1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kanker atau neoplasma ganas adalah penyakit yang ditandai dengan
kelainan siklus sel khas sehingga sel tumbuh tidak terkendali, menyerang jaringan
biologis di dekatnya dan bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi
darah atau sistem limfatik. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2013
menunjukkan, pada tahun 2012 sebanyak 1,7 juta orang terdiagnosa kanker
payudara. GLOBOCAN 2012 memprediksi jumlah penderita kanker akan terus
meningkat sebanyak 19,3 juta pertahun sampai tahun 2025. Di Indonesia, kanker
menempati urutan ke-6 penyebab kematian terbesar didominasi oleh kanker
payudara sebesar 30% (Anonim, 2012).
Doxorubisin merupakan antibiotik golongan antrasiklin yang banyak
digunakan untuk terapi berbagai macam jenis kanker seperti leukemia akut, kanker
payudara, kanker tulang dan ovarium (Childs et al., 2002). Pemberian doxorubisin
dapat menimbulkan efek samping yang merugikan, yaitu menurunkan fungsi sistem
imun, diantaranya menurunkan fungsi sel makrofag (Asmis et al., 2006),
menurunkan proliferasi sel limfosit dan rasio CD4+/CD8+ (Zhang et al., 2005).
Doxorubisin dapat mempengaruhi pertumbuhan sel Vero dan sel HeLa (Phonnok
et al., 2010) dan sel T47D (Abdolmohammadi et al., 2008).
Mengkudu (Morinda citrifolia L.) adalah tumbuhan dari keluarga kopi-
kopian (Rubiaceae). Tanaman ini tumbuh hampir di seluruh wilayah kepulauan
POTENSI FRAKSI POLISAKARIDA BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) SEBAGAIKO-KEMOTERAPI DOXORUBISINTERHADAP PERTUMBUHAN SEL VERO DAN SEL T47D SECARA IN VITROWAHYU PUJI PRATOMOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
Indonesia. Tanaman ini oleh masyarakat telah banyak digunakan sebagai tanaman
obat. Mengkudu juga dilaporkan memiliki efek antibakteri, antitumor, antivirus,
antihelmin, analgesik, hipotensif, antiinflamasi dan peningkat sistem imun (Wang
et al., 2002). Selain sebagai antitumor, mengkudu juga dapat digunakan sebagai
pencegahan kanker dengan cara mencegah pembentukan DNA-karsinogen dan
adanya aktivitas antioksidan (Wang et al., 2001). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Hirazumi & Furusawa (1999) menyatakan bahwa fraksi endapan alkohol
buah mengkudu dapat memperpanjang masa hidup tikus yang diberi sistem LLC
(Lewis Lung Carcinoma) sampai 75% dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal
ini disebabkan karena jus mengkudu mengandung banyak polisakarida yang dapat
mengaktivasi sistem imun inang sehingga menekan pertumbuhan tumor (Hirazumi
& Furusawa, 1999). Penelitian Ediati dkk., (2012) melaporkan fraksi polisakarida
buah mengkudu mempunyai efek imunostimulator, sehingga potensial untuk
dikembangkan sebagai ko-kemoterapi doxorubisin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi
polisakarida buah mengkudu dengan doxorubisin terhadap pertumbuhan sel Vero
dan sel T47D serta kemungkinan digunakan sebagai ko-kemoterapi doxorubisin.
B. Perumusan Masalah
1. Apakah fraksi polisakarida buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) dapat
mempengaruhi pertumbuhan sel Vero setelah pemberian doxorubisin?
2. Apakah fraksi polisakarida buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) dapat
mempengaruhi pertumbuhan sel T47D setelah pemberian doxorubisin?
POTENSI FRAKSI POLISAKARIDA BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) SEBAGAIKO-KEMOTERAPI DOXORUBISINTERHADAP PERTUMBUHAN SEL VERO DAN SEL T47D SECARA IN VITROWAHYU PUJI PRATOMOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian fraksi
polisakarida buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap pertumbuhan sel
Vero dan sel T47D setelah pemberian doxorubisin.
D. Tinjauan Pustaka
1. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Tanaman mengkudu dalam sistematika tumbuhan termasuk dalam divisi
Spermatophyta, anak divisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, anak kelas
Sympatalae, bangsa Rubiales, suku Rubiaceae dan marga Morinda. Nama spesies
tanaman Mengkudu adalah Morinda citrifolia L. (Syamsuhidayat & Hutapea,
1991).
a. Deskripsi
Pohon mengkudu memiliki tinggi 3-8 m, tumbuh agak membengkok,
kulit kasar, memiliki cabang banyak dengan ranting muda bersegi empat.
Daunnya memiliki panjang 10-40 cm dan lebar 5-17 cm, berwarna hijau tua,
letaknya berhadapan dengan tangkai yang pendek, tebal mengkilap, berbentuk
bulat telur lebar sampai bentuk elips, ujung runcing, pangkal menyempit, tepi
rata dan bertulang menyirip (Wijayakusuma dkk., 1996).
Bunganya tumbuh di ketiak daun, berbentuk bongkol bertangkai, rapat,
berbunga banyak, berbau harum, mahkota bunga berbentuk tabung berwarna
putih, dalam lehernya berambut wol, panjang tabung bunga sekitar 1 cm, bertaji
POTENSI FRAKSI POLISAKARIDA BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) SEBAGAIKO-KEMOTERAPI DOXORUBISINTERHADAP PERTUMBUHAN SEL VERO DAN SEL T47D SECARA IN VITROWAHYU PUJI PRATOMOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
sempit. Benang sari tumbuh jadi satu dengan mahkota hingga tinggi, berjumlah
5, tangkai sari berambut wol (Steenis et al., 1975).
Buah bongkol, bertangkai dengan bentuk bulat lonjong, berdaging,
panjang 5-10 cm, berwarna hijau kekuningan. Permukaan buah berbenjol-
benjol, keras, berdaging lunak dan berair, jika masak buah berwarna kuning
pucat atau kuning kotor, berbau busuk dan didalamnya terdapat banyak biji keras
segitiga dengan warna coklat kehitaman. (Syamsuhidayat & Hutapea, 1991;
Dalimartha, 2006).
Gambar 1. Buah mengkudu
b. Habitat
Mengkudu dapat ditemukan sampai ketinggian 1.500 m di permukaan
laut, biasa hidup di hutan sekunder atau dekat bebatuan. Tanaman ini juga dapat
tumbuh pada daerah yang berkapur tanpa tergantung keadaan tanah, umumnya
tumbuh dekat pantai, batuan limestone, dan banyak ditanam di kebun kopi
sebagai tanaman pelindung, atau di kebun lada sebagai pohon tempat merambat
(Steenis et al., 1975; Sudarsono dkk., 2002).
c. Sinonim
Mengkudu memiliki nama daerah eodu, mengkudu, bengkudu,
POTENSI FRAKSI POLISAKARIDA BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) SEBAGAIKO-KEMOTERAPI DOXORUBISINTERHADAP PERTUMBUHAN SEL VERO DAN SEL T47D SECARA IN VITROWAHYU PUJI PRATOMOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
(Sumatera), kudu, cengkudu, kemudu, pace (Jawa), wangkudu, manakudu,
bakulu (Nusa tenggara) dan di Kalimantan dikenal dengan nama mangkudu,
wangkudu, dan labanan (Wijayakusuma dkk., 1996).
d. Kandungan kimia
Tanaman mengkudu mengandung minyak asam kapron dan asam
kaprilat yang sifatnya mudah menguap (Wijayakusuma dkk., 1996). Akarnya
mengandung morindin, morindon, aligarin d-metileter, soranjidiol. Daunnya
mengandung protein, zat kapur, zat besi, karoten, askorbin dan alkaloid
antrakinon. Sedangkan dalam bunganya terdapat glikosida antrakinon
(Dalimartha, 2006).
Buah mengkudu mengandung protein, polisakarida, skopoletin, asam
askorbat, prokseronin dan prokseroninase (Sjabana & Bahalwan, 2002). Wang
et al. (2002) juga melaporkan senyawa lain yang terkandung dalam buah
mengkudu adalah kalium, alkaloid, terpenoid, antrakinon, ester lemak
trisakarida dan asam asperulosidat. Polisakarida yang terkandung dalam buah
mengkudu merupakan gabungan dari arabinosa, asam glukoronat, galaktosa, dan
rhamnosa (Hirazumi & Furusawa, 1999).
e. Efek farmakologis
Mengkudu telah digunakan selama ribuan tahun untuk pengobatan oleh
bangsa Polinesia dan dilaporkan mempunyai efek terapeutik yang luas seperti
antibakteri, antitumor, antivirus, antihelmin, analgesik, hipotensif, antiinflamasi
POTENSI FRAKSI POLISAKARIDA BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) SEBAGAIKO-KEMOTERAPI DOXORUBISINTERHADAP PERTUMBUHAN SEL VERO DAN SEL T47D SECARA IN VITROWAHYU PUJI PRATOMOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
dan peningkatan sistem imun (Wang et al., 2002).
Penelitian Wang et al. (2009) menunjukkan bahwa buah mengkudu
mampu menurunkan risiko terjadinya kanker pada perokok dengan cara
mengurangi keberadaan DNA adduct aromatik. Lebih lanjut Wang melaporkan
adanya efek sitotoksik buah mengkudu terhadap kultur sel leukemia pada
berbagai konsentrasi. Efek sitotoksik dari buah mengkudu terhadap sel leukemia
berkorelasi dengan kenaikan dosis (dose-dependent). Pada 1993, Hiramatsu
melaporkan damnacanthal yang diisolasi dari akar mengkudu dapat menghambat
fungsi dari Ras pada K-Ras-NRK sel. Ras oncogene dipercaya berhubungan
dengan transduksi sinyal dari beberapa kanker pada manusia, seperti kanker
paru-paru, kolon dan leukemia (Bushnell et al., 1950).
Penelitian Liu et al. (2001) menunjukkan bahwa dua glikosida yang
diekstraksi dari fraksi endapan alkohol buah mengkudu efektif menghambat
transformasi sel yang diinduksi TPA atau EGF pada epidermal JB6 cell line
tikus. Efek penghambatan ini diketahui berkorelasi dengan efek penghambatan
pada aktivitas AP-1. Glikosida ini juga memblok fosforilasi dari c-Jun, substrat
dari JNKs.
Buah mengkudu mengandung banyak polisakarida. Beberapa
polisakarida menunjukkan aktivitas imunomodulasi, antitumor, antikoagulansi,
hipoglikemik, dan antivirus. Efek imunomodulasi oleh polisakarida buah
mengkudu terjadi dengan dipengaruhinya beberapa mediator kekebalan tubuh,
yaitu terstimulasinya TNF-α, IL-1, IL-10, IL-12, p70, IFN-gamma, dan NO
(nitric acid), namun tidak memiliki efek pada produksi IL-2 dan menekan
POTENSI FRAKSI POLISAKARIDA BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) SEBAGAIKO-KEMOTERAPI DOXORUBISINTERHADAP PERTUMBUHAN SEL VERO DAN SEL T47D SECARA IN VITROWAHYU PUJI PRATOMOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
pelepasan IL-4 (Sjabana & Bahalwan, 2002; Hirazumi & Furusawa, 1999).
Penelitian lebih lanjut oleh Furusawa et al. (2003) melaporkan fraksi
polisakarida dalam jus buah mengkudu mempunyai potensi sebagai antitumor
terhadap sistem tumor sarcoma 180. Aktivitas antitumor disebabkan adanya
peningkatan sistem imun inang.
2. Polisakarida
Polisakarida adalah molekul karbohidrat polimer yang terdiri dari rantai
panjang unit monosakarida terikat bersama oleh ikatan glikosidik. Contoh dari
polisakarida adalah amilum dan glikogen. Struktur dari polisakarida sendiri ada
yang amorf dan tidak larut air (Vanki, 2008).
Polisakarida yang apabila dihidrolisis menghasilkan satu jenis
monosakarida disebut homopolisakarida atau homoglikan, sedangkan jika
hidrolisisnya menghasilkan dua atau lebih monosakarida disebut heteropolisakarida
atau heteroglikan (Gunawan & Mulyani, 2004; Miller, 1973).
Polisakarida merupakan agen imunoterapi yang menjanjikan untuk terapi
kanker (Wong et al., 1994). Polisakarida merupakan antigen yang bersifat T-
independent, yaitu dapat meningkatkan proliferasi antibodi tanpa melalui
perantaraan sel T helper. Antigen polivalen seperti polisakarida mempunyai epitop
antigenik yang identik yang dapat menginduksi ikatan silang pada reseptor di
permukaan sel B sehingga dapat mengaktivasi sel B tanpa diperantarai sel T helper
(Abbas et al., 2007).
Buah Mengkudu mengandung banyak polisakarida yang berpotensi sebagai
POTENSI FRAKSI POLISAKARIDA BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) SEBAGAIKO-KEMOTERAPI DOXORUBISINTERHADAP PERTUMBUHAN SEL VERO DAN SEL T47D SECARA IN VITROWAHYU PUJI PRATOMOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
imunostimulator yang memiliki efek antikanker dan dapat menghambat
pertumbuhan tumor. Polisakarida yang terkandung dalam buah mengkudu
merupakan gabungan dari arabinosa, asam glukoronat, galaktosa, dan rhamnosa
(Hirazumi & Furusawa, 1999). Polisakarida dari hasil ekstraksi dengan metode
yang dilakukan Ediati dkk. (2012) mengandung protein, fenolik, karbohidrat,
glukosa dan saponin.
Gambar 2. Komponen polisakarida yang terkandung dalam buah mengkudu menurut
Hirazumi & Furusawa (1999)
3. Doxorubisin
Doxorubisin banyak digunakan untuk terapi berbagai macam jenis kanker
seperti leukemia akut, kanker payudara, kanker tulang dan ovarium (Childs et al.,
2002). Doxorubisin merupakan golongan obat kemoterapi antrasiklin, yang bekerja
memperlambat atau menghentikan pertumbuhan sel kanker (Anonim, 2011). Obat-
obat golongan antrasiklin menghambat pertumbuhan sel kanker dengan cara
berinterkalasi dengan DNA, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan fungsi
topoisomerase II dan menghambat replikasi dan transkripsi. Metabolit yang
dihasilkan dari metabolisme doxorubisin adalah doxorubisinol (Anonim, 2013).
POTENSI FRAKSI POLISAKARIDA BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) SEBAGAIKO-KEMOTERAPI DOXORUBISINTERHADAP PERTUMBUHAN SEL VERO DAN SEL T47D SECARA IN VITROWAHYU PUJI PRATOMOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
Gambar 3. Struktur doxorubisin (diadaptasi dari Airley, 2009)
Efek samping yang biasa ditimbulkan dari terapi menggunakan doxorubisin
adalah meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi, pendarahan, kehilangan
nafsu makan, rambut rontok, mual dan muntah (Anonim, 2011). Efek samping pada
pemakaian kronisnya bersifat ireversibel, termasuk terbentuknya cardiomyopathy
dan congestive heart failure (Han et al., 2008). Toksisitas kronis doxorubisin
kemungkinan diperantarai oleh konversi metabolik doxorubisin menjadi
doxorubisinol yang melibatkan berbagai enzim antara lain karbonil reduktase.
Mekanisme utama toksisitas doxorubisinol terjadi karena interaksinya dengan besi
dan pembentukan ROS yang merusak makromolekul sel (Minotti et al., 2004).
Dewasa ini, doxorubisin menunjukkan penurunan efikasi pada terapi kanker
karena adanya fenomena resistensi obat. Mekanisme yang menyebabkan resistensi
doxorubisin adalah adanya overekspresi PgP yang menyebabkan doxorubisin
dipompa keluar sel dan konsentrasi doxorubisin dalam sel turun. Perubahan
biokimiawi lain pada sel yang resisten doxorubisin antara lain peningkatan aktivitas
glutation peroksidase, peningkatan aktivitas maupun mutasi topoisomerase II, serta
POTENSI FRAKSI POLISAKARIDA BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) SEBAGAIKO-KEMOTERAPI DOXORUBISINTERHADAP PERTUMBUHAN SEL VERO DAN SEL T47D SECARA IN VITROWAHYU PUJI PRATOMOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
peningkatan kemampuan sel untuk memperbaiki kerusakan DNA (Bruton et al.,
2005). Umumnya doxorubisin digunakan dalam bentuk kombinasi dengan agen
antikanker lainnya seperti siklofosfamid, cisplatin dan 5-FU. Peningkatan respon
klinis dan pengurangan efek samping cenderung lebih baik pada penggunaan
kombinasi dengan agen lain dibandingkan penggunaan doxorubisin tunggal
(Bruton et al., 2005).
Berbagai penelitian mengenai mekanisme kerja doxorubisin telah
dilakukan. Antibiotik antrasiklin seperti doxorubisin memiliki mekanisme aksi
sitotoksik melalui empat mekanisme yaitu: (1) penghambatan topoisomerase II; (2)
interkalasi DNA sehingga mengakibatkan penghambatan sintesis DNA dan RNA;
(3) pengikatan membran sel yang menyebabkan aliran dan transport ion; (4)
pembentukan radikal bebas semiquinon dan radikal bebas oksigen melalui proses
yang tergantung besi dan proses reduktif yang diperantarai enzim. Mekanisme
radikal bebas ini telah diketahui bertanggungjawab pada kardiotoksisitas akibat
antibiotik antrasiklin (Bruton et al., 2005).
4. Sel Vero
Sel Vero merupakan sel yang didapatkan dari ginjal African green monkey
oleh peneliti Jepang pada tahun 1962 (Philips, 2013). Sel Vero sering digunakan
sebagai kontrol maupun objek pengujian pada uji sitotoksik. Terdapat beberapa tipe
sel Vero, yaitu Vero awal, Vero 76, dan Vero E6. Tiap tipe sel Vero memiliki
karakteristik dan sifat tertentu. Vero 76 memiliki karakteristik pertumbuhannya
lebih lambat daripada sel Vero awal (Anonim, 2013). Vero 76 biasa digunakan pada
POTENSI FRAKSI POLISAKARIDA BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) SEBAGAIKO-KEMOTERAPI DOXORUBISINTERHADAP PERTUMBUHAN SEL VERO DAN SEL T47D SECARA IN VITROWAHYU PUJI PRATOMOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
deteksi dan penghitungan virus demam hemoragi dengan uji plaque. Vero 6
menunjukkan efek penghambatan kontak sehingga sesuai untuk propagasi virus
yang bereplikasi lambat (Anonim, 2013a).
Sel Vero dapat disimpan dalam nitrogen cair atau pada suhu 80oC dalam
waktu yang lama (Ammerman et al., 2009). Stok beku ini memerlukan
pengembangbiakan terlebih dahulu sebelum dilakukan eksperimen. Sel Vero bukan
merupakan sel kanker (Sheets, 2000). Mekanisme pertumbuhan dan
penghambatannya sama dengan sel normal, oleh karena itu terdapat pula
mekanisme penghentian pertumbuhan.
(a) (b)
Gambar 4. Sel Vero (ATCC CCL-81) (Anonim, 2014). (a) merupakan sel Vero dengan
kepadatan yang rendah, sedangkan (b) merupakan sel Vero dengan kepadatan tinggi.
Sel Vero yang terus berkembang lama kelamaan akan memenuhi seluruh
luas area media. Kemudian terjadi kontak antar sel yang mengakibatkan sel
menerima sinyal untuk melanjutkan perkembangan. Setelah tahap ini biasanya
perlahan-lahan muncul sel yang mati dan digantikan sel baru.
POTENSI FRAKSI POLISAKARIDA BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) SEBAGAIKO-KEMOTERAPI DOXORUBISINTERHADAP PERTUMBUHAN SEL VERO DAN SEL T47D SECARA IN VITROWAHYU PUJI PRATOMOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
5. Sel T47D
Sel T47D merupakan continous cell line yang diisolasi dari jaringan tumor
duktal payudara seorang wanita berusia 54 tahun. Kultur sel T47D bersifat
ER/progesterone receptor-positif dan berasal dari cairan pleural. Sel ini
mengekspresikan suatu mutan dari protein p53 dan sel ini sangat sensitif terhadap
efek stimulan dari estradiol (Schafer et al., 2000). Continous cell line sering dipakai
dalam penelitian kanker secara in vitro karena mudah penanganannya, memiliki
kemampuan replikasi yang tidak terbatas, homogenitas yang tinggi serta mudah
diganti dengan frozen stock jika terjadi kontaminasi (Burdall et al., 2003).
(a) (b)
Gambar 5. Sel T47D (ATCC HTB-133) (Anonima, 2014). (a) merupakan sel T47D dengan
kepadatan yang rendah, sedangkan (b) merupakan sel T47D dengan kepadatan tinggi.
Sel T47D memiliki morfologi seperti sel epitel. Sel ini dikulturkan dalam
media DMEM + 10% FBS + 2 mM L-Glutamin, diinkubasi dalam CO2 inkubator
5% dan suhu 37oC (Abcam, 2007). Sel T47D mempunyai reseptor untuk berbagai
steroid dan kalsitonin. Sel kanker payudara T47D mengekspresikan protein p53
yang termutasi. Jika ditumbuhkan dibawah kondisi normal, sel T47D akan
mengekspresikan reseptor progesteron secara konstitutif dan responsif terhadap
POTENSI FRAKSI POLISAKARIDA BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) SEBAGAIKO-KEMOTERAPI DOXORUBISINTERHADAP PERTUMBUHAN SEL VERO DAN SEL T47D SECARA IN VITROWAHYU PUJI PRATOMOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
estrogen (Abcam, 2007). Sel T47D merupakan sel yang sensitif terhadap
doxorubisin (Zampieri et al., 2002).
6. Ko-kemoterapi
Umumnya, kemoterapi kanker merupakan kombinasi dari beberapa obat.
Penggunaan kombinasi tersebut memungkinkan penggunaan obat dosis rendah
dengan aktivitas sama, namun toksisitas terhadap jaringan normal menurun (Alison,
2004). Salah satu upaya untuk menekan efek samping agen kemoterapi adalah
penggunaan agen pendamping yang kombinasinya bersifat sinergis, yang biasa
disebut ko-kemoterapi. Ko-kemoterapi merupakan suatu terapi kombinasi antara
agen kemoterapi dengan agen kemopreventif (senyawa non toksik tetapi
mampu mencegah pembentukan maupun menghambat perkembangan kanker).
Penelitian saat ini gencar dilakukan untuk mengeksplorasi senyawa
fitokimia sebagai agen ko-kemoterapi karena senyawa fitokimia terbukti dapat
meningkatkan sensitivitas sel terhadap agen kemoterapi dengan efek samping
relatif rendah (Sharma et al., 2004; Tyagi et al., 2004)
E. Landasan Teori
Agen kemoterapi yang umum digunakan untuk terapi kanker payudara
adalah doxorubisin. Potensi doxorubisin menurun pada sel kanker dengan p53
termutasi, karena p53 dibutuhkan untuk memicu terjadinya apoptosis dan
penghambatan siklus sel. Mekanisme doxorubisin sebagai pemicu kerusakan DNA
sebagian besar membutuhkan p53 untuk menginduksi apoptosis dan penghambatan
POTENSI FRAKSI POLISAKARIDA BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) SEBAGAIKO-KEMOTERAPI DOXORUBISINTERHADAP PERTUMBUHAN SEL VERO DAN SEL T47D SECARA IN VITROWAHYU PUJI PRATOMOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
siklus sel. Akan tetapi, doxorubisin juga memiliki mekanisme sitotoksik melalui
jalur p53-independent, yaitu dengan peningkatan reactive oxygene species (ROS)
yang selanjutnya menginduksi apoptosis melalui aktivasi caspase-3.
Berdasarkan penelitian terdahulu, secara in vitro fraksi polisakarida buah
mengkudu hasil fraksinasi Asawimanda (2014) memiliki aktivitas antikanker
terhadap sel HeLa. Secara in vivo polisakarida buah mengkudu hasil fraksinasi
Hirazumi & Furuzawa. (1999) terbukti memiliki efek sitotoksik terhadap sel LLC1.
Polisakarida buah mengkudu memiliki efek sinergis jika dikombinasikan dengan
agen kemoterapi spektrum luas, seperti cisplatin, mitomycin-C, bleomycin,
etoposide, 5-fluorouracil, vincristine atau camptothecin (Furuzawa et al., 2003).
Oleh karena itu, fraksi polisakarida buah mengkudu perlu diteliti
kemampuannya sebagai ko-kemoterapi doxorubisin terhadap pertumbuhan sel
Vero dan sel T47D.
F. Hipotesis
Fraksi polisakarida buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) dapat
mempengaruhi pertumbuhan sel Vero dan sel T47D setelah pemberian doxorubisin.
POTENSI FRAKSI POLISAKARIDA BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) SEBAGAIKO-KEMOTERAPI DOXORUBISINTERHADAP PERTUMBUHAN SEL VERO DAN SEL T47D SECARA IN VITROWAHYU PUJI PRATOMOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Top Related