14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Tentang Industri Rumah Tangga
1. Pengertian Industri Rumah Tangga
Berdasarkan etimologi, kata “industri” berasal dari bahasa
inggris “industry” yang berasal dari bahasa prancis kuno “industrie”
yang berarti “aktivitas atau kerajinan”. Namun kini dengan
perkembangan tata bahasa dan ilmu pengetahuan maka industri dapat di
definisikan secara spesifik lagi. Industri adalah bidang yang
menggunakan ketrampilan, dan ketekunan kerja (bahasa inggris:
industrious) dan penggunaan alat-alat di bidang pengolahan hasil-hasil
bumi, dan distribusinya sebagai dasarnya. Maka industri umumnya
dikenal sebagai mata rantai. Selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi
kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah
pertanian, perkebunan, dan pertambangan yang berhubungan erat
dengan tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari tanah, yang
merupakan basis ekonomi, budaya, dan politik.9industri ialah kegiatan
memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan
peralatan seperti mesin (kbbi).
Menurut lie liana dijelaskan bahwa yang dimaksud perusahaan
atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan
kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang dan jasa, terletak
9 https://id.wikipedia.org/wiki/Industri. Diakses 4 Juni 2018.
15
pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan
administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada
seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut.10
Rumah tangga terdiri dari satu atau lebih orang yang tinggal
bersama-sama di sebuah tempat tinggal dan juga berbagi makanan atau
akomodasi hidup, dan bisa terdiri dari satu keluarga atau sekelompok
orang.11
sebuah tempat tinggal dikatakan berisi beberapa rumah tangga
jika penghuninya tidak berbagi makanan atau ruangan. Rumah tangga
adalah dasar bagi unit analisis dalam banyak model sosial, mikro
ekonomi, dan pemerintahan, dan menjadi bagian penting dalam ilmu
ekonomi.12
dalam arti luas, rumah tangga tidak hanya terbatas pada
keluarga, bisa berupa rumah tangga perusahaan, rumah tangga negara,
dan lain sebagainya. Istilah rumah tangga bisa juga didefinisikan
sebagai sesuatu yang berkenaan dengan urusan kehidupan di rumah.
Sedangkan istilah berumah tangga secara umum diartikan sebagai
berkeluarga (kbbi).
Maka jika digabungkan makna dari home berarti rumah, tempat
tinggal, ataupun kampung halaman. Sedang industry, dapat diartikan
sebagai kerajinan, usaha produk barang dan ataupun perusahaan.
Singkatnya, home industry (atau biasanya ditulis/dieja dengan “home
industri”) atau industri rumah tangga adalah rumah usaha produk
10
Lie Liana. 2008. Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil Sebagai Sarana
Memperkokoh Struktur Perekonomian Nasional. Semarang. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol. 15
No.2. Fakultas Ekonomi. Universitas Stikubank Semarang. Hal 100. 11
Haviland, W.A. (2003). Anthropology. Wadsworth: Belmont, CA. 12
Sullivan, arthur (2003). Economics: Principles in action. Upper Saddle River, New
Jersey 07458: Pearson Prentice Hall. hlm. 29.
16
barang atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil
karena jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah.13
Menurut kartasapoetra14
pengertian industri adalah kegiatan
ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah
jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi
lagi penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun industri dan
perekayasaan industri.
Menurut hasibuan15
pengertian industri dibagi ke dalam lingkup
makro dan mikro. Secara mikro, pengertian industri sebagai kumpulan dari
sejumlah perusahaan yang menghasilkan barang-barang homogen, atau
barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti sangat erat. Dari segi
pembentukan pendapatan yakni cenderung bersifat makro. Industri adalah
kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Jadi batasan industri
yaitu secara mikro sebagai kumpulan perusahaan yang menghasilkan barang
sedangkan secara makro dapat membentuk pendapatan.
Menurut kimbal16
pengertian industri rumah tangga disebut pula
sebagai suatu kegiatan keluarga, yaitu sebagai unit-unit konsumtif dan
produktif yang terdiri dari paling sedikit dua anggota rumah tangga yang
sama, sama-sama menanggung pekerjaan, makanan dan tempat berlindung.
13
Saifuddin Zuhri. 2013. Analisis Pengembangan Usaha Kecil Home Industri Sangkar
Ayam Dalam Rangka Pengentasan Kemiskinan. Lamongan. Jurnal Manajemen dan Akutansi.
Vol.2 No.3. Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Darul „Ulum Lamongan. Hal 48. 14
Kartasapoetra. 2000. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta. Penerbit Rineka
Cipta. Hal. 23 15
Hasibuan, Malayu. 2000. Manajemen Sumberdaya Manusia. Edisi Revisi, Jakarta. PT.
Bumi Aksara. Hal. 35. 16
Kimbal.R.W. 2015. Modal Sosial dan Ekonomi Industri Kecil : Sebuah Studi kualitatif.
Yogyakarta, Penerbit Depublis. Hal 27.
17
Home industry atau industri rumah tangga adalah sistem
produksi yang menghasilkan nilai tambah yang dilakukan di lokasi
rumah perorangan, dan bukan di suatu pabrik. Dari skala usaha, industri
rumahan termasuk usaha mikro. Umumnya industri rumahan tergolong
sector informal yang berproduksi secara unik, terkait dengan kearifan
local, sumber daya setempat dan mengedepankan buatan tangan. Home
industri bergerak dalam sekala kecil, dari tenaga kerja yang bukan
professional, modal yang kecil.17
Berbagai badan pemerintah serta berbagai macam instansi
menggunakan definisi industri kecil atau industri rumah tangga yang
berbeda-beda. Berbagai macam definisi industri kecil tersebut antara
lain:
1) Menurut kemenrindag (depertemen perindustrian dan perdagangan)
tahun 1999, industri kecil merupakan kegiatan usaha industri yang
memiliki investasi sampai rp. 200.000.000,- tidak termasuk
bangunan dan tanah tempat usaha.
2) Menurut biro pusat statistik tahun 1998, mendefinisikan industri
kecil dengan batasan jumlah karyawan atau tenaga kerja dalam
mengklasifikasi skala industri yang dapat dikelompokkan menjadi
beberapa kelompok, sebagai berikut :
a. Perusahaan atau industri rumah tangga jika memperkerjakan 1
sampai 4 orang.
17
Riski Ananda. 2016. Peran Home Industri Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga
(Studi Kasus Home Industry Keripik Di Kelurahan Kubu Gabang). Riau. Jurnal JPM FISIP. Vol 3.
No.2. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas Riau. Hal 10.
18
b. Perusahaan atau industri pengolahan termasuk jasa industri
pengolahan yang mempunyai pekerja 1 samapai 19 orang
termasuk pengusaha, baik perusahaan atau usaha yang berbadan
hukum atau tidak.
c. Perusahaan atau industri kecil jika memperkerjakan antara 5
sampai 19 orang.
d. Perusahaan atau industri sedang memperkerjakan antara 20
sampai 99 orang.
e. Perusahaan atau industri besar jika memperkerjakan antara 100
atau lebih.
3) Menurut biro pusat statistik tahun 2003, mendefinisikan industri
kecil adalah usaha rumah tangga yang melakukan kegiatan mengolah
barang dasar menjadi barang belum jadi atau setengah jadi, barang
setengah jadi menjadi barang jadi, atau yang kurang nilainya
menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud untuk
dijual, dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan yang paling
banyak 19 orang termasuk pengusaha.
4) Berdasarkan menteri negara koperasi & pengusaha kecil menengah,
yang dimaksud dengan usaha kecil atau industri rumah tangga adalah
usaha yang asetnya (tidak termasuk tanah dan bangunan), bernilai ≤
rp.200 juta atau omzet tahunan ≤ rp.1 milyar.
5) Menurut bank indonesia, industri kecil yakni industri yang asset
(tidak termasuk tanah dan bangunan), bernilai kurang dari rp.
600.000.000,
19
6) Berdasarkan bank dunia18
, yang dimaksud dengan usaha kecil atau
industri rumah tangga adalah usaha yang melibatkan tenaga kerja <
20 orang. Departemen keuangan menggunakan batasan aset dan
omzet maksimal rp.300.000.000,-, di luar tanah dan bangunan
keputusan mentri keuangan nomor 316/kmk.016/1994 27 juni 1994
usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang
telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset
per tahun setinggi-tingginya rp 600.000.000 atau aset/aktiva
setinggi-tingginya rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang
ditempati) terdiri dari : (1) badang usaha (fa, cv, pt, dan koperasi)
dan (2) perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani,
peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang
dan jasa).
Menurut keputusan presiden ri no. 99 tahun 1998 pengertian
usaha kecil adalah: “kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil
dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan
usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan
usaha yang tidak sehat.
Berdasarkan keputusan menteri perindustrian ri nomor 41/m-
ind/per/6/2008. Bab 1 ketentuan umum pasal 1 industria dalah
kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan
nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya.
18
Singgih. 2001. SPSS versi 10 : mengolah data statistic secara professional. Jakarta.
Penertbit PT. Elex Media Komputindo. 78.
20
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dari usaha menengah atau usaha besar, yang memenuhi kriteria
usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam uu no. 20 dan uu no. 21
tahun 2008 tentang tentang usaha mikro, kecil dan menengah
(umkm).
Menurut undang-undang republik indonesia nomer 9 tahun
1995 :
1) Pasal 1 ayat (1), usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat
yang berskala kecil dan memenuhi beberapa kriteria kekayaan
bersih atau hasil penjualan tahun serta kepemilikan sebagaimana
diatur dalam undang-undang ini.
2) Pasal 5 ayat (1) memiliki kekayaan bersih paling banyak rp.
200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,
(2) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak rp.
1.000.000.000,-, (3) milik warga indonesia, (4) berdiri sendiri
bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak
langsung dengan usaha menengah atau usaha besar, (5)
berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak
berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum,
termasuk koperasi.
21
Sedangkan pengertian industri menurut undang-undang
republik indonesia no.5 tahun 1984 tentang perindustrian. Industri
adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan
nilai tinggi untuk pengunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun
dan perekayasaan industri. Dilihat dari segi jumlah tenaga kerja yang
dimiliki, maka yang dimaksud dengan industri rumah tangga adalah
industri yang memiliki tenaga kerja kurang dari 5 oarang
Industri rumah tangga yaitu industri yang menggunakan
tenaga kerja kurang dari empat orang. Industri ini memimiliki modal
yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga dan
pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu
sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya industri anyamanan,
industri kerajinan, industri tempe, tahu dan industri makanan
ringan.19
Industri rumah tangga atau yang biasa dikenal dengan home
industri ini bisa digolongkan ke dalam jenis usaha mikro dan usaha
kecil. Tergantung pada seberapa besar nilai investasi yang di miliki
atau di dapatkan, jumlah pekerja dan bidang usaha industri rumah
tangga. Sebelum membahas lebih lanjut, perlu untuk kita ketahui
terkait apa yang dimaksud dengan usaha mikro dan usaha kecil.
Didalam pasal 1 angka 1 undang-undang republik indonesia nomor
20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah.
19
https://www.scribd.com/document/343788171/Pengertian-Industri-Dan-Klasifikasi-
Industri, daud sajo, hal 2, klasifikasi industri
22
Di sebutkan bahwa usaha mikro adalah usaha produktif milik
orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi
kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang
tersebut. Dan disebutkan juga terkait penjelasan usaha kecil adalah
usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha
kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tersebut.
Lebih lanjutnya lagi pada pasal 6 di sebutkan juga terkait
kriteria dari usaha mikro dan usaha kecil, angka (1) menyebutkan
kriteria usaha mikro adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Angka (2) menyebutkan kriteria usaha kecil adalah sebagai
berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau
23
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
Pasal 21 angka (5) menyebutkan bahwa pemerintah dan
pemerintah daerah dapat memberikan insentif dalam bentuk
kemudahan persyaratan perizinan, keringanan tarif sarana dan
prasarana, dan bentuk insentif lainnya yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan kepada dunia usaha yang
menyediakan pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil. Ketentuan
leih lanjutnya ada pada pasal 12 angka (1) yang menerangkan
bahwa usaha mikro dan usaha kecil juga memiliki aspek perizinan
usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) huruf e yang
ditujukan untuk :
a. Menyederhanakan tata cara dan jenis perizinan usaha dengan
sistem pelayanan terpadu satu pintu; dan
b. Membebaskan biaya perizinan bagi usaha mikro dan
memberikan keringanan biaya perizinan bagi usaha kecil.
Angka (2) menjelaskan terkait ketentuan lebih lanjut
mengenai persyaratan dan tata cara permohonan izin usaha diatur
dengan peraturan pemerintah.
2. Pelaku Usaha Industri Rumah Tangga Pangan
a. Pengertian Pelaku Usaha
Di dalam undang-undang republik indonesia nomor 7 tahun
2014 tentang perdagangan pada pasal 1 angka (14) pelaku usaha
24
adalah setiap orang perseorangan warga negara indonesia atau badan
usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan dalam wilayah hukum negara kesatuan
republik indonesia yang melakukan kegiatan usaha di bidang
perdagangan.
b. Pelaku Usaha Industri Rumah Tangga Pangan
Pada umumnya, pelaku kegiatan ekonomi yang berbasis di
rumah adalah keluarga itu sendiri dengan mengajak orang di
sekitarnya sebagai karyawan. Meskipun dalam skala kecil, namun
kegiatan ekonomi ini secara tidak langsung membuka lapangan
pekerjaan untuk sanak saudara ataupun tetangganya. Dengan begitu,
perusahaan kecil ini membantu program pemerintah dalam
mengurangi pengangguran, otomatis jumlah penduduk miskinpun
akan berangsur menurun.
Bertambahnya jumlah keluarga akan menambah jumlah
kebutuhan dalam anggota keluarga itu. Kebutuhan keluarga ini akan
terasa ringan terpenuhi jika ada usaha yang mendatangkan income
atau penghasilan keluarga untuk menutupi kebutuhan tersebut. Home
industry yang pada umumnya berawal dari usaha keluarga yang
turun menurun dan pada akhirnya meluas ini dapat bermanfaat
menjadi mata pencaharian penduduk kampung.
Usaha kecil menurut sumodiningrat (2007), mempunyai ciri
utama: (1) tidak memisahkan kedudukan pemilik dengan manajerial;
(2) menggunakan tenaga kerja sendiri; (3) un-bankable
25
mengandalkan modal sendiri, (4) sebagian tidak berbadan
hukum,memiliki tingkat kewirausahaan relative rendah. Kriteria lain
menurut bank indonesia adalah: (1) kepemilikan oleh individu atau
keluarga; (2) memanfaatkan teknologi sederhana dan padat karya;
(3) rata-rata tingkatpendidikandan keterampilan tergolong rendah;
(4) sebagian tidak terdaftar secara resmi dan atau belum berbadan
hukum; (5) tidak membayar pajak.20
3. Jenis-Jenis Usaha Industri Rumah Tangga Pangan
a. Pengertian jenis-jenis usaha industri rumah tangga pangan adalah
Menurut kbbi jenis-jenis /ber·je·nis-je·nis/ num berbagai jenis,
bermacam-macam. Sejak dulu hingga sekarang, setiap manusia
berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya dengan berbagai macam
cara. Cara-cara yang ditempuh akan mendatangkan hasil untuk
mencukupi kebutuhan dalam hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan
hidup dalam masyarakat, ada beberapa kegiatan dan jenis usaha yang
dapat menghasilkan barang dan jasa sebagai berikut:21
1) pertanian
2) industri
3) perdagangan
4) jasa
20
Saifuddin Zuhri. 2013. Analisis Pengembangan Usaha Kecil Home Industri Sangkar
Ayam Dalam Rangka Pengentasan Kemiskinan. Lamongan. Jurnal Manajemen dan Akutansi.
Vol.2 No.3. Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Darul „Ulum Lamongan. Hal 48. 21
Sri Mulyaningsih, Tuju Widodo, Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta: Departemen
Pendidikan
Nasional, 2009), 62.
26
b. Jenis-jenis usaha industri rumah tangga pangan
Ada beberapa bentuk dan jenis home industry yang dikenal
oleh masyarakat, seperti :
a. Home industry bidang kosmetik (alat-alat kecantikan), contoh :
face lotion (lotion muka), skin tonic lotion, cleansing cream,
bedak powder, minyak rambut kental, minyak rambut hair cream.
b. Home industry bidang kebutuhan sehari-hari, contoh : sabun
mandi, sabun cuci batangan, sabun cuci deterjen, pasta gigi.
c. Home industry bidang obat-obatan ringan, contoh : minyak angin,
obat gosok, obat kutu busuk, obat nyamuk.
d. Home industry bidang makanan, contoh : keripik ubi, keripik
pisang, emping.
e. Home industry bidang minuman, contoh : soda, jus buah.
Bentuk pemasaran yang dilakukan oleh para pelaku usaha home
industry adalah dengan cara menitipkan barang hasil produksinya pada warung
atau toko-toko dan swalayan terdekat yang terdapat di sekitar tempat usaha
mereka. Bahkan apabila usahanya berkembang dengan baik, cangkupan
pasarannya lebih luas lagi merambah keluar dari zona wilayahnya.22
B. Industri Rumah Tangga Pangan
1. Pengertian industri rumah tangga pangan
Berdasarkan etimologi, kata “industri” berasal dari bahasa
inggris “industry” yang berasal dari bahasa prancis kuno “industrie”
22
Variyetmi Wira. 2015. Profil Industry Rumah Tangga Rakik di Kecamatan Pauh Kota
Padang. Padang. Jurnal Akutansi & Manajemen. Vol 10. No. 2. Fakultas akutansi. Universitas
Politeknik Negri Padang. Hal 62.
27
yang berarti “aktivitas atau kerajinan”.23
industri ialah kegiatan
memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan
peralatan seperti mesin (kbbi).
Home berarti rumah, tempat tinggal, ataupun kampung halaman.
Rumah tangga terdiri dari satu atau lebih orang yang tinggal bersama-
sama di sebuah tempat tinggal dan juga berbagi makanan atau
akomodasi hidup, dan bisa terdiri dari satu keluarga atau sekelompok
orang.24
Menurut kbbi pangan adalah olahan makanan jadi (penganan,
kue, saus, dsb) yg diolah untuk diperdagangkan. Menurut peraturan
kepala badan pengawas obat dan makanan nomor
hk.03.1.23.04.12.2205tahun 2012 tentang pedoman pemberian sertifikat
produksi pangan industri rumah tangga pasal 1 angka 1 pangan adalah
segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah
maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan,
bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
Makanan adalah kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki.
Oleh karena itu pemenuhan akan kebutuhannya merupakan hak asasi
setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala
sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau
23
https://id.wikipedia.org/wiki/Industri 24
Haviland, W.A. (2003). Anthropology. Wadsworth: Belmont, CA.
28
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan,
bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.25
Perlu untuk di ketahui, sebelum membahas tentang industri
rumah tangga pangan terlebih dahulu kita membahas terkait klasifikasi
industri. Klasifkasi industri mempermudah untuk mengelompokkan
jenis industri dari salah satu aspek. Sehingga mempercepat untuk
mengenali industri tersebut dan mudah untuk membedakan satu industri
dengan industri yang lainnya, termasuk klasifikasi industri berdasarkan
tenaga kerja.
Maka industri rumah tangga termasuk dalam klasifikasi industri
berdasarkan tenaga kerja, karena didalam industri ini menggunakan
tenaga kerja kurang dari empat orang. Bisa dilihat dari ciri industri ini
memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota
keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah
tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri
kerajinan, industri anyaman, industri makanan ringan, dan industri
tempe/ tahu.26
Menurut peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan
nomor hk.03.1.23.04.12.2205tahun 2012 tentang pedoman pemberian
sertifikat produksi pangan industri rumah tangga pasal 1 angka 3
menerangkan bahwa:
25
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Kemanan Mutu dan Gizi Pangan
Pasal 1 angka 1 26
Hendra Muttaqin. 2016.Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Produk
Pangan Industri Rumah Tangga Yang Tidak Berlabel Di Kota Semarang. Semarang. Skripsi. FH
UNNES. Hal, 28.
29
“industri rumah tangga pangan (IRTP) adalah perusahaan pangan
yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan
pengolahan pangan manual hingga semi otomatis.”
Pada pasal 1 angka 4 huruf (h) peraturan kepala badan
pengawasan obat dan makanan nomor hk.03.1.23.04.12.2206 tahun
2012 tentang cara produksi pangan yang baik untuk industri rumah
tangga (cppb-irt) pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil
proses dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan
tambahan. Pangan irt adalah pangan olahan hasil produksi industri
rumah tangga (irt) yang diedarkan dalam kemasan eceran dan berlabel.
Berdasarkan peraturan pemerintah republik indonesia nomor 28
tahun 2004 tentang keamanan, mutu, gizi dan pangan pasal 1 angka 16
dijelaskan mengenai industri rumah tangga dijelaskan : “industri rumah
tangga pangan adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha
di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga
semi otomatis.
2. Pelaku Usaha Industri Rumah Tangga Pangan
a. Pengertian Pelaku Usaha
Di dalam undang-undang republik indonesia nomor 7 tahun
2014 tentang perdagangan pada pasal 1 angka (14) pelaku
usaha adalah setiap orang perseorangan warga negara
indonesia atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau
bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan dalam
wilayah hukum negara kesatuan republik indonesia yang
melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan.
30
b. Pelaku Usaha Industri Rumah Tangga Pangan
Pelaku industri rumah tangga pangan adalah keluarga itu
sendiri dengan mengajak orang di sekitarnya sebagai karyawan.
Meskipun dalam skala mikro, namun kegiatan ekonomi ini
secara tidak langsung membuka lapangan pekerjaan untuk
sanak saudara ataupun tetangganya. Dengan begitu, usaha
mikro ini membantu program pemerintah dalam mengurangi
pengangguran, otomatis jumlah penduduk miskinpun akan
berangsur menurun.
Bertambahnya jumlah keluarga akan menambah jumlah
kebutuhan dalam anggota keluarga itu. Kebutuhan keluarga ini
akan terasa ringan terpenuhi jika ada usaha yang mendatangkan
income atau penghasilan keluarga untuk menutupi kebutuhan
tersebut. Industri rumah tangga pangan yang pada umumnya
berawal dari usaha keluarga yang turun menurundan pada akhirnya
meluas ini dapat bermanfaat menjadi mata pencaharian penduduk
kampung.
3. Jenis-Jenis Usaha Industri Rumah Tangga Pangan
(1). Pengertian Jenis-Jenis Usaha
Sejak dulu hingga sekarang, setiap manusia berusaha
mencukupi kebutuhan hidupnya dengan berbagai macam cara.
Cara-cara yang ditempuh akan mendatangkan hasil untuk
mencukupi kebutuhan dalam hidupnya. Untuk memenuhi
kebutuhan hidup dalam masyarakat, ada beberapa kegiatan dan
31
jenis usaha yang dapat menghasilkan barang dan jasa sebagai
berikut:27
1) Pertanian
2) Industri
3) Perdagangan
4) Jasa
(2). Pengertian Jenis-Jenis Usaha Industri Rumah Tangga Pangan
Jenis-jenis usaha industri rumah tangga pangan adalah
macam-macam industri rumahan yang menghasilkan produk
olahan makanan dan minuman atau biasa disebut sebagai
produsen pangan (makanan dan minuman) yang diproduksi
oleh industri rumah tangga, yaitu perusahaan pangan yang
memiliki tempat usaha di tempat rumah tinggal dengan
peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis,
dan dipasarkan secara lokal nasional. Rumah tangga dimaksud
adalah bukan setiap rumah tinggal, melainkan memiliki
ruangan produksi yang terpisah dari ruangan–ruangan lain
dalam rumah tinggal tersebut.28
dalam bidang makanan, contoh
: keripik ubi, keripik pisang, emping dan dalam bidang
minuman, contoh : soda, jus buah.
27
Sri Mulyaningsih, Tuju Widodo, Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta: Departemen
Pendidikan
Nasional, 2009), 62. 28
Hendry Kurniawan Kasim, 2014, Sertifikasi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-
IRT) Sektor Tahu Dan Tempe “Izin Beres Bisnis Sukses”, Ed. Deden Mulyadi, M. Ridha, (Scope
Indonesia), hal. 5.
32
(3). Jenis-Jenis Usaha Industri Rumah Tangga
Jenis pangan yang diizinkan untuk memperoleh SPP-IRT
dapat dilihat pada lampiran ii peraturan kepala bpom nomor
hk.03.1.23.04.12.2205 tahun 2012 tentang pedoman
pemberian sertifikat produksi pangan industri rumah tangga.
Dalam lampiran ini tertera jenis pangan apa saja yang
diperbolehkan untuk mendapatkan SPP-IRT. Maka itulah
jenis-jenis usaha dari industri rumah tangga pangan. Jenis-
jenis pangan produksi industri rumah tangga pangan yang di
izinkan untuk memperoleh sertifikat produksi pangan industri
rumah tangga dapat di kelompokan sebagai berikut :
1) Hasil olahan daging kering
2) Hasil olahan ikan kering
3) Hasil olahan unggas kering
4) Sayur asin dan sayur kering
5) Hasil olahan kelapa
6) Tepung dan hasil olahannya
7) Minyak dan lemak
8) Selai, jeli dan sejenisya
9) Gula, kembang gula dan madu
10) kopi, teh, coklat kering atau campurannya.
11) bumbu
12) rempah-rempah
13) minuman ringan, minuman serbuk
33
14) hasil olahan buah
15) hasil olahan biji-bijian dan umbi
16) lain-lain es.
C. Pemberdayaan Industri Rumah Tangga
1. Pengertian Pemberdayaan Industri Rumah Tangga
Industri rumah tangga tergolong di dalam usaha mikro dan
usaha kecil maka untuk pemberdayaannya mengikuti seluruh peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan usaha mikro, kecil, dan
menengah dan merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi
dengan undang-undang republik indonesia nomor 20 tahun 2008
tentang usaha mikro, kecil dan menengah.
Undang-undang tersebut disusun dengan maksud untuk
memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah. Secara umum
struktur dan materi dari undang-undang itu memuat tentang ketentuan
umum, asas, prinsip dan tujuan pemberdayaan, kriteria, penumbuhan
iklim usaha, pengembangan usaha, pembiayaan dan penjaminan,
kemitraan, dan koordinasi pemberdayaan, sanksi administratif dan
ketentuan pidana.
Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan pemerintah,
pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam
bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap usaha
mikro, kecil, dan menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang
menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Pengertian tersebut sesuai
34
dengan penjelasan pada pasal 1 angka (8) undang-undang republik
indonesia nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan
menengah.
Bahwa sesuai dengan amanat ketetapan majelis
permusyawaratan rakyat republik indonesia nomor xvi/mpr-ri/1998
tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi, usaha
mikro, kecil, dan menengah perlu diberdayakan sebagai bagian integral
ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan, peran, dan potensi
strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang
makin seimbang, berkembang, dan berkeadilan.
Menurut peraturan pemerintah nomor 17 tahun 2013 tentang
pelaksanaan undang-undang republik indonesia nomor 20 tahun 2008
tentang usaha mikro, kecil, dan menengah pembinaan dan pengawasan
terhadap usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah yang telah
memperoleh izin usaha dilakukan oleh pejabat secara teratur dan
berkesinambungan sesuai dengan kewenangannya.
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 48, pemegang izin usaha wajib:
a. Menjalankan usahanya sesuai dengan izin usaha;
b. Mematuhi ketentuan yang tercantum dalam izin usaha;
c. Menyusun pembukuan kegiatan usaha; dan
d. Melakukan kegiatan usaha dalam jangka waktu tertentu setelah izin
usaha diterbitkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
35
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 48, pemegang izin usaha berhak:
a. Memperoleh kepastian dalam menjalankan usahanya; dan
b. Mendapatkan pelayanan/pemberdayaan dari pemerintah dan
pemerintah daerah.
2. Pemberdayaan Industri Rumah Tangga
Pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah sebagaimana
dimaksud diatas, perlu diselenggarakan secara menyeluruh, optimal, dan
berkesinambungan melalui pengembangan iklim yang kondusif,
pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan, dan
pengembangan usaha seluas-luasnya, sehingga mampu meningkatkan
kedudukan, peran, dan potensi usaha mikro, kecil, dan menengah dalam
mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan peningkatan
pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan
kemiskinan.
Sehubungan dengan perkembangan lingkungan perekonomian
yang semakin dinamis dan global, undang- undang nomor 9 tahun 1995
tentang usaha kecil, yang hanya mengatur usaha kecil perlu diganti, agar
usaha mikro, kecil, dan menengah di indonesia dapat memperoleh
jaminan kepastian dan keadilan usaha. Berdasarkan pertimbangan
sebagaimana yang telah di kemukakan diatas, maka di bentuklah undang-
undang republik indonesia nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro,
kecil, dan menengah.
36
Pemberdayaan usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah
sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1) peraturan pemerintah nomor
17 tahun 2013 tentang pelaksanaan undang-undang republik indonesia
nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah
dilakukan dengan:
1) Pengembangan usaha;
2) Kemitraan;
3) Perizinan; dan
4) Koordinasi dan pengendalian.
Pengembangan usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 dilakukan melalui:
a. Pendataan, identifikasi potensi, dan masalah yang dihadapi;
b. Penyusunan program pembinaan dan pengembangan sesuai potensi
dan masalah yang dihadapi;
c. Pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan; dan
d. Pemantauan dan pengendalian pelaksanaan program.
Menurut peraturan pemerintah nomor 17 tahun 2013 tentang
pelaksanaan undang-undang republik indonesia nomor 20 tahun 2008
tentang usaha mikro, kecil, dan menengah pembinaan dan pengawasan
terhadap usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah yang telah
memperoleh izin usaha dilakukan oleh pejabat secara teratur dan
berkesinambungan sesuai dengan kewenangannya.
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 48, pemegang izin usaha wajib:
37
1. Menjalankan usahanya sesuai dengan izin usaha;
2. Mematuhi ketentuan yang tercantum dalam izin usaha;
3. Menyusun pembukuan kegiatan usaha; dan
4. Melakukan kegiatan usaha dalam jangka waktu tertentu setelah izin
usaha diterbitkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 48, pemegang izin usaha berhak:
A. Memperoleh kepastian dalam menjalankan usahanya; dan
B. Mendapatkan pelayanan/pemberdayaan dari pemerintah dan
pemerintah daerah.
Menteri melaksanakan koordinasi dan pengendalian
pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah sebagaimana
dimaksud pada pasal 38 ayat (1) dilaksanakan secara nasional dan
daerah yang meliputi: penyusunan dan pengintegrasian kebijakan dan
program, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, serta pengendalian umum
terhadap pelaksanaan pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah,
termasuk penyelenggaraan kemitraan usaha dan pembiayaan usaha
mikro, kecil, dan menengah. Ketentuan lebih lanjut mengenai
penyelenggaraan koordinasi dan pengendalian pemberdayaan usaha
mikro, kecil, dan menengah diatur dengan peraturan pemerintah.
Koordinasi dan pengendalian pemberdayaan usaha mikro, usaha
kecil, dan usaha menengah dilakukan secara vertikal antara pemerintah,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota, dan secara
38
horizontal antara kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian
dan/atau satuan kerja perangkat daerah (skpd) di tingkat provinsi
dan/atau satuan kerja perangkat daerah (skpd) di tingkat
kabupaten/kota.
3. Prinsip Pemberdayaan Industri Rumah Tangga
Terdapat prinsip pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan
menengah pada pasal 4 undang-undang republik indonesia nomor 20
tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah yaitu :
1) Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan usaha
mikro, kecil, dan menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri;
2) Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan
berkeadilan:
3) Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar
sesuai dengan kompetensi usaha mikro, kecil, dan menengah;
4) Peningkatan daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah; dan
5) Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara
terpadu.
6) Tujuan pemberdayaan industri rumah tangga
Tujuan pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah pada
pasal 5 yaitu :
1) Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang, dan berkeadilan;
2) Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha mikro,
kecil, dan menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan
39
3) Meningkatkan peran usaha mikro, kecil, dan menengah dalam
pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan
pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari
kemiskinan.
D. Pembinaan Industri Rumah Tangga Pangan
1. Pengertian Pembinaan
Menurut mitha thoha pembinaan adalah suatu tindakan, proses,
hasil, atau pernyataan yang lebih baik. Dalam hal ini menunjukkan
adanya kemajuan, peningkatan pertumbuhan. Evolusi atas berbagai
kemungkinan, berkembang atau peningkatan atas sesuatu. Ada dua
unsur dari definisi pembinaan yaitu:
a. Pembinaan itu bisa berupa suatu tindakan, proses, ataupernyataan
tujuan, dan;
b. Pembinaan bisa menunjukan kepada perbaikan atas sesuatu.
Menurut poerwadarmita (dalam bukharistyle.blogspot.com
:2012). Pembinaan adalah suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara berdaya guna berhasil guna untuk memperoleh hasil
yang lebih baik. Secara umum pembinaan disebut sebagai sebuah
perbaikan terhadap pola kehidupan yang direncanakan. Setiap manusia
memiliki tujuan hidup tertentu dan ia memiliki keinginan untuk
mewujudkan tujuan tersebut. Apabila tujuan hidup tersebut tidak
tercapai maka manusia akan berusaha untuk menata ulang pola
kehidupannya.
40
Pengertian pembinaan menurut psikologi pembinaan dapat
diartikan sebagai upaya memelihara dan membawa suatu keadaan yang
seharusnya terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana seharusnya.
Dalam manajemen pendidikan luar sekolah, pembinaan dilakukan
dengan maksud agar kegiatan atau program yang sedang dilaksanakan
selalu sesuai dengan rencana atau tidak menyimpang dari hal yang telah
direncanakan.
Secara konseptual, pembinaan atau pemberkuasaan (empowerment),
berasal dari kata ‟power‟ (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide
utama pembinaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan.
Kekuasaan seringkali dikaitkan dan dihubungkan dengan kemampuan
individu untuk membuat individu melakukan apa yang diinginkan, terlepas
dari keinginan dan minat mereka.
Pembinaan secara etimologi berasal dari kata bina.
Pembinaan adalah proses, pembuatan, cara pembinaan, pembaharuan,
usaha dan tindakan atau kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna
dan berhasil guna dengan baik. Dalam pelaksanaan konsep pembinaan
hendaknya didasarkan pada hal bersifat efektif dan pragmatis dalam arti
dapat memberikan pemecahan persoalan yang dihadapi dengan
sebaikbaiknya, dan pragmatis dalam arti mendasarkan fakta-fakta yang
ada sesuai dengan kenyataan sehingga bermanfaat karena dapat
diterapkan dalam praktek.
Pembinaan menurut masdar helmi adalah segala hal usaha,
ikhtiar dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan dan
41
pengorganisasian serta pengendalian segala sesuatu secara teratur dan
terarah. Ketidak tercapaian apa yang diharapkan akan sangat
mempengaruhi kondisi seseorang tersebut baik secara psikis maupun
mental. Di sini peran pembinaan ini sangat diperlukan guna me-refresh
kondisi prsikis dan mental seseorang agar kembali agar tidak
mengalami depresi, dan hal ini sangat membantu agar apa yang
direncanakan tadi dapat tercapai dengan baik.
Dari definisi diatas yang dimaksud pembinaan tersebut
bermuara pada adanya perubahan kearah yang lebih baik dari
sebelumnya yang diawali dengan kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan, dan
pengawasan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan dengan hasil yang
lebih baik.
2. Dasar Hukum Pembinaan Industri Rumah Tangga Pangan
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen;
b. Undang-Undang Ri No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 69 Tahun 1999
Tentang Label Dan Iklan Pangan;
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2004
Tentang Keamanan, Mutu Dan Gizi Pangan;
e. Peraturan Walikota Malang Nomor 26 Tahun 2016 Tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata
Kerja Dinas Kesehatan
42
f. Peraturan Kepala Badan Pom Ri No.Hk.03.1.23.04.12.2205/2012
Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri
Rumah Tangga;
3. . Pembinaan Industri Rumah Tangga Pangan
berkaitan dengan permasalahan keamanan pangan di indonesia telah
memiliki dasar hukum yang mengaturnya, sebagaimana diatur di dalam
undang-undang nomor 18 tahun 2012 tentang pangan, tetapi hal tersebut
tidak lantas membuat para pelaku usaha untuk memberikan jaminan
keamanan terhadap produk pangan yang mereka produksi dan
diperdagangkan kepada konsumen, sehingga masih maraknya kasus-kasus
produk makanan yang tidak aman jika dikonsumsi.29
Berdasarkan Undang-Undang Ri No. 18 Tahun 2012 Tentang
Pangan mengatur bahwa tujuan pengaturan, pembinaan dan pengawasan
pangan adalah tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan,
mutu dan gizi bagi kelangsungan hidup manusia. Mengingat hal tersebut
diatas maka sertifikat produksi industri rumah tangga (SPP-IRT) dan izin
dinas kesehatan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas produk
makanan kemasan rumah tangga.
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 pasal 43 tentang
kemanan, mutu dan gizi pangan mengamanatkan pangan olahan yang
diproduksi oleh industri rumah tangga wajib memiliki sertifikat produksi
pangan industri rumah tangga (SPP-IRT) yang diterbitkan oleh
bupati/walikota dan kepala badan pengawas obat dan makanan (bpom)
29
Dewi, E. W. 2015. Hukum Perlindungan Konsumen. Yogyakarya: Graha Ilmu. Hlm.
89.
43
menetapkan pedoman pemberian sertifikat produksi pangan industri rumah
tangga (SPP-IRT) sebagaimana dimaksud pada pasal 43 ayat (1), dengan
menerbitkan Peraturan Kepala Bpom RI Nomor Hk.03.1.23.04.12.2205
Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan
Industri Rumah Tangga (SPP-IRT).
menurut peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang
pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah
provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota, pembinaan, pengawasan
dan registrasi makanan minuman produksi industri rumah tangga pangan
merupakan urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah
kabupaten/daerah yaitu dinas kesehatan.
Dinas kesehatan secara sinergis melakukan berbagai upaya
pembinaan dan pengawasan sesuai peraturan walikota malang nomor 26
tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta
tata kerja dinas kesehatan pada pasal 27 huruf (k), (l), (n). Diantaranya
mengadakan pembinaan penyuluhan keamanan pangan dalam rangka
sertifikasi produksi pangan IRTP (SPP-IRT) sesuai dengan peraturan
pemerintah no. 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan
dan melakukan pengawasan pengendalian sarana. Pasal 27 ayat 2 huruf (k)
berbunyi :
Memberi petunjuk kepada pelaksana/bawahan sesuai bidang tugas
jabatannya dalam rangka pengumpulan dan penyusunan bahan
pengawasan, pembinaan dan pengendalian sarana dan prasarana pada
industri rumah tangga makanan dan minuman;
44
Huruf l berbunyi :
Memberi petunjuk kepada pelaksana/bawahan sesuai bidang tugas
jabatannya dalam rangka pengumpulan dan penyusunan bahan
sertifikasi dan pemberian sertifikat produksi pangan pada industri
rumah tangga pangan;
Huruf n berbunyi :
Memberi petunjuk kepada pelaksana/bawahan sesuai bidang tugas
jabatannya dalam rangka pengumpulan dan penyusunan bahan
penyuluhan keamanan pangan kepada masyarakat, produsen industri
rumah tangga pangan, karyawan industri rumah tangga pangan,
distributor/toko pangan dan rumah makan;
Dalam hal ini badan pom juga ikut serta berperan sebagai
fasilitator dengan cara membuat kurikulum pelatihan dan mencetak tenaga
penyuluh keamanan pangan di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
Tenaga penyuluh keamanan pangan ini bertugas menyuluh IRTP. Selain
itu badan pom juga mencetak tenaga district food inspector (dfi) atau
tenaga pengawas pangan kabupaten/kota dari dinas kesehatan. Tenaga dfi
berkompetensi untuk mengaudit sarana produksi IRTP agar memenuhi
persyaratan keamanan pangan.
Kriteria tenaga PKP adalah pegawai negeri sipil (pns) yang
memiliki sertifikat kompetensi di bidang penyuluhan keamanan pangan
dari badan pom dan ditugaskan oleh bupati/ walikota c.q. dinas kesehatan
kabupaten/kota.30
Narasumber pada penyuluhan keamanan pangan adalah tenaga
PKP yang kompeten dari dinas kesehatan kabupaten/kota dan balai
30
Huruf D Angka 2, Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian
Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.
45
besar/balai pom setempat. Peserta penyuluhan keamanan pangan peserta
penyuluhan keamanan pangan adalah pemilik atau penanggung jawab
IRTP.31
Materi PKP dibagi menjadi 2 (dua) materi, yang terdiri dari :32
1. Materi utama
a. Peraturan perundang-undangan di bidang pangan;
b. Keamanan dan mutu pangan;
c. Teknologi proses pengolahan pangan;
d. Prosedur operasi sanitasi yang standar (standard santitation
operating procedure /ssop);
e. Cara produksi pangan yang baik untuk industri rumah tangga
(cppb-irt);
f. Penggunaan bahan tambahan pangan (btp).
g. Persyaratan label dan iklan pangan.
2. Materi pendukung
a. Pencantuman label halal;
b. Etika bisnis dan pengembangan jejaring bisnis IRTP.
4 . Tujuan Pembinaan Industri Rumah Tangga Pangan
berdasarkan undang-undang ri no. 18 tahun 2012 tentang pangan
mengatur bahwa tujuan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan
adalah tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu
dan gizi bagi kelangsungan hidup manusia. Mengingat hal tersebut diatas
maka sertifikat produksi industri rumah tangga (SPP-IRT) dan izin dinas
31
Ibid. 32
Ibid.
46
kesehatan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas produk
makanan kemasan rumah tangga. Tujuan diberlakukannya peraturan-
peraturan itu agar produksi pangan yang aman tersedia secara memadai,
perlu diupayakan terwujudnya suatu sistem pangan yang mampu
memberikan perlindungan hukum kepada masyarakat atau konsumen yang
mengkonsumsi pangan sehingga pangan yang diedarkan dan/atau
diperdagangkan tidak merugikan serta aman bagi kesehatan phisik dan
jiwa manusia. Dengan perkataan lain, pangan tersebut harus memenuhi
persyaratan keamanan pangan.
Tujuan penyuluhan keamanan pangan ini adalah membekali
penanggung jawab IRTP agar mempuyai komitmen dan kompetensi dalam
menghasilkan pangan yang aman dan bermutu bagi konsumen.
5. Pengawasan
a. Pengertian pengawasan
Menurut s.p. siagian pengawasan adalah merupakan langkah
sekaligus salah satu fungsi organik manajemen yang sangat penting
dikatakan demikian karena melalui pengawasan diteliti apakah hal
yang tercantum dalam melaksanakan dengan baik atau tidak.
Kartini kartono (2002:153) memberi pengertian pengawasan
adalah pada umumnya parapengikut dapat bekerja sama dengan
baik kearah pencapaian sasaran dan tujuan umum organisasi
pengawasan untuk mengukur hasil pekerjaan dan menghindari
penyimpangan-penyimpangan jika perlu segera melakukan
tindakan korektif terhadap penyimpanganpenyimpangan tertsebut.
47
Siagian (2003:112) mengatakan pengawasan merupakan proses
pengamatan dari pelaksanaan seluruh organisasi untuk menjamin
agar semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengawasan melekat adalah kegiatan mengamati, observasi
menilai, mengarahkan pekerjaan, wewenang yang diserahkan oleh
atasan terhadap bawahannya sehingga dapat diberikan sanksi
terhadap bawahan secara struktural, yang dilakukan secara kontiniu
dan berkesinambungan. Sedangkan indikator pengawasan yang
akan dipergunakan dalam pengukuran variabel ini adalah sebagai
berikut:
1). Menentukan ukuran pelaksanaan. Artinya cara-cara untuk
mengukur pelaksanaan seperti kontiniuatau beberapa syarat
minimal melakukan pengawasan dalam suatu waktu seperti
satu kali seminggu atau beberapa kali sebulan bahkan mungkin
beberapa jam setiap hari.
2). Memberikan penilaian. Artinya memberi nilaikesetiap
pekerjaan yang diberikan kepada bawahan, apakah
pekerjaannya beik atau jelek.
3). Mengadakan korektif. Tindakan koreksi ini dimaksudkan koreksi
internal yaitu mengevaluasi berbagai metode pengawasan yang
ada seperti standar yang terlalu tinggi, dan eksternal yaitu
,memberikan sanksi kepada bawahan (kartono, 2002:153)
48
Karena itu pengawasan harus dipandang sebagai suatu
system informasi, karena kecepatan dan ketetapan tindakan
korektif sebagai hasil proses pengawasan bergantung pada
macamnya informasi yang diterima. (fattah, 2004:102). Menurut
(kansil, 2002:12) pengawasan itu sangat penting sekali untuk
menjamin terlaksananya kebijakan pemerintah pengawasan adalah
suatu usaha untuk menjamin:
a. Keserasian antara penyelenggaraan tugas pemerintah oleh
pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
b. Kelancaran penyelenggaraan pemerintah secara berdaya guna
dan berhasil guna.
Pengawasan pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah
meliputi:
a. Pengawasan umum dimaksudkan agar penyelenggaraan
pemerintah daerah dapat berjalan dengan baik. Yang
melakukan pengawasan umum ialah mentri dalam negeri,
kepala wilayah yaitu gubernur, bupati, walikota, kepala daerah
sebagai pemerintah daerah.
b. Pengawasan prevektif. Dimna mengharuskan setiap peraturan
daerah dan keputusan kepala daerah mengenai pokok tertentu
berlalu sesudah mendapat pengawasan.
c. Pengawasan refresif. Menyangkut penangguhan atau pembatasan
peraturan daerah yang bertentangan dengan kepentingan umum atau
perundangan yang tingkatnya lebih tinggi.
49
b. Tujuan pengawasan
Terwujudnya tujuan yang dikehendaki oleh organisasi
sebenarnya tidak lain merupakan tujuan dari pengawasan. Sebab
setiap kegiatan pada dasarnya selalu mempunyai tujuan tertentu.
Oleh karena itu pengawasan mutlak diperlukan dalam usaha
pencapaian suatu tujuan. Menurut situmorang dan juhir (2001:22)
maksud pengawasan adalah untuk :
1) mengetahui jalannya pekerjaan apakah lancar atau tidak
2) Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan
mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-
kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan yang baru.
3) Mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan
dalam refncana terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan
yang telah direncanakan.
4) Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase
tingkat pelaksanaan) seperti yang telah ditentuka dalam planning
atau tidak.
5) Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah
ditetapkan dalam planning , yaitu standard
Pengawasan adalah segenap kegiatan untuk meyakinkan dan
menjamin bahwatugas/ pekerjaan telah dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.kebijaksanaan yang telah digariskan
dan perintah (aturan) yang diberikan (siagian,2003:112). Untuk
menjamin agar semua pekerjaan yang telah diberikan oleh pimpinan
50
kepada bawahannya dapat berjalan sesuai menurut rencana, maka
seorang pimpinan tersebut harus memiliki kemampuan untuk
memandu, menuntut, membimbing, memotivasi, mengemudikan
organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang baik, sumber
pengawasan yang baik, serta membawa pengikutnya kepada sasaran
yang hendak dituju sesuai ketentuan, waktu dan perencanaan
(kartono, 2002:81).
c. Jenis-jenis pengawasan
Menurut siagian ada dua yaknibpengawasan langsung dan
pengawasan tidak langsung:
1) Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan
pimpinan terhadap bawahannya, pengawasan ini biasanya dalam
bentuk inspeksi langsung.
2) Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan yang dilakukan
oleh pimpinan terhadap bawahannya dari jauh berupa laporan
yang telah disampaikan oleh para baahannya, laporan ini dapat
berupa tertulis dan lisan (siagian:115)
1. Dasar hukum pengawasan industri rumah tangga pangan
a. Undang-undang republik indonesia no. 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen;
b. Undang-undang ri no. 18 tahun 2012 tentang pangan
c. Peraturan pemerintah republik indonesia no. 69 tahun 1999 tentang
label dan iklan pangan;
51
d. Peraturan pemerintah republik indonesia no. 28 tahun 2004 tentang
keamanan, mutu dan gizi pangan;
e. Peraturan walikota malang nomor 26 tahun 2016 tentang
kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja
dinas kesehatan;
f. Peraturan kepala badan pom ri no.hk.03.1.23.04.12.2205/2012
tentang pedoman pemberian sertifikat produksi pangan industri
rumah tangga;
g. Peraturan kepala badan pom ri no.hk.03.1.23.04.12.2207/2012
tentang tata cara pemeriksaan sarana produksi pangan industri
rumah tangga (pirt).
h. Peraturan kepala bpom ri nomor hk.03.1.23.04.12.2206 tentang
cara produksi pangan yang baik untuk industri rumah tangga
2. Pengawasan industri rumah tangga pangan
Berkaitan dengan permasalahan keamanan pangan di indonesia
telah memiliki dasar hukum yang mengaturnya, sebagaimana diatur di
dalam undang-undang nomor 18 tahun 2012 tentang pangan, tetapi hal
tersebut tidak lantas membuat para pelaku usaha untuk memberikan
jaminan keamanan terhadap produk pangan yang mereka produksi dan
diperdagangkan kepada konsumen, sehingga masih maraknya kasus-
kasus produk makanan yang tidak aman jika dikonsumsi.33
Berdasarkan undang-undang ri no. 18 tahun 2012 tentang pangan
mengatur bahwa tujuan pengaturan, pembinaan dan pengawasan
33
Dewi, E. W. 2015. Hukum Perlindungan Konsumen. Yogyakarya: Graha Ilmu. Hlm.
89.
52
pangan adalah tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan
keamanan, mutu dan gizi bagi kelangsungan hidup manusia.
Mengingat hal tersebut diatas maka sertifikat produksi industri rumah
tangga (SPP-IRT) dan izin dinas kesehatan sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan kualitas produk makanan kemasan rumah tangga.
Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 pasal 43 tentang
kemanan, mutu dan gizi pangan mengamanatkan pangan olahan yang
diproduksi oleh industri rumah tangga wajib memiliki sertifikat
produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT) yang diterbitkan
oleh bupati/walikota dan kepala badan pengawas obat dan makanan
(bpom) menetapkan pedoman pemberian sertifikat produksi pangan
industri rumah tangga (SPP-IRT) sebagaimana dimaksud pada pasal 43
ayat (1), dengan menerbitkan peraturan kepala bpom ri nomor
hk.03.1.23.04.12.2205 tahun 2012 tentang pedoman pemberian
sertifikat produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT).
Menurut peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang
pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah
provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota, pembinaan,
pengawasan dan registrasi makanan minuman produksi industri rumah
tangga pangan merupakan urusan pemerintah yang diselenggarakan
oleh pemerintah kabupaten/daerah yaitu dinas kesehatan.
Dinas kesehatan secara sinergis melakukan berbagai upaya
pembinaan dan pengawasan sesuai peraturan walikota malang nomor
26 tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan
53
fungsi serta tata kerja dinas kesehatan pada pasal 27 huruf (k), (l), (n).
Diantaranya mengadakan pembinaan penyuluhan keamanan pangan
dalam rangka sertifikasi produksi pangan industry rumah tangga (SPP-
IRT) sesuai dengan peraturan pemerintah no. 28 tahun 2004 tentang
keamanan, mutu, dan gizi pangan dan melakukan pengawasan
pengendalian sarana. Pemeriksaan sarana produksi pangan irt,
pemeriksaan ini dilakukan setelah produsen mendapatkan sertifikat
penyuluhan keamanan pangan. Pasal 27 ayat 2 huruf k berbunyi :
Memberi petunjuk kepada pelaksana/bawahan sesuai bidang tugas
jabatannya dalam rangka pengumpulan dan penyusunan bahan
pengawasan, pembinaan dan pengendalian sarana dan prasarana
pada industri rumah tangga makanan dan minuman;
Dalam rangka pengawasan terhadap industri rumah tangga pangan,
dinas kesehatan kota malang melaksanakan pemeriksaan sarana yang
meliputi pemeriksaan sarana pelaku usaha, alat dan bahan produksi
serta tempat produksi. Selain pengawasan terhadap pemeriksaan sarana
yang dilakukan setelah memperoleh sertifikat penyuluhan keamanan
pangan. Dinas kesehatan kota malang juga melakukan pengawasan
makanan dan minuman hasil olahan industri rumah tangga pangan
yang beredar di pasaran. Yang diatur di dalam huruf m yang berbunyi :
Memberi petunjuk kepada pelaksana/bawahan sesuai bidang tugas
jabatannya dalam rangka pengambilan dan pengujian sampel makanan
dan minuman yang beredar di masyarakat.
54
6. . Tujuan Pengawasan Industri Rumah Tangga Pangan
Berdasarkan undang-undang ri no. 18 tahun 2012 tentang
pangan mengatur bahwa tujuan pengaturan, pembinaan dan
pengawasan pangan adalah tersedianya pangan yang memenuhi
persyaratan keamanan, mutu dan gizi bagi kelangsungan hidup
manusia. Mengingat hal tersebut diatas maka sertifikat produksi
industri rumah tangga (SPP-IRT) dan izin dinas kesehatan sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas produk makanan kemasan
rumah tangga.
Tujuan diberlakukannya peraturan-peraturan itu agar
produksi pangan yang aman tersedia secara memadai, perlu
diupayakan terwujudnya suatu sistem pangan yang mampu
memberikan perlindungan hukum kepada masyarakat atau konsumen
yang mengkonsumsi pangan sehingga pangan yang diedarkan dan/atau
diperdagangkan tidak merugikan serta aman bagi kesehatan phisik dan
jiwa manusia. Dengan perkataan lain, pangan tersebut harus memenuhi
persyaratan keamanan pangan. Maka tujuan dari pengendalian sarana
adalah penunjang atau sebagai pelengkap dari program pembinaan.
Termasuk pengawasan terhadap makanan dan minuman hasil olahan
industri rumah tangga, tujuannya juga sebagai penunjang atau sebagai
pelengkap dari program pembinaan.
55
E. Perizinan Industri Rumah Tangga Dan Industri Rumah Tangga Pangan
1. Perizinan industri rumah tangga
a. Pengertian perizinan industri rumah tangga
Izin usaha mikro dan kecil atau iumk adalah tanda legalitas
kepada seseorang atau pelaku usaha / kegiatan tertentu dalam
bentuk izin usaha mikro dan kecil dalam bentuk satu lembar.
Iumk dimaksud untuk memberikan kepastian hukum dan
sarana pemberdayaan bagi pelaku usaha mikro dan kecil dalam
mengembangkan usahanya.
b. Tujuan perizinan industri rumah tangga pangan
Tujuan pengaturan iumk bagi pelaku usaha mikro dan kecil
untuk:
a. Mendapatkan kepastian dan perlindungan dalam berusaha
dilokasi yang telah ditetapkan.
b. Mendapatkan pendampingan untuk pengembangan usaha.
c. Mendapatkan kemudahan dalam akses pembiayaan kelembaga
keuangan bank dan nonbank; dan
d. Mendapatkan kemudahan dalam pemberdayaan dari
pemerintah, pemerintah daerah dan/ atau lembaga lainnya.
c. Dasar hukum perizinan industri rumah tangga
1) Peraturan presiden nomor 98 tahun 2014 tanggal 15 september
2014 tentang perizinan untuk usaha mikro kecil.
2) Peraturan menteri dalam negeri nomor 83 tahun 2014 tanggal 21
november 2014 tentang pedoman pemberian iumk;
56
3) Nota kesepahaman menteri dalam negeri, menteri koperasi dan
ukm dan menteri perdagangan yang ditandatangani tanggal 30
januari 2015 tentang pembinaan pemberian izin usaha mikro dan
kecil di daerah;
4) Perjanjian kerja sama dirjen bina pembangunan daerah, deputi
bidang pengembangan restrukturisasi usaha, dirjen perdagangan
dalam negeri, dirut pt. Bri (persero) tbk, dan ketua asosiasi
perusahaan penjaminan indonesia (asippindo) yang
ditandatangani tanggal 30 januari 2015 tentang pelaksanaan nota
kesepahaman pembinaan pemberian izin usaha mikro dan kecil di
daerah.
D. Perizinanan industri rumah tangga
Iumk diberikan kepada pelaku usaha mikro dan kecil sesuai
persayaratan yang ditentukan pemerintah kabupaten/kota dengan
berpedoman pada peraturan menteri dalam negeri.
Pelaksana iumk adalah camat yang mendapatkan
pendelegasian kewenangan dari bupati/walikota. Pelaksana iumk
dapat didelegasikan kepada lurah/kepala desa dengan
mempertimbangkan karakteristik wilayah. Karakteristik wilayah
dimaksud diatur dengan peraturan menteri dalam negeri.
Untuk mendukung pelaksanaan iumk dilakukan pendataan
terhadap pelaku usaha mikro dan kecil oleh lurah/kepala desa di
wilayah kerjanya. Lurah/kepala desa melaporkan pendataan
dimaksud secara periodik kepada camat.
57
Pembinaan dan pengawasan teknis penyelenggaraan iumk
dilakukan oleh kementerian/lembaga pemerintah non kementerian
terkait. Menteri dalam negeri mengkoordinasikan pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan iumk. Gubernur melakukan
pembinaan dan pengawasan iumk kepada bupati/walikota. Biaya
yang diperlukan untuk pelaksanaan pemberian dan
penyelenggaraan serta pembinaan, dan pengawasan iumk
dibebankan pada apbn dan/atau apbd.34
Izin usaha adalah bukti tertulis yang diberikan pejabat yang
berwenang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagai bukti legalitas yang menyatakan syah bahwa bahwa usaha
mikro, kecil dan menengah telah memenuhi persyaratan dan
diperbolehkan untuk menjalankan suatu kegiatan usaha tertentu.
Pelaku usaha mikro dan kecil atau pumk adalah orang yang
melakukan usaha mikro kecil di lokasi yang telah ditetapkan. Lokasi
iumk adalah tempat untuk menjalankan usaha mikro dan kecil yang
berada di lokasi sesuai dengan domisili pelaku usaha.
prinsip pemberian iumk :
a. Prosedur sederhana.
b. Terbuka informasi bagi pelaku usaha mikro dan kecil.
c. Memberikan kepastian hukum dan kenyamanan dalam usaha.
hak pumk :
34 Peraturan Presiden Nomor 98 tahun 2014 tanggal 15 September 2014 Tentang
Perizinan Untuk Usaha Mikro Kecil.
58
1. Melakukan kegiatan usaha
2. Mendapatkan informasi dan sosialisasi atau pemberitahuan terkait
dengan kegiatan usaha
3. Mendapatkan pembinaan dan kemudahan dalam pemberdayaan
dari pemerintah, pemerintah daerah dan/atau lembaga lainnya
4. Mendapatkan kemudahan dalam akses pembiayaan ke lembaga
keuangan, bank dan non bank.
kewajiban pumk :
1. Memenuhi ketentuan perundang-undangan, dan
2. Memenuhi kegiatan usaha sesuai iumk.
larangan bagi pumk :
1. Memperdagangkan barang dan/atau jasa illegal, dan
2. Melakukan kegiatan usahanya yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan.
monitoring, evaluasi dan pelaporan
1. Menteri melalui ditjen bina pembangunan daerah melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap pemberian iumk di daerah dan
dalam pelaksanaannya dapat melibatkan kementerian/lembaga
pemerintah non kementerian terkait.
2. Gubernur melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pemberian
iumk di kabupaten/kota di wilayahnya. Bupati/walikota melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap pemberian iumk di wilayahnya.
Camat melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pemberian
iumk oleh lurah/kepala desa.
59
3. Monitoring evaluasi disetiap tingkatan dilaksanakan paling sedikit
2 (dua) kali dalam setahun dan/atau sewaktu-waktu apabila
diperlukan.
4. Lurah/kepala desa menyampaikan laporan pendataan pumk dan
laporan hasil pemberian iumk kepada camat. Camat menyampaikan
laporan hasil pemberian iumk kepada bupati/walikota.
Bupati/walikota menyampaikan laporan hasil pemberian iumk
kepada gubernur. Gubernur menyampaikan laporan hasil
pemberian iumk kepada menteri.
pembinaan dan pengawasan:
1. Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
iumk. Pembinaan yang dimaksudkan dilakukan melalui :
a. Koordinasi dengan instansi terkait
b. Sosialisasi
c. Monitoring dan evaluasi.
2. Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan pemberian iumk di kabupaten/kota di
wilayahnya. Bupati/walikota melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan pemberian iumk di
wilayahnya. Camat melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan kegiatan pemberian iumk di wilayahnya.
3. Pembinaan dan pengawasan meliputi :
a. Pendataan,
b. Fasilitasi akses permodalan,
60
c. Penguatan kelembagaan,
d. Pembinaan dan pendampingan bimbingan teknis,
e. Mengembangkan kemitraan dengan dunia usaha.35
Tujuan :
1. Sebagai landasan untuk melakukan kerja sama dalam rangka
kepastian dan perlindungan hukum bagi usaha mikro dan kecil
(umk) di daerah dari segi legalitas dan izin usaha.
2. Mendukung pendampingan umk untuk mendapatkan iumk di
daerah; dan
3. Mendukung kemudahan dalam akses sumberdaya produktif.
ruang lingkup :
1. Melakukan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan untuk
mendukung upaya pengaturan pemberian iumk bagi pumk.
2. Mensinergikan sumber daya dalam rangka pelaksanaan
pemberian iumk bagi pumk.
3. Melakukan pendampingan untuk pengembangan umk;
4. Meningkatkan kapasitas aparatur daerah dalam pemberian iumk
dalam bentuk naskah satu lembar dan kartu iumk
5. Melakukan pertukaran data/informasi dan pengembangan sistem
manajemen informasi dalam upaya mendorong pemberian iumk di
daerah.
6. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pemberian iumk36
tugas menteri dalam negeri (dirjen bina pembangunan daerah)
35
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2014 tanggal 21 November 2014
Tentang Pedoman Pemberian IUMK 36
Nota Kesepahaman Menteri Dalam Negeri, Menteri Koperasi dan UKM dan Menteri
Perdagangan yang ditandatangani tanggal 30 Januari 2015 Tentang Pembinaan Pemberian Izin
Usaha Mikro dan Kecil di Daerah
61
1. Melakukan sosialisasi kepada pemerintah daerah atas
pelaksanaan kebijakan pemerintah dan pemerintah daerah dalam
mendukung upaya pemberian iumk di daerah.
2. Mendorong bupati dan walikota segera mendelegasikan
kewenangan kepada camat dan/atau lurah/kepala desa dalam
penerbitan iumk, dan
3. Memfasilitasi pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan
untuk mendukung pemberian iumk.
4. Melakukan monitoring dan evaluasi dalam mendukung
pemberian iumk
Tugas menteri koperasi dan ukm (deputi bidang restrukturisasi usaha):
1. Mensosialisasikan kebijakan penerbitan iumk kepada pumk;
2. Mempersiapkan tenaga pendamping dalam mempercepat pemberian
iumk;
3. Melakukan koorinasi revitalisasi usaha dan kelembagaan umk yang
telah memiliki iumk; dan
4. Mengkoordinasikan fasilitas umk yang telah memiliki iumk dalam
akses ke sumber daya produktif.
5. Melakukan monitoring dan evaluasi pola pendampingan pemberian
iumk
tugas menteri perdagangan (dirjen perdagangan dalam negeri)
1. Mensosialisasikan kebijakan penerbitan iumk;
2. Melakukan pembinaan teknis dalam rangka pelaksanaan penerbitan
iumk sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
62
3. Melakukan pembinaan teknis dalam rangka penguatan akses pasar bagi
umk yang telah memiliki iumk.
4. Melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah dalam rangka
pelaksanaan penerbitan iumk agar sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
5. Melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah dalam rangka
penguatan akses pasar bagi umk yang telah memiliki iumk.
permodalan dari pt. Bri
1. Mendukung pembuatan kartu iumk di daerah melalui pembuatan
database umk dan penerbitan katu iumk dengan dukungan infrastruktur
teknologi informasi dan jaringan kerja yang dapat diakses oleh pihak-
pihak tertentu yang berwenang.
2. Menyediakan mesin electronic data capture (edc) bri
3. Memberikan sosialisasi tentang mekanisme dalam mengakses kartu
iumk bersama pihak terkait;
4. Memberikan kemudahan dalam mengakses fasilitas kredit kepada para
pelaku umk yang telah memiliki iumk sesuai dengan ketentuan bank
teknis; dan
5. Memberikan laporan kepada para pihak terkait informasi yang
diperlukan selama tidak bertentangan dengan ketentuan rahasia bank
yang berlaku.
kerjasama dengan pt. Appisindo :
1. Menginformasikan dan menyediakan daftar perusahaan penjaminan
anggota asippindo yang melakukan penjaminan kredit /pembiayaan
63
bagi umk yang telah mendapatkan iumk dan layak memperoleh fasilitas
kredit /pembiayaan dari lembaga keuangan;
2. Mengolah data dan informasi umk yang telah mendapatkan iumk yang
kreditnya telah dijamin oleh perusahaan penjaminan anggota asippindo;
3. Mengkoordinir pelaksanaan penjaminan yang dilakukan perusahaan
penjaminan anggota asippindo; dan
4. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan penjaminan yang
dilakukan perusahaan penjaminan anggota asippindo
persyaratan permohonan iumk kepada camat :
1. Surat pengantar dari rt atau rw terkait lokasi usaha
2. Kartu tanda penduduk (ktp)
3. Kartu keluarga
4. Pas photo terbaru berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 lembar
5. Mengisi formulir yang memuat tentang :
a. Nama;
b. No. Ktp;
c. No. Tlp;
d. Alamat usaha;
e. Kegiatan usaha;
f. Sarana usaha yang digunakan;
g. Jumlah modal usaha.37
37 Perjanjian Kerja Sama Dirjen Bina Pembangunan Daerah, Deputi Bidang
Pengembangan Restrukturisasi Usaha, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Dirut PT. BRI (Persero)
Tbk, dan Ketua Asosiasi Perusahaan Penjaminan Indonesia (Asippindo) yang ditandatangani
tanggal 30 Januari 2015 Tentang Pelaksanaan Nota Kesepahaman Pembinaan Pemberian Izin
Usaha Mikro dan Kecil di Daerah.
64
2. Perizinan industri rumah tangga pangan
a. Pengertian perizinan industri rumah tangga pangan
Berdasarkan pasal 111 ayat (2), undang-undang no. 36 tahun
2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa “makanan dan minuman
hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan”. Peraturan perundang-
undangan yang dimaksud yakni peraturan pemerintah nomor 28 tahun
2004 pasal 43 tentang kemanan, mutu dan gizi pangan mengamanatkan
pangan olahan yang diproduksi oleh industri rumah tangga wajib
memiliki sertifikat produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT)
yang diterbitkan oleh bupati/walikota dan kepala badan pengawas obat
dan makanan (bpom) menetapkan pedoman pemberian sertifikat
produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT) sebagaimana
dimaksud pada pasal 43 ayat (1), dengan menerbitkan peraturan kepala
bpom ri nomor hk.03.1.23.04.12.2205 tahun 2012 tentang pedoman
pemberian sertifikat produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT)
b. Dasar hukum perizinan industri rumah tangga pangan
1) Undang-undang republik indonesia no. 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen;
2) Undang-undang ri no. 18 tahun 2012 tentang pangan
3) Peraturan pemerintah republik indonesia no. 69 tahun 1999 tentang
label dan iklan pangan;
4) Peraturan pemerintah republik indonesia no. 28 tahun 2004 tentang
keamanan, mutu dan gizi pangan;
65
5) Peraturan walikota malang nomor 26 tahun 2016 tentang kedudukan,
susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja dinas kesehatan
6) Peraturan kepala badan pom ri nomor hk.03.1.23.04.12.2205/2012
tentang pedoman pemberian sertifikat produksi pangan industri
rumah tangga;
7) Peraturan kepala badan pom ri no.hk.03.1.23.04.12.2207/2012
tentang tata cara pemeriksaan sarana produksi pangan industri rumah
tangga (pirt).
8) Peraturan kepala bpom ri nomor hk.03.1.23.04.12.2206 tentang cara
produksi pangan yang baik untuk industri rumah tangga
c. Perizinan industri rumah tangga pangan
Dalam undang-undang no. 8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen dalam penjelasan pasal 8 ayat (1) huruf a, pelaku usaha
dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/jasa
yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berkaitan dengan permasalahan keamanan pangan di indonesia
telah memiliki dasar hukum yang mengaturnya, sebagaimana diatur di
dalam undang-undang nomor 18 tahun 2012 tentang pangan, tetapi hal
tersebut tidak lantas membuat para pelaku usaha untuk memberikan
jaminan keamanan terhadap produk pangan yang mereka produksi dan
diperdagangkan kepada konsumen, sehingga masih maraknya kasus-
kasus produk makanan yang tidak aman jika dikonsumsi.38
38
Dewi, E. W. 2015. Hukum Perlindungan Konsumen. Yogyakarya: Graha Ilmu. Hlm.
89.
66
Berdasarkan pasal 111 ayat (2), undang-undang no. 36 tahun
2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa “makanan dan minuman
hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan”. Peraturan perundang-
undangan yang dimaksud yakni peraturan pemerintah nomor 28 tahun
2004 pasal 43 tentang kemanan, mutu dan gizi pangan mengamanatkan
pangan olahan yang diproduksi oleh industri rumah tangga wajib
memiliki sertifikat produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT)
yang diterbitkan oleh bupati/walikota dan kepala badan pengawas obat
dan makanan (bpom) menetapkan pedoman pemberian sertifikat
produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT) sebagaimana
dimaksud pada pasal 43 ayat (1), dengan menerbitkan peraturan kepala
bpom ri nomor hk.03.1.23.04.12.2205 tahun 2012 tentang pedoman
pemberian sertifikat produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT)
tata cara pengurusan SPP-IRT meliputi:39
1) Mengajuan permohonan SPP-IRT dengan melengkapi persyaratan-
persyaratan yang di butuhkan.
2) Mengikuti penyuluhan keamanan pangan, hal ini biasanya akan
diselenggarakn oleh dinas kesehatan kabupaten/kota;
3) Pemeriksaan sarana produksi pangan irt, pemeriksaan ini dilakukan
setelah produsen mendapatkan sertifikat penyuluhan keamanan
pangan;
4) Pemberian nomor p-irt.
39
Huruf D, Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.
67
Menurut peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang
pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah
provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota, pembinaan,
pengawasan dan registrasi makanan minuman produksi industri rumah
tangga pangan merupakan urusan pemerintah yang diselenggarakan
oleh pemerintah kabupaten/daerah yaitu dinas kesehatan.
Mengingat hal tersebut diatas maka SPP-IRT dan izin dinas
kesehatan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas industri
rumah tangga pangan, meletakkan industri rumah tangga pangan dalam
posisi strategis dan sehat.40
bahwa setiap perusahaan wajib mengetahui
dan mematuhi peraturan perundang-undangan di bidang pangan. Upaya
untuk memasyarakatkan higyene dan peraturan perundang-undangan di
bidang pangan perlu dilakukan baik melalui jalur pendidikan formal
maupun informal.
Jenis pangan yang diizinkan untuk memperoleh SPP-IRT dapat
dilihat pada lampiran ii peraturan kepala bpom nomor
hk.03.1.23.04.12.2205 tahun 2012 tentang pedoman pemberian
sertifikat produksi pangan industri rumah tangga.41
dalam lampiran ini
tertera jenis pangan apa saja yang diperbolehkan untuk mendapatkan
SPP-IRT.
40 Komang Rina A. L & I Gede P. A. 2016. Pertanggung jawaban Pelaku Usaha Dalam
Peredaran Jajanan Anak (Home Industry) Yang Tidak Terdaftar Dalam Dinas Kesehatan. Bali.
Jurnal Tanggung Jawab Peredaran Pangan. Vol. 04. 03:2. Fakultas Hukum. Universitas Udayana.
41Daftar tersebut dapat juga dilihat pada Lampiran 3 modul pelatihan ini.
Top Related