1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kosmetik berasal dari bahasa Inggris Cosmetic yang artinya “ alat
kecantikan wanita”. Dalam bahasa Arab modern diistilahkan dengan
Alatuj tajmiil, atau sarana mempercantik diri.Definisi lebih rincinya
menurut badan BPOM ( Badan Pangan, Obat dan Makanan ),
Departemen Kesehatan , Kosmetika adalah panduan bahan yang siap
untuk digunakan pada bagian luar badan (Epidermis, rambut, kuku, bibir
dan organ kelamin luar ) gigi dan ronggga mulut untuk membersihkan ,
menambah daya tarik , mengubah penampilan supaya tetap dalam
keadaan baik. Bahan–bahan yang dapat membahayakan tubuh
manusia Menurut BPOM dan Depkes, ada sejumlah bahan berbahaya
yang sering disalah gunakan ditambahkan pada kosmetika yaitu :
Bukti terbaru dipaparkan BPOM, menurut penjelasan kepala BPOM,
Husniah Rubiana Thamrin Akib, pihaknya menemukanya ada sekitar 27
merek kosmetik yang mengandung bahan yang dilarang digunakan
untuk kosmetik , Bahan berbahaya tersebut yaitu : Merkury (Hg
),Hidroquinon, Zat warna RhodaminB dan Merak K3.Temuan ini hasil
pengawasan BPOM yang di lakukan dari tahun 2005 hingga kini.
Dari bahan-bahan kimia tersebut tidak bisa digunakan atau dicampur
dengan kosmetik kuteks apabila digunakan dalam jangka waktu lama
dapat berakibat fatal bagi si penggunanya.
2
1.2. Identifikasi Masalah
Peralatan kosmetik di pasaran tersebar dari toko-toko sampai ke Mall-
mall dan semakin meningkatnya permintaan pasar sehingga produsen
pun mengikuti keinginan pasar sehingga cenderung kosmetik kuteks
tanpa ijin ini dapat dibeli dengan mudah . Karena harganya yang murah
dan dapat dibeli dengan mudah dan warna yang ditawarkan lebih
beragam dan menarik perhatian, sehingga penyebaran kosmetik
pewarna kuku kuteks tanpa ijin ini bisa masuk kekalangan remaja dan
pelajar putri. Ketidaktahuan konsumen akan efek samping dari
menggunakan Kuteks tanpa ijin ini juga bisa dijadikan suatu
kecenderungan mereka masih tetap menggunakan kuteks tanpa ijin
tersebut.
Banyaknya Merk yang ditawarkan dengan harga yang lebih variatif ,
warna yang disuguhkan lebih menarik sehingga konsumen lebih
cenderung membelinya, ketidaktahuan akan bahaya dari kuteks tanpa
ijin ini juga bisa menjadikan produk ini tetap laku terjual dipasaran,
walapun efek samping dari Kuteks tanpa ijin ini jika digunakan dalam
jangka waktu lama dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit
pada bagian kuku kita dan bagian paling vital dalam organ tubuh
manusia.Karena zat kimia yang terdapat pada Kuteks illegal sudah
melebihi standar penggunaan zat kimia pada kosmetik,seperti
penggunaan mercury,(Hg),Hidrokinon, zat pewarna rhodaminB, Vernis,
terpentin, cat, Dll. Zat-zat tersebut digunakan bukan untuk kosmetik
tetapi untuk industry atau untuk mewarnai besi atau zat padat lainnya,
sehingga jika digunakan pada tubuh manusia dalam jangka waktu lama
dapat mengakibatkan efek samping yang sangat
membahayakan.Tubuh kita dapat menerima zat kimia tersebut tetapi
dalam standarisasi yang sudah ditentukan atau diberitahukan oleh
BPOM sehingga zat kimia tersebut efek sampingnya sangat kecil.
3
Dalam tubuh manusia ada organ tubuh yang dapat menetralkan racun
dengan skala kecil sehingga racun tersebut tidak membahayakan.
Ketidaktahuan akan bahaya dari menggunakan kosmetik Kuteks tanpa
ijin ini yang menyebabkan masih maraknya dipasaran dan
penggunanya. Hilangnya perhatian konsumen terhadap produk yang
dibeli atau digunakannya dalam meneliti dan mengamati kemasan
produk tersebut baik label perusahaan dan kandungan yang terdapat
pada produk tersebut sehingga cenderung produk ini laku terjual
dipasaran. Penawaran harga yang murah juga menjadi daya tarik,
terutama bagi kalangan yang menetapkan harga sebagai salah satu
pertimbangan.
Karakter remaja putri yang cenderung kurang begitu mementingkan
atau meneliti sebuah produk yang akan di beli atau digunakan bisa
menjadi salah satu faktor mengapa produk kuteks tanpa ijin ini
cenderung diminati oleh remaja putri dan dengan harga yang
ditawarkan oleh kuteks tanpa ijin lebih murah yang sesuai dengan
kemampuan mereka untuk membeli produk tersebut juga bisa menjadi
salah satu faktor mengapa kuteks tanpa ijin ini cenderung diminati oleh
remaja putri.
1.3. Rumusan Masalah
Mengetahui akan tingginya peredaran kosmetik pewarna kuku tanpa ijin
yang beredar dipasaran.Cenderung penggunaan kosmetik pewarna
kuku (Kuteks) tanpa ijin pada remaja dan pelajar putri.
Yang terbagi menjadi beberapa point diantaranya :
Ketidaktahuaan konsumen akan efek samping dari
menggunakan jenis kosmetik pewarna kuku (Kuteks) tanpa ijin
jika digunakan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan
bahaya bagi tubuh manusia.
4
Penggunaan zat kimia yang tertera pada kemasaan yang asing
atau awam bagi konsumen sehingga mereka cenderung
menggunakan produk tersebut.
Kurangnya sosialisasi dari pihak-pihak terkait akan bahaya
penggunaan kosmetik illegal sehingga konsumen merasa tidak
tahu akan bahayanya atau efek samping dari kosmetik pewarna
kuku (Kuteks) tersebut.
Penawaran harga yang relative lebih murah dibandingkan
dengan produk resmi dan warna yang disuguhkan lebih variatif
sehingga konsumen cenderung lebih memilih menggunakan
Kuteks tanpa ijin.
Mudahnya akses untuk membeli produk ini sehingga
memudahkan konsumen untuk menggunakan atau membeli
kosmetik pewarna kuku (Kuteks) ini.
Bahaya atau efek samping dari menggunakan kosmetik pewarna
kuku (Kuteks) tanpa ijin tidak terasa langsung sehingga
konsumen merasa aman-aman saja menggunakan Kuteks tanpa
ijin tersebut.
Rasa ingin tampil beda dan menarik perhatiaan pada lawan
jenisnya sehingga cenderung lebih sering menggunakan Kuteks
yang berganti-ganti warna.
Pengguna kuteks tanpa ijin ini cenderung digunakan oleh remaja
putri mulai dari umur 17- 22 tahun yg rentan dan potensial
terhadap penggunaan kuteks tanpa ijin ini.
1.4. Pembatasan masalah
Begitu banyaknya produk kosmetik pewarna kuku yang beredar
dipasaran dan rendahnya informasi pada konsumen, sehingga
konsumen akan bingung dalam menentukan produk mana yang aman
digunakan dan yang tidak aman digunakan. Ketidaktahuaan konsumen
5
akan efek samping dari menggunakan kosmetik pewarna kuku (Kuteks)
dalam jangka waktu lama yang cenderung terus menggunakan kuteks
tanpa ijin tersebut.
Kecenderungan konsumen dalam menggunakan produk kosmetik
pewarna kuku tanpa ijin, diperkirakan kurangnya informasi dan
penjelasan akan produk tersebut, serta kurangnya kontrol dan
penerapan hukum membuat produk-produk berbahaya tersebut dapat
tersebar luas, area dan tempat penjualan yang menyatu dengan hiasan
atau perlengkapan aksesoris pada wanita remaja dan pelajar putri bisa
menjadi keputusan konsumen dalam menentukan produk tersebut.
Wanita remaja dan pelajar putri cenderung lebih memilih menggunakan
produk tersebut.
1.5. Tujuan Perancangan
Adapun tujuan perancangan ini adalah sebagai berikut :
Memberikan informasi dan belajar untuk bisa membedakan
mana produk yg aman untuk digunakan.
Meningkatkan kesadaran akan penggunaan kosmetik pewarna
kuku (Kuteks) tanpa ijin ini, sehingga pada saat membeli dan
menggunakan lebih selektif mana yg aman digunakan.
Memberikan pengetahuan kepada kaum permpuan di wilayah
bandung, pada umumnya mengenai bahaya kosmetik Kuteks
tanpa ijin, serta dampak yg diakibatkan dari penggunaan
kosmetik pewarna kuku (Kuteks) tanpa ijin ini jika digunakan
dalam jangka waktu lama.
Mencoba mengajak kaum perempuan untuk berhenti
menggunakan kosmetik pewarna kuku (Kuteks) tanpa ijin
ini,sehingga mereka beralih menggunakan Kuteks tanpa ijin.
6
BAB II
BAHAYA PENGGUNAAN PEWARNA KUKU
2.1. Kuku Sebagai Indikator Kesehatan
Kuku juga dapat menjadi indikator kalau ada penyakit dalam, seperti
kanker, serangan jantung, infeksi pencernaan, infeksi kulit dan
lainnya.(Hunsiah.2005).
Adanya jamur pada kuku mengakibatkan pembusukan pada kuku dan
adanya bau tak sedap pada kuku, disebabkan oleh kurangnya
perawatan pada kuku dan bisa juga disebabakan oleh sering berganti
ganti kosmetik pewarna kuku kuteks tanpa ijin. Dalam merawat kuku
dan penggunaaan pewarna kuku yang terus menerus dalam jangka
waktu lama bisa berakibat fatal. Karena hubungan kuku dan kulit sangat
dekat sehingga apabila kukumu tidak sehat maka bisa berdampak pada
kesehatanmu juga, nutrisi dan vitamin yg masuk dan diterima oleh kuku
disalurkan melalui saraf yang melewati bagian kulit terlebih dahulu dan
kulit berhubungan dengan sel dan saraf yg terhubung dengan organ-
organ vital dalam tubuh, jika kukumu tidak sehat atau terkena zat kimia
yg dapat membahayakan tubuh manusia maka otomatis bisa
berdampak pada kesehatanmu juga karena setiap zat kimia yg diterima
oleh kukumu maka dapat meresap pada kulitmu yg bisa menyebar pada
bagian vital dalam tubuh melalui saraf dan sel darah pada kulitmu yang
bercampur masuk kedalam jantung sehingga bisa menyebar keseluruh
tubuh.
Penggunaaan pewarna kuku termasuk salah satu kegiatan yang
digemari oleh wanita. Memilih kosmetik yang aman juga menjadi salah
satu aspek yang harus diperhatikan, lebih selektif dalam memilih dan
menggunakan kosmetik dan pewarna kuku yang digunakan sehingga
tidak ada kecemasan dalam memilih kosmetik yang digunakan.
7
Pewarna kuku tanpa ijin ini sebagian besar menggunakan bahan-bahan
kimia yang membahayakan tubuh yang terbuat dari terpentin, metanol
dan cat tembok dan sedikit di tambahkan vernis supaya terlihat sedikit
cair dan banyak. Kuku adalah organ tubuh yang berhubungan langsung
dengan makanan yang dimakan, apabila kuku tidak sehat atau terlapisi
oleh bahan kimia yang dikenal dengan pewarna kuku masuk kedalam
tubuh bersamaan dengan makanan yang dimakan apa yang akan
terjadi bila itu berlangsung secara terus menerus tanpa disadari
sebelumnya, akan bahaya dari penggunaan pewarna kuku kuteks pada
kuku. Karena itu kuku bisa menjadi salah satu indikator kesehatanmu
karena kuku berhubungan langsung dengan setiap aktifitas yg kamu
lakukan setiap hari.
2.2. Faktor-faktor Penyebab Peredaran Kosmetik Tanpa Ijin
Beberapa faktor penyebab peredaran Kosmetik Pewarna kuku kuteks
tanpa ijin ada beberapa point diantaranya:
Penawaraan harga pewarna kuku yang ditawarkan Produsen
dengan ijin resmi lebih mahal dibandingkan pewarna kuku
tanpa ijin.
Jenis dan warna yang dihadirkan pewarna kuku berijin resmi
lebih sedikit.
Semakin tingginya permintaan pasar akan barang tersebut.
Tidak adanya pemberitahuan resmi dari pemerintah kepada,
penjual dan kurang seriusnya pemerintah dalam memberantas
peredaran kosmetik(pewarna kuku)palsu / tanpa ijin di pasaran,
Tingkat kehidupan perekonomian yang rendah dan rendahnya
sumber daya konsumen.
8
Dari beberapa poin diatas dijelaskan akan hal-hal yang menyebabkan
semakin maraknya penyebaran kosmetik kuteks palsu atau tanpa ijin
disebabkan oleh beberapa faktor, sehingga penyebaran kosmetik
pewarna kuku kuteks tanpa ijin ini bisa beredar di pasaran dengan
bebas dan dapat dibeli dengan mudah yagn dapat kita jumpai sampai
ke mall-mall dan toko-toko khusus yang menjual produk kecantikan atau
kosmetik.
Karena tidak hanya peran pemerintah dan produsen saja yang
menonjol disini peran konsumen dalam masalah ini ikut andil dan
beperan penting, jika pembelian dipasaran berkurang otomatis
produsen akan berkurang atau bisa saja berhenti total dalam
menyebarkan kosmetik Pewarna kuku kuteks tanpa ijin ini dipasaran.
2.3. Bahaya Penggunaan Pewarna kuku tanpa ijin
Efek samping dari penggunaan pewarna kuku kuteks tanpa ijin ini bisa
sangat membahayakan tubuh manusia. Efek samping yang diakibatkan
dari penggunaan pewarna kuku secara terus menerus bisa berakibat
terjangkitnya Kanker, Kegagalan jantung.
Zat kimia yang terdapat pada pewarna kuku tersebut yang melebihi
standar yang digunakan untuk kosmetik bisa memunculkan resiko
kesehatan. Secara tidak sadar kondisi disebabkan karena kecerobohan
konsumen, pada saat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa disadari
tercampur dengan zat kimia yang terdapat pada pewarna kuku,
sehingga zat kimia tersebut masuk kedalam tubuh. Yang terkandung
dalam pewarna kuku tersebut menyerap melalui pori-pori kuku sehingga
masuk kedalam tubuh. Kerusakan pada saluran pencernaan dan
pembusukan pada kuku yang diakibatkan dari pewarna kuku kuteks
tanpa ijin ini dari hasil penelitain BPOM akan bahaya dari kandungan
kosmetik jenis pewarna kuku Kuteks tanpa ijin.
9
2.4. Prosedur Departement Kesehatan dalam meloloskan suatu produk.
Prosedur Departemen Kesehatan dalam meloloskan suatu produk layak
kepasaran sudah sangat ketat, dimulai dari memberlakukan 16 ijin pokok
dan 16 ijin pelengkap yang masing-masing ijin diselesaikan terlebih
dahulu sebelum produk tersebut layak dipasarkan dan memiliki standar
Cara Produksi Kosmetik Yang Baik (CPKB). Kondisi itu merupakan hasil
penelitian, Jaja Ahmad Jayus. Ijin-ijin itu mulai dari ijin gangguan, IMB,
Ijin lokasi, tenaga kerja, Pajak, Tanda daftar perusahaan (TDP), Lulus
uji labotarium atau (BPOM) akan produk tersebut, mempunyai logo
paten pada produk yang akan dipasarkan, dan selalu mencantumkan
tanggal kadaluarsa dan isi kandungan yang terdapat pada setiap
kemasan yang akan dijual kepasaran. Pemerintah memberikan sanksi
berat bagi produsen yang melanggar dari prosedur tersebut yang sudah
diatur dalam undang-undang.
Pihak-pihak yang memproduksi, mengimpor, atau mengedarkan produk
yang tidak memenuhi standar diatur dalam Undang-Undang No. 23
tahun 1992 tentang Kesehatan, dan terancam pidana penjara paling
lama 5 tahun dan atau pidana denda maksimal 100 juta
rupiah.Keamanan konsumen sudah terjamin dalam Undang-Undang
No.8 tentang Perlindungan Konsumen yang dapat dikenakan pidana
penjara paling lama 5 tahun dan atau pidana denda paling banyak 2
miliar rupiah.
Dan sfesifikasi jenis bahan yang digunakan pada kosmetik tersebut
sudah ditetapkan standarisasinya diantaranya :
10
Daftar Bahan Pengawet Yang Tidak Diijinkan Digunakan Dalam
Kosmetik:
No Nama Bahan Kadar Maksimum
1 1-(4-chlorophenoxy)-1-(H-imidazol-1-yl)-3
Dimethybutan-2-one(+)
0.5%
2 1,3-Bis(hydroxymethyl)-5,5-
dimethylimidazolidine-2,4-dione
0,6%
3 Formic acid and its sodium salts 0,5%(dinyatakan
sebagai asam)
4 Glutaraldehyde (Pentane-1,5-dial) 0,1%
5 Phenylmercuric salts (including borates) 0,007%(dihitung
sebagai
Hg.Jika,dicampur
dengansenyawa
Merkuri lain yang
diizinkan)
6 4-hydroxybenzoic acid,its salts and esters 0,4% (asam)untuk
ester tunggal
0,8% (asam)untuk
ester campuran
11
7 Zinc pyrithione (INN)(+) (3) Sediaan Rambut 1,0%
Sediaan lainya 0,5 %
Tabel 2.1 : Standarisasi penggunaan zat kimia
Sumber : www.BPOM.co.id
Tabel standarisasi penggunaan zat kimia dan yg dilarang digunakan
pada kosmetik, setiap bahan dan kadar yg aman digunakan sudah di
jelaskan diatas dan sumber ini didapat dari BPOM.
2.5. Pengguna pewarna kuku dan Karakteristik Pengguna
Pengguna pewarna kuku adalah wanita, ini berkaitan dengan sifat
pesolek yang sudah melekat pada wanita.Sifat ini ada baiknya karena
kodrati dan tuntutan wanita dalam menjaga dan merawat tubuhnya.
Kodrati wanita dalam mempercantik diri sudah terjadi sekian lama, sifat
wanita yang ingin selalu terlihat cantik di mata lawan jenisnya atau
digunakan untuk menutupi kekurangan, maka kosmetik adalah
pilihannya.Hasil analisa sebuah perusahaan kosmetik ternama di
Amerika yang melakukan wawancara dari 10 wanita lajang 7 diantarnya
menjawab, mereka menggunakan kosmetik atau pewarna kuku hanya
ingin terlihat cantik dan jadi perhatiaan lawan jenisnya atau mengikuti
trend mode, dan sisanya menjawab mereka menggunakan karena
tuntutan kerja yang mengharuskan dia menggunakan kosmetik atau
pewarna kuku.Seperti seorang SPG (sales promotion girl) sebuah
kosmetik pewarna kuku dituntut untuk menggunakan pewarna kuku pada
kukunya karena ingin menegaskan bahwa pewarna kuku yang
12
ditawarkan aman dan terlihat menarik perhatian sehingga konsumen
tertarik untuk membelinya atau seorang PR(Public Relation) khususnya
wanita dituntut berpenampilan sangat menarik dalam menghadapi klien.
Yang menarik adalah perilaku ini berkembang tidak hanya pada
konsumen wanita dewasa, tetapi juga pada wanita yang lebih muda
usianya.
Gambar 2.1 : Perilaku penggunaan pewarna kuku pada remaja.
Sumber : www.Geogle.com ( Perliaku pengguna kuteks)
2.5.1. Penggunan Pewarna Kuku di Kalangan
Remaja dan Pelajar Putri
Pelajar remaja putri adalah salah satu konsumen yang menjadi
sasaran penjualan produk ini.Bisa dideteksi melalui area atau
tempat penjualan produk yang bersatu dengan aksessoris
khas remaja putri.
13
Sehingga kecenderungan untuk membeli atau menggunakan
kosmetik jenis pewarna kuku ini lebih besar, area atau tempat
penjualan yang menyatu dengan aksesoris wanita remaja putri
adalah salah satu strategi produsen dalam menawarkan
produknya pada konsumen remaja dan pelajar putri.
Kemasaan pewarna kuku yang mengesankan produk remaja
menjadi salah satu penarik minat konsumen pada kalangan ini,
belum lagi didukung harga yang sangat terjangkau.
2.6. Perbandingan antara Pewarna kuku berijin resmi dan
tanpa ijin
Perbandingan antara pewarna kuku berijin resmi dari Departemen
Kesehatan dan yang tidak berijin resmi atau illegal jika di perhatikan
dengan kasat mata adalah kemasan, aroma dari pewarna kuku
tersebut, dari sisi kemasan, selalu tercantum penjelasaan produsen
resmi dan di labelnya selalu dijelaskan kandungan yang terdapat
didalamnya. pewarna kuku tidak berijin resmi dari Departemen
Kesehatan tidak tercantum mulai dari kemasan, warna, dan disetiap
produknya sebagian besar tidak mencantumkan produsen resmi dan
tidak adanya penjelasan akan kandungan apa saja yang terdapat
didalamnya sehingga dari segi keamanannya tidak terjamin dan efek
yang diakibatkan dari pewarna kuku tanpa ijin ini sangat fatal.
14
Gambar 2.2 : Pewarna kuku ilegal dan yang legal.
Sumber : www.Geogle.com ( Perbandingan kuteks resmi dan tanpa ijin)
Dari beberapa produk yang legal selalu mencantumkan produsen resmi
untuk menjamin konsumen dalam menggunakan produknya sehingga
konsumen lebih terjamin.Persoalaan yang juga besar adalah bahwa
produk ini seringkali tidak terdeteksi pembuat ataupun penyalurnya.Hal
ini menyebabkan adanya kesulitan untuk mengusut asal usulnya.
2.7. Tabel perbandingan pewarna berijin resmi dan yang tanpa ijin.
No Produk Legal Produk Ilegal
Gambar Keterangan Gambar Keterangan
1
Produk berizin
resmi selalu
mencantumkan
label produsen
resmi pada
kemasan dan
selalu dijelaskan
kandungan yang
terdapat pada
kemasan
Sedangkan
produk tanpa
izin tidak
mencantum
kan produsen
resmi dan isi
kandungan
yang terdapat
pada
kemasan.
15
2
Warna terlihat
tidak terang dan
kemasan lebih
rapih dan
dikemasan selalu
ada kode
produksi dan
berlabel resmi.
warna lebih
pekat dan
kemasan
terlihat tidak
rapih dan
selau tidak
tercantum
produsen
resmi dan
label resmi.
3
Pilihan warna
lebih sedikit dan
kemasan selau
ada label resmi
dan kode
produksi.
Warna yang
ditawarkan
lebih banyak
pilihan dan
kemasan
selalu tidak
ada label
resmi dan
kode
produksi.
Tabel 2.2 : Perbandingan pewarna kuku berijin resmi dan yg tanpa ijin
Sumber : www.Geogle.com (Perbandingan kuteks resmi dan tanpa ijin)
Jika dilihat dari tabel diatas maka jelas perbedaannya antara produk
kosmetik pewarna kuku berizin resmi dengan kosmetik tak berizin resmi
walau dengan kasat mata sekalipun dapat dibedakan.
16
2.8. Menginformasikan akan bahaya dari Kosmetik Kuteks tanpa ijin
Maraknya peredaran Kuteks dipasaran baik yang berlebel resmi atau
legal dan illegal sehingga konsumen dituntut lebih selektif dalam memilih
atau menggunakan Kuteks tersebut sehingga bahaya menggunakan
Kuteks tersebut dapat di minimallisir sehingga, konsumen merasa aman
dan terjamin menggunakannya yaitu dengan menginformasikan akan
bahaya dari menggunakan Kuteks tanpa ijin dalam jangka waktu lama
yang berakibat fatal bagi penggunanya, Komunikasi adalah sarana
efektif dalam memberikan informasi kepada konsumen Kuteks yang
tanpa ijin sehingga konsumen bisa memahami dan mengetahui bahaya
dari penggunaan Kuteks tanpa ijin tersebut, karena dengan komunikasi
dapat merubah sikap konsumen Kuteks tanpa ijin dan juga bisa merubah
perilaku dari konsumen tersebut.Komunikasi atau dalam bahasa Inggris
communication berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari
kata communis yang berarti sama.Sama disini maksudnya adalah sama
makna.Menurut Carl I.Hovland, Ilmu Komunikasi adalah upaya yang
sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian
informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.Definisi tersebut
menunjukan bahwa yang dijadikan objek studi komunikasi bukan hanya
memberikan informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum
(public opinion) dan sikap public dalam kehidupan sosial berperan
penting karena komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain,
akan tetapi proses tersebut dapat terjadi apabila terjadi komunikasi yang
komunikatif atau adanya saling mengerti antara penyampai pesan dan
penerima pesan sehingga pesan komunikasi atau informasi yang
disampaikan dapat diterima yang menimbulkan efek tertentu dengan
baik dan dimengerti dengan jelas maksud dan tujuan informasi tersebut
atau proses ini dikenal dengan komunikator kepada komunikan.
Komunikasi terbagi menjadi dua yaitu komunikasi primer dan sekunder,
komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan
17
seseorang kepada orang lain sedangkan komunikasi sekunder proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan alat atau media untuk penyampaian pesannya, karena
komunikan atau penerima pesan berada di tempat lebih jauh atau
banyak sehingga menggunkan bantuan media untuk menyampaikan
pesan atau informasi yang disampaikan sehingga pesan informasinya
dapat diterima dengan jelas yang dikenal dengan komunikasi satu arah
tanpa ada arus balik dari komunikan kepada komunikator.
18
BAB III
STRATEGI PENYAMPAIAN INFORMASI AKAN
BAHAYA KUTEKS TANPA IJIN
3.1. Strategi Komunikasi antara Komunikator dan Komunikan
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan ( planning) dan
menejemen untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan komunikator
adalah penyampai pesan atau pengirim pesan dan komunikan sebagai
penerima pesan atau bisa dikategorikan sebagai objek dalam hal ini
karena saat komunikator menyampaikan pesan atau mengirim pesan
komunikan menerima pesan tersebut dan hasil akhir dari komunikasi
tersebut di tentukan berhasil atau tidaknya pesan tersebut dilihat dari
sang komunikan bisa menerima pesan tersebut sehingga si komunikan
dapat memberikan respond balik terhadap komunikator.
Hal ini sangat berkaiatan penting karena penyampaian pesan harus
disesuaikan dengan segmentasi dan kondisi dari si objerk tersebut,jika
dilihat dari rumusan masalah diatas kita dapat memahami dan
mencermati penyampaian pesan seperti apa dan bagaimana sehingga
pesan yang disampaikan dapat dimengerti dan diterima dengan baik,
sehingga komunikasi tersebut bisa dikategorikan berhasil dan dapat
memberikan perubahan pada si komunikan.Dari rumusan masalah
diatas kita bisa mencermati hal yang mendasar dari masalah tersebut,
ketidaktahuan konsumen akan bahaya penggunaaan kosmetik pewarna
kuku tanpa ijin yang mereka gunakan adalah masalah yang mendasar,
Jadi penyampaian pesan harus secara persuasive dan mencoba
memberikan masukan, pengetahuaan tentang bahaya dari Kuteks tanpa
ijin tersebut jika digunakan secara terus menerus dan dalam jangka
waktu yang lama.
19
Kurangnya informasi akan bahaya dari penggunaan Kuteks tanpa ijin
sehingga para konsumen Kuteks tanpa ijin ini merasa aman dan terjamin
kesehataannya pada saat menggunakan Kuteks tanpa ijin tersebut.Dari
point-point masalah tersebut hal yang paling mendasar dan yang
mendorong mereka cenderung menggunakan kosmetik pewarna kuku
(Kuteks) tanpa ijin adalah ketidaktahuaan mereka akan bahayanya dan
tidak adanya informasi dari pihak penjual akan efek dari penggunaan
Kuteks tanpa ijin ini, jika digunakan dalam kurun waktu lama dan terus-
menerus. Komunikasi disini berperan sebagai pemberi informasi yang
dapat memberikan perubahan pada si penerima pesan, sehingga
penggunaan kuteks illegal dapat di minimallisir dan kecenderungan
mereka untuk menggunakan Kuteks tanpa ijin dapat dikurangi. Adanya
rasa takut untuk menggunakannya kembali dikarenakan mereka sudah
mengetahui bahaya dan efek samping dari penggunaan Kuteks tanpa ijin
jika digunakaan dalam jangka waktu lama.Konsekuensi dari penggunaan
Kuteks tanpa ijin tersebut sudah diketahui dan tugas dari komunikator
hanya memberikan himbauan, informasi akan bahaya dari penggunaan
Kuteks tanpa ijin dalam jangka waktu lama.
3.2. Pendekatan Langsung dengan Konsumen
Strategi yang akan diterapkan atau digunakan yaitu komunikasi satu
arah dengan menggunakan media buku informasi sebagai penyampai
pesan atau informasi yang akan disampaikan kepada si pengguna
kosmetik kuteks tanpa ijin. Penyampaiaan pesan kepada pengguna
Kuteks tanpa ijin harus sesuaikan sehingga dibutuhkan strategi dalam
menyampaikan pesan tersebut, sehingga pesan dapat diterima dengan
baik dan bisa memberikan perubahan pada si penerima pesan. Strategi
yang dibutuhkan dalam menyampaikan pesan kepada komunikan atau
penerima pesan haruslah disesuaikan dan dapat menarik perhatian
mereka menerima pesan tersebut.
20
Media buku informasi yang mudah dibawa sehingga memudahkan untuk
bisa dibaca dan dilihat dmana saja dan kapan saja pada saat waktu
luang, penggunaan kata-kata yg mudah dimengerti sehingga bisa lebih
memudahkan si pembaca untuk mengerti dan memahami isi dari buku
informasi tersebut.
3.3. Ketertarikan Remaja Putri Menggunakan Pewarna Kuku Kuteks
Konsumen kosmetik pewarna kuku (Kuteks) tanpa ijin cenderung
diminati oleh remaja dan pelajar putri karena harga yang lebih relative
murah sehingga ketertarikan akan membeli dan menggunakan Kuteks
tanpa ijin ini cenderung lebih diminatinya, sehingga komunikasi yang
disampaikan harus sesuai dengan konsumen pengguna Kuteks tanpa
ijin tersebut yaitu remaja dan pelajar putri.
Kencenderungan mereka menggunakan Kuteks tanpa ijin karena harga
yang ditawarkan sesuai dengan kemampuan akan membeli dengan
harga yang ditawarkan cukup murah tanpa mengetahui akan efek
samping dari menggunakan Kuteks tanpa ijin tersebut dalam jangka
waktu lama yang dapat membahayakan penggunanya, kurangnya
informasi akan efek dari penggunaan Kuteks tanpa ijin tersebut juga
menjadi salah satu kencenderungan mereka menggunakan Kuteks
tanpa ijin.
Efek samping dari penggunaan Kuteks tanpa ijin yang tidak terasa
langsung sehingga kecenderungan mereka menggunakan Kuteks tanpa
ijin ini merasa aman dan terjamain sehingga mereka akan terus
menggunakannya sebelum dirasakan langsung efek samping dari
menggunakan Kuteks tanpa ijin secara terus-menerus atau digunakan
dalam kurun waktu lama.Kuteks tanpa ijin ini dapat membahayakan
tubuh manusia jika digunakan secara terus-menerus dan dalam jangka
waktu lama, baru lah efek samping dari Kuteks tanpa ijin tersebut
dirasakan oleh si pemakainya.Kecenderungan remaja dan pelajar putri
21
menggunakan Kuteks tanpa ijin sebagian besar tidak tahu bahayanya
sehingga mereka tertarik untuk menggunakannya, komunikasi yang
disampaikan harus menyesuaikan dengan segmentasi dari pengguna
Kuteks tersebut sehingga pada saat komunikator menyampaikan pesan
kepada komunikan bisa diterima dan dimengerti oleh komunikan.
Jika dilihat dari segmentasi remaja dan pelajar putri yang cenderung
menggunakan Kuteks illegal ini maka pesan yang disampaikan haruslah
sesuai dengan segmentasinya.Rasa keingintahuaan dan penasaran
yang tinggi dari mereka yang cenderung ingin mencoba menggunkan
produk tersebut.
3.4. Psikografis Pengguna Kuteks Tanpa Ijin
Rasa ingin tampil selalu menarik perhatian pada lawan jenisnya atau
rasa percaya diri yang tumbuh ketika menggunakan assesoris atau
kosmetik yang dapat membantu menumbuhkan kepercayaan,sehingga
wanita cenderung selalu merasa ingin tampil menarik, yang bisa menarik
perhatian lawan jenisnya.Hal inilah yang menjadi ketertarikan mereka
menggunkan assesoris dan kosmetik yang cenderung hanya sebagian
kecil saja yang mengerti akan bahaya penggunaannya apabila
digunakan tidak menurut aturan yang benar atau penggunaan kosmetik
illegal, kosmetik jenis pewarna kuku (Kuteks) salah satu yang diminati
oleh wanita yang menjadikan bersolek dengan kosmetik dapat
menambah kepercayaan dirinya, sehingga karakteristik mereka selalu
ingin mencoba hal-hal baru.Tanpa mengetahui konsekuensi dari
penggunaan Kuteks tanpa ijin jika digunakan dalam kurun waktu lama
dan terus-menerus.
Kuteks tanpa ijin yang banyak dijual dipasaran sampai-sampai tempat
yang dirasakan aman oleh pembeli pun ada yang menjual atau
memasarkan Kuteks tanpa ijin ini, sehingga mudahnya membeli dan
harga yang relative lebih murah cenderung mereka menggunakan
22
Kuteks tanpa ijin ini, kurangnya kesadaran mereka akan bahaya dari
penggunaan Kuteks tanpa ijin ini yang menyebabkan masih maraknya
penggunaan kosmetik pewarna kuku (Kuteks) tanpa ijin ini.
Rasa kurang percaya diri dan rasa ingin tampil menarik sehingga
cenderung mereka akan terus menggunkannya tanpa memikirkan efek
samping dari kosmetik tanpa ijin tersebut, sebelum efek samping dari
Kuteks tanpa ijin tersebut terasa langsung oleh si penggunanya, hal ini
lah yang meyebabkan mereka tetap menggunakanya.Rasa kepercayaan
diri dan rasa ingin tampil selalu menarik yang cenderung digemari oleh
wanita remaja dan pelajar putri di perkotaan besar. Rasa keingintahuan
yang besar dan selalu memperhatikan akan penampilannya dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
3.5. Demografis Pengguna Kuteks Tanpa Ijin
Mudahnya membeli dan harga yang murah serta kurangnya SDM kita
yang menyebabkan masih ada penggunaan kosmetik jenis pewarna
kuku (Kuteks) tanpa ijin yang relative banyak tersebar di kota-kota besar,
pendidikan yang tinggi tidak menjadi jaminan mereka tidak menggunkan
Kuteks tanpa ijin karena ketidaktahuan akan bahaya penggunaan Kuteks
tanpa ijin dalam jangka waktu lama yang cenderung mereka masih
menggunakannya.
Semakin majunya trend mode pakaian yang terinfluence dari Negara-
negara lain sehingga penampilan mereka secara otomatis akan
menyeimbangi trend mode sekarang, cenderung hal ini banyak terjadi di
kota-kota besar yang sangat relative umurnya masih muda. Gaya hidup
wanita dan remaja putri di perkotaan sudah cukup berani dalam hal
berpenampilan dan selalu ingin mencoba tampil beda dan menarik
sehingga kosmetik pewarna kuku kuteks tanpa ijin cenderung banyak
diminati oleh wanita dan remaja putri perkotaan.
23
Tempat-tempat resmi atau toko-toko kecantikan khusus wanita tidak
menjadi jaminan produk yang dibeli aman dan terjamin, walaupun
system menejemen mereka sudah ketat dalam meloloskan produk-
produk kepasaran masih tetap ada yang lolos dan minat konsumen yang
banyak membeli produk ini, sehingga tempat-tempat seperti mall dan
toko-toko kecantikan tetap menjual produk legal dan yang illegal dengan
memberikan pilihan kepada si pembeli untuk menentukannya, tetapi
mereka tidak menjelaskan perbandingan keamanan kesehataan atau
standarisasi BPOM dari setiap produk yang ditawarkan.
Rasa aman karena sudah membeli di tempat-tempat resmi dan mall-mall
besar yang menyebabkan para pengguna kuteks tanpa ijin ini tidak ingin
lebih tahu efek samping dari menggunakan produk tersebut.Tingkat
pekembangan dibidang tekhnologi dan pembangunan diperkotaan
khususnya ikut merubah karakteristik dan gaya hidup orang-orang
diperkotaan, yang mempengaruhi gaya atau trend mode yang
berkembang, sehingga penggunaan Kuteks pada wanita terlihat lumrah
dan wajar digunakan sehari-hari.
3.6. Strategi Kreatif
Sebuah iklan atau media informasi, baik yang dipublikasikan melalui
media cetak maupun media elektronik, pada dasarnya meliputi struktur
dalam pembuataan ikalan informs tersebut, untuk menghasilkan iklan
informasi yang baik maka digunakan rumus beberapa elemen dari iklan
yaitu digunakannya rumus AIDCA sebagi berikut:
Attention (Perhatian)
Buku informasi dibuat semenarik mungkin untuk khalayak
sasaran.untuk itulah buku informasi ini menggunakaan beberapa
bantuan antara lain berupa pemilihan ukuran (size) yg mudah
untuk dibawa-bawa dan dapat dibaca atau dilihat kapan saja,
penggunaan warna dan huruf yang mampu menarik perhatian,
24
dan tata letak (layout) dari image dan huruf tersebut disusun agar
menarik khalayak sasaran.
Interest (minat)
Untuk menimbulkan minat sehingga timbul rasa ingin tahu lebih
jauh tetang kosmetik pewarna kuku (Kuteks) seperti apa,cara
memilih kosmetik Kuteks yang tepat dan aman ,dampak buruk
yang ditimbulkan oleh Kuteks tanpa ijin maka digunakan gambar
ilustrasi dari fhoto dan ilustrasi vector,serta headline yang
dirasakan akan menarik / menggugah perhatian target sasaran
karena umumnya khalayak sasaran tidak suka membaca teks
yang terlalu panjang.
Desire (Kebutuhan dan Keinginan)
Selain ditumbuhkan minat , khalayak sasaran juga didorong untuk
berkeinginan mengikuti pesan yang ada didalam media informasi
tersebut.Keinginan atau kebutuhan dalam hal ini adalah untuk
menumbuhkan kepedulian dan kesadaran dari pesan informasi
yang disampaikan.
Conviction (Rasa percaya)
Dimana pesan yang disampaikan harus dapat memberikan dan
menumbuhkan rasa percaya (kepercayaan) kepada kaum
perempuan, dalam buku informasi ini menjelaskan dan
memberikan informasi mulai dari cara kita memilih dan
membandingakan kuteks yang aman digunakan walapun
digunakan dalam jangka waktu lama,dan tidak hanya itu didalam
buku ini diberikan contoh dan dampak dari penggunaan kuteks
tanpa ijin tersebut sehingga selain education juga didalam buku
ini kita belajar untuk bisa membandingkan kuteks yg aman untuk
digunakan dan yang tidak aman digunakan.
25
Action (Tindakan)
Keberhasilan suatu informasi adalah adanya respon dari khalayak
sasarna. Maka pada dasarnya isi pesan dalam informasi ini yaitu
menginformasikan kepada khalayak dengan cara membagikan
buku informasi ini secara gratis dengan sarana event untuk
mendukung penyebaran buku informasi ini yaitu event
diselenggarakan di tempat-tempat yang strategis seperti mall dan
kampus,dan tempat2 yg cenderung sering di kunjungi oleh si
pengguna kuteks tersebut. Tujuan dari penyebaraan buku ini
adalah menginginkan adanya perubahan perilaku dari target
informasi kearah yang lebih baik dalam menggunakan kosmetik
pewarna kuku ( Kuteks) yang berijin resmi.
3.7. Pendekataan Kreatif Penyampaian Pesan
Berdasarkan strategi komunikasi yang telah disebutkan diatas
bahwasanya penyampaian pesan informasi harus dapt tersampaikan
secara efektif dan mencapai respon atau efek yang diharapkan. Oleh
karenanya penyampaian pesan atau pendekataan kreatif informasi harus
melihat dan memperhatikan target sasarannya sebagai salah satu
elemen penting dalam penyampaian pesan.
Dalam penyampaian pesan kepada kaum perempuan di kota Bandung
pada umumnya dilakukan dengan mengadakan event berupa acara
perawataan kulit dan kuku yang diadakan bersama sponsor acara yang
merupakan produk kosmetik yang memiliki visi dan misi yang sama
dengan informasi ini. Dalam acara tersebut akan disediakan waktu
Tanya jawab seputar kosmetik pewarna kuku ( Kuteks).
26
Seluruh informasi yang dilakukan harus memperimbangkan dasar-dasar
tujuan komunikasi pesan yang mampu menciptakan penggugahan
kesadaran akan pentingnya informasi dalam memilih kosmetik pewarna
kuku(Kuteks)yang tepat dan aman digunakan.Oleh sebab itu
pemahaman akan kondisi psikologis seseorang juga perlu menjadi
bahan pertimbangkan yang perlu diperhatikan tindakan pemahaman,
kesadaran, keyakinan.Maka informasi yang disampaikan dibutuhkan
rasionalisasi visual sehingga khalayak penerima pesan dapat menerima
pesan dengan baik dan tepat sasaran,dan pendekekataan tersebeut
dibagi menjadi beberapa point diantaranya :
Fotografi
Pendekataan visual dengan penggunaan teknik fhotografi dan
pengolahaan image dengan komputer merupakan faktor yang
paling penting dalam mencapai daya tarik target sasaran. Daya
tarik visual terletak pada bawah sadar dan terdiri dari selera dan
perasaan yang dimodifikasi oleh perubahan rasa dan pandangan.
Teknik ini digunakan untuk mengesankan hal yang nyata
sehingga dampak dari penggunaan kuteks tanpa ijin ini dapat
terlihat dengan tujuan agar informasi yang disampaikan dapat
sampai dan dimengerti sehingga bisa memberikan efek pada si
pembacanya. Keuntungan dari pendekataan visual dengan
menggunakan teknik fotografi ini yaitu diperoleh gambaran yang
lebih nyata tentang bahaya dari penggunaan kuteks tanpa ijin ini.
Ilustrasi
Ilustrasi merupakan aspek penting juga dalam memaparkan suatu
pesan secara simbolik. Melihat segmentasi target sasaran
informasi ini berasal dari sosial ekonomi menengah yang
beragam akan tingkat pendidikannya, serta adanya perbedaan
27
wilayah dan hal itu mungkin saja dapat menghambat penerimaan
pesan informasi yang akan disampaikan.
Maka ilustrasi dibutuhkan guna memperjelas visual dan
pemahaman serta penerimaan pesan informasi. Dengan
memunculkan gambar ilustrasi yang sederhana diharapkan dapat
mempermudah kaum perempuan di kota Bandung dalam
membaca atau menangkap suatu pesan visual yang diterimanya.
Visualisasi
Visualisasi yang dihadirkan adalah hal yang berhubungan dengan
bahaya penggunaan Kuteks tanpa ijin dan pesan apa yang akan
disampaikan pada media informasi tersebut sehingga anatara
visualisasi dan pesan terasa saling berhubungan dan pesan dapat
tersampikan dengan baik.
Tata letak / Layout
Perancangan tata letak / lay out harus disesuaikan dengan kaidah
komposisi,dankeseimbangan antara headline, visual, dan
bodycopy .Keselarasaan dan penyatuan elemen didalamnya
harus menggambarkan kesatuan pesan informasi.Ketetapan
layout juga sangat dibutuhkan untuk mecirikan kesamaan, pada
dasarnya dalam perancangan layout mengacu keseimbangan dan
keselarasan yang sifatnya simetris,asimetris,ataupun
keseimbangan horizontal.
Konsep layout yang diterapkan pada Buku informasi ini adalah
menerapkan keseimbangan yang simetris dengan
mengkombinasikan berbagai elemen yang sifatnya sama untuk
mencapai keserasian.Komposisi dan tata letak dalam sebuah
media informasi sangat berpengaruh akan baik atau tidaknya
sebuah informasi dan dapat menentukan sebuah layout yang baik
28
untuk bisa menarik perhatian audience. Mengarahkan mata
kesuatu arah (leading viewer’s eye) merupakan pemilihan yang
tepat untuk komposisi dan tata letak sehingga komposisi yang
ingin ditampilkan menarik mata sehingga dapat menyebabkan
audience untuk memilih apa yang pertama ia baca atau lihat.
Gambar 3.1 : Skema layout
Unsur-unsur elemen visual yang dipakai dalam media informasi
ini diramu menjadi satu kesatuan yang disusun dan ditempatkan
pada tiap tampilan secara utuh dan terpadu sehingga
memberikan kesan yang menarik.Penyusunan layout yang ingin
ditampilkan adalah untuk menghindari kesan monoton pada
promosi ini, maka dibuat variasi-variasi yang berupa ketebalan
dan perbedaan huruf yang dipergunakan ,pemberian efek-efek
khusus pada huruf dan elemen visual juga untuk menekan hal-hal
yang dianggap penting untuk memberikan alur atau irama pada
mata, maka dalam tampilan media informasi ini akan dimulai
dengan keyword,headline,sub headline,dan tagline hingga
akhirnya informasi tentang cara merawat sepeda motor secara
rutin. Dan bagian-bagian layout dirancang secara harmonis dan
tidak monoton sehingga menciptakan satu kesatuan yang enak
dipandang.Perpaduan antara warna background dan teks juga
29
akan menghasilkan suatu kesatuan dengan tetap memperhatikan
faktor keterbacaan.
3.8. Strategi Pemilihan Media (Media Choice)
Dalam menyampaikan isi pesan informasi kepada sasaran ,maka media
yang dipilih harus efektif dan tepat sasarannya untuk dapat diterima
dengan baik oleh target sasaran, dengan tujuan menginformasikan,
mempersuasikan, dan menghimbau kepada kaum perempuan dikota
Bandung akan bahaya Kuteks tanpa ijin ini
a.Media Utama
Buku informasi adalah media informasi berbentuk gambar dan
penjelasan gambar tesebut yang biasanya dipakai untuk mendukung
sebuah informasi. Dalam informasi ini buku digunakan sebagai media
informasi yang mengambarkan suatu kronologis kejadian atau
peristiwa dalam bentuk simulasi tentang cara-cara memilih kosmetik
kuteks yang tepat dan aman. Dengan menampilkan ilustrasi visual
membaca kandungan kosmetik, melihat izin Depkes dan BPOM pada
kemasaan kosmetik,dan juga melaporkan pada pihak terkait jika ada
kosmetik yang membahayakan.Informasi yang disampaikan dalam info
grafis dapat lebih banyak berbicara dan lebih jelas karena didukung
oleh ilustrasi dari gambar-gambar yang ditampilkan, sehingga buku
informasi sangat efektif digunakan menyampaikan pesan dan informasi
kepada target sasaran. Keberadaan buku informasi memungkinkan
untuk ditempatkan pada ruang lingkup kegiatan kaum permpuan
seperti di pusat-pusat perbelanjaan, tempat-tempat kecantikan atau
salon kuku, mall dan tempat strategis yang memungkinkan sering
didatangi oleh wanita remaja dan pelajar putri.
30
b.Media Pendukung
Poster adalah media cetak yang memiliki jankauan sasaran lebih
banyak dan frekuensinya yang tinggi. Informasi dalam poster dapat
merangsang kepercayaan , sikap dan perilaku. Keberadaan poster
memungkinkan untuk ditempatkan pada lingkup audience seperti
di kampus, pusat perbelanjaan, salon dan tempat strategis lainnya
yang biasa di datangi wanita khususnya para mahasiswi.
Print Ad adalah ikaln media cetak contohnya ikalan majalah,
efektifitas dari iklan print Ad adalah segmen pembaca yang lebih
spesifik sehingga penulis tinggal memilih mana pembaca yang
sesuai dengan target informasi. Adapun majalah yang dipilih
adalah majalah wanita yang khusus membahas tentang wanita
pada umumnya.
Leaflet dalam media informasi ini disampaikan melalui pusat
pembelanjaan ,khususnya toko atau counter kosmetik.Leaflet ini
juga merupakan media yang informative dan efektif untuk
menampilkan pesan informasi karena kaum permpuan di kota
Bandung juga sering memanfaatkan leaflet sebelum berbelanja.
Flayers dapat memberikan informasi lebih detail, target sasaran
dapat melihat isinya pada saat santai bahkan informasinya dapat
dibagikan kepada keluarga atau teman, sehingga pesan dapat
tersebar luas. Penyebarannya sama dengan leaflet yaitu pusat
perbelanjaan,khususnya toko atau counter kosmetik dan tempat-
tempat yang berpotensi lainya.
Stiker informasi sangat diperlukan untuk penyebaraan pesan
kampanye.Mengingat target dan segmentasi informasi ini adalah
kalangan menengah,maka penempelan stiker ke kendaraan umum
seperti angkutan umum dinilai efektif untuk menyampaikan pesan
informasi.
31
Mobile Advertesing adalah pemasangan ikalan disamping dan
belakang kendaraan umum seperti bus kota.Tujuannya untuk
mengefektifkan penyebaraan informasi.Kendaraan seperti bus kota
dinilai sebagai media yang dapat menambahkan perluasaan
penyebaraan pesan informasi ke berbagai tempat di wilayah kota
Bandung.
Merchandise / media gimmick merupakan media alternative yang
digunakan untuk mempertegas juga diterapkan sebagai pengingat
akan keberadaan informasi sosial ini.Adapun bentuk yang
diberikan dari merchandise adalah T-shirt, kalender, Gantungan
Kunci, notebook, pembatas buku,ballpoint,jam meja,pin,mug,jam
dingding, topi,sapu tangan dan tempat kosmetik.Dengan
memasukan icon dan pesan informasi kedalam media ini
diharapkan menimbulkan perhatian (attention) akan pesan
informasi juga berfungsi sebagai pengingat ( reminder) program
informasi ini.
Event untuk sarana atau media pendukung dalam memberikan
informasi sekaligus memberikan penyuluhan atau konsultasi
sekitar permasalahan atau topic yang diangkat tentang sekitar
kosmetik tanpa ijin dan dampak negatif dari penggunaannya juga
sarana unutk memberikan atau membagikan buku informasi
kepada setiap pengunjung event, sehingga media utama dapat
tersampaikan dan bisa langsung konsultasi dengan pihak-pihak
yang menjadi mentor atau konsultan dalam event.
32
3.8.1. Pertimbangan Dasar Penyebaraan Media.
Adapun pertimbangan dasar penyebaraan media yang dipakai
yaitu.Tempat-tempat umum yang menjadi pergerakan kaum
perempuan di wilayah kota Bandung, baik itu pusat perbelanjaan
atau pertokoan kosmetik, tempat perawatan kecantikan.
Tujuannya adalah untuk dapat merubah pola pikir atau persepsi
masyarakat dan memberi informasi mengenai cara dalam memilih
kosmetik yang tepat dan aman.
Penyebaraan informasi yg tepat juga menjadi salah satu
pertimbangan dalam menentukan dmana dan kapan informasi ini
disampaikan sehingga pesan informasi bisa diterima dengan baik
sehingga dapat merubah pola pikir target audience dalam
menentukan pilihannya menggunakan kosmetik pewarna kuku
(Kuteks) tersebut.
3.8.2. Konsep Visual
Konsep visual merupakan salah satu pemikiran dasar dari suatu
gagasan pesan, dan ide kreatif yang disampaikan dengan
menggunakan bahasa visual (komunikasi visual). Dalam
perancangan media informasi, konsep visual adalah acuan dalam
mengkomunikasikan sesuatu pesan non verbal.Tujuannya untuk
menguatkan dan mengefektifitaskan kemampuan komunikasi
verbal yang menjadi pesan informasi.
Tema visual dari media informasi ini adalah “Menjadikan wanita
lebih mengerti akan informasi bahaya penggunaan Kuteks tanpa
ijin”.Cara memilih kosmetik yang tepat dan aman,dan bagaimana
merubah pandangan mereka tentang kecantikan dari sisi lain
yaitu iner beauty sehingga tidak selalu menjadikan kosmetik
sebagai alat poles untuk mempercantik diri.
33
3.8.3. Gaya, Kesan dan Sifat Visual.
Gaya yang diangkat dalam media informasi ini mengambil gaya
dan bentuk yang sederhana dengan lebih mengutamakan
tampilan layout yang ditata sesederhana mungkin agar mudah
dimengerti.Sederhana dalam artian bahwa media ini memiliki
system navigasi yang tidak terlalu rumit dan lebih bisa bercerita
sehingga informasi yang akan disampaikan dapat dengan mudah
diterima oleh audience.
Gaya visual yang diangkat dalam informasi ini memadukan antara
unsur-unsur fhotografi dan ilustrasi dimaksudkan untuk
menghindari kejenuhan. Hal itu dapat dilihat dari beberapa media
yang memadukan kedua unsur ini.Maksud dan tujuan dari
pengangkatan gaya kartun dan gaya fotografi adalah dengan
pertimbangan untuk menarik perhatian khalayak sasaran dengan
menampilkan sesuatu yang informatif dan komunikatif. Jadi hanya
dengan melihat visualnya saja diharapkan khalayak sudah bisa
mengerti.
Dan kesan yang akan dimunculkan dalam media informasi ini
adalah kesan ceria, bebas dan feminism karena menggunakan
warna-warna cerah pada layout backgraound dan unsure fotografi
yang digunakan. Visualisasi dari fhoto yang ditampilkan berupa
wanita yang menggengam sesuatu yang menonjolkan kuku yang
sehat dan indah tanpa harus menggunakan kuteks yang
dimaksudkan perumpaman bahwa kuku kita dapat terlihat lebih
cantik dan indah tanpa harus di bumbui cat atau kosmetik lainya
jika kita merawat kuku dengan baik dan benar, dan maksud dari
perumpamaan tersebut adalah kita bisa memiliki kuku indah yang
sehat an terhindar dari efek yang diakibatkan dari penggunaan zat
kimia yang terdapat pada Kuteks tersebut bila digunakan dalam
jangka waktu lama.
34
Kesan sederhana dapat dilihat dari keseluruhan desain yang
hanya menggunakan beberapa unsur grafis. Unsur-unsur grafis
yang disertakan dalam setiap desain ,semata-mata bertujuan agar
ilustrasi menjadi focus dalam layout desain.
Sifat dari desain visual dalam media informasi, hal ini
dimaksudkan untuk memperkuat pesan yang dibawa dalam setiap
item. Dengan demikian khalayak sasaran akan lebih mudah
terpengaruh dan dapat merubah sikap dari si penerima pesan
tersebut.
3.8.4. Keterkaitan Ilustrasi,Typografi dan Warna
Ilustrasi atau gambar menjadi kekuatan dari media informasi ini
karena dapat bercerita tentang apa yang disampaikan.Ilustrasi
dipakai dalam media poster yang berisikan info grafis karena
ukurannya yang besar sehingga dapat mencakup semua pesan
yang akan disampaikan.Ilustrasi yang ditonjolkan dalam media info
grafis adlah mengambarkan dan menceritakan tentang apa yang
harus dilakukan agar cantik luar dalam.
Sedangkan penggunaan typografi yang jelas dan menarik sangat
dibutuhkan dalam memudahkan faktor pembacaan dan
penyerapaan pesan informasi yang akan disampaikan. Oleh
karena itu jenis huruf yang dipilih ialah jenis huruf yang digunakan
adalah jenis huruf yang berkesan lembut. Jenis huruf yang
digunakan harus bisa mencerminkan sifat dan karakter wanita hal
ini untuk memberi kesan bebas,modern sebagaimana wanita pada
saat ini dan bersahabat sehingga dapat mewakili dari sifat wanita
remaja masa kini.
Daya tarik sebuah desain akan berkurang jika tampil tanpa
warna,untuk itu agar desain dalam media informasi ini mampu
membuat perhatian terkonsentrasi dan untuk member eye-catching
35
target sasaran terutama remaja dewasa,dimana karakter remaja
dan dewasa yang cenderung dinamis, aktif, bebas, menyukai
sesuatu yang baru dan segar. Maka dari itu agar setiap desain
dalam media informasi ini mampu menarik perhatian khalayak
dank arena informasi ini mengangkat tentang bahaya penggunaan
kosmetik pewarna kuku (kuteks) tanpa ijin.
3.8.5. Tipografi
Tipografi yang digunakan pada media ini adalah Antsy Pants yang
mempunyai karakter huruf mengikat dan terlihat tidak terputus-
putus terliaht santai.Dilihat dari permasalahan ini maka penulis
menarik kesimpulan akan menggunakan jenis huruf yang terlihat
santai dan nyaman dilihat tidak terlalu tegas dan memaksa karena
himbauan atau informasi yang disampaikan sesuai dengan
segmentasi audience yaitu remaja putri dan bentuk jenis huruf
yang dipilih antara lain :
Hgalfhasfjhahhg
Sasjhgjyerknnhgllal
123343454r2
Hfdfdssdsggfhgjhgjndfxcxxcvxgdfgds
Hfafjfjkjfkamnvhfgrryauiaiiowo
36
3.8.6. Warna
Pada dasarnya warna-warna yang timbul pada media buku
informasi, warna-warna yang disesuaikan dengan target audience
dan tema sehingga ilustrasi dan visual warna saling ketergantungan
dan bisa menegaskan.
Warna memiliki daya tarik yang kuat dan menciptakan makna
tersendiri.warna juga dapat mengurangi rasa bosan, ataupun
membangkitkan keharmonisan warna-warna yang digunakan,
adapun warna-warna yang digunakan dalam media informasi ini
diantaranya :
Orange
Umunya warna orange berkesan ceria dan rame yang disesuaikan
dengan segmentasi dari target auidence
Hijau
Hijau muda untuk memberikan kesan segar dan sejuk dan sehat
yang disesuaikan dengan informasi yang disampaikan yaitu
mengajak untuk hidup sehat atau menghimbau agar tidak
menggunakan kosmetik tanpa ijin lagi karena merugikan
kesehatan.
37
Hijau Orange
C : 0 C : 80
M : 95 M : 26
Y : 96 Y : 100
K : 0 K : 1
Hijau Muda
C : 50
M : 1
Y : 84
K : 0
38
BAB IV
PERANCANGAN MEDIA INFORMASI
4.1. Perancangan Desain Dan Teknis Media Informasi
Media utama (Primer)
Konsep media buku informasi menggunakan kekuataan teks dan visual,
penekanan pada buku ini adalah dengan menampilkan visual atau
ilustrasi akan efek samping dari penggunaan kosmetik pewarna kuku
kuteks tanpa ini sehingga bisa memberikan efek atau dapat merubah
sikap dari si pembaca pesan atau buku tersebut.Dengan informasi yang
disampaikan bisa menambah pengetahuan dan pendidikan akan
kosmetik pewarna kuku tanpa ijin itu seperti apa, bagaimana dan efek
samping dari penggunaanya bagaimana.
Material yang digunkan yaitu Art Paper 220 gram dengan ukuran (9 cm x
13 cm) , Teknis Produksi Cetak offset.
4.1
Gambar 4.1 : Cover Buku dan Isi Halaman Buku
39
Media sekunder / Pendukung
X - banner media ini dipasang saat event berlangsung untuk menarik
perhatian orang – orang disekitar sehingga datang menghampiri.Material
yang digunakan yaitu Flexi indoor dengan ukuran custom cm x 160 cm.
Teknis Digital Printing (160.
4.1 X-banner Event
Media Gimmick
T-shirt material yang digunakan yaitu kain katun combat dengan ukuran
S,M,X dan L Teknis produksi cetak sablon.
40
4.3 T-shirt Event
Mug material yang digunakan keramik ukuran flat 7 cm x 9 cm, teknik
cetak digtal print.
4.4 Gelas merchandise event
Pin Material yang digunakan Plastik dengan diameter 4,5 cm x 4,5 cm,
teknik cetak digital print.
41
4.5 Pin merchandise event
Stiker material yang digunakan stiker photo paper teknik cetak digital
print.
4.6 Stiker merchandise event
Jam dinding Material yang digunakan stiker photo paper dengan
diameter 13,5 cm, teknik cetak digital print
4.7 Jam dinding merchandise event
Top Related