6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai sistem informasi akuntansi penjualann tunai dan kredit
sebelumnya telah diteliti oleh peneliti terdahulu, berikut beberapa penelitian
terdahulu yang digunakan oleh penulis sebagai refrensi pada penelitian ini:
Hasil penelitian Siregar & Muanas (2018) tentang analisis sistem informasi
akuntansi penjualan tunai dan kredit dalam rangka meningkatkan efektivitas
penerimaan kas studi kasus pada PT. Aldy Pradipta. Dalam penelitiannya peneliti
menggunakan analisis studi deskriptif. Sistem informasi akuntansi penjualan yang
diterapkan oleh PT. Aldy Pradipta sudah efektif meskipun terdapat beberapa
kelemahan yang ditemukan, yaitu adanya tindakan rangkap pekerjaan yang
dilakukan oleh fungsi gudang yang bertugas menyiapkan barang juga harus
mengirimkan pesanan kepada konsumen dan hal yang sama juga di lakukan oleh
fungsi penjualan yang harusnya bertugas untuk mengkoordinir penjualan
merangkap sebagai orang yang memberikan otorisasi kredit, dan menentukan
jumlah piutang yang dapat diberikan dalam satu periode serta dalam setiap transaksi
penjualannya kurang didukung oleh dokumen yang memadai. Tentu kelemahan ini
akan dapat memberikan resiko buruk dalam berjalan kegiatan perusahaan.
Hasil penelitian Wulan, dkk (2017) tentang evaluasi sistem informasi
akuntansi atas sistem penjualan pada perusahaan keramik dinding dalam rangka
meningkatkan produktivitas perusahaan studi kasus PT. Hankorindo Surya Abadi
Sidoarjo. Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan metode
7
penelitian kualitatif yang hanya untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subyek penelitian. Dapat disimpulakan bahwa sistem pengendalian
atas penjualan tunai pada PT. Hankorindo Surya Abadi cukup baik dengan beberapa
kekurangan seperti terdapat pada bagian sales marketing yang bertugas dalam
mengkoordinir penjualan hanya berjumlah 3 orang dan hal tersebut berimbas pada
produktivitas perusahaan dengan adanya penurunan omset perusahan dalam kurun
waktu tertentu.
Hasil Penelitian Gracesia, dkk (2017) tentang analisis sistem informasi
akuntansi penjualan kredit pada CV. Putra Tunas Mandiri Padang. Jenis penelitian
ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dan data yang digunakan adalah data
primer dan sekunder. Dapat disimpulkan bahwa masih terdapat perangkapan tugas
dalam satu bidang tentu hal ini tidak sesuai dengan teori akuntansi yang yang
diungkapkan oleh Mulyadi. Seperti bagian administrasi yang melakukan pekerjaan
yang seharusnya dilakukan oleh fungsi penjualan serta masih terdapat kekurangan
pada sistem informasi akuntansi CV. Putra Tunas Mandiri Padang, seperti tidak
adanya persetujuan direktur pada faktur penjualan kredit, fungsi gudang tidak
membuat kartu gudang guna mengecek ketersedian barang, dokumen faktur
penjualan kredit kurang lengkap seperti tidak adanya dokumen surat penagihan
kepada peanggan.
Hasil penelitian Prasetiyati, dkk (2014) tentang analisis sistem informasi
akuntansi penjualan kredit pada PT. Eka Timur Raya Purwodadi Pasuruan.
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dan memakai jenis data kualitatif
yang merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar.
8
Dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi penjualan yang terdapat pada
PT. Eka Timur Raya Purwodadi Pasuruan belum berjalan dengan baik, hal ini
dikarenakan sumber daya manusia (SDM) belum sesuai kualitas dan tanggung
jawabnya yaitu seperti pada bagian produksi bukanlah lulusan sarjana akuntansi
jadi hal ini tidak sesuai dengan bidangnya dan dalam prosedur penerimaan pesanan
penjualan masih di anggap belum cocok untuk melanjutkan ke aktivitas proses
pembuatan faktur penjualan, apabila order tidak disetujui karena persediaan tidak
mencukupi atau harga yang tidak disepakati biasanya perusahaan akan
mengembalikan surat order yang dikirimkan oleh konsumen dan memintanya untuk
merevisi order sesuai prosedur dan kesepakatan.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Wulandari (2015) tentang evaluasi
sistem informasi akuntansi dengan pendekatan siklus dengan penjualan tunai dan
kredit pada PT.So Good Food Depo Solo. Peneliti menggunakan analisis diskriptif
kualitatif dan juga menggunakan jenis data kualitatif, yaitu data yang merupakan
kumpulan dari data non angka yang bentuknya informasi baik lisan maupun tulisan.
Dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi dengan pendekatan siklus
untuk penjualan tunai dan kredit sudah sangat efektif dengan ditunjukkannya
penilaian jawaban responden terhadap sistem yang sudah dijalankan perusahaan
dengan skor 15 yang menunjukan bahwa prosedur sistem akuntansi penjualan tunai
dan kredit telah berjalan dengan baik.
9
B. Tinjauan Pustaka
Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney & Steinbart (2016) mendefinisikan sistem informasi
akuntansi adalah suatu sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan
mengolah data untuk menghasilkan informasi bagi pengambil keputusan, sistem ini
meliputi orang, prosedur dan instruksi, data, perangkat lunak, infrastruktur
teknololgi informasi, serta pengendalian internal dan ukuran keamanan. Menurut
bodnar & Hopwood (2003) sistem informasi akuntansi adalah komponen sumber
daya, yang digunakan untuk mengolah data menjadi informasi yang berguna. Maka
dapat dinyatakan sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan
yang dikordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang
dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan (Mulyadi,
2016).
Komponen Utama Sistem Informasi
Sistem akuntansi merupakan salah satu sistem informasi dari berbagai sistem
informasi yang digunakan oleh pihak manajemen dalam dalam melakukan
pengelolalan terhadap perusahaan.
Menurut Romney & steinbart (2016) ada 6 komponen utama dalam sistem
informasi akuntansi:
1. Orang yang menggunakan sistem
2. Prosedur dan instruktur yang digunakan untuk mengumpulkan,
memproses dan menyimpan data
10
3. Data mengenai organisasi dan aktivitas bisnisnya
4. Perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data
5. Infrastruktur teknologi informasi, meliputi computer, perangkat
peripheral, dan perangkat jaringan komunikasi yang digunakan dalam
SIA
6. Pengendalian internal dan pengukuran keamanan menyimpan data SIA
Enam komponen utama yang telah disebutkan di atas mengharuskan SIA untuk
dapat memenuhi tiga fungsi penting, yaitu:
1. Mengumpulkan dan menyimpan data terkait segala aktivitas-aktivitas,
sumber daya, dan personel organisasi. Organisasi memiliki beberapa
proses kegiatan bisnis, seperti melakukan kegiatan transaksi penjulan
atau melakukan transaksi pembelian bahan baku, yang mana kegiatan
tersebut akan selalui di ulang-ulang oleh organisasi.
2. Merubah data menjadi sebuah informasi agar manajemen dapat
merencanakan dan mengelola, hingga mengevaluasi segala macam
aktivitas sumber daya, dan personil organisasi.
3. Membagikan pengendalian yang layak untuk dapat menjaga aset-aset
yang di miliki organisasi dan data terkait organisasi.
Dikarenakan data akuntasi bersumber dari SIA, pengetahuan dan kemampuan
terkait dengan SIA sangat berguna untuk kesuksesan pencapaian karir seorang
akuntan. Berinteraksi dengan SIA adalah salah satu kegiatan yang penting yang
dijalankan akuntan.
11
Unsur-Unsur sistem informasi akuntansi menurut Mulyadi (2016) ada 5:
a. Formulir
Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam
terjadinya transaksi. Formulir sering disebut dengan istilah dokumen,
karena dengan formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi
direkam (didokumentasikan) di atas secarik kertas. Contoh formulir
adalah: faktur penjualan, bukti kas keluar, dan cek. Dalam sistem
akuntansi secara manual, media yang digunakan untuk merekam pertama
kali data transaksi keuangan adalah formulir yang dibuat dari kertas.
Dalam sistem akuntansi dengan computer digunakan berbagai macam
media untuk memasukkan data ke dalam sistem pengelolaan data seperti:
papan ketik (keyboard), optical and magnetic characters and code, mice,
voice, touch sensors, and cats.
b. Jurnal
Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk
mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data
lainnya. Seperti telah disebutkan diatas, sumber informasi pencatatan
dalam jurnal ini adalah formulir. Dalam jurnal ini data keuangan untuk
pertama kalinya diklasifikasikan menurut penggolongan yang sesuai
dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Dalam jurnal
ini pula terdapat kegiatan peringkasan data, yang hasil peringkasannya
(berupa jumlah rupiah transaksi tertentu) kemudian di-posting yang
12
terkait dalam buku besar. Contoh jurnal adalah jurnal penerimaan kas,
jurnal pembelian, jurnal penjualan, dan jurnal umum.
c. Buku Besar
Buku besar (general leader) terdiri dari akun-akun yang digunakan untuk
meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal.
Akun-akun dalam buku besar ini disediakan sesuai dengan unsur-unsur
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Akun buku besar ini
di satu pihak dapat dipandang sebagai wadah untuk menggolongkan data
keuanga, di pihak lain dapat di pandang pula sebagai sumber informasi
keuangan untuk penyajian laporan keuangan.
d. Buku pembantu
Jika data keuangan yang digolongkan dalam buku besar diperlukan
rinciannya lebih lanjut, dapat dibentuk buku pembantu (subsidiary
ledger). Buku pembantu ini terdiri dari akun-akun pembantu yang
merinci data keuangan yang tercantum dalam akun tertentu dalam buku
besar. Sebagai contoh, jika akun piutang dagang yang tercantum dalam
laporan posisi keuangan perlu dirinci lebih lanjut menurut nama debitur
yang jumlahnya 60 orang, dapat dibentuk buku pembantu piutang yang
berisi akun-akun pembantu piutang kepada tiap-tiap debitur tersebut.
Buku besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansio terakhir
(books of final entry), yang berarti tidak ada catatan akuntansi lain lagi
sesudah data akuntansi diringkas dan digolongkan dalam rekening buku
besar dan buku pembantu.
13
e. Laporan
Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan berupa laporan
posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan saldo laba, laporan
harga pokok produksi, laporan beban pemasaran, laporan beban pokok
penjualan, daftar umur panjang, daftar utang yang akan dibayar, daftar
saldo persediaan yang lambat penjualannya. Laporan yang berisi
informasi yang merupakan keluaran sistem akuntansi. Laporan dapat
berbentuk hasil cetak computer dan tayangan pada layar monitor
computer.
Prosedur Penjualan Tunai
Sistem penjualan tunai yang digunakan oleh perusahaan dapat mendukung
aktivitas produksinya. Terdapat sejumlah fungsi yang berkaitan dengan penjualan
tunai. Menurut Mulyadi (2016) terkait fungsi penjualan tunai:
1. Fungsi penjualan.
Dalam melakukan transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini kan
bertanggung jawab utnuk menerima order dari konsumen, dengan cara
mengisis faktur penjualan tunai, dan menyerahkan fraktur tersebut kepada
konsumen untuk keperluan pembayaran harga barang ke fungsi kas.
2. Fungsi kas.
Dalam melakukan aktivitas transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai,
fungsi ini akan bertanggung jawab sebagai penerima kas dari konsumen.
14
3. Fungsi gudang.
Dalam melakukan aktivitas transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai,
fungsi ini akan bertanggung jawab untuk menyediakan barang yang dipesan
oleh konsumen, serta memberikan barang tersebut kepada fungsi pengiriman.
4. Fungsi pengiriman.
Dalam melakukan aktivitas transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai,
fungsi ini akan bertanggung jawab untuk membungkus dan memberikan
barang yang telah dibayar harganya kepada konsumen.
5. Fungsi akuntansi.
Dalam melakukan aktivitas transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai,
fungsi ini akan bertanggung jawab sebagai pencatat transaksi penjualan,
penerimaan kas dan pembuat laporan penjualan.
Jaringan prosedur yang membentuk sistem informasi akuntansi
Keseluruhan jaringan prosedur yang ada dalam sistem akuntansi penjualan
tunai sangatlah berbeda satu dengan lainnya. Tetapi menurut Mulyadi (2016)
terdapat sejumlah jaringan prosedur yang membentuk sebuah sistem akuntansi
penjualan tunai, yaitu:
1. Prosedur order penjualan. Pada prosedur ini, fungsi penjualan menampung
order yang dilakukan oleh konsumen dan membuatkan faktur menjualan tunai
untuk mengharuskan consumen melakukan transaksi pembayaran terkait harga
barang ke fungsi kas untuk memungkinkan fungsi gudang dan fungsi
15
pengiriman memproses serta menyiapkan barang yang akan diserahkan kepada
konsumen.
2. Prosedur penerimaan kas. Pada prosedur ini, fungsi kas akan memperoleh
pembayaran harga barang dari konsumen dan akan memberikan tanda
pembayaran (berupa pita register kas dan cap “lunas” pada faktur penjualan
tunai) kepada konsumen untuk memungkinkan konsumen tersebut melakukan
pengambilan barang yang dibelinya dari fungsi pengiriman.
3. Prosedur penyerahan barang. Pada prosedur ini, fungsi pengiriman nantinya
akan menyerahkan barang yang telah dibeli kepada konsumen.
4. Prosedur pencatatan penjualan tunai. Pada prosedur ini, fungsi akuntansi akan
melakukan pencatatan terkait transaksi penjualan tunai dalam jurnal penjualan
dan jurnal penerimaan kas. Disisi lain fungsi akuntansi juga akan mencatat
berkurangnya persediaan barang yang telah dijual didalam kartu persediaan.
5. Prosedur penyetoran kas ke bank. Didalam sistem pengendalian intern terhadap
kas memungkinkan penyetoran harus dilakukan segera ke bank yang diperoleh
dalam satu periode tertentu. Dalam prosedur ini fungsi kas akan meyetorkan
kas yang diperoleh dari penjualan tunai ke bank dalam jumlah penuh.
6. Prosedur penerimaan pencatatan kas. Pada prosedur ini, fungsi akuntansi akan
mencatatat penerimaan kas kedalam jurnal penerimaan kas atas dasar bukti
setoran bank yang diperoleh dari bank melewati fungsi kas.
7. Prosedur pencatatan harga pokok penjualan. Pada prosedur ini, fungsi
akuntansi akan membuat rekapitulasi harga pokok penjualan atas dasar data
yang telah dicatat didalam kartu persediaan. Atas dasar penjualan rekapitulasi,
16
harga pokok penjualan fungsi akuntansi akan membuat sebuah bukti memorial
menjadi dokumen sumber untuk keperluan pencatatan harga pokok penjualan
ke dalam jurnal umum.
Dokumen yang digunakan
Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi penjualan tunai menurut
Mulyadi (2016) adalah:
1. Faktur penjualan tunai. Dokumen ini dipakai untuk merekam beragam
informasi yang dibutuhkan oleh manajemen terkait transaksi penjualan tunai.
2. Pita register kas (cash register tape). Dokumen ini didapat dari fungsi kas
dengan cara mengoperasikan mesin register kas. Pita register kas adalah bukti
penerimaan kas yang dilakukan oleh fungsi kas dan merupakan dokumen
pendukung faktur penjualan tunai yang telah dicatat didalam jurnal penjualan.
3. Bill of leading. Dokumen ini ialah bukti penyerahan barang dari perusahaan
penjualan barang kepada perusahaan moda angkutan umum.
4. Bukti setor bank. Dokumen ini diproses oleh fungsi kas sebagai bukti
penyetoran ke ke bank pada suatu periode.
5. Faktur penjualan COD. Dokumen ini digunakan apabila terjadi transaksi
penjualan secara COD (cash on delivery).
6. Credit card sales slip. Dokumen ini dicetak oleh credit card center bank yang
menerbitkan kartu kredit dan diserahkan kepada perusahaan yang menjadi
anggota kartu kredit.
17
7. Rekap harga pokok penjualan. Dokumen ini dibutuhkan oleh fungsi akuntansi
untuk meringkas harga pokok produk yang dijual dalam satu periode tertentu.
Catatan akuntansi
Catatan akuntansi yang akan digunakan dalam sistem penerimaan kas yang
dihasilkan dari transaksi penjualan tunai menurut Mulyadi (2016) yaitu:
1. Jurnal penjualan. Jurnal penjualan dibutuhkan oleh fungsi akuntansi untuk
mencatat dan meringkas data penjualan.
2. Jurnal penerimaan kas. Dalam jurnal penerimaan kas dibutuhkan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat penerimaan kas dari beragam sumber, salah satunya
dari penjualan tunai.
3. Jurnal umum. Pada transaksi penerimaan kas yang diperoleh dari penjualan
tunai, jurnal ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat harga pokok
produk yang akan dijual.
4. Kartu persediaan. Pada transaksi penerimaan kas yang didapat dari penjualan
tunai, kartu persediaan digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat
berkurangnya harga pokok produk yang dijual.
5. Kartu gudang. Catatan ini tidak termasuk sebagai catatan akuntansi karena
hanya berisikan data jumlah persediaan yang disimpan didalam gudang.
18
Sumber: Mulyadi (2016)
Gambar 2.1. Sistem Penerimaan Kas dari COD Sale
19
Sumber: Mulyadi (2016)
Gambar 2.2. Sistem Penerimaan Kas dari COD Sale (Lanjutan)
Prosedur Penjualan Kredit
Sistem penjualan kredit yang digunakan oleh perusahaan dapat mendukung
aktivitas produksinya. Terdapat sejumlah fungsi yang berkaitan dengan penjualan
kredit. Menurut Mulyadi (2016) terkait fungsi penjualan kredit:
1. Fungsi penjualan.
Pada transaksi penjualan kredit, fungsi ini nantinya akan bertanggung jawab
untuk surat order dari konsumen, menambahkan informasi yang belum ada
pada surat order tersebut, meminta otorisasi kredit, menentukan tanggal
20
pengiriman serta mengisi surat order pengiriman. Fungsi ini juga akan
bertanggung jawab untuk membuat “back order” pada saat diketahui tidak
tersedianya persediaan untuk memenuhi order dari pelanggan.
2. Fungsi kredit.
fungsi ini ada dibawah fungsi keuangan yang dalam praktiknya untuk
penjualan kredit, bertanggung jawab meneliti status kredit konsumen dan
memberikan otorisasi pemberian kredit kepada konsumen.
3. Fungsi gudang.
Pada transaksi penjualan kredit nantinya fungsi ini akan bertanggung jawab
untuk menyimpan dan menyiapkan barang yang telah dipesan oleh konsumen,
serta menyerahkan barang kepada fungsi pengiriman.
4. Fungsi pengiriman.
Pada transaksi penjualan kredit, fungsi ini akan bertanggung jawab untuk
menyerahkan barang berdasarkan surat order pengiriman yang diterima dari
fungsi penjualan.
5. Fungsi penagihan.
Pada transaksi penjualan kredit, fungsi ini akan bertanggung jawab untuk
membuat dan mengirimkan faktur penjualan kepada konsumen, serta
menyediakan copy faktur untuk keperluan pencatatan transaksi penjualan oleh
fungsi akuntansi.
6. Fungsi akuntansi.
Pada transaksi penjualan kredit, fungsi ini akan bertanggung jawab untuk
mencatat piutang yang muncul dari kegiatan transaksi penjualan kredit dan
21
membuat serta mengirimkan pernyataan piutang kepada para debitur, hingga
membuat laporan penjualan.
Jaringan prosedur yang membentuk sistem informasi akuntansi
Keseluruhan jaringan prosedur yang ada dalam sistem akuntansi penjualan
kredit sangatlah berbeda satu dengan lainnya. Tetapi menurut Mulyadi (2016)
terdapat sejumlah jaringan prosedur yang membentuk sebuah sistem akuntansi
penjualan kredit, yaitu:
1. Prosedur order penjualan. Pada prosedur ini, fungsi penjualan menerima order
dari konsumen dan menambahkan informasi yang belum ada pada surat order
dari konsumen. Lalu fungsi penjualan akan membuat surat order pengiriman
dan mengirimkannya kepada fungsi-fungsi yang lain untuk mengharuskan
fungsi tersebut memberikan kontribusi dalam melayani order dari konsumen.
2. Prosedur persetujuan kredit. Pada prosedur ini, fungsi penjualan akan meminta
persetujuan penjualan secara kredit kepada pembeli tertentu dari fungsi kredit.
3. Prosedur pengiriman. Pada prosedur ini, fungsi pengiriman akan mengirimkan
barang yang telah dibeli kepada konsumen sesuai dengan informasi yang telah
terdapat pada surat order pengiriman yang diterima dari fungsi pengiriman.
4. Prosedur penagihan. Pada prosedur ini, fungsi penagihan alan membuat faktur
penjualan dan mengirimkannya kepada konsumen.
5. Prosedur pencatatan pitang. Pada prosedur ini, fungsi akuntansi akan mencatat
tembusan faktur penjualan kedalam kartu piutang atau dalam metode
22
pencatatan tertentu menyimpan dokumen tembusan tersebut menurut abjad
yang bebrfungsi sebagai catatan piutang.
6. Prosedur distribusi penjualan. Pada prosedur ini, fungsi akuntansi akan
mendistribusikan terkait data penjualan menurut informasi yang diperlukan
oleh manajemen.
7. Prosedur pencatatan harga pokok penjualan. Pada prosedur ini, fungsi
akuntansi nantinya akan mencatat secara periodic total harga pokok produk
yang dijual dalam periode akuntansi tertentu.
Dokumen yang digunakan
Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi penjualan kredit menurut
Mulyadi (2016) adalah:
1. Surat order pengiriman dan tembusannya.
2. Faktur dan tembusannya.
3. Rekapitulasi harga pokok penjualan.
4. Bukti memorial.
Catatan akuntansi
Catatan akuntansi yang akan digunakan dalam sistem penerimaan kas yang
dihasilkan dari transaksi penjualan kredit menurut Mulyadi (2016) yaitu:
1. Jurnal penjualan. Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi
penjualan baik secara tunai maupun kredit.
23
2. Kartu piutang. Catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu yang berisikan
rincian mutasi piutang perusahaan kepada masing-masing debiturnya.
3. Kartu persediaa. Catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu yang
berisikan rincian mutasi untuk setiap jenis perusahaan.
4. Kartu gudang. Catatan ini diciptakan oleh fungsi gudang untuk mencatat
mutasi dan persediaan fisik barang yang masih disimpan didalam gudang.
5. Jurnal umum. Catatan akuntansi yang digunakan unutuk mencatat harga pokok
produk yang dijual selama periode akuntansi tertentu.
Sumber: Mulyadi (2016)
Gambar 2.3. Bagan Alir Dokumen Sistem Penjualan Kredit
24
Sumber: Mulyadi (2016)
Gambar 2.4. Bagan Alir Dokumen Sistem Penjualan Kredit (Lanjutan)
25
Sumber: Mulyadi (2016)
Gambar 2.5. Bagan Alir Dokumen Sistem Penjualan Kredit (Lanjutan)
26
Sumber: Mulyadi (2016)
Gambar 2.6. Bagan Alir Dokumen Sistem Penjualan Kredit (Lanjutan)
Top Related