Download - BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

Transcript
Page 1: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1. Gambaran Umum Kota Bandung

Gambaran umum Kota Bandung dijelaskan menurut, georafis,

kependudukan, perekonomian perencanaan kota sebagai berikut:

2.1.1. Geografis Kota Bandung

Bandung terletak pada koordinat 107° BT and 6° 55’ LS. Luas Kota

Bandung adalah 16.767 hektare. Kota ini secara geografis terletak di tengah-

tengah provinsi Jawa Barat, dengan demikian, sebagai ibu kota provinsi, Bandung

mempunyai nilai strategis terhadap daerah-daerah di sekitarnya.

Kota Bandung terletak pada ketinggian ±768 m di atas permukaan laut rata-

rata (mean sea level), dengan di daerah utara pada umumnya lebih tinggi daripada

di bagian selatan. Ketinggian di sebelah utara adalah ±1050 msl, sedangkan di

bagian selatan adalah ±675 msl. Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga

Bandung merupakan suatu cekungan (Bandung Basin).

Melalui Kota Bandung mengalir sungai utama seperti Sungai Cikapundung

dan Sungai Citarum serta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke

arah selatan dan bertemu di Sungai Citarum, dengan kondisi yang demikian,

Bandung selatan sangat rentan terhadap masalah banjir.

2.1.2. Kependudukan

Penduduk Kota Bandung berdasarkan hasil Susenas tahun 2005

adalah 2.270.970 jiwa (penduduk perempuan 1.135.485 Jiwa dan penduduk

laki-laki 1.135.485 jiwa). Angka tersebut menentukan Laju Pertumbuhan

Penduduk (LPP) sebesar 1,72%.

Rata-rata kepadatan penduduk Kota Bandung 13.505 jiwa/Km2, dilihat

dari segi kepadatan penduduk per Kecamatan, maka Kecamatan Bojongloa

Kaler merupakan daerah terpadat dengan kepadatan penduduk 39.256 jiwa/Km2.

Salah satu upaya Pemerintah Kota Bandung untuk mengurangi

tingkat kepadatan penduduk adalah dengan Program Transmigrasi ke daerah

Page 2: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

II - 2

luar Pulau Jawa, diantaranya ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan

Irian Jaya.

Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Kota Bandung Menurut Kecamatan, Luas Wilayah Serta Kepadatan Penduduk Per Km 2

No Kecamatan Luas (km2) Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk/km2 1 Bandung Kulon 6.46 125.929 19.494 2 Babakan Ciparay 7.45 127.151 17.067 3 Bojongloa Kaler 3.03 118.948 39.257 4 Bojongloa Kidul 6.26 74.626 11.921 5 Astanaanyar 2.89 73.992 25.603 6 R e g o l 4.3 78.69 18.3 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648 8 Bandung Kidul 6.06 50.119 8.27 9 Margacinta 10.87 118.299 1.088 10 Rancasari 13.17 64.659 4.91 11 Cibiru 10.81 79.968 7.398 12 Ujungberung 10.34 77.096 7.456 13 Arcamanik 8.8 62.777 7.134 14 Cicadas 8.66 97.561 11.266 15 Kiaracondong 6.12 125.6 20.523 16 Batununggal 5.03 121.65 24.185 17 Sumur Bandung 3.4 40.594 11.939 18 A n d i r 3.71 95.447 25.727 19 Cicendo 6.86 102.139 14.889 20 Bandung Wetan 3.39 33.404 9.853 21 Cibeunying Kidul 5.25 109.337 20.826 22 Cibeunying Kaler 4.5 70.546 15.677 23 Coblong 7.35 122.161 16.621 24 Sukajadi 4.3 100.943 23.475 25 Sukasari 6.27 77.75 12.4 26 Cidadap 6.11 46.962 7.686

Jumlah/Total 2005 167.29 2.270.970 13.505 2004 167.29 2.232.624 13.346 2003 167.29 2.228.268 13.32 2002 167.29 2.142.194 12.805

Sumber : Bandung Dalam Angka (2005)

2.1.3. Perekonomian

Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung, berkembang cukup

signifikan yaitu dari 7,31 % pada tahun 2003 menjadi 7,47 % pada tahun 2004

(Data BPS), kondisi tersebut sudah berada di atas LPE Propinsi Jawa Barat yaitu

4,50 % pada tahun 2003 menjadi 5,06 % pada tahun 2004. PDRB perkapita kota

Bandung atas dasar harga konstan pada tahun 2004 mengalami peningkatan

sebesar Rp 1.772.605 menjadi Rp 12.282.595 dari tahun 2003 yang

Page 3: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

II - 3

mencapai Rp 10.509.990. Berdasarkan kriteria Bank Dunia angka pemerataan

pendapatan di Kota Bandung baru mencapai 13,34 %, yang berarti bahwa

40 % penduduk (893.050 jiwa) berpenghasilan rendah menerima pendapatan

rata-rata perkapita per tahun sebesar 13,44 % dari seluruh PDRB Kota

Bandung yang mencapai Rp 19.402.859.000.000,-, maka sejumlah 893.050 jiwa

hanya meniikmati sebesar Rp. 2.898.318,-. Sementara sejumlah 40 % (893.050

jiwa) menerima 26,47 % dari total PDRB atau menerima sebesar Rp 5.751.006,-

sedangkan 20 % penduduk (446.525 jiwa) berpenghasilan tinggi menikmati

sebesar 61,19 % dari total PDRB atau menerima pendapatan rata-rata perjiwa

pertahun sebesar Rp 26.154.383, dengan demikian masih terjadi disparitas

dalam distribusi pendapatan Kota Bandung.

Kontribusi sektor yang cukup besar terhadap PDRB kota Bandung berasal

dari sektor jasa yang disusul oleh sektor industri pengolahan dan sektor prasarana

(utiliy). Usaha-usaha tersebut sebagain besar dilaksanakan Koperasi, Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM).

2.1.4. Perencanaan Kota

Kota Bandung dalam konteks pembangunan nasional sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional (RTRWN) ditetapkan sebagai salah satu Pusat Kegiatan

Nasional (PKN) disamping 14 kota yang lainnya yaitu Medan, Batam,

Palembang, Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya,

Denpasar, Pontianak, Balikpapan, Manado, Ujung Padang, Biak. Disamping itu

dalam RTRWN tersebut, Kota Bandung dan sebagian wilayah Kabupaten

Bandung ditetapkan juga sebagai Kawasan Andalan Cekungan Bandung dengan

sektor unggulan industri, pertanian tanaman pangan, pariwisata dan

perkebunan. Sedangkan dalam konteks pembangunan regional sesuai dengan

Perda Propinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2003 tentang RTRW Propinsi Jawa Barat,

Kota Bandung merupakan Pusat Pertumbuhan Wilayah Barat disamping

DKI Jakarta.

Pembangunan Kota Bandung dalam konteks regional di era otonomi saat ini

menjadi salah satu isu strategis mengingat kota Bandung terbuka terhadap

Page 4: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

II - 4

wilayah di sekitarnya disamping peranannya sebagai pusat pertumbuhan yang

ditunjang dengan kelengkapan infrastruktur pelayanan serta memiliki iklim yang

sejuk, mendorong migrasi penduduk dari wilayah di sekitarnya. Kota

Bandung sebagai Ibukota Provinsi Jawa Barat terus berkembang, perkembangan

Bandung bukan hanya terpusat di pusat kota, akan tetapi terus menyebar seiring

dengan bertambahnya jumlah penduduk sebagai akibat arus migrasi yang

mengakibatkan tingginya pertumbuhan penduduk.

Disatu sisi peningkatan jumlah penduduk akibat migrasi dengan

berbagai aktivitasnya menuntut adanya peningkatan penyediaan infrastruktur

pelayanan, sedangkan disisi lain tidak mungkin Pemerintah Kota dengan segala

keterbatasan, dana dan sumber daya lingkungan, diharapkan akan menyediakan

fasilitas pelayanan tersebut secara terus-menerus. Oleh karena itu diperlukan

adanya koordinasi dengan wilayah di sekitarnya dalam perumusan kebijakan

secara terpadu.

Arahan fungsi sistem kota-kota di Metropolitan Bandung merupakan arahan

untuk menetapkan sistem perwilayahan dengan hierarki pusat-pusat pelayanan

jasa dan produksi sesuai dengan fungsi, kecenderungan perkembangan dan

orientasi perkembangannya. Arahan sistem kota-kota Metropolitan Bandung

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.2. Arahan Sistem Kota-Kota Wilayah Metropolitan Bandung

Kota Inti Bandung - Cimahi Kota Satelit 1. Lembang

2. Padalarang dan sekitarnya 3. Soreang dan sekitarnya 4. Banjaran dan sekitarnya 5. Majalaya dan sekitarnya 6. Rancaekek dan sekitarnya

Fungsi khusus 1. Cipendeuy dan sekitarnya 2. Cililin 3. Ciwidey dan sekitarnya 4. Pangalengan 5. Jatinangor dan sekitarnya

Sumber : Penyusunan Rencana Strategis Infrastruktur Wilayah Metro Bandung, Dinas Tata Ruang dan Permukiman Jawa Barat (2004)

Adapun fungsi sistem kota-kota di Wilayah Metropolitan Bandung dapat

dilihat pada tabel berikut :

Page 5: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

II - 5

Tabel 2.3. Arahan Fungsi Sistem Kota-Kota Wilayah Metropolitan Bandung

No Peran Kota/Kawasan Kegiatan 1 Kota Inti Bandung - Cimahi • Pemerintahan

• Perkantoran • Jasa • Perdagangan grosir • Industri (teknologi tinggi)

2 Kota Satelit Lembang • Pariwisata • Perdagangan dan jasa • Permukiman • Pertanian

Padalarang • Industri • Perdagangan dan jasa • Permukiman

Soreang • Pemerintahan • Perdagangan dan jasa • Industri • Permukiman

Banjaran • Industri • Perdagangan dan jasa • Permukiman

Majalaya • Industri • Perdagangan dan jasa • Permukiman

Cicalengka • Industri • Perdagangan dan jasa • Permukiman

3 Fungsi Khusus Jatinangor • Pendidikan Tinggi • Perdagangan dan jasa • Permukiman

Cipeundeuy • Industri • Perdagangan • Permukiman

Cililin • Industri • Permukiman

Ciwidey • Pariwisata • Permukiman • Pertanian

Pangalengan • Pariwisata • Permukiman • Pertanian

Sumber : Penyusunan Rencana Strategis Infrastruktur Wilayah Metro Bandung, Dinas Tata Ruang dan Permukiman Jawa Barat (2004)

Page 6: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

II - 6

2.2. Gambaran Umum Kota Jakarta

Jakarta berkedudukan sebagai propinsi sekaligus Ibukota Negara Republik

Indonesia, hal ini membedakan Kota Jakarta dengan propinsi lain yang ada di

Indonesia. Sebagai sebuah propinsi, Jakarta dikepalai oleh seorang Gubernur yang

bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia melalui Menteri

Dalam Negeri. Dengan memiliki posisi ganda sebagai kota propinsi dan ibukota

negara, Jakarta memperoleh status sebagai Daerah Khusus Ibukota ( DKI ).Badan

Perencana Pembangunan Daerah ( BAPPEDA ) menetapkan kebijakan - yang

merupakan petunjuk bagi badan-badan pemerintah daerah - serta membantu

Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta dalam menetapkan kebijakan-

kebijakan mengenai perencanaan strategis,pembangunan, dan keuangan untuk

wilayah DKI Jakarta. DKI Jakarta terdiri dari lima Kotamadya dan satu

Kabupaten Administratif, yang berkedudukan sebagai daerah swatantra tingkat

dua, di bawah pengawasan kantor Gubernur. Kelima kotamadya tersebut adalah

Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan

Kabupaten Kepulauan Seribu. Tiap kotamadya dikepalai oleh seorang Walikota

yang membantu mempersiapkan perencanaan wilayahnya, sedangkan Kepulauan

Seribu dikepalai oleh seorang Bupati bertanggung jawab dalam bidang keuangan.

Masing-masing wilayah kota membawahi sejumlah kecamatan dan kelurahan. Di

seluruh DKI Jakarta terdapat 43 kecamatan dan 265 kelurahan. Selain itu terdapat

juga organisasi-organisasi kemasyarakatan yakni Rukun Tetangga (RT), Rukun

Warga (RW), yang berada di bawah yurisdiksi kecamatan.

2.2.1. Geografis Kota Jakarta

Jakarta terletak pada koordinat 6°12' Lintang Selatan, 106°48' Bujur Timur,

dan 7 m diatas permukaan laut. Luas Kota Jakarta adalah sekitar 740 km². Kota ini

terletak di bagian barat laut Pulau Jawa. Karena Jakarta merupakan sebuah kota

yang amat besar dan sekaligus ibu kota Indonesia, maka kota ini mempunyai

status yang sama dengan sebuah provinsi.

Page 7: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

II - 7

2.2.2. Kependudukan

Jumlah penduduk DKI Jakarta berbeda antara siang dan malam hari. Hal ini

disebabkan banyaknya penduduk yang bekerja di Kota Jakarta mempunyai tempat

tinggal di daerah sekitarnya, seperti Bogor, Bekasi, Depok dan Tangerang.

Tabel 2.4. Proyeksi Penduduk DKI Jakarta Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin pada Tahun 2007

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah 0 - 4 363.400 353.700 717.100 5 - 9 340.800 333.200 674.000

10 - 14 372.100 372.700 744.800 15 - 19 357.200 378.600 735.800 20 - 24 403.700 458.600 862.300 25 - 29 502.700 554.700 1.057.400 30 - 34 506.700 521.600 1.028.300 35 - 39 404.900 395.100 800.000 40 - 44 304.100 299.800 603.900 45 - 49 236.500 240.800 477.300 50 - 54 188.200 184.400 372.600 55 - 59 139.400 132.100 271.500 60 - 64 97.100 91.900 189.000 65 - 69 65.100 63.800 128.900 70 - 74 38.100 40.900 79.000

75 + 33.100 39.000 72.100 Jumlah 4.353.100 4.460.900 8.814.000

Sumber : BPS Jakarta

2.2.3. Perencanaan Kota

Tata ruang kota Jakarta untuk masa mendatang, sesuai dengan Peraturan

Daerah DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

bahwa arahan penataan ruang wilayah akan ditujukan untuk melaksanakan 3 (tiga)

misi utama, yaitu :

1. Membangun Jakarta yang berbasis pada masyarakat

2. Mengembangbiakan lingkungan kehidupan perkotaan yang berkelanjutan

3. Mengembangkan Jakarta sebagai kota jasa skala nasional dan internasional

Penataan ruang kota Jakarta dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan

masyarakat yang sejahtera berbudaya dan berkeadilan, terselenggaranya

Page 8: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

II - 8

pemanfaatan ruang wilayah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

hidup sesuai dengan kemampuan daya dukung dan daya tampungnya, kemampuan

masyarakat dan pemerintah, serta kebijakan pembangunan nasional dan daerah.

Selain itu penataan ruang juga bertujuan untuk mewujudkan keterpaduan dalam

penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan serta terselenggaranya

pengaturan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung dan budi daya.Dengan

adanya penataan ruang yang lebih baik dan terarah, diharapkan visi pembangunan

kota Jakarta yaitu agar sejajar dengan kota-kota besar negara maju lainnya dapat

terwujud.

2.3. Keterkaitan Bandung- Jakarta

Pergerakan dari Bandung ke seluruh Indonesia menurut hasil survey asal

tujuan nasional (Origin-Destination) yang dilaksanakan oleh Departemen

Perhubungan Tahun 2001 menggambarkan tingginya perjalanan Bandung –

Jakarta sebagai berikut :

Tabel 2.5. Jumlah Pergerakan Penumpang dari Bandung

Provinsi Jumlah Prosen- Tujuan Penumpang tase DI Aceh 169,998 0.1765%

Sumatera Utara 240,387 0.2495% Sumatera Barat 97,364 0.1011%

Riau 41,169 0.0427% Jambi 10,792 0.0112%

Sumatera Selatan 202,460 0.2101% Bengkulu 60,695 0.0630% Lampung 112,091 0.1163%

Kep. Bangka Belitung 2,481 0.0026% DKI Jakarta 4,200,097 4.3596% Jawa Barat 79,787,231 82.8174%

Jawa Tengah 7,300,582 7.5778% DI Yogyakarta 561,336 0.5827%

Jawa Timur 2,108,143 2.1882% Banten 1,006,294 1.0445%

Bali 183,063 0.1900% Nusa Tenggara Barat 222,683 0.2311% Kalimantan Selatan 31,536 0.0327%

Sulawesi Selatan 1,176 0.0012% Irian Jaya Tengah 1,510 0.0016%

Jumlah 96,341,088 100.0000%

Page 9: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

II - 9

Sumber : Hasil Survey Asal Tujuan Departemen Perhubungan, 2001 (diolah)

Huruf dan angka yang ditebalkan pada tabel diatas memperlihatkan volume

perjalanan penumpang tertinggi dari Bandung. Perjalanan dalam Provinsi Jawa

Barat masih mendominasi dengan prosentase 82,82% diikuti perjalanan menuju

Provinsi Jawa Tengah sebesar 7,58%, kemudian perjalanan menuju Provinsi DKI

Jakarta dengan prosentase 4,36%.Perlu dicatat bahwa studi ini dilakukan sebelum

dibukanya jalan tol Cipularang yang telah membuat aksesibilitas Bandung –

Jakarta saat ini semakin baik.

Yun Artanti dan Niken Puspitasari (2002), menggambarkan bahwa

perjalanan Bandung – Jakarta terus meningkat setiap tahun, berdasarkan

rekapitulasi data 1996-1999, perjalanan Bandung-Jakarta telah mencapai 9 juta

orang per tahunnya dengan tingkat pertumbuhan sebesar 8% per tahun. Tingginya

perjalanan Bandung – Jakarta atau sebaliknya ini disebabkan oleh masing-masing

kota mempunyai karakteristik yang saling menguntungkan. Kota Bandung yang

dikenal dengan sebutan “Kota Kembang” sangat menarik bagi pengunjung yang

berasal dari Kota Jakarta yang merupakan kota bisnis. Karena jaraknya yang

cukup dekat, banyak penduduk Kota Jakarta yang menghabiskan akhir pekannya

di Kota Bandung. Tidak sedikit pula penduduk Kota Jakarta yang mempunyai

rumah peristirahatan/villa di Kota Bandung.

Umbou, Laode Muhammad Idul (2006), menyatakan bahwa dengan

dioperasikannya Tol Cipularang, menyebabkan terjadinya :

a. pengalihan penumpang yang berasal dari moda angkutan lain dan atau

moda angkutan yang sama namun berbeda rute yang ditempuhnya, sebesar

19,85 %;.

b. bangkitan perjalanan baru 5,88 %;

c. peningkaan frekuensi perjalanan 14,97 %.

Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan lalu lintas kendaraan dan

penumpang asal Jakarta dengan tujuan Bandung sebesar 40,70 %. Peningkatan

pergerakan ini berasal dari peningkatan frekuensi perjalanan digunakan untuk :

perjalanan wisata sebesar 37,24 %, perjalanan bisnis sebesar 31,47 %, perjalanan

sosial sebesar 27,62 %, perjalanan kuliah sebesar 4,20 % dan sisanya merupakan

perjalanan pekerjaan.

Page 10: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

II - 10

Melihat peningkatan lalu lintas Jakarta Bandung yang cukup besar,

menunjukan Kota Bandung sangat atraktif bagi warga Jakarta, terutama untuk

perjalanan wisata, dimana sebagian perjalanan bisnis dan sosial pun diikuti

dengan kegiatan wisata.

2.3.1. Infrastruktur Transportasi

Pengembangan infrasruktur transportasi di Wilayah Metropolitan Bandung

diarahkan agar dapat mendukung struktur ruang untuk meningkatkan interaksi

antara pusat pertumbuhan (kota inti, kota satelit) dengan wilayah penunjangnya

(termasuk kawasan khusus), dan antar pusat pertumbuhan (kota inti/kota satelit).

Upaya peningkatan interaksi tersebut dilakukan melalui peningkatan kapasitas

jalan khususnya yang menghubungkan kota inti (Bandung-Cimahi) dan kota

satelit (Soreang, Banjaran, Majalaya, Padalarang, Lembang, dan Cicalengka).

Selain itu juga dengan meningkatkan fungsi jalan terutama penghubung antara

kota satelit dan kawasan/ fungsi khusus (Cipeundeuy, Cililin, Ciwidey dan

Pangalengan).

Dalam hal pelayanan angkutan umum, seperti halnya bus way Di Jakarta,

Kota Bandung merencanakan untuk mengoperasikan Trans Metro Bandung

(TMB) dengan jurusan Cibiru-Cibeureum. Saat ini, Pemerintah Daerah Kota

Bandung tengah membangun prasarana untuk mendukung pengoperasian TMB ini

yang direncakan akan melintasi jalan Soekarna-Hatta dari ujung timur ke ujung

barat kota Bandung.

Untuk pergerakan keluar Wilayah Metropolitan Bandung, terdapat

infrastruktur seperti Bandara Internasional Husein Sastranegara yang

menghubungkan Bandung dengan kota-kota lainnya di Indonesia, Singapore dan

Kuala Lumpur di Malaysia. Bandung juga mempunyai dua stasiun kereta api,

yaitu Stasiun Bandung yang melayani rute Bandung-Jakarta (Gambir), Surabaya

dan Semarang setiap harinya untuk kelas Bisnis dan Eksekutif dan Stasiun

Kiaracondong untuk Kelas Ekonomi. Jalan tol Padaleunyi menghubungkan

Padalarang, Cimahi, Bandung sebelah selatan dan Cileunyi. Selanjutnya jalan tol

yang menghubungkan Padalarang dan Purwakarta (Cipularang) sudah dibangun,

digabungkan dengan Padaleunyi dan dinamai Purbaleunyi. Jalan tersebut

Page 11: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

II - 11

mempersingkat perjalanan antara Bandung dan Jakarta. Dengan adanya jalur ini,

waktu tempuh Jakarta-Bandung hanya 1,5 jam sampai dengan 2 jam

Selain infrasruktur yang disebutkan diatas, Kota Bandung juga memiliki

Jembatan Pasupati yang menghubungkan bagian utara dan timur Bandung

melewati lembah Cikapundung. Panjangnya 2,8 km dan lebarnya 30-60 m

2.3.2. Permasalahan Infrastruktur Transportasi

Permasalahan pelayanan transportasi yang dihadapi Metropolitan Bandung

menurut studi “Penyusunan Rencana Strategis Infrastuktur Wilayah Metro

Bandung” yang disusun oleh Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa

Barat Tahun 2004 adalah sebagai berikut :

a. terdapatnya hambatan samping dan volume lalulintas tinggi ;

b. kinerja pelayanan jalan pada beberapa ruas jalan relatif rendah (VCR

tinggi);

c. tingkat pergerakan internal – eksternal yang tinggi ;

d. keberadaan terminal bayangan ;

e. jumlah angkutan umum yang tinggi;

f. tingginya penggunaan kendaraan pribadi (90% perjalanan dibandingkan

angkutan umum).

Permasalahan tersebut dipengaruhi pula oleh keterbatasan sarana dan

prasarana tranportasi seperti antara lain :

a. rendahnya total luas jaringan jalan dengan total daerah perkotaan yang

harus dilayani (1,5%);

b. kapasitas operasional ruas jalan menurun (30-40%) kapasitas

seharusnya;

c. ketidakseimbangan ketersediaan prasarana jalan, misal antara wilayah

selatan dan utara serta kabupaten dan kota ;

d. kondisi jalan banyak yang rusak ;

e. efisiensi utilitas rendah ;

f. disiplin penggunaan badan jalan masih kurang ;

g. ketidaklengkapan hirarki jaringan jalan.

Page 12: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

II - 12

2.4. Pilihan Moda Perjalanan

Pilihan moda perjalanan dibedakan atas pemilihan moda untuk perjalanan

Bandung – Jakarta dan untuk Bandung- Bandara Soekarno Hatta, dengan

pertimbangan masing-masing perjalanan mempunyai karakteristik yang berbeda.

Untuk perjalanan Bandung – Jakarta, tujuan akhir perjalanan adalah Jakarta,

sedangkan untuk perjalanan Bandung – Sukarno Hatta, Jakarta tidak dipandang

sebagai tujuan akhir perjalanan, namun sebagai kota persinggahan. Perbedaan

tujuan akhir perjalanan ini akan mempengaruhi penentuan moda yang akan

digunakan oleh penumpang.

2.4.1. Pilihan Moda Perjalanan Bandung - Jakarta

Perjalanan pada lintasan Bandung – Jakarta dapat ditempuh dengan

beberapa macam transportasi, yaitu dengan kendaraan pribadi, bus antar kota,

kereta api, travel dan pesawat terbang. Popularitas masing-masing jenis angkutan

tersebut berubah seiring dengan perkembangan infrastruktur masing-masing jenis

angkutan.

Pada awalnya angkutan bus menjadi primadona untuk melayani perjalanan

Bandung – Jakarta dengan angkutan umum, pada saat itu rute yang ditempuh

adalah via Puncak atau Sukabumi. Dengan semakin padatnya volume lalu lintas

pada lintasan tersebut dan terjadi peningkatan pelayanan angkutan kereta api,

sebagian masyarakat mulai beralih menggunakan moda kereta api pilihan utama.

Dengan dibangunnya tol Jakarta – Cikampek, moda angkutan jalan menjadi

pesaing moda angkutan kereta api.

Pembangunan Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang) yang

diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhyono pada Hari Selasa 12 Juli 2005

bersamaan dengan peresmian pengoperasian jembatan layang Pasteur-

Cikapayang-Suropati (Pasupati) di Kota Bandung (Majalah Tempo, 12 Juli

2005), membuat jarak antara Bandung – Jakarta semakin terasa lebih dekat.

Sebagai gambaran waktu perjalanan, apabila melewati jalan biasa diperlukan

waktu tempuh antara tiga sampai empat jam, sedangkan dengan menggunakan tol

Cipularang waktu tempuh dapat dipersingkat menjadi kurang dari dua jam. Hal ini

Page 13: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

II - 13

membuat moda kereta api menjadi kurang populer, karena waktu tempuh dengan

menggunakan kereta api masih lebih dari 2,5 jam.

Di satu sisi, perkembangan infrastruktur ini membuat gairah baru

kepengusahaan angkutan pada lintasan Bandung – Jakarta. Pilihan perjalanan

bukan hanya pada kereta api dan bus antar kota, tapi ada pilihan lain yang lebih

menarik yaitu travel yang melewati tol Cipularang. Beberapa angkutan travel yang

berkembang diantaranya adalah CitiTrans, X-Trans, Tranzlink dan Cipaganti.

Namun di sisi lain perkembangan pilihan rute ini kurang menguntungkan bagi

perusahaan- perusahaan yang lambat beradaptasi dengan perubahan. Perusahaan-

perusahaan bus antar kota yang tetap menggunakan rute lama (tidak melalui tol

Cipularang) mengalami penurunan pendapatan yang diakibatkan rendahnya

jumlah penumpang. Faktor lain yang membuat angkutan travel diminati adalah

pelayanan yang diberikan merupakan door to door service atau atau point to point

service, tidak menggunakan terminal sebagai tempat menaikkan/menurunkan

penumpang.

2.4.2. Pilihan Moda Perjalanan Bandung – Bandara Soekarno Hatta

Perjalanan antara Bandung dan Bandara Soekarno Hatta dapat ditempuh

dengan beberapa macam jenis angkutan. Perjalanan ini dapat digolongkan menjai

dua tipe, yaitu perjalanan langsung tanpa pengantian kendaraan dan perjalanan

tidak langsung dengan pergantian kendaraan (singgah dan berganti kendaraan di

Jakarta), baik dengan jenis angkutan yang sama maupun jenis angkutan yang

berbeda. Jarak lurus Bandung - Bandara Soekarno Hatta adalah 135 km,

sedangkan jarak lurus Bandung - Jakarta adalah 116 km.

Page 14: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

II - 14

Gambar 2.1. Tipe Perjalanan Bandung – Bandara Soekarno Hatta

Jenis angkutan yang ada saat ini untuk perjalanan langsung tanpa ganti

kendaraan adalah kendaraan pribadi, travel dan angkutan pemadu moda antar

kota, sedangkan jenis angkutan untuk perjalanan dengan ganti kendaraan (singgah

dan berganti kendaraan di Jakarta) adalah :

a. untuk menempuh ruas Bandung – Jakarta (antar kota) mempergunakan

kendaraan pribadi, travel, bus antar kota, kereta api dan pesawat

terbang;

b. untuk menempuh ruas Jakarta – Bandara Soekarno Hatta (dalam kota)

mempergunakan kendaraan pribadi, taksi, bus kota, angkuan pemadu

moda dalam kota.

2.5. Angkutan Udara

Sejak diberlakukannya deregulasi di bidang angkutan udara, yaitu ditandai

dengan terbitnya :

a. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.11 Tahun 2001 tentang

Penyelenggaraan Angkutan Udara

b. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 8 Tahun 2002 tentang

Mekanisme Penetapan dan Formulasi Perhitunga Tarif Angkutan Udara

Berjadual Dalam Negeri

yang memberikan kemudahan beroperasinya maskapai penerbangan baru serta

tarif penerbangan dalam negeri yang relatif murah, menyebabkan jumlah

penumpang pesawat udara terus mengalami peningkatan.

Bandung sebagai sebagai Ibukota Provinsi Jawa Barat memiliki Bandara

Hussein Sastranegara, namun karena kapasitasnya yang sangat terbatas, sebagian

besar masyarakat Bandung yang akan menggunakan moda udara, mau tidak mau

Page 15: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

II - 15

harus melakukannya melalui Bandara Soekarno Hatta, sementara bandar udara

lain yang ada disekitar Jawa Barat bukanlah bandar udara yang bersifat komersil

(digunakan untuk kepentingan militer).

Besarnya volume perjalanan dari Bandung menuju Bandara Soekarno Hatta

atau sebaliknya, menuntut ketersedian sarana transportasi yang memadai. Dari

sudut pandang lain, dalam lintasan Bandung – Bandara Soekarno Hatta terdapat

ruas jalan yang cukup krusial, yang memiliki volume perjalanan yang relatif

tinggi yaitu ruas jalan yang menghubungkan Bandung dan Jakarta.

.

2.5.1. Potensi Penumpang Angkutan Udara di Bandung

Departemen Perhubungan (2007), menyatakan bahwa jumlah penumpang

pesawat udara di Bandara Soekarno Hatta pada tahun 2007 diperkirakan sebanyak

34 juta penumpang atau rata-rata sebanyak 93 ribu penumpang/hari. Dari hasil

survey yang dilakukan pada tahun 2004, bahwa wilayah Bandung dan sekitarnya

memberikan kontribusi sebesar 13 % jumlah penumpang pesawat udara di

Bandara Soekarno Hatta. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat

seiring dengan telah dioperasikannya jalan tol Cipularang.

Tabel. 2.6. Banyaknya Penerbangan dan Penumpang Domestik di Bandara Husein Sastranegara Bandung Tahun 2004

Penerbangan Penumpang Bulan Berangkat Datang Berangkat Datang Januari 367 367 10 774 107 230 Pebruari 357 357 10 581 9 570 Maret 388 387 11 291 10 504 April 398 398 13 424 12 987 M e i 425 422 14 874 14 443 Juni 419 420 15 843 14 830 Juli 443 443 17 612 17 615

Agustus 455 455 16 834 16 652 September 474 470 16 897 16 382 Oktober 512 506 17 113 16 543

Nopember 488 489 17 897 18 309 Desember 543 541 19 320 17 212

Jumlah / Total 5 269 5 255 182 460 162 770 2004 4 190 4 241 127 986 122 692 2003 9 041 2 406 113 817 75 979 2002 1 911 1 909 48 428 45 873

Sumber : BPS Jawa Barat

Page 16: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

II - 16

2.5.2. Kapasitas Penerbangan di Bandung

Kota Bandung saat ini hanya memiliki satu bandara udara komersial yang

dapat dipakai untuk pelayanan jasa angkutan udara masyarakat umum, yaitu

Bandara Hussein Sastranegara. Namun kapasitas bandara ini sangatlah terbatas,

keterbatasan tersebut antara lain adalah dalam hal ketersediaan landasan pacu,

yang hanya bisa melayani jenis pesawat tertentu saja. Keterbatasan ini diperparah

bahwa Bandara Hussein Sastranegara tidak hanya berfungsi bagi penerbangan

komersial saja, tetapi juga digunakan untuk kepentingan TNI AU (militer) dan

kepentingan PT.Dirgantara Indonesia.

Saat ini penerbangan dari Bandara Hussein Sastranegara, melayani 13

tujuan penerbangan domestik dan satu tujuan penerbangan internasional. Adapun

jadual penerbangan dari Bandara Hussein Sastranegara adalah sebagai berikut :

Tabel 2.7. Jadual Penerbangan di Bandara Hussein Sastranegara

MERPATI - NUSANTARA AIRLINES ( MNA ) Bandung - Surabaya 06.05 (Setiap Hari) Bandung - Singapura 09.00 (Rabu, Jumat, Minggu) Bandung - Padang 14.00 (Jumat, Minggu) Bandung - Surabaya 14.15 (Rabu) Bandung - Batam 16.50 (Setiap Hari) Bandung - Surabaya 18.20 (Jumat, Minggu) DERAYA Bandung - Semarang 7.45 (Senin,Rabu, Jumat, Minggu) Bandung - Kuala lumpur 06.00 (Setiap Hari) Bandung - Halim Perdanakusuma 15.30 (kecuali Rabu dan Minggu) AIR ASIA Bandung - Kualalumpur 09.05 (Setiap hari) CITILINK / GARUDA INDONESIA Bandung - Batam 16.20 (Setiap hari) Bandung - Surabaya 06.00 (Setiap hari) Sumber : Harian Kompas

2.5.3. Permasalahan Penerbangan di Bandung

Permasalahan transpotasi udara/penerbangan di Bandung adalah bahwa

Meropolitan Bandung masih sangat tergantung kepada Bandara Husein

Sastranegara yang memiliki kendala sebagai berikut :

• keterbatasan panjang landas pacu ;

• bandara hanya dapat melayani pesawat jenis tertentu ;

Page 17: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

II - 17

• luas dan fasilitas terminal penumpang dan barang yang tidak mendukung ;

• belum dapat melayani rute-rute ke kota besar di Indonesia.

2.6. Angkutan Kereta Api

Jadual pemberangkatan kereta api Bandung – Jakarta dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 2.8. Jadual Pemberangkatan Kereta Api

Bandung – Jakarta (Gambir) Jakarta (Gambir) - Bandung Argo Gede 06.00 – 08.43 Argo Gede 06.15 – 09.03 Argo Gede 07.35 – 10.17 Argo Gede 09.10 – 11.56 Argo Gede 10.30 – 01.12 Argo Gede 11.45 – 14.23 Argo Gede 14.30 – 17.13 Argo Gede 14.45 – 17.23 Argo Gede 16.15 – 19.04 Argo Gede 17.45 – 20.23 Argo Gede 18.30 – 21.13 Argo Gede 19.30 – 22.08

Parahyangan 04.00 – 06.45 Parahyangan 05.15 – 08.25 Parahyangan 05.00 – 07.47 Parahyangan 07.45 – 10.38 Parahyangan 06.30 – 09.14 Parahyangan 08.30 – 11.19 Parahyangan 08.45 – 11.36 Parahyangan 10.45 – 13.33 Parahyangan 13.00 – 15.54 Parahyangan 13.30 – 16.22 Parahyangan 17.15 – 20.07 Parahyangan 16.30 – 19.24 Parahyangan 19.19 – 22.24 Parahyangan 20.30 – 23.19 Sumber : Harian Pikiran Rakyat No.138, Selasa, 14 Agustus 2007

Tabel 2.9. Lalu Lintas Penumpang Kereta Api di Jawa Barat Tahun 2005

Bulan Penumpang Penumpang / Km Pendapatan (Ribu) Januari 9,558,111 396,733 32,409,288 Pebruari 8,562,625 349,252 28,872,190 Maret 9,915,093 397,977 32,029,275 April 9,782,034 389,407 31,154,982 M e i 10,175,770 404,001 30,920,033 Juni 9,888,714 390,526 30,642,011 Juli 10,152,027 428,185 34,406,961

Agustus 10,002,925 398,248 30,591,821 September 10,131,843 402,194 30,893,773 Oktober 10,808,628 431,612 34,557,777

Nopember 9,467,055 410,958 33,170,270 Desember 10,684,453 421,651 33,550,753

Jumlah / Total 119,129,278 4,820,744 383,199,134 2004 117,287,102 4,544,295 339,174,403 2003 119,726,489 4,613,213 316,940,429 2002 140,289,993 5,056,074 294,518,355

Sumber : BPS Jawa Barat

Page 18: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

II - 18

Permasalahan angkutan kereta api adalah sebagai berikut :

• kondisi jaringan jalan kereta api : mengikuti jalur jalan arteri yaitu

menghubungkan kota-kota pusat kegiatan ekonomi primer ;

• jaringan jalan kereta api yang beroperasi merupakan jalur lintas Pulau Jawa

Utara-Tengah koridor Padalarang – Bandung – Cicalengka ;

• Jaringan jalan kereta api tidak aktif adalah :

o Koridor Cikudapateuh – Soreang – Ciwidey ;

o Koridor Bandung- Dayeuhkolot – Majalaya ;

o Koridor Rancaekek – Tanjungsari.

2.7. Angkutan Jalan Raya.

Perjalanan dengan angkutan jalan raya dapat menggunakan bus antar kota

dan travel yang selanjutnya dijelaskan sebagai berikut :

2.7.1. Bus Antar Kota

Pelayanan angkutan umum dengan bus Antar Kota dari Bandung – Jakarta

adalah 500 kendaraan, dengan terminal di Kota Bandung adalah Terminal Leuwi

Panjang dan terminal di Jakarta adalah Kampung Rambutan, Lebak Bulus,

Kalideres dan Pulo Gadung. Rincian pelayanan bus Antar Kota dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 2.10. Rute Pelayanan Bus Antar Kota Bandung – Jakarta

No Rute Jumlah kendaraan

1 Jakarta (Kp. Rambutan) – Jagorawi - Puncak - Bandung 188 2 Jakarta (Kp. Rambutan) – Sukabumi - Bandung 22 3 Jakarta (Lebak bulus) – Tol Cikampek – Purwakarta - Bandung 69 4 Jakarta (Kalideres) – Jagorawi -Puncak - Bandung 15 5 Jakarta (Kalideres) – Tol Cikampek – Purwakarta - Bandung 31 6 Jakarta (Pulo Gadung) – Purwakarta - Bandung 15 7 Jakarta (Pulo Gadung) – Tol Cikampek – Purwakarta - Bandung 45 8 Jakarta (Kp. Rambutan) – Cibinong – Puncak - Bandung 48 9 Jakarta (Kp. Rambutan) – Tol Cikampek – Purwakarta - Bandung 64 10 Jakarta (Kp. Rambutan) – Cibinong – Sukabumi - Bandung 3

Total 500 Sumber : Departemen Perhubungan, 2007

Page 19: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

II - 19

2.7.2. Angkutan Travel

Peluang pelayanan transportasi seiring gairah baru yang ditimbulkan

pengoperasian Tol Cipularang telah ditangkap dengan baik oleh perusahaan –

perusahaan travel, yang pada proses selanjutnya memperbesar pangsa pasar

angkutan travel. Pergeseran moda (modal shifting) telah terjadi dari angkutan bus

reguler (bus antar kota) ke angkutan travel dengan pertimbangan waktu dan

pelayanan yang lebih baik. Kondisi ini semakin memperburuk kinerja angkutan

bus reguler yang sedang dihadapkan pada masalah-masalah yang belum

terselesaikan seperti kenaikan bahan bakar, suku cadang, dan banyaknya

pungutan-pungutan di jalan dan terminal.

Berdasarkan survey yang dilakukan Dinas Perhubungan Provinsi Jawa pada

Bulan Juni 2007 ditemukan 412 kendaraan namun jumlah angkutan travel yang

memiliki ijin sebanyak 67 kendaraan, berarti terdapat sebanyak 345 kendaraan

yang tidak memiliki ijin. Kendaraan yang tidak memiliki ijin tersebut disinyalir

jumlahnya jauh lebih besar mengingat sulit mengidentifikasikan kendaraan travel

yang menyerupai kendaraan pribadi.

2.8. Angkutan Pemadu Moda

Kurang baiknya pelayanan terminal (karena Pemerintah Daerah juga

dihadapkan pada masalah pendapatan asli daerah (PAD) yang didapatkan di

terminal, kurang disiplinnya operator dan pengguna angkutan) semakin

memperburuk kinerja pelayanan angkutan bus reguler di mata masyarakat. Hal ini

menjadi masalah karena terjadi peningkatan prasarana jalan, namun tidak

didukung dengan sarana yang memadai. Dan menjadi kewajiban bagi pemerintah

untuk mencari solusi baru penanganan permasalahan transportasi yang sedang

terjadi.

Konsep angkutan pemadu moda adalah untuk memperbaiki citra

pelayanan angkutan umum yang saat ini dinilai mempunyai pelayanan kurang

baik dan kurang disukai pengguna yang pada akhirnya menurunkan tingkat

penggunaan angkutan umum. Standar pelayanan angkutan pemadu moda itu

sendiri dipersyaratkan diatas standar pelayanan angkutan reguler yang telah ada

lebih dulu.

Page 20: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

II - 20

Sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 Tahun

2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan

Umum, definisi Angkutan Pemadu Moda adalah angkutan yang dilaksanakan

untuk melayani penumpang dari dan/atau ke terminal, stasiun kereta api,

pelabuhan dan bandar udara kecuali dari terminal ke terminal.

Ciri-ciri pelayanan angkutan pemadu moda adalah diselenggarakan

sebagai berikut :

1. khusus mengangkut perpindahan penumpang dari satu moda ke moda lain; 2. berjadual; 3. menggunakan mobil bus dan /atau mobil penumpang; 4. menggunakan plat tanda nomor warna dasar kuning dengan tulisan hitam.

2.8.1. Pelayanan Angkutan Pemadu Moda Bandung Super Mall – Bandar

Udara Soekarno Hatta

Pengoperasian angkutan pemadu moda, dengan rute Bandung Super Mall

(BSM) Bandung – Bandar Udara Soekarno Hatta (BSH) Cengkareng, dilakukan

sejak Bulan Oktober 2006 dengan operator PT.Primajasa Perdanarayautama.

Gambar 2.2. Peta Lintasan Angkutan Pemadu Moda Trayek Bandung Supermall – Bandara Soekarno Hatta

Page 21: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

II - 21

Jumlah kendaraan yang dioperasikan pada trayek ini adalah sebanyak

21 unit bus, masing-masing bus berkapasitas 39 tempat duduk penumpang

yang terdiri dari 36 tempat duduk untuk penumpang umum dan 3 tempat

duduk untuk area merokok. Pada masing-masing tempat duduk terdapat

bantal dengan jenis tempat duduk recleaning seat. Fasilitas lainnya adalah

fasilitas audio video, pendingin udara serta fasilitas toilet.

Keberangkatan dan kedatangan bus mengambil tempat di pelataran

parkir BSM. Tempat menurunkan penumpang di Bandar Udara (Bandara)

Soekarno Hatta di setiap sub terminal keberangkatan yaitu terminal IA, IB,

IC, IIE, dan IIF. Adapun tempat menaikkan penumpang yaitu di terminal

kedatangan IB dan terminal IIE.

Rute yang dilalui adalah Bandung Super Mall, Kiaracondong, Jalan

Soekarno Hatta, Tol Buahbatu, Tol Purbaleunyi, Tol Cikampek, Tol Dalam

Kota Jakarta, Cengkareng, sampai Bandara Soekarno Hatta.

Penumpang hanya turun atau naik di BSM dan Bandara Soekarno

Hatta. Selama perjalanan, bus tidak diperkenankan menurunkan atau

menaikkan penumpang di jalan.

Jam keberangkatan dari BSM dimulai sejak pukul 01.00 sampai

dengan 15.00. Keberangkatan dari Bandara Soekarno Hatta dimulai sejak

pukul 08.00 sampai dengan 23.00. Adapun jadual keberangkatan

selengkapnya adalah sebagi berikut :

Tabel.2.11. Jadual Keberangkatan Angkutan Pemadu Moda

Waktu Keberangkatan (WIB) No Bandung Super Mall Bandara Soekarno Hatta 1 01.00 08.00 2 01.30 09.00 3 02.00 10.00 4 02.30 11.00 5 03.00 12.00 6 04.00 12.30 7 05.00 13.00 8 05.30 13.30 9 06.00 14.00

10 06.30 14.30 11 07.00 15.00

Page 22: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

II - 22

Waktu Keberangkatan (WIB) No Bandung Super Mall Bandara Soekarno Hatta 12 07.30 15.30 13 08.00 16.00 14 08.30 16.30 15 09.00 17.00 16 09.30 17.30 17 10.00 18.00 18 10.30 18.30 19 11.00 19.00 20 12.00 20.00 21 13.00 21.00 22 14.00 22.00 23 15.00 23.00

Tiket dapat dibeli langsung di loket BSM dan loket Bandara Soekarno

Hatta terminal kedatangan IB dan terminal IIE serta dapat dipesan sehari

sebelumnya tanpa dikenakan biaya tambahan.

Setiap penumpang dikenakan tarif Rp 60.000 dengan fasilitas bagasi

sampai 20 kilogram, untuk kelebihan bagasi dikenakan biaya tambahan Rp.

3.000 per kilogram.

Bus tetap berangkat sesuai jadwal dan tepat waktu meskipun

penumpangnya sedikit, dengan lama perjalanan 3-4 jam bila kondisi

lalulintas dalam keadaan normal. Pelayanan dalam angkutan ini diharapkan

mendekati pelayanan seperti di dalam pesawat udara.

2.8.2. Pelayanan Angkutan Lainnya di Bandara Soekarno – Hatta

Selain pelayanan angkutan pemadu moda trayek Bandung Super Mall –

Bandara Soekarno Hatta, pelayanan angkutan umum di Bandara Soekarno Hatta

saat ini dilayani juga oleh angkutan pemadu moda yang dioperasikan PT.DAMRI

pada 11 lintasan trayek, taksi dan travel.

Tabel.2.12. Trayek-trayek PT.DAMRI ke/dari Bandara Soekarno Hatta

No. Trayek Jumlah 1 Blok M – Bandara 17 2 Gambir - Bandara 20 3 Kemayoran - Bandara 7 4 Rawamangun - Bandara 15

Page 23: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota …digilib.itb.ac.id/files/disk1/567/jbptitbpp-gdl-aguspribad-28348-3... · BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648

II - 23

No. Trayek Jumlah 5 Bogor – Bandara 8 6 Jababeka – Bandara 10 7 Kp. Rambutan - Bandara 7 8 Lebak Bulus – Bandara 5 9 Pasar Minggu – Bandara 5 10 Tj. Priok – Bandara 4 11 MM Bekasi – Bandara 5 12 Cadangan 4

Sumber : Departemen Perhubungan 2007

Pelayanan taksi khusus bandara dioperasikan oleh 13 perusahaan taksi

dengan jumlah sebanyak 1.718 kendaraan. Wilayah pelayanan angkutan ini

terbatas pada wilayah Jakarta dan sekitarnya (Depok, Bogor,Tangerang, Bekasi).

Saat ini ijin angkutan travel yang dikeluarkan baru terdapat 10 uni

kendaraan. Namun pada kenyataan di lapangan banyak beroperasi angkutan travel

yang tidak memiliki ijin. Ijin trayek dari 10 angkutan travel tersebut dimiliki oleh

satu perusahaan yang melayani trayek Bandung – Bandara Soekarno Hatta.

Tabel.2.13. Perbandingan Rata-rata Penumpang Pesawat/hari dengan Kapasitas Angkutn Umum di Bandara Soekarno Hatta

Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005Rata-rata

Penumpang/Hari 36.894 23.659 22.542 27.261 30.275 38.729 50.994 67.681 72.524

Taksi Bandara - 2.400 2330 2190 2040 1890 1510 1550 1530Bus Damri Bandara 92 92 92 105 105 105 114 115 118

Rute/Trayek Bus Damri Bandara 8 8 8 10 10 10 12 13 14

Sumber : Departemen Perhubungan (2007)

Memperhatikan perbandingan rata-rata penumpang pesawat per hari dengan

kapasitas angkutan umum sebagaimana tabel 2.13. di atas, terlihat bahwa jumlah

angkutan umum dari tahun ke tahun masih belum mengimbangi perkembangan

jumlah penumpang pesawat.