1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi telah membuat banyak perubahan dalam
kehidupan sehari-hari manusia. Dengan perkembangan teknologi, umat manusia
saat ini dapat terhubung satu sama lain. Perubahan yang tejadi karena arus
informasi, serta konten-konten yang disajikan melalui teknologi salah satunya
berupa televisi. Televisi merupakan teknologi yang paling digemari saat ini,
mayoritas masyarakaat di seluruh dunia maupun di Indonesia memanfaatkan
televisi sebagai sumber informasi dan hiburan utamanya. Selain itu, dengan
adanya televisi juga dapat meningkatkan kinerja dan mendorong berbagai
kegiatan sehingga dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat, akurat, dan efisien
yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari.
Semua informasi dapat kita temukan dengan menonton televisi, baik
informasi mengenai agama, keamanan, budaya, seni, peradaban, olah raga,
memasak, ilmu pengetahuan, musik maupun informasi dunia kreatif yang dapat
menginspirasi penikmatnya. Selain informasi yang disebutkan diatas, kita juga
sering menyaksikan informasi yang membahas tentang kesehatan di televisi. Hal
itu karena televisi mengerti kebutuhan pemirsanya khususnya bagi mereka yang
ingin hidup sehat. Kesehatan merupakan harta yang paling berharga, banyak
2
orang mengeluarkan puluhan juta sampai dengan ratusan juta rupiah demi
mendapatkan kondisi badan yang sehat jasmani.
Dengan adanya program acara Dr. OZ Indonesia di Trans TV, ibu rumah
tangga tertolong secara biaya maupun efisiensi waktu untuk mendapatkan
informasi tentang kesehatan. Setidaknya masyarakat mendapatkan informasi
secara murah mengenai berbagai macam jenis penyakit dan penyebabnya.
Dengan menonton program acara Dr. OZ Indonesia di Trans TV, ibu rumah
tangga dapat mendapatkan informasi langsung dari layar kaca televisi yang ada
di rumah mereka masing - masing, selain itu mereka dapat menyaksikan acara
tersebut sembari berkumpul dengan keluarga dan menyelesaikan pekerjaan
rumah mereka seperti menyiapkan makan untuk keluarga, membersihkan rumah,
menyetrika pakaian dll.
Tayangan Dr. OZ Indonesia waktu penayangannya setiap hari Sabtu dan
Minggu pukul 15:00-16.00 WIB. Program acara Dr. OZ Indonesia ini sendiri
merupakan tayangan yang mengadobsi acara Dr. OZ Amerika. Dengan adanya
tayangan Dr OZ Amerika, masyarakat di negara adikuasa tersebut berangsur-
angsur dapat mengubah pola hidup sembarangan dengan pola hidup yang lebih
sehat. Perilaku hidup sehat saat ini bukanlah sesuatu yang remeh lagi bagi
masyarakat pada umumnya dan ibu rumah tangga pada khususnya. Sejak dari
dulu, sering sekali mendengar bahwasanya biaya untuk berobat ke rumah sakit
atau sejenisnya cukup memakan biaya yang mahal, bahkan sangat mahal.
Mahalnya biaya kesehatan di Indonesia disebabkan beberapa faktor,
faktor yang sering disebutkan di media massa yaitu mengenai kecilnya anggaran
3
yang dikeluarkan pemerintah dibidang kesehatan. Untuk masalah anggaran,
Indonesia masih harus mengeluarkan biaya ekstra pada sarana lain seperti
pendidikan, pembangunan, pertahanan, pekerjaan umum, kebudayaan setra
bidang agama selain untuk menjamin kesehatan itu sendiri. Data dari
Departemen Keuangan tahun 2014 menyebutkan, alokasi APBN pada tahun 2014
ditujukan untuk sektor kesehatan melalui kementerian kesehatan hanya mendapat
3,8% dari total APBN.
Jika saja anggaran untuk kesehatan dapat ditingkatkan menjadi 15% dari
total APBN sesuai dengan patokan dari badan kesehatan dunia (WHO), bisa saja
kualitas hidup masyarakat semakin tinggi dan Sumber Daya Manusia (SDM)
dapat meningkat. Karena masyarakat tidak banyak terbebani lagi jika nantinya
mengalami sakit dan harus dirawat di rumah sakit baik negeri maupun swasta.
kalaupun anggaran tersebut tidak dapat dialokasikan untuk bidang kesehatan
sebanyak 15% dari total APBN karena kebutuhan yang harus ditanggung negara
untuk kemajuan dibidang lainnya juga sangat tinggi, setidaknya ada peningkatan
yang signifikan sebanyak minimal 5% dari APBN untuk sekedar meningkatkan
layanan kesehatan yang juga menjadi keluhkan masyarakat Indonesia.
Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), Asuransi Kesehatan
(ASKES), (BPJS Kesehatan) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
serta jasa asuransi swasta yang menjadi pilihan dari masyarakat saat ini. Karena
jika tidak ada jaminan kesehatan seperti yang tersebutkan diatas, biaya yang
mahal akan kita dapatkan jika berobat ke rumah sakit.
4
Tayangan Dr. OZ Indonesia di Trans TV dengan pembawa acaranya dr.
Ryan Thamrin dan asistennya dr. Reisa Broto Asmoro memberikan informasi
kesehatan dan solusi kesehatan disetiap topik bahasannya. Ditambah lagi dengan
selalu mendatangkan pakar atau dokter ahli dibidangnya sesuai dengan
pembahasan penyakit pada saat itu. Selain itu, program acara ini juga
mendatangkan bintang tamu dari kalangan artis atau tokoh - tokoh terkemuka
sebagai penunjang dan berbagi kisah pengalaman masing - masing mengenai
masalah kesehatan. Tidak hanya berbincang - bincang saja dengan bintang tamu
atau mengenai topik bahasan, dr. Ryan juga memberikan contoh melalui gambar,
animasi, maupun alat berbentuk replika manusia. Seringkali dr. Ryan meminta
penonton untuk turut berpartisipasi dalam memperagakan bagaimana suatu
penyakit dapat muncul atau suatu penyakit dapat diminimalkan. Penjelasan yang
di utarakan juga menggunakan kalimat yang sangat mudah dimengerti oleh
pemirsanya. Selain mudah dimengerti, yang terpenting adalah penjelasan hingga
bagian yang paling dasar dari suatu penyakit.
Diakhir penekanan akan hal yang disampaikan, dr. Ryan serta dr. Reisa
Broto Asmoro juga memberikan tips dan cara - cara agar terhindar dari suatu
penyakit. Tips inilah sebagai informasi yang akurat dan dibutuhkan oleh ibu
rumah tangga, karena mencegah lebih baik daripada mengobati.
Ibu rumah tangga di RT I–III RW 01 Kelurahan Krampyangan
Kecamatan Bugul Kidul Kota Pasuruan dengan adanya tayangan Dr. OZ versi
Indonesia di Trans TV mendapatkan pengetahuan dan informasi khususnya
mengenai dunia kesehatan. Ditambah lagi dengan ancaman penyakit kanker yang
5
selalu menjadi musuh utama bagi stiap perempuan, membuat tayangan ini
menjadi bermanfaat bagi mereka khususnya bagi ibu rumah tangga.
Beberapa hal dan kebiasaan sehari-hari dapat menjadi ancaman kesehatan.
Beatrice dalam bukunya yang berjudul udara dan kesehatan anda memaparkan
banyak hal yang dapat mengancam kesehatan seperti, polusi yang sering timbul
didalam rumah yaitu debu, asap rokok (jika ada anggota keluarga perokok aktif),
senyawa organik yang mudah menguap (pewangi, pelarut, pengusir serangga dll).
Sebagai ibu rumah tangga, pengetahuan mengenai beberapa hal tersebut haruslah
diketahui dengan baik. Karena selain debu, berbagai contoh diatas merupakan zat
kimia yang sering digunakan dan bersentuhan langsung dengan keseharian ibu
rumah tangga. Jika penggunaannya tidak tepat akan menimbulkan permasalahan
kesehatan yang cukup serius.
Ancaman kesehatan bagi ibu rumah tangga di RT I – III RW 01
Kelurahan Krampyangan Kecamatan Bugul Kidul Kota Pasuruan juga datang
dari polusi udara yang lebih besar skalanya serta pencemaran di air sungai. Polusi
udara dengan skala besar yang dirasakan masyarakat dan ibu rumah tangga di
kota Pasuruan tidak hanya berasal dari asap kendaraan bermotor. Sebagai salah
satu kota industri di Jawa Timur, banyak sekali pabrik – pabrik baik kecil mupun
besar yang berada diwilayah kota Pasuruan. Pabrik – pabrik inilah yang
menghasilkan limbah berupa polusi udara yang luar biasa mengganggu
pernafasan serta sebagian dari pabrik tersebut memanfaatkan sungai sebagai
pembuangan limbahnya. Hasilnya dapat dirasakan dengan ketidaknyamanan
6
masyarakat dengan aroma limbah hasil produksi yang beraroma tidak sedap,
serta kondisi air yang berubah warna ketika limbah produksi dibuang ke sungai.
Kondisi seperti ini yang dapat menimbulkan gejala sesak nafas jika polusi
udara terus – menerus dialami oleh masyarakat di kota Pasuruan dan ibu-ibu
rumah tangga di RT I – III RW 01 Kelurahan Krampyangan Kecamatan Bugul
Kidul Kota Pasuruan pada khususnya. Selain itu, masih adanya warga yang
memanfaatkan aliran sungai sebagai pemenuhan kebutuahn seperti membuang air
besar dan mencuci pakaian, hal ini dapat mengakibatkan permasalahan kesehatan
berupa gatal-gatal sampai dengan kanker jika kulit mereka secara terus-menerus
bersinggungan dengan limbah pabrik yang bercampur dengan air sungai.
Jika menengok kembali rutinitas ibu rumah tangga, kita akan menemukan
kegiatan berupa masak memasak. Kegiatan memasak merupakan kegiatan dan
rutinitas yang dapat dikatakan sebagai kewajiban bagi kebanyakan ibu rumah
tangga di Indonesia. Dalam sehari, ibu rumah tangga dapat melakukannya dua
hingga tiga kali dalam sehari sesuai dengan kebutuhan keluarga masing-masing.
Namun, dalam proses memasak ini sering sekali ibu rumah tangga mengabaikan
beberapa hal mengenai kesehatan dalam proses membuat makanan, mulai dari
kebersihan hingga sampai pada kualitas pemilihan makanan itu sendiri.
Makanan yang tidak bersih membawa banyak sekali bakteri, bakteri
inilah yang akan menimbulkan gangguan pencernaan jika daya tahan tubuh tidak
bekerja maksimal sesuai dengan fungsinya untuk melindungi tubuh. Kurang
menjaga kebersihan makanan dalam hal ini sering sekali terjadi ketika ibu rumah
tangga akan memakan makanan yang bisa secara langsung dimakan tanpa ada
7
proses untuk memasaknya seperti, buah apel, buah jambu dan anggur. Makanan
tersebut sepintas terlihat mata memang seolah bersih, namun sebelum dimakan
haruslah dibilas dengan air bersih karena banyak sekali bakteri yang menempel.
Hal ini dikarenakan makanan tersebut telah tersentuh tangan orang lain dan
tangan kita sebelumny. Tangan itu sendiri merupakan bagian yang paling banyak
terdapat bakteri karena memiliki peluang yang paling banyak untuk bersentuhan
langsung dengan benda lain seperti remot TV, gagang pintu, laptop, pisau, sapu
yang jumlah bakterinya bahkan melebihi yang ada di closet kamar mandi.
Dalam proses memasak, terkadang ibu rumah tangga melupakan
kandungan nilai gizi yang ada pada bahan makanan tersebut. Karena setiap bahan
makanan memiliki karakteristik dan nilai gizi yang berbeda-beda. Seperti tomat
yang memiliki kandungan vitamin yang cukup banyak, namun memiliki
karakteristik yang mudah hancur. Dibandingkan dengan daging yang memiliki
tekstur yang lebih kenyal dan padat tentu saja perlakuan dan cara memprosesnya
akan berbeda. Bahan makanan lain juga demikian harus mendapatkan porsi
perhatian dalam mengolahnya dengan tepat. Karena jika bahan makanan yang
diolah dengan sembarangan akan berkurang nilai gizinya. Jika hal tersebut
dilakukan setiap harinya malah akan berdampak pada kesehatan karena ibarat
tubuh hanya diberi asupan ampas tanpa adanya gizi yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh untuk beraktivitas. Kesalahan dalam proses memasak inilah yang sering
kali diutarakan oleh dr. Ryan Thamrin dan dr. Reisa dalam acara Dr. OZ
Indonesia kepada ibu-ibu rumah tangga agar lebih memperhatikan makanan yang
8
akan dimakan setiap harinya. Sehingga dapat menciptakan kehidupan yang lebih
sehat tanpa ada permasalahan kesehatan yang sangat membebani kehidupan.
Selain pemicu munculnya penyakit yang biasa dilakukan didalam rumah,
kondisi kesehatan sekitar (luar rumah) juga sangat perlu diperhatikan bagi ibu
rumah tangga di RT I – III RW 01 Kelurahan Krampyangan yaitu, ancaman
penyebaran virus HIV-AIDS yang sampai saat ini dunia ilmu kesehatan masih
belum mendapatkan obatnya.
Dari data Ditjen PP & PL Kemenkes RI tahun 2014, Provinsi Jawa
Timur merupakan kawasan dengan catatan kasus HIV-AIDS terbesar ke-2 dari
seluruh Provinsi yang ada di Indonesia setelah Provinsi DKI Jakarta dengan
jumlah total kasus paling banyak yaitu pengidap HIV 32,782 orang dan AIDS
7,477 orang. Data tersebut dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL Kemenkes RI pada
Juni 2014 yang menyebutkan bahwa jumlah kasus HIV-AIDS di Jawa Timur ada
sebanyak 18,210 kasus HIV dan 8,976 kasus AIDS. Di kota Pasuruan baik kota
maupun kabupaten, kasus HIV-AIDS setiap tahunnya semakin meningkat
jumlahnya. Data dari Dinas Kesehatan dan lembaga terkait dalam 5 tahun
terakhir kota Pasuruan masuk dalam lima besar kota di Jawa Timur dengan
jumlah pengidap HIV-AIDS terbanyak, bahkan kota Pasuruan sempat berada di
peringkat ketiga setelah kota Surabaya dan kota Malang pada tahun 2009.
Jumlah kasus HIV-AIDS di kota dan kabupaten Pasuruan secara umum
tercatat dari tahun 1993 s/d 2014 sebanyak 751 kasus dengan angka kematian
tercatat kurang lebih 116 kematian. Permasalahan mengenai penyebaram
penyakit HIV-AIDS yang ada di Pasuruan Raya baik ditingkat kota maupun
9
kabupaten telah menjadi pemberitaan baik ditingkat lokal maupun tingkat
nasional. Media - media cetak maupun elektronik telah beberapa kali
mengeluarkan pemberitaan mengenai banyaknya penderita HIV-AIDS di Kota
Pasuruan. Seperti pemberitaan pada Surabaya POST pada tahun 2009 menulis
judul “Kota Santri Pasuruan Epidemi AIDS”.
Pemberitaan ini menjadi sebuah kritikan serta sindiran kepada masyarakat
kota Pasuruan secara umum. Bahwa, seharusnya dengan sebutan kota santri
dengan jumlah lembaga pendidikan dan pondok pesantren berbasis islami yang
semakin menjamur jumlahnya, kota Pasuruan dapat menekan catatan kasus HIV-
AIDS yang setiap tahun jumlahnya dapat meningkat hingga 200% lebih dari
catatan kasus tahun sebelumnya.
Belum lagi penyebaran para pekerja seks komersial (PSK) dari lokasi
porstitusi Doli Surabaya yang telah digusur pada pertengahan tahun 2014,
semakin membuat kota-kota yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Surabaya
seperti kota Pasuruan menjadi imbas perpindahan para PSK. Diantara PSK yang
berpindah dari Surabaya ke kota Pasuruan, masih banyak yang belum terdata
oleh Dinas Kesehatan. Hal ini yang akan semakin menambah permasalahan
kesehatan yang berhubungan dengan HIV-AIDS di Kota Pasuruan dimassa yang
akan datang khususnya bagi generasi muda dan generasi yang akan menjadi
calon ibu rumah tangga dikemudian hari.
Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Korelasi Antara Terpaan Tayangan Program Acara Dr. OZ Indonesia Di Trans
10
TV Dengan Perilaku Hidup Sehat” (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RT I - III RW
01 Kelurahan Krampyangan Kecamatan Bugul Kidul Kota Pasuruan).
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian yang ada di latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
Adakah korelasi antara terpaan tayangan program acara Dr. OZ Indonesia
di Trans TV dengan perilaku hidup sehat ibu rumah tangga RT I – III RW 01
Kelurahan Krampyangan Kecamatan Bugul Kidul Kota Pasuruan?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah ada korelasi antara terpaan tayangan program
acara Dr. OZ Indonesia di Trans TV dengan prilaku hidup sehat ibu rumah
tangga RT I - III RW 01 Kelurahan Krampyangan Kecamatan Bugul Kidul Kota
Pasuruan.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Akademis
Penelitian ini dapat menjadi referansi bagi banyak pihak,
khususnya bagi mahasiswa ilmu komunikasi yang ingin melakukan
penelitian tentang korelasi antara tayangan program acara televisi terhadap
perilaku penontonnya.
11
1.4.2 Kegunaan Praktis
Dapat digunakan sebagai masukan bagi setiap orang. Khususnya
bagi ibu rumah tangga RT I - III RW 01 Kelurahan Krampyangan
Kecamatan Bugul Kidul Kota Pasuruan, bahwa menjalankan pola hidup
sehat bukanlah aktivitas yang menyulitkan, karena pada saat ini kita dapat
mendapat informasi tentang kesehatan dengan cara yang sangat mudah
hanya melalui layar televisi lewat program acara kesehatan yang
ditayangkan seperti acara Dr. OZ Indonesia di Trans TV.
1.5 Tinjauan Puastaka
1.5.1 Komunikasi Massa
1.5.1.1 Pengertian dan Perkembangan Komunikasi Massa
Komunikasi massa dapat diartikan sebagai jenis komunikasi yang
ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim
melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima
secara serentak dan sesaat. (Rakhmat dalam Winarni, 2003: 6).
Perkembangan komunikasi massa telah berlangsung jauh sebelum
adanya media elektronik dan media cetak muncul. (De Fleur dalam Winarni,
2003:6 s/d 8) Membagi perkembangan komunikasi massa dalam beberapa
tahapan yaitu:
a. Abad penggunaan isyarat dan lambang-lambang
Pada massa ini, manusia mengenal cara-cara yang yang masih sangat
sederhana dengan menggunakan isyarat atau tanda-tanda, serta lambang-
12
lambang yang diciptakan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Manusia pada
saat itu belum dapat berkomunikasi melalui percakapan dengan bahasa, karena
belum adanya pengaturan sistem bunyi dan sistem berbahasa.
Cara berkomunikasi dilakukan dengan cara gerakan tangan, volume
suara atau tanda-tanda yang disepakati untuk kemudian dipertahankan sehingga
mampu dijadikan alat mempertukarkan informasi yang berkaitan dengan
keperluan mereka.
b. Abad berbicara dan penggunaan bahasa
Kurang lebih 300.000 tahun sampai dengan 200.000 tahun Sebelum
Masehi mulai lahir manusia dengan kemampuan untuk berbicara dan berbahasa
secara terbata-bata dalam kelompok masyarakat tertentu (HOMOSAPIENS).
Namun, penggunaan media berbicara itu belum diubah dalam bentuk
perlambangan bahasa.Misal huruf yang mewakili satu konsep bunyi ujaran.
c. Abad penggunaan media tulisan
Kurang lebih 5000 tahun Sebelum Masehi manusia mulai memasuki
abad yang mengenal dan menggunakan media komunikasi tulisan. Hal ini
ditandai dengan penemuan beberapa tulisan di beberapa tempat, seperti di Cina,
Mesir, dan mesopotamia.
Penemuan tersebut berkaitan dengan masa dimana penyampaian pesan
menggunakan media gambar, diperkenalkannya sistem bunyi ujaran dalam
bentuk perlambangan bahasa serta, diperkenalkannya huruf-huruf yang terdapat
pada peradaban Mesir kuno.
d. Abad penggunaan media cetakan.
13
Penemuan mesin cetak pertama di kota Mainz, Jerman oleh John
Guttenberg pada tahun 1455 dianggap sebagai awal lahirnya istilah komunikasi
massa. Karena dengan teknologi yang satu ini manusia akhirnya dapat
memperbanyak pesannya kepada khalayak luas dengan mengandalkan salah satu
sifat komunikasi massa yakni perbanyakan pesan melalui perbanyakan media.
Pada dasawarsa awal abad ke-20, komunikasi massa semakin meluas
ketika adanya radio mulai digunakan secara masal. Kemudian disusul dengan
televisi pada dekade berikutnya. Pada awal masa adanya televisi sebagai
konsumsi publik secara umum, masyarakat di berbagai penjuru dunia merasakan
dampak dari media massa yang ada pada saat itu, dengan munculnya pesan-pesan
propaganda dari negara-negara yang maju melalui media kepada semua
masyarakat yang ada di penjuru dunia. Saat ini, kita memasuki era
telekomunikasi dengan digunakannya sistem satelit ruang angkasa dan jaringan
komputer.
1.5.1.2 Karakter Komunikasi Massa
Seabagai bentuk komunikasi massa media massa memiliki karakter
yang bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
a. Publisitas
Bahwa media massa adalah produk pesan dan informasi yang
disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak, massa;
Adanya pesan dan informasi yang menarik tidak akan lepas dari media
massa, karena dengan pesan-pesan inilah media massa menjadi sumber dan
14
pencarian informasi bagi masyarakat luas atau khalayak. Semakin menarik isi
pesan media massa, semakin banyak khalayak yang menikmatinya serta akan
semakin banyak pula pemasukan media massa tersebut dari dana sponsor yang
menyokong keuangannya.
b. Universalitas
Bahwa pesannya bersifat umum dan tidak dibatasai pada tema-tema
khusus, berisi segala aspek kehidupan, dan semua peristiwa di berbagai tempat,
juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang
banyak (masyarakat umum);
Karakter universalitas dalam media massa menjadikan media massa itu
sendiri seolah tidak terbatas ruang dan waktu, karena dengan tidak adanya tema
khusus media massa bebas untuk menggali informasi apapun itu tak terkecuali
dari benda-benda mati sekalipun. Hal ini dikarenakan ilmu pengetahuan manusia
tidak terbatas pada sesuatu yang bernyawa, benda mati juga memiliki sisi unik
yang mampu di pelajari serta fenomena alam yang muncul tidak henti-hentinya
membuat penasaran banyak orang. Masih ada alam semesta yang misterius dan
tak terbatas jaraknya, khalayak luas dalam hal ini masih terus menunggu –
nunggu penemuan fenomena baru yang ada di luar angkasa yang belum banyak
di ketahui oleh manusia.
c. Perioditas
waktu terbit atau tayangnya bersifat tatap atau berkala, misalnya harian
atau mingguan, atau siaran sekian jam per hari. Perioditas membuat media massa
memiliki penikmat tersendiri, karena hal inilah yang semakin menambah nilai
15
penasaran dan ingin tahu. Contohnya majalah olahraga khusus sepak bola yang
hanya terbit pada hari rabu, menjadikan penikmat majalah tersebut akan
menunggu dengan rasa penasaran sampai pada hari rabu selanjutnya untuk dapat
menikmati informasi tentang sepak bola.
d. Kontinuitas
Artinya berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan periode
tayang, mengudara atau jadwal tebit serta jadwal yang jelas dan tayangan
menarik tak akan lepas dari media massa, karena tanpa ada jadwal tayang atau
terbit yang jelas periodenya membuat penikmat media massa akan berpindah
untuk menikmati media massa lainnya yang lebih jelas periodenya. Periode
tayang ini juga yang menggambarkan nilai profesionalitas media massa tersebut,
hal ini dikarenakan masyarakat tidak akan merasa di permainkan jika jadwal
tayang atau terbit jelas periode waktunya.
e. Aktualitas
Berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips
baru, dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi
kepada publik.
Aktualitas menjadi salah satu yang ditunggu-tunggu oleh khalayak. Hal
ini dikarenakan khalayak tidak ingin tertinggal dalam hal informasi terbaru, jika
media massa tidak mempublikasikan hal-hal yang tidak baru dapat membuat
penikmatnya bosan dan terkesan monoton karena informasi yang disajikan sudah
terlebih dahulu diketahui (Soyomukti. 2012:199).
16
1.5.1.3 Efek komunikasi Massa
Rata - rata orang menghabiskan lebih banyak waktu dengan
menggunakan media daripada tidak menggunakan media (Veronis, Suhler,
Stevenson dalam Biagi, 2010:5). Dengan permintaan konsumsi media yang
cukup besar, efek timbul akibat perpindahan informasi atau konten media dari
komunikator kepada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu
efek dapat melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis dari
mengkonsumsi media massa.
Komunikasi massa diklasifikasikan menjadi efek kognitif (cognitive
effect), efek afektif (affective effect) dan efek konatif atau yang sering disebut
sebagai efek behavioral (Rakhmat, 2003:318). Efek kognitif berhubungan dengan
pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya
tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Ketika khalayak
tidak mengetahui bahwasanya gelaran empat tahunan piala dunia
diselenggarakan di negara Brasil, berita pada media cetak atau elektronik
mengabarkan hal tersebut. Sehingga khalayak tidak merasa kebingungan tentang
kapan dan dimana piala dunia diselenggarakan, bahkan informasi yang diterima
akan semakin lengkap dengan pembahasan dari sisi-sisi lain dari
penyelenggaraannya. Arus informasi tidak hanya merujuk pada satu hal saja,
namun meliputi seluruh aspek kehidupan seperti ilmu pengetahuan, agama, sosial
budaya dan sebagainya. Contoh pesan komunikasi melalui media massa yang
menimbulkan efek kognitif antara lain: berita, tajuk rencana, acara penerangan,
acara pendidikan dan sebagainya.
17
Efek afektif berkaitan dengan perasaan, efek ini diakibatkan karena
mengkonsumsi media massa seperti menonton televisi, mendengarkan radio,
membaca koran atau majalah, sehingga muncul perasaan tertentu dari khalayak.
Efek perasaan yang timbul akibat media massa seperti ketakutan sehingga
merinding, lucu sehingga tertawa terbahak - bahak, sedih sehingga mengeluarkan
air mata dan lain - lain. Adapula perasaan yang muncul di dalam hati, misalnya:
perasaan benci, kesal, kecewa, marah, sinis, gemas, sayang dan sebagainya.
Perasaan yang timbul ketika mengkonsumsi sebuah media merupakan dampak
yang pasti terjadi, karena media massa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi
khalayak luas baik melalui suara, gambar, tulisan, maupun foto. Contoh media
konten media massa yang dapat mempengaruhi khalayak dan menimbulkan efek
afektif antara lain: drama film, foto, cerita bergambar, sajak, sandiwara radio,
drama televisi dan lain-lain.
Efek konatif bersangkutan dengan niat, upaya, tekat, usaha yang
cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Hubungannya dengan efek
behavioral karena efek konatif berbentuk perilaku, sehingga sering terdengar
bahwa efek konatif sama dengan efek behavioral. Efek konatif muncul setelah
efek kognitif dan efek afektif, artinya efek konatif tidak berdampak secara
langsung ketika khalayak mengkonsumsi media massa, melainkan diawali oleh
efek kognitif dan efek afektif.
18
1.5.1.4 Televisi Sebagai Media Massa
Televisi sebagai media massa artinya televisi merupakan tontonan
umum yang dapat dinikmati oleh semua orang. Khalayak yang menikmati
televisi tidak terbatas oleh usia, jadi semua orang baik tua, muda, anak-anak,
laki-laki, perempuan dapat menikmati tontonan yang ditayangkan oleh televisi.
Daya tarik dari televisi sangat kuat, sehingga memiliki pengaruh paling
tinggi dibandingkan dengan pengaruh dari radio serta media cetak. Penyampaian
dalam televisi itu sendiri merupakan perpaduan antara suara, gambar bergerak,
serta warna dan efek pendukung yang muncul secara bersamaan dan saling
mengisi dan melengkapi antara satu dengan sama lain. Sehingga khalayak
penonton tidak membutuhkan lagi daya imajinasi untuk memahami apa yang
sedang ditayangkan didalamnya. Televisi juga dapat dinikmati hanya dari dalam
rumah saja tanpa harus kita bepergian, sehingga menonton televisi dapat
dilakukan dengan suasana nyaman dan seaman mungkin di rumah dengan
berbagai acara hiburan di dalamnya.
Selain banyaknya keunggulannya, televisi juga memiliki kelemahan.
Pesan yang disampaikan dalam televisi bersifat sepintas saja. Hal ini karena
ketika kita telah menonton televisi, belum tentu kita mendapatkan konten yang
sama persis dengan apa yang ditonton pada sebelumnya. Karena tayangan dalam
televisi akan selalu berubah-ubah dengan sesuatu yang lebih baru dan jarang
sekali untuk mengulangi apa yang telah ditayangkan sebelumnya.
19
Banyak alasan yang melatar belakangi seseorang untuk menikmati
tayangan yang disajikan oleh televisi sebagai media massa. Adapun alasan
mengapa seseorang menonton televisi menurut McQuail (2011: 175) yaitu:
a. Pengalihan: Melarikan diri dari rutinitas atau masalah sebagai pelepasan
emosi.
b. Hubungan personal: Kegunaan sosial, Pertemanan.
c. Identitas pribadi: rujukan-sendiri, eksplorasi realitas, penguatan nilai.
d. Pengawasan: (bentuk pencarian informasi).
Televisi sebagai media massa sangat dirasakan fungsinya oleh
masyarakat Indonesia beberapa waktu yang lalu yaitu ketika proses kampanye
untuk memperebutkan kursi presiden republik Indonesia periode 2014 - 2019.
Stasiun televisi pada saat itu beramai-ramai menayangkan berita maupun
informasi berupa profil dari kandidat calon presiden mulai dari pendidikan, garis
keturunan, dan jenjang karir dari calon presiden.
Berita dan informasi meupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh
media massa (Nurudin, 2007:101). Tak hanya itu, Iklan kampanye yang muncul
juga tidak ada henti-hentinya menghiasi layar kaca televisi untuk mengajak
masyarakat dari Sabang sampai Merauke memilih salah satu calon presiden.
Ketika proses kampanye televisi sebagai media massa sangat dirasakan
penting ketika untuk pertama kalinya diadakan dialok serta penyampaian visi dan
misi dari setiap calon presiden melalui acara depat kebangsaan. Khalayak luas
baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri bisa secara langsung
20
mendengarkan dan mengamati program-program yang akan di laksanakan calon
presiden ketika nantinya telah terpilih.
Banyak opini-opini yang muncul ketika tayangan dialog, iklan, dan
acara debat selesai ditayangkan di televisi. Opini maupun tanggapan dari
masyarakat luas yang bermunculan inilah semakin membuat dinamika
perpolitikan di Indonesia membuka babak baru dengan televisi sebagai media
massa sebagai motor penggeraknya. Tak hanya itu, masyarakat Indonesia kini
menjadi turut aktif dalam dunia politik contohnya seperti banyaknya postingan
yang muncul pada blog-blog pribadi setelah menonton calon presiden
menyampaikan visi-misi dan ditayangkan di televisi.
Hal ini dapat diartikan bahwasanya masyarakat sudah sangat kritis
menanggapi tayangan yang muncul dilayar kaca televisi, televisi dapat
mengkontruksi aspek kehidupan baik dari sikap sampai dengan tingkah laku.
1.5.1.5 Perilaku Hidup Sehat
Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk mencegah penyakit,
perawatan kebersihan diri, dan penjagaan kebugaran melalui olahraga dan
makanan bergizi (Sarwono, dalam Sunaryo 2004:19). Artinya, perilaku hidup
sehat merupakan tingkah laku atau tindakan yang telah menjadi kebiasaan untuk
senantiasa menjaga kondisi tubuh agar tetap dalam keadaan sehat.
21
Dalam perkembangannya mengenai pembahasan perilaku hidup sehat,
Becker (dalam Notoatmojo 2005:47) menyebutkan tentang berbagai kegiatan
yang dapat digolongkan sebagai perilaku hidup sehat antara lain:
a. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang disini
adalah pola makan sehari-hari yang memenuhi kebutuhan tubuh baik menurut
jumlahnya (kuantitas), maupun jenisnya (kualitas).
b. Kegiatan fisik secara teratur dan cukup. Kegiatan fisik disini tidak harus olah
raga. Bagi seseorang yang pekerjaannya sudah memenuhi gerakan-gerakan
fisik secara rutin dan teratur, sebenarnya sudah dapat dikategorikan berolah
raga secara teratur.
c. Tidak merokok dan meminum minuman keras serta menggunakan narkoba.
Merokok adalah kebiasaan yang kurang sehat, namun di Indonesia jumlah
perokok cenderung meningkat. Hampir 50% pria dewasa di Indonesia adalah
perokok. Sedangkan peminum minuman keras dan penggunaan narkoba
meskipun masih rendah (sekitar 1,0%), tetapi semakin meningkat.
d. Istirahat yang cukup. Istirahat yang cukup bukan saja berguna untuk
memelihara kesehatan fisik tetapi juga kesehatan mental. Dengan
berkembangnya iptek dewasa ini, juga memacu orang untuk meningkatkan
kehidupannya, baik dibidang sosial dan ekonomi yang akhirnya mendorong
orang bersangkutan untuk bekerja keras tanpa menghiraukan beban fisik dan
mentalnya. Istirahat yang cukup adalah kebutuhan dasar menusia untuk
mempertahankan kesehatannya.
22
e. Pengendalian dan manajemen stress. Stress adalah bagian dari kehidupan
semua orang, tanpa pandang bulu. Semua orang terlepas dari tingkat sosial,
ekonomi, jabatan atau kedudukan, dan sebagainya mengalami stress. Stress
tidak dapat dihindari oleh siapa saja, namun yang dapat dilakukan adalah
mengatasi, mengendalikan atau mengelola stress tersebut agar tidak
mengakibatkan gangguan kesehatan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan
mental (rohani).
f. Perilaku atau gaya hidup positif yang lain untuk kesehatan. Inti dari perilaku
ini adalah tindakan atau perilaku seseorang, agar dapat terhindar dari
berbagai macam penyakit dan masalah kesehatan, termasuk perilaku untuk
meningkatkan kesehatan.
1.5.1.6 Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan sering disebut urban community. Pengertian
masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri
kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Adapun beberapa ciri
yang menonjol pada masyarakat kota dalam (Fajriati, 2015: 1 s/d 2) yaitu :
1. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan
keagamaan didesa.
2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus
bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan
atau individu.
3. Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan
23
mempunyai batas-batas yang nyata.
4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih
banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa.
5. Interaksi yang terjadi lebih banyak terjadi berdasarkan pada faktor
kepentingan dari pada faktor pribadi.
6. Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar
kebutuhan individu.
7. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota
biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
1.5.1.7 Teori Stimulus-Organisme-Response (S-O-R)
Disebutkan dalam Effendi (2003: 254 s/d 255) menyebutkan bahwa
teori stimulus – organisme – response ini semula berasal dari psikologi. Kalau
kemudian menjadi teori komunikasi tidaklah mengherankan. Karena objek
material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia dan
jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognitif, afektif,
dan konatif.
Teori ini menjelaskan pengaruh yang terjadi ketika khalayak atau
individu menerima pesan (stimulus) dari komunikator sebagai akibat dari proses
komunikasi. Tingkat pengaruh yang di hasilkan tergantung pada besar kecilnya
isi pesan (stimulus) yang diberikan, serta seberapa perhatian dan pemahaman dari
penerima pesan. Hal tersebut dapat digambarkan pada bagan dibawah ini.
24
Tabel 1.1
Bagan Teori S-O-R
Gambar diatas menunjukkan perubahan sikap yang bergantung pada
proses yang terjadi pada individu. Seperti yang terlihat pada bagan, terdapat tiga
unsur yaitu stimulus (S) merupakan pesan, organisme (O) adalah pihak yang
menerima pesan receiver, dan respon (R) adalah akibat atau pengaruh yang
terjadi dinyatakan dengan tindakan terhadap pesan setelah proses perhatian,
peengertian dan penerimaan yang dilakukan receiver (Effendi, 2003:255 s/d 256).
1.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara dan perlu
pembuktian kebenarannya terhadap permasalahan penelitian. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh oleh
pengumpulan data (Arikunto,2010:110)
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha (Hipotesis Kerja) = Ada korelasi antara terpaan tayangan pada program
acara DR. OZ Indonesia di Trans TV terhadap
prilaku hidup sehat
STIMULUS
ORGANISME
- PERHATIAN
- PENGERTIAN
- PENERIMAAN
RESPONSE
(PERUBAHAN
SIKAP)
25
Ho (Hipotesis nol) = Tidak ada korelasi antara terpaan tayangan pada
program acara DR. OZ Indonesia di Trans TV
terhadap prilaku hidup sehat.
1.7 Definisi Konseptual
Bertujuan untuk menyamakan pemahaman terhadap konsep dan
permasalahan yang akan diteliti. Sehingga tidak ada kebingungan mengenai
pengertian yang dapat menjadikan penelitian tidak terarah dan jauh dari
permasalahan yang akan diteliti.
a. Terpaan media
Terpaan media adalah banyaknya informasi yang diperoleh melalui
media, yang meliputi frekuensi, atensi dan durasi penggunaan pada setiap jenis
media yang digunakan (Rakhmat 2012:66).
b. Perilaku hidup sehat
Perilaku hidup sehat merupakan tingkah laku atau tindakan yang telah
menjadi kebiasaan untuk senantiasa menjaga kondisi tubuh agar tetap dalam
keadaan sehat.
c. Ibu rumah tangga
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga dapat
diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai
macam pekerjaan rumah tangga, atau dengan pengetian lain ibu rumah tangga
merupakan seorang istri (ibu) yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan dalam
rumah tangga/tidak bekerja di kantor (BPPB Kemendikbud, 2012).
26
1.8 Definisi Operasional
1.8.1 Variabel Independent (X)
1.8.1.1 Terpaan Tayangan Program Acara DR.OZ di Trans TV
Program acara DR. OZ Indonesia disini adalah sebuah program acara
yang berisi tentaang berita atau informasi mengenai dunia medis yang
berhubungan dengan kesehatan. Program acara ini hadir setiap hari Sabtu dan
Minggu pada pukul 15.00 WIB. Program acara tersebut memberikan manfaat
mengenai berita dan informasi kepada masyarakat khususnya ibu – ibu rumah
tangga sebagai target audience program tersebut yang membutuhkan pengetahuan
lebih tentang menjaga kesehatan dan cara untuk mengatasi masalah kesehatan.
Indikatornya adalah :
a. Frekuensi ibu rumah tangga menonton tayangan program acara Dr. OZ
Indonesia di Trans TV.
b. Intensitas ibu rumah dalam menonton tayangan program acara Dr. OZ
Indonesia di Trans TV.
c. Tingkat pengetahuan ibu rumah tangga terhadap tayangan Dr. OZ Indonesia di
trans TV.
d. Daya tarik tayangan program acara Dr. OZ Indonesia di Trans TV.
1.8.2 Variabel Dependent (Y)
1.8.2.1 Prilaku Hidup Sehat
Prilaku hidup sehat adalah suatu sikap yang sudah menjadi kebiasaan
untuk senantiasa menjaga kondisi tubuh agar tetap dalam keadaan sehat.
27
Indikatornya adalah:
a. Menerapkan perilaku hidup sehat dengan memperhatikan makanan yang
dikonsumsi
b. Lebih memperhatikan segala hal yang berhubungan dengan kesehatan
c. Lebih menyadari pentingnya hidup sehat
d. Mempunyai pengetahuan lebih tentang mengetasi masalah kesehatan.
1.9 Metode Penelitian
Awal mula dari sebuah penelitian yaitu dari sebuah masalah dan diakhiri
dengan memberikan jawaban atas masalah tersebut. Untuk menjawab masalah-
masalah yang sedang diteliti diperlukan suatu metode tertentu. Adapun dalam
masalah ini peneliti menggunakan metode sebagai berikut:
1.9.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif yang
pengumpulan datanya disajikan dalam bentuk data dan angka-angka.
Dalam penelitian kuantitatif, hasil penelitian melalui sampel digunakan
sebagai perwakilan atau dapat diberlakukan untuk populasi
(Arikunto,2010:27 s/d 28). Jenis penelitian ini menggunakan jenis
penelitian eksplanatif, dengan pendekatan asosiatif karena bermaksud
untuk menjelaskan hubungan antara variabel x dan y. Kemudian
penyajiannya datanya dalam bentuk interval (Sugiyono,2012:25 s/d 26).
Pemilihan terhadap masing-masing jawaban responden pada pertanyaan
28
dalam angket untuk jawaban (a) diberi skor 5, untuk jawaban (b) diberi
skor 4, untuk jawaban skor (c) diberi skor 3, sedangkan (d) diberi skor 2,
dan (e) diberi skor 1.
1.9.2 Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini akan dilakukan pada ibu rumah
tangga di wilayah RT I - III RW 01 Kelurahan Krampyangan Kecamatan
Bugul Kidul Kota Pasuruan. Lokasi ini dipilih berdasarkan observasi awal,
masih ada warga yang menderita penyakit kelas berat atau
membahayakan seperti penyakit jantung, liver (hati) dan ginjal yang
disebabkan oleh berbagai faktor kesehatan. Disisi lain bahan baku
konsumsi serta makan yang beredar di pasaran saat ini, baik dilokasi
penelitian maupun disekitar lokasi penelitian masih sangat rentan
mengandung bahan kimia berbahaya yang tidak diketahui oleh ibu-ibu
rumah tangga. Disamping itu, serta kebiasaan yang secara tidak sadar
merupakan hal yang tidak menyehatkan. Kondisi sosial di lingkungan
Kota Pasuruan saat ini semakin terancam oleh para PSK (Pekerja Seks
Komersial) terjangkit virus HIV-AIDS yang belum terdata oleh Dinas
kesehatan dan lembaga lainnya. Para pekerja seks komersial tersebut
berpindah tempat akibat ditutupnya lokalisasi terbesar di Asia Tenggara
yaitu Doli, Surabaya.
29
1.9.3 Populasi dan Sampel
1.9.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2012:61). Populasi dalam penelitian ini ibu tangga di RT I - III
RW 01 Kelurahan Krampyangan Kecamatan Bugul Kidul Kota Pasuruan,
yang telah menonton acara Dr. OZ Indonesia di Trans TV periode Juni –
Agustus 2014 dan yang mengaku minimal 15 kali menonton dalam sebulan.
Sehingga berdasarkan pra-survey ditemukan jumlah populasi 30 orang.
1.9.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiyono,2012:62). Dari jumlah populasi sebanyak 30 orang
ibu rumah tangga, penentuan sampling dengan menggunakan teknik total
sampling. Sehingga sampling dalam penelitian ini ditetapkan berjumlah 30
orang ibu rumah tangga RT I–III RW 01 Kelurahan Krampyangan
Kecamatan Bugul Kidul Kota Pasuruan.
1.9.4 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli 2014 – April 2015.
30
1.9.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
1.9.5.1 Angket
Teknik ini merupakan upaya yang dilakukan peneliti untuk
mendapatkan dan mengumpulkan data melalui pembuatan daftar
pertanyaan dengan jumlah pilihan jawaban yang telah ditetapkan oleh
peneliti (Hamidi, 2010:140). Tujuannya adalah mengetahui dan
mendapatkan informasi tentang sikap dan pendapat yang lebih
mendalam dari responden. Data yang didapatkan merupakan
informasi yang menyeluruh mengenai pengaruh terpaan tayangan
pada program acara DR. OZ Indonesia di Trans TV terhadap perilaku
hidup sehat ibu rumah tangga di Kelurahan Krampyangan Kecamatan
Bugul Kidul Kota Pasuruan.
1.10 Uji Instrumen
1.10.1 Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono,
2012:348). Dalam uji validitas ini peneliti menggunakan teknik korelasi
produk momen (Arikunto, 2010: 213).
Dengan rumus :
31
Dimana :
r xy = indeks korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan
x = X - X
y = Y - Y
X = skor rata-rata dari X
Y = Skor rata-rata dari Y
1.10.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang
reliabel (dapat dipercaya) apabila datanya memang benar sesuai dengan
kenyataan, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama (Arikunto,
2010:221).
Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus
Alpha sebagai berikut :
2
2
11 11
b
b
k
kr
Keterangan:
2 2 y x
xy r xy
32
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal
2
b = Jumlah varians butir
2
b = Varians total (Arikunto, 2010:239)
Suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai
Cronbach’s Alpha > 0,60. Setelah dilakukan pengujian terhadap data
maka dapat diketahui bahwa data yang diperoleh adalah valid dan reliabel
sehingga proses analisis berikutnya dapat dilanjutkan.
1.11 Teknik Analisis Data
Data-data yang diperoleh sebelum disajikan dalam bentuk informasi
akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan bantuan program SPSS.
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis
deskriptif kuantitatif. Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui
data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiono, 2012:29).
Langkah awal untuk menganalisa data dalam penelitian ini adalah
pembuatan tabel distribusi jawaban responden. Tabel distribusi jawaban
tersebut digunakan untuk melihat skor-skor dari setiap butir soal kemudian
skor-skor tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan skor total. Setelah membuat
tabel distribusi jawaban atau tabulasi silang, maka langkah selanjutnya adalah
33
penyusunan distribusi frekwensi.
Untuk mengetahui korelasi antara terpaan tayangan program acara Dr.
OZ Indonesia di Trans TV terhadap prilaku hidup sehat ibu rumah tangga RT I
– III RW 01 Kelurahan Krampyangan Kecamatan Bugul Kidul Kota Pasuruan
digunakan analisis korelasi dengan rumus sebagai berikut: (Sugiyono,
2012:228).
Dimana :
xyr = Korelasi antara variabel x dengan y
x =
y =
22 yx
xyrxy
xxi
yyi
Top Related