Download - BAB I II III.docx

Transcript

BAB IPENDAHULUANISPA atau Infeksi saluran napas bawah masih merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia dan menempati urutan ke enam sebagai penyakit infeksi yang menyebabkan kematian. Pneumonia adalah penyakit klinis, sehingga didefenisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis, dan perjalanan penyakitnya. Beberapa definisi menyatakan bahwa pneumonia adalah penyakit respiratorik yang di tandai dengan batuk, sesak nafas, demam, ronkhi basah halus, dengan gambaran infiltrate pada poto polos dada. (1)Data dari World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa pneumonia merupakan penyakit infeksi yang menempati urutan ketiga terbanyak sebagai penyebab kematian di dunia dengan angka kematian 3,5 juta setiap tahunnya.(1) Infeksi saluran nafas bawah, termasuk pneumonia dan influensa, masih menjadi masalah kesehatan di negara berkembang maupun negara maju. Menurut laporan dari International Vaccine Access Center At The Johns Hopkins University Bloomberg School Of Public Health pada bulan November tahun 2010, menyatakan bahwa penyakit pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 1 di India, nomor 2 di Nigeria dan di Indonesia pada urutan ke 8. (2)ISPA yang di sebabkan oleh pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia dan urutan ke- enam sebagai penyakit infeksi yang menyebabkan kematian di Amerika Serikat. Di Eropa, infeksi saluran napas bagian bawah ditemukan pada 44 kasus setiap 1000 penduduk per tahun. Insidensi terjadinya penyakit ini 2 sampai 4 kali lebih besar pada orang yang berusia 60 tahun ke atas dibandingkan dengan yang lebih muda. Setiap tahunnya terdapat 5-10 juta kasus pneumonia komuniti dan 1,1 juta diantaranya harus mendapatkan perawatan di rumah sakit dan 45.000 diantaranya meninggal dunia.. Angka kematian di pneumonia komuniti di Amerika Serikat dan di Eropa kurang dari 1% untuk pasien yang tidak membutuhkan rawat inap di rumah sakit, 12-14% untuk pasien yang dirawat inap di rumah sakit. Angka kematian meningkat menjadi 30-40% pada pasien yang membutuhkan perawatan di ICU dan pasien dengan bakeremia.(2)Beberapa penelitian salah satunya adalah SEAMIC Health Statistic (2001) di laporkan bahwa influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza. (3) Pada pasien rawat jalan pilihan antibiotik yang digunakan adalah antibiotok makrolid dan doksisiklin. Sedangkan untuk pasien rawat jalan dengan penyakit komorbid atau yang telah menggunakan antibiotik selama 3 bulan terakhir dan pasien rawat inap di rumah sakit dapat digunakan fluoroquinolone (seperti levofloxacin, gemifloxacin, atau moxifloxacin), atau antibiotik oral golongan beta laktam dikombinasi dengan makrolid. Pengobatan pada pasien rawat inap di Intensive Care Unit (ICU) atau pasien dengan pneumonia berat dapat diberikan antibiotik golongan beta laktam dikombinasi dengan azitromisin atau fluoroquinolon. Jika patogen penyebab pneumonia yang dicurigai adalah pseudomonas maka dapat diberikan antibiotik beta laktam dikombinasi dengan aminoglikosida dan azitromisin atau antipseudomonal fluoroquinolon (levofloxacin atau ciprofloxacin). Jika patogen penyebabnya adalah Staphylococcus aureus yang resisten terhadap methicilin dapat diberikan vancomycin atau linezolid. Pada pasien rawat inap, antibiotik diberikan secara intravena dan dapat diganti menjadi antibiotik oral setelah terdapat perbaikan klinis pasien, telah dapat mengkonsumsi obat oral dan setelah penggunaan antibiotik minimal 3 hari. (2)

BAB IILAPORAN KASUS

1.1 Identitas PasienNama : Alfi BarlianUmur : 44 tahunJenis Kelamin : Laki-lakiPekerjaan : SwastaAgama : IslamSuku : AcehNo. CM : 104.39.43Alamat : Lamteumen barat, jaya baru, Banda AcehTgl. Masuk RS: 12 Maret 2015Tgl. Pemeriksaan : 17 Maret 2015

1.2 Anamnesis1.2.1 Keluhan utamaSesak Nafas 1.2.2 Keluhan tambahanDemam, batuk berdahak, menggigil, berkeringat banyak, lemas, nyeri dada serta intake sulit1.2.3 Riwayat penyakit sekarangPasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak nafas memberat sejak pagi sebelum masuk rumah sakit. Sesak semakin memberat bila beraktivitas tanpa di sebakan oleh udara dingin. Pasien mengeluhakan batuk yang muncul 1 minggu sebelum sesak muncul. Batuk disertai dahak berwarna putih. Pasien sering mengeluhkan terbangun tengah malam dalam keadaan demam dan terbatuk. Batuk berdarah disangkal. Sebelum batuk terjadi, pasien mengalami demam 2 minggu sebelumnya. Demam aktif di malam hari, dan turun dengan obat penurun panas. Demam disertai dengan menggigil dan keringat banyak. Demam paling tinggi dirasakan saat 2 hari sebelum pasien dibawa ke RSUDZA. Pasien mengaku sesak timbul di awali oleh demam dan batuk yang berkepanjangan, juga semakin memberat oleh aktivitas. Selain itu pasien mengeluhakan adanya nyeri dada tertama saat batuk dan menarik nafas.Pasien mengaku terjadi penurunan nafsu makan. Pasien menyangkal adanya riwayat batuk lama dan berkeringat di malam hari. Penurunan berat badan dan riwayat sesak sebelumnya juga disangkal. BAB dan BAK tidak ada keluhan.Pada saat dilakukan pemeriksaan keluha sesak, demam dan batuk pasien sudah mulai berkurang. Namun pasien mengaku masi lemas dan tidak nafsu makan.1.2.4 Riwayat penyakit dahulu Riwayat hipertensi disangkal. Riwayat asma disangkal Riwayat batuk lama disangkal Riwayat penyakit jantung disangkal Riwayat penyakit paru sebelumnya disangkal Riwayat DM disangkal Riwayat alergi disangkal

1.2.5 Riwayat penggunaan obatPasien hanya mengkonsumsi obat penurun panas dan obat batuk.

1.2.6 Riwayat penyakit keluargaTidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien. Riwayat asma disangkal. Riwayat batuk lama atau TB paru dikeluarga disangkal. Riwayat DM disangkal. Riwayat hipertensi pada keluarga tidak diketahui.

1.2.7 Kebiasaan SosialPasien merupakan seorang pekerja swasta dan pasien mengaku sering merokok kadang pasien dapat merokok 2 bungkus dalam sehari. Pola makan pasien 3 kali sehari, makan pada jam makan.

1.3 Pemeriksaan FisikA. Keadaan umum:SedangB. Kesadaran :Compos mentisC. Vital sign:Tekanan darah : 100/60 mmHgNadi:84 x/menitRespirasi:24 x/menitSuhu:37,0CStatus generalisata1. Kulit : Warna kuning langsat2. Kepala : Rambut hitam, sukar dicabut3. Wajah : Simetris, edema (-), deformitas (-)4. Mata : konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), RCL (+/+), RCTL (+/+),5. Telinga : normotia, serumen (-/-)6. Hidung : NCH (-), sekret (-)7. Mulut : sianosis (-), mukosa bibir lembab (+)8. Leher : pembesaran KGB (-), JVP R-2 cmH2O9. Thorax a. Cor (jantung)Inspeksi : Ictus cordis tidak tampakPalpasi : Ictus cordis teraba di interkosta V, Linea midclavicularis sinistraPerkusi : Batas jantung kanan di linea parasternalis dekstra batas jantung kiri di 1 jari dari linea midclacivula sinistra Auskultasi : Bunyi jantung I> II, regular (+), bising (-)b. Pulmo (paru)Inspeksi : simetris, retraksi suprasternal (-), retraksi intercostal (-), tidak ada gerakan nafas yang tertinggalPalpasi : nyeri tekan(-),fremitus taktil kanan menigkat, kiri meningkatPerkusi : sonor paru kanan dan kiriAuskultasi : suara dasar: vesikuler (+/+) , suara tambahan: ronkhi basah halus paru (+/+), wheezing (-/ -) 10. AbdomenInspeksi : simetris, distensi (-)Palpasi : soepel, nyeri tekan (-), hepar/lien/renal tidak terabaPerkusi : timpaniAuskultasi : peristaltik (+) N, bising usus (-)11. EkstremitasEkstremitas superior : sianosis(-/-), edema(-/-), pucat(-/-), akral dingin (-/-)Ekstremitas inferior : sianosis(-/-), edema(-/-), pucat(-/-), akral dingin(-/-)CRT 48 jam atau lebih setelah dirawat di rumah sakit, baik di ruang rawat umum ataupun ICU tetapi tidak sedang memakai ventilator mekanik. (3)2.3 EtiologiPneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme. Berikut beberapa penyebab tersering pneumonia:Tabel 3.1 Etiologi Pneumonia (5)Tipe PasienEtiologi

Pasien rawat jalanStreptococcus pneumoniaMycoplasma pneumoniaHaemophilus influenzaChlamydophila pneumoniaRespiratory viruses

Pasien rawat inap (non-ICU)Streptococcus pneumoniaMycoplasma pneumoniaHaemophilus influenzaChlamydophila pneumoniaLegionella speciesAspirasiRespiratory viruses

Pasien rawat inap (ICU)Steptococcus pneumoniaStaphylococcus aureusLegionella speciesBasil gram negatifHaemophilus influenza

2.4 Faktor resiko1. Faktor usia, pneumonia biasanya sering menyerang pada usia lebih dari 65 tahun, hal ini dapat disebabkan karena perubahan anatomi dan system imun.2. Alkoholism, pada orang myang sering mengkonsumsi alcohol dapat mengaggu anatomi dari paru sehingga dapat menggangu reflek batuk, mengaggu pergerakan mukosiliar, gangguan terhadap pertahanan selelular serta dapat meningkatkan kolonisasi kuman.3. Malnutrisi, dapat menurunkan system pertahanan tubuh, gangguan pembentukan makrofag.4. Merokok, kebiasaan merokok dapat menganggu transportasi mukosiliar serta mengggu system pertahanan seluler dan humoral5. Keadaan yang memungkinkan terjadinya aspirasi : penurunan kesadaran, penederita dengan intubasi6. Memiliki penyakit penyerta seperti : PPOK, penyakit kardiovakular, DM7. Infeksi Saluran nafas atas : 1/3-1/2 dari penderita pneumonia biasanya didahului oleh adanya ISPA.

2.5 Patogenesis Proses patogenesis pneumonia terkait dengan 3 faktor utama yaitu keadaan (imunitas) inang, mikroorganisme yang menyerang pasien dan lingkungan. Ketiga faktor ini berinteraksi satu sama lain dan interaksi ini akan menentukan klasifikasi dan bentuk manifestasi dari pneumonia, berat ringannya penyakit, rencana terapi maupun prognosis pasien. (5) Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru. Keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru, yang meliputi mekanisme pembersihan di saluran napas penghantar, mekanisme pembersihan di respiratory exchange airway, mekanisme pembersihan di saluran udara subglotik dan mekanisme pembersihan di respiratory gas exchange airway. (3)Risiko terjadinya infeksi paru sangat bergantung pada kemampuan mikroorganisme melawan sistem pertahanan paru untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran napas. Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan epitel saluran napas, yaitu: inokulasi langsung, penyebaran melalui pembuluh darah, inhalasi aerosol yang infeksius dan kolonisasi di permukaan mukosa. (3) Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara tersering yang menyebabkan pneumonia, sedangkan penyebaran secara hematogen lebih jarang terjadi. (5)

Gambar 1.1 Patologi Pneumonia

Gambaran patologik yang muncul tergantung pada agen penyebabnya. Pneumonia bakteri ditandai dengan eksudat intra alveolar supuratif disertai konsolidasi. Proses infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomi. Konsolidasi pada seluruh lobus disebut pneumonia lobaris, sedangkan pneumonia lobularis atau bronkopneumonia menyatakan adanya penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3- 4cm yang melibatkan bronki. Pneumonia virus atau pneumonia akibat Mycoplasma pneumoniae ditandai dengan peradangan interstisial yang disertai penimbunan infiltrat pada dinding alveolus, meskipun rongga alveolar bebas dari eksudat dan tidak ada konsolidasi. Kalau agen infeksi adalah fungus maka gambaran patologis yang ditemukan adalah penyebaran granuloma berbercak yang dapat mengalami nekrosis kaseosa disertai pembentukan kavitas. (5)Streptococcus pneumonia (pneumococcus) merupakan penyebab tersering pneumonia baik pneumonia komunitas maupun nosokomial. Pneumococcus umumnya mencapai alveoli lewat percikan mukus atau saliva. Lobus bagian pawah paru paling sering terkena karena efek gravitasi. Setelah mencapai alveoli maka pneumococcus menimbulkan respon khas yang terdiri dari 4 tahapan berurutan, yaitu: (3)1. Kongesti (4 sampai 12 jam pertama): eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya): paru tampak merah dan bergranula (hepatisasi=seperti hepar) karena sel-sel darah merah, fibrin dan leukosit PMN mengisi alveoli.3. Hepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari): paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.4. Resolusi (7 sampai 11 hari): eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula.

Gambar. Alur manifestasi klinis Pneumonia

Pneumonia berpotensi fatal lainnya dapat dihasilkan dari makanan atau inhalasi cair (pneumonia aspirasi). Hanya mempengaruhi beberapa pneumonia lobus paru (pneumonia lobaris), namun ada juga yang menyebar lebih (bronkopneumonia). Nyeri dada, sputum mukopurulen, dan meludah darah (hemoptisis) adalah tanda- tanda umum dan gejala penyakit. Jika udara di paru digantikan oleh cairan dan puing- puing inflamasi, jaringan paru kehilangan tekstur kenyal dan menjadi bengkak dan membesar (konsolidasi). Konsolidasi berhubungan terutama dengan pneumonia bakteri, bukan pneumonia virus. (3,4)2.6 Diagnosis BandingDiagnosisAnamnesisPemeriksaan fisikPenunjang

PneumoniaPeningkatan suhu > 38MengigilBatuk berdahakNyeri dadaTakikardi, takipneuI : sianosis, mungkin pergerakan akan berkurang pada sisi yang terkenaP : Fremitus taktil menigkatP : RedupA Ronki pada akhir dan suara nafas bronkialLab : peningkatan leukosit , shift to the leftFoto thoraks :Ditemukan adanya gembaran infiltrate hingga konsodilasi dengan air bronchogram, , volume paru tetap.

TuberkulosisDemamKeringat malamBatuk , batuk darahNyeri dadaTidak khas, dapat normalTakineuI : SimetrisP : normal, meningkatP : sonor, redupA : vesikulerLab : BTA (+), LED mengkatFoto thoraks :Ill difine air space shadowingKavitas dengan dinding tebal dikelilingi konsolidasiMillet seed like appearance (pada tb miliar)

Abses ParuDemam dengan suhu > 39Batuk, dahak puluren berbau busukNyeri dadaKeringat malamPerjalanan penyakit kronis dan lambatTakipneuI : Pergerakan aka melambat pada lesiP : fremitus mengikat pada lesiP : Redup pada lesiA : Vesikuler akan melemah pada daerah lesi,Foto thoraks :tampak satu atau lebih kavitas, disertai denganair-fluid level.Lab : peningkata leukosi 10.000-30.000/mm3, LED meningkat

AtelektasisSesak nafasBatukDemam TakipneuI : Normal, perlambatan pada sisi terkenaP : Fremitus melemah, trakea bergeser ketempat terkenaP : RedupA : Tidak ada suara nafas pada daerah lesi Foto thoraks : Penarikan mediastimum dan trakea pada sisi atelektasis, sela iga menyempit, pergeseran hilus, gambaran opak pada atelektasis

2.7 Diagnosis a. Anamnesis Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi 400C, batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.(3)b. Pemeriksaan FisikTemuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.(3)

c. Pemeriksaan Penunjang1. Gambaran radiologisFoto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan " air broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus.(3,4)

2. Pemeriksaan laboratoriumPada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20- 25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.(4)2.8 Klasifikasi 1. Berdasarkan klinis dan epidiologis(3)a. Pneumonia komuniti (community-acquaired pneumonia)b. Pneumonia nosokomial (hospital-acquaired pneumonia/nosocomial pneumonia)c. Pneumonia aspirasid. Pneumonia pada penderita immunocompromised

2. Berdasarkan bakteri penyebaba. Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydiac. Pneumonia virusd. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)

3. Berdasarkan predileksi infeksia. Pneumonia lobaris. Sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing atau proses keganasanb. Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua. Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkusc. Pneumonia interstisial

2.9 Penatalaksanaan Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya, akan tetapi karena beberapa alasan yaitu :1. Penyakit yang berat dapat mengancam jiwa2. Bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia.3. Hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu.Penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris. Secara umum pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut(3) :

Table pengobatan pneumpnia berdasarkan penyebab

Kriteria untuk perubahan terapi antibiotik intravena menjadi antibiotik oral pada pasien dengan pneumonia adalah sebagai berikut (2)1. Pasien dengan hemodinamik stabil dan perbaikan secara klinis2. Tidak ada kelainan pada penyerapan saluran cerna3. Bebas demam selama 8 jam4. Leukosit menuju normal atau normal.PencegahanPencegahan dilakukan dengan pemberian vaksin influenza dan pneumococcus pada orang dengan risiko tinggi, dengan gangguan imunologis, dengan penyakit berat termasuk penyakit paru kronik, hati, ginjal dan jantung serta penghuni rumah jompo atau rumah penampungan penyakit kronik dan usia di atas 65 tahun (4) Selain itu juga diperlukan modifikasi gaya hidup sehat termasuk menghindari perilaku merokok. (5)

BAB IVANALISA KASUS

Dari pemeriksaan penunjang dan fisik bahwa pasien ini dengan diagnosis kerja pasien adalah pneumonia, pneumonia merupakan infeksi parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, parasit, dan jamur), ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi 400C, batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dadaTelah diperiksa seorang laki-laki usia 44 tahun di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada tanggal 17 Maret 2015 dengan keluhan sesak nafas, ,batuk, demam, dan nyeri dada. Didiagnosis dengan pneumonia. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

3.1 AnamnesisDari anamnesis pasien mengaku mengalami demam, batuk, sesak nafas dan nyeri dada. Hal ini sesuai dengan teori bahwa manifestasi klinis pneumonia adalah sesak nafas, batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah, demam tinggi, dan nyeri dada. Basil patogen yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi. Demam pada pneumonia biasanya dapat mencapai lebih dari 38 derajat. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri dada, manifestasi dari nyeri dada sendiri sering terjadi pada pneumonia denga tipe lobaris. Nyeri dada pada kasus ini dapat disebabkan oleh karena adanya peradangan pada parenkim paru, selain nyeri peradang pada perkekim paru dapat menyebabkan timbulnya demam pada pasien. Batuk pada pasien dapat disebabkan kerana adanya reflex pada paru untuk mengeluarkan eksudat yang dihasilkan oleh system pertahanan paru untuk membunuh mikroorganisme.

3.2 Pemeriksaan Fisik dan TerapiDari pemeriksaan tanda vital didapatkan TD: 110/70 mmHg, nadi 84x/menit, RR: 24x/menit, T: 37,0C dan pada pemeriksaan fisik paru diperoleh peningkatan SF pada basal paru, sonor memendek pada 2 paru dan suara napas vesikuler +/+, ronki basah didapat pada paru kiri - kanan. Sementara pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal. Pada pemeriksaan laboratorium diperoleh anemia, peningkatan leukosit serta terjadinya peningkatan dari netrofil, manosit dan limfosit. Pada pemeriksaan foto thoraks terdapat gambaran infiltrat paru kanan dan kiri. Dari pemeriksaan fisik, laboratorium maupun pemerikasaan foto thoraks, pasien dapat didiagnosis dengan pneumonia. Pada pemeriksaan fisik pneumonia, pada inspeksi dapat terlihat pergerakan dinding dada yang simetris atau pergerakan dada yang tertinggal pada sisi lesi. Pada palpasi dapat ditemukan adanya peningkatan fremitus takstil pada sisi lesi, pada perkusi dapat ditemukan adanya redup pada sisi lesi serta pada auskultasi dapat didengar adanya suara ronki akhir. Pada foto thoraks dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan " air broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti. Pada laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri (terjadi peningkatan netrofil, monosit dan limfosit) serta terjadi peningkatan LED.Terapi farmakologis digunakan untuk mengeradikasi kuman penyebab pneumonia, dan meredakan gejala. Pemberian ceftriaxone sebagai antibiootik pilihan pada pasien dikarenakan sifatnya sebagai antibiotik golongan cephalosporin generasi ke-III berupa senyawa antimikroba spektrum luas yang berkerja dengan menghambat sintesis DNA dan melisiskan bakteri. Efektif digunakan untuk infeksi saluran nafas bagian bawah, dapat melawan pseudomonas aerogenosa, serta aktif secara oral. Pemberian fluimucil dikarenakan mengandung N-acetylcysteine, merupakan mukolitik yang digunakan pada kondisi hipersekresi mukus pada penyakit saluran nafas yang bersifat akut maupun kronik.

BAB VKESIMPULANPneumonia sebagai salah satu penyakit infeksi dapat didiagnosa dengan gejala klinis yang muncul (seperti batuk, demam dan sakit dada) dan pencitraan paru (biasanya didapatkan adanya infiltrat pada lapangan paru pada pemeriksaan radiografi).Pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur dan parasit). Pneumonia komuniti adalah pneumonia yang disebabkan oleh infeksi di luar rumah sakit, sedangkan pneumonia nosokomial merupakan pneumonia yang terjadi >48 jam atau lebih setelah dirawat di rumah sakit, baik di ruang rawat umum ataupun ICU tetapi tidak sedang memakai ventilator mekanik..Diagnosis pneumonia ditegakkan bila ditemukan infitrat pada foto radiologi thoraks ditambah 2 atau lebih tanda berikut, batuk, perubahan karakteristik dahak/purulen, demam > 380C atau adanya riwayat demam, leukositosis > 10000 atau leukopenia