1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi seperti saat ini, pendidikan menjadi aset yang sangat
penting bagi kemajuan suatu bangsa. Jika suatu bangsa ingin maju maka perlu
pengembangan dalam bidang pendidikan. Pendidikan merupakan suatu upaya
membantu seseorang dalam memahami teori serta membentuk karakter, sikap dan
perilaku. Pendidikan memberikan kekuatan bagi seseorang agar tidak diperbudak
orang lain, baik dengan pemikiran maupun tindakan. Tujuan utama dari pendidikan
yaitu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh sebab itu
masyarakat di suatu bangsa wajib mengikuti jenjang pendidikan. Saat ini pendidikan
dapat diakses oleh seluruh masyarakat di penjuru dunia dengan mudah tanpa ada
pembatasan untuk memperolehnya. Masyarakat dapat mengeksplorasi dan
mempelajari hal-hal baru.
Dalam kehidupan bermasyarakat, pendidikan dapat membedakan kedudukan
seseorang. Seseorang yang berkedudukan tinggi tentu akan lebih dihargai. Dari segi
pekerjaan, seseorang yang berpendidikan tinggi pasti akan diposisikan pada jabatan
atau kedudukan yang lebih tinggi. Sebab penempatan kedudukan dalam pekerjaan
tentunya disesuaikan dengan kemampuannya.
Pendidikan perlu dimulai sejak anak usia dini, dikarenakan pada fase ini otak
anak akan mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam masa
pertumbuhannya. Setiap informasi yang diserap anak akan menjadi dasar
pembentukan karakter maupun kemampuan kognitif anak. Maka dari itu pemberian
rangsangan atau stimulasi sangat dibutuhkan oleh anak pada fase usia dini. Fase ini
juga menjadi dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, sosial emosional,
motorik, bahasa, nilai agama moral dan seni. Oleh karena itu Pendidikan Anak Usia
Dini sangatlah penting untuk membantu anak dalam mempersiapkan diri memasuki
pendidikan lebih lanjut. Sebagaimana dijelaskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal
2
1 butir 14 bahwa “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut”.
Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini dapat melalui jalur formal,
nonformal dan informal. Pada jalur formal terbentuk Tama Kanak-kanak (TK),
Raudhotul Athfal (RA) atau TK Islam. Seperti yang dijelaskan dalam UU No. 20
Tahun 2003 pasal 1 butir 3 bahwa “Pendidikan anak usia dini pada jalur formal
terbentuk Taman Kanak-kanak, Raudhatul Atfal (RA) atau bentuk lain yang
sederajat”.
Taman Kanak-kanak (TK) merupakan salah satu bentuk Pendidikan Anak
Usia Dini pada jalur pendidikan formal yang membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani anak usia empat sampai enam tahun. Telah
dijelaskan dalam Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanak-kanak (2013: 4)
bahwa tujuan TK adalah membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap
pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak untuk
pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Taman Kanak-kanak memiliki peran
untuk mengembangkan dasar kepribadian, pengetahuan, keterampilan serta
mempersiapkan anak dalam memasuki pendidikan selanjutnya.
Kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak seharusnya memberikan
peluang agar anak-anak dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya
melalui bermain karena bermain merupakan prinsip yang melekat pada diri anak.
Pembelajaran di Taman Kanak-kanak juga seharusnya berpusat pada anak bukan
berpusat pada guru, artinya pembelajaran berangkat dari kebutuhan anak, sesuai
dengan karakteristik, potensi, minat, tingkat perkembangan, serta cara
penyampaiannya juga harus disesuaikan dengan kondisi anak dan anaklah yang aktif
membangun pengetahuannya karena anak sebagai subjek pembelajaran.
Pembelajaran yang berpusat pada anak dapat membantu anak memahami pentingnya
3
materi yang dipelajari bukan sekedar menguasainya saja. Pada kenyataannya, banyak
TK yang pembelajarannya lebih banyak menggunakan lembar kerja, lebih
menekankan pada kemampuan calistung (membaca, menulis, berhitung) tanpa
melalui kegiatan bermain, media pembelajaran yang kurang variatif, serta guru yang
menjadi pusat pembelajaran, jadi anak kurang bebas dalam mengeksplor
kemampuannya.
Keberhasilan sistem pendidikan nasional dilihat dari kinerja guru. Kinerja
diartikan sebagai ungkapan kemajuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan
motivasi dalam menghasilkan sesuatu pekerjaan (Fatah dalam Rachmawati 2013:
16). Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen: “guru adalah pendidik professional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah”. Oleh karena itu seorang guru harus mampu mengembangkan
dirinya dan tidak bergantung kepada orang lain. Guru merupakan kunci dalam sistem
pendidikan, khususnya di sekolah. Semua komponen mulai dari kurikulum, sarana-
prasarana, pembiayaan, dan sebagainya tidak akan banyak berarti apabila esensi
pembelajaran yaitu interaksi guru dengan peserta didik tidak berkualitas. Semua
komponen, terutama kurikulum dapat terlaksana apabila dilaksanakan oleh guru.
Menurut Surya (Supardi 2013: 53) dalam tingkatan operasional, guru merupakan
penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tingkat institusional,
instruksional, dan eksperensial. Departemen Pendidikan dan Budaya menekankan
bahwa: “guru merupakan sumber daya manusia yang mampu mendayagunakan
faktor-faktor lain sehingga tercipta pembelajaran yang bermutu dan menjadi faktor
utama yang menentukan mutu pendidikam”. Guru PAUD sangat perlu penguasaan
terhadap bidang Pendidikan Anak Usia Dini.
Bedasarkan wawancara yang dilakukan penulis di beberapa TK di Colomadu,
guru yang berlatar belakang pendidikan selain Sarjana (S1) PAUD, seperti DIII
Manajemen, S1 Agama dan beberapa bidang yang lain, harus menempuh pendidikan
4
sarjana (S1) PAUD karena mereka menyadari akan pentingnya ilmu PAUD, serta
tuntutan dari pemerintah sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 Pasal 25
bahwa kualifikasi guru PAUD: 1) memiliki ijazah Diploma Empat (D-IV) atau
Sarjana (S1) dalam bidang Pendidikan Anak Usia Dini yang diperoleh dari program
studi terakreditasi, atau 2) memiliki ijazah Diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1)
kependidikan lain yang relevan atau psikologi yang diperoleh dari program studi
terakreditasi dan memiliki sertivikat Pendidikan Profesi Guru (PPG) PAUD dari
perguruan tinggi yang terakreditasi.
Pemerintah telah mengupayakan kesejahteraan bagi guru dengan adanya
kebijakan pemerintah tentang sertifikasi yang memberikan tunjangan yang cukup
menjanjikan. Hal ini tentunya sangat membawa keuntungan tersendiri bagi guru
yang sudah tersertifikasi. Berbeda dengan guru PAUD yang belum sertifkasi, mereka
memperoleh gaji yang masih jauh di bawah Upah Minimum Regional (UMR).
Seharusnya hal seperti ini harus mendapatkan perhatian dari pemerintah karena tidak
sedikit guru yang mengeluhkan hal tersebut.
Setiap individu memiliki kondisi internal yang tentunya berbeda-beda,
dimana kondisi internal tersebut berpengaruh pada aktivitasnya sehari-hari. Salah
satu kondisi internal tersebut yaitu motivasi. Motivasi kerja yang dimiliki setiap guru
berbeda-beda. Menurut Gibson (Supardi 2013: 51) motivasi merupakan salah satu
faktor psikologis yang mempengaruhi baik atau tidaknya kinerja seorang guru.
Menurut Maslow moivasi adalah dorongan berbagai kebutuhan hidup individu dari
mulai kebutuhan fisik, rasa aman, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri
(Rachmawati dan Daryanto 2013: 137).
Menurut wawancara yang telah dilakukan penulis, beberapa guru TK di
Kecamatan Colomadu memiliki motivasi kerja ingin bekerja sesuai bidang
pendidikannya, kinerja dari guru tersebut sudah memenuhi tiga tugasnya sebagai
guru yaitu merencanakan, melaksanakan dan menilai. Ada guru yang memiliki
motivasi ingin bekerja sesuai cita-citanya yaitu menjadi guru, guru ini hanya
5
melaksanakan pembelajaran dan penilaian tanpa membuat perencanaan. Motivasi
mengisi waktu luang, guru ini sudah melaksanakan tiga tugasnya sebagai guru, akan
tetapi belum maksimal dikarenakan bidang pendidikan yang ditempuh sebelumnya
bukan bidang pendidikan, akan tetapi guru ini memiliki motivasi untuk belajar dunia
anak untuk melakukan perubahan. Motivasi dari lingkungan seperti perintah dari
seorang tokoh masyarakat, guru ini melaksanakan tugasnya sudah baik dan selalu
melakukan pembaruan metode dan media pembelajaran.
Kinerja guru dikatakan baik apabila seorang guru mampu merencanakan,
melaksanakan dan menilai proses belajar mengajar dengan baik. Untuk mengukur
atau menilai kinerja guru pemerintah membuat program Penilaian Kinerja Guru
(PKG) yang harus dilaksanakan oleh setiap sekolah. Kegiatan PKG dapat dijadikan
tolak ukur dan evaluasi kinerja dari masing-masing guru. Guru dapat mengetahui
kelebihan maupun kekurangannya sehingga guru tau apa yang harus diperbaiki dan
ditingkatkan. Apabila kinerja guru selalu diperbaiki, tentunya akan berdampak
positif bagi peningkatan prestasi peserta didik, hal ini dapat membantu peningkatan
kualitas pendidikan suatu bangsa, sehingga dapat menghasilkan smber daya manusia
yang berkualitas.
Permasalahan-permasalahan tersebut di atas menunjukkan bahwa banyak
sekali motivasi kerja yang dimiliki setiap guru. Kinerja yang baik akan
menghasilkan kualitas pendidikan yang baik pula. Untuk mengetahui besarnya
hubungan motivasi kerja terhadap kinerja guru TK, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian berjudul “Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru
TK Se-Kecamatan Colomadu Tahun 2018”.
B. Identifikasi Masalah
1. Motivasi kerja guru yang berbeda-beda
2. Kinerja guru dalam melaksanakan tugas utamanya yang berbeda-beda
3. Keberhasilan pembelajaran bergantung pada kinerja guru
4. Gaji masih di bawah Upah Minimum Regional (UMR)
5. Ijazah tidak sesuai dengan kriteria guru PAUD
6
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang dan
identifikasi masalah di atas, maka ruang lingkup masalah penelitian ini dibatasi pada
hubungan motivasi kerja terhadap kinerja guru TK se-Kecamatan Colomadu.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis
merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Adakah hubungan motivasi kerja terhadap kinerja guru TK se-Kecamatan
Colomadu tahun 2018?
2. Apakah sifat hubungan antara motivasi kerja terhadap kinerja gutu TK se-
Kecamatan Colomadu tahun 2018?
3. Seberapa kuat hubungan antara motivasi kerja terhadap kinerja gutu TK se-
Kecamatan Colomadu tahun 2018?
4. Seberapa banyak sumbangan relatif motivasi kerja terhadap kinerja guru TK se-
Kecamatan Colomadu tahun 2018?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan motivasi kerja terhadap kinerja guru TK se-
Kecamatan Colomadu tahun 2018.
2. Untuk mengetahui sifat dari hubungan motivasi kerja terhadap kinerja guru TK
se-Kecamatan Colomadu tahun 2018.
3. Untuk mengetahui kekuatan dari hubungan motivasi kerja terhadap kinerja guru
TK se-Kecamatan Colomadu tahun 2018.
4. Untuk mengetahui sumbangan relatif motivasi kerja terhadap kinerja guru TK se-
Kecamatan Colomadu tahun 2018.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai
manfaat dan kegunaan dalam pendidikan.
1. Manfaat Teoritis
7
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah dan lebih
mengembangkan kajian ilmiah tentang hubungan motivasi kerja terhap kinerja
guru TK.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam
peningkatan motivasi kerja para guru sehingga dapat meningkatkan kinerja
guru.
b. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi bagi guru dalam
upaya meningkatkan kinerjanya.
c. Bagi Peneliti
Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta serta untuk menambah wawasan dan
pengalaman dalam bidang pendidikan.
Top Related