1
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang
Revitalisasi selama ini dilihat sebagai upaya untuk menghidupkan kembali suatu
kawasan atau bagian kota yang dulu pernah hidup akan tetapi mengalami kemunduran dan
dapat mengalami penurunan kualitas lingkungan. Suatu kawasan yang mengalami penurunan
kualitas lingkungan permukiman normal, akibat keterbatasan ruang dalam memenuhi
permintaan berbagai kegiatannya (kegiatan politik, ekonomi, sosial dan budaya) pada suatu
tata ruang kota (Hardiyanti, 2005). Revitalisasi juga dapat digunakan sebagai upaya untuk
menghidupkan kembali kawasan, bangunan-bangunan, jalan-jalan dan lingkungan kuno yang
mengalami kemunduran dengan menerapkan fungsi baru dalam penataan arsitektural aslinya
untuk meningkatkan kegiatan ekonomi, sosial, pariwisata, dan budaya (Dewi dkk, 2008).
Secara umum revitalisasi memiliki makna sebagai penghidupan kembali kawasan dengan
memasukan fungsi atau kegiatan baru secara modern. Selain itu juga dapat merangsang
kegiatan-kegiatan baru sehingga kawasan menjadi lebih aktif.
Revitalisasi dapat dilakukan di Kawasan Bersejarah yang mengalami kemunduran dan
penurunan kualitas untuk dapat menghidupkan dan mempertahankan citra kawasan tersebut.
Kawasan Bersejarah merupakan salah satu kawasan yang terkena dampak perkembangan ruang
kota yang tidak seimbang dengan bertambahnya penduduk yang menyebabkan peralihan fungsi
lahan, sehingga mengakibatkan semakin tingginya harga lahan. Kawasan bersejarah atau kota
lama di Indonesia terus mengalami tekanan pembangunan yang mana berdampak pada aset
budaya berupa bangunan tua dan kawasan kota lama menjadi terancam oleh modernisasi.
Pembangunan kota yang kurang dapat mengakomodasi kepentingan budaya dan hanya
berfokus pada pembangunan ekonomi seringkali mengakibatkan kota tidak lagi menyisakan
warisan budaya yang bersejarah. Secara umum pada Undang-Undang No. 11 tahun 2010
tentang Cagar Budaya secara tersirat sudah menyatakan keberadaan kawasan cagar budaya,
namun operasionalisasi dan implementasi proses perlindungan masih terbuka lebar (Adhisakti,
2013). Program revitalisasi merupakan bagian dari urban regeneration dimana keduanya
memiliki tujuan yang sama untuk menghidupkan kembali kawasan yang sudah mati dan
mengalami kemunduran. Namun revitalisasi berfokus pada perbaikan kawasan sesuai dengan
struktur Kawasan Kota Lama Semarang sedangakan urban regeneration menambahkan
sesuatu yang baru untuk menghidupkan kembali kawasan dengan penambahan struktur baru.
Oleh sebab itu Kawasan Kota Lama Semarang lebih mengarah kepada program revitalisasi
untuk membuat kawasan kembali hidup sesuai dengan karakteristik kawasan.
Kawasan Kota Lama Semarang merupakan salah satu kawasan bersejarah yang
mengalami revitalisasi. Kota Lama Semarang sebagai kota peninggalan Kolonial yang
bersejarah dan menjadi awal berkembangnya Kota Semarang, Kota Lama Semarang dianggap
mampu mendukung pariwisata Kota Semarang. Kawasan Kota Lama memiliki kekayaan
historis yang tidak ternilai, keberadaan bangunan-bangunan tua di Kawasan Kota Lama
mempunyai nilai ekonomis dan historis yang juga dapat dugunakan untuk daerah kunjungan
wisata. Kota Semarang memiliki catatan sejarah dan aset pusaka yang berada di Kota Lama
Semarang sebagai salah satu pembentuk karakter kota. Kota Semarang menjadi pusat distribusi
barang di Pulau Jawa dalam peraturan perdagangan dunia pada akhir abad 18 hingga awal abad
20, yang sangat berharga dan harus dilestarikan dan dipikirkan keberlanjutannya (Puspitasari,
2018). Posisi Kota Semarang pada waktu itu menjadi sangat penting dan vital, dalam
percaturan perdagangan dunia. Kawasan Kota Lama Semarang perlu dijaga dan dilestarikan
agar dapat membawa keuntungan bagi lingkungannya (Budiharjo, 2012). Revitalisasi
dilakukan untuk melestarikan keberadaan dan meningkatkan kondisi baik fisik lingkungan,
sosial, maupun ekonomi terus dikembangkan di Kawasan Kota Lama Semarang yang menjadi
salah satu aset cagar budaya. Keberhasilan suatu program revitalisasi Kawasan Kota Lama
tentu tidak akan luput dari sebuah perencanaan matang yang melalui berbagai tahapan, demi
terciptanya suatu kondisi yang diinginkan.
Perencanaan revitalisasi yang dilakukan di Kawasan Kota Lama Semarang sesuai
dengan perundang-undangan yang dilakukan oleh pemerintah Kota Semarang, seperti Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 6/PRT/M/2007 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan serta Peraturan
Daerah Kota Semarang Nomor 8 tahun 2003 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Kawasan Kota Lama. Program revitalisasi merupakan salah satu program yang gencar
dilakukan Pemerintah Kota Semarang untuk menghidupkan kembali kawasan, bangunan–
bangunan, jalan-jalan dan lingkungan yang berada di Kawasan Kota Lama Semarang. Program
revitalisasi di Kawasan Kota Lama Semarang dimulai pada tahun 2016 yang memiliki tujuan
utama untuk menghidupkan kawasan menjadi destinasi wisata.
Revitalisasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi, sosial,
pariwisata dan budaya dengan melakukan pemanfaatan ruang fungsi rekreasi dan budaya serta
peningkatan kualitas lingkungan/kawasan. Program revitalisasi merupakan bagian dari strategi
dan program pembangunan di bidang pariwisata yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota
3
Semarang. Revitalisasi Kawasan Kota Lama Semarang merupakan perwujudan dukungan
sepenuhnya terhadap pelestarian obyek wisata dan budaya sekaligus upaya pemberdayaan
potensi Kota Semarang sebagai salah satu kawasan pariwisata sehingga dapat memberikan
kontribusi yang lebih signifikan pada penyelenggaraan, pengembangan dan pemberdayaan
aset-aset Pemerintah Kota Semarang. Revitalisasi dilakukan dengan memperbaiki kondisi fisik
seperti jalan dan bangunan-bangunan, peningkatan kualitas lingkungan dengan menata sistem
sirkulasi dan mengatur pola pemanfaatan ruang. Namun disisi lain revitalisasi yang dilakukan
oleh pemerintah tidak memperhatikan aspek non fisik seperti kondisi sosial dan kondisi
ekonomi.
Program revitalisasi yang dilakukan di Kota Lama Semarang kemudian diikuti dengan
Keputusan Walikota Semarang Nomor 12 Tahun 2007 tanggal 12 Juli 2007 tentang
Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Kawasan Kota Lama
(BPK2L) Semarang dan Surat Keputusan Walikota Semarang Nomor 646/7 tanggal 6 Agustus
2011 tentang Pengangkatan Keanggotaan Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L)
Semarang 2011-2013 yang berisi oleh pakar-pakar konservasi cagar budaya, akademisi dan
praktisi yang ada di Kota Semarang. Dengan kewenangan untuk melaksanakan sebagian
kewenangan konservasi dan revitalisasi Kawasan Kota Lama serta tugas BPK2L adalah
mengelola, mengembangkan dan mengoptimalkan potensi Kawasan Kota Lama melalui
pelaksanaan konservasi, revitalisasi, pengawasan dan pengendalian Kawasan Kota Lama.
Revitalisasi yang dilakukan di Kawasan Kota Lama Semarang yang merubah kondisi
fisik dan memperbaiki kondisi lingkungan berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat, khususnya yang tinggal dan masyarakat yang memiliki usaha di sekitar Kawasan
Kota Lama Semarang. Pada penelitian ini ditelaah lebih dalam mengenai pengaruh revitalisasi
terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat dalam keberlangsungan hidupnya. Proses
revitalisasi di Kota Lama Semarang terjadi dengan tujuan agar kawasan tersebut kembali
menjadi salah satu destinasi wisata yang hidup. Oleh sebab itu keterlibatan masyarakat dalam
perencanaan revitalisasi perlu diperhatikan karena masyarakat yang tinggal dan masyarakat
yang memiliki usaha di Kawasan Kota Lama Semarang yang akan mendapatkan dampak secara
langsung.
1.2 RumusanMasalah
Kawasan Kota Lama Semarang merupakan salah satu aset pusaka Kota Semarang yang
sering mendapat sorotan sebagai salah kawasan cagar budaya. Kawasan ini sangat banyak
sekali mempunyai nilai sejarah. Kota Lama yang dulunya merupakan pusat Kota Semarang,
dengan bangunan-bangunan yang mengandung nilai sejarah kemudian tidak terfungsikan
secara optimal. Bangunan-bangunan yang ada sebagian besar terlihat tidak terawat, berkesan
tak berpenghuni, dan bahkan seakan seperti kota mati. Hal tersebut menimbulkan adanya citra
yang tampak adalah kawasan Kota Lama dengan gedung-gedung kuno dan kusam. Melihat
kondisi yang terjadi pada Kota Lama yang seperti ini, program revitalisasi dipilih untuk
diterapkan guna untuk melestarikan keberadaan dan meningkatkan kondisi baik fisik
lingkungan, sosial, maupun ekonomi kawasan Kota Lama (Ichwan, 2004). Revitalisasi yang
dilakukan merupakan salah satu upaya untuk menghidupkan kembali kawasan Kota Lama
Semarang.
Program revitalisasi merupakan salah satu strategi dari program pembangunan
kepariwisataan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Semarang. Revitalisasi Kawasan Kota
Lama Semarang merupakan perwujudan upaya terhadap pelestarian obyek bersejarah sekaligus
upaya pemberdayaan potensi Kota Semarang sebagai kawasan pariwisata sehingga dapat
memberikan kontribusi pada penyelenggaraan, pengembangan dan pemberdayaan aset-aset
Pemerintah Kota Semarang. Program revitalisasi yang terjadi di Kota Lama Semarang memang
telah menghidupkan kembali kegiatan wisata didalamnya. Namun seiring perkembangannya,
terdapat beberapa indikasi masalah seperti peningkatan harga lahan, perubahan kondisi sosial
ekonomi masyarakat dan perubahan kondisi lingkungan (Sari dkk, 2017).
Kawasan Kota Lama Semarang sebagai hystorical city, yaitu konsep pengembangan
kota yang menggabungkan nilai budaya dan sejarah yang ramah lingkungan. Kawasan Kota
Lama Semarang merupakan salah satu wisata dengan banyaknya bangunan-bangunan kuno
yang didalamnya terdapat unsur-unsur historis sejarah dan budaya (Grahadwiswara, 2014).
Kawasan Kota Lama memiliki bangunan-bangunan tua yang banyak dipengaruhi oleh gaya
arsitektur tradisional Jawa, Eropa, dan Cina. Namun, seiring dengan adanya pengembangan
program revitalisasi yang berada di Kawasan Kota Lama Semarang, maka Kawasan Kota Lama
Semarang lebih diarahkan terhadap konsep kawasan yang lebih menarik dengan memiliki nilai
ekonomis lebih yang bernuansa modern (Sari dkk, 2017). Konsep yang dikembangkan dengan
penataan kembali sistem sirkulasi dan penataan pusat perdagangan barang antik sehingga
tampak asing. Perdagangan barang antik diubah dengan konsep berada di dalam gendung
tersendiri yang mana sebelum revitalisasi perdagangan barang antik berada pada ruang terbuka
sehingga menjadi ciri khas Kawasan Kota Lama Semarang. Hal tersebut dapat menghilangkan
unsur penduduk asli yang merubah keadaan sosial dan aktivitas ekonomi di dalam Kawasan
Kota Lama Semarang.
5
Revitalisasi yang dilakukan di Kawasan Kota Lama Semarang berindikasi
menimbulkan beberapa masalah seperti nilai lingkungan kawasan yang meningkat dan adanya
perubahan pemanfaatan ruang yang dapat menimbulkan perubahan aktivitas yang terjadi di
Kawasan Kota Lama Semarang. Adanya revitalisasi diharapkan aktivitas wisata semakin
meningkat sehingga wisatawan yang datang juga meningkat. Namun disisi lain hal tersebut
menimbulkan beberapa perubahan kondisi sosial ekonomi khususnya terhadap masyarakat
yang tinggal dan masyarakat yang memiliki usaha di Kawasan Kota Lama Semarang.
Revitalisasi yang dilakukan telah merubah pola aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat yang
bergantung terhadap Kawasan Kota Lama Semarang dimana kondisi sosial ekonomi mulai
mengalami pergerseran fungsi aktivitas.
Dampak yang dirasakan masyarakat yang tinggal dan masyarakat yang memiliki usaha
di Kawasan Kota Lama Semarang dengan adanya revitalisasi akan terasa apabila revitalisasi
tidak diimbangi dengan peran aktif dari masyarakat yang berada didalamnya. Permasalahan
revitalisasi akan muncul mulai dari persepsi masyarakat terhadap perencaan revitalisasi,
perubahan tempat tinggal, perubahan mata pencaharian dan penurunan tingkat pendapatan
(Wongso, 2006). Revitalisasi yang dilakukan di Kawasan Kota Lama Semarang bertujuan agar
kawasan tersebut tetap terpelihara fungsinya serta menunjukkan citra Kota Semarang. Program
revitalisasi diharapkan mampu menjadi salah satu solusi yang tidak akan merubah struktur
masyarakat dan citra Kawasan Kota Lama Semarang agar tetap memelihara ciri kebudayaan
yang menjadi kebanggaan Kota Semarang. Dimana revitalisasi merupakan usaha untuk
menghidupkan kembali vitalitas suatu kawasan melalui peningkatan kualitas lingkungan, tanpa
merubah struktur fisik yang berarti. Arah program ini adalah mengadakan pemanfaatan yang
lebih terhadap bangunan-bangunan yang ada serta mengadakan berbagai sarana infrastruktur
dasar yang diperlukan.
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka didapatkan research question, yaitu:
“Bagaimanakah proses revitalisasi mempengaruhi kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang
tinggal di Kawasan Kota Lama Semarang?”. Jawaban dari pertanyaan tersebut diharapkan
dapat menjadikan Kawasan Kota Lama Semarang sebagai contoh keberlangsungan program
revitalisasi yang dilakukan oleh pemerintah Kota Semarang. Proses revitalisasi yang dilakukan
untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang berhasil atau gagal dan bagaimana keberhasilan
atau kegagalan tersebut terjadi dalam mempengaruhi kondisi sosial dan ekonomi.
Keberlangsungan program revitalisasi yang bertujuan meningkatkan kualitas lingkungan dan
kawasan diharapkan juga mampu meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi menjadi lebih
baik. Justifikasi bahwa revitalisasi berdampak pada sosial ekonomi masyarakat yang sedang
berlangsung di Kawasan Kota Lama Semarang perlu dibuktikan kebenarannya. Analisis lebih
mendalam dapat menjawab pertanyaan bagaimana proses revitalisasi berpengaruh secara
positif maupun negatif terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di Kawasan Kota
Lama Semarang sebagai studi kasusnya. . Akhir dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh hubungan antara perencanaan revitalisasi terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat.
1.3 TujuandanSasaran
Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai setelah melakukan identifikasi dan analisis
terhadap wilayah studi, yaitu Kawasan Kota Lama Semarang. Sasaran merupakan tahapan yang
harus dilakukan dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
1.3.1 TujuanPenelitianTujuan dari penelitian ini adalah menganalisis secara mendalam mengenai pengaruh
revitalisasi di Kawasan Kota Lama Semarang terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.
1.3.2 SasaranPenelitian1. Mengidentifikasi proses revitaliasi yang terjadi di sekitar Kawasan Kota Lama
Semarang.
2. Menganalisis kondisi sosial dan kondisi ekonomi masyarakat sebelum dan sesudah
proses revitalisasi di Kawasan Kota Lama Semarang.
3. Menganalisis pengaruh revitalisasi terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yang
tinggal di sekitar Kawasan Kota Lama Semarang.
1.4 ManfaatPenelitianStudi yang dilakukan ini mewujudkan analisis proses revitalisasi yang berdampak
pada kondisi sosial dan ekonomi terhadap aktivitas masyarakat yang tinggal dan masyarakat
yang memiliki usaha di Kawasan Kota Lama Semarang, yaitu:
• Proses revitalisasi yang telah dianalisis akan menggambarkan apa sajakah pengaruh
terhadap kondisi sosial dan ekonomi yang terjadi pada masyarakat yang tinggal dan
masyarakat yang memiliki usaha berdasarkan waktu pelaksanaan program
revitalisasi. Melalui hasil ini dapat digunakan untuk mengetahui proses revitalisasi
yang dilakukan di Kawasan Kota Lama Semarang.
• Perbandingan kondisi sosial ekonomi sebelum dan sesudah adanya program
revitalisasi ini akan memberikan penjelasan korelasi dampak revitalisasi terhadap
kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal dan masyarakat yang memiliki
usaha serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi di Kawasan Kota Lama
Semarang.
7
• Dampak yang dirasakan secara langsung oleh masyarakat yang tinggal dan
masyarakat yang memiliki usaha di Kawasan Kota Lama Semarang akibat proses
revitalisasi yang merubah kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Hasil dari penelitian tersebut dapat memberikan manfaat teoritis yaitu untuk
pengembangan keilmuan di bidang Perencanaan Wilayah dan Kota khususnya pada sektor
pengembangan kawasan melalui teknik identifikasi perencanaan revitalisasi. Hasil studi ini
diharapkan juga berguna bagi masyarakat untuk mengetahui dampak revitalisasi yang berada
disekitarnya, sehingga masyarakat lebih sadar mengenai dampak proses perencanaan
revitalisasi terhadap kondisi sosial dan ekonomi dalam keberlangsungan hidupnya.
1.4.1 ManfaatBagiPerencanaanWilayahdanKota
Penelitian mengenai pengaruh revitalisasi terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat
di Kawasan Kota Lama Semarang bukan merupakan penelitian yang baru di bidang Perencaan
Wilayah dan Kota. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam memberikan pengetahuan
gambaran bagi para pelaksana tentang dampak proses revitalisasi terhadap kondisi sosial
ekonomi di suatu kawasan yang akan di revitaliasisi seperti Kawasan Kota Lama Semarang.
Selain itu, penelitian ini juga memberikan pengetahuan dalam penggunaan analisis stastistik
untuk memberikan rekomendasi dan strategi perencanaan wilayah dan kota mengenai
hubungan pengaruh revitalisasi terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan gambaran penyusunan strategi dalam menangani dampak
perubahan kondisi sosial ekonomi dengan adanya proses revitalisasi.
1.4.2 ManfaatBagiPemerintahKotaSemarang
Hasil dari penelitian pengaruh revitalisasi terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat
di Kawasan Kota Lama Semarang diharapkan dijadikan bahan pertimbangan dan acuan bagi
Pemerintah Kota Semarang. Dimana Pemerintah Kota Semarang yang memiliki wewenang dan
regulasi terkait proses revitalisasi di Kawasan Kota Lama Semarang. Hasil dari analisis dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan rencana pengembangan proses
revitalisasi yang memperhatikan aspek fisik dan aspek non fisik. Penurunan kondisi sosial
ekonomi masyarakat yang tinggal dan masyarakat yang memiliki usaha dapat menjadi
anacaman keberlangsungan proses revitalisasi, sehingga pengaruh-pengaruh yang terjadi
mampu untuk di minimalisir.
1.5 PosisiPenelitiandalamPerencanaanWilayahdanKota
Penelitian ini memiliki posisi penelitian dalam bidang yang dikaji, yaitu bidang
Perencanaan Wilayah dan Kota. Dimana bidang perencanaan wilayah dan kota memiliki
salah satu fokus perancangan ruang fisik kota yang menjadi bagian penting dalam
perencanaan, sebagai perancangan kawasan bersejarah. Hal tersebut berkaitan dengan pola
aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut dalam melakukan
aktivitas di suatu kawasan. Sebagaimana penjelasan tersebut, bagan di bawah ini akan
menggambarkan posisi penelitian secara rinci:
Bagan 1. 1 Posisi Penelitian dalam Perencanaan Wilayah dan Kota Sumber: Hasil Interpretasi Peneliti, 2019
1.6 RuangLingkup1.6.1 RuangLingkupWilayah
Kawasan yang akan dipilih menjadi kawasan penelitian adalah Kawasan Kota Lama
yang berada di Kota Semarang. Kawasan Kota Lama Semarang yang berada di Kecamatan
Semarang Utara, memiliki luas kawasan ±32 hektar. Kawasan Kota Lama Semarang
merupakan satuan area yang mempunyai ciri khusus dan bentuknya menyerupai sebuah kota
tersendiri. Batas Kawasan Kota Lama ialah Kali Semarang di sebelah barat, Jalan Stasiun
Tawang disebelah utara, Jalan Ronggowarsito disebelah timur, dan Jalan Agus Salim disebelah
selatan. Sebelum tahun 1824 Kota Lama dilingkungi benteng berbetuk segi 5. Kawasan Kota
Lama termasuk kawasan dengan kepadatan tinggi. Pada kawasan ini terdapat Gereja Immanuel
(Blenduk) dan taman. Ruang terbuka yang lebih besar terletak didepan Stasiun Kereta Api
9
Tawang. Lokasi Kota Lama sangat strategis, dapat dengan mudah dicapai dari pelbagai jurusan,
terutama Jakarta – Surabaya.
Gambar 1. 1 Peta Kawasan Lokasi Penelitian Kota Lama Semarang
Sumber: Hasil Interpretasi Peneliti berdasarkan RTBL Kota Lama Semarang, 2019 1.6.2 RuangLingkupSubstansi
Ruang lingkup substansi dalam penelitian ini berguna untuk menjelaskan obyek
penelitian, sehingga ruang lingkup substansi dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Aktivitas selama proses revitalisasi yang berkaitan dengan perbaikan fisik yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang bersama dengan Pemerintah Pusat.
Aktivitas pembangunan dan perbaikan bangunan kawasan yang dilakukan dengan
mengidentifikasi proses revitalisasi yang terjadi di Kawasan Kota Lama Semarang
dalam jangka waktu 5 tahun (2016-2020). Dimana proses revitalisasi yang
dilakukan dimulai dari perbaikan kondisi jalan, perbaikan kondisi sarana dan
prasarana, perbaikan fisik bangunan, pemberian furniture jalan hingga terbitnya
pemberian regulasi kawasan.
2. Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang terjadi di Kawasan Kota Lama
Semarang. Kondisi sosial dilihat dari tingkat keamanan, tingkat kriminalitas dan
hubungan interaksi antar masyarakat sedangkan kondisi ekonomi dilihat dari mata
pencaharian, tingkat pendapatan, lokasi pekerjaan dan kemampuan harga sewa
lahan. Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat yang tinggal (masyarakat
yang memiliki tempat tinggal) dan masyarakat yang memiliki usaha di sekitar
Kawasan Kota Lama Semarang yang sudah tinggal dan memiliki usaha kurang
lebih selama 5 Tahun.
3. Pengaruh revitalisasi yang terjadi di Kawasan Kota Lama Semarang terhadap
karakteristik sosial ekonomi masyarakat, diketahui dengan melakukan analisis
pengaruh revitalisasi yang berdampak positif dan atau negatif terhadap kondisi
masyarakat yang ditinjau dari perubahan pada aspek sosial yang berkaitan dengan
aktivitas kriminalitas/keamanan, kependudukan, perilaku dan interaksi
masyarakat; aspek ekonomi yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi, nilai lahan;
serta kondisi fisik yang berkaitan dengan guna lahan dan wajah kawasan.
1.7 KeaslianPenelitian
Keaslian penelitian yang dilakukan dilhat juga dari referensi beberapa penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya, seperti yang dijelaskan di bawah tabel berikut ini: Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian
Peneliti Judul Penelitian
Lokasi Penelitian
Tujuan Penelitian
Metode Analisis
Output Penelitian
Fajar Dwi Rizqiardi
Revitalisasi
Benteng
Vastenburg
Surakarta
Sebagai Pusat
Seni Dan
Museum Seni
Kontemporer
Tahun 2010
Benteng
Vastenburg
Surakarta
Menyusun
konsep
revitalisasi
Benteng
Vastenburg
Surakarta.
Penelitian
kualitatif
bersifat
tentative
Konsep
perencanaan dan
perancangan
revitalisasi
Benteng
Vastenburg
Surakarta
I Nyoman Tri
Prayoga
Pengaruh
Gentrifikasi
Terhadap
Pertumbuhan
Kawasan
Tembalang
Sebagai
Permukiman
Pinggiran
Kota
Semarang
Tahun 2011
Kelurahan
Tembalang
dan
Keluruhan
Bulusan
Kecamatan
Tembalang,
Semarang
Mengkaji secara
mendalam
mengenai
penyebab
terjadinya
gentrifikasi di
Kawasan
Tembalang serta
pengaruh positif
dan negatif dari
proses
revitalisasidalam
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
perkembangan
Pendekatan
Kuantitatif
yang
bersifat
deduktif
Pengaruh positif
dan negatif
gentrifikasi
terhadap keadaan
sosial, ekonomi,
dan fisik pada
permukiman
Kawasan
Tembalang
11
Peneliti Judul Penelitian
Lokasi Penelitian
Tujuan Penelitian
Metode Analisis
Output Penelitian
permukiman di
Kawasan
Tembalang
Agastya
Grahadwiswara
Pengelolaan
Kawasan Kota
Lama
Semarang
Sebagai Salah
Satu Kawasan
Pariwisata Di
Kota
Semarang
Tahun 2014
Kawasan
Kota Lama
Semarang
Menganalisis
dan
mendeskripsikan
pengelolaan
kawasan kota
lama Semarang
sebagai salah
satu kawasan
wisata dan
mengetahui
faktor-faktor
yang
menghambat
manajemen.
Pendekatan
Kualitatif
yang
bersifat
deskriptif
Rekomendasi
kepada BPK2L
sebagai pengelola
kawasan kota
lama dalam
manajemen untuk
diperkuat oleh
peraturan daerah
yang mengikat
semua sektor dan
secara serius
mendukung
pemerintah untuk
mengembangkan
dan mengelola
kawasan Kota
Lama Semarang
sebagai salah satu
area pariwisata di
kota Semarang.
Rizal Aprianto Proses
Kebertahanan
Kampung
Petempen
Dalam
Perkembangan
Kota Tahun
2016
Kampung
Petempen
di Kawasan
Gajahmada
Semarang
Mengetahui
bagaimana
adaptasi yang
dilakukan
masyarakat
Kampung
Petempen dari
desakan
pembangunan
kawasan
perdagangan dan
jasa di
sekitarnya.
Penelitian
kualitatif
bersifat
sementara
dan
tentative
Proses
kebertahanan
Kampung
Petempen yang
dilakukan dalam
menghadapi
proses revitalisasi
Azka Nur
Medha
Pandangan
Terhadap
Proses
Gentrifikasi
dan
Hubungannya
dengan
Perencanaan
Spasial Tahun
2017
Secara
Spasial di
Indonesia
Menjelaskan
fenomena
perkotaan yang
diberi istilah
gentrifikasi,
dimana istilah ini
masih relatif
asing untuk
dibahas dalam
proses
Pendekatan
kualitatif
dengan
metode
ulasan
(review)
literatur
Mengetahui lebih
dalam lagi
mengenai
fenomena-
fenomena
perkotaan yang
sudah terlihat
nyata
keberadaannya.
Peneliti Judul Penelitian
Lokasi Penelitian
Tujuan Penelitian
Metode Analisis
Output Penelitian
perencanaan di
Indonesia.
Gentrifikasi
diyakini sebagai
fenomena
perkotaan yang
memberikan
dampak negatif
pada masyarakat
yang
mengalaminya.
Lita Johan
Trifena
Pengaruh
Revitalisasi
Kawasan Kota
Lama
Semarang
Terhadap
Karakteristik
Sosial
Ekonomi
Masyarakat
Kawasan
Kota Lama
Semarang
Tahun
2020
Mengidentifikasi
dan
menganalisis
secara
mendalam
mengenai proses
revitalisasi di
Kawasan Kota
Lama Semarang
serta pengaruh
positif dan
negatif dalam
mempengaruhi
perubahan
kondisi sosial,
ekonomi dan
juga fisik.
Pendekatan
Kuantitatif
dengan
Analisis
Regresi
Mengetahui
Perubahan
Kondisi Sosial
dan Ekonomi
Masyarakat
terhadap adanya
proses revitalisasi.
Sumber: Hasil Interpretasi Peneliti, 2019
Berdasarkan penjelasan tabel 1.1, dapat dilihat perbedaan dari beberapa penelitian
sebelumnya. Dimana pada penelitian ini akan mengkombinasikan dari penelitian sebelumnya
terkait perubahan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, perubahan kondisi lingkungan fisik
dan pengaruh proses revitalisasi yang berdampak pada kondisi sosial ekonomi masyarakat yang
tinggal dan masyarakat yang memiliki usaha di Kawasan Kota Lama Semarang.
13
1.8 KerangkaPikir
Bagan 1. 2 Kerangka Pikir Penelitian Sumber: Hasil Interpretasi Peneliti, 2020
13
1.9 MetodePenelitianMetode penelitian berikut menjelaskan metode yang digunakan, cara pengumpulan data
dan pengolahan data.
1.9.1 MetodePenelitianyangDigunakanMetode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dengan
pendekatan kuantitatif. Berdasarkan pendekatan kuantitatif menurut Creswell (2002), terdapat
dikotomi eksperimental dan noneksperimental. Pada penelitian ini, yang digunakan adalah
metode noneksperimental atau dapat dikatakan jenis penelitian berdasarkan hasil survei. Dalam
metode survei ini, penelitian dalam analisisnya berdasar pada gambaran data tertentu yang telah
dikumpulkan. Metode yang digunakan untuk menghasilkan identifikasi pengaruh revitalisasi
kawasan kota lama semarang terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat ialah menggunakan
pendekatan pemodelan dengan analisis statistik deskriptif. Hasil dari analisis statistik deskriptif
ini menghubungkan proses revitalisasi dengan perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat
yang tinggal dan masyarakat yang memiliki usaha di Kawasan Kota Lama.
Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan
atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang digunakan untuk
keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktor-faktor yang
berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-
data yang akan diperoleh. Sehingga dapat diketahui bahwa metode penelitian merupakan suatu
penelitian yang digunakan untuk memperoleh data secara ilmiah guna mencapai tujuan tertentu
(Sugiyono, 2014). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan kondisi aktivitas sosial
dan ekonomi dalam kaitannya dengan proses revitalisasi di Kawasan Kota Lama Semarang.
Penelitian ini memiliki subyek penelitian yaitu masyarakat yang tinggal dan masyarakat
yang memiliki usaha di kawasan penelitian, pemerintah atau badan yang bertanggungjawab
dan stakeholder yang terlibat. Pendekatan dan metode yang digunakan menyesuaikan dengan
subyek dan obyek penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, sehingga
metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Menurut Creswell (2014) penelitian
kuantitatif adalah pendekatan penelitian untuk menguji teori objektif dengan menguji
hubungan antar variabel. Pada penelitian kuantitatif, keberadaan data angka merupakan suatu
keharusan dan analisis yang digunakan adalah rumus-rumus statistik. Pada penelitian ini,
pendekatan metode kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi perubahan aktivitas ekonomi,
aktivitas sosial dan pengaruhnya terhadap proses revitalisasidalam memenuhi keberlangsungan
bertempat tinggal.
1.9.2 JenisdanTeknikPengumpulanDataPengumpulan data dilakukan bertujuan untuk menjelaskan jenis data yang dibutuhkan
pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dibutuhkan, rincian kebutuhan data yang
diperlukan, serta teknik sampling yang digunakan.
a. Jenis Data Pemahaman terhadap jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mempermudah proses pengumpulan data. Berdasarkan sumbernya, jenis data dapat
dibedakan menjadi data primer dan data sekunder.
b. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono,2013). Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan
sumbernya, yaitu teknik pengumpulan data primer dan teknik pengumpulan data
sekunder.
1) Teknik Pengumpulan Data Primer
Teknik pengumpulan data primer merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara langsung dari narasumber maupun dari hasil survei lapangan
yang dilakukan pada penelitian berikut. Data perubahan kondisi aktivitas sosial dan
ekonomi dikumpulkan melalui pelaksanaan survei primer dengan metode observasi dan
kuesioner ke masyarakat yang bertempat tinggal dan masyarakat yang memiliki usaha
di lokasi penelitian. Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data primer dilakukan
dengan cara:
• Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara kegiatan pengamatan
dan kegiatan secara langsung terhadap fenomena dan kondisi yang ditemui di lapangan.
Observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi perubahan kondisi aktivitas sosial
dan ekonomi masyarakat, keberadaan kawasan peniliti, dan kondisi lingkungan yang
terjadi karena adanya proses revitalisasi. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui informasi terkait perubahan kondisi sosial, perubahan kondisi
ekonomi, dan pengaruh kondisi lingkungan dari adanya proses revitalisasi. Pemilihan
metode obsevasi dipilih untuk mendapatkan data yang masih relevan dan aktual.
Observasi dilakukan pada tanggal 9 dan 10 Maret 2020 di Kawasan Kota Lama
Semarang.
15
• Kuesioner
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan atau sekumpulan pertanyaan yang telah
dibuat sedemikian rupa pada penelitian berikut untuk menggumpulkan data dalam
upaya memberikan jawaban ilmiah terhadap permasalahan yang telah dirumuskan.
Kuesioner dilakukan kepada masyarakat yang tinggal dan masyarakat yang memiliki
usaha di lokasi penelitian. Penyebaran kuesioner dilakukan pada tanggal 11 dan 16
Maret 2020.
• Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberikan
pertanyaan-pertanyaan secara lisan kepada responden yang telah dipilih. Pada
penelitian ini teknik wawancara digunakan dengan tujuan untuk sebagai penguat dan
pendukung data. Wawancara hanya dilakukan terhadap tiga pihak yang terlibat yaitu
Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L), Dinas PUPR Kota Semarang dan
Badan Pemerintah Daerah Kota Semarang. Wawancara dilakukan pada tanggal 11 dan
12 Maret 2020.
2) Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Teknik Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara telaah dokumen. Telaah
dokumen merupakan tenik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, dambar, maupun elektronik. Data tersebut
dapat diperoleh dengan melakukan survei instansional yang dituju ke Badan Pemerintah
Kota Semaarang dan Badan Pengelola Kawasan Kota Lama Semarang. Data tersebut
digunakan untuk melihat perubahan kondisi sosial dan ekonomi dari adanya proses
revitalisasi yang ada di Kawasan Kota Lama Semarang. Selain melakukan survei
instansional, dalam pengumpulan data sekunder juga dibutuhkan kajian literatur dengan
mencari artikel, jurnal, maupun buku yang dapat membantu penelitian.
1.9.3 KebutuhanData
Kebutuhan data dapat membantu penelitian untuk merangkum seluruh data yang
dibutuhkan dalam sebuah penelitian. Kebutuhan data pada penelitian ini dirinci berdasarkan
sasaran, variabel, nama data, bentuk data, teknik pengumpulan data dan sumber data disusun
secara lengkap. Semua data yang dicari merupakan data tahun terbaru. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer, data sekunder, dan data berkala.
Tabel 1. 2 Kebutuhan Data
No Sasaran Variabel Nama Data Bentuk Data Teknik Pengumpulan Data
Teknik Analisis
1
Mengidentifikasi proses revitaliasi yang terjadi di
sekitar Kawasan Kota Lama Semarang.
Kondisi Lingkungan Kawasan
Wajah Kawasan Deskripsi Hasil Survei Kuesioner/ Observasi Visual
Identifikasi, Komparatif, Deskriptif,
Wawanacara
2 Kelompok Sosial (elit)
yang berada di Kawasan Kota Lama
Deskripsi Hasil Survei Kuesioner/ Observasi Visual
3 Estetika Kawasan Deskripsi Hasil Survei Kuesioner/ Observasi Visual
4 Tingkat Aksesbilitas Deskripsi Hasil Survei Kuesioner/ Observasi Visual
5 Kebijakan Pemerintah RDTRK Kota Semarang dan Kebijakan Penataan Kota Lama
Bappeda Kota Semarang dan BP2KL
6 Penataan Baangunan di Kawasan Kota Lama Deskripsi Hasil Survei Kuesioner/ Observasi
Visual
7 Penataan Sirkulasi di Kawasan Kota Lama Deskripsi Hasil Survei Kuesioner/ Observasi
Visual
8 Perbaikan Fisik Bangunan dan
Kawasan
Peran Masyarakat dalam Proses Revitalisasi Deskripsi Hasil Survei Kuesioner/ Observasi
Visual
9 Kondisi Lingkungan Deskripsi Hasil Survei Kuesioner/ Observasi Visual
10 Keterlibatan Masyarakat
Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Tabel ketersediaan sarana dan prasarana Kawasan Kota Lama/ Deskripsi hasil survei
Badan Pengelola Kawasan Kota Lama Semarang/Observasi
11 Ketersedian Sarana dan Prasarana
Jangkauan Fasilitas Pelayanan
Tabel ketersediaan sarana Kawasan Kota Lama/ Deskripsi hasil survei
Badan Pengelola Kawasan Kota Lama Semarang/Observasi
Identifikasi, Deskriptif,
Wawanacara
17
No Sasaran Variabel Nama Data Bentuk Data Teknik Pengumpulan Data
Teknik Analisis
12 Jumlah Penduduk yang Migrasi
Tabel Jumlah Penduduk yang Melakukan Migrasi
BPS/Kecamatan Semarang Timur/Badan Pengelola Kawasan Kota
Lama Semarang/Observasi
13 Golongan Penduduk yang Datang
Tingkat Golongan Penduduk yang Menggantikan
Badan Pengelola Kawasan Kota Lama Semarang/Observasi
14
Menganalisis kondisi sosial dan kondisi ekonomi
masyarakat sebelum dan
sesudah proses revitalisasi di Kawasan Kota
Lama Semarang.
Tingkat Keamanan/Kriminalitas
Tingkat Keamanan/Kriminalitas Deskripsi Hasil Survei Kuesioner/ Observasi
Visual
Identifikasi, Deskriptif, Komparatif
15 Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Tabel Penduduk Menurut
Pendidikan/Deskripsi Hasil Survei
BPS/Kecamatan Semarang Timur/Badan Pengelola Kawasan Kota
Lama Semarang/Observasi
16 Jumlah Penduduk Menurut Usia
Jumlah Penduduk Menurut Usia
Tabel Jumlah Penduduk Menurut Usia Kawasan Kota Lama/Deskripsi Hasil Survei
BPS/Kecamatan Semarang Timur/Badan Pengelola Kawasan Kota
Lama Semarang/Observasi
17 Hubungan Sosial Masyarakat
Hubungan Sosial Masyarakat Deskripsi Hasil Survei Kuesioner/ Observasi
Visual/Wawancara
18 Mata Pencaharian Penduduk
Mata Pencaharian Penduduk
Tabel Jenis Mata Pencaharian/Deskripsi Hasil
Survei
BPS/Kecamatan Semarang Timur/Badan Pengelola Kawasan Kota
Lama Semarang/Observasi
No Sasaran Variabel Nama Data Bentuk Data Teknik Pengumpulan Data
Teknik Analisis
19 Lokasi Pekerjaan Lokasi Pekerjaan Deskripsi Hasil Survei Kuesioner/ Observasi Visual/Wawancara
20 Tingkat Pendapatan Tingkat Pendapatan Deskripsi Hasil Survei Kuesioner/ Observasi Visual/Wawancara
Identifikasi, Deskriptif,
Analisis Regresi
21 Harga Sewa Lahan Harga Sewa Lahan Deskripsi Hasil Survei Kuesioner/ Observasi Visual/Wawancara
Sumber : Hasil Intepretasi Peneliti, 2019
19
1.9.4 TeknikSampling
a. Penentuan Jumlah Sampel Populasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini ialah masyarakat yang tinggal dan
masyarakat yang memiliki usaha di Kawasan Kota Lama Semarang. Kriteria populasi yang
dijadikan sampel adalah karakteristik masyarakat yang berada di Kawasan Kota Lama
Semarang. Dasar penentuan kriteria sasaran sampel penelitian dalam pelaksanaan survei
adalah bapak atau ibu pada tiap keluarga dan yang memiliki usaha. Jumlah populasi
melingkupi satu populasi rumah tangga dan pemilik usaha di Kawasan Kota Lama Semarang
dengan ukuran populasi tidak diketahui. Jumlah sampel yang merupakan banyakanya kategori
sampel yang diteliti tidak dikategorikan. Dalam penentuan ukuran sampel, tidak terdapat
aturan yang mutlak terhadap berapa persen populasi yang harus diambil. Sehingga
pengambilan sampel dapat dihitung menggunakan rumus Lemeshow sebagai berikut
(Suyatno, 2010) :
! = #!αpq(! =#
!p(1 − p)(!
Keterangan:
n = jumlah sampel minimal yang diperluka
α = derajat kepercayaan
p = proporsi jumlah kepala keluarga yang tinggal di Kawasan Kota Lama
q = 1-p
d = limit dari eror atau presisi absolut
Z = normal variabel yang merupakan nilai reliabilitas ( 95 % )
Dalam pengambilan sampel ini derajat kesalahan yang digunakan adalah 5% dengan
tingkat realibilitas sebesar 95% yang berarti nilai Z adalah 1,960. Besaran proporsi populasi
yang digunakan adalah 5% dengan pertimbangan adanya keterbatasan sumberdaya, waktu dan
tenaga serta akurasi data yang maksimal untuk mampu mengakomodasi populasi. Berdasarkan
cara tersebut, maka ukuran sampel ditentukan sebagai berikut:
Untuk nilai p diestimasikan p = 0,1 dan q = 1-p. Dan limit dari eror (d) ditetapkan 0,1,
sehingga sampel yang dibutuhkan sebesar:
! = 1,96!. 0,05. 0,950,05!
= 72,99 ≈ 73 sampel
b. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel bagi masyarakat yang
tinggal dan masyarakat yang memiliki usaha di Kawasan Kota Lama pada penelitian ini ialah
teknik non random sampling dengan penggunaan metode proportional sampling. Metode
proportional sampling ialah teknik pengambilan sampel responden yang memperhatikan
unsur-unsur atau kategori dalam penelitian. Lokasi pengambilan sampel ialah tersebar secara
merata dengan di Kawasan Kota Lama Semarang sesuai kawasan delineasi penelitian. Secara
teknis, proportional sampling dilakukan dengan membagi dua jenis kategori populasi yaitu
masyarakat yang tinggal di Kawasan Kota Lama Semarang dan Masyarakat yang memiliki
usaha di Kawasan Kota Lama Semarang. hal tersebut dikarenakan Kawasan Kota Lama
Semarang didominasi oleh kedua karakteristrik masyarakat yang dimaksud. Pembagian
sampel dilakukan dengan sampel jumlah populasi masyarakat yang tinggal lebih hal tersebut
dikarenakan masyarakat yang tinggal dengan masyarakat yang memiliki usaha lebih
didominasi oleh masyarakat yang tinggal. Adanya perhitungan sampel yang menghasilkan
jumlah sampel responden sebanyak 73, maka proporsi sampel masyarakat yang tinggal lebih
besar sebanyak 40 responden sedangkan masyarakat yang memiliki usaha sebanyak 33
responden. Selain itu pembagian sejumlah 40 responden dan 33 responden didasarkan pada
rekomendasi oleh salah satu pengurus Badan Pengelola Kawasan Kota Lama Semarang
sebanyak 33 tempat usaha yang dijadikan responden pada jenis responden masyarakat yang
memiliki usaha. Kemudian dari adanya 73 sampel, maka 40 responden lainnya diberikan
untuk jenis responden masyarakat yang tinggal.
Langkah teknis lainnya dalam sampling adalah saat penyebaran kuesioner, penelitian
berikut tak hanya terpaku dengan jawaban kategori yang telah dirancang dalam kuesioner,
tapi mendapatkan data asli yang sifatnya jawaban-jawaban tepat atau kisaran pasti untuk
memperkaya informasi dan antisipasi keperluan dalam proses analisis. Kendala yang dihadapi
saat penyebaran kuesioner pada populasi masyarakat yang tinggal di Kawasan Kota Lama
Semarang adalah penentuan rumah yang dijadikan responden. Hal tersebut dikarenakan
sasaran yang dituju harus bertempat tinggal minimal selama lebih dari 5 tahun. Sehingga
penyebaran kuesioner dilakukan dengan mempertanyakan terlebih dahulu lama tinggal
apabila tidak memenuhi kriteria kemudian digantikan dengan rumah tangga lain. Secara
umum masyarakat yang tinggal di Kawasan Kota Lama Semarang telah bertempat tinggal
lebih dari 5 tahun. Sedangkan kendala yang dihadapi pada saat penyebaran kuesioner terhadap
masyarakat yang memiliki usaha adalah kurangnya keterbukaan responden terhadap
pengisian kuesioner. Hal tersebut kemudian diatasi dengan mencari responden pemilik usaha
21
yang lain.
1.9.5 MetodedanTeknikAnalisisDataMetode analisis yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan masing-
masing sasaran yang diharapkan. Dalam metode analisi ini, penelitian dalam analisisnya
berdasar pada gambaran data tertentu yang telah dikumpulkan. Hasil akhir dari analisis ini
menghubungkan proses revitalisasi dengan perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang
tinggal dan masyarakat yang memiliki usaha di Kawasan Kota Lama. Penelitian ini
menggunakan pendekatan penyusunan model faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
aktivitas sosial ekonomi masyrakat menggunakan metode analisis uji statistik korelasi. Secara
umum, analisis yang dilaksanakan adalah penyusunan model persamaan matematis yang
menghubungkan antara proses revitalisasidengan perubahan kondisi sosial ekonomi
masyarakat.
1. Sasaran 1 : Mengidentifikasi proses revitaliasi yang terjadi di sekitar Kawasan
Kota Lama Semarang.
Memerlukan identifikasi mengenai proses revitalisasi yang dilakukan di Kawasan Kota
Lama Semarang. Identifikasi ini digunakan untuk mengetahui proses revitalisasi yang
dilakukan dan tujuan revitalisasi yang ingin dicapai. Hal tersebut kemudian dapat digunakan
untuk mengetahui keberlangsungan proses revitalisasi yang dilakukan.
Identifikasi proses revitalisasi yang terjadi di Kawasan Kota Lama Semarang dapat
dilakukan dengan menggunakan metode statistika deskriptif. Metode statistika deskriptif
berkaitan dengan penerapan metode statistik untuk mengumpulkan, mengolah, menyajikan,
dan menganalisis data kuantitatif secara deskriptif. Analisis deskriptif ini digunakan untuk
melakukan mengetahui proses revitalisasi yang ada di Kawasan Kota Lama Semarang sesuai
dengan variabel penelitiannya. Kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan
tabel atau diagram. Hasil dari analisis tersebut akan dikomparasikan dengan prespektif
masyarakat terhadap proses revitalisasi yang dilakukan.
Penelitian menggunakan statistika deskriptif hanya menggambarkan keadaan data apa
adanya melalui parameter-parameter seperti mean, median, modus, distribusi frekuensi dan
ukuran statistik lainnya. Pada statistika deskriptif, yang perlu disajikan adalah:
1. Ukuran pemusatan data (measures of central tendency). Ukuran pemusatan data yang
sering digunakan adalah distribusi frekuensi. Ukuran statistik ini cocok untuk data
nominal dan data ordinal (data kategorik). Sementara nilai mean adalah ukuran
pemusatan data yang cocok untuk data continuous. Ukuran deskriptif lain untuk
pemusatan data adalah median (nilai tengah) dan modus (nilai yang paling sering
muncul).
2. Ukuran penyebaran data (measures of spread). Ukuran penyebaran data yang sering
digunakan adalah standar deviasi. Ukuran penyebaran data ini cocok digunakan untuk
data numerik atau continuous. Sementara untuk data kategorik, nilai range merupakan
ukuran yang cocok.
Hasil dari analisis statistika deskriptif kuantitatif adalah mengetahui tentang identifikasi
proses revitalisasi yang terjadi di Kawasan Kota Lama Semarang. Statistika deskriptif yang
sering muncul adalah, tabel, diagram, grafik, dan besaran-besaran lain di majalah dan koran-
koran. Dengan Statistika deskriptif, kumpulan data yang diperoleh akan tersaji dengan ringkas
dan rapi serta dapat memberikan informasi inti dari kumpulan data yang ada. Informasi yang
dapat diperoleh dari statistika deskriptif ini antara lain ukuran pemusatan data, ukuran
penyebaran data, serta kecenderungan suatu gugus data.
2. Sasaran 2 : Menganalisis kondisi sosial dan kondisi ekonomi masyarakat sebelum
dan sesudah proses revitalisasi di Kawasan Kota Lama Semarang.
Memerlukan analisis bagaimana aktivitas kegiatan masyarakat yang terjadi di Kawasan
Kota Lama Semarang sebelum menganalisis data lebih lanjut. Dimana analisis aktivitas
difokuskan pada kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal dan masyarakat yang
memiliki usaha di Kawasan Kota Lama Semarang. Analisis dimulai dari identifikasi aktivitas
sosial dan ekonomi yang dapat digunakan untuk mengetahui kegiatan sosial dan ekonomi yang
dilakukan yang juga berpengaruh pada keberlangsungan proses revitalisasi di Kawasan Kota
Lama Semarang. Selanjutnya identifikasi akan dijadikan analisis dengan melakukan
perbandingan sebelum dan sesudah proses revitalisasi perubahan kondisi sosial ekonomi.
Kemudian analisis tersebut akan dilakukan komparasi antara masyarakat yang tinggal dan
masyarakat yang memiliki usaha di Kawasan Kota Lama Semarang.
Analisis adalah kegiatan yang mencari, menemukan, mencatat, meneliti data dan
informasi dari lapangan. Dimana analisis kemudian dijabarkan sebagai kegiatan mengenali ciri
dan faktor dari objek penelitian. Identifikasi dalam penelitian ini juga dilakukan dengan
menggunakan metode distribusi frekuensi. Data yang telah diperoleh dari suatu penelitian yang
masih berupa data acak yang dapat dibuat menjadi data yang berkelompok, yaitu data yang
telah disusun ke dalam kelas-kelas tertentu.
Daftar yang memuat data berkelompok disebut distribusi frekuensi atau tabel frekuensi.
Distribusi frekuensi adalah susunan data menurut kelas interval tertentu atau menurut kategori
tertentu dalam sebuah daftar (Hasan, 2001). Sebuah distribusi frekuensi akan memiliki bagian-
23
bagian yang akan dipakai dalam membuat sebuah daftar distribusi frekuensi. Bagian-bagian
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut (Hasan, 2001):
• Kelas-kelas adalah kelompok nilai data atau variable dari suatu data acak.
• Batas kelas adalah nilai-nilai yang membatasi kelas yang satu dengan kelas yang lain.
Batas kelas merupakan batas semu dari setiap kelas, karena di antara kelas yang satu
dengan kelas yang lain masih terdapat lubang tempat angka-angka tertentu. Terdapat
dua batas kelas untuk data-data yang telah diurutkan, yaitu: batas kelas bawah (lower
class limits) dan batas kelas atas (upper class limits).
• Tepi kelas disebut juga batas nyata kelas, yaitu batas kelas yang tidak memiliki lubang
untuk angka tertentu antara kelas yang satu dengan kelas yang lain. Terdapat dua tepi
kelas yang berbeda dalam pengertiannya dari data, yaitu: tepi bawah kelas dan tepi atas
kelas.
• Titik tengah kelas atau tanda kelas adalah angka atau nilai data yang tepat terletak di
tengah suatu kelas. Titik tengah kelas merupakan nilai yang mewakili kelasnya dalam
data. Titik tengah kelas = ½ (batas atas + batas bawah) kelas.
• Interval kelas adalah selang yang memisahkan kelas yang satu dengan kelas yang lain.
• Panjang interval kelas atau luas kelas adalah jarak antara tepi atas kelas dan tepi bawah
kelas.
• Frekuensi kelas adalah banyaknya data yang termasuk ke dalam kelas tertentu dari data
acak.
Penyusunan suatu distribusi frekuensi perlu dilakukan tahapan penyusunan data.
Pertama melakukan pengurutan data-data terlebih dahulu sesuai urutan besarnya nilai yang ada
pada data, selanjutnya diakukan tahapan berikut ini (Hasan, 2001) :
1. Menentukan jangkauan (range) dari data. Jangkauan = data terbesar – data terkecil.
2. Menentukan banyaknya kelas (k). Banyaknya kelas ditentukan dengan rumus sturgess
K = 1 + 3.3 log n; k (Keterangan: k = banyaknya kelas, n = banyaknya data)
3. Menentukan panjang interval kelas. Panjang interval kelas (i) = Jumlah Kelas (k)/
Jangkauan (R)
4. Menentukan batas bawah kelas pertama. Tepi bawah kelas pertama biasanya dipilih
dari data terkecil atau data yang berasal dari pelebaran jangkauan (data yang lebih kecil
dari data data terkecil) dan selisihnya harus kurang dari panjang interval kelasnya.
5. Menuliskan frekuensi kelas didalam kolom turus atau tally (sistem turus) sesuai
banyaknya data.
3. Sasaran 3 : Menganalisis pengaruh revitalisasi terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat yang tinggal di sekitar Kawasan Kota Lama Semarang.
Pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda, yaitu metode analisis yang
menunjukkan suatu hubungan sebab-akibat antar satu variabel dengan variabel yang lain. Tipe
data yang akan digunakan dalam analisis regresi linier berbentuk tipe data interval (scale). Tipe
data interval sesuai dengan penggunaan teknik analisi regeresi liner berganda dimana model
regresi berganda akan dapat digunakan secara sah jika variabel dependen berskala data interval
(kuantitatif atau numerik). Sedangkan variabel independen pada umumnya juga berskala data
interval. Tujuan analisis regresi adalah mendapatkan pola hubungan secara matematis antara
X dan Y, mengetahui besarnya perubahan variabel X terhadap Y, dan memprediksi Y jika nilai
X diketahui (Sugiyono, 2007). Sehingga dalam suatu persamaan regresi terdapat dua macam
variabel, yaitu variabel dependen (variabel terikat, respon) dan variabel independen (variabel
bebas, prediktor). Analisis dibagi menjadi empat sub bab bahasan, sebagai berikut :
a. Uji T
Uji t digunakan untuk menguji berarti atau tidaknya hubungan variabel-variabel
independent yaitu Tingkat Keamanan (X1), Tingkat Kriminalitas (X2) dan Hubungan Interaksi
Sosial Masyarakat (X3) dengan variabel dependen Proses Revitalisasi (Y) untuk kondisi sosial
dan variabel-variabel independent yaitu Mata Pencaharian (X1), Tingkat Pendapatan (X2),
Lokasi Pekerjaan (X3) dan Harga Sewa Lahan (X4) dengan variabel dependen Proses
Revitalisasi (Y) untuk kondisi ekonomi. Proses revitalisasi didapatkan dari total keseluruhan
faktor-faktor yang mempengaruhi seperti kondisi lingkungan, perbaikan fisik kawasan,
ketersediaan sarana dan prasarana serta keterlibatan masyarakat. Langkah-langkah
pengujiannya adalah sebagai berikut (Ghozali, 2005)
1. Menentukan Formulasi Hipotesis
2. Menentukan derajat kepercayaan 95% (α =0,05)
3. Menentukan signifikansi
• Nilai signifikasi (P Value) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
• Nilai signifikasi (P Value) > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
4. Membuat kesimpulan
• Bila (P Value) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya variabel
independent secara parsial mempengaruhi variabel dependent.
• Bila (P Value) > 0,05 maka H0 diterima dan ditolak. Artinya variabel independent
secara parsial tidak mempengaruhi variabel dependen.
25
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji Simultan (Uji F) digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independent dan variabel dependent, apakah variabel Tingkat Keamanan (X1), Tingkat
Kriminalitas (X2), Hubungan Interaksi Sosial Masyarakat (X3) benar-benar berpengaruh secara
simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen Proses Revitalisasi (Y) untuk kondisi
sosial dan apakah variabel independent yaitu Mata Pencaharian (X1), Tingkat Pendapatan (X2),
Lokasi Pekerjaan (X3) dan Harga Sewa Lahan (X4) berpengaruh secara simultan (bersama-
sama) terhadap variabel dependen Proses Revitalisasi (Y) untuk kondisi ekonomi. Langkah-
langkah pengujiannya adalah sebagai berikut (Ghozali, 2005) :
1. Menentukan Formulasi Hipotesis
• H0 : β1 = β2 0, artinya variabel X1, X2, X3, X4 dan X5 tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan secara simultan terhadap variabel Y.
• H0 : β1 = β2 = ̸0, artinya variabel X1, X2,X3,X4 dan X5 mempunyai pengaruh yang
signifikan secara simultan terhadap variabel Y.
2. Menentukan derajat kepercayaan 95% (α =0,05)
3. Menentukan signifikansi
• Nilai signifikasi (P Value) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
• Nilai signifikasi (P Value) > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
4. Membuat kesimpulan
• Bila (P Value) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya variabel independent
secara simultan (bersama-sama) mempengaruhi variabel dependent.
• Bila (P Value) > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya variabel independent
secara simultan (bersama-sama) tidak mempengaruhi variabel dependent.
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk melihat adanya hubungan korelasi yang
sempurna atau tidak, yang ditunjukkan pada apakah perubahan variabel bebas (tingkat
keamanan, tingkat kriminalitas dan hubungan interaksi sosial masyarakat pada kondisi sosial
dan mata pencaharian, tingkat pendapatan, lokasi pekerjaan dan harga sewa lahan pada kondisi
ekonomi) akan diikuti oleh variabel terikat (proses revitalisasi) pada proporsi yang sama.
Pengujian ini dengan melihat nilai R Square (R2). Nilai koefisien determinasi adalah antara 0
sampai dengan 1. Selanjutnya nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independent dalam menjelaskan variasi variabel dependent amat terbatas. Nilai yang
mendekati 1 berarti variabel-variabel independent memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi dependent (Ghozali, 2005).
d. Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda berguna untuk meramal variabel dependen yang dipengaruhi
oleh dua atau lebih variabel independen. Adapun rumus yang dipakai disesuaikan dengan
jumlah variabel yang diteliti, yaitu sebagai berikut:
Keterangan:
Ŷ
a
b1, b2, ...., bn
X1, X2, ...., Xn
= Respon (variabel terikat/dependen)
= Constanta
= Koefisien regresi variabel independen 1, 2, dst.
= Prediktor (variabel bebas/independen)
Alat ini pada praktek statistik bisa diterapkan untuk menguji ada tidaknya pengaruh
antara variabel independent dan variabel dependent dari sebuah regresi ganda. Penelitian ini
memiliki tujuan penting untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari kedua variabel besar
(sosial dan ekonomi) yang menjadi pokok utama dilakukannya analisis ini. Hal ini dapat
menunjukkan perubahan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat terhadap adanya proses
revitalisasi. Dengan mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh tersebut, diharapkan dapat
memberikan hasil temuan yang konkret dengan teori dan realita yang saat ini berkembang,
khususnya di Kawasan Kota Lama Semarang.
Analisis regresi linier ganda memiliki sebuah dasar keputusan uji regresi linear ganda.
Model kelayakan regresi linear dalam IBM SPSS didasarkan pada hal-hal sebagai berikut
(Sugiyono, 2007):
a. Model regresi dikatakan layak jika angka signifikansi pada ANOVA sebesar < 0.05
b. Predictor yang digunakan sebagai variabel bebas harus layak. Kelayakan ini diketahui
jika angka Standard Error of Estimate < Standard Deviation
c. Koefesien regresi harus signifikan. Pengujian dilakukan dengan uji t. Koefesien regresi
signifikan jika t hitung > t table (nilai kritis). Dalam IBM SPSS dapat diganti dengan
menggunakan nilai signifikansi (sig) dengan ketentuan sebagai berikut:
• Jika sig < 0,05; koefesien regresi signifikan
• Jika sig > 0,05; koefesien regresi tidak signifikan
Ŷ = a + b1X1 + b2X2 + ...... + bnXn
27
d. Tidak boleh terjadi multikolinieritas, artinya tidak boleh terjadi korelasi antar variabel
bebas yang sangat tinggi atau terlalu rendah. Syarat ini hanya berlaku untuk regresi
linier berganda dengan variabel bebas lebih dari satu. Terjadi multikolinieritas jika
koefesien korelasi antara variable bebas > 0,7 atau < - 0,7
e. Keselerasan model regresi dapat diterangkan dengan menggunakan nilai R2 semakin
besar nilai tersebut maka model semakin baik. Jika nilai mendekati 1 maka model
regresi semakin baik. Nilai R2 mempunyai karakteristik diantaranya: 1) selalu positif,
2) Nilai R2 maksimal sebesar 1. Jika Nilai R2 sebesar 1 akan mempunyai arti
kesesuaian yang sempurna. Maksudnya seluruh variasi dalam variabel tergantung
(variabel Y) dapat diterangkan oleh model regresi. Sebaliknya jika r2 sama dengan 0,
maka tidak ada hubungan linier antara variabel bebas (variabel X) dan variabel
tergantung (variabel Y).
f. Data harus berdistribusi normal dan Data berskala interval atau rasio
g. Terdapat hubungan dependensi, artinya satu variabel merupakan variabel tergantung
yang tergantung pada variabel (variabel) lainnya.
1.9.6 KerangkaAnalisis
Bagan 1. 3 Kerangka Analisis Penelitian
Sumber : Hasil Intepretasi Peneliti, 2020
1.10 SistematikaPenulisanSistematika penulisan penelitian dalam penyusunan laporan ini terdiri dari lima bab,
yakni:
BAB I PENDAHULUAN
Bab I berisikan penjelasan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan
sasaran penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup wilayah dan materi, kerangka
pikir penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
29
Bab ini berisi mengenai kajian pustaka, berisi kajian yang relevan dengan tema
penelitian dan memuat kajian terhadap artikel, jurnal, dan sumber pustaka lain yang
relevan. Antara lain kawasan bersejarah, penataan kawasan, Urban Regenaration,
Revitalisasi, Pengaruh dan Dampak Revitalisasi Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi dan
Sitensa Literatur serta Variabel yang digunakan.
BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG
Bab III ini berisikan penjelasan gambaran umum wilayah, dan kondisi eksisting
kawasan penelitian yakni Kawasan Kota Lama Semarang
BAB IV ANALISIS PENGARUH REVITALISASI KOTA LAMA SEMARANG
TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
Bab ini berisi tentang hasil analisis deskriptif yang terdiri dari analisis kondisi sosial
ekonomi masyarakat dan analisis proses revitalisasi yang dilakukan di Kawasan Kota
Lama Semarang dan analisis regresi untuk melihat pengaruh revitalisasi di Kawasan
Kota Lama Semarang Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat. Temuan
penelitian ini dilihat dari hasil yang telah didapatkan.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab V ini berisi mengenai uraian kesimpulan penelitian dari hasil analisis dan
rekomendasi berupa usulan sebagai alternatif solusi masalah perubahan kondisi sosial
ekonomi masyarakat yang tinggal di Kawasan Kota Lama Semarang.
Top Related