Download - BAB II - Editan

Transcript
Page 1: BAB II - Editan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ekologi Waduk Bening Saradan dan Air Tawar

Danau dan waduk secara teknis berfungsi sebagai sumber air baku, tempat

hidup berbagai biota air, pengatur dan penyeimbang tata air, pengendali banjir dan

sungai pembangkit tenaga listrik dan lainnya. Selain itu, waduk juga bersifat

multifungsi, yaitu fungsi ekologi, ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, dan

keagamaan (Eko Winarto dan Triweko, 2011: 2-6). Salah satu perairan air tawar

yang ada di Kabupaten Madiun yaitu Waduk Bening yang berada Dusun Petung,

Desa Pajaran, Kecamatan Saradan dengan koordinat 7°32'26"S-111°47'15"E.

Waduk Bening yang selesai dibangun tahun 1981 diberi nama Waduk Bening

dengan luas 89,5 km2, kapasitas bruto 37,5 ribu m3, kapasitas efektif 33 ribu m3.

Waduk Bening adalah sebuah proyek Irigasi Widas, yang merupakan rangkaian

proyek-proyek yang dilaksanakan oleh Badan Pelaksana Proyek Induk

Pengembangan Wilayah Sungai Kali Brantas, Direktorat Jenderal Pengairan,

Departemen Pekerjaan Umum. Pemandangan alam dari Waduk Bening dapat

dilihat pada gambar 2.1

Page 2: BAB II - Editan

Gambar 2.1. Panorama Alam Waduk Bening Saradan(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Tujuan dibangunnya Waduk Bening yaitu menyediakan air irigasi,

mengendalikan banjir, membangkitkan tenaga listrik, pengembangan pariwisata,

perikanan darat.

Suwasono dan Metty (1994: 119) membagi ekologi air tawar menjadi tiga

zona utama, yaitu zona litoral, zona limnetik dan zona profundal

1. Zona litoral

Daerah air dangkal dimana masih dapat ditembus cahaya sampai dasar dan

umumnya ditumbuhi tanaman berakar.

2. Zona limnetik

Zona daerah terbuka sampai kedalaman yang masih dapat ditembus cahaya.

Compensation level ini adalah daerah dimana kecepatan fotosintesis seimbang

dengan kecepatan respirasi. Komunitas daerah ini terdiri plankton, nekton dan

kadang neuston.

3. Zona profundal

Daerah dasar/dalam yang tidak dapat dicapai cahaya, sering tidak terdapat pada

kolam.

Gambar 2.2. Zona Ekosistem Perairan Tawar (Sumber : Rahul, 2012)

Page 3: BAB II - Editan

Terdapat beberapa faktor pembatas pada ekosistem air tawar yang

berpengaruh bagi pertumbuhan zooplankton, antara lain temperatur, transparansi,

kekeruhan, arus, pH, DO, konsentrasi fosfor dan konsentrasi nitrat. Hasil

penelitian X.P An ( 2012: 1011) menyebutkan faktor yang mempengaruhui

kelimpahan plankton antara lain suhu antara lain cahaya matahari, karena cahaya

mempengaruhi tingkah laku organisme akuatik. Menurut Davis (dalam Diah dkk,

2010:149) zooplankton memiliki sifat fototropisme negative dan akan bermigrasi

dari permukaan saat siang hari, sedangkan saat malam hari ketika cahaya

berkurang zooplankton menyebar kedalam. Kekeruhan adalah suatu biasan cahaya

di dalam air yang disebabkan oleh adanya partikel koloid dan suspense yang

terkandung dalam air, (Wardoyo dalam Ahmad dan Tatag,2010: 188). Kasijan dan

Sri (2009: 8) menjelaskan bahwa arus permukaan air digerakkan oleh angin yang

bertiup pada waktu itu. Kecepatan arus air seharusnya dapat menetralkan tingkat

penurunan kualitas karena adanya difusi oksigen menambah kandungan oksigen

terlarut dalam air (Siti dkk, 2010: 375). Oksigen terlaut sangat dibutuhkan oleh

hewan air untuk mempertahankan hidupnya dan dapat menjadi faktor pembatas

dalam penentuan kehadiran mahkluk hidup dalam air, Diah dkk (2010: 151).

Hasil penelitian Riska (2013:59) menyatakan bahwa kadar oksigen di

Waduk Bening pada kisaran sedang yaitu antara 8 sampai 11, sedangkan kondisi

pH air masih dalam keadaan netral yaitu antara 7 sampai 8. Kondisi temperature

waduk Widas masih dalam taraf normal tidak terlalu panas dan tidak terlalu

dingin yaitu berkisar antara 290C sampai 320C sehingga zooplankton dapat

berkembang dengan baik.

Page 4: BAB II - Editan

B. Keanekaragaman Plankton Air Tawar

Plankton adalah mahkluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya

mengapung, mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan

renangnya sangat terbatas hingga selalu terbawa hanyut oleh arus ( Anugerah,

2008:11). Kelimpahan dan biomassa atau jumlah (berat) total zooplankton

merupakan parameter biologis penting di perairan. Hal tersebut berkaitan erat

dengan perubahan harian dan fluktuasi musiman dimana kelimpahan dan

distribusi zooplankton dapat digunakan pula untuk estimasi produksi sekunder,

sehingga keberadaan zooplankton dapat digunakan sebagai indikator produktivitas

perairan (Bayu Adi Pranoto dkk, 2005: 91).

Hasil penelitian Ikbel (2010: 398) menunjukan bahwa dinamika musiman

zooplankton dipengaruhi oleh kombinasi faktor abiotik dan biotik, selain itu faktor

habitat/lingkungan juga mempengaruhui zooplankton antara lain persaingan antar

spesies dan predator zooplankton. Sedangkan hasil penelitian Lam-Hoa et all

( 2006: 53) menunjukan jika pada musim penghujan kelimpahan rotifer dan

cladocerans mengalami penurunan. Perubahan musim mengakibatkan perubahan

biomassa dan organisme zooplankton yang sangat signifikan, dan korelasi

kepadatan zooplankton dengan parameter yang ditentukan menunjukan hasil yang

sangat signifikan (Giovany, 2008: 132-133). Kasijian dan Sri (2009: 51)

menyatakan meskipun jumlah jenis dan kepadatannya lebih rendah dari pada

fitoplankton, zooplankton membentuk kelompok yang lebih beraneka-ragam.

Setidak-tidaknya ada sembilan filum yang mewakili kelompok zooplankton ini

dan ukurannya sangat beragam, dari yang sangat kecil atau renik sampai yang

Page 5: BAB II - Editan

garis tengahnya lebih dari 1 mm. Sebagian hidup sebagai meroplankton dan

sebagaian lagi sebagai holoplankton.

1. Filum Protozoa

Protozoa termasuk dalam Holoplankton yaitu plankton sejati, habitatnya

diperairan air tawar. Ciri khas dari filum ini adalah terdiri dari satu sel (Kasijan

& Sri, 2011; 107). Protozoa terbagi menjadi beberapa kelas yaitu:

a) Kelas Ciliata

Sifat khas dari kelas ini ialah adanya bulu getar seperti rambut di sekujur

badanya yang digunakan untuk bergerak, menangkap makanan, atau

kadang-kadang hanya menimbulkan arus air untuk pernapasan

(Kasijan&Sri, 2011; 108). Berikut ini gambar 2.3 merupakan salah satu klas

Ciliata.

Gambar 2.3. Ceratium hirudinella (Sumber: Riska, 2013)

Gambar 2.3. Ceratium ditutupi dengan dinding sel berupa dinding selulosa

yang tebal dan kuat yang bisa berupa pelat–pelat yang melindungi sel,

mengandung plasmid kecil. Ceratium memiliki dua flagela dan memiliki

tanduk. (Riska, 2013; 44)

Page 6: BAB II - Editan

b) Klas Rhizopoda

Sifat khas hewan ini adalah bahwa gerakan dilakukan dengan menjulurkan

badannya dan mengkerutkan kembli atau bergerak dengan kaki semu (

Pseudopodium) (Kasijan & Sri, 2011; 108). Berikut ini gambar 2.4

merupakan salah satu kelas Rhizopoda.

Gambar 2.4. Operculina complanata ( Foraminiferan)(Sumber: Radilla, 2013)

Gambar 2.4. Merupakan salah satu dari spesies kelas Rhizopoda yaitu

Operculina complanata yang memiliki cangkang yang datar, tipe putaran

cangkang yaitu planispiral semiinvolute sampai evolute, memiliki 1 aperture

(bukaan) pada akhir putaran cangkang,

2. Filum Rotifera

Rotifera adalah organisme kecil dengan penampilan yang sangat variabel,

Mereka terutama makan fitoplankton, bakteri dan detritus. Kebanyakan adalah

individu tunggal, tetapi ada beberapa spesies kolonial, rotifera biasanya

memiliki corona silia baik pada dua lobus sekitar daerah mulut yang berfungsi

sebagai mencari makanan. Tubuh rotifera terbagi menjadi kepala, batang, dan

Page 7: BAB II - Editan

kaki, dan biasanya berbentuk labu ( David, 2012; 114-115). Contoh Spesies

Rotifera dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Keratella cochlearis (Sumber: Riska, 2013)

Gambar 2.5. merupakan spesies dari kelas Rotifera yaitu Keratella

cochlearis yang memiliki lorica berbentuk oval, sel pelindungnya berupa

kutikula luar. Pada akhir anterior terdapat 3 pasang duri. Mulutnya berbentuk

corong dan pada kedua sisinya terdapat cincin silia yang berputar berfungsi

untuk membantu partikel makanan masuk kedalam mulut, selain itu silia juga

digunakan untuk bergerak ( Riska, 2013;51).

3. Filum Arthropoda

Arthropoda merupakan kelompok terbesar di antara seluruh dunia hewan,

sebagian besar habitannya di air tawar. Nama Arthropoda berasal dari kakinya

yang bersendi. Ciri-ciri yang terdapat pada Arthropoda adalah memiliki

kerangka luar yang keras dari kitin (polisakarida majemuk sejenis karbohidrat),

memiliki embelan tubuh yang bersendi dan bebas dari bulu getar, bentuk

tubuhnya simetri bilateral dan tubuhnya terdiri dari ruas-ruas yang tersusun

secara linier berurutan (Kasijan & Sri, 2009: 193). Ada beberapa kelas dari

arthopda antara lain ;

a) Klas Crustacea

Page 8: BAB II - Editan

Arthropoda yang sebagian besar hidup di laut dan bernafas dengan insang.

Tubuhnya terbagi dalam kepala, dada, dan abdomen. (Kasijan & Sri, 2011;

194). Berikut ini gambar 2.7 merupakan salah satu klas Crustacea.

Gambar 2.7. Limnocalanus sp(Sumber: Riska, 2013)

Gambar 2.7. Merupakan spesies Penilia avirostris.yang termasuk klas

Crustacea yang memiliki ciri-ciri tertutup dalam karapas transparan terdiri

dari katup tunggal yang dilipat tubuh dan terbuka bagian perut di daerah

dada dan perut. Mempunyai mata majemuk tunggal yang besar. Antena

pertama (antennules) dimasukkan di sisi ventral kepala dan cukup kecil

(Lynne, 2004:17).

b) Klas Ostracoda

Memiliki ciri-ciri badanya terbungkus dalam cangkang tipis menyerupai

cangkang kerang. Mempunyai mata majemuk atau tidak. (Kasijan & Sri,

2009: 196). Berikut ini gambar 2.8 merupakan salah satu klas Ostracoda.

Gambar 2.8. Euconchoecia cf. aculeata.(Sumber: Faiza et al, 2011)

Page 9: BAB II - Editan

Gambar 2.8. merupakan gambar dari klas Ostracoda dengan spesies

Euconchoecia cf. aculeata.yang memiliki ciri-ciri karapas tranparan,

memanjang, meruncing di anterior dan posterior. Di bagian ekor terdapat 7

cakar dan dorsal seta yang berpasangan (Faiza et al, 2011; 190). Memiliki

ruas-ruas tubuh tampak tidak jelas. Lengan renang jumlahnya tidak lebih

dari dua pasang ( Hutabarat dan Evans, 1986;34).

c) Klas Copepoda

Kelompok copepod menjadi parasite, bdanya pipi kiri-kanan, kakinya

memendek dan ujungnya seperti pancing. Berikut ini gambar 2.9

merupakan salah satu klas Copepoda

Gambar 2.9. Macrocyclops fuscus(Sumber: Riska, 2013)

Gambar 2.9. Menunjukan Macrocyclops fuscus yang memiliki ciri-ciri yaitu

memiliki panjang tubuh sekitar 0,7 sampai 1,5 mm, memiliki antenna yang

panjangnya tidak melebihi dari setengah panjang tubuh, prosome jauh lebih

besar dari urosome, pada 1 antena terdapat 17 segment, tubuhnya beruas-

ruas, kepala menyatu dengan dada (Riska, 2013; 48).

C. Identifikasi Zooplankton

Page 10: BAB II - Editan

Setiap makhluk hidup memiliki nama ilmiah yang berbeda. Nama ilmiah

yang sama berlaku bagi semua makhluk hidup yang mempunyai sejumlah sifat-

sifat yang sama. Pada dasarnya setiap makhluk hidup yang mempunyai sifat yang

sama ditempatkan dalam satu kelompok, kemudian tipe-tipe dalam kelompok

yang mempunyai sifat yang sama ditempatkan dalam satu sub kelompok dan

seterusnya sampai kita mempunyai sub kelompok terakhir yang dapat dibedakan

atas dasar sifat yang khas. (Kasijan dan Sri, 2009: 54) menyatakan bahwa ilmu

tentang penamanan disebut nomenklatur dan merupakan bagian dari taksonomi,

yaitu ilmu tentang klasifikasi dan identifikasi.

Identifikasi Ikbel et al (2010 : 394) menemukan (Copidodiaptomus

numidicus, canthocyclopsrobustus, Acanthocyclops viridis, Cyclops strenuus), 4

cladocerans (Bosmina longirostris, Ceriodaphnia quadrangula, Diaphanosoma

brachyurum, Daphnia longispina) dan 6 rotifers (Asplanchna sp., Filinia

longiseta, Hexarthra mira, Keratella quad- rata, Keratella cochlearis, Brachionus

urceolaris) yang ditemukan dalam waduk.

D. Media Poster Untuk Pembelajaran

Media adalah kata jamak dari medium, yang artinya perantara. Dalam

proses komunikasi, media hanyalah satu dari empat komponen yang harus ada.

Komponen yang lain, yaitu : sumber informasi, informasi dan penerima informasi.

Seandainya satu dari empat komponen tersebut tidak ada, maka proses

komunikasi tidak mungkin terjadi. Fungsi media dalam kegiatan pembelajaran

merupakan bagian yang sangat menentukan efektifitas dan efisiensi pencapaian

Page 11: BAB II - Editan

tujuan pembelajaran. Secara keseluruhan menurut, McKnow ( Sihkabuden,

2005:19 ) media terdiri dari fungsi yaitu;

1. Mengubah titik berat pendidikan formal, yang artinya dengan media

pembelajaran yang sebelumnya abstrak menjadi kongkret, pembelajaran yang

sebelumnya teoritis menjadi fungsional praktis.

2. Membangkitkan motivasi belajar

3. Memperjelas penyajian pesan dan informasi.

4. Memberikan stimulasi belajar atau keinginan untuk mencari tahu