1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pembangunan yang merata,
tidak terpisahkan dari tujuan pembangunan nasional yaitu kemakmuran bagi
seluruh rakyat Indonesia. Sehingga Pemerintah berusaha semaksimal mungkin
agar pembangunan dilakukan sesuai dengan potensi dan kebutuhan daerah
tersebut.
Adanya kesesuaian antara pelaksanaan pembanguna tersebut, maka
hasil yang diperoleh akan mencerminkan kemanfaatan yang maksimal. Antara
lain pembangunan di bidang penyediaan air bersih. Hal ini dikarenakan, air
merupakan unsur yang sangat penting untuk kehidupan terutama bagi
manusia. Tanpa adanya air, manusia dan makhluk hidup lainnya tidak dapat
melangsungkan kehidupannya. Bila hal ini terjadi dan berkepanjangan, maka
akan berdampak buruk bagi kehidupan.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang sangat berperan dalam
kehidupan, maka Pemerintah Kota Surakarta mengacu pada potensi yang
dimiliki. Sumber air yang ada merupakan potensai yang dapat diandalkan
untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kota Surakarta. Sumber Air
Permukaan Tanah ( APT ) yang dimiliki, menjadi bahan baku pokok. Selain
APT, juga terdapat sumber Air Bawah Tanah ( ABT ) yang menjadi potensi
yang dapat diandalkan untuk pengadaan air bersih. Dalam membantu
2
penyediaan air bersih untuk masyarakat yang membutuhkan, maka didirikan
Perusahaan Daerah Air Minum ( PDAM ) di Kota Surakarta yang merupakan
instansi penyedia air minum milik Pemerintah.
Akan tetapi, cakupan pelayanan air bersih kepada masyarakat di Kota
Surakarta dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Diharapkan
cakupan pelayanan air kepada masyarakat sesuai dengan target nasional yaitu
sebesar 80% dari jumlah penduduk di wilayah perkotaan.
Dari hasil pemeriksaan atas Laporan Bulanan yang dibuat oleh Bagian
Hubungan Langganan per 31 Desember 2005 dan per 30 Juli 2006, diketahui
bahwa jangkauan pelayanan air minum PDAM Kota Surakarta masih relatif
rendah dan masih dibawah standar yang ditetapkan secara nasional sebesar
80%. Untuk Tahun 2005 mencapai 55,10% yaitu dari jumlah penduduk
sebanyak 566.969 jiwa telah terlayani sebanyak 312.421 jiwa. Sementara itu
untuk Tahun 2006 (s.d Juli) dari jumlah penduduk sebanyak 570.316 jiwa
telah terlayani sebanyak 314.470 jiwa atau mencapai 55,14 %. Dengan
demikian jumlah penduduk yang belum terlayani air PDAM untuk Tahun
2005 sebanyak 254.548 orang atau 44,90% dan Tahun 2006 (s.d Juli)
sebanyak 256.310 orang atau 44,94%. (www.pdamsolo.or.id)
Di samping itu, masih terdapat masyarakat yang sulit mendapatlkan air
bersih, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain musim dan jumlah
permintaan yang terus bertambah. Pada musim kemarau persediaan akan air
bersih sangat minim, sehingga keterbatasan jumlah air akan berpengaruh dan
mengganggu bagi kehidupan. Dan sebaliknya, pada musim hujan air
3
melimpah, hal ini akan mempengaruhi pemanfaatan air dan dapat
menimbulkan pencemaran.
Dalam pengadaan air bersih, PDAM mengklasifikasikan pada 5 (lima)
kelompok pelanggan, yaitu :
Tabel 1. 1
Jumlah Pelanggan dan Jumlah Pemakaian Air PDAM Surakarta
Berdasarkan Klasifikasi Pelanggan Pada Bulan Desember 2008
KELOMPOK JUMLAH
PELANGGAN (Jiwa)
PEMAKAIAN AIR (m3)
SOSIAL - Sosial Umum 473 59,060 1- Sosial Khusus 516 20,757
NON NIAGA
- Rumah Tangga 1 499 8,736 - Rumah Tangga 2 35,307 759,806 - Rumah Tangga 3 5,041 100,935
2
- Rumah Tangga 4 6,282 131,114
3 PEMERINTAHAN 257 26,162
4 SEKOLAHAN 344 17,840
N I A G A
- Niaga 1 5,355 105,629 5
- Niaga 2 313 19,544
JUMLAH 54,387 1,249,583
Sumber: PDAM Surakarta 2008
4
Dari kelima klasifikasi kelompok pelanggan tersebut, yang paling
banyak pelanggannya adalah Rumah Tangga II. Kriteria kelompok pelanggan
Rumah Tangga II merupakan pelanggan dengan Rumah tangga type≥ 21 m2.
Besarnya konsumsi masyarakat (tingkat konsumsi masyarakat)
mencerminkan tingkat kemakmuran masyarakat tersebut, artinya makin tinggi
tingkat konsumsi masyarakat, berarti makin tinggi pula tingkat
kemakmurannya. Adapun tarif air yang dikenakan pada pelanggan
berdasarkan klasifikasi pelanggan dan jumlah air yang dikonsumsi. Tarif yang
dikenakan pada tiap pelanggan berbeda-beda agar pendistribusian akan air
dapat merata.
Dalam pemanfaatan air bersih dari PDAM, masyarakat perlu
mengeluarkan biaya, dan kemampuan masyarakat dalam mengeluarkan biaya
juga tergantung pada tingkat pendapatan yang mereka miliki. Besarnya biaya
air PDAM juga mempengaruhi masyarakat dalam memperoleh air bersih dari
PDAM. Apabila pendapatan masyarakat mencukupi dan biaya pengadaan air
bersih yang ditawarkan oleh PDAM dapat dibeli oleh masyarakat, maka
masyarakat dapat memperoleh air bersih dari PDAM. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dengan semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat
dan semakin bertambahnya jumlah penduduk maka akan meningkatkan
jumlah permintaan konsumsi akan air minum yang ditawarkan oleh PDAM.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul : “ Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Konsumsi Air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pada Kelompok
Pelanggan Rumah Tangga II (R2) di Kota Surakarta”
5
Tabel 1. 2
Tarif Air PDAM Surakarta
Berdasarkan Klasifikasi Pelanggan dan Jumlah Pemakaian Air
NO KELOMPOK BLOK TARIF
0 - 10 500 11 – 20 500 21 - 120 500
Sosial Umum (S1)
> 120 1500 0 - 10 650
11 - 20 1150 21 - 30 1650
I
Sosial Khusus (S2)
> 30 2100 0 - 10 1350
11 - 20 1800 21 - 30 2400
Rumah Tangga I (R1)
> 30 3000 0 - 10 1650
11 - 20 2400 21 - 30 3000
Rumah Tangga 2 (R2)
> 30 3300 0 - 10 2450
11 - 20 3000 21 - 30 3600
Rumah Tangga 3 (R3)
> 30 4200 0 - 10 2900
11 - 20 3600 21 - 30 4200
II
Rumah Tangga 4 (R4)
> 30 4500 0 - 10 2550
11 - 20 3000 21 - 30 3600 Sekolah (P1)
> 30 4050 0 - 10 4000
11 - 20 4550 21 - 30 5250
III
Pemerintah (P2)
> 30 5750 0 - 10 4500
11 - 20 5400 21 - 30 6250 Niaga 1 (N1)
> 30 7050 0 - 10 4950
11 - 20 5800 21 - 30 6600
IV
Niaga 2 (N2)
> 30 9300 Sumber: PDAM Surakarta 2009
6
B. Perumusan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan masalah dan pemahamannya, maka
penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh variable jumlah anggota keluarga pelanggan pada
kelompok pelanggan Rumah Tangga II terhadap konsumsi air PDAM di
Kota Surakarta?
2. Bagaimana pengaruh variable pendapatan pelanggan pada kelompok
pelanggan Rumah Tangga II terhadap konsumsi air PDAM di Kota
Surakarta?
3. Bagaimana pengaruh variable tarif pada kelompok pelanggan Rumah
Tangga II terhadap konsumsi air PDAM di Kota Surakarta?
4. Bagaimana pengaruh variable jumlah anggota keluarga pelanggan,
pendapatan pelanggan, dan tarif pada kelompok pelanggan Rumah Tangga
II terhadap konsumsi air PDAM di Kota Surakarta secara bersama-sama?
C. Tujuan Penalitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan agar dapat memberikan
manfaat yang sesuai dengan apa yang dikehendaki. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh variable jumlah anggota
keluarga pelanggan terhadap konsumsi air PDAM di kota Surakarta pada
kelompok pelanggan Rumah Tangga II.
7
2. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh variable pendapatan
pelanggan terhadap konsumsi air PDAM di kota Surakarta pada kelompok
pelanggan Rumah Tangga II.
3. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh variable tarif terhadap
konsumsi air PDAM di kota Surakarta pada kelompok pelanggan Rumah
Tangga II.
4. Untuk mengetahui pengaruh variable jumlah anggota keluarga pelanggan,
pendapatan pelanggan, dan tarif terhadap konsumsi air PDAM pada
kelompok pelanggan Rumah Tangga II secara bersama-sama.
D. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumsi air PDAM di Kota Surakarta.
2. Dapat dijadikan sebagai referensi bagi lembaga terkait dalam memberi
masukan kepada PDAM di Kota Surakarta agar dapat memberikan
pelayanannya sebagai penyedia air bersih.
3. Bagi peneliti dapat digunakan sebagai latihan dalam penulisan yang
bersifat ilmiah dan untuk acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Konsumsi
Konsumsi adalah seluruh pembelian barang dan jasa akhir oleh rumah
tangga (Mceachern, 2001). Konsumsi merupakan salah satu kegiatan ekonomi
selain produksi dan distribusi. Konsumsi berasal dari bahasa Belanda
“consumptie” yaitu suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau
menghabiskan daya guna suatu benda, baik barang maupun jasa, dalam rangka
memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung.
Ciri-ciri kegiatan konsumsi sebagai berikut:
1. barang yang digunakan dalam kegiatan konsumsi merupakan barang
konsumsi.
2. ditujukan langsung untuk memenuhi kebutuhan.
3. barang yang dipergunakan akan habis atau berkurang.
Ada empat tujuan kegiatan konsumsi:
1. mengurangi nilai guna barang atau jasa secara bertahap.
2. menghabiskan nilai guna barang sekaligus.
3. memuaskan kebutuhan secara fisik.
4. memuaskan kebutuhan rohani.
Besarnya konsumsi seseorang akan dipengaruhi faktor-faktor sebagai
berikut:
1. kemampuan masyarakat dalam menyediakan barang-barang konsumsi,
9
2. besarnya penghasilan, khususnya yang tersedia untuk dibelanjakan, dan
3. tingkat harga barang-barang.
Di samping ketiga faktor tersebut, besarnya konsumsi seseorang juga
dipengaruhi oleh selera dan intensitas kebutuhannya terhadap barang yang
bersangkutan serta adanya barang substitusi. Semakin tinggi selera dan
intensitas kebutuhannya, akan cenderung semakin besar jumlah konsumsinya.
Sedangkan semakin banyak jumlah dan jenisnya barang substitusi akan
menyebabkan semakin berkurangnya jumlah konsumsi barang yang
disubstitusi.
Besarnya konsumsi masyarakat (tingkat konsumsi masyarakat)
mencerminkan tingkat kemakmuran masyarakat tersebut, artinya makin tinggi
tingkat konsumsi masyarakat, berarti makin tinggi pula tingkat
kemakmurannya.
B. Pengertian Permintaan
1. Definisi Permintaan
Dalam ilmu ekonomi, permintaan merupakan jumlah barang dan jasa
yang diinginkan untuk dibeli atau dimiliki oleh konsumen pada berbagai
tingkat harga yang berlaku di pasar dan dalam jangka waktu tertentu, dengan
menganggap faktor yang mempengaruhinya dalam keadaan cateris paribus,
yaitu bahwa semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah barang yang
diminta dianggap tetap atau tidak berubah.
10
Istilah permintaan dan jumlah barang yang diminta mempunyai makna
yang berbeda. Permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan hubungan
antara harga dan jumlah permintaan. Sedangkan jumlah barang yang diminta
dimaksudkan sebagai banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu.
2. Jenis permintaan
Permintaan dapat dibagi menjadi 3 (tiga) macam:
a. Permintaan absolut (absolut demand), yaitu seluruh permintaan terhadap
barang dan jasa baik yang berdaya beli/berkemampuan membeli, maupun
yang tidak berdaya beli.
b. Permintaan efektif (effective demand), yaitu permintaan terhadap barang
dan jasa yang disertai kemampuan membeli.
c. Permintaan potensial (potential demand), yaitu permintaan yang
mempunyai daya beli, tetapi belum dilaksanakan.
Permintaan atas suatu barang dapat dilihat dari dua sudut, yaitu
permintaan yang dilakukan oleh seseorang/ individu tertentu, dan permintaan
yang dilakukan oleh semua orang di pasar. Maka dalam analisis perlu
dibedakan antara permintaan individu dan permintaan pasar. (Sadono,
1994:79)
a. Permintaan Individu
Permintaan individu merupakan permintaan seorang individu terhadap
produk tertentu. Misalnya permintaan Andi, Tono dan Ani berbeda-beda
terhadap buku tulis.
11
b. Permintaan Pasar
Permintaan pasar merupakan penjumlahan dari permintaan individu.
Permintaan akan suatu barang dapat dilihat dari permintaan yang
dilakukan oleh seseorang tertentu dan permintaan yang dilakukan oleh
semua orang di dalam pasar. Sehingga kumpulan permintaan individu
membentuk permintaan pasar.
3. Hukum Permintaan
Hukum permintaan menjelaskan sifat keterkaitan antara permintaan
suatu barang dengan harganya. Hukum permintaan hakekatnya menyatakan
bahwa makin rendah harga suatu barang, makin banyak permintaan atas
barang tersebut; sebaliknya makin tinggi harga suatu barang, makin sedikit
permintaan atas barang tersebut. Menurut Sugiarto dkk (2002: 38) hipotesis
tersebut didasarkan atas asumsi:
a. Bila harga suatu komoditas turun, orang akan mengurangi membeli
komoditas lain dan menambah pembelian pada komoditas yang
mengalami penurunan harga. Hal ini memungkinkan pembeli yang semula
tidak mampu membeli mulai membelinya, sebab penurunan harga
komoditas menyebabkan pendapatan riil para pembeli meningkat yang
mendorong konsumen yang sudah membeli komoditas tersebut untuk
membeli lagi dalam jumlah yang lebih besar.
b. Bila harga suatu komoditas naik, para pembeli mencari komoditas lain
sebagai pengganti atas komoditas yang mengalami kenaikan harga. Hal ini
12
Jumlah barang (Q)
400
300
200
100
0
2 4 6 8
Harga (P)
dapat menyebabkan pendapatan riil para pembeli berkurang dan memaksa
pembeli untuk mengurangi pembeliannya pada berbagai jenis komoditas,
terutama yang mengalami kenaikan harga.
Dalam hukum permintaan, kuantitas barang yang diminta berhubungan
negatif dengan harga barang.
4. Skedul dan Kurva Permintaan
Skedul permintaan (demand schedule) merupakan suatu cara untuk
menunjukan hubungan antara jumlah yang diminta dengan harga.
Kurva permintaan dapat didevinisikan sebagai suatu kurva yang
menggambarkan sifat perkaitan antara harga suatu barang tertentu dan jumlah
barang tersebut yang diminta para pembeli. (Sadono, 1994)
Bila digambarkan, bentuk kurva permintaan adalah turun dari kiri atas
ke kanan bawah sebagaimana disajikan dalam gambar di bawah ini.
Gambar 2. 1 Kurva Permintaan
13
Dari skedul dan kurva permintaan di atas dapat diketahui berlakunya
hukum permintaan. Di mana kurva permintaan mempunyai kemiringan negatif
yang menujukan hubungan negatif antara harga dan kuantitas yang diminta.
Jika harga naik, maka jumlah yang diminta akan menurun. Sebaliknya, jumlah
yang diminta meningkat ketika harganya menurun, maka kurva bergerak
menurun ke arah kanan.
5. Pergeseran kurva permintaan
Kurva permintaan akan bergeser ke kanan atau ke kiri jika terdapat
perubahan-perubahan atas permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor
bukan harga. Apabila harga barang lain, pendapatan konsumen, dan berbagai
faktor lain bukan harga mengalami perubahan, maka perubahan ini akan
menyebabkan kurva permintaan bergeser ke kanan atau ke kiri. Misalnya
pendapatan konsumen mengalami kenaikan sedang faktor-faktor lain tidak
mengalami perubahan (cateris paribus) maka akan menyebabkan permintaan
meningkat, yaitu pada setiap tingkat harga, jumlah yang diminta akan
menaikan permintaan.
14
Harga
Kuantitas
D3 D1 D2
P
0 q3 q1 q2
Q3 Q1 Q2
D2D3 D1
Gambar 2.2
Pergeseran Kurva Permintaan
Keadaan di mana kenaikan pendapatan menyebabkan kenaikan
permintaan pada setiap tingak harga digambarkan dalam kurva di atas.
Pergeseran kurva permintaan ditunjukan dari kurva D1D1 menjadi D2D2. titik
Q1 menunjukan bahwa pada harga P, jumlah yang diminta adalah q1.
sedangkan titik Q2 menunjukan bahwa pada harga P jumlah yang diminta
adalah q2, maka dapat dilihat bahwa q2 > q1 . Hal ini berarti bahwa kenaikan
pendapatan menyebabkan pada harga P, permintaan bertambah sebesar q1q2.
Contoh ini menunjukan bahwa bila kurva permintaan bergeser ke kanan maka
pergeseran itu menunjukan pertambahan dalam permintaan. Sebaliknya jika
pergeseran kurva permintaan ke sebelah kiri berarti bahwa permintaan telah
berkurang, yaitu ditunjukan pada titik Q3, pada harga P jumlah yang diminta
sebesar q3, maka kurva bergeser dari D1D1 menjadi D3D3 dan dapat dilihat
bahwa q3 < q1.
15
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan atas barang dan jasa
adalah: (Sadono, 1994)
a. Harga barang itu sendiri.
Permintaan merupakan komoditas yang terutama dipengaruhi oleh
harga komoditas barang itu sendiri. Dengan asumsi ceteris paribus, jika harga
barang turun maka permintaan akan barang akan semakin bertambah.
Sebaliknya, jika harga barang naik, maka permintaan akan barang tersebut
akan semakin berkurang. Jadi hubungan antara jumlah barang yang diminta
dengan harga barang adalah negatif.
b. Harga barang-barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang
tersebut (substitusi dan komplementer)
Barang substitusi (pengganti), dinamakan barang pengganti karena ia
dapat menggantikan fungsi dari barang lain tersebut. Misalnya, beras
disubstitusi dengan jagung, daging sapi disubstitusi dengan daging ayam, dan
lain sebagainya. Jika harga beras naik, maka permintaan akan beras menurun
dan permintaan akan jagung akan naik. Hal ini dikarenakan jagung merupakan
barang substitusi yang baik terhadap beras, dengan asumsi harga jagung relatif
tetap.
Sedangkan barang komplementer (pelengkap), apabila barang tersebut
selalu digunakan bersama-sama dengan barang lainnya. Misalnya kopi dengan
gula, motor dengan bensin, dan lain sebagainya. Jika harga gula turun, maka
permintaan akan gula akan menurun dan permintaan akan kopi juga akan
16
berkurang. Oleh karena itu, hubungan jumlah barang yang diminta dan harga
barang lain ada dua: (1) jika barang substitusi hubungannya adalah positif
(searah), dan (2) jika barang komplementer hubungannya negatif
(berlawannan).
c. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat.
Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan corak permintaan atas berbagai jenis barang. Perubahan
pendapatan dapat menyebabkan perubahan atas permintaan berbagai jenis
barang yang bedakan menjadi empat golongan, yaitu:
(1) Barang inferior, yaitu barang yang banyak diminta oleh orang-orang
yang berpendapatan rendah. Bila pendapatan pembeli naik, maka
pembeli akan lebih memilih membeli barang-barang yang mutunya
lebih baik.
(2) Barang esensial, yaitu barang yang sangat penting artinya dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari. Biasanya terdiri dari kebutuhan
pokok seperti makanan dan pakaian utama.
(3) Barang normal, yaitu suatu barang yang apabila barang tersebut
mengalami kenaikan dalam permintaan sebagai akibat dari kenaikan
pendapatan. Faktor-faktor yang menyebabkan permintaan naik akibat
meningkatnya pendapatan adalah pertambahan pendapatan menambah
kemampuan untuk membeli lebih banyak barang dan memungkinkan
para pembeli menukar konsumsi mereka dari barang yang kurang baik
mutunya kepada barang yang lebih baik mutunya.
17
(4) Barang mewah, yaitu jenis-jenis barang yang dibeli orang apabila
pendapatan mereka sudah relatif tinggi termasuk dalam golongan ini.
Misalnya emas, intan, mobil dan lain-lain.
d. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat.
Distribusi pendapatan juga dapat mempengaruhi corak permintaan atas
berbagai jenis barang. Sejumlah pendapatan masyarakat tertentu besarnya
akan menimbulkan corak permintaan yang berbeda apabila pendapatan
tersebut dirubah corak distribusinya. Misalnya pemerintah menaikan pajak
untuk orang-orang kaya dan menggunakan hasil pajak untuk menaikan
pendapatan pekerja yang berpendapatan rendah, maka akan menyebabkan
berkurangnya permintaan akan barang oleh orang-orang kaya dan
meningkatnya permintaan akan barang oleh orang-orang yang baru saja
mengalami kenaikan pendapatan.
e. Citarasa masyarakat.
Citarasa masyarakat mempunyai pengaruh yang cukup besar atas
keinginan masyarakat untuk membeli barang-barang. Misalnya, pada tahun
1960an hanya sedikit sekali orang yang suka mobil buatan Jepang. Tetapi
dalam tahun 1970an mobil buatan Jepang semakin populer dan banyak
digunakan orang di berbagai negara.
f. Jumlah penduduk.
Pertambahan penduduk menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi
biasanya diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja yang
18
menyebabkan pendapatan meningkat, sehingga menyebabkan meningkatnya
daya beli masyarakat untuk menambah permintaan.
g. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang.
Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan di masa
yang akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Misalnya, ramalan bahwa
harga-harga akan mengalami kenaikan di masa yang akan datang, maka
konsumen akan membeli lebih banyak di masa ini untuk menghemat
pengeluaran di masa yang akan datang. Sebaliknya, ramalan bahwa lowongan
kerja akan semakin sulit diperoleh, maka konsumen akan berhemat dan
mengurangi permintaan.
7. Elastisitas permintaan
Elastisitas harga permintaan mengukur seberapa banyak permintaan
barang dan jasa (konsumsi) berubah ketika harganya berubah. Elastisitas
permintaan ditunjukkan dalam bentuk prosentase perubahan atas kuantitas
yang diminta sebagai akibat dari satu persen perubahan harga.
Secara umum penaksiran elastisitas permintaan berguna bagi
perusahaan maupun pemerintah. Manfaat penaksiran elastisitas permintaan
tersebut adalah: (Sugiarto dkk,2002)
a. Bagi perusahaan (produsen), elastisitas permintaan dapat dijadikan
landasan dalam menyusun kebijakan penjualan. Bila diketahui sifat
responsif atas komoditas yang dihasilkan perusahaan, maka pihak
19
perusahaan dapat menentukan perlu tidaknya untuk menaikan harga jual
komoditas yang dihasilkan.
b. Bagi pemerintah, elastisitas permintaan dapat digunakan untuk
meramalkan kesuksesan dari kebijakan tertentu yang akan dilaksanakan.
Elastisitas permintaan dapat dibedakan menjadi:
a. Elastisitas terhadap harga (price elasticity of demand)
Elastisitas permintaan terhadap harga, mengukur seberapa besar
perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila harganya berubah. Nilai
elastisitas permintaan terhadap barang merupakan hasil bagi antara presentase
perubahan jumlah komoditas yang diminta dengan presentase perubahan
harga. Secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut: (Sugiarto dkk, 2002)
=pη Presentase perubahan jumlah yang diminta
Presentase perubahan harga
( )
0
01
0
01
PPP
QQQ
D
DD
p −
−
=η
Dalam rumus tersebut harga berubah dari P0 menjadi P1 dan jumlah
komoditas yang diminta berubah dari QD0 menjadi QD1. Karena pada
umumnya harga dam jumlah komoditas yang diminta mengalami perubahan
ke arah yang berlawanan (kalau harga naik jumlah yang diminta berkurang),
maka nilai elastisitas permintaan terhadap harga akan bernilai negatif.
Besarnya koefisien elastisitas harga (ηp) ada lima kemungkinan, yaitu:
20
(1) ηp > 1 disebut relatif elastisitas, yaitu jika harga barang turun satu
persen, maka jumlah barang yang minta akan naik lebih besar dari satu
persen. Sebaliknya, jika harga barang naik satu persen, maka permintaan
terhadap barang akan menurun lebih dari satu persen. Biasanya terjadi
pada barang-barang mewah.
(2) ηp < 1 disebut relatif inelastis, yaitu jika terjadi perubahan harga satu
persen akan menyebabkan perubahan jumlah barang yang diminta
kurang dari satu persen. Biasanya terjadi pada produk pertanian seperti
buah-buahan.
(3) ηp = 1 disebut unitary elastisitas, yaitu perubahan harga barang akan
mengubah jumlah barang yang diminta dengan jumlah yang sama.
(4) ηp = 0 in elastis sempurna, yaitu perubahan harga barang baik
mengalami kenaikan maupun penurunan tidak akan merubah
permintaan. Contohnya garam.
(5) ηp = ~ disebut elastis sempurna (infinite elastic) yang berarti tidak
terjadi perubahan harga (harga tetap), maka jumlah barang yang diminta
akan tak terhingga. Misalnya bahan bakar minyak.
b. Elastisitas pemintaan terhadap pendapatan (income elasticity of demand)
Elastisitas pemintaan terhadap pendapatan merupakan koefisien yang
menunjukan besarnya perubahan permintaan atas suatu komoditas akibat dari
perubahan pendapatan konsumen. Koefisien ini merupakan besaran yang
21
berguna untuk menunjukan responsitas konsumsi suatu komoditas terhadap
perubahan pendapatan (income).
Rumus Elastisita permintaan terhadap Pendapatan dapat dinyatakan
sebagai berikut: (Segiarto dkk, 2002)
ηI = persentase perubahan jumlah komoditi X yang diminta
persentase perubahan pendapatan
( )
0
01
0
01
III
QQQ
DX
DXDX
I −
−
=η
Acuan umum pengelompokan kategori suatu komoditas adalah sebagai
berikut:
ηI : - komoditas inferior (komoditas bermutu rendah)
ηI : + komoditas normal
ηI : > 1 komoditas mewah
ηI : < 1 komoditas kebutuhan pokok
c. Elastisitas permintaan silang (cross price elasticity of demand)
Elastisitas permintaan silang merupakan koefisien yang menunjukan
besarnya perubahan permintaan suatu komoditas apabila terjadi perubahan
harga komoditas lain. Koefisien ini sering digunakan untuk mengukur
kekuatan hubungan komplemen atau substitusi di antara berbagai komoditas.
Rumus Elastisita permintaan silang dapat dinyatak sebagai berikut:
(Sugiarto dkk, 2002)
22
ηC = persentase perubahan jumlah komoditas X yang diminta
persentase perubahan harga komoditas Y
( )
0
01
0
01
Y
YY
DX
DXDX
C
PPP
QQQ
−
−
=η
Nilai elastisitas permintaan silang berkisar dari negatif tak terhingga
sampai positif tak terhingga. Implikasi yang perlu diperhatikan pada elastisitas
silang (ηC) adalah:
Jika ηC > 0 atau positif, maka barang tersebut bersifat substitusi.
Jika ηC = 0, maka barang tersebut bersifat netral atau independen.
Jika ηC < 0 atau negatif, maka barang tersebut bersifat komplementer.
C. Pengertian Konsumen
1. Definisi konsumen
Konsumen adalah Setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang
lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Dalam mengasumsikan kepuasan, konsumen dihadapkan pada dua
permasalahan, yaitu: (a) barang-barang dan jasa-jasa ekonomi yang
dikonsumsinya pasti mempunyai harga, serta (b) pendapatan terbatas sehingga
untuk mendapatkan tingkat kepuasannya juga terbatas. Para ahli ekonomi
mengemukakan dua asumsi yang berkaitan dengan perilaku konsumen, yaitu:
23
a. Asumsi Rasionalitas, bahwa seorang konsumen senantiasa menggunakan
pendapatannya yang terbatas untuk memperoleh barang-barang dan jasa-
jasa yang dianggap akan mendatang kepuasan maksimumnya.
b. Asumsi pengetahuan yang sempurna (perfect knowledge), khususnya
pengetahuan mengenai macam-macam barang dan jasa konsumsi yang
tersedia di pasar, harga masing-masing barang dan jasa, besarnya
pendapatan yang mereka peroleh, dan cita rasa yang mereka inginkan.
(Masyuri, 2007:28)
Dari asumsi itulah, maka muncul analisis yang dinamakan teori
tingkah laku konsumen. Teori ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu
pendekatan nilai guna (utilitas) kardinal dan pendekatan nilai guna (utilitas)
ordinal.
2. Teori tingkah laku konsumen
Teori tingkah laku konsumen merupakan teori yang menerangkan
tentang perilaku pembeli-pembeli di dalam menggunakan dan membelanjakan
pendapatan yang diperolehnya. Konsumen yang rasional akan berusaha
memaksimalkan kepuasan dalam menggunakan pendapatannya untuk
membeli barang dan jasa, sehingga untuk mencapai tujuan ini perlu membuat
pilihan-pilihan, yaitu menentukan jenis-jenis barang yang dibelinya dan
jumlah yang akan dibelinya.
Dalam analisis ekonomi, untuk menerangkan tingkah laku konsumen
dalam membuat pilihan tersebut dapat diukur dengan dua cara, yaitu teori nilai
24
guna secara kardinal (dengan menggunakan pendekatan nilai absolut) dan
secara ordinal (dengan menggunakan pendekatan nilai relative; order atau
tingkat). (Sugiarto dkk,2002)
a. Teori Tingkah Laku Konsumen dengan Pendekatan Nilai Guna Kardinal
Dalam ilmu ekonomi nilai guna atau utiliti merupakan kepuasan atau
kenikmatan yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsi barang-barang.
Nilai guna ini dibedakan menjadi dua, yaitu nilai guna total (total utility = TU)
dan nilai guna marginal (marginal utility = MU). Nilai guna total adalah
jumlah seluruh kepuasaan yang diperoleh dari mengkonsumsi sejumlah barang
tertentu. Sedangkan nilai guna marginal adalah pertambahan atau pengurangan
kepuasan sebagai akibat pertambahan atau pengurangan satu unit tertentu.
Hipotesis nilai guna dikenal dengan hukum nilai guna marginal yang
semakin menurun (deminishing marginal utility), yaitu: tambahan nilai guna
yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang akan
menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah
konsumsinya atas barang tersebut. Pada akhirnya nilai guna akan menjadi
negatif, yaitu apabila konsumsi atas barang tersebut ditambah satu unit lagi,
maka nilaiguna total akan menjadi semakin sedikit.
Untuk memperjelas pernyataan tersebut, maka dapa diilustrasikan
dalam tabel berikut:
25
Tabel 2. 1
Besarnya barang yang dikonsumsi (Q), total utilitas (TU), dan marginal
utilitas (MU)
Jumlah Barang
(Q) Total Utilitas
(TU) Marginal Utilitas
(MU) 0 - -1 12 122 22 103 30 84 36 65 40 46 42 27 42 08 44 -2
Keterangan: angka hipotesis
Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai TU terus bertambah hingga ruas
ke 6, sedangkan MU bertambah dengan pola menurun, hingga unit ke 7 nilai
MU mencapai 0 yang berarti TU telah maksimal. Posisi ini merupakan titik
jenuh (saturation point).
Untuk lebih memperjelas ilustrasi tersebut, maka akan digambarkan ke
dalam kurva yang menunjukan hubungan antara total utilitas (TU) dan
marginal utiliti (MU).
26
Kurva TU
Kurva MU
U (Total Utility)
Q (Jumlah barang yang dikonsumsi)
42
12
0
1 6
Gambar 2.3
Kurva hubungan total utilitas (TU), marginal utiliti (MU), dan total utiliti (U)
Sumbu vertikal adalah tingkat utilitas dan sumbu horisontal adala
jumlah barang yang dikonsumsi. Kurva total utilitas (TU) memberikan arti
bahwa besar kecilnya tingkat utilitas tergantung pada banyak sedikitnya
jumlah barang (Q) yang dikonsumsi. Pada saat jumlah barang yang
dikonsumsi 1 dan tingkat utilitas 12 hingga jumlah barang (Q) sebanyak 6 dan
tingkat utilitas 42, maka kondisi ini berada pada tingkat utilitas (TU)
maksimum. Setelah itu, tingkat tambahan atau marginal utilitas (MU)
konsumen semakin menurun setelah barang ditambah dari 1, 2, 3, dan
seterusnya.
Seorang konsumen yang rasional akan memaksimumkan utilitas total
atau kepuasan total dalam membelanjakan pendapatannya. Kepuasan yang
mencapai puncak merupakan kondisi yang berada dalam keseimbangan,
27
karena keseimbangan akan dicapai bilamana konsumen membelanjakan
pendapatannya sedemikian rupa sehingga utilitas yang diperoleh dari rupiah
yang terakhir untuk berbagai barang adalah sama besarnya. Kondisi ini dapat
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
y
y
x
x
PMU
PMU
=
Yang memenuhi kendala anggaran belanja adalah:
Px .X + Py . Y = B
Di mana:
B : pendapatan konsumen
Px : harga barang X
Py : harga barang Y
X dan Y : barang yang dikonsumsi jenis X dan Y
Kelemahan dari teori tingkah laku konsumen dengan pendekatan nilai
guna kardinal adalah: (1) kepuasan total atau tambahan kepuasan dinyatakan
dalam angak-angka, sedang kepuasan adalah sesuatu hal yang tidak mudah
diukur, dan (2) utilitas marginal daripada uang adalah tetap.
b. Teori Tingkah Laku Konsumen dengan Pendekatan Nilai Guna Ordinal
(Pendekatan Kurva Indiferen)
Dalam teori tingkah laku konsumen dengan pendekatan nilai guna
kardinal mempunyai kelemahan, maka dikembangkan cara pendekatan baru
untuk mewujudkan prinsip pemaksimuman kepuasan oleh seorang konsumen
28
Kurva indiferen
Y
Y1
0X1 X
yang mempunyai pendapatan yang terbatas, yaitu dengan analisis yang dikenal
sebagai analisis kurva kepuasan sama (indifferen curve). Analisis ini melipiti
pengembangan dua macam kurva, yaitu kurva indiferen dan garis anggaran
pengeluaran.
1) Pengertian Kurva Indiferen
Kurva indiferen adalah kurva yang menggambarkan tingkat utility
(kepuasan) yang sama untuk berbagai kombinasi komoditas. (Sugiarto
dkk,2002)
Gambar 2. 4
Kurva Indiveren
Kurva indiferen memperlihatkan kombinasi antara barang X dan
barang Y yang menghasilkan kepuasan yang sama dan di antara pilihan-
pilihan tersebut, konsumen mengambil sikap indiferen. Jika titik-titik mana
pun di atas garis menunjukan kombinasi barang X dan Y yang lebih disukai
oleh konsumen dibanding titik-titik pada kurva. Dengan kata lain, kurva
29
indiferen semakin jauh dari titik nol, maka semakin tinggi tingkat kepuasan
yang diperoleh konsumen akan kombinasi barang mana pun.
Tingkat substitusi marginal (Marginal rate of substitution atau MRS)
adalah jumlah komoditi tertentu yang akan dikorbankan oleh konsumen untuk
memperoleh satu unit tambahan komoditi lain. Jadi tingkat substitusi marginal
untuk barang Y terhadap barang X adalah berapa banyak barang Y yang akan
dikorbankan konsumen untuk memperoleh tambahan satu unit barang X.
Asumsi dasar dari teori indiferen adalah: (lipsey et al, 1995: 202)
(a) Nilai aljabar dari MRS selalu negatif. Hal ini berarti bahwa untuk
meningkatkan konsumsi suatu komoditi, maka rumah tangga siap
menurunkan konsumsinya untuk komoditi yang lain.
(b) MRS antara dua komoditi mana pun tergantung pada jumlah komoditi itu
yang sekarang dikonsumsi oleh rumah tangga.
Karena MRS selalu negatif dan mengukur pertukaran (trade-off) dua
komoditas pada kondisi kepuasan konsumen yang tidak berubah, maka suatu
kurva indiferen mempunyai kecenderungan cembung terhadap titik asal
(convex to origin).
2) Peta Indiferen
Peta indiferen merupakan kumpulan beberapa kurva indiferen.
30
Barang Y
Barang X
I1 I2 I3 I4
A B C D
Gambar 2. 5 Peta Indiferen
Sebuah peta indiferen terdiri dari beberapa kurva indiferen. Semua titik
pada suatu kurva tertentu merupakan kombinasi alternatif dari barang X dan Y
yang memberikan kepuasan yang sama bagi rumah tangga. Kurva yang makin
jauh dari titik nol memberikan tingkat kepuasan yang makin tinggi (Lipsey et
al, 1995:204). Jadi kurva yang lebih tinggi menggambarkan tingkat kepuasan
yang lebih besar dari kurva yang dibawahnya. Sebagai contoh, I4 merupakan
kurva indiferen yang lebih tinggi dari I3. ini berarti I4 memberikan tingkat
kepuasan yang lebih tinggi dari pada yang diberikan oleh titik-titik I3.
Asumsi dalam membuat peta indiferen antara lain:
(a) Rasional, artinya konsumen diasumsikan rasional dan berusaha
memaksimalkan kepuasan.
(b) Selera konsumen tercermin dalam peta indiferen yang terdiri dari banyak
kurva indiferen yang tidak saling berpotongan satu sama lain.
(c) Kurva indiferen yang letaknya lebih jauh dari titik origin menggambarkan
kepuasan konsumen paling tinggi.
31
(d) Dalam peta indiferen, kurva indiferen tidak boleh saling berpotongan. Jika
kurva I1 dan I2 sling berpotongan, salah satu asumsi teori kurva indiferen
dilanggar, yaitu titik C lebih disukai dari pada titik B karena pada titik C
kedua barang lebih banyak.
3) Garis Anggaran Konsumen (Bugdget Constraint)
Garis anggaran merupakan kombinasi beberapa barang yang dapat
dibeli. Dengan kata lain, garis anggaran menggambarkan semua kombinasi
barang-barang yang tersedia bagi rumah tangga pada penghasilan/ pendapatan
tertentu dan pada harga barang-barang yang dibelinya (Lipsey et al,
1995:204). Sifat garis anggaran antara lain:
(a) Titik-titik pada garis anggaran menggambarakan sekumpulan barang
yang harga belinya persis menghabiskan seluruh pendapatan
konsumen.
(b) Titik-titik di antara garis anggaran dengan titik nol menggambarkan
sekumpulan barang yang harga belinya lebih rendah dari pendapatan
konsumen.
(c) Titik-titik di atas garis anggaran menggambarkan kombinasi barang-
barang yang harga belinya melampaui pendapatan konsumen saat ini.
Untuk melihat lebih jelasnya, dapat digunakan alternatif-alternatif
rumah tangga dengan menggunakan persamaan yang menggunakan simbol
untuk menyatakan informasi yang terkandung di dalam garis anggaran. Misal,
terdapat dua barang yaitu X dan Y di mana harga masing-masingnya Px dan
32
Budget line Pxx + Pyy = EBudget set
Pxx + Pyy ≤ E
y
x
PP
slope =Y
A
0B X
Py, serta E adalah jumlah pendapatan rumah tangga yang harus sama dengan
total pengeluaran rumah tangga. Maka kombinasi barang yang dipilih dapat
ditulis (x, y), di mana besarnya konsumsi barang yang pertama adalah sebesar
x dan konsumsi barang yang kedua sebesar y. Dari data tersebut, dapat dicari
berapa uang atau budget yang diperlukan untuk membiayai kedua barang
tersebut, sehingga persamaan untuk budget constrain nya adalah:
Pxx + Pyy ≤ E
Di mana :
Pxx : jumlah uang yang diperlukan untuk pembelian barang X
Pyy : jumlah uang yang diperlukan untuk pembelian barang Y
Dari persamaan ini, dapat dilihat bahwa konsumen dapat membeli
membeli kombinasi barang yang diinginkan dengan uang yang lebih kecil atau
sama dengan jumlah pendapatan yang dimiliki (E). Himpunan yang
menunjukan kombinasi barang dan jasa yang dapat dibeli oleh konsumen pada
tingkat harga Px dan Py disebut budget set.
Gambar 2. 6
Kombinasi Dua barang
33
Barang Y
Barang X
E
4) Keseimbangn Konsumen
Keseimbangan konsumen dapat tercapai apabila rasio marginal utility
terhadap suatu barang telah sama. Hal ini dapat dinyatakan dalam persamaan
sebagai berikut:
y
y
x
x
PMU
PMU
=
Pada saat kondisi ini, manfaat yang diperoleh persatuan uang untuk
mengkonsumsi komoditas X maupun Y sama saja.
Gambar 2. 7
Keseimbangan konsumen
Pada titik E konsumen mencapai kepuasan maksimum pada kurva
indiferen dengan anggaran terbatas. E merupakan titik singgung antara garis
anggaran denga kurva indiferen yang tertinggi. Saat persinggungan kurva
indiferen dengan garis anggaran inilah terjadi keseimbangan konsumen.
34
D. Pasar Monopoli
1. Deskripsi Pasar Monopoli
Pasar monopoli merupakan suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat
satu firma saja, dan firma ini menghasilkan barang yang tidak mempunyai
barang pengganti yang sangat dekat. Misalnya PT PDAM yang melayani
penyediaan air bersih, PT KAI yang menyediakan angkutan kereta api, PT
PLN yang melayani masalah kelistrikan, dan sebagainya.
Dalam pasar ini tidak ada pesaing yang dapat masuk. Yang
menyebabkannya adalah sumberdaya kunci dikuasai oleh satu perusahaan
tunggal, pemerintah memberikan hak eksklusif kepada sebuah perusahaan
tunggal untuk memproduksi dan menjual barang tertentu, dan biaya-biaya
produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang
membuat produk itu daripada banyak perusahaan.
Terdapat faktor-faktor yang menimbulkan monopoli, yaitu:
a. Memiliki sumber daya yang unik
Sumber penting yang dimiliki monopoli adalah pemilikan sumber daya
yang sangat unik (istimewa) dan tidak dimiliki oleh perusahaan lain. Di dalam
kegiatan ekonomi, monopoli dapat berlaku apabila sesuatu firma menguasai
seluruh atau sebagian besar bahan mentah yang tersedia. Contohnya PT
Freeport di Papua yang menguasai sumber tenmbaga dan menjadi perusahaan
monopolis dalam memproduksi emas dan tembaga.
35
b. Terdapat skala ekonomis
Perkembangan teknologi kini sangat pesat dan sedemikian modernnya,
sehingga produksi yang efisien hanya dapat dilakukan apabila jumlah
produksinya sangat besar dan meliputi hampir seluruh produksi yang
diperlukan di dalam pasar. Keadaan ini berarti suatu perusahaan baru
menikmati skala ekonomis yang paling maksimum apabila tingkat
produksinya sangat besar jumlahnya. Pada waktu perusahaan mencapai
keadaan di mana biaya produksi mencapai minimum, jumlah produksi yang
dihasilkan hampir menyamai jumlah permintaan yang ada di pasar. Oleh
karena itu, perusahaan dapat menurunkan harga produksinya apabila produksi
semakin tinggi, sehingga harga yang sedemikian rendahnya menyebabkan
perusahaan-perusahaan baru tidak mampu bersaing dengan perusahaan yang
terlebih dahulu berkembang. Pada akirnya keadaan ini menimbulkan pasar
monopoli alamiah (natural monopoly).
Monopoli alamiah terjadi jika sebuah perusahaan tunggal mampu
melayani seluruh permintaan pasar dengan biaya atau harga relatif lebih
rendah dibandingkan jika perusahaan itu terdapat dua atau lebih perusahaan.
Misalnya hanya terdapat satu perusahaan air minum di suatu daerah. Karena
hanya ada satu perusahaan air minum, maka kebutuhan masyarakat dapat
terpenuhi dengan harga yang relatif lebih murah. Seandainya ada dua atau
lebih perusahaan air minum, maka bukan hanya output perusahaan yang
berkurang, tetapi biaya yang ditanggung juga lebih tinggi sehingga harga
outputnya juga akan tinggi dan tentu akan merugikan konsumen.
36
c. Kekuasaan monopoli karena Peraturan Pemerintah
Kekuasaan monopoli diperoleh dari Pemerintah melalui Undang-
Undang. Monopoli pemerintah terjadi jika pemerintah memberikan hak cipta
atas suatu produk kepada sebuh perusahaan tunggal tertentu. Misalnya hak
monopoli yang diperoleh PT PLN di sektor kelistrikan merupakan solusi
untuk melayani permintaan terhadap energi listrik di Indonesia. Peraturan-
peraturan yang diberikan oleh pemerintah berkenaan dengan peraturan paten
dan hak cipta (copy rights) utuk menghindari penjiplakan serta hak usaha
eksklusif (eksklusive franchise) untuk menjadi perusahaan monopoli.
Kelebihan pasar monopoli antara lain:
1) Keuntungan penjual cukup tinggi.
2) Untuk produk yang menguasai hajat hidup orang banyak, biasanya diatur
pemerintah. Ini menguntungkan konsumen karena penjual tidak dapat
menentukan harga dengan semaunya.
3) Efisiensi produksi, di mana biaya produksi lebih murah dibanding jika
terdapat dua atau lebih perusahaan, sehingga menguntungkan konsumen
karena bisa membayar lebih rendah.
Kelamahan pasar monopoli antara lain:
1) Pembeli tidak ada pilihan lain untuk membeli barang.
2) Keuntungan hanya terpusat pada satu perusahaan.
3) Terjadi eksploitasi pembeli.
37
Ada pun kerugian-kerugian yang disebabkan oleh pasar monopoli:
1) Ketidak adilan, karena monopolis akan memperoleh keuntungan diatas
keuntungan normal.
2) Volume produksi ditentukan oleh monopolis.
3) Terjadi eksploitasi oleh monopolis terhadap konsumen dan pemilik faktor-
faktor produksi.
Pemerintah dapat mencegah kergian-kerugian yang disebakan pelaku
monopoli dengan cara berikut:
1) Mencegah munculnya monopoli dengan undang-undang.
2) Pemerintah mendirikan perusahaan tandingan yang mampu menyaingi
monopolis.
3) Membuka impor untuk barang yang diproduksi oleh monopolis.
4) Campur tangan pemerintah dalam menentukan harga.
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian dengan tema yang sama pernah dilakukan oleh Jatmiko
(2008) dengan judul ”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Air Minum PDAM oleh Konsumen Rumah Tangga di Kabupaten Sragen”.
Penelitian ini menganalisis pengaruh tingkat pendapatan pelanggan, jumlah
anggota keluarga pelanggan terhadap permintaan air minum PDAM oleh
konsumen Rumah Tangga di Kabupaten Sragen, dan menganalisis perbedaan
konsumsi air antara Rumah Tangga golongan I dan Rumah Tangga golongan
II di Kabupaten Sragen, serta menganalisis perbedaan konsumsi air di Rumah
38
Tangga golongan I dan Rumah Tangga golongan II yang memiliki sumur dan
tidak memiliki sumur.
Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel independen, yaitu pendapatan keluarga dan jumlah anggota
keluarga berpengaruh positif terhadap permintaan sambungan air minim
PDAM.
2. Ada perbedaan antara kosumsi air minum antara Rumah Tangga I dan
Rumah Tangga II yang dibuktikan bhwa rata-rata permintaan air minum
oleh Rumah Tangga I lebih rendah 10,61% daripada rata-rata konsumsi air
minum pada Rumah Tangga II.
3. Ada perbedaan dalam mengkonsumsi antara Rumah Tangga yang
mempunyai sumur dan yang tidak mempunyai sumur, yang dibuktikan
bahwa rata-rata permintaan air yang tidak punya sumur lebih besar 8,05%
daripada rata-rata permintaan air minum pada Rumah tangga yang
mempunyai sumur.
4. Hasil uji koefisien determinasi majemuk menghasilkan nilai R2 sebanyak
66,8%, yang berarti 66,8% variasi variabel permintaan air minum PDAM
dapat dijelaskan oleh variasi variabel pendapatan, jumlah anggota
keluarga, dan kategori Rumah Tangga. Sedangkan sisanya 33,2%
dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Tri Wahyu Indarwati (2006)
dengan judul ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Air PDAM pada
39
Jumlah Anggota Keluarga Pelanggan
Pendapatan Pelanggan
Tarif Air
KONSUMSI AIR PDAM RUMAH TANGGA II (R2)
kelompok pelanggan Rumah Tangga I di Kabupaten Boyolali Tahun 1995-
2005. Penelitian ini menganalisis pengaruh tarif dan PDRB per kapita
terhadap permintaan air PDAM di Kabupaten Boyolali secara individu dan
secara bersama-sama.
Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan
hasil sebagai berikut:
1. Hasil uji t menunjukan variabel tarif secara individu tidak berpengaruh
positif signifikan terhadap konsumsi air PDAM pada tingkat signifikasi
5%, sedangakan variabel PDRB per kapita berpengaruh signifikan
terhadap permintaan air PDAM pada tingkat signifikasi 5%.
2. Pengaruh tarif dan PDRB per kapita terhadap permintaan air PDAM pada
pelanggan Rumah Tangga I secara bersama-sama signifikan pada tingkat
signifikasi 5%.
F. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. 8
Skema kerangka pemikiran
40
Keterangan:
Kebutuhan akan air bersih terus meningkat sejalan dengan
berkembangnya pembangunan dan kondisi perekonomian. Berdasarkan teori
yang dikemukakan pakar ekonomi terdahulu, permintaan atau konsumsi suatu
barang dipengaruhi oleh beberapa hal. Di antaranya adalah harga barang itu
sendiri, pendapatan masyarakat, jumlah penduduk, harga barang lain yang
menjadi substitusi, dan lain sebagainya.
Dalam penelitian ini akan dianalisis mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumsi air PDAM rumah tangga II di kota Surakarta dengan
variabel konsumsi air PDAM rumah tangga II sebagai variabel yang
dipengaruhi, sedangkan variabel-variabel yang mempengaruhi adalah jumlah
anggota keluarga pelanggan, pendapatan pelanggan, dan tarif air.
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara atau jawaban teoritis atas
masalah-masalah penelitian. Dalam penelitian ini dikemukakan hipotesis
sebagai berikut:
1. Diduga variabel jumlah anggota keluarga pelanggan berpengaruh positif
terhadap konsumsi air rumah tangga II di kota Surakarta.
2. Diduga variabel pendapatan pelanggan berpengaruh positif terhadap
konsumsi air rumah tangga II di kota Surakarta.
3. Diduga variabel tarif air mempunyai pengaruh negatif terhadap konsumsi
air rumah tangga II di kota Surakarta
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penjelasan, yaitu suatu penelitian yang
bertujuan menjelaskan hubungan variable-variabel, menyusun hipotesis
mengenai hubungan variable-variabel tesebut, kemudian mengujinya apakah
nyata atau signifikan, terdapat hubungan atau tidak. Pelaksanaan penelitian ini
dilakukan/berlokasi di Kota Surakarta dengan mengambil data dari PDAM
Surakarta, BPS Kota Surakarta, dan website Kota Surakarta. Dalam penelitian
ini, yang dianalisis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi air
PDAM rumah tangga II di Kota Surakarta.
B. Jenis dan Sumber Data
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari individu,
kelompok-kelompok tertentu, dan juga responden yang telah ditentukan secara
sepesifik dari waktu ke waktu. (Sekaran, 2000: 221). Data primer dalam
penelitian ini berasal dari jawaban atas kusioner yang diajukan kepada
responden yang dalam hal ini adalah pelanggan air minum PDAM di wilayah
Kota Surakarta.
42
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari
responden yang diteliti. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini
adalah dengan mempelajari buku-buku literatur yang berkaitan dengan pokok
masalah yang diteliti dari berbagai arsip dan publikasi dari PDAM Kota
Surakarta, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta, dan sumber-sumber
yang mendukung dalam penelitian ini.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penelitian di atas
adalah sebagai berikut:
a. Studi pustaka
Data sekunder yang diperoleh dari dinas atau instansi yang terkait dengan
masalah yang diteliti selain itu juga membaca dari literatur atau sumber
lain yang berhubungan dengan masalah di atas.
b. Interview
Tehnik pengumpulan data dengan cara wawancara langsung dengan
masyarakat pengguna fasilitas PDAM.
c. Kuesioner
Tehnik pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan dan
pernyataan yang telah disiapkan terlebih dahulu yang kemudian diberikan
kepada masyarakat yang menggunakan air PDAM.
43
2. Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel adalah kelompok kecil yang kita amati dan populasi adalah
kelompok besar yang merupakan sasaran generlisasi kita. (Sevilla et al, 1993).
Sedangkan sampling adalah strategi-strtategi yang memungkinkan untuk
mengambil suatu sub kelompok dari kelompok yang lebih besar, lalu
kelompok kecil ini digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan tentang
kelompok besar tersebut. (Vockell, 1983 dalam Sevilla et al, 1993).
a. Ukuran Sampel Populasi
Untuk menentukan ukuran sampel dari populasi, dapat digunakan rumus
Slovin (1960) sebagai berikut: (Sevilla et al, 1993)
21 NeNn
+=
Di mana:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran
ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi).
Dalam penelitian ini, jumlah populasi untuk pelanggan rumah tangga 2
(R2) adalah sebanyak 35.307 jiwa. Menurut Gay nilai kritis untuk penelitian
deskriptif yang dapat diterima adalah 10% dari populasi.(Sevilla et al,
1993:163).
( )21,035307135307
+=n
44
( )01,035307135307
+=n
07,353135307+
=n
07,35435307=n
72,99=n
Dari penghitungan menggunakan rumus di atas didapatkan hasil untuk
pengambilan sampel sebesar 99,72 sampel, dibulatkan menjadi 100 sampel.
b. Strategi Pengambilan Sampel
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan
sampel kluster area. Alasan yang mendorong penggunaan sampel kluster
adalah untuk kebutuhan efisiensi ekonomis yang tidak biasa diperoleh peneliti
jika menggunakan sampel random sederhana, dan tidak tersedianya kerangka
sampel untuk elmen tertentu.
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah sampel area Kota
Surakarta di mana Kota Surakarta terdapat lima Kecamatan. Dari 100 sampel
yang akan digunakan, masing-masing Kecamatan akan diambil 20 sampel
secara acak.
45
D. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel yang dipengaruhi (dependent variabel)
Konsumsi air PDAM (KA)
Adalah seluruh permintaan air PDAM dalam kurun waktu satu bulan oleh
pelanggan Rumah Tangga II di kota Surakarta, yang dinyatakan dalam
bentuk meter kubik.
2. Variabel yang mempengaruhi (independent variabel)
a. Jumlah anggota keluarga pelanggan (JAK)
Adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga pelanggan rumah tangga 2
yang mengkonsumsi air dari PDAM Kota Surakarta yang dinyatakan
dengan satuan jiwa.
b. Pendapatan Pelanggan (PP)
Adalah besarnya pendapatan pelanggan rumah tangga 2 dalam satu
bulan yang diukur dalam bentuk Rupiah.
c. Tarif Air (TA)
Adalah jumlah total biaya yang dibayar oleh pelanggan air minum
PDAM dalam satu bulan yang diukur dalam bentuk Rupiah.
46
E. Teknik Analisis Data
1. MacKinnon, White dan Davidson Test (MWD Test)
MWD Test ini digunakan dalam pemilihan bentuk fungsi model
empirik karena teori ekonomi tidak secara spesifik menunjukan ataupun
mengatakan apakah sebaiknya bentuk fungsi suatu model empirik dinyatakan
dalam bentuk linier atau log-linier atau bentuk yang lain.
Langkah-langkah MWD Test adalah:
Misal terdapat dua model:
A. PA = β0 + β1 JAK + β2 PP + β3 TA + µi
B. LPA = L β0 + β1 LJAK + β2 LPP + β3 LTA + µi
a. Melakukan estimasi/regresi terhadap model A, kemudian didapatkan nilai
fitted dari PA, yang diberi nama PAF. (Nilai fitted PA = nilai aktual PA-
Residualnya)
b. Melakukan estimasi/regresi terhadap model B, kemudian didapatkan nilai
fitted dari Log PA, yang diberi nama LPAF. (Nilai fitted Log PA = nilai
aktual LogPA-Residualnya)
c. Mendapatkan nilai Z1 dengan cara mengurangi nilai log dari PAF dengan
nilai fitted dari Log PAF. (Z1 = Log(PAF) – LPAF)
d. Mendapatkan nilai Z2 dengan cara mengurangi nilai antilog dari LPAF
dengan PAF. (Z2 = antilog(LPAF) – PAF)
e. Melakukan regresi dengan menggunakan model A ditambahkan Z1
sebagai variabel penjelas atau
A. PA = β0 + β1 JAK + β2 PP + β3 TA + β4 Z1 + µi
47
Bila Z1 signifikan secara statistik maka kita menolak model yang
benar adalah liniear atau dengan kata lain, bila Z1 signifikan maka yang benar
adalah model log-liniear.
f. Melakukan regresi dengan menggunakan model B ditambahkan Z2
sebagai variabel penjelas atau
B. LPA = β0 + β1 LJAK + β2 LPP + β3 LTA + β4 Z2 + µi
Bila Z2 signifikan secara statistik maka kita menolak model yang
benar adalah log-liniear atau dengan kata lain, bila Z2 signifikan maka yang
benar adalah model liniear.
2. Model Regresi Linier Berganda
Dalam penelitian ini, untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka
akan digunakan alat analisis data dengan menggunakan model regresi linier
berganda dan juga dilakukan beberapa uji seperti uji statistik dan uji
ekonometrika (uji asumsi klasik). Untuk keperluan olah data digunakan
program eviews (Econometric views) untuk menyelesaikan regresi linier
berganda, uji statistik maupun uji ekonometrika.
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan fungsi konsumsi
sebagai berikut:
KA = f (JAK, PP, TA)
Selanjutnya, bentuk permintaan diubah menjadi bentuk persamaan
ekonometrika yakni dengan menambah komponen pengganggu ke dalam
persamaan tersebut, sehingga menjadi:
48
KA = β0 + β1 JAK + β2 PP + β3 TA + µi................................(I)
Di mana:
KA = Konsumsi air PDAM
JAK = Jumlah anggota keluarga pelanggan
PP = Pendapatan Pelanggan
TA = Tarif air PDAM
β0, β1, β2, β3 = Koefisien regresi
µi = Variabel pengganggu
Untuk mencari persamaan regresi di atas digunakan metode kuadrat
terkecil (Ordinary Least Square / OLS) yang akan menghasilkan koefisien
regresi linier yang tidak bias.agar diperoleh koefisien regresi yang tidak bias,
maka selanjutnya dilakukan pengujian sebagai berikut:
3. Uji Statistik
a. Uji F (pengujian secara keseluruhan)
Yaitu pengujian untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel-
variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama, langkah-
langkahnya sebagai berikut: (Djarwanto, 1993:189)
1) Menentukan Hipotesis sebagai berikut:
Ho : β1 = β2 = β3 = 0
Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0
2) menentukan nilai α
3) Menentukan penghitungan nilai F
49
Ftabel = Fα ; (N-K) ; (K-1)
Di mana :
α = derajat signifikansi
N = jumlah sampel (observasi)
K = banyaknya parameter dalam model termasuk konstan
)/()1()1/(
2
2
KNRkRFhit −−−=
Di mana:
R2 = Koefisien Determinasi
K = Banyaknya koefisien regresi
N = Jumlah observasi
4) Kriteria pengujian
Gambar 2. 9
Daerah Terima dan Daerah Tolak
Ho diterima apabila F hitung ≤ F table
Ho ditolak apabila F hitung ≥ F table
5) Kesimpulan
• Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti
secara bersama-sama semua variabel bebas tidak mampu
mempengaruhi variabel terikat secara signifikan.
Ho diterima
Ho ditolak
50
• Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti
secara bersama-sama semua variabel bebas mampu mempengaruhi
variabel terikat secara signifikan.
b. Uji t (Pengujian secara Individu)
Yaitu pengujian untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat, langkahnya: (Djarwanto, 1993:185)
1) Menentukan Hipotesis sebagai berikut:
Ho : = 0
Ha : ≠ 0
2) menentukan nilai α
3) Menentukan penghitungan nilai t
2α=tabelt ; df = N-K
dimana :
α = derajat signifikansi
N = jumlah sampel (observasi)
K = banyaknya parameter dalam model termasuk konstan
)( i
ihit Se
tββ
=
Di mana:
βi : Koefisien regresi
Se : Standar Error
51
4) Kriteria Pengujian
Gambar 2. 10
Daerah Terima dan Daerah Tolak
Ho diterima apabila –t α / 2 ≤ t ≤ t α / 2
Ho ditolak apabila t < -t α / 2 atau t > α / 2
5) Kesimpulan
• Jika t hitung < t table, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti
koefisien regresi variabel bebas tidak mempengaruhi variabel terikat
secara signifikan.
• Jika t hitung > t table, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti
koefisien regresi variabel bebas mempengaruhi variabel terikat secara
signifikan.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Pengujian koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar variasi dari variabel-variabel bebas, semakin besar R2 menunjukkan
estimasi akan semakin mendekati kenyataan yang sebenarnya. (Gujarati,
1995:160). Koefisien determinasi (R2) mendekati nol, berarti variabel
independen tidak menerangkan dengan baik variasi dari variabel dependennya.
Bila R2 mendekati satu, berarti variabel independen semakin berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Ho diterima Ho diterima
Ho diterima
52
Rumus: )()( 2
2
KNRIIR
−−=
Di mana:
R2 : Koefisien Determinasi
K : Banyaknya koefisien regresi
N : Jumlah observasi
0 ≤ R2 ≤ 1
4. Uji Asumsi Klasik
Dalam regresi linier klasik terdapat faktor pengganggu, model yang
baik mengharapkan faktor-faktor pengganggu tidak muncul dalam suatu
model. Untuk mengetahui ada tidaknya faktor pengganggu dalam suatu model,
maka digunakan pengujian asumsi klasik sebagai berikut:
a. Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas suatu keadaan di mana terdapat hubungan korelasi
yang sempurna di antara beberapa atau semua variabel bebas (independen)
yang terdapat dalam model regresi. (Gunawan Sumodiningratan, 1994:287).
Bila dalam model terdapat multikolinieritas, maka model tersebut memiliki
standar yang besar, sehungga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan
tinggi.
Untuk lebih mengetahui permasalahan multikolinearitas digunakan
auxiliary Regressions, yaitu regresi dari masing-masing variabel X bebas
dengan variabel bebas X sisanya, lalu membandingkan R2 (koefisien
determinasi) regresi awal dengan r2 parsial (koefisien korelasi antar variabel
53
independen). Jika r2 > R2 , maka tidak terdapat masalah multikolinieritas, dan
sebaliknya, jika r2 < R2 , maka model tersebut mengandung masalah
multikolinieritas. (Modul Lab Ekonometrika, 2006: 107).
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi regresi
yang mempunyai varian yang tidak sama sehingga penarikan OLS tidak
efisien baik dalam sample kecil maupun dalam sample besar (tetapi masih
tetap tidak bisa dan konstan). Penguji Heteroskedastisitas dilakukan untuk
melihat apakah kesalahan pengganggu mempunyai varian yang sama atau hal
ini dilambangkan dengan:
E(Ui2) = σ2
Di mana:
σ2 : Varian
i : 1, 2, 3,…n
σ2 apabila didapat varian yang sama maka asumsi heteroskedastisitas
(penyebarannya) diterima.
Salah satu cara untuk mendeteksi masalah heteroskedastisitas adalah
dengan menggunakan uji LM ARCH yaitu membandingkan nilai obs *R2
dengan X2 tabel dengan df (jumlah regresor) dan α =5%, jika obs *R2 < X2
maka tidak signifikan secara statistik. Berarti hipotesis yang menyatakan
bahwa model empirik tidak terdapat masalah heteroskedastisitas tidak ditolak.
(Modul Lab Ekonometrika, 2006: 106).
54
c. Uji Autokorelasi
Autokolerasi adalah suatu keadaan di mana kesalahan pengganggu
periode tertentu berkolerasi dengan kesalahan pengganggu periode lain
sehingga penaksiran tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun sampel
besar.
Ada tidaknya masalah autokolerasi dapat diketahui dengan:
1) Uji Durbin-Watson yang diperoleh dari hasil perhitungan analisis regresi
dengan angka Durbin-Watson. Angka Durbin-Watson diperoleh dari
rumus:
∑
−∑−= 2
112
i
ii
eee
d
2) membandingkan angka dengan Durbin-Watson dalam tabel α = 5%.
Angka dalam tabel menunjukan nilai distribusi antar batas bawah (dl)
dan batas atas (du).
3) Kriteria pengujiannya adalah:
55
Gambar 2. 11
Uji Autokorelasi
0 < d < dl = menunjukan autokorelasi positif atau menolak Ho
dl < d < du = tidak dapat disimpulkan
du < d < 4 < du = tidak terdapat autokorelasi atau menerima Ho
4-du < d < 4-dl = tidak dapat disimpulkan
4-dl < d < 4 = menunjukan autokorelasi negatif atau menolak Ho
Tidak ada autokorelasi
Autokorelasi positif
Ragu-ragu Ragu-ragu
Autokorelasi negatif
0 dl du 2 4-du 4-dl 4
56
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Aspek Geografis
a. Kondisi geografis
Kota Surakarta yang juga dikenal sebagai Kota Solo, merupakan sebuah
dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu dan
pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 m di atas permukaan air laut.
Dengan luas sekitar 44 Km2 , Kota surakarta terletak di antara 110 45’ 15” – 110
45’ 35” Bujur Timur dan 70’ 36” – 70’ 56” Lintang Selatan. Kota Surakarta
dibelah dan dialiri oleh 3 (tiga) buah sungai besar yaitu sungai Bengawan solo,
Kali Jenes dan Kali Pepe. Sungai Bengawan Solo pada jaman dahulu sangat
terkenal akan keelokan panoramanya serta sebagai lalulintas perdagangan.
Kemudian batas-batas wilayah Kota surakarta adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali.
Sebelah timur : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.
Sebelah barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.
Sebelah selatan : Kabupaten Sukoharjo.
b. Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administratif
Luas wilayah Kota Surakarta mencapai 44.040.593 Ha yang secara
administratif terdiri dari lima kecamatan yaitu kecamatan Laweyan, Serengan,
57
Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Kelima kecamatan tersebut terbagi atas 51
kelurahan. Jumlah RW tercatat sebanyak 592 dan jumlah RT sebanyak 2.644.
Dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebesar 127.742 KK, maka jumlah KK
setiap RT rata-rata sebesar 48 KK. Berikut adalah peta Kota Surakarta yang
terbagi menjadi lima kecamatan.
Gambar 4.1
Peta Kota Surakarta
58
Tabel 4.1
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat
Kepadatan Tiap kecamatan di Kota surakarta Tahun 2007
Jumlah Penduduk Kecamatan Luas Wilayah
(km2)Laki-laki
Perempuan Jumlah Rasio Jenis
Kelamin
Tingkat Kepadatan
Laweyan 8,63 53.902 55.545 109.447 97,04 12.667 Serengan 3,19 31.169 32.260 63.429 96,62 19.884
Pasar Kliwon 4,82 42.896 44.612 87.508 96,15 18.155 Jebres 12,58 70.659 72.630 143.289 97,29 11.390
Banjarsari 14,81 79.809 81.438. 161.247 98,00 10.888
JUMLAH
44,04
278.435
286.485
564.920
Sumber: Surakarta Dalam Angka 2007
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa wilayah kecamatan terluas
adalah kecamatan Banjarsari yaitu seluas 14,81 km2 demikian juga jumlah
penduduk terbanyak yaitu sebesar 161.247 jiwa berada di kecamatan Banjarsari.
c. Keadaan Iklim
Suhu udara maksimum Kota Surakarta adalah 32,5 derajat Celsius,
sdang suhu udara minimum adalah 21,9 derajat Celsius. Rata-rata tekanan udara
adalah 1010,9 MBS dengan kelambaban udara 75%. Kecepatan angin 4 Knot
dengan arah angin 240 derajat. Solo beriklim triopis, sedang musim penghujan
dan kemarau bergantian sepanjang 6 bulan tiap tahunnya. Kelembaban udara
berkisar antara 69% sampai dengan 86%. Hari hujan terbanyak jatuh pada bulan
desember dengan jumlah hari hujan sebanyak 27. sedangkan curah hujan
terbanyak sebesar 1.025,8 mm juga jatuh pada bulan Desember. Sementara itu
59
rata-rata curah hujan saat hujan terbesar yang jatuh pada bulan Desember sebesar
37,59% per hari hujan.
d. Topografi
Keadaan tanah di wilayah Kota Surakarta sebagian besar terdiri atas
tanah liat berpasir termasuk Regosol Kelabu dan Alluvial. Di bagian utara Kota
Surakarta terdapat tanah liat Grumosol, sedangkan jenis tanah Litosol Mediteran
terdapat di wilayah timur laut.
e. Sumber Daya Alam
Kota surakarta berada di antara pertemuan tiga sungai besar yaitu sungai
Bengawan Solo, Kali Jenes, dan Kali Pepe. Kebutuhan air minum masyarakat
Kota Surakarta cukup terpenuhi, hanya terdapat beberapa daerah yang airnya
kurang lancar. Tapi masalah tersebut sudah dapat terpecahkan dengan pasokan
dari PDAM Kota Surakarta.
Kota Surakarta merupakan salah satu daerah perkotaan sehingga sumber
daya alam yang dimiliki pun relatif terbatas. Seperti karakteristik perkotaan pada
umumnya, kontribusi sektor pertanian semakin lama semakin berkurang, sehingga
konsumsi masyarakat Kota Surakarta terhadap produksi hasil.
2. Aspek Demografi
Penduduk adalah salah satu unsur penting dalam terbentuknya suatu
negara. Salah satu modal dasar pembangunan nasional adalah jumlah besar
60
penduduk sebagai sumber daya manusia yang potensial dan produktif bagi
terwujudnya pembangunan.
Besarnya jumlah penduduk Kota Surakarta setiap tahunnya selalu
berubah-ubah. Hal ini disebabkan karena adanya kelahiran, kematian, dan
perpindahan penduduk ke luar Kota Surakarta. Berdasarkan data yang ada, maka
perkembangan penduduk Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin
Tahun 1990 – 2007
Jenis Kelamin Tahun Laki-laki Perempuan
Jumlah Rasio Jenis Kelamin
1990 242.071 261.756 503.827 92,48 1995 249.084 267.510 516.594 93,11 2000 238.158 252.056 490.214 94,49 2003 242.591 254.643 497.234 95,27 2004 249.278 261.433 510.711 95,35 2005 250.868 283.672 534.540 88,44 2006 254.259 258.639 512.898 98,31 2007 246.132 269.240 515.372 91,42
Sumber: Surakatra Dalam Angka 2007
Tabel di atas menunjukan bahwa jumlah penduduk Kota Surakarta tidak
selalu mengalami kenaikan pada setiap tahunnya. Misalnya saja pada tahun 2006
jumlah penduduk justru mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Yaitu
sebesar 534.540 jiwa pada tahun 2005 menjadi 512.898 pada tahun 2006. Hal
semacam ini disebabkan oleh banyak hal, di antaranya kematian dan perpindahan
penduduk ke luar kota. Sedangkan kenaikan jumlah penduduk biasanya
disebabkan oleh kelahiran dan migrasi penduduk ke dalam Kota Surakarta.
61
Selanjutnya jumlah penduduk menurut dewasa dan, anak-anak, dan jenis
kelamin di tiap kecamatan akan tersaji dalam tabel berikut:
3. Aspek Sosial Ekonomi
a. Keadaan Pendidikan
Komposisi berdasarkan tingkat pendidikan yang sedang dan telah
ditempuh, yang dimaksudkan dalam hal ini adalah pendidikan formal.
Tabel 4.3
Banyaknya Penduduk Usia 5 Tahun Ke atas
Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2007
Kecamatan TamatPT
TamatSMA
TamatSMP
TamatSD
Tidak Tamat
SD
Belum Tamat
SD
Tidak Sekolah
Jumlah
Laweyan 8.561 23.253 18.905 19.428 7.635 13.194 4.040 95.016 Serengan 4.882 12.288 12.553 15.133 3.018 4.982 1.242 54.098 Pasar Kliwon
6.816 18.936 18.094 15.302 6.493 10.454 1.666 77.761
Jebres 0 Banjarsari 9.831 28.887 28.278 27.166 10.872 20.569 5.520 131.123
JUMLAH 30.090 83.364 77.830 77.029 28.018 49.199 12.468 357.998
Sumber: Surakarta Dalam Angka 2007
Berdasarkan statistik di atas, selain kecamatan Jebres yang tidak
tercantum dalam tabel, dapat diketahui bahwa penduduk Kota Surakarta masih
banyak yang hanya tamat SMA yaitu sebesar 83.364 orang. Namun jumlah
penduduk yang tidak sekolah merupakan jumlah terkecil. Jadi dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar penduduk Kota Surakarta sudah berpendidikan.
62
b. Bidang Kesehatan
Dalam bidang kesehatan, Kota Surakarta mempunyai 3 rumah sakit
pemerintah, 9 rumah sakit swasta, 35 balai pengobatan, 17 rumah bersalin, 20
puskesmas, 26 puskesmas pembantu, 22 toko obat, 7 laboratorium dan 124
apotek. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan terdiri dari 250 dokter umum, 295
dokter spesialis, 57 dokter gigi, 11 dokter gigi spesialis, 154 apoteker, 125 asisten
apoteker, 1.971 perawat umum, 31 perawat gigi, 276 bidan, 65 ahli gizi, 45
penyuluh kesehatan lingkungan. Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa Kota Surakarta sudah mempunyai unit pelayanan kesehatan yang cukup
baik.
c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu
daerah. Perhitungan PDRB yang dilakukan dengan harga berlaku menggambarkan
nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun.
Perkembangan PDRB Kota Surakarta tahun 2006-2007 atas dasar harga
berlaku dapat dilihat pada tabel PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga
berlaku yang diambil dari Surakarta Dalam Angka 2007 di bawah ini.
63
Tabel 4.4
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku Kota Surakarta
Lapangan Usaha Tahun 2006
Tahun 2007
Pertanian 3.760,34 4.259,39 Penggalian 2.304,36 2.525,78 Industri Pengolahan 1.554.314,71 1.681.790,25Listrik, Gas dan Air bersih 166.228,03 186.120,50 Bangunan 809.243,40 924.664,68 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.507.159,41 1.711.786,61Angkutan dan Komunikasi 729.036,31 802.106,24 Keuangan, sewa dan Jasa Perusahaan 697.231,13 763.887,99 Jasa-jasa 720.834,86 831.953,32 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 6.190.112,55 6.909.094,57
Sumber: Surakarta Dalam Angka 2007
PDRB Kota Surakarta mengalami kenaikan dari tahun 2006 sebesar
6.190.112,55 menjadi 6.909.094,57 pada tahun 2007. Perkembangan tesebut juga
selalu terjadi pada setiap tahunnya. Lapangan usaha yang mempunyai kontribusi
terbesar dalam PDRB Kota Surakarta berasal dari sektor industri, hal ini
disebabkan karena Surakarta tergolong sebagai daerah perkotaan yang sebagian
besar perekonomiannya didominasi oleh sektor industri.
B. Gambaran Umum PDAM
1. Sekilas Tentang Perusahaan Daerah Air Minum
Air Minum Surakarta dibangun tahun 1929 oleh Paku Buwono X pada
saat thedakan pada tahun 1925. Pelaksanaan pembangunan diserahkan pada NV
Hoogdruk Water Leiding Hoofplaats Surakarta en Omstreken. Pada jaman
pendudukan Jepang, berubah nama menjadi Solo Suido Syo dan diambil alih oleh
Pemerintah Republik Indonesia setelah Proklamasi 17 Agutus 1945. Pada tanggal
64
9 April 1960 pengelolaan dialihkan kepada Dinas Penghasilan Daerah Kotamadya
Dati II Surakarta.
Untuk dapat memenuhi pertumbuhan dan perkembangan perusahaan,
maka berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 1977 tanggal 21 Mei 1977,
status dari Seksi Air Minum pada Dinas Pendapatan Daerah ditingkatkan menjadi
Perusahaan Daerah Air Minum Kotamadya Dati II Surakarta. Dan Berdasarkan
Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Dati II Surakarta Nomor 002 Tahun
1998 tanggal 26 Juni 1998 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan
Daerah Air Minum Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta yang menugasi
perusahaan ini untuk mengelola AIR BERSIH dan AIR LIMBAH. Pada tanggal
16 Januari 2004 telah ditetapkan Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 1 Tahun
2004 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1977 tersebut di
atas.
2. Visi dan Misi PDAM
Visi:
Mewujudkan salah satu PDAM terbaik dibidang pelayanan air minum dan
air limbah melalui pengelolaan yang berwawasan lingkungan
Misi:
• Memberikan layanan air minum dan air limbah kepada masyarakat secara
berkesinambungan dengan mengutamakan kepuasan pelanggan.
• Meningkatkan kontribusi perusahaan pada Pendapatan Asli Daerah (PAD).
• Meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia.
65
• Melestarikan sumber air.
Motto:
”Bersama Kami Memulihkan Alam” adalah perwujudan dan keinginan
PDAM kota Surakarta untuk mengelola dan melestarikan alam secara baik
dan benar. Sedangkan “Taqwa Ilmu Karya dan Pengabdian” merupakan
pedoman dalam peningkatan SDM sesuai dengan tujuan perusahaan dalam
aspek organisasi yang kaya fungsi dan mampu melayani perubahan sifat
masyarakat
3. Kebijakan dan Strategi Pembangunan PDAM Surakarta Sampai dengan Tahun
2015
Sesuai dengan Millenium Development Goals (MDG) bahwa Indonesia
diharapkan pada tahun 2015 cakupan layanan air minum di perkotaan dapat
ditingkatkan menjadi 80%, untuk itu Kebijaksanaan dan Strategi Pengembangan
PDAM Surakarta 2004-2015 adalah melayani 80% dengan jumlah pelanggan
80.298 SR, tingkat kehilangan air 24% dan total kapasitas produksi 1,480 l/det.
Berdasarkan Analisa Kebutuhan sampai tahun 2015, pada tahun 2010 PDAM
Surakarta akan menagalami kekurangan kapasitas produksi sebesar 460 l/det, dan
tahun 2015 mengalami kekurangan 635 l/det.
66
4. Rencana Sistem Pelayanan Jangka Panjang s/d Tahun 2015 Berdasarkan
Sumber Air Baku
Kawasan Utara Akan dilayani 13 sumur dalam, 2 buah sumur dalam
baru, existing dan 100 l/det dari sumber air baku mata air gunung Lawu. Kawasan
Tengah Akan dilayani 10 bh sumur dalam existing, 1 bh sumur dalam baru, mata
air ingas Cokrotulung 387l/det, IPA Bengawan Solo 100 l/det. Kawasan Selatan
Akan dilayani dengan sebuah sumur dalam dan sumber air baku IPA Dam Colo-
Waduk Mulur sebesar 400 l/det.
C. Analisis Data dan Pembahasan
1. Deskripsi Data
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran
terhadap data-data penelitian yang nantinya akan digunakan sebagai bahan
analisis data statistik. Analisis deskriptif ini mengemukakan data-data yang
dikumpulkan dari hasil pengumpulan data terhadap 100 responden. Sedangkan
yang dimaksud responden adalah pelanggan air minum PDAM di wilayah
Kota Surakarta yang terpilih sebagai sampel penelitian. Mengingat permintaan
air minum dalam penelitian ini dibatasi untuk kelompok pelanggan rumah
tangga 2 (R2) maka responden yang diteliti dibatasi untuk konsumen yang
bertanggung jawab atas pembayaran rekening air minum setiap bulannya.
Pada bagian ini akan diuraikan deskripsi data mengenai konsumsi air minum
PDAM oleh rumah tangga 2 (R2) dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
67
Untuk menentukan distribusi dalam mendiskripsikan data dalam
penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan kelas-kelasnya
b. Menseleksi frekuansinya ke dalam kelas-kelas yang bersangkutan.
c. Menjumlah semua frekuensi dari kelas-kelas.
a. Deskripsi Data Umur Pelanggan
Jumlah kelas data umur pelanggan
k= 1 + 3,322 log n
k= 1 + 3,322 log 100
k= 1 + 3,322(2)
k= 1 + 6,644
k= 7,644 = 8 (dibulatkan)
Range
R= Xn – X1
R = 71 – 28
R= 43
Interval kelas =644,743=
kRange
= 5,625
= 6 (dibulatkan)
Dari penghitungan di atas, maka diperoleh hasil seperti table di bawah ini:
68
Tabel 4. 5
Deskripsi Data Umur Pelanggan
No Umur Frekuensi Persen 1 25 - 30 tahun 1 1% 2 31 - 36 tahun 6 6% 3 37 - 42 tahun 13 13% 4 43 - 48 tahun 26 26% 5 49 - 54 tahun 23 23% 6 55 - 60 tahun 22 22% 7 61 - 66 tahun 6 6% 8 67 - 72 tahun 2 2%
Jumlah 100 100% Sumber : data mentah diolah
Dilihat dari umur pelanggan, maka populasi tersampling dalam
penelitian ini memiliki rentang dari 28 tahun sampai dengan 71 tahun.
Frekuensinya adalah sebanyak 1% berusia 25 hingga 30 tahun, sebanyak 6%
berusia 31 hingga 36 tahun. Sebanyak 13% , berusia 37 hingga 42 tahun.
Sebanyak 26% , berusia 43 hingga 48 tahun. Sebanyak 23% , berusia 49
hingga 54 tahun. Sebanyak 22% berusia 55 tahun hingga 60. Sebanyak 6%
berusia 61 hingga 66 tahun, dan sebanyak 2% yang berusia 67 hingga 72
tahun.
b. Deskripsi Data Pendidikan Formal Pelanggan
Berdasarkan hasil pengumpulan data diperoleh data penelitian
mengenai tingkat pendidikan responden seperti tabel di bawah ini:
69
Tabel 4. 6
Deskripsi Data Pendidikan Formal Pelanggan
No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persen 1 Tidak tamat SD 1 1% 2 Tamat SD 5 5% 3 Tamat SMP 10 10% 4 Tidak tamat SMA 1 1% 5 Tamat SMA 45 45% 6 Tamat akademi (D3) 8 8% 7 Tidak tamat S1 1 1% 8 Tamat S1 28 28% 9 Tamat S2 1 1%
Jumlah 100 100% Sumber : data mentah diolah
Dari tabel di atas apabila diurutkan, 1% responden tidak tamat SD,
5% tamat SD, 8% tamat SMP, 1% tidak tamat SMA, 45% tamat SMA, 8%
tamat akademik (D3), 1% tidak tamat S1, 28% tamat S1, dan 1% tamat S2.
Pendidikan formal pelanggan yang paling banyak adalah tamat SMA sebanyak
46%.
c. Deskripsi Data Pekerjaan
Dari tabel 4.6 di bawah ini dapat dilihat bahwa profesi sebagai
wiraswata menempati porsi paling tinggi sebanyak 47%, kemudian karyawan
swasta sebanyak 21%. Selanjutnya, PNS sebanyak 16%. Setelah itu pedagang
sebanyak 7%, dan guru sebanyak 5%, serta pensiunan dan pers masing-masing
1%.
70
Tabel 4. 7
Deskripsi Data Pekerjaan
No Mata Pencaharian Frekuensi Persen 1 Wiraswasta 47 47% 2 PNS 16 16% 3 Guru 5 5% 4 Pensiunan 1 1% 5 Karyawan swasta 21 21% 6 Pedagang 7 7% 7 Pers 1 1%
Jumlah 100 100% Sumber : data mentah diolah
d. Deskripsi Data Lama Berlangganan
Jumlah kelas data lama berlangganan:
k= 1 + 3,322 log n
k= 1 + 3,322 log 100
k= 1 + 3,322(2)
k= 1 + 6,644
k= 7,644 = 8 (dibulatkan)
Range
R= Xn – X1
R = 30 – 2
R= 28
Interval kelas = 644,728=
kRange
= 3,672
= 4 (dibulatkan)
71
Dari penghitungan di atas, maka diperoleh hasil seperti table di
bawah ini :
Tabel 4. 8
Deskripsi Data Lama Berlangganan
No Lama Langganan Frekuensi Persen 1 1 – 4 tahun 5 5% 2 5 – 8 tahun 19 19% 3 9 – 12 tahun 23 23% 4 13 – 16 tahun 22 22% 5 17 – 20 tahun 15 15% 6 21 – 24 tahun 3 3% 7 25 – 28 tahun 8 8 8 29 – 32 tahun 3 3
Jumlah 100 100% Sumber : data mentah diolah
Hasil survei menunjukan bahwa proporsi terbesar adalah pelanggan
yang sudah berlangganan selama 1 samapai 4 tahun sebanyak 5%. Sedangakn
mereka yang sudah berlangganan selama 5 tahun sampai 8 tahun yaitu
sebanyak 19%. Lalu, selama 9 tahun sampai 12 tahun yaitu sebanyak 23%.
Selanjutnya, mereka yang berlangganan selama 13 tahun sampai 16 tahun
yaitu sebanyak 22%. Kemudian, mereka yang berlangganan selama 17 tahun
sampai 20 tahun yaitu sebanyak 15%. Pelanggan yang berlangganan selama
21 tahun sampai 24 tahun sebanyak 3%. Pelanggan yang berlangganan selama
25 tahun sampai 28 tahun sebanyak 8% dan pelanggan yang berlangganan
selama 29 tahun sampai 32 tahun sebanyak 3%.
72
e. Deskripsi Data Pemakaian Air Minum PDAM oleh Konsumen Rumah
Tangga 2 (R2)
Konsumsi air minum dalam penelitian ini adalah banyaknya air
minum yang dikonsumsi oleh konsumen rumah tangga 2 berdasarkan
perkiraan pemakaian air dalam setiap bulan yang diukur dalam satuan m3.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa konsumsi air minum
dari setiap konsumen akan tergantung dari jumlah pemanfaatan setiap
bulannya. Tingkat konsumsi air minum PDAM dari setiap pelanggan rumah
tangga 2 cukup bervariasi. Berdasarkan hasil jawaban kuesioner diketahui
bahwa jumlah konsumsi air minum per bulan dari keseluruhan responden
berkisar antara 9m3 sampai dengan 72 m3 .
Jumlah kelas pemakaian air minum PDAM:
k= 1 + 3,322 log n
k= 1 + 3,322 log 100
k= 1 + 3,322(2)
k= 1 + 6,644
k= 7,644 = 8 (dibulatkan)
Range
R= Xn – X1
R = 72 – 9
R= 63
Interval kelas = 644,763=
kRange
= 8,24 = 9 (dibulatkan)
73
Dari penghitungan di atas, untuk mengetahui tingkat konsumsi air
minum per bulan dari seluruh responden disajikan seperti tabel di bawah ini.
Tabel 4. 9
Deskripsi Data Pemakaian Air Minum PDAM oleh Konsumen Rumah
Tangga 2 (R2)
No Tingkat Permintaan air PDAM (m3)
Frekuensi Persen
1 9 – 17 15 15%2 18 – 26 52 52%3 27 – 35 17 17%4 36 – 44 2 2%5 45 – 53 9 9%6 54 – 62 1 1%7 63 – 71 3 3%8 72 - 80 1 1%
Jumlah 100 100% Sumber : data mentah diolah
Pada tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar (52%) jumlah
konsumsi air minum dalam satu bulan berkisar 18 m3 sampai dengan 26 m3.
Selanjutnya, jumlah konsumsi air berkisar 9 m3 sampai dengan 17 m3
sebanyak 15 %. Jumlah konsumsi air berkisar 27 m3 sampai dengan 35 m3
sebanyak 17 %, jumlah konsumsi air berkisar 36 m3 sampai dengan 44 m3
sebanyak 2 %. jumlah konsumsi air berkisar 45 m3 sampai dengan 53 m3
sebanyak 9 %. jumlah konsumsi air berkisar 54 m3 sampai dengan 62 m3
sebanyak 1 %. jumlah konsumsi air berkisar 63 m3 sampai dengan 71 m3
sebanyak 3 %., dan jumlah konsumsi air berkisar 72 m3 sampai dengan 80 m3
sebanyak 1 %.
74
f. Deskripsi Data Pendapatan Pelanggan
Dalam masyarakat terdapat kelas-kelas tertentu berdasarkan status ,
misalnya status sosial ekonominya yang dapat digunakan sebagai petunjuk
untuk mengetahui tingkat pendapatan seseorang. Demikianhalnya permintaan
air minum bagi pelanggan yang berpendapatan tinggi berbeda dengan yang
berpendapatan rendah. Pada umumnya semakin tinggi tingkat pendapatan
maka pengeluaran mereka juga akan semakin besar termasuk dalam
mengkonsumsi air minum.
Pendapatan dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh pendapatan
yang diterima oleh pelanggan yang bertanggung jawab akan pembayaran
rekening air minum dalam satu bulan, yang diukur dalam satuan rupiah. Dari
hasil jawaban kusioner diperoleh informasi mengenai pendapatan responden,
di mana pendapatan terendah yaitu sebanyak Rp. 400.000,00. Sedangkan
pendapatan tertinggi sebanyak Rp. 4.000.000,00.
Jumlah kelas pendapatan pelanggan:
k= 1 + 3,322 log n
k= 1 + 3,322 log 100
k= 1 + 3,322(2)
k= 1 + 6,644
k= 7,644 = 8 (dibulatkan)
Range
R= Xn – X1
R = 4000000 – 400000
75
R= 3600000
Interval kelas = 644,7
3600000=k
Range
= 470.957,61
= 470.9572 (dibulatkan)
= 500.000 (dibulatkan)
Dari penghitungan di atas, untuk mengetahui deskripsi tingkat
pendapatan responden dapat dilihat seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. 10
Deskripsi Data Pendapatan Pelanggan
No Tingkat pendapatan (Rp.) Frekuensi Persen 1 400.000 – 800.000 12 12% 2 900.000 – 1.300.000 12 12%3 1.400.000 – 1.800.000 14 14% 4 1.900.000 – 2.300.000 11 11% 5 2.400.000 – 2.800.000 20 20% 6 2.900.000 – 3.300.000 18 18% 7 3.400.000 – 3.800.000 7 7% 8 3.900.000 – 4.300.000 6 6%
Jumlah 100 100% Sumber : data mentah diolah
Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden
berpendapatan Rp. 2.400.000,00 sampai Rp. 2.800.000,00 , yaitu sebanyak
20%. Kemudian responden yang berpendapatan Rp. 400.000,00 sampai
Rp.800.000 sebanyak 12%. Responden yang berpendapatan Rp. 900.000,00
sampai Rp.1.300.000 sebanyak 12%. Lalu, Responden yang berpendapatan
Rp. 1.400.000,00 sampai Rp.1.800.000 sebanyak 14%. Responden yang
berpendapatan Rp. 1.900.000,00 sampai Rp.2.300.000 sebanyak 11%.
76
Responden yang berpendapatan Rp. 2.900.000,00 sampai Rp.3.300.000
sebanyak 18%. Responden yang berpendapatan Rp. 3.400.000,00 sampai
Rp.3.800.000 sebanyak 7%, dan responden yang berpendapatan Rp.
3.900.000,00 sampai Rp.4.300.000 sebanyak 14%.
g. Deskripsi Data Jumlah Anggota Keluarga Pelanggan
Jumlah tanggunag keluarga dalam penelitian ini adalah jumlah orang
dalam keluarga yang telah mengkonsumsi air minum PDAM, yang diukur
dalam satuan orang. Deskripsi mengenai jumlah tanggunag keluarga dalam
penelitian ini disajikan seperti pada tabel berikut.
Tabel 4. 11
Deskripsi Data Jumlah Anggota Keluarga Pelanggan
No Jumlah anggota keluarga Frekuensi Persen 1 1 0 -2 2 1 1%3 3 17 17%4 4 42 42%5 5 26 26%6 6 9 9%7 7 2 2%8 8 3 3%
Jumlah 100 100% Sumber : data mentah diolah
Tabel di atas menunjukan bahwa dari keseluruhan responden
mayoritas (100%) memiliki jumlah anggota keluarga antara 1 sampai kurang
dari 10 orang, dengan jumlah anggota keluarga terbanyak 4 orang yaitu
sebesar 42%.
77
h. Deskripsi Data Tarif Air Minum PDAM Surakarta
Tabel 4. 12
Data Tarif Air Minum PDAM Surakarta pada
Kelompok Rumah Tangga
Tarif Air ( Rp/m3 ) Pemakaian Air ( m3 )
Pelanggan
0-10 11-20 21-30 > 30 Rumah Tangga 1 1350 1800 2400 3000 Rumah Tangga 2 1650 2400 3000 3300 Rumah Tangga 3 2450 3000 3600 4200 Rumah Tangga 4 2900 3600 4200 4500
Sumber : data mentah diolah
Tarif air minum PDAM merupakan harga dari air yang
mencerminkan harga satuan barang, yang telah ditetapkan sesuai dengan
peraturan yang berlaku dan wajib dibayar oleh pelanggan yang menikmati
fasilitas PDAM, sesuai dengan kriteria pemakaian airnya dan dinyatakan
dalam bentuk Rupiah.
Dalam penelitian ini, tarif yang dikenakan adalah tarif tertinggi
dalam pemakaian total air minum untuk kelompok pelanggan rumah tangga 2
selama satu bulan.
Deskripsi mengenai tarif air minum untuk pelanggan rumah tangga 2
(R2) dalam penelitian ini disajikan seperti pada tabel berikut:
78
Tabel 4. 13
Deskripsi Data Tarif Air Minum PDAM Surakarta
Pemakaian Air ( m3 ) Tarif Air ( Rp/m3 ) Frekuensi Persen 0-10 1650 13 13% 11-20 2400 27 27% 21-30 3000 37 37% > 30 3300 23 23%
Jumlah 100 100% Sumber : data mentah diolah
Dari tabel di atas dapat terlihat sebagian besar pelanggan rumah
tangga 2 menkonsumsi air antara 21 m3 sampai 30 m3 dengan tarif
Rp.3.000,00/m3; yaitu sebanyak 37%, berikutnya pelanggan yang
mengkonsumsi air antara 11 m3 sampai 20 m3 dengan tarif Rp. 2.400,00/ m3;
yaitu sebanyak 27%. Setelah itu, pelanggan yang mengkonsumsi air lebih dari
30 m3 dengan tarif Rp. 3.300,00/ m3; yaitu sebanyak 23%. Dan yang paling
sedikit adalah pelanggan yang mengkonsumsi air 10 m3 ke bawah dengan tarif
Rp. 1.650,00/ m3; yaitu sebanyak 13%.
D. Hasil Estimasi Data
1. MacKinnon, White and Daviysin Test (MWD Test):
Analisis statistik dalam penelitian ini menggunakan analisis regrasi
linier berganda double logaritma, dimaksudkan untuk menguji kebenaran
hipotesis. Adapun penggunaan teknik analisis regresi dalam penelitian ini
bertujuan untuk menguji pengaruh jumlah anggota keluarga, pendapatan
pelanggan, dan tarif terhadap jumlah permintaan air minum PDAM oleh
konsumen rumah tangga 2. Sehubungan dengan pengujian hipotesis, berikut
79
ini dikemukakan hasil dari MacKinnon, White and Daviysin Test (MWD
Test):
Tabel 4. 14 Penjelas Z1
Dependent Variable: KA Method: Least Squares Date: 04/27/09 Time: 14:26 Sample: 1 100 Included observations: 99 Excluded observations: 1
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -14.81353 4.980278 -2.974438 0.0037
JAK 6.336851 1.051775 6.024911 0.0000PP 8.57E-06 1.25E-06 6.845616 0.0000TA -2.60E-05 2.68E-05 -0.967976 0.3355Z1 -8.774419 8.193229 -1.070935 0.2869
R-squared 0.535427 Mean dependent var 25.50505Adjusted R-squared 0.515658 S.D. dependent var 15.63837S.E. of regression 10.88347 Akaike info criterion 7.661552Sum squared resid 11134.29 Schwarz criterion 7.792619Log likelihood -374.2468 F-statistic 27.08413Durbin-Watson stat 1.562196 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Hasil Print Out Komputer Program Eviews 4.1
Tabel 4. 15 Penjelas Z2
Dependent Variable: LKA Method: Least Squares Date: 04/27/09 Time: 14:27 Sample: 1 100 Included observations: 100
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1.497118 1.248735 -1.198908 0.2335
LJAK 0.462800 0.153293 3.019065 0.0033LPP 0.225135 0.080361 2.801536 0.0062LTA 0.055247 0.061633 0.896390 0.3723Z2 -0.059534 0.019919 -2.988834 0.0036
R-squared 0.553283 Mean dependent var 3.071890Adjusted R-squared 0.534474 S.D. dependent var 0.555355S.E. of regression 0.378916 Akaike info criterion 0.945702Sum squared resid 13.63984 Schwarz criterion 1.075960Log likelihood -42.28508 F-statistic 29.41570Durbin-Watson stat 1.654277 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Hasil Print Out Komputer Program Eviews 4.1
80
Dari perhitungan Uji MWD diketahui Z1 tidak signifikan, sedangkan
Z2 signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa model yang tepat adalah model
regresi linier berganda. Model Regresi dapat dirumuskan sebagai berikut :
KA = β0 + β1 JAK + β2 PP + β3 TA + µi............(4.1)
Di mana:
KA : Jumlah Konsumsi Air Minum PDAM R2 (m3/ bulan)
JAK : Jumlah Anggota Keluarga Pelanggan R2 (jiwa)
PP : Pendapatan Pelanggan per bulan (Rupiah)
TA : Tarif Air Minum PDAM Kelompok R2 (Rupiah)
β0 : Konstan
β1 ,β2 ,β3 : Koefisien Regresi
µi : Variabel Pengganggu
Hasil analisis regresi tersebut disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4. 16 Hasil Regresi
Dependent Variable: KA Method: Least Squares Date: 04/27/09 Time: 14:22 Sample: 1 100 Included observations: 100
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -10.63243 4.168960 -2.550378 0.0123
JAK 5.445823 0.854316 6.374483 0.0000PP 7.68E-06 1.06E-06 7.268749 0.0000TA -1.17E-05 2.39E-05 -0.487503 0.6270
R-squared 0.526784 Mean dependent var 25.34000Adjusted R-squared 0.511996 S.D. dependent var 15.64649S.E. of regression 10.93021 Akaike info criterion 7.660116Sum squared resid 11469.07 Schwarz criterion 7.764323Log likelihood -379.0058 F-statistic 35.62240Durbin-Watson stat 1.581919 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Hasil Print Out Komputer Program Eviews 4.1
81
Hasil analisis regresi yang disajikan dalam table di atas dapat
diperoleh persamaan sebagai berikut:
KA = -10.63243 + 5.445823JAK + 7.68E-06PP + -1.17E-05TA + µi
……..…………………………………(4.3)
Dengan menggunakan model regresi linier berganda, maka besarnya
nilai elastisitas di atas dapat diketahui dengan melihat nilai koefisiennya.
Setelah diketahui hasil analisis regresi, kemudian dilanjutkan dengan
pengujian selanjutnya. Adapun tahap-tahap pengujiannya adalah sebagai
berikut:
2. Uji Statistik
d. Uji F
Uji F adalah uji untuk mengetahui besarnya pengaruh yang terjadi
pada variabel-variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Nilai F hitung dari model regresi OLS adalah sebesar 35.62240
dengan probabilitas signifikasi sebesar 0.000000 yang berarti signifikan pada
taraf signifikasi 5%. Hal ini berarti bahwa variabel jumlah anggota keluarga,
pendapatan pelanggan, dan tarif air mampu mempengaruhi variabel jumlah
konsumsi air minum rumah tangga 2 di Kota Surakarta.
e. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
secara individu terhadap variabel dependen, dengan asumsi variabel
82
Ho diterima Ho diterima
Ho diterima
independen lainnya konstan. Selanjutnya uji t hitung dibandingkan dengan uji
t tabel atau cara lain dengan melihat probabilitasnya.
-1,980 1,980
Gambar 4. 2
Daerah Terima dan Daerah Tolak
Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat secara lengkap sebagai
berikut:
Tabel 4. 17
Uji t
Variabel
t-statistik /
t-hitung
t-tabel
Probabilitas / Tingkat
signifikan
Kesimpulan
JAK 6,374483 1,980 0.0000 Signifikan
PP 7,268749 1,980 0.0000 Signifikan
TA -0,487503 1,980 0,6270 Tidak Signifikan
1) Jumlah Anggota Keluarga (JAK)
Pengujian menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5 %, diperoleh
t-hitung sebesar 6,374483, t-hitung yang diperoleh lebih besar dibandingkan
dengan t-tabel (1,980). Ini berarti t-hitung terletak pada daerah tolak, maka Ho
ditolak dan Ha diterima yang berarti dapat disimpulkan bahwa jumlah anggota
83
keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan air minum
PDAM rumah tangga 2 di Kota Surakarta.
Selain dilihat dari t-nya, uji t juga dapat dilihat dari probabilitasnya
sebesar 0.0000 yang lebih kecil dari 0,05, ini berarti koefisien regresi dari
modal signifikan pada tingkat 5%.
2) Pendapatan Pelanggan (PP)
Pengujian menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5 %, diperoleh
t-hitung sebesar 7,268749, t-hitung yang diperoleh lebih besar dibandingkan
dengan t-tabel (1,980). Ini berarti t-hitung terletak pada daerah tolak, maka Ho
ditolak dan Ha diterima yang berarti dapat disimpulkan bahwa pendapatan
pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan air minum
PDAM rumah tangga 2 di Kota Surakarta.
Selain dilihat dari t-nya, uji t juga dapat dilihat dari probabilitasnya
sebesar 0.0000 yang lebih kecil dari 0,05, ini berarti koefisien regresi dari
modal signifikan pada tingkat 5%.
3) Tarif Air (TA)
Pengujian menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5 %, diperoleh
t-hitung sebesar -0,487503, t-hitung yang diperoleh lebih kecil dibandingkan
dengan t-tabel (1,980) dan lebih besar dari -1,980. Ini berarti t-hitung terletak
pada daerah tolak, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti dapat
disimpulkan bahwa tarif air berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
permintaan air minum PDAM rumah tangga 2 di Kota Surakarta.
84
Selain dilihat dari t-nya, uji t juga dapat dilihat dari probabilitasnya
sebesar 0,6270 yang lebih besar dari 0,05, ini berarti koefisien regresi dari tarif
air tidak signifikan pada tingkat 5%.
f. Uji Koefisien Determinasi Berganda (R2)
Koefisien determinasi adalah untuk mengetahui berapa % variasi
variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Nilai R2 terletak
antara 1 dan 0. Jika nilai R2=1 berarti garis regresi tersebut menjelaskan 100%
variasi atau proporsi dalam variabel dependen dan sebaliknya jika nilai R2=0,
berarti model tersebut sama sekali tidak menjelaskan variasi dalam variabel
dependen. Dari pernyataan itu maka dapat diartikan bahwa suatu model dapat
dikatakan lebih baik apabila nilai koefisien determinasinya makin dekat
dengan 1.
Dari hasil estimasi diatas diketahui nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,526784.Ini berarti 52,6784% variasi variabel dependen (permintaan
air minum) dapat dijelaskan oleh variabel independennya (jumlah anggota
keluarga, pendapatan pelanggan, dan tarif air), sedangkan sisanya (1-R2) yaitu
47,3216 % dijelaskan variabel lain di luar model.
3. Uji Asumsi Klasik
Dalam uji asumsi klasik ini akan dilakukan uji multikolinieritas, uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Ketiga uji ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya penyimpangan terhadap asumsi klasik, karena
85
penyimpangan terhadap asumsi klasik akan berpengaruh terhadap hasil
analisis.
a. Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas suatu keadaan di mana terdapat hubungan korelasi
yang sempurna di antara beberapa atau semua variabel bebas (independen)
yang terdapat dalam model regresi. (Gunawan Sumodiningratan, 1994:287).
Bila dalam model terdapat multikolinieritas, maka model tersebut memiliki
standar yang besar, sehungga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan
tinggi (tak terhingga).
Untuk lebih mengetahui permasalahan multikolinearitasdapat dilihat
dari nilai hasil regresi dengan pendekatan korelasi parsial, yaitu dengan
membandingkan R2 (koefisien determinasi) regresi awal dengan r2 parsial
(koefisien korelasi antar variabel independen). Jika r2 > R2 , maka tidak
terdapat masalah multikolinieritas, dan sebaliknya, jika r2 < R2 , maka model
tersebut mengandung masalah multikolinieritas. (Modul Lab Ekonometrika,
2006: 107). Hasil uji multikoliniearitas adlah sebagai berikut:
Tabel 4. 18
Hasil Uji Multikolinearitas
Sebagai variabel dependen
r2 R2 Kesimpulan
JAK 0,022109 0,526784 Tidak ada Multikolinieritas PP 0,016898 0,526784 Tidak ada Multikolinieritas TA 0,007003 0,526784 Tidak ada Multikolinieritas
Dari data di atas dapat diketahui bahwa semua nilai r2 parsial (hasil
regresi antar variabel independen) lebih kecil dari R2 (koefisien determinasi)
86
regresi awal. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam model tidak terdapat
masalah multikoliniearitas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah kondisi di mana sebaran atau varian faktor
pengganggu (disturbance) tidak konstan sepanjang observasi.
Heteroskedastisitas terjadi jika muncul gangguan dalam fungsi regresi yang
tidak sama sehingga penaksir OLS tidak efisien baik dalam sampel kecil
ataupun besar (tetapi masih tetap tidak bias dan konsisten).
Salah satu cara untuk mendeteksi masalah heteroskedastisitas adalah
dengan menggunakan uji LM ARCH yaitu membandingkan nilai obs *R2
dengan X2 tabel dengan df (jumlah regresor) dan α =5%, jika obs *R2 < X2
maka tidak signifikan secara statistik. Berarti hipotesis yang menyatakan
bahwa model empirik tidak terdapat masalah heteroskedastisitas tidak ditolak.
(Modul Lab Ekonometrika, 2006: 106). Hasil dari uji LM ARCH adalah
seperti tabel berikut ini:
87
Tabel 4. 19
Hasil Uji Heteroskedastisitas
ARCH Test: F-statistic 1.051797 Probability 0.307644Obs*R-squared 1.061968 Probability 0.302767
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 04/27/09 Time: 19:43 Sample(adjusted): 2 100 Included observations: 99 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 103.3112 24.45301 4.224886 0.0001
RESID^2(-1) 0.103687 0.101101 1.025572 0.3076R-squared 0.010727 Mean dependent var 115.3334Adjusted R-squared 0.000528 S.D. dependent var 213.5811S.E. of regression 213.5246 Akaike info criterion 13.58538Sum squared resid 4422499. Schwarz criterion 13.63780Log likelihood -670.4761 F-statistic 1.051797Durbin-Watson stat 1.989472 Prob(F-statistic) 0.307644
Sumber: Hasil Print Out Komputer Program Eviews 4.1
Dari hasil penghitungan di atas diperoleh hasil X2 (df =1, α =5%) =
3,84, sedangkan obs *R2 sebesar 1,061968. sehingga apabila dibandingkan,
maka obs *R2 lebih kecil dari X2 . Hal ini menunjukan bahwa model ini tidak
terdapat heteroskedastisitas.
.
c. Uji Autokolerasi
Autokorelasi merupakan suatu asumsi penting dari model linear
klasik. Hal ini menandakan suatu kondisi yang berurutan diantara gangguan
atau disturbansi ui yang masuk ke dalam fungsi regresi populasi. Autokorelasi
didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang
diurutkan menurut waktu dan ruang. Dalam hal ini asumsinya adalah
autokorelasi tidak terdapat dalam disturbansi atau gangguan ui . Adanya
88
−=
∑∑ −
21
112
eee
d ii
autokorelasi antara variabel gangguan menyebabkan penaksir tidak lagi efisien
baik dalam sampel kecil maupun dalam sampel besar.
Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah dengan percobaan
d (Durbin-Watson).
1) Menggunakan angka Durbin-Watson yang diperoleh dari rumus:
2) Membandingkan angka dengan Durbin-Watson dalam tabel α = 5%.
angka dalam tabel menunjukkan nilai distribusi antara bawah (dl) dengan
batas atas (du)
3) Kriteria pengujiannya adalah :
1,58 1,61 1,74 2,26 2,39
Gambar 4. 3
Uji Autokorelasi
Autokorela si
positif
0 dl du 4-du 4-dl 4
Ragu-ragu Ragu-ragu
Autokorela si
negatif Tidak ada Autokorelasi
89
0<d<dl = menunjukkan autokorelasi positif atau
menolak Ho
dl<d<du = tidak dapat disimpulkan
du<d<4-du = tidak terdapat autokorelasi atau menerima
Ho
4-du<d<4-dl = tidak dapat disimpulkan
4-dl<d<4 = menunjukkan autokorelasi negatif atau
menolak Ho.
Dari hasil uji statistik Durbin Watson diperoleh d sebesar 1,581919.
Dengan menggunakan derajat keyakinan 5%, dengan jumlah sampel 100, dan
variabel penjelas 3, maka diperoleh nilai dl = 1,61; du = 1,74; 4-du = 2,26; dan
4-dl = 2,39. Besarnya nilai koefisien DW dari hasil pengujian sebesar
1,581919 terletak diantara 0 dan dl sebesar 1,61. Maka 0<d<dl
(0<1,581919<1,61) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada masalah
autokorelasi positif dari model regresi yang akan digunakan.
Untuk menghindari masalah pengujian autokorelasi dengan DW d
test, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan B-G test. Langkahnya
yaitu hasil regresi dilihat residual testnya dengan melihat serial correlation
LM test. Kemudian melihat probabilitasnya harus lebih besar dari probabilitas
5%. Maka model akan lolos dari masalah autokorelasi.
Berikut ini adalah hasil regresi dengan metode B-G test:
90
Tabel 4. 20
Hasil B-G test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 2.415472 Probability 0.094851Obs*R-squared 4.888088 Probability 0.086809
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 04/27/09 Time: 14:50 Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.234519 4.110917 0.057048 0.9546
JAK 0.054429 0.842566 0.064600 0.9486PP -1.68E-07 1.04E-06 -0.160474 0.8729TA -2.69E-06 2.36E-05 -0.113918 0.9095
RESID(-1) 0.191476 0.103134 1.856570 0.0665RESID(-2) 0.080479 0.103874 0.774775 0.4404
R-squared 0.048881 Mean dependent var -4.00E-17Adjusted R-squared -0.001711 S.D. dependent var 10.76333S.E. of regression 10.77253 Akaike info criterion 7.650000Sum squared resid 10908.45 Schwarz criterion 7.806310Log likelihood -376.5000 F-statistic 0.966189Durbin-Watson stat 2.007285 Prob(F-statistic) 0.442640Sumber: Hasil Print Out Komputer Program Eviews 4.1
Dari hasil uju autokorelasi, diketahui bahwa nilai probabilitas lebih
besar dari probabilitas 5%, maka hipotesis yang menyatakan pada model tidak
terdapat autokorelasi.
4. Interpretasi Hasil secara Ekonomi
Dari hasil yang telah dilakukan dengan menggunakan regresi linear
berganda, diperoleh nilai R2 sebesar 0,526784 yang berarti bahwa 52,6784%
variasi variabel konsumsi air PDAM pada rumah tangga 2 dapat dijelaskan
oleh variasi variabel-variabel bebas yang meliputi : jumlah anggota keluarga,
91
pendapatan pelanggan, dan tarif air. Sedangkan sisanya 47,3216% dijelaskan
variabel lain di luar model.
Selanjutnya akan dilakukan interpretasi terhadap koefisien regresi
dari variabel independen dan variabel dependen. Hasil interpretasi dari hasil
regresi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pengaruh jumlah anggota keluarga terhadap permintaan air minum PDAM
rumah tangga 2 di Kota surakarta
Jika jumlah anggota keluarga tiap naik sebesar 1%, maka jumlah
konsumsi air minum PDAM rumah tangga 2 di Kota Surakarta akan naik
sebesar 5,445823%.
Tanda positif pada koefisien jumlah anggota keluarga sesuai dengan
teori bahwa pertambahan jumlah konsumen akan searah dengan besarnya
konsumsi. Jumlah anggota keluarga merupakan faktor yang paling
berpengaruh terhadap jumlah konsumsi air minum PDAM rumah tangga 2 di
Kota Surakarta. Bertambahnya jumlah anggota keluarga pasti mengakibatkan
kenaikan jumlah konsumsi air minum karena aktivitas sektor perairan akan
meningkat sejalan dengan jumlah pengguna yang juga bertambah.
b. Pengaruh pendapatan pelanggan terhadap permintaan air minum PDAM
rumah tangga 2 di Kota surakarta
Jika pendapatan pelanggan tiap naik sebesar 1%, maka jumlah
konsumsi air minum PDAM rumah tangga 2 di Kota Surakarta akan naik
sebesar 7,68%.
92
Tanda positif pada koefisien pendapatan pelanggan sesuai dengan
teori bahwa pertambahan pendapatan konsumen akan searah dengan besarnya
konsumsi. Pendapatan pelanggan merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap jumlah konsumsi air minum PDAM rumah tangga 2 di Kota
Surakarta. Bertambahnya pendapatan pelanggan dimungkinkan menyebabkan
bertambahnya pembelian dan penggunaan barang-barang yang memerlukan
lebih banyak penggunaan air.
c. Pengaruh tarif air terhadap permintaan air minum PDAM rumah tangga 2
di Kota surakarta
Jika tarif air tiap naik sebesar 1%, maka jumlah konsumsi air minum
PDAM rumah tangga 2 di Kota Surakarta akan turun sebesar 1,17%.
Dari hasil regresi, probabilitas variabel tarif air (0,6270) menunjukan
bahwa variabel tarif air tidak signifikan terhadap variabel konsumsi air pada α
= 5%. Hal ini mengakibatkan variabel tarif air tidak dapat diintepretasikan
secara statistik karena tidak mempunyai pengaruh secara nyata terhadap
konsumsi air minum PDAM rumah tangga 2 di Kota Surakarta. Namun
keadaan ini dapat diintepretasikan secara ekonomi, di mana penyebab tidak
berpengaruhnya besarnya tarif air disebabkan karena air sudah merupakan
kebutuhan pokok masyarakat, jadi berapapun besarnya tarif yang dikenakan,
masyarakat akan tetap menggunakan air minum PDAM untuk berbagai
keperluan sehari-hari dan hanya dapat diperoleh dari PDAM Kota Surakarta.
93
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini
maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil uji t yang dilakukan terhadap masing-masing variabel independen
diperoleh hasil bahwa variabel jumlah anggota keluarga dan pendapatan
pelanggan terbukti signifikan terhadap variabel jumlah konsumsi air minum
PDAM rumah tangga 2 di Kota Surakarta pada taraf signifikansi α= 5%.
Namun, variabel independen tarif air tidak berpengaruh secara individu pada
tingkat signifikansi 5%.
2. Hasil uji pengaruh secara bersama-sama (Uji F) menunjukan bahwa jumlah
anggota keluarga, pendapatan pelanggan, dan tarif air secara bersama-sama
berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah konsumsi air minum
PDAM rumah tangga 2 di Kota Surakarta.
3. Jumlah anggota keluarga (JAK) mempunyai hubungan yang positif dan
signifikan terhadap jumlah konsumsi air minum PDAM rumah tangga 2
Kota Surakarta. Sehingga apabila jumlah anggota keluarga bertambah maka
akan diiringi meningkatnya jumlah konsumsi air PDAM. Sesuai dengan
teori ekonomi bahwa jumlah penduduk sangat mempengaruhi jumlah
konsumsi atau permintaan. Hipotesis yang menyatakan bahwa jumlah
94
anggota keluarga berpengaruh positif terhadap jumlah konsumsi air minum
PDAM di Kota Surakarta terbukti dalam analisis.
4. Pendapatan pelanggan (PP) mempunyai hubungan yang positif dan
signifikan terhadap jumlah konsumsi air minum PDAM rumah tangga 2
Kota Surakarta. Sehingga apabila pendapatan pelanggan bertambah maka
akan diiringi meningkatnya jumlah konsumsi air PDAM. Hal ini mungkin
saja terjadi karena meningkatnya pendapatan menyebabkan bertambahnya
pembelian dan penggunaan barang-barang yang membutuhkan air PDAM
Hipotesis yang menyatakan bahwa pendapatan pelanggan berpengaruh
positif terhadap jumlah konsumsi air minum PDAM di Kota Surakarta
terbukti dalam analisis.
5. Tarif air tidak signifikan terhadap jumlah konsumsi air minum PDAM
rumah tangga 2 Kota Surakarta. Sehingga kenaikan tarif yang ditetapkan
oleh PDAM tidak berpengaruh terhadap peningkatan maupun penurunan
jumlah konsumsi air PDAM rumah tangga 2 di Kota Surakarta. Hasil ini
tidak sesuai dengan teori ekonomi yang menyatakan bahwa apabila harga
suatu barang meningkat akan mengurangi jumlah permintaan terhadap suatu
barang. Hal ini dimungkinkan karena air minum PDAM sudah merupakan
kebutuhan pokok bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
semakin tinggi harga airnya pun, masyarakat akan tetap menggunakan air
minum PDAM untuk berbagai keperluan sehari-hari.
95
B. Saran
1. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa jumlah anggota keluarga
berpengaruh terhadap jumlah permintaan air minum PDAM rumah tangga 2,
diharapkan dapat menjadi perhatian bagi PDAM untuk mensosialisasikan
kepada masyarakat untuk menghemat air. Hal ini juga agar distribusi air
pada masyarakat dapat merata, mengingat masih ada daerah-daerah yang
kesulitan mendapatkan air minum PDAM.
2. Pendapatan pelanggan mempunyai hubungan yang positif dan signifikan
terhadap jumlah konsumsi air minum PDAM rumah tangga 2 Kota
Surakarta. Hal ini perlu diperhatikan oleh PDAM dalam penggolongan tarif
yang sesuai dengan pendapatan masyarakatnya, agar kemakmuran
masyarakat tetap terjaga, dan konsumsi akan air PDAM dapat lebih
terjangkau bagi masyarakat.
3. Tarif air tidak berpengaruh terhadap jumlah konsumsi air minum PDAM
rumah tangga 2 Kota Surakarta. Sehingga kenaikan ataupun penurunan tarif
yang ditetapkan oleh PDAM tidak menyebabkan meningkat atau
menurunnya jumlah konsumsi air PDAM. Untuk itu, PDAM sebagai pelaku
monopoli, dapat menentukan kebijakan mengenai pengenaan tarif air ini.
Ada dua sisi yang perlu diperhatikan oleh PDAM dalam menetapkan tarif
yaitu dari sisi perusahaan, bila PDAM untuk mengembangkan perusahaan
perlu menaikan tarifnya. Sedangkan dari sisi konsumen, perlu diperhatikan
mengenai kemakmuran masyarakatnya, agar masyarakat bisa memperoleh
96
air bersih dengan mudah, sehingga pihak PDAM tidak menaikan tarifnya
secara berlebihan.
97
LAMPIRAN
98
Lampiran 1
Data Pelanggan PDAM Kota Surakarta Rumah Tangga II (R2)
NAMA UMUR JENIS
KELAMIN ALAMAT PENDIDIKAN PEKERJAAN PENDAPATAN
JML ANG. KEL.
LAMA BERLANGGANAN
JML KONS. AIR TARIF
1 Mukijo 49 L Sabrang Lor Rt 03/08 mojosongo S1 Guru 2700000 3 10 18 35700
2 Caturwahono 50 L Jagalan Rt 02/02 Jebres SMA PNS 1250000 4 20 23 49500
3 Puguh 28 L Pucang sawit Rt05/08, Jebres SMA Wiraswasta 1000000 6 8 31 73800
4 Herlina 40 P Jl. Malabar Raya No 30, Mojosongo S1
Karyawan swasta 3000000 5 23 28 64500
5 Murtini 35 P Tegalrejo RT 02/II, Jebres SMA Karyawan
swasta 1200000 4 6 10 16500
6 Suradi 71 L Tegalrejo RT 02/II, Jebres tdk Lulus SD Wiraswasta 1500000 8 20 71 205800
7 Muji Hidayat 54 L Tegalrejo RT 01/II, Jebres SMA Wiraswasta 500000 5 13 25 55500
8 JB. Sikem 62 L Tegalrejo RT 02/II, Jebres SMA Wiraswasta 600000 3 13 10 16500
9 Budi Utomo 39 L Tegalrejo RT 02/II, Jebres SD Wiraswasta 400000 6 16 40 103500
10 Didik Rastawto 41 L Tegalrejo RT 02/II, Jebres SMA Karyawan
swasta 3000000 6 9 35 87000
11 Darmanto 45 L Tegalrejo, Jebres SMA Wiraswasta 1200000 7 14 35 87000
12 Wahyudi 41 L Tegalrejo RT 02/II, Jebres SMA Wiraswasta 800000 5 2 20 40500
13 Sriyanto 48 L Tegalrejo, Jebres SMA PNS 2500000 3 12 20 40500
14 Roto 66 L Tegalrejo RT 02/II, Jebres SMA Pensiunan 1800000 4 13 22 46500
15 Widodo 51 L Tegalrejo RT 02/II, Jebres SMA Karyawan
swasta 3000000 4 14 25 55500
16 JB. Paima 68 L Tegalrejo RT 02/II, Jebres SMP Karyawan
swasta 2500000 5 10 30 70500
17 Gunawan B.A 50 L Tegalrejo RT 01/II, Jebres D3 PNS 2500000 4 25 21 43500
18 Surahman 45 L Tegalrejo RT 02/II, Jebres SMP Wiraswasta 2000000 3 16 20 40500
19 Slamet Widodo 48 L Tegalrejo RT 02/II, Jebres SMA
Karyawan swasta 2200000 3 10 20 40500
20 Awan Fitriyah 44 P Tegalrejo RT 01/II, Jebres SMA Wiraswasta 1200000 4 8 26 58500
21 Yusuf 55 L Jl. Mawar Timur IV B.368 S1 Guru 3000000 5 15 60 169500
22 M.Supriyadi 62 L Jl. Mawar Timur IV A.38 S1 Wiraswasta 4000000 5 25 50 136500
23 Nur Chosni 63 L Jl. Mawar Timur IV B.345 S2 Dosen 4000000 5 18 53 146400
24 Bambang Sugiarto 63 L Jl. Mawar Timur IV A.35 S1 Dosen 4000000 6 20 69 199200
25 Sutikno 43 L Jl. Mawar Timur AC.22 D3 Wiraswasta 3000000 5 12 52 143100
26 Kandiyono 44 L Jl. Mawar Timur III B.348 S1 Karyawan
swasta 2000000 6 15 35 87000
27 Setyo Suhok 55 L Jl. Mawar Timur IV B. 370 SMA Wiraswasta 2500000 5 20 28 64500
28 Hadi Paryanto 62 L Bratan RT07/06 Pajang, Laweyan SMA Wiraswasta 3500000 6 10 72 209100
29 Hazwir 52 L Jl. Kutilang no 4, Kerten SMA Wiraswasta 2500000 3 8 20 40500
30 F Margono 40 L Kerten 8 A RT 03/13 S1 PNS 4000000 5 15 35 87000
31 Soenardi A 60 L Kerten 6C D3 Wiraswasta 1500000 4 25 24 52500
32 Wasidin BSc 46 L Kerten 8 B RT 03/13 D3 PNS 2500000 3 20 20 40500
33 Siswo Hartono 55 L Kerten RT 04/14 SMA Wiraswasta 2500000 4 10 25 55500
34 Gm Gunadiwarso 51 L Kerten RT 03/09 S1 Wiraswasta 1800000 4 20 20 40500
35 Mujiono 38 L Kerten RT 04/09 tdk lulus SMA Wiraswasta 2000000 3 5 17 33300
36 Riyadi 52 L Kerten RT 03/09 SMA Karyawan
swasta 1500000 3 5 10 16500
37 Mudjijatno 44 L Kerten 11 RT 02/01 SMA Wiraswasta 3000000 3 8 18 35700
38 R Sumarno 55 L Kerten C 9 RT 03/13 S1 Guru 1800000 4 22 21 43500
39 ismiyanto 48 L Sondakan RT 02/06 SMA Karyawan
swasta 900000 3 20 10 16500
99
40 Drs. Hadi Sukoto BBA 51 L Sondakan RT 03/04 S1 Guru 2500000 3 12 19 38100
41 Warsono 56 L Joyodiningratan RT05/05, kratonan,Serengan SMA PNS 500000 5 24 16 30900
42 Sri Rejeki 43 P Joyodiningratan RT05/05, kratonan,Serengan SMA Pedagang 800000 4 16 20 40500
43 Agus santoso 55 L Jl. Ponconoko 30 Nirbitan SMA Wiraswasta 500000 5 10 25 55500
44 Widodo 60 L Joyodiningratan RT05/05, kratonan,Serengan SMA Wiraswasta 3500000 8 21 65 186000
45 Maryono 58 L Joyodiningratan RT05/05, kratonan,Serengan SMA Wiraswasta 800000 4 20 20 40500
46 Savitri 51 P Jl.Dworowati 25, Kratonan, Serengan D3 Wiraswasta 3500000 6 20 50 136500
47 Endang Nusantoro 43 P
Joyodiningratan RT05/05, kratonan,Serengan SMA PNS 2000000 4 16 26 58500
48 H. M. Djoko S 58 L Jl. Veteran 327 Tipes, Serengan Tdk Lulus S1 Wiraswasta 600000 5 28 10 16500
49 Ny Sunardi 54 P Joyodiningratan RT 03/05 SMA Guru 3000000 6 25 32 77100
50 Soeratman 55 L Joyodiningratan RT 02/05 S1 Wiraswasta 3500000 3 25 20 40500
51 Ny Sri Yahmi Sartomo 45 P Joyodiningratan RT 04/05 D3 PNS 2500000 4 25 24 52500
52 Saimin 58 L Joyodiningratan RT 02/05 SMP Wiraswasta 2000000 3 20 18 35700
53 Roeliyan Soedarsono 52 L Joyodiningratan RT 02/05 S1 PNS 3000000 4 10 25 55500
54 Siswo Waluyo 55 L Dworowati RT 05/05 S1 PNS 1800000 4 15 22 46500
55 Condro Artianto 35 L Kemlayan Kdl 18 A RT 2/3 SMP Wiraswasta 600000 4 5 10 16500
56 Harjo Sukarto 43 L Kemlayan 50 RT 03/03 D3 Karyawan
swasta 2500000 5 12 30 70500
57 Karsono 47 L Kemlayan Kdl 61 RT 03/03 S1 PNS 3000000 5 10 50 136500
58 Sudarsadi 55 L Kemlayan Kdl RT 06/03 SMA Karyawan
swasta 1000000 6 10 50 136500
59 Basunindyo 51 L Kemlayan RT 01/09 S1 Wiraswasta 3000000 4 15 30 70500
60 Romadlon 49 L Kemlayan RT 02/05 SMA Karyawan
swasta 2000000 4 15 23 49500
61 Djoko Purnomo 47 L
Sangkrah RT01/08 Ps.Kliwon SD Pedagang 1000000 3 11 9 14850
62 Fauzie Alkatiri 60 L Pasar Kliwon 82 D Rt3/5 SMA Wiraswasta 2500000 4 30 23 49500
63 Abbas Azzan Abdat 52 L Pasar Kliwon RT 03/02 S1
Karyawan swasta 1200000 4 25 18 35700
64 Muhamad Bil Fagih 41 L Pasar Kliwon 5 RT 02/05 SMA Pedagang 700000 5 10 10 16500
65 Sh Baba Hir 52 L Pasar Kliwon 36 RT 2/04 SD Wiraswasta 1500000 4 5 20 40500
66 Achmad Ali Abdat 64 L Pasar Kliwon 87 RT 2/04 SMA
Karyawan swasta 1500000 4 30 24 52500
67 Toriq Sungkar 36 L Pasar Kliwon 22 RT 1/04 SMA Wirausaha 3500000 5 8 50 136500
68 Bp Sukiyo (Suprih) 55 L Semanggi RT 04/14 S1 Wirausaha 3200000 5 15 50 136500
69 Maryati Murhedi 45 P Semanggi 54 RT 01/18 SMP Wiraswasta 1000000 3 5 10 16500
70 M N Woro Sri 44 P Semanggi 216 RT 02/14 S1 Karyawan
swasta 1200000 4 10 19 38100
71 Hidayat 52 L Semanggi RT 04/13 D3 Wiraswasta 2000000 4 15 25 55500
72 Hardiyanto 39 L Semanggi RT 01/14 S1 PNS 2500000 4 11 22 46500
73 Sundus 56 L Semanggi 278 RT 01/14 SMA Wirausaha 3000000 4 20 25 55500
74 Husin Salim Baraja 59 L Semanggi 222 RT 01/14 D3 Wirausaha 4000000 5 25 50 136500
75 Martono 54 L Semanggi 196 RT 01/14 SMA Wiraswasta 2500000 4 4 20 40500
76 Sastro Martono 45 L Semanggi 196 RT 01/14 SMA Wiraswasta 2500000 5 5 30 70500
77 Abdulrahman Hasny 36 L Semanggi 135 RT 02/13 SD Pedagang 1500000 4 8 20 40500
78 Ny Lestari 41 P Sangkrah 18 RT 03/03 SMP Wiraswasta 2500000 4 10 25 55500
79 Aminah Abdat 32 P Sangkrah 22 RT 03/04 SMP Pedagang 900000 2 5 10 16500
80
Said Muhamad Sungkar 42 L Sangkrah 20 RT 03/03 SMA Wiraswasta 1000000 5 10 12 21300
100
81 Junaedi 50 L Nayu RT 03/13, Kadipiro, Banjarsari S1
Karyawan swasta 3000000 4 4 20 40500
82 Joko Pitulung 35 L Nayu RT 03/13, Kadipiro, Banjarsari SMA
Karyawan swasta 1500000 5 8 30 70500
83 Prabowo 45 L Nayu RT 03/13, Kadipiro, Banjarsari SMP Pedagang 500000 4 2 20 40500
84 Wiranto 44 L Nayu RT 03/13, Kadipiro, Banjarsari SMP PNS 600000 5 8 11 18900
85 Mukinem 45 P Nayu RT 03/13, Kadipiro, Banjarsari SD Pedagang 2000000 4 8 20 40500
86 Aminatun 45 P Pundunggede RT 05/15 SMA Wiraswasta 3000000 4 3 27 61500
87 Sugeng 47 L Nayu RT 03/13, Kadipiro, Banjarsari SMP Wiraswasta 2000000 7 10 40 103500
88 Marsono 50 L Nayu RT 03/13, Kadipiro, Banjarsari S1 Wirausaha 4000000 8 5 70 202500
89 Priyono 53 L Gambirsari RT 05/13, kadipiro, Banjarsari SMA Pers 3000000 4 10 25 55500
90 Karjanto 57 L Gambirsari RT 05/13, kadipiro, Banjarsari SMA Wiraswasta 2500000 5 14 25 55500
91 Rakhmad 52 L Nayu RT 03/13, Kadipiro, Banjarsari SMA PNS 2500000 4 14 23 49500
92 Indriyati, S.pd. 43 P Sumber RT03/12, Banjarsari S1
Karyawan swasta 1800000 4 20 20 40500
93 Drs. Nugroho Tedjo B. 50 L
Bono Rejo RT 05/17, Nusukan, Banjarsari S1 Wiraswasta 3500000 4 20 25 55500
94 Sigit Widyastanto 42 L
Perum Graha Kencana 18B, kadipiro,Banjarsari S1
Karyawan swasta 2500000 5 8 27 61500
95 Brawidjaja AS, ST 58 L
Jl.Mataram selatan 1/11,Banyuanyar,Banjarsari S1 Wiraswasta 1800000 4 20 20 40500
96 Sudarto 56 L Sumber RT 34/04 D3 Karyawan
swasta 2000000 4 29 25 55500
97 Supardi Hendrik 42 L Sumber RT 03/04 S1 PNS 2400000 4 15 20 40500
98 Supardi Sastro Suparto 44 L Sumber RT 03/04 S1 PNS 2600000 5 10 30 70500
99 Rukaemi 56 L Keprabon I RT 05/04 SMA Karyawan
swasta 1200000 3 15 10 16500
100 RWongsodiguno 39 L Keprabon 1/ 8 RT 05/04 S1 Wiraswasta 3000000 4 10 30 70500
101
Lampiran 2
MacKinnon, White and Daviysin Test (MWD Test):
Penjelas Z1
Dependent Variable: KA Method: Least Squares Date: 04/27/09 Time: 14:26 Sample: 1 100 Included observations: 99 Excluded observations: 1
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -14.81353 4.980278 -2.974438 0.0037
JAK 6.336851 1.051775 6.024911 0.0000PP 8.57E-06 1.25E-06 6.845616 0.0000TA -2.60E-05 2.68E-05 -0.967976 0.3355Z1 -8.774419 8.193229 -1.070935 0.2869
R-squared 0.535427 Mean dependent var 25.50505Adjusted R-squared 0.515658 S.D. dependent var 15.63837S.E. of regression 10.88347 Akaike info criterion 7.661552Sum squared resid 11134.29 Schwarz criterion 7.792619Log likelihood -374.2468 F-statistic 27.08413Durbin-Watson stat 1.562196 Prob(F-statistic) 0.000000
Penjelas Z2
Dependent Variable: LKA Method: Least Squares Date: 04/27/09 Time: 14:27 Sample: 1 100 Included observations: 100
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1.497118 1.248735 -1.198908 0.2335
LJAK 0.462800 0.153293 3.019065 0.0033LPP 0.225135 0.080361 2.801536 0.0062LTA 0.055247 0.061633 0.896390 0.3723Z2 -0.059534 0.019919 -2.988834 0.0036
R-squared 0.553283 Mean dependent var 3.071890Adjusted R-squared 0.534474 S.D. dependent var 0.555355S.E. of regression 0.378916 Akaike info criterion 0.945702Sum squared resid 13.63984 Schwarz criterion 1.075960Log likelihood -42.28508 F-statistic 29.41570Durbin-Watson stat 1.654277 Prob(F-statistic) 0.000000
102
Lampiran 3
Regresi
Dependent Variable: KA Method: Least Squares Date: 04/27/09 Time: 14:22 Sample: 1 100 Included observations: 100
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -10.63243 4.168960 -2.550378 0.0123
JAK 5.445823 0.854316 6.374483 0.0000PP 7.68E-06 1.06E-06 7.268749 0.0000TA -1.17E-05 2.39E-05 -0.487503 0.6270
R-squared 0.526784 Mean dependent var 25.34000Adjusted R-squared 0.511996 S.D. dependent var 15.64649S.E. of regression 10.93021 Akaike info criterion 7.660116Sum squared resid 11469.07 Schwarz criterion 7.764323Log likelihood -379.0058 F-statistic 35.62240Durbin-Watson stat 1.581919 Prob(F-statistic) 0.000000
103
Lampiran 4
Uji Multikolinearitas
Dependent Variable: JAK Method: Least Squares Date: 04/27/09 Time: 14:47 Sample: 1 100 Included observations: 100
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 3.769000 0.314722 11.97563 0.0000
PP 1.55E-07 1.25E-07 1.246758 0.2155TA 2.15E-06 2.84E-06 0.756559 0.4511
R-squared 0.022109 Mean dependent var 4.190000Adjusted R-squared 0.001947 S.D. dependent var 1.300311S.E. of regression 1.299045 Akaike info criterion 3.390676Sum squared resid 163.6891 Schwarz criterion 3.468831Log likelihood -166.5338 F-statistic 1.096545Durbin-Watson stat 1.560303 Prob(F-statistic) 0.338127
Dependent Variable: PP Method: Least Squares Date: 04/27/09 Time: 14:48 Sample: 1 100 Included observations: 100
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1351688. 376582.2 3.589357 0.0005
JAK 101592.3 81485.21 1.246758 0.2155TA 0.540100 2.300490 0.234776 0.8149
R-squared 0.016898 Mean dependent var 1812500.Adjusted R-squared -0.003373 S.D. dependent var 1049083.S.E. of regression 1050850. Akaike info criterion 30.59764Sum squared resid 1.07E+14 Schwarz criterion 30.67579Log likelihood -1526.882 F-statistic 0.833618Durbin-Watson stat 1.480940 Prob(F-statistic) 0.437563
104
Dependent Variable: TA Method: Least Squares Date: 04/27/09 Time: 14:48 Sample: 1 100 Included observations: 100
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 51702.01 16888.15 3.061438 0.0028
JAK 2733.800 3613.465 0.756559 0.4511PP 0.001052 0.004479 0.234776 0.8149
R-squared 0.007003 Mean dependent var 65062.50Adjusted R-squared -0.013471 S.D. dependent var 46058.06S.E. of regression 46367.25 Akaike info criterion 24.35612Sum squared resid 2.09E+11 Schwarz criterion 24.43427Log likelihood -1214.806 F-statistic 0.342044Durbin-Watson stat 1.494438 Prob(F-statistic) 0.711170
105
Lampiran 5
Uji Heteroskedastisitas
ARCH Test: F-statistic 1.051797 Probability 0.307644Obs*R-squared 1.061968 Probability 0.302767
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 04/27/09 Time: 19:43 Sample(adjusted): 2 100 Included observations: 99 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 103.3112 24.45301 4.224886 0.0001
RESID^2(-1) 0.103687 0.101101 1.025572 0.3076R-squared 0.010727 Mean dependent var 115.3334Adjusted R-squared 0.000528 S.D. dependent var 213.5811S.E. of regression 213.5246 Akaike info criterion 13.58538Sum squared resid 4422499. Schwarz criterion 13.63780Log likelihood -670.4761 F-statistic 1.051797Durbin-Watson stat 1.989472 Prob(F-statistic) 0.307644
106
Lampiran 6
Uji Autokorelasi
Uji B-G
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 2.415472 Probability 0.094851Obs*R-squared 4.888088 Probability 0.086809
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 04/27/09 Time: 14:50 Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.234519 4.110917 0.057048 0.9546
JAK 0.054429 0.842566 0.064600 0.9486PP -1.68E-07 1.04E-06 -0.160474 0.8729TA -2.69E-06 2.36E-05 -0.113918 0.9095
RESID(-1) 0.191476 0.103134 1.856570 0.0665RESID(-2) 0.080479 0.103874 0.774775 0.4404
R-squared 0.048881 Mean dependent var -4.00E-17Adjusted R-squared -0.001711 S.D. dependent var 10.76333S.E. of regression 10.77253 Akaike info criterion 7.650000Sum squared resid 10908.45 Schwarz criterion 7.806310Log likelihood -376.5000 F-statistic 0.966189Durbin-Watson stat 2.007285 Prob(F-statistic) 0.442640
Top Related