat menambah wawasan
dan pengetahuan mengenai akuntansi dan peraturan akuntansi terkini sehingga
kualitas pengetahuan mahasiswa akan semakin tinggi sehingga dapat menjadi
akuntan yang profesional.
Penelitian yang dilakukan oleh Ayu et al. (2013) menunjukan bahwa motivasi
kualitas memiliki pengaruh positif terhadap minat mahasiswa akuntansi dalam
internal auditor. Hal ini berarti jika mahasiswa akuntansi meningkatkan kapasitas,
kualitas, serta sering mencari informasi di bidang akuntansi, maka akan meningkatkan
minat mahasiswa akuntansi menjadi auditor internal. Penelitian yang dilakukan oleh
Benny dan Yuskar (2006), Istina dan Yulita (2008), Nisa (2012), Rita dan Indarto
(2013), Yudhistira (2014), Kurnia (2014) menunjukkan bahwa motivasi kualitas
35
berpengaruh positif terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk.
Penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti
dkk, (2004) menunjukkan bahwa motivasi kualitas tidak berpengaruh signifikan
terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk. Berdasarkan uraian di
atas mengenai motivasi kualitas maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Motivasi kualitas berpengaruh pada minat mahasiswa non akuntansi untuk
mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).
2.3.3 Pengaruh Motivasi Karir pada Minat Mahasiswa Non Akuntansi untuk
Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).
London (1983) menyatakan bahwa motivasi karir dipandang sebagai
konstruk multidimensi. Komponen terdiri dari karakteristik individu (identitas
karir, wawasan karir, dan domain ketahanan karir) dan keputusan karir yang sesuai
dan perilaku. Hubungan antara komponen dan kondisi situasional yang relevan
diusulkan dalam model yang didasarkan pada calon dan retrospektif rasionalitas.
Motivasi karir menurut Widyastuti dkk, (2004) merupakan suatu keahlian atau
profesional seseorang di bidang ilmunya yang dinilai berdasarkan pengalaman kerja
yang akan memberikan kontribusi kepada organisasi. Motivasi karir merupakan
dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk meningkatkan kemampuan
pribadinya dan dalam rangka mencapai kedudukan, jabatan atau karir yang lebih
baik dari sebelumnya. Karir dapat diartikan sebagai rangkaian sikap dan perilaku
yang berhubungan dengan perjalanan kerja seseorang sepanjang kehidupan
kerjanya (Widyastuti dkk, 2004). Pilihan karir yang ada saat ini diharapkan akan
menjadikan seseorang menjadi profesional dalam bidangnya masing-masing
36
sehingga karir yang diinginkan akan tercapai sesuai dengan harapannya
(Trisnawati, 2013).
Profesi akuntan publik merupakan salah satu pilihan karir yang banyak
diminati, karir yang semakin tinggi mampu mendorong mahasiswa untuk mengikuti
PPAk guna mencapai kedudukan yang lebih tinggi dalam pekerjaanya,
membutuhkan lebih sedikit waktu untuk dipromosikan serta memperoleh
pengakuan atas prestasi yang diraih (Ayuningtyas dan Prihantini, 2012). Karir juga
dipandang sebagai rangkaian promosi untuk memperoleh pekerjaan yang
mempunyai beban pertanggungjawaban lebih tinggi atau penempatan posisi yang
lebih baik dalam hirarki pekerjaan seseorang sepanjang kehidupan kerjanya.
Tujuannya adalah untuk membantu menciptakan profesional sehingga mereka akan
dapat memenuhi kebutuhan pengusaha potensial dengan demikian mereka akan
memiliki kehidupan karir yang memuaskan (Kermis, 2011). Menurut Gittman dan
Mcdaniel (1995) dalam Septianto (2014) keefektifan suatu karir tidak hanya
ditentukan oleh individu saja tetapi juga oleh organisasi itu sendiri yang terlihat
dalam empat tahapan karir yaitu:
1) Entry merupakan tahap awal pada saat seseorang memasuki suatu lapangan
pekerjaan/organisasi.
2) Tahap pengembangan keahlian dan teknis.
3) Midcareer years yaitu suatu tahap dimana seseorang mengalami kesuksesan
dan peningkatan kinerja.
4) Late career merupakan suatu tahap dimana kinerja seseorang sudah stabil.
37
Noe et al. (1990) menyatakan bahwa motivasi karir terdiri dari tiga
karakteristik individu yaitu identitas karir, wawasan karir, dan ketahanan karir,
tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki korelasi potensi motivasi karir.
Helen et al. (1980) menyatakan bahwa motivasi karir yang diwakili oleh pekerjaan
terutama oleh kaum perempuan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, latar
belakang, dan variabel psikologis mereka. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu et
al. (2013) menunjukan bahwa motivasi karir memiliki pengaruh positif terhadap
minat mahasiswa akuntansi dalam internal auditor. Hal ini berarti semakin tinggi
motivasi karir yang dimiliki mahasiswa maka semakin tinggi juga minatnya.
Motivasi karir ini meliputi bekerja keras untuk mendapatkan kedudukan sesuai
keahlian dan menangani semua rintangan dalam mencapai kesuksesan mengejar
karir. Penelitian yang dilakukan oleh Farmer (1976), Widyastuti dkk, (2004), Benny
dan Yuskar (2006), Lisnasari dan Fitriany (2008), Nisa (2012), Nurhayani (2012),
Rita dan Indarto (2013), Yudhistira (2014) menunjukan bahwa motivasi karir
berpengaruh positif terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk.
Penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Istina dan
Yulita (2008), Kurnia (2014) menunjukkan bahwa motivasi karir tidak berpengaruh
signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk.
Berdasarkan uraian di atas mengenai motivasi karir maka dapat diajukan hipotesis
sebagai berikut:
H3 : Motivasi karir berpengaruh pada minat mahasiswa non akuntansi untuk
mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).
38
2.3.4 Pengaruh Motivasi Ekonomi pada Minat Mahasiswa Non Akuntansi
untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).
Motivasi ekonomi menurut Widyastuti dkk, (2004) merupakan suatu
dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk meningkatkan kemampuan
pribadi dalam rangka untuk memperoleh penghargaan finansial yang diinginkan.
Penghargaan finansial merupakan salah satu bentuk sistem pengendalian
manajemen. Secara umum penghargaan finansial terdiri atas penghargaan langsung
dan tidak langsung (Tracey and Baverly, 2010). Penghargaan langsung dapat
berupa pembayaran dari upah dasar atau gaji pokok, overtime atau gaji dari lembur,
pembayaran untuk hari libur, pembagian dari laba (profit sharing), opsi saham, dan
berbagai bentuk bonus berdasarkan kinerja lainnya. Sedangkan penghargaan tidak
langsung meliputi asuransi, pembayaran liburan, tunjangan biaya sakit, program
pensiun, dan berbagai manfaat lainnya. Adanya motivasi ekonomi, seseorang akan
melakukan kegiatan ekonomi agar mendapatkan kepuasan materi dan kesejahteraan
pribadi maupun keluarga. Biasanya setelah kepuasan diri terpenuhi maka akan
muncul keinginan untuk mensejahterakan pihak lain.
Joseft et al. (2013) menyatakan bahwa orang-orang yang termotivasi secara
ekonomis akan mampu mengevaluasi standar hidup mereka dengan menggunakan
kemampuan sesuai dengan konteks cita-cita yang sudah mereka tetapkan
berdasarkan standar hidup mereka. Penelitian mengenai pengaruh motivasi
ekonomi pada minat mahasiswa non akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi
Akuntansi (PPAk) telah banyak diteliti, namun hasil dari penelitian-penelitian
tersebut masih menunjukan ketidakkonsistenan. Penelitian yang dilakukan oleh
Ayu et al. (2013) menunjukan bahwa motivasi ekonomi memiliki pengaruh positif
39
terhadap minat mahasiswa akuntansi dalam internal auditor. Hal ini berarti semakin
tinggi motivasi ekonomi yang dimiliki oleh mahasiswa maka semakin tinggi juga
minatnya. Motivasi Ekonomi ini meliputi pemikiran tentang gaji awal yang besar,
bonus, dan memiliki kesempatan kenaikan gaji yang cepat. Penelitian yang
dilakukan oleh Frank (1940), Nurhayani (2012), Rita dan Indarto (2013), Yudhistira
(2014) menunjukkan bahwa motivasi ekonomi berpengaruh positif terhadap minat
mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk. Penelitian tersebut bertentangan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti dkk, (2004), Benny dan Yuskar
(2006), Lisnasari dan Fitriany (2008), Istina dan Yulita (2008), Kurnia (2014)
menunjukkan bahwa motivasi ekonomi tidak berpengaruh terhadap minat
mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk. Berdasarkan uraian di atas mengenai
motivasi ekonomi maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
H4 : Motivasi ekonomi berpengaruh pada minat mahasiswa non akuntansi untuk
mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).
2.4 Kerangka Pemikiran
Peneliti membuat kerangka pemikiran yang memiliki hubungan antara
variabel dependen dengan variabel-variabel independen. Dalam penelitian ini,
minat mengikuti Pendidikan (Y) merupakan variabel dependen, sedangkan
motivasi sosial (X1), motivasi kualitas (X2), motivasi karir (X3), dan motivasi
ekonomi (X4) merupakan variabel-variabel independen dalam penelitian ini.
40
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Motivasi (X)
Minat Mengikuti PPAK (Y)
Motivasi Sosial (X1)
Motivasi Karir (X3)
Motivasi Kualitas (X2)
Variabel Independen
Motivasi Ekonomi (X4)
Variabel Dependen
Top Related