1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kondisi masyarakat Indonesia hingga saat ini masih jauh dari
sejahtera. Disparitas sosial terjadi diberbagai lapisan masyarakat, terutama
masyarakat pinggiran yang belum tersentuh oleh pembangunan. Tingginya
tingkat disparitas sosial sudah selayaknya menjadi perhatian lebih oleh
pemerintah. Dalam hal inilah perlunya kesadaran pemerintah betapa
pentingnya pembangunan masyarakat secara merata. Fungsi pembangunan
sebagai upaya agar berbagai permasalahan sosial seperti ketertinggalan,
ketunaan sosial, kecacatan dan kemiskinan dapat ditangani secara terencana
dan berkesinambungan.
Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi oleh
manusia. Masalah kemiskinan itu sama tuanya dengan usia kemanusiaan itu
sendiri dan implikasi permasalahannya dapat melibatkan keseluruhan aspek
kehidupan manusia, walaupun seringkali tidak disadari kehadirannya sebagai
masalah oleh manusia yang bersangkutan. Bagi mereka yang tergolong hidup
miskin, kemiskinan merupakan sesuatu yang nyata dalam kehidupan mereka
sehari-hari, karena meraka merasakan dan menjalani bagaimana hidup dalam
kemiskinan.1Hingga saat ini pengentasan kemiskinan tetap menjadi
permasalahan mendesak yang harus segera diselesaikan, terutama di negara
berkembang seperti Indonesia.
1Suparlan, Parsudi. 1993.Kemiskinan Di Perkotaan. Jakarta. Hal.1
2
Jumlah penduduk miskin di Indonesia relatife masih sangat besar.
Berdasarkan data dari (SUSENAS) yang dikeluarkan pada bulan Maret 2012,
menggambarkan bahwa penduduk miskin di Indonesia jumlahnya sangat
besar.Tercatat pada tahun 2007 berjumlah 37.168.3 juta penduduk miskin dan
pada tahun 2008 turun menjadi 34.963.3 jiwa. Namun pada tahun 2009
hingga 2012 jumlah penduduk miskin di Indonesia cenderung mengalami
penurunan yakni berjumlah 29.132.40 juta jiwa. Hasil tersebut tercapai
karena adanya peran yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi kemiskinan
yang ada di Indonesia.
Tabel 1.Jumlah Penduduk Miskin Di Indonesia Tahun 2007-2012
No Tahun Jumlah penduduk miskin
1 2007 37.168.3 jiwa
2 2008 34.963.3 jiwa
3 2009 32.530.0 jiwa
4 2010 31.023.40 jiwa
5 2011 30.018.93 jiwa
6 2012 28.594.60 jiwa
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2012.2
Data di atas menunjukkan penurunan jumlah kemiskinan di Indonesia
pada tahun 2007-2012. Meskipun pada setiap tahun jumlah kemiskinan di
Indonesia mngalami penurunan, akan tetapi jumlah kemiskinan
diberbagailapisan masyarakat masih sangat besar, terutama Provinsi Jawa
Timur di Kabupaten Ponorogo. Dari data statistik tahun 2015 presentase
penduduk miskin yang ada di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2013
mencapai angka 11,87 persen atau sekitar 102,6.000 jiwa, mengalami sedikit
2Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2012.
diambil dari http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php/catalog/87diakses pada 3 september
2016 pukul 21.31 wib
3
peningkatan dibandingkan tahun 2012.3Artinya masih ada tugas besar yang
harus segera diselesaikan terkait kemiskinan yang ada di Ponorogo.
Ponorogo merupakan kabupaten yang berada di bagian Barat Daya
Provinsi Jawa Timur, terletak sebagai pusat kegiatan regional Madiun-
Pacitan-Trenggalek-Wonogiri dan Magetan. Dengan demikian kota Ponorogo
mempunyai peranan yang sangat penting baik sebagai pusat koleksi maupun
sebagai pusat distribusi bagi wilayah sekitarnya. Ponorogo juga terkenal
sebagai tuan rumah dari kesenian REOG. Meskipun terkenal sebagai kota
yang disiplin menjaga budayanya, sisi lain Ponorogo juga terkenal dengan
kondisi masyarakatnya yang terlilit oleh kemiskinan dibeberapa daerah
tertentu. Kemiskinan menjadi fenomena yang tidak dapat terhindarkan
keberadaan dan dampaknya. Salah satu potret menarik khalayak masyarakat
umum di Ponorogo, yakni kampung idiotnya.
Keberadaan kampung idiot di Ponorogo bukan hal yang baru, mereka
sudah ada sejak puluhan tahun silam. Kemiskinan yang dialami masyarakat
menjadikan munculnya berbagai permaslahan sosial. Minimnya kandungan
gizi dari makanan yang dikonsumsi menjadi sebab beberapa masyarakat
mengalami keterbelakangan mental.Bahkan tidak sedikit pasangan menikah
dengan sesama penyandang. Hal inilah yang menjadi alasan utama penyebab
semakin banyaknya penyandang keterbelakangan mental di daerah Ponorogo.
Hingga saat ini, terdapat 2 kecamatan terdiri dari 5 desa yang mendapatkan
predikat sebagai kampung idiot, yakni Desa Dayakan, Sidoharjo, Krebet,
3Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo 2015
diambil dari http://ponorogokab.bps.go.iddiakses pada 03 september 2016 pukul 21.50 wib
4
Pandak dan Karangpatihan. Dari lima desa tersebut, Karangpatihan
merupakan desa paling banyak jumlah penyandang tunagrahita.
Desa Karangpatihan terletak 30 km dari pusat kota Ponorogo. Untuk
sampai di desa tersebut harus menempuh perjalanan dengan memakan waktu
1 sampai 2 jam lamanya. Komoditas utama masyarakat di desa tersebut
sebagai petani, namun kondisi tanah yang gersang membuat warga setempat
terjebak pada kondisi kemiskinan dan hanya mengkonsumsi makanan yang
minim akan kandungan gizinya. Pemandangan yang tidak bisa dihindarkan
banyak ditemui penyandang tunagrahita (anak berkebutuhan khusus) pada
desa tersebut. Mereka hanya mengantungkan hidup dari pemberian dan
bantuan orang lain karena mengalami keterbelakangan mental, lemah dalam
berfikir, tidak bisa bekerja, bakhan mereka sulit untuk berkomunikasi.
Permasalahan ini yang menjadikan desa Karangpatihan disebut sebagai
kampung idiot.
Data dari pemerintah setempat jumlah penyandang Tunagrahita
sebanyak 48 kepala keluarga, terdiri dari 91 jiwa, 10 orang diantaranya idiot
fatal seperti lumpuh, bisu tuli, dan tidak bisa bekerja sama sekali. Selain itu
jumlah warga miskin di desa tersebut berjumlah 291 KK (kartu keluarga),
selebihnya keluarga miskin dan menengah.Dalam kurun waktu beberapa
tahun terakhir tidak sedikit bantuan dan kebijakan yang sudah di berikan
pemerintah terhadap desa tersebut. Bantuan yang pernah diberikan oleh
Pemerintah Jawa Timur, yakni uang sebesar Rp 1,9 milliar kepada sejumlah
penderita keterbelakangan mental yang berada di Desa Karangpatihan,
Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo. Bantuan tersebut dimaksudkan
5
untuk meringankan beban warga yang tergolong tidak mampu karena
keterbelakangan mental atau anak berkebutuhan khusus.
Pemahaman masyarakat umum mengenai anak berkebutuhan khusus
masih sangat minim, kebanyakan mereka menganggap bahwa anak
berkebutuhan khusus merupakan anak yang tidak memiliki kemampuan
apapun. Salah satu dari mereka adalah anak tunagrahita. Tunagrahita yang
berasal dari kata tuna berarti merugi, dan grahita berarti pikiran.Anak
Tunagrahita berarti anak yang diidentifikasikan memiliki tingkat kecerdasan
yang sedemikian rendahnya (dibawah normal) ditandai oleh keterbatasan
intelejensi dan pikiran, sehingga anak meniti tugas perkembangannya
memerlukan bantuan atau layanan secara khusus.4
Data PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) tahun 2012,
disabilitas menurut usia yakni sebagai berikut :
Tabel 2.Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
No PMKS Usia
<18
Thn
Usia
18-24
thn
Usia
25-55
thn
Usia
56>
thn
Total
1 Netra 5921 3869 46960 86110 142860
2 Rungu wicara 7632 4410 17482 7432 36956
3 Tubuh 32990 18384 129272 83233 263879
4 Mental retardasi 30460 31821 120737 30015 213033
5 Gangguan jiwa 2257 5105 44514 13246 65122
6 Fisik mental 19438 9935 47944 24991 102308
Sumber :Program Perlindungan Sosial PPLS Bappenas 20125
4Mohammad Efendi.2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.Jakarta: Bumi Aksara. 5Program Perlindungan Sosial PPLS Bappenas 2012
diambil dari http:/simpadu-pk.bappenas.go.id/ajax_dtamart/download_file diakses pada 06
september 2016 pukul 13.45 wib
6
Data di atas menunjukkan pada tahun 2012 penyandang tunagrahita
termasuk paling tinggi ke-2 diantara penyandang lainnya. Oleh sebab itu perlu
adanya pemberian program rehabilitalsi sosial guna mengembalikan kembali
keberfungsian sosial mereka dalam masyarakat. Undang-undang No. 4 tahun
1997 menegaskan bahwa penyandang cacat merupakan bagian masyarakat
Indonesia yang juga memiliki kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang
sama. Untuk mengembalikan fungsi penyandang kecacatan mental atau
psikotik diperlukan pendekatan secara medis maupun sosial. Penanganan
medis sudah menjadi kewenangan Kementerian Kesehatan baik pemerintah
maupaun swasta. Sedangkan peran Kementerian Sosial juga sangat
berbengaruh sebagai agen perubahan untuk pendekatan secara sosial.
Kesenjangan sosial pada lapisan masyarakat, terutama kecacatan
mental sudah menjadi permasalahan yang harus segera diselesaikan. Bantuan
secara materi bukan menjadi satu-satunya solusi untuk menyelesaikannya.
Penyandang tunagrahita sebagai pemikir dibawah normal sudah selayaknya
juga ditangani dengan cara yang khusus. Dengan begitu perlu adanya tindakan
preventif lain untuk mengurangi permasalahan tersebut.
Tindakan preventif merupakan sebuah tindakan yang diambil untuk
mengurangi terjadinya suatu kejadian tidak diinginkan dimasa akan datang.
Upaya preventif biasanya dilakukan kepada pihak yang belum atau rentan
terhadap suatu masalah, definisi dari tindakan pencegahan adalah prevention
atau pencegahan terdiri dari berbagai pendekatan, prosedur dan metode yang
dibuat untuk meningkatkan kompetensi interpersonal seseorang.
7
Melihat dari permasalahan di atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Tindakan Preventif dalam Upaya Memutus Vicious
Circle Problem Penyandang Tunagrahita Di Kampung Idiot” dengan rumusan
masalah sebagai berikut :
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan gambaran tersebut, rumusan masalah yang diangkat
dalam penelitian ini adalah bagaimana tindakan preventif masyarakat desa
dalam upaya memutus vicious circle problem penyandang tunagrahita di
kampung idiot?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini, yakni untuk melakukan action dan mendeskripsikan
bagaimana tindakan preventif masyarakat desa dalam upaya memutus vicious
circle problem penyandang tunagrahita di kampung idiot.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Teoritis
Adapun manfaat teoritis yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah dapat mengembangkan kajian-kajian ilmu sosial yang berhubungan
dengan kesenjangan sosial khususnya di masyarakat penyandang tunagrahita,
guna memperkaya ranah pengetahuan sosiologis bidang sosial.
b. Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini harapannya dapat dijadikan acuan
pemerintah, pihak desa dan masyarakat setempat dalam melakukan tindakan
8
yang seharusnya perlu dilakukan untuk menangani permasalahan sosial dalam
aspek penyandang Tunagrahita.
1.5 Definisi Konsep
a. Tindakan Preventif
Tindakan preventif merupakan sebuah tindakan yang diambil
untuk mengurangi terjadinya suatu kejadian tidak diinginkan di masa akan
datang. Upaya preventif biasanya dilakukan kepada pihak yang belum atau
rentan terhadap suatu masalah, definisi dari tindakan pencegahan adalah
prevention atau pencegahan terdiri dari berbagai pendekatan, prosedur dan
metode yang dibuat untuk meningkatkan kompetensi interpersonal
seseorang.6
b. Vicious Circle ( Lingkaran setan/perangkap kemiskinan)
Vicious circle atau lingkaran setan kemiskinan adalah serangkaian
kekuatan yang saling mempengaruhi secara demikian rupa sehingga
menimbulkan keadaan dimana suatu Negara akan tetap miskin dan akan
tetap mengalami banyak kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan
yang lebih tinggi. Suatu negara akan jadi miskin karena ia merupakan
Negara Miskin (A country is poor besause it is poor).7
c. Tunagrahita
Penyandang Tunagrahita merupakan individu yang memiliki
keterbatasan dalam perkembangannya. Keterbatasan ini berakibat pada
kemandirian mereka di masyarakat yang mengalami kendala. Mayoritas
6Hengki Fram Noris. 2015. Upaya PreventifOrang Tua Dari Tindak Pedofilia Pada Anak.
Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung. 7Marbun.2015. Teori Kemiskinan
Diambil dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49563/4 diakses pada 03 Oktober
2016 pada pukul 07.54 wib
9
penyandang Tunagrahita sebagian besar merupakan anak-anak.
Penyandang tunagrahita adalah mereka yang mengalami hambatan dalam
intelegensi atau kemampuan bawaan. Penyandang Tunagrahita mengalami
kelemahan dalam banyak hal seperti rendahnya kemampuan akademik,
kemampuan personal, kemampuan vokasional, dan mengalami gangguan
motorik. Anak Tunagrahita ringan adalah anak yang memiliki kemampuan
berfikir dibawah rata-rata, mereka juga mengalami keterbelakangan dalam
bersosialisasi dengan lingkungannya, mereka tidak mampu untuk berfikir
abstrak, logis dan sukar dalam memusatkan perhatian dan mengungkapkan
kembali suatu ingatan yang sudah disapatkan oleh anak Tunagrahita
tersebut.8
1.6 Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu dengan menggunakan
metode yang tepat, dimana data yang dikumpulkan harus ada relevansi
dengan masalah yang dihadapi. Metode adalah suatu penelitian
yangmempunyai peran penting dalam pengumpulan data, merumuskan
masalah, analisis dan interpretasi data. Dalam penelitian ini metode yang
digunakan sebagai berikut:
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yakni
menggunakan metode pendekatan PRA (Participatory Rural Appraisal).
PRA adalah suatu metode pendekatan untuk mempelajari kondisi dan
8Rosnita.2012. Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan 1 Sampai 10 Melalui
Media Kalung Berangka Pada Anak Tunagrahita Ringan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, 15-22
10
kehidupan pedesaan dari, dengan, dan oleh masyarakat desa. Atau dengan
kata lain dapat disebut sebagai kelompok metode pendekatan yang
memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan
menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa,
serta membuat rencana dan bertindak.
Dalam penelitian ini juga menggunakan metode penilaian RRA
(Rapid Rural Apraisal). Dalam metode ini ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan, yaitu: Pertama, efektivitaas dan efisiensi, kaitannya dengan
biayaaa, waktu, dengan perolehan informasi yang dapat dipercaya. Kedua,
hindari bias melalui instropeksi, dengarkan, tanyakan secara berulang-
ulang. Ketiga, triangulasi sumber informasi dan libatkan tim multi-disiplin
untuk bertanya dalam beragam perspektif. Keempat, belajar dari dan
bersama masyarakat. Kelima, belajar cepat melalui eksplorasi atau
penjelajaan dan pengamatan, cross-check dan jangan terpaku pada bahan
yang telah disiapkan. Metode RRA digunakan untuk pengumpulan
informasi secara akurat dalam waktu yang terbatas ketika keputusan
pembangunan pedesaan harus segera diambil.9
Tabel 3.Kesinambungan RRA dan PRA
Sifat Proses RRA PRA
Cara melakukan Penggalian-elicitif Berbagi-pemberdayaan
Peranorang luar Penyelidik Facilitator
Informasi dimiliki,
dianalisis dan
digunakan oleh
Orang luar Masyarakat setempat
Metode yang
digunakan
RRA PRA
9Robert Chambers. 1996. Participatory Rural Appraisal : Memahami Desa Secara Partisipatif.
Yogyakarta: Oxfam Kanisius.
11
Sumber : Robert Chambers dalam buku Participatory Rural Apraisal
Konsepsi dasar pandangan PRA adalah pendekatan yang
tekanannya pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan.
Metode PRA bertujuan menjadikan warga masyarakat sebagai peneliti,
perencana dan pelaksana program pembangunan, bukan obyek
pembangunan. Artinya masyarakat di desa Karangpatihan ikut
berpartisipasi dan menjadi bagian dari proses pembangunan desa tersebut.
Konsep dan solusi pembangunan tidak menjadi keputusan mutlak seorang
peneliti, akan tetapi menjadi kesepakatan bersama masyarakat dan
dikerjakan secara bersama oleh masyarakat Karangpatihan.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Jenis penelitian
ini data yang diperoleh berupa kata-kata atau tindakan, maka penelitian ini
hanya menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi atau berbagai
variabel.Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang datanya
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan berupa angka-angka
atau angket.10Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berupa
peristiwa dan sejarah munculnya sebutan kampung idiot di desa
Karangpatihan.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa Karangpatihan Kecamatan Balong
Kabupaten Ponorogo. Adapun alasan peneliti dalam menentukan lokasi
penelitian ini yaitu :
10Moleong, Lexy.2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. remaja Rosdakarya. Hlm.
6
12
Dari 5 desa di Ponorogo yang mendapat predikat sebagai kampung
idiot, desa Karangpatihan menjadi lokasi paling banyak penyandang
tunagrahita dan letak geografis desa yang jauh dari perkotaan membuat
desa tersebut terlilit oleh kemiskinan. Dengan kondisi seperti itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian secara partisipatif bagaimana upaya
desa tersebut dalam memutus vicious circle problem penyandang
tunagrahita yang sudah ada puluhan tahun lamanya.
D. Subyek Penelitian
Aktivitas awal dalam proses pengumpulan data adalah menentukan
subyek penelitiannya. Hal ini penting agar tidak terjadi kesalahan dalam
menentukan informan, sebab dari merekalah diharapkan informasi dapat
terkumpul sebagai upaya untuk menjawab pertanyaan penelitian yang
diajukan. Subyek penelitian menurut Amirin (1986) merupakan seseorang
atau sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh keterangan.11
Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
purposive sampling atas dasar pertimbangan tertentu, kemudian
menentukan kriteria informan atau subjek penelitian yang dianggap
memiliki kecakapan informasi. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data purposive sampling agar tidak terjadi pelebaran atau
dapat dikatakan agar pernyataan dan data yang diberikan sesuai dengan
tujuan peneliti. Adapun informan yang dipilih sebagai berikut:
1) Kepala Desa. Sebagai keyperson dan orang nomor satu di desa,
kepala desa merupakan orang yang memahami desa secara luas
11Muhammad Idrus. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial:Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif:Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
13
dan menyeluruh. Dengan demikian informasi akan lebih
mudah didapat.
2) 3 (tiga) Tokoh Masyarakat. Dalam penelitian ini yang
dimaksud tokoh masyarakat antara lain yaitu mantri atau bidan
desa dan dua perangkat desa. Subyek ini diambil karena
darinya akan didapat beberapa informasi terkait penyebab
munculnya penyandang tunagrahita. Selain hal tersebut, para
tokoh desa yang diambil sebagai informan juga sebagai orang
yang selama ini melakukan tindakan preventif.
Pemilihan informan di atas diambil dalam upaya untuk
mempermudah mendapatkan informasi yang terpercaya. Jadi informan
yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 4 orang.
E. Sumber Data
1) Data Primer
Data primer yaitu data yang berasal langsung dari sumber data
dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan
permasalahan yang diteliti.12Data primer diperoleh dari sumbernya
(subjek penelitian). Peneliti mengamati, melakukan wawancara dan
mecatatnya pada saat melakukan observasi di lokasi penelitian, yakni
Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo.
2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak
langsung dari objek yang diteliti, sumber data sekunder biasanya
12Cooper dan Emory.1996.Metode Penelitian Bisnis. Jakarta. Erlangga.
14
didapat dari berbagai sumber yang berkaitan dengan data seperti
internet, jurnal dan berbagai literature yang berkaitan dengan penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini tentu memerlukan adanya data-data, yakni sebagai
bahan yang akan diteliti dan untuk memperolehnya perlu adanya metode
yang dipakai sebagai bahan pendekatan. Adapun teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut:
1) Observasi
Pengamatan dalam metode observasi dapat diklasifikasikan
melalui cara berperanserta dan yang tidak berperanserta. Pada
pengamatan tanpa peranserta pengamat atau peneliti hanya melakukan
satu fungsi; yaitu mengadakan pengamatan.Pengamat atau peneliti
berperanserta melakukan dua peranan sekaligus, yaitu; sebagai
pengamat atau peneliti dan sekaligus menjadi anggota resmi dari
kelompok yang diamati.13
Berdasarkan macam-macam metode pengamatan tersebut,
metode observasi yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu dilakukan
secara terus terang. Dengan kata lain, dari beberapa subjek yang diteliti
terutama tokoh desa tersebutmengetahui sejak awal bahwa peneliti
melakukan kegiatan penelitian. Dalam penelitian ini, langkah awal yang
dilakukan peneliti adalah menemui kepala desa maupun tokoh desa
Karangpatihan untuk meminta izin melakukan observasi awal terhadap
13Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. remaja Rosdakarya.
Hlm.126
15
kondisi desa dan keadaan setiap keluarga penyandang tunagrahita di
desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo.
2) Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,
percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
dan yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan wawancara tidak terstruktur.Wawancara tidak terstruktur
adalah wawancara yang sangat terbuka, dengan jawaban lebih luas dan
bervariasi.
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui
secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih
banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh informan. Berdasar
analisis terhadap setiap jawaban dari informan tersebut, maka peneliti
dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah
pada suatu tujuan.14 Dalam hal ini peneliti akan melakukan pendekatan
kepada para tokoh desa, seperti kepala desa untuk mendapatkan
informasi yang terpercaya.
3) FGD (Focus Group Discussion)
Metode FGD merupakan salah satu metode pengumpulan data
penelitian dengan hasil akhir memberikan data yang berasal dari
interaksi sejumlah partisipan penelitian, seperti umumnya metode-
metode pengumpulan data lainnya. Berbeda dengan metode
14Sugiyono, 2012.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
16
pengumpulan data lainnya, metode FGD memiliki sejumlah
karakteristik, diantaranya, merupakan metode pengumpulan data untuk
jenis penelitian kualitatif dan data yang dihasilkan bersal dari eksplorasi
interaksi sosial yang terjadi ketika proses diskusi yang dilakukan para
informan yang terlibat.
Tujuan utama dari metode FGD adalah untuk memperoleh
interaksi data yang dihasilkan dari suatu diskusi sekelompok partisipan
atau responden dalam hal meningkatkan kedalaman informasi
menyikap berbagai aspek suatu fenomena kehidupan.15 Sesuai dengan
pendekatan yang dialkukan dalam penelitian ini yakni PRA
(participatory rural appraisal) maka peneliti akan melakukan metode
pengumpulan data menggunakan teknik FGD. Pada saat dialkukan
FGD , peneliti mengajak beberapa warga dan tokoh masyarakat yang
ikut berpartisipasi dalam melakukan tindakan preventif untuk
berdiskusi dan membahas serta mencari solusi bersama untuk
menyelesaikan permasalahan penyandang tunagrahita di Desa
Karangpatihan.
4) Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi dilakukan
dengan memanfaatkan data-data yang telah ada di lokasi penelitian
yang digunakan untuk membantu menganalisa penelitian.Dokumentasi
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa foto-foto dari lokasi
penelitian, berkas-berkas yang bisa menunjang data dalam penelitian
15Yati Afiyanti. 2008.Focus Group Discussion (Diskusi Kelompokterfokus) Sebagai Metode
Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif. Jurnal keperawatan Indonesia, Vol 12, No.1; hal 58-62
17
ini, kemudian data tersebut dikaji kembali dengan maksud melengkapi
data-data yang diperoleh sebelumnya.Sifat utama dari data ini tidak
terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada
peneliti untuk mengetahui hal-hal yang terjadi sebelumnya.Data-data
yang diambil berupa berkas yang berkaitan dengan penyandang
tunagrahita di kampung idiot Karangpatihan.Selain berkas juga berupa
dokumentasi para penyandang tunagrahita.Pengambilan dokumentasi
dilakukan pada saat melakukan observasi.
G. Teknik Analisa Data
Dalam membahas tentang analisis data dalam penelitian kualitatif,
para ahli memiliki pendapat yang berbeda. Pendekatan yang dipakai yakni
menggunakan PRA (Participatory Rural Appraisal) maka teknik analisa
data yang dipakai berbeda dengan penelitian kualitatif pada umumnya.
Dalam buku Robert Chambers yang berjudul PRA atau Memahami Desa
Secara Partisipatif di jelaskan beberapa hal, yaitu: (1) Pengumpulan data;
(2) Triangulasi; (3) Optimalisasi Hasil; (4) Keberlanjutan Program; (5)
Penyajian Data dan (6) penarikan kesimpulan atau verifikasi. Keenam
kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang jalin-menjalin pada saat
sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar
untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis pada pendekatan
PRA. Berikut adalah skema model analisa yang digunakan dalam
penelitian ini:
18
Gambar 1. Model Analisa Data dengan Pendekatan PRA
Sumber: Robert Chambers16
1) Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh melalui observasi di desa
Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. Data ini
berupa data sekunder yang berupa foto-foto serta hasil pengamatan
terhadap kondisi penyandang tunagrahita. Dalam pengumpulan data
tersebut teknik yang digunakan yakni dengan RRA (Rapid Rural
Apraisal) atau memahami desa secara cepat. Hal ini dilakukan demi
tercapainya informasi yang falid secara cepat dan tepat.
2) Triangulasi
Untuk mendapat informasi yang kedalamannya dapat dipercaya,
bisa digunakan konsep triangulasi yang merupakan bentuk pemeriksaan
dan pemeriksaan ulang (check and recheck) Triangulasi dilakukan
melalui penganekaragaman keanggotaan (disiplin ilmu), sumber
16Robert Chambers. 1996. Participatory Rural Appraisal : Memahami Desa Secara Partisipatif.
Yogyakarta: Oxfam Kanisius.
Pengumpulan data Triangulasi
i
Optimalisasi Hasil
Keberlanjutan Program Penarikan Kesimpulan Penyajian Data
19
informasi (latar belakang golongan masyarakat, tempat) dan variasi
teknik.
3) Optimalisasi Hasil
Optimalisasi hasil dalam pendekatan PRA sangat diperhatikan,
dimana tujuan dari pendekatan penelitian tersebut adalah keterlibatan
peneliti sebagai fasilitator maupun masyarakat desa yang ikut serta
daalam pembangunan. Pelaksanaan PRA memerlukan waktu, tenaga
narasumber, pelaksana yang terampil, partisipasi masyarakat yang
semuanya terkait dengan dana. Untuk optimalisasi hasil dengan pilihan
yang menguntungkan mutlak harus diprtimbangkan. Oleh karenanya
kuantitas dan akurasi informasi sangat diperlukan agar jangan sampai
kegiatan yang berskala besar namun biaya yang tersedia tidak cukup..
4) Keberlanjutan Program
Pada pendekatan PRA, disisi mementingkan bagaimana
optimalisasi hasil yang baik, namun keberlanjutan program yang telah
dilaksanakan sangat perlu di perhatikan. Keberlanjutan program
menjadi salah satu tolak ukur dari kegiatan yang telah dilaksanakan,
selain itu terkadang dijadikan sebagai indikator keberhasilan suatu
penelitian yang bersifat praktis dan partisipatif. Masalah dan
kepentingan masyarakat selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan masyarkat itu sendiri. Karenanya, pengenalan
masyarakat bukan usaha yang sekali kemudian selesai, namun
merupakan usaha yang berkelanjutan. Bagaimanapun juga program
20
yang mereka kembangkan dapat dipenuhi dari prinsip dasar PRA yang
digerakkan dari potensi masyarakat.
5) Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.Dengan penyajian data maka akan memudahkan
untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Kegiatan ini dilakukan
oleh peneliti dari hasil reduksi data yang sudah dilakukan tentang
tindakan preventif dalam upaya memutus vicious circle
problempenyandang tunagrahita.Penyajian data yang baik merupakan
langkah penting untuk menuju tercapainya analisa yang valid dan
terpercaya.
6) Penarikan Kesimpulan
Pengambilan kesimpulan dilakukan setelah penyajian data
selesai. Teknik penyajian data dilakukan secara rapi dan sistematis,
maka setelah itu diambil suatu kesimpulan. Kesimpulan yang ada
adalah menjawab dari rumusan masalah dan temuan-temuan baru yang
ada di lapangan.
Top Related