1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebutuhan selalu menjadi hal utama yang harus terpenuhi
oleh setiap insan yang ada di dunia ini, baik itu kebutuhan primer
ataupun sekunder. Dengan adanya kebutuhan ini setiap individu
harus memiliki usaha dengan kemampuan atau skill yang di
miliki agar terpenuhinya kebutuhan untuk dirinya sendiri.
Salah satu konsep yang menjadi perhatian dalam Islam
adalah tentang bekerja. Bekerja merupakan hal mendasar dalam
kehidupan. upaya untuk melanggengkan kehidupan itu sendiri.
Bahkan bekerja dalam Hidup manusia dapat berjalan baik jika
setiap orang mau bekerja. Bekerja untuk kepentingan individu,
kepentingan sosial (pekerja sosial), kepentingan keberlangsungan
negara, serta kepentingan kehidupan yang lebih luas lagi.
Mengingat begitu pentingnya masalah bekerja ini dalam
kehidupan, maka Islam memberikan perhatian khusus kepada
2
umat manusia untuk bekerja. Bekerja merupakan pandangan
Islam selalu dikaitkan dengan masalah keimanan.1
Firman Allah SWT, Q.S At-Taubah : 1052
Dan Katakanlah: Bekerja kamu, maka Allah akan melihat
pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya serta orang-orang mukmin,
dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui
akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberikan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Selain itu, bekerja juga sangat dianjurkan karena dapat
menjaga wibawa dan kehormatan diri. Dengan bekerja, seseorang
takkan meminta-minta dan mengharapkan pemberian orang lain.3
Dengan demikian sangatlah penting memiliki pekerjaan demi
keberlangsungan kehidupan, serta dapat menjadi rutinitas di
dalam kehidupan.
Seseorang yang bekerja pada suatu perusahaan yang
memiliki produksi yang bergerak pada bidang tertentu, dapatlah
1 Muwafik Shaleh, Bekerja dengan Hati Nurani, (Jakarta: Penerbit
Erlanggam, 2009) , h. 17-19 2 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: PT.
Sinergi Pustaka Indonesia, 2012., h. 273. 3 Muwafik Shaleh, Bekerja dengan Hati Nurani, … …, h.20.
3
dikatakan sebagai pekerja atau karyawan dengan melamar
pekerjaan terlebih dahulu serta dapat memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan oleh perusahaan, dan mengikuti test atau
wawancara dengan pihak perusahaan. Seorang yang bekerja pada
perusahaan dikenal oleh masyarakat dengan istilah buruh.
Perburuhan sekarang ini disebut dengan istilah
ketenagakerjaan, sehingga hukum perburuhan sama dengan
hukum ketenagakerjaan. Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun
2003, pengertian ketenagakerjaan lebih luas dibandingkan dengan
perburuhan sebagaimana dalam KUHPerdata.4
Ketenagakerjaan diatur dalam Undang-Undang No. 13
Tahun 2003, yang diundangkan pada Lembaran Negara Tahun
2003 Nomor 39 pada tanggal 25 Maret 2003, dan mulailah
berlaku pada tanggal diundangkannya itu.5 Hal yang dibahas
dalam UU No. 13 Tahun 2003 ini sebagian besar atau hampir
seluruhnya adalah merupakan hal-hal yang berhubungan dengan
4 R. Joni Bambang, Hukum Ketenagakerjaan, (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2013),
h. 45-46. 5 Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan Berdasarkan UU NO.
13/2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Terkait Lainnya, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2011), h. 1.
4
tenaga kerja pada waktu selama masa kerja dan hal yang
berhubungan dengan tenaga kerja sesudah masa kerja. Tenaga
kerja adalah “setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan/atau jasa, baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. 6
Dengan adanya Undang-Undang ini tenaga kerja yang
ada di Indonesia di bawah perlindungan hukum yang dibuat oleh
pemerintah, demi berlangsungnya kesejahteraan dan keadilan
untuk para pekerja atau karyawan dalam kehidupannya. Ataupun
dapat menjadi suatu badan hukum dalam suatu perjanjian kerja
yaitu antara pekerja dengan perusahaan yang telah disepakati oleh
kedua belah pihak.
Dalam Undang-Undang No. 13 tahun 2003 didefinisikan
bahwa perjanjian kerja adalah “Perjanjian antara pekerja dengan
pengusaha/pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak
dan kewajiban para pihak”. Sebagai suatu Undang-undang yang
tujuannya memberikan perlindungan kepada para pekerja dalam
mewujudkan kesejahteraan dan, meningkatkan kesejahteraan
6 Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan Berdasarkan UU NO.
13/2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Terkait Lainnya, … …, h. 4.
5
pekerja dan keluarga, Undang-undang No. 13 tahun 2003
memberikan panduan mengenai perjanjian kerja. Menurut
Undang-Undang ini, perjanjian kerja dapat dibuat secara tertulis
ataupun lisan. Ketentuan dalam perjanjian kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e dan f, tidak boleh bertentangan
dengan peraturan perusahaan, perjanjian kerja sama, dan
peraturan perundang-undangan.7 Perlu diketahui terlebih dahulu
bahwa ketentuan perjanjian kerja yang ada dalam UU No. 13
Tahun 2003 merupakan bagian dari hubungan kerja atau
ketenagakerjaan, bukan dari hukum perjanjian.8
Perjanjian kerja dapat pula dikatakan sebagai kontrak
kerja. Dalam pelaksanaan kontrak kerja kedua belah pihak harus
mentaati isi yang tertuang dalam kontrak tersebut yang memuat
hal-hal yang harus dipenuhi baik itu dari perusahaan ataupun
karyawan. Dengan demikian karyawan harus membaca dengan
teliti dan seksama isi dari kontrak kerja tersebut yang mengikat
dirinya dengan perusahaan.
7 R. Joni Bambang, Hukum Ketenagakerjaan, … …, h. 110-111.
8 Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan Berdasarkan UU NO.
13/2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Terkait Lainnya, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2011), h. 51.
6
Pelaksanaan suatu kontrak harus menetapkan secara tegas,
cermat, serta harus dituangkan dan tercermin dalam isi kontrak.9
Dalam kontrak atau perjanjian dapat menimbulkan hak dan
kewajiban bagi para pihak yang membuat kontrak tersebut karena
itulah kontrak yang dibuat dipandang sebagai sumber hukum
yang formal.10
Secara garis besar terdapat dua jenis karyawan,
yakni karyawan kontrak dan tetap. Karyawan kontrak didasarkan
pada pasal 59 UUK No. 13/2003 dan keputusan Menteri tenaga
kerja KEP. 100/MEN/VI/2004 tentang ketentuan pelaksanaan
perjanjian kerja waktu tertentu.11
Dalam kontrak kerja yang tertera dalam pasal 59 UU No.
13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan memuat hal tentang
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Perjanjian Kerja
Waktu Tidak Tertentu (PKWTT). Sistem kontrak kerja yang
diterapkan pada suatu perusahaan dapat diperbaharui atau
diperpanjang masa kontrak kerja dengan karyawan yakni
mengacu pasal 59 pada ayat (3) yang berbunyi : “Perjanjian kerja
9 Frans Satrio Wicaksono, Panduan Lengkap Membuat Surat-Surat
Kontrak, (Jakarta: Visimedia, 2008), h. 18. 10
R. Joni Bambang, Hukum Ketenagakerjaan, … …, h.81. 11
Indra Yana, Hak dan Kewajiban Karyawan, (Depok: Raih Asa
Sukses, 2010), h. 96.
7
untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui.”
Dengan demikian masa kerja karyawan tersebut dapat
diperpanjang dengan tenggang waktu yang ditentukan. Kebijakan
perpanjangan kontrak tersebut mengacu pada peraturan
perusahaan namun tetap sesuai dengan UU No. 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan. Pada PT. Shinta Woo Sung di
kecamatan Kopo, Serang-Banten menerapkan sistem kontrak
kerja dengan pekerja namun terdapat juga pekerja tetap. Serta
dalam muamalah dalam akad (perjanjian) yang dilakukan
diantara pihak yang saling terikat harus sesuai dengan syariat
Islam atau dengan ketentuan-ketentuan ada tanpa meninggalkan
maslahat.
Dari latar belakang yang telah diuraikan, UU No. 13
tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan sebagai peraturan yang
dibuat oleh pemerintah mengatur tentang suatu perjanjian kerja
atau kontrak kerja yang dilakukan antara karyawan dan
perusahaan. Penulis tertarik untuk meneliti permasalahan yang
akan dituangkan kedalam bentuk skripsi dengan judul “Tinjauan
Hulum Islam Terhadap Sistem Kontrak Kerja dalam Undang-
8
Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Studi di
PT. Shinta Woo Sung, Kec. Kopo, Serang-Banten)”.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian penulis dalam penelitian yang akan
dilakukan, dilihat dari latar belakang masalah yang telah
diuraikan sebelumnya, penulis akan fokus pada :
1. Hak dan kewajiban pekerja yang timbul dari kontrak kerja
dalam Undang-Undang ketenagakerjaan.
2. Sistem penerapan kontrak kerja yang di atur dalam pasal 59
ayat (3) UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
pada perusahaan khususnya pada PT. Shinta Woo Sung yang
berlokasi di kecamatan Kopo, Serang-Banten.
3. Tinjuan hukum Islam terhadap sistem kontrak kerja dalam
UU No. 13 Tahun 2003.
C. Perumusan Masalah
Pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis
merumuskan masalah diantaranya:
1. Bagaimana hak dan kewajiban pekerja yang timbul dari
kontrak kerja dalam Undang-Undang?
9
2. Bagaimana penerapan kontrak kerja pada PT. Shinta Woo
Sung dihubungkan dengan ketentuan pasal 59 ayat (3) UU
No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan?
3. Bagaimana tinjuan hukum Islam terhadap system kontrak
kerja dalam UU No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan.
D. Tujuan Penelitian
Setelah merumuskan beberapa masalah, tentunya ada
tujuan yang harus dicapai, diantaranya :
1. Mengetahui hak dan kewajiban pekerja yang timbul dari
kontrak kerja dalam Undang-Undang.
2. Mengetahui penerapan kontrak kerja pada PT. Shinta Woo
Sung dihubungkan dengan ketentuan pasal 59 ayat (3) UU
No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
3. Mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap sistem kontrak
kerja pada UU No. 13/2003.
10
E. Manfaat Penelitian
Dari uraian tersebut, diharapkan penelitian dapat bermanfaat,
diantaranya:
1. Untuk menambah wawasan pengetahuan yang bermanfaat
bagi penulis dan pembaca khususnya mengenai hak dan
kewajiban pekerja yang timbul dari kontrak kerja dalam
Undang-Undang, serta penerapan kontrak kerja pada PT.
Shinta Woo Sung dihubungkan dengan ketentuan pasal 59
ayat (3) UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
2. Semoga hasil penelitian ini dijadikan pertimbangan bagi
peneliti berikutnya dalam membuat skripsi yang lebih baik
agar dapat dijadikan sebagai pedoman dalam rangka
penambahan referensi tentang UU No. 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan terhadap sistem kontrak kerja.
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan
1. Karya ilmiah yang berkaitan dengan masalah kontrak kerja
dalam bentuk skripsi yaitu: “Sistem Karyawan Kontrak di PT.
Batubara Lahat Perspektif Hukum Islam” oleh Ahmad
Ma’sum, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum,
11
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam skripsi ini
membahas tentang sistem karyawan kontrak pada PT.
Batubara Lahat dalam perspektif hukum Islam. Perbedaannya
dengan karya ilmiah yang penulis tulis dimana penulis fokus
terhadap kontrak kerja dalam UU No. 13/2003 pasal 59 ayat
(3) dan tinjuan hukum Islam terhadap kontrak kerja dalam
UU No. 13/2003, sedangkan dalam temuan karya ilmiah oleh
Ahmad Ma’sum fokus objek yang diteliti yakni penerapan
sistem karyawan kontrak sebagaimana yang telah ditentukan
oleh pasal 59 UU No. 13 Tahun 2003 (UU Ketenagakerjaan)
dan KEPMENAKERTRANS PKWT.
2. Kemudian karya ilmiah yang membahas tentang kontrak kerja
ialah: “Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif di
Indonesia terhadap Perjanjian Kerja di PT. Pesona Cipta
Yogyakarta” oleh Fithriyyati Choliliyya, Jurusan Muamalat,
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Dalam skripsi ini membahas perjanjian kerja
waktu tertentu (PKWT) pada PT Pesona Cipta Yogyakarta
yang ditinjau dari hukum Islam dan hukum positif.
12
Perbedaannya ialah dari karya ilmiah yang penulis tulis
dimana fokus terhadap kontrak kerja dalam UU No. 13 Tahun
2003 pasal 59 ayat (3) dan tinjuan hukum Islam terhadap
kontrak kerja dalam UU No. 13/2003, sedangkan dalam
temuan karya ilmiah oleh Fithriyyati Choliliyya fokus objek
yang diteliti yakni Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
dalam tinjauan hukum Islam dan hukum positif.
3. Selanjutnya karya ilmiah yang membahas tentang kontrak
kerja adalah: “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perjanjian
Kerja PT. Cilegon Fabricators di Bojonegara Kabupaten
Serang” oleh Maisuroh, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah
dan Ekonomi Islam, STAIN Sultan Hasanuddin Banten.
Dalam skripsi ini membahas Perjanjian Kerja yang di PT.
Cilegon Fabricators di Bojonegara Kabupaten Serang dengan
berdasarkan tinjuan hukum Islam. Perbedaannya ialah dari
karya ilmiah yang penulis tulis dimana fokus terhadap
kontrak kerja dalam UU No. 13 Tahun 2003 pasal 59 ayat (3)
dan tinjuan hukum Islam terhadap kontrak kerja dalam UU
No. 13/2003. Sedangkan dalam temuan karya ilmiah oleh
13
Maisurah dengan fokus penelitian dalam skripsi ini yakni
penentuan upah kerja, pemutusan hubungan kerja, jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Cilegon Fabricators
dalam pandangan hukum Islam.
G. Kerangka Pemikiran
Masalah ketenagakerjaan di Indonesia diatur dalam
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, yang diundangkan pada
Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 39 pada tanggal 25 Maret
2003. UU No. 13 tahun 2003 ini kiranya diusahakan sebagai
peraturan yang menyeluruh dan komprehensif, antara lain
mencangkup pengembangan sumber daya manusia, peningkatan
produktivitas dan daya saing tenaga kerja Indonesia, upaya
perluasan kesempatan kerja, pelayanan penempatan tenaga kerja,
dan pembinaan hubungan industrial.12
UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah
merumuskan pengertian istilah ketenagakerjaan sebagai hal yang
berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama,
12
Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan Berdasarkan UU NO.
13/2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Terkait Lainnya, … …, h. 1-
2.
14
dan sesudah masa kerja. Dari pengertian ini, dapat dipahami
bahwa, yang diatur dalam UU ketenagakerjaan adalah segala hal
yang berkaitan dengan pekerja/buruh, menyangkut hal-hal
sebelum masa kerja (pre-employment), antara lain; menyangkut
pemagangan, kewajiban mengumumkan lowongan kerja, dan
lain-lain.13
Menurut pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 13 Tahun
2003 tentang ketenagakerjaan bahwa pekerja/buruh adalah setiap
orang yang berkerja dengan menerima upah atau imbalan dalam
bentuk lain. Jadi pekerja/buruh bekerja dalam hubungan kerja
bukan di luar hubungan kerja. Dikenal istilah lain dari
buruh/pekerja seperti : karyawan adalah orang yang bekerja pada
suatu lembaga seperti kantor. Tenaga kerja meliputi :
buruh/pekerja, pegawai, karyawan, pejabat negara, pengusaha,
swapekerja, penganggur, dll. Setiap pekerja/buruh sudah pasti
13
Agusmidah, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), h. 5.
15
tenaga kerja, tetapi setiap tenaga kerja belum tentu
pekerja/buruh.14
Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
menentukan batas usia dewasa seseorang yang dapat melakukan
kontrak kerja adalah mereka yang telah berumur 18 (delapan
belas) tahun. Pasal 1 angka 26 menyebutkan, bahwa anak adalah
setiap orang yang berumur di bawah delapan belas tahun. Pasal
68, pengusaha dilarang memperkerjakan anak, namun demikian
anak berumur 13 sampai 15 tahun tetap diperbolehkan dalam
kondisi tertentu yang tidak mengganggu perkembangan dan
kesehatan fisik, mental dan sosial. Selain itu, diperlukan izin dari
orang tua atau wali, waktu kerja maksimum 3 jam, dilakukan
siang hari dan tidak menganggu waktu sekolah.15
Seseorang resmi menjadi karyawan sebuah intitusi jika
sudah terjadi kesepakatan, baik lisan maupun tertulis. Sangat
disarankan bila seorang karyawan membuat kesepakatan tertulis
14
Dede Agus, Hukum Ketenagakerjaan, (Banten : Dinas Pendidikan
Provinsi Banten, 2011), h. 17-18 15 Ade Maman Suherman, Aspek Hukum dalam Ekonomi Global,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h.23.
16
dengan perusahaan tempat bekerja. Hal itu karena akan lebih
aman bagi kedua pihak. Jika salah satu pihak mengikari
kesepakatan, tidak mudah untuk mengikari karena ada bukti
tertulis yang bisa dijadikan bukti.16
Istilah perjanjian sering juga disebut diistilahkan dengan
istilah kontrak (contracts) dan overeenkomst (dalam bahasa
Belanda). Konrak dengan perjanjian merupakan istilah yang sama
karena intinya adalah adanya peristiwa para pihak yang
bersepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan dan
berkewajiban untuk mentaati dan melaksanakannya sehingga
perjanjian tersebut menimbulkan hubungan hukum yang disebut
perikatan (verbintenis). Definisi perjanjian dalam Pasal 1313 ini
adalah: (1) tidak jelas, karena setiap perubahan dapat disebut
perjanjian, (2) tidak tampak asas konsensualisme, dan (3) bersifat
dualism. Tidak jelasnya definisi ini disebabkan dalam rumusan
terebut hanya disebutkan perbuatan sehingga yang bukan
perbuatan hukum pun disebut dengan perjanjian.17
16
Indra Yana, Hak dan Kewajiban Karyawan, … …, h. 10. 17
R. Joni Bambang, Hukum Ketenagakerjaan, … …, h. 81-82.
17
Salah satu perjanjian yang harus dilaksanakan adalah
perjanjian kerja. Perjanjian kerja memuat kesepakatan antara
pekerja dan perusahaan, yang dalam hal ini sering diwakili oleh
manajemen atau direksi perusahaan. Suatu perjanjian kerja dapat
meliputi berbagai jenis pekerjaan sepanjang pekerjaan tersebut
diperlukan oleh pemberi kerja. Ditinjau dari jangka waktu
perjanjian kerja, pemberi kerja dapat saja membuat perjanjian
kerja untuk jangka waktu yang ditetapkan lebih awal atau tidak.
Sekalipun demikian, dalam rangka memberi kepastian hukum
kepada pekerja dan pemberi kerja, perjanjian kerja yang dikaitkan
dengan jangka waktunya dibagi menjadi 2 jenis perjanjian. Kedua
jenis perjanjian kerja yang diperbolehkan oleh Undang-undang
tersebut adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu (PKWT)
dan perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu (PKWTT).18
H. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian menggunakan suatu metode yang
mendukung penulis dalam penelitiannya pada objek yang dikaji.
18
R. Joni Bambang, Hukum Ketenagakerjaan, … …, h. 111-112
18
Adapun dalam metode penelitian, penulis mengambil langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Pendekatan Kualitatif : Metode penelitian kualitatif
menekankan pada aspek secara mendalam terhadap suatu
masalah yang akan diteliti dan data hasil penelitian lebih
berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang ditentukan
di lapangan, dan pendekatan ini digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu.
2. Lokasi Penelitian: Penelitian dilakukan di PT. Shinta Woo
Sung berlokasi di Kecamatan Kopo, Serang-Banten.
3. Teknik Pengumpulan Data
Data dari penelitian ini diperoleh dari :
a. Data Pustaka : Dalam teknik penulisan ini penulis
mempelajari dan mengumpulkan data tertulis sebagai
sumber primer (sumber data yang memberikan data
kepada pengumpul data) dengan menelaah buku-buku
serta peraturan yang berhubungan dengan yang akan
diteliti.
19
b. Observasi : Observasi adalah suatu cara pengumpulan
data dengan pengamatan dan pencatatan terhadap
fenomena-fenomena yang diteliti. Adapun manfaat
pengamatan ini peneliti akan lebih mampu memahami
konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, dan akan
di peroleh pandangan yang holistic atau menyeluruh.
c. Interview/wawancara: Digunakan sebagai teknik
pengumpulan data untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti, dengan menggunakan tanya jawab
langsung yang dikerjakan secara sistematik dan
dilandaskan pada tujuan penelitian. Responden dalam
penelitian ini adalah manajemen perusahaan yang
mengurusi perjanjian kerja atau kontrak kerja dengan
karyawan/pekerja yakni Kabag HRD (Human Recources
Departement) pada PT. Shinta Woo Sung.
d. Dokumentasi: yaitu mencari data mengenai hal-hal yang
ada hubungannya dengan masalah yang hendak penulis
kaji, berupa catatan, notulen rapat, agenda dan data lain
yang bersifat dokumenter.
20
4. Analisis Data
Dari data-data yang diperoleh melalui pengumpulan data
tersebut akan dianalisis melalui pendekatan:
a. Metode deduktif, yaitu mengumpulkan data-data umum
yang ada hubungannya dengan masalah-masalah yang di
bahas kemudian ditarik kesimpulan dari data-data
tersebut secara khusus.
5. Teknik Penulisan
Dalam teknik penulisan, penulis menggunakan teknik
penulisan sebagai berikut:
1. Penulisan dengan menggunakan pedoman penulisan
skripsi Fakultas Syariah UIN SMH Banten 2017.
2. Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003
yang diambil dari website Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dengan alamat website www.dpr.go.id.
3. Sumber penulisan ayat Al-Qur'an dan terjemah diperoleh
dari Kitab Al-Qur’an dan Terjemahannya dari
Kementerian Agama RI, yang diterbitkan oleh PT.
Sinergi Pustaka Indonesia, Jakarta, pada tahun 2012.
21
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika dalam penulisan skripsi terdiri dari 5 (Lima)
bab, adapun perinciannya sebagi berikut :
Bab I : Pendahuluan, bab ini terdiri dari latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, penelitian terdahulu yang relevan, kerangka
pemikiran, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Gambaran Umum Tentang Perusahaan, dalam
bab ini berisi tentang sejarah dan perkembangan perusahaan PT.
Shinta Woo Sung, profil perusahaan, bentuk produksi PT. Shinta
Woo Sung, pendirian PT (Perseroan Terbatas), pertumbuhan
ekonomi serta proses Ekspor dan Impor PT. Shinta Woo Sung.
Bab III : Tinjauan Teoritis, dalam bab ini berisi tentang
ketenagakerjaan yang meliputi pengertian tenaga kerja,
kemuliaan tenaga kerja dalam Islam, dasar hukum
ketenagakerjaan, para pihak dalam hukum ketenagakerjaan.
Kemudian kontrak kerja yang meliputi pengertian kontrak kerja,
kontrak dalam pandangan Islam, sistem kontrak kerja dalam
Undang-Undang Ketenagakerjaan, ketentuan Perjanjian Kerja
22
Waktu Tertentu (PKWT) dalam Keputusan Kepmenakertrans,
jenis kontrak kerja menurut bentuknya,. Serta perjanjian yang
meliputi hukum perjanjian, syarat sahnya perjanjian, berakhirnya
perjanjian.
BAB IV : Analisis Hasil Penelitian: Dalam Penelitian ini
berisikan tentang hak dan kewajiban pekerja dalam Undang-
Undang, penerapan kontrak kerja pada PT. Shinta Woo Sung
dihubungkan dengan ketentuan pasal 59 ayat (3) UU No. 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Tinjuan hukum Islam
terhadap kontrak kerja dalam UU No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan.
BAB V : Penutup dari kesimpulan dan saran-saran.
Top Related