Download - Bab I II III

Transcript
  • 5/24/2018 Bab I II III

    1/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangKonstruksi jalan rayasebagai sarana transportasi adalah merupakan

    unsur yang sangat penting dalam usaha meningkatkan kehidupan manusia

    untuk mencapai kesejahteraannya. Dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai

    mahluk sosial manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, maka

    dengan adanya prasarana jalan ini, maka hubungan antara suatu daerah

    dengan daerah lain dalam suatu negara akan terjalin dengan baik. Sarana yang

    dimaksud disini adalah sarana penghubung yang melalui darat, laut dan

    udarah. Dari ketiga sarana tersebut, akan ditinjau prasarana yang melalui

    darat.

    Dalam perencanaan geometrik termasuk juga perencanaan tebal

    perkerasan jalan, karena dimensi dari perkerasan merupakan bagian dari

    perencanaan geometrik sebagai suatu perencanaan jalan seutuhnya.

    Bertambahnya jumlah dan kualitas kendaraan dan berkembangnya

    pengetahuan tentang kelakukan pengendara serta meningkatnya jumlah

    kecelakaan, menuntut perencanaan geometrik supaya memberikan pelayanan

    maksimum dengan keadaan bahaya minimum dan biaya yang wajar.

  • 5/24/2018 Bab I II III

    2/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 2

    B. Maksud Dan TujuanSuatu perencanaan geometrik yang lengkap tidak saja memperhatikan

    keamanan dan ekonomisnya biaya, tetapi juga nilai struturalnya.Kita harus

    lebih teliti dalam memilih lokasi perencanaan geometrik sehingga suatu jalan

    menjadi nyaman.

    Sebagai perencana, kita dituntut untuk menguasai teknik perencanaan

    geometrik dan tata cara pembuatan konstruksi jalan raya serta memahami

    permasalahan dan pemecahannya.

    Yang dimaksud perkerasan lentur dalam perencanaan ini adalah

    perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran beraspal sebagai

    lapisan permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan dibawahnya.

    Interpretasi, evaluasi dan kesimpulan-kesimpulan yang akan dikembangkan

    dari hasil penetapan ini, harus juga memperhitungkan penerapannya secara

    ekonomis sesuai dengan kondisi setempat, tingkat keperluan, kemampuan

    pelaksanaan dan syarat teknis lainnya, sehingga kontruksi jalan yang

    direncanakan itu adalah yang optimal.

    Pada umumnya teknik perencanaan geometrik jalan raya dibagi atas

    tiga bagian penting, yaitu :

    1.alinyemen horizontal / trase jalan.

    2. alinyemen vertikal / penampang memanjang jalan.3.penampang melintang jalan.

    pembangunan yang baik antara alinyemen horizontal dan vertical

    memberikan keamanan dan kenyamanan para pemakai jalan.

  • 5/24/2018 Bab I II III

    3/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 3

    C. Ruang LingkupDalam perencanaan geometrik yang kami laksanakan dalam tugas ini,

    pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

    1.perencanaan trase dan penentuan medan2.bentuk dan panjang kurva3.penggambaran kurva4.penentuan kemiringan melintang tiap tikungan dan penggambaran elevasi,

    superelevasi badan jalan.

    5. menghitung jarak pandang6. menghitung alinyemen vertikal7.perhitungan volume galian dan timbunan

  • 5/24/2018 Bab I II III

    4/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 4

    BAB II

    DASAR TEORI

    A. Uraian Secara Umum1. Pengertian Jalan

    Jalan raya adalah jalur- jalur tanah di atas permukaan bumi yang

    dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran- ukuran dan jenis

    konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyelurkan lalu lintas

    orang, hewan, dan kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat

    ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat.

    Jalan raya sebagai sarana pembangunan dalam membantu

    pembangunan wilayah adalah penting.Oleh karena itu pemerintah

    mengupayakan pembangunan jalan raya dengan lancar, efisien dan

    ekonomis.

    Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometriknya

    harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat

    memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan

    fungsinya, sebab tujuan akhir dari perencanaan geometrik ini adalah

    menghasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi pelayanan arus lalu lintas

    dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan biaya juga memberikan rasa

    aman dan nyaman kepada pengguna jalan.

    2. Klasifikasi JalanPada umumnya jalan raya dapat dikelompokkan dalam klasifikasi

    menurut fungsinya, dimana pereturan ini mencakup tiga golongan penting,

    yaitu :

  • 5/24/2018 Bab I II III

    5/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 5

    a. Jalan Arteri ( Utama )Jalan raya utama adalah jalan yang melayani angkutan utama,

    denganciri- ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata- rata tinggi dan

    jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. Dalam komposisi lalu

    lintasnya tidak terdapat kendaraan lambat dan kendaraan tak

    bermotor.Jalan raya dalam kelas ini merupakan jalan- jalan raya

    berjalur banyak dengan konstruksi perkerasan dari jenis yang terbaik.

    b. Jalan Kolektor ( Sekunder )Jalan kolektor adalah jalan raya yang melayani angkutan

    pengumpulan/ pembagian dengan ciri- ciri perjalanan jarak sedang,

    kecepatan rata- rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.

    Berdasarkan komposisi dan sifat lalu lintasnya dibagi dalam tiga

    kelas jalan,yaitu :

    1)Kelas II AMerupakaan jalan raya sekunder dua jalur atau lebih dengan

    konstruksi permukaan jalan dari lapisan aspal beton atau yang setara.

    2)Kelas II BMerupakan jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi

    permukaan jalan dari penetrasi berganda atau yang setara dimana

    dalam komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat dan

    kendaraan tak bermotor.

    3)Kelas II CMerupakan jalan raya sekunder dua jalur denan konstruksi

    permukaan jalan dari penetrasi tunggal, dimana dalam komposisi

  • 5/24/2018 Bab I II III

    6/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 6

    lalu lintasnya terdapat kendaraan bermotor lambat dan kendaraan tak

    bermotor.

    c. Jalan Lokal ( Penghubung )Jalan penghubung adalah jalan yang melayani angkutan

    setempat dengan cirri- cirri perjalanan yang dekat, kecepatan rata- rata

    rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

    3. Volume Lalu LintasVolume lalu lintas menyatakan jumlah kendaraan yang melintasi

    satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu. Untuk mendapatkan

    volume lalu lintas tersebut, dikenal dua jenis Lalu Lintas Harian Rata-rata,

    yaitu :

    a. Lalu Lintas Harian Rata- rata (LHR)Jumlah kendaraan yang diperoleh selama pengamatan dengan

    lamanya pengamatan.

    LHR =

    b. Lalu Lintas Harian Rata- rata Tahunan (LHRT)Jumlah lalu lintas kendaraan yang melewati satu jalur selama 24

    jam dan diperoleh dari data satu tahun penuh.

    LHRT =

    Pada umumnya lalu lintas pada jalan raya terdiri dari berbagai

    jenis kendaraan, baik kendaraan cepat, kendaraan lambat, kendaraan

    berat, kendaraan ringan, maupun kendaraan tak bermotor. Dalam

    hubungannya dengan kapasitas jalan, maka jumlah kendaraan bermotor

  • 5/24/2018 Bab I II III

    7/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 7

    yang melewati satu titik dalam satu satuan waktu mengakibatkan

    adanya pengaruh / perubahan terhadap arus lalu lintas. Pengaruh ini

    diperhitungkan dengan membandingkannya terhadap [engaruh dari

    suatu mobil penumpang dalam hal ini dipakai sebagai satuan dan

    disebut Satuan Mobil Penumpang ( Smp ).

    Untuk menilai setiap kendaraan ke dalam satuan mobil

    penumpang ( Smp ), bagi jalan di daerah datar digunakan koefisien di

    bawah ini :

    Sepeda =0, 5 Mobil Penumpang =1 Truk Ringan ( berat kotor < 5 ton ) =2 Truk sedang > 5 ton =2, 5 Bus =3 Truk Berat > 10 ton =3 Kendaraan tak bermotor =7

    Di daerah perbukitan dan pegunungan, koefisien untuk

    kendaraan bermotor di atas dapat dinaikkan, sedangkan untuk

    kendaraan tak bermotor tak perlu dihitung. Jalan dibagi dalam kelas

    yang penetapannya kecuali didasarkan pada fungsinya juga

    dipertimbangkan pada besarnya volume serta sifat lalu lintas yang

    diharapkan akan menggunakan jalan yang bersangkutan.

    4. Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Geometrik JalanUntuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometriknya

    harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat

  • 5/24/2018 Bab I II III

    8/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 8

    memberkan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas, sebab tujuan akhir

    dari perencanaan geometrik ini adalah tersedianya jalan yang memerikan

    rasa aman dan nyaman kepada pengguna jalan.

    Dalam merencanakan suatu konstruksi jalan raya banyak factor

    yang menjadi dasar atau pertimbangan sebelum direncanakannya suatu

    jalan. Faktor itu antara lain :

    a. Kendaraan RencanaDilihat dari bentuk, ukuran dan daya dari kendaraankendaran

    yang menggunakan jalan, kendaraan- kendaraan tersebut dapat

    dikelompokkan.

    Ukuran kendaraan- kendaraan rencana adalah ukuran terbesar

    yang mewakili kelompoknya. Ukuran lebar kendaraan akan

    mempengaruhi lebar jalur yang dbituhkan. Sifat membelok kendaraan

    akan mempengaruhi perencanaan tikungan. Daya kendaraan akan

    mempengaruhi tingkat kelandaian yang dipilih, dan tingi tempat dududk

    ( jok ) akan mempengaruhi jarak pandang pengemudi.

    Kendaraan yang akan digunakan sebagai dasar perencanaan

    geometric disesuaikan dengan fungsi jalan dan jenis kendaraan yang

    dominan menggunakan jalan tersebut. Pertimbangan biaya juga ikut

    menentukan kendaraan yang dipilih.

    b. Kecepatan Rencana Lalu LintasKecepatan rencana merupakan factor utama dalam perencanaan

    suatu geometric jalan.Kecepatan yaitu besaran yang menunjukkan jarak

    yang ditempuh kendaraan dibagi waktu tempuh.

  • 5/24/2018 Bab I II III

    9/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 9

    Kecepatan rencana adalah kecepatan yang dipilih untuk

    keperluan perencanaan setiap bagian jalan raya seperti tikungan,

    kemiringan jalan, jarak pandang dll. Kecepatan maksimum dimana

    kendaraan dapat berjalan dengan aman dan keamanan itu sepenuhnya

    tergantung dari bentuk jalan, kecepatan rencana haruslah sesua dengan

    tipe jalan dan keadaan medan.

    Suatu jalan yang ada di daerah datar tentu saja memiliki design

    speed yang lebih tinggi dibandingkan pada daerah pegunungan atau

    daerah perbukitan.

    Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi kecepatan rencana

    tergantung pada :

    1)Topografi ( Medan )Untuk perencanaan geometric jalan raya, keadaan medan

    memberikan batasan kecepatan terhadap kecepatan rencana sesuai

    dengan medan perencanaan ( datar, bbukit, dan gunung ).

    2)Sifat dan tingkat penggunaan daerahKecepatan rencana untuk jalan- jalan arteri lebih tinggi dibandingkan

    jalan kolektor.

    c.Kelandaian

    Adanya tanjakan yang cukup curam dapat mengurangi laju

    kecepatan dan bila tenaga tariknya tidak cukup, maka berat kendaraan (

    muatan ) harus dikurangi, yang berarti mengurangi kapasitas angkut dan

    mendatangkan medan yang landai.

  • 5/24/2018 Bab I II III

    10/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 10

    B. Perencanaan Geometrik Jalan1. Perencanaan Alinyemen Horizontal ( Trase Jalan )

    Dalam perencanaan jalan raya harus direncanakan sedemikian rupa

    sehingga jalan raya itu dapat memberikan pelayanan optimum kepada

    pemakai jalan sesuai dengan fungsinya.

    Untuk mencapai hal tersebut harus memperhatikan perencanaan

    alinyemen horizontal ( trase jalan ) yaitu garis proyeksi sumbu jalan tegak

    lurus pada bidang peta yang disebut dengan gambar situasi jalan.

    Trase jalan terdiri dari gabungan bagian lurus yang disebut tangen

    dan bagian lengkung yang disebut tikungan.Untuk mendapatkan

    sambungan yang mulus antara bagian lurus dan bagian tikungan maka

    pada bagian- bagian tersebut diperlukan suatu bagian pelengkung

    peralihan yang disebut spiral.

    Bagian yang sangat kritis pada alinyemen horizontal adalah bagian

    tikungan, dimana terdapat gaya yang akan melemparkan kendaraan ke luar

    dari tikungan yang disebut gaya sentrifugal.

    Beradasarkan hal tersebut di atas, maka dalam perencanaan

    alinyemen pada tikungan ini agar dapat memberikan kenyamanan dan

    keamanan bagi pengendara, maka perlu dipertimbangkan hal- hal berikut:

    a. Ketentuan-Ketentuan DasarPada perencanaan geometrik jalan, ketentuan- ketentuan dasar

    ini tercantum pada daftar standar perencanaan geometric jalan

    merupakan syarat batas, sehingga penggunaannya harus dibatasi

    sedemikian agar dapat menghasilkan jalan yang cukup memuaskan.

  • 5/24/2018 Bab I II III

    11/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 11

    b. Klasifikasi Medan Dan Besarnya Lereng (Kemiringan)Klasifikasi dari medan dan besar kemiringan adalah sebagai

    berikut :

    Klasifikasi Medan Kemiringan (%)

    Datar ( D ) 0 - 9.9

    Bukit ( B ) 10 - 24.9

    Gunung ( G ) > 25, 0

    Tabel 2.2 Tabel Klasifikasi Medan dan Besar Kemiringan

    Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Raya, Dept. PU

    2. Jenis-Jenis Lengkungan PeralihanDalam suatu perencanaan alinyeman horizontal kita mengenal ada

    3 macam bentuk lengkung horizontal antara lain :

    a. Full CircleBentuk tikungan ini adalah jenis tikungan yang terbaik dimana

    mempunyai jari- jari besar dengan sudut yang kecil. Pada pemakaian

    bentuk lingkaran penuh, batas besaran R minimum di Indonesia

    ditetapkan oleh Bina Marga sebagai berikut :

    Kecepatan Rencana

    ( Km/Jam )

    Jari- jari Lengkungan Minimum

    ( Meter )

    120 2000

    100 1500

    80 1100

    60 700

    40 300

    30 100

  • 5/24/2018 Bab I II III

    12/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 12

    Tabel 2. 3 Tabel Jari- jari Lengkung Minimum dan kecepatan rencana

    Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Raya, NOVA

    Gambar Lengkung Peralihan :

    Gambar 2.1 Full Circle

    Keterangan :

    PI =Nomor Station (Point of Interaction)

    R =Jari- jari tikungan (meter)

    = Sudut tangen (o)

    TC =Tangen Circle

    CT =Circle Tangen

    T =Jarak antara TC dan PI

    L =Panjang bagian tikungan

    E =Jarak PI ke lengkung peralihan

    Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Raya, PEDC Bandung

    TC

    1

    1/2 1/2

    CTTC

    R R

    L

    Ec

    PI

  • 5/24/2018 Bab I II III

    13/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 13

    Perhitungan Data Kurva :

    Ls = 0

    Tc = Rc tan

    Ec =

    Ec = Tc tan

    Lc =

    Rc (

    Lc = 0,01745 Rc (

    Lc = Rc (

    Syarat Pemakaian :

    Rc > Rmin

    b. SpiralCircle - spiral ( SCS )Lengkung spiral pada tikungan jenis S - C S ini adalah

    peralihan dari bagian tangen ke bagian tikungan dengan panjangnya

    diperhitungkan perubahan gaya sentrifugal.

    Adapun jari- jari yang diambil adalah sesuai dengan kecepatan

    rencana yang ada pada daftar I perencanaan geometric jalan raya.

    Gambar 2.2 Spiral Circle Spiral

    Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Raya, PEDC. Bandung

  • 5/24/2018 Bab I II III

    14/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 14

    Keterangan :

    Ts =Titik perubahan dari tangen ke spiral

    SL =Titik Perubahan dari spiral ke Lingkaran

    L =Panjang Bagian spiral ke Tengah

    TC =Tangen Circle

    ST =Perubahan dari spiral ke tangen

    Ls =Panjang total spiral dari Ts sampai SL

    =Sudut lengkungan

    Tt =Panjang tangen total yaitu jarak antara RP dan ST

    Es =Jarak tangen total yaitu jarak antara RP dan titik tangen

    busur lingkaran

    Perhitungan Data Kurva :

    Lsmin = 0,222

    - 2,727

    (c = 0,4 m/detik)

    Ls = Dari tabel 4.7. lengkung peralihan Silvia Sukirman

    s =

    c =

    Lc =

    Rc (

    L = Lc + 2Ls

    p =

    p = Ls p* (

  • 5/24/2018 Bab I II III

    15/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 15

    k = Ls -

    k = Ls k* (

    Es =

    - Rc

    Es = (Rc + p) sec1/2- Rc

    Ts = (Rc + p) tan1/2+ k

    Syarat Pemakaian :

    Lsmin Ls

    Jika Rc untuk lengkung F-C tidak memenuhi syarat

    Lc > 20

    c. SpiralSpiral ( SS )Penggunaan lengkung spiral spiral dipakai apabila hasil

    perhitungan pada bagian lengkung S C S tidak memenuhi syarat

    yang telah ditentukan. Bentuk tikungan ini dipergunakan pada tikungan

    yang tajam.

    Gambar 2.3 Spiralspiral

    Os OsP

    SCSC

    ES

    RC

    RC RC

    TS

    K

    TS

    ST

    P

  • 5/24/2018 Bab I II III

    16/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 16

    Keterangan :

    Ts = Tangen spiral

    Ls =Panjanglengkung spiral

    =Sudut lengkungan

    Es =Jarak tangen total yaitu jarak antara RP dan titik tangen

    busur lingkaran

    Perhitungan Data Kurva :

    Lsmin =

    s = 0,5

    c =

    L = 2Ls

    p =

    p = Ls p* (

    k = Ls -

    k = Ls k* (

    Es =

    - Rc

    Es = (Rc + p) sec1/2- Rc

    Ts = (Rc + p) tan1/2+ k

    Syarat Pemakaian :

    Ls 50 Jika Lc pada lengkung S-C-S tidak memenuhi syarat

  • 5/24/2018 Bab I II III

    17/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 17

    3. Penampang MelintangPenampang melintang jalan adalah potongan suatu jalan tegak lurus

    pada as jalan yang menunjukkan bentuk serta susunan bagian- bagian

    jalan yang bersangkutan dalam arah melintang. Maksud dari

    penggambaran profil melintang disamping untuk memperlihatkan bagian-

    bagianjalan juga untuk membantu dalam menghitung banyaknya galian

    dan timbunan sesuai dengan rencana jalan dengan menghitung luas

    penampang melintang jalan.

    4. Kemiringan Pada Tikungan (Superelevasi)Pada suatu tikungan jalan, kendaraan yang lewat akan terdorong

    keluar secara radial oleh gaya sentrifugal yang diimbangi oleh :

    a. Komponen yang berkendaraan yang diakibatkan oleh adanya superelevasi dari jalan.

    b. Gesekan samping antara berat kendaraan dengan perkerasan jalan.Kemiringan superelevasi maksimim terdapat pada bagian busur

    tikungan sehingga perlu diadakan perubahan dari kemiringan

    maksimum berangsur- angsur ke kemiringan normal.

    Dalam melakukan perubahan pada kemiringan melintang jalan, kita

    mengenal tiga metode pelaksanaan, yaitu :

    a. Mengambil sumbu as jalan sebagai sumbu putar

    Gambar 2. 4 Sumbu as jalan sebagai sumbu putar

  • 5/24/2018 Bab I II III

    18/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 18

    b. Mengambil tepi dalam jalan sebagai sumbu putar

    Gambar 2.5 Tepi jalan sebagai sumbu putar

    c. Mengambil tepi luar jalan sebagai sumbu putar

    Gambar 2. 6 Tepi luar jalan sebagai sumbu putar

    Sedangkan bentuk bentuk dari diagram superelevasi adalah sebagai

    berikut :

    a. Diagram superelevasi pada FC

    Gambar 2. 7 Diagram superelevasi pada FC

  • 5/24/2018 Bab I II III

    19/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 19

    b. Diagram superelevasi pada SCS

    Gambar 2. 8 Diagram superelevasi pada SCS

    c. Diagram superelevasi pada SS

    Gambar 2. 9 Diagram Superelevasi pada SS

  • 5/24/2018 Bab I II III

    20/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 20

    5. Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan (Widening)Untuk membuat tikungan pelayanan suatu jalan tetap sama, baik

    pada bagian lurus maupun pada bagian tikungan, prlu diadakan pelebaran

    pada perkerasan tikungan. Pelebaran perkerasan pada tikungan tergantung

    pada :

    a. Jari- jari tikungan ( R )b. Sudut tikungan ( )c. Kecepatan Tikungan ( Vr )Rumus Umum :

    B = n (b + C) + (n 1) Td + Z

    Keterangan :

    B =lebar perkerasan pada tikungan ( m )

    n =jumlah jalur lalu lintas

    b =lebar lintasan truk pada tikungan

    Td =lebar melintang akibat tonjolan depan

    Z =lebar tambahan akibat kelainan dalam mengemudi

    C =kebebasan samping ( 0, 8 ) m

    Rumus :

    b = 2,4 + R -

    Td =

    Td =

    Z =

  • 5/24/2018 Bab I II III

    21/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 21

    W = B - L

    Keterangan :

    R =jari- jari tikungan

    P =jarak ban muka dan ban belakang ( 6, 1 )

    A =jarak ujung mobil dan ban depan ( 1, 2 )

    Vr =keecepatan rencana

    B = lebar jalan

    L = lebar badan jalan (Kelas IIB = 7,0)

    Syarat :

    Bila B 7 tidak perlu pelebaran

    Bila B> 7 perlu pelebaran

    C. Alinement Vertikal (Profil Memanjang)Alinement vertikal adalah garis potong yang dibentuk oleh bidang

    vertical melalui sumbu jalan.Profil ini menggambarkan tinggi rendahnya jalan

    terhadap muka yanah asli, sehingga memberikan gambaran terhadap

    kemampuan kendaraan naik atau turun dan bermuatan penuh.

    Pada alinyemen vertical bagian yang kritis adalah pada bagian lereng,

    dimana kemampuan kendaraan dalam keadaan pendakian dipengaruhi oleh

    panjang kritis, landai dan besarya kelandaian.Maka berbeda dengan

    alinyemen horizontal, disini tidak hanya pada bagian lengkung, tetapi penting

    lurus yang pada umumnya merupakan suatu kelandaian.

  • 5/24/2018 Bab I II III

    22/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 22

    1. Landai Maksimum dan Panjang Maksimum LandaiLandai jalan adalah suatu besaran untuk menunjukkan besarnya

    kenaikan atau penurunan vertical dalam satu satuan jarak horizontal (

    mendatar ) dan biasanya dinyatakan dalam persen ( % ).

    Maksud dari panjang kritis landai adalah panjang yang masih dapat

    diterima kendaraan tanpa mengakibatkan penurunan kecepatan truck yang

    cukup berarti. Dimana untuk panjang kelandaian cukup panjang dan

    mengakibatkan adanya pengurangan kecepatan maksimum sebesar 3050

    % kecepatan rencana selama satu menit perjalanan.

    Kemampuan kendaraan pada kelandaian umumnya ditentukan oleh

    kekuatan mesin dan bagian mekanis dari kendaraan tersebut. Bila

    pertimbangan biaya menjadi alasan untuk melampaui panjang kritis yang

    diizinkan, maka dapat diterima dengan syarat ditambahkan jalur khusus

    untuk kendaraan berat.

    Syarat panjang kritis landai maksimum tersebut adalah sebagai

    berikut :

    Landai maksimum (%) 3 4 5 6 7 8 10 12

    Panjang Kritis 400 330 250 200 170 150 135 120

    Tabel 2. 4 Syarat Panjang Kritis Landai Maksimum

    Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Raya, Dept. PU

  • 5/24/2018 Bab I II III

    23/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 23

    2. Lengkung VertikalPada setiap penggantian landai harus dibuat lengkung vertical yang

    memenuhi keamanan, kenyamanan, dan drainage yang baik.Lengkung

    vertical yang digunakan adalah lengkung parabola sederhana.Lengkung

    vertical adalah suatu perencanaan alinyemen vertical untuk membuat suatu

    jalan tidak terpatah- patah.

    Pada alinyemen vertical bagian yang kritis adalah pada bagian

    lereng, dimana kemampuan kendaraan dalam keadaan pendakian

    dipengaruhi oleh panjang kritis, landai dan besarya kelandaian.Maka

    berbeda dengan alinyemen horizontal, disini tidak hanya pada bagian

    lengkung, tetapi penting lurus yang pada umumnya merupakan suatu

    kelandaian.

    Syarat panjang kritis landai maksimum tersebut adalah sebagai berikut :

    a. Lengkung vertical cembung

    LV LV

    LV LV

    Gambar 2. 10 Lengkung Vertikal Cembung

  • 5/24/2018 Bab I II III

    24/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 24

    b. Lengkung vertical cekung

    LV LV

    LV LV

    Gambar 2. 11 Lengkung Vertikal Cekung

    Pada lengkung vertical cembung yang mempunyai tanda ( + )

    pada persamaannya dan lengkung vertical cekung yang mempunyai

    tanda (- ) pada persamaannya. Hal yang perlu diperhatikan adalah

    sebagai berikut :

    1)Pada alinyemen vertical tidak selalu dibuat lengkungan dengan jarakpandangan menyiap, tergantung pada medan, klasifikasi jalan, dan

    biaya.

    2)Dalam menentukan harga A = G1 G2 terdapat 2 cara dalampenggunannya, yaitu :

    Bila % ikut serta dihitung maka rumus yang dipergunakanadalah seperti di atas.

    Bila % sudah dimasukkan dalam rumus, maka rumus menjadi :y =

  • 5/24/2018 Bab I II III

    25/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 25

    3. Jarak PandangJarak pandang adalaha jarak dimana pengemudi dapat melihat

    benda yang menghalanginya, baik yang bergerak maupun yang tidak

    bergerak dalam batas mana pengemudi dapat melihat dan menguasai

    kendaraan pada satu jalur lalu lintas. Jarak pandang bebas ini dibedakan

    menjadi dua bagian, yaitu :

    a. Jarak Pandang Henti ( dh )Jarak pandang henti adalah jarak pandang minimum yang

    diperlukan pengemudi untuk menghentikan kendaraan yang sedang

    berjalan setelah melihat adanya rintangan pada jalur yang

    dilaluinya.Jarak ini merupakan dua jarak yang ditempuh sewaktu

    melihat benda hingga menginjak rem dan jarak untuk berhenti setelah

    menginjak rem.

    Rumus :

    dh = dp + dr

    dp = 0,287 V tr

    dr =

    Keterangan :

    dh =jarak pandang henti

    dp =jarak yang ditempuh kendaraan dari waktu melihat benda

    dimana harus berhenti sampai menginjak rem

    dr =jarak rem

    Vr =kecepatan rencana ( km/ jam )

    L =kelandaian

  • 5/24/2018 Bab I II III

    26/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 26

    Fm =koefisien gesek maksimum

    =-0, 000625 .Vr + 0, 19

    ( + ) =pendakian

    ( - ) =penurunan

    b. Jarak Pandang Menyiap ( dm )Jarak pandang menyiap adalah jarak yang dibutuhkan untuk

    menyusul kendaraan lain yang digunakan hanya pada jalan dua jalur.

    Jarak pandang menyiap dihitung berdasarkan panjang yang diperlukan

    untuk melakukan penyiapan secara normal dan aman.

    Jarak pandang menyiap ( dm ) untuk dua jalur dihitung dari

    penjumlahan empat jarak.

    Rumus :

    Dm = dl + d2+ d3+ d4

    Keterangan :

    dl =jarak yang ditempuh selama kendaraan menyiap

    =0,278. tr ( Vm + . a. tr )

    d2 =jarak yang ditempuh oleh kendaraan menyiap selama dijalur

    kanan

    =0, 278 . Vr. t2

    d3 =jarak bebas antara kendaraan yang menyiap dengan kendaraan

    yang datang

    d4 =jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang dating=2/3. d2

    V =kecepatan rencana

    tr =waktu ( 3, 74, 3 ) detik

  • 5/24/2018 Bab I II III

    27/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 27

    t2 =waktu ( 9, 310, 4 ) detik

    m =perbedaan kecepatan ( 15 km/ jam )

    a =percepatan rata- rata ( 2, 262, 36 )

    D. Galian Dan TimbunanPada perencanaan jalan raya, diusahakan agar volume galian dan

    timbunan sama. Dengan mengkombinasikan antara alinyemen vertical dan

    horizontal, memungkinkan kita untuk menghitung banyaknya volume galian

    dan timbunan pada suatu pekerjaan konstruksi jalan raya.

    Langkah- langkah dalam menghitung volume galian dan timbunan

    adalah sebagai berikut :

    1. Penentuan station ( jarak patok ), sehingga diperoleh panjang orizontaljalan dari alinyemen horizontal.

    2. Menggambarkan profil memanjang yang memperlihatkan perbedaan mukatinggi tanah asli dengan tinggi tanah asli dengan tinggi muka perkerasan

    yang akan direncanakan.

    3. Menggambarkan profil melintang pada setiap titik station sehingga dapatdihitung luas penampang galian dan timbunan.

    4. Menghitung volume galian dan timbunan dengan menggunakan carakoordinat atau dengan cara menggunakan batuan autocad.

  • 5/24/2018 Bab I II III

    28/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 28

    BAB III

    PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN

    A. STANDAR PERENCANAAN GEOMETRIK JALANDirencanakan suatu konstruksi jalan raya dengan kelas jalan III

    dengan tinggi kota A = 945 m dan tinggi kota B = 855 m yang dilihat dan

    dihitung berdasarkan garis kontur yang tersedia dengan memakai skala

    1:10000. Dalam menentukan tinggi dari setiap petak pada trase jalan

    didasarkan pada letak patok pada gambar kontur yang kita buat. Sedangkan

    untuk membuat kemiringan didasarkan pada beda tinggi antara 2 patok.

    1. MENENTUKAN RATA RATA KONTUR

    Kontur yang mempunyai jarak yang regang :

    a. Kontur 1 = 940 m

    Kontur 2 = 935 m

    Jarak Datar = 49,27 m

    Jarak Miring = (52+ 49,272)

    = 49,52 m

    b. Kontur 1 = 895 m

    Kontur 2 = 890 m

    Jarak Datar = 38,72 m

    Jarak Miring = (52+38,722)

    = 39,04 m

    Kontur yang mempunyai jarak yang rapat :

    a. Kontur 1 = 935 m

    Kontur 2 = 930 m

    Jarak Datar = 12,63m

    Jarak Miring = (52+ 12,632)

    = 13,58 m

    b. Kontur 1 = 890 m

  • 5/24/2018 Bab I II III

    29/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 29

    Kontur 2 = 885 m

    Jarak Datar = 15,61 m

    Jarak Miring = (52+ 15,612)

    = 16,39 m

    Ratarata kontur =4

    39,1613,5804,3949,52

    = 29,63 m

    Klasifikasi medan =ratakonturRata

    rervalkontu

    intx 100 %

    =63,295 x 100 %

    = 16,87 %

    Dengan demikian, daerah ini termasuk klasifikasi medan Bukit karena nilai

    16,87 % besar dari 10 %

    2. SPESIF IKAS PERENCANAAN GEOMETRIK

    Diketahui jalan kelas III dengan medan Bukit, Maka :

    Kecepatan Rencana = 40 km/jam Lebar Daerah Penguasaan = 20 m Lebar Perkerasan = ( 3,56,0 m) diambil 6 m Lebar Median Minimum = - Lebar bahu = ( 3,56,0 m ) diambil 1,5 m Lebar Melintang perkerasan = 4 % Lebar Melintang Bahu = 6 % Jenis Lapisan Permukaan Jalan = Paling tinggi pelebaran Jalan Miring Tikungan Maksimum (e maks) = 10 % Jarijari Lengkung Maksimum (R min) = 50 m Landai Maksimum = 9 %

  • 5/24/2018 Bab I II III

    30/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 30

    3. MENENTUKAN KOORDINAT TI TIK

    A 1317.138 1324.186

    p1 1205.991 983.8683

    p2 1669.147 828.8146

    p3 2333.129 1258.15

    p4 2727.907 1120.705

    B 3027.05 1509.578

    4. MENGHITUNG JARAK

    dA-P1Titik A (1317.13 ; 1324.186)Titik P0 (1205.991 ; 983.8683 )

    x = XP0XA

    = 1205.991 -1317.13

    = 111.1473

    y = YAYP0

    = 1324.186 - 185750

    = -13750

    dA-P1 = x2

    + y2

    = 687002+-137502

    = 70062,49 = 700,625 m

    dP1-P2Titik P0 (202200; 185750)

    Titik P1 (125250; 97800)

    x = XP2XP1

    = 125250 - 202200

    = -76950

    y = YP2YP1

    = 185750 - 97800

    = -87950

  • 5/24/2018 Bab I II III

    31/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 31

    dP1-P2 = x2

    + y2

    = (-76950)2+(-87950)2

    = 116861 = 1168.61 m

    dP2-P3Titik P1 (125250; 97800)

    Titik P2 (277500;118700)

    x = XP3XP2

    = (277500125250)

    = 152250y = YP3YP2

    = 11870097800

    = 20900

    P2-P3 = x2

    + y2

    = 1522502+ 209002

    = 153677.82 = 1536.78 m

    dP3-BTitik P2 (277500; 118700 )

    Titik B (294500; 150000 )

    x = XBXP3

    = 294500277500

    = 17000

    y = YBYP3

    = 150000 - 118700

    = 31300

    d P3-B = x2 + y2

    = 170002 + 313002

    = 35618.67 = 356.19 m

  • 5/24/2018 Bab I II III

    32/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 32

    5.PENENTUAN SUDUT

    SUDUT P11 = 90

    1 = act tag 09.18340.32

    111.15

    X

    Y

    2 = act tag 51.18463.15.66

    155.05

    X

    Y

    1 = 1 - 2 + 90

    = 18.0818.51 + 90

    = 9

    SUDUT P22 = 51

    1 = act tag 51.18463.1566

    155.05

    X

    Y

    2 = act tag 49.32663.98

    429.34

    X

    Y

    2 = 1 + 2

    = 18.51 + 32.49

    = 51

    SUDUT P33 = 52

    1 = act tag 89.32663.98

    429.34

    X

    Y

    2 = act tag 40.19394.78

    137.45

    X

    Y

    3 = 2 + 1

    = 32.89 - 19.40

    = 520

  • 5/24/2018 Bab I II III

    33/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 33

    SUDUT P43 = 72

    1 = act tag 40.19394.78137.45

    XY

    2 = act tag 57.37299.14

    388.87

    X

    Y

    3 = 90 - 2 - 1

    = 90 - 19.40 - 37.57

    = 720

    6.PENENTUAN TIKUNGAN

    jika R < R Min maka yang digunakan adalah s - c - s

    jika R > R Min maka yang digunakan adalah f-c

    Untuk P1A n a l i s i s T i k u n g a n S p i r a l - C i r c l e - S p i r a l

    Analisis Tikungan Spiral - Circle - Spiral

    Kriteria AnalisisSimb

    olRumus Analisis

    Hasil

    AnalisisSatuan

    Kecepatan Rencana VR Ditentukan 40 Km/Jam

    Sudut Analisis Gambar 90 Derajat

    Jari-jari Busur Lingkaran R Analisis Gambar 256.90 Meter

    Jari-jari Minimum Rmin Ketentuan 300 Meter

    Lebar Jalan L Ditentukan 7 MeterBahu Jalan B Ditentukan 1.5 Meter

    Superelevasi maksimum em Bina Marga 10 Persen

    Kemiringan normal en Bina Marga 2 Persen

    Superelevasi e Tabel 4.7. 5.2 Persen

    Lengkung Peralihan

    MinimumLS Tabel 4.7. 50 Meter

    Lengkung Penuh F-C R > Rmin false

    Sudut S S (90 x Ls) / ( x R) 6 Derajat

    Sudut C C - 2 x S 78.84 Derajat

    Nilai Lc Lc ( - 2S)/180 * * R 353.33 Meter

  • 5/24/2018 Bab I II III

    34/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 34

    Lengkung Penuh

    PeralihanS-C-S Lc > 20 true

    Nilai Lc Lc ( - 2S)/180 * * R 353.33 Meter

    Nilai L L Lc + 2 x Ls 453.33 Meter

    Niali P P (Ls/6 x R) - R x (1 - CosS)

    0.41 Meter

    Nilai Es Es (R + P) / cos (0,5 x ) - R 256.297 Meter

    Nilai K KLs - (Ls/(40 x R) - R x

    SinS24.99 Meter

    Nilai Ts Ts (R + p) x Tan (0,5 x ) + k 282.30 Meter

    Landai Relatif 1/m (e + en) x B / Ls -

    Apabila control terhadap lengkung penuh (Ful Circle) bertanda True,maka model tikungan yang digunakan adalah lengkung penuh (full Circlle.

    Apabila control terhadap lengkung penuh (Ful Circle) bertanda False,maka harus dilakukan analisis lengkung penuh dan lengkung peralihan

    (SpiralCicrcleSpiral).

    Jika control terhadap lengkung penuh dan lengkung peralihan (Spiral Cicrcle Spiral) bertanda (True), maka moel tikungan yang digunakan

    adalah lengkung penuh dan lengkung peralihan. Jika control terhadap lengkung penuh dan lengkung peralihan (Spiral

    Cicrcle Spiral) bertanda (False), maka model tikungan yang digunakan

    adalah lengkung peralihan (SpiralSpiral)

  • 5/24/2018 Bab I II III

    35/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 35

    Untuk P2A n a l i s i s T i k u n g a n S p i r a l - C i r c l e - S p i r a l

    Analisis Tikungan Spiral - Circle - Spiral

    Kriteria Analisis Simbol Rumus AnalisisHasil

    AnalisisSatuan

    Kecepatan Rencana VR Ditentukan 40 Km/Jam

    Sudut Analisis Gambar 51 Derajat

    Jari-jari Busur Lingkaran R Analisis Gambar 155.476 Meter

    Jari-jari Minimum Rmin Ketentuan 300 Meter

    Lebar Jalan L Ditentukan 7 Meter

    Bahu Jalan B Ditentukan 1.5 Meter

    Superelevasi maksimum em Bina Marga 10 Persen

    Kemiringan normal en Bina Marga 2 Persen

    Superelevasi e Tabel 4.7. 7.5 Persen

    Lengkung Peralihan

    Minimum

    LS Tabel 4.7. 50 Meter

    Lengkung Penuh F-C R > Rmin false

    Sudut S S (90 x Ls) / ( x R) 9 Derajat

    Sudut C C - 2 x S 32.56 Derajat

    Nilai Lc Lc ( - 2S)/180 * * R Meter

    Lengkung Penuh

    PeralihanS-C-S Lc > 20 true

    Nilai Lc Lc ( - 2S)/180 * * R 88.32 Meter

    Nilai L L Lc + 2 x Ls 18.32 Meter

    Niali P P(Ls/6 x R) - R x (1 -

    Cos S)

    0.68 Meter

  • 5/24/2018 Bab I II III

    36/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 36

    Nilai Es Es(R + P) / cos (0,5 x )

    - R17.53 Meter

    Nilai K KLs - (Ls/(40 x R) - R

    x SinS24.98 Meter

    Nilai Ts Ts (R + p) x Tan (0,5 x )+ k

    99.46 Meter

    Landai Relatif 1/m (e + en) x B / Ls -

    Apabila control terhadap lengkung penuh (Ful Circle) bertanda True,maka model tikungan yang digunakan adalah lengkung penuh (full Circlle.

    Apabila control terhadap lengkung penuh (Ful Circle) bertanda False,maka harus dilakukan analisis lengkung penuh dan lengkung peralihan

    (SpiralCicrcleSpiral). Jika control terhadap lengkung penuh dan lengkung peralihan (Spiral

    Cicrcle Spiral) bertanda (True), maka moel tikungan yang digunakan

    adalah lengkung penuh dan lengkung peralihan.

    Jika control terhadap lengkung penuh dan lengkung peralihan (Spiral Cicrcle Spiral) bertanda (False), maka model tikungan yang digunakan

    adalah lengkung peralihan (SpiralSpiral)

    Untuk P3A n a l i s i s T i k u n g a n S p i r a l - C i r c l e - S p i r a l

    Analisis Tikungan Spiral - Circle - Spiral

    Kriteria Analisis SimbolRumus

    Analisis

    Hasil

    AnalisisSatuan

    Kecepatan Rencana VR Ditentukan 40 Km/Jam

    Sudut Analisis Gambar 52 Derajat

    Jari-jari Busur Lingkaran R Analisis Gambar 233.607 Meter

    Jari-jari Minimum Rmin Ketentuan 300 Meter

    Lebar Jalan L Ditentukan 7 Meter

    Bahu Jalan B Ditentukan 1.5 Meter

    Superelevasi maksimum em Bina Marga 10 Persen

    Kemiringan normal en Bina Marga 2 Persen

    Superelevasi e Tabel 4.7. 5.6 Persen

    Lengkung Peralihan

    MinimumLS Tabel 4.7. 50 Meter

    Lengkung Penuh F-C R > Rmin false

    Sudut S S (90 x Ls) / ( x R) 6 Derajat

  • 5/24/2018 Bab I II III

    37/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 37

    Sudut C C - 2 x S 39.73 Derajat

    Nilai Lc Lc( - 2S)/180 *

    * R161.91 Meter

    Lengkung Penuh Peralihan S-C-S Lc > 20 true

    Nilai Lc Lc ( - 2S)/180 * * R

    161.91 Meter

    Nilai L L Lc + 2 x Ls 261.91 Meter

    Niali P P(Ls/6 x R) - R x

    (1 - Cos S)0.45 Meter

    Nilai Es Es(R + P) / cos (0,5

    x ) - R26.81 Meter

    Nilai K KLs - (Ls/(40 x

    R) - R x SinS24.99 Meter

    Nilai Ts Ts(R + p) x Tan

    (0,5 x ) + k 139.15Meter

    Landai Relatif 1/m (e + en) x B / Ls -

    Apabila control terhadap lengkung penuh (Ful Circle) bertanda True,maka model tikungan yang digunakan adalah lengkung penuh (full Circlle.

    Apabila control terhadap lengkung penuh (Ful Circle) bertanda False,maka harus dilakukan analisis lengkung penuh dan lengkung peralihan

    (SpiralCicrcleSpiral).

    Jika control terhadap lengkung penuh dan lengkung peralihan (Spiral Cicrcle Spiral) bertanda (True), maka moel tikungan yang digunakan

    adalah lengkung penuh dan lengkung peralihan.

    Jika control terhadap lengkung penuh dan lengkung peralihan (Spiral Cicrcle Spiral) bertanda (False), maka model tikungan yang digunakan

    adalah lengkung peralihan (SpiralSpiral)

  • 5/24/2018 Bab I II III

    38/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 38

    Untuk P4A n a l i s i s T i k u n g a n S p i r a l - C i r c l e - S p i r a l

    Analisis Tikungan Spiral - Circle - Spiral

    Kriteria Analisis Simbol RumusAnalisis

    HasilAnalisis

    Satuan

    Kecepatan Rencana VR Ditentukan 40 Km/Jam

    Sudut Analisis Gambar 72 Derajat

    Jari-jari Busur Lingkaran R Analisis Gambar 320.11 Meter

    Jari-jari Minimum Rmin Ketentuan 300 Meter

    Lebar Jalan L Ditentukan 7 Meter

    Bahu Jalan B Ditentukan 1.5 Meter

    Superelevasi maksimum em Bina Marga 10 Persen

    Kemiringan normal

    en

    Bina Marga 2

    PersenSuperelevasi e Tabel 4.7. 3.8 Persen

    Lengkung Peralihan

    MinimumLS Tabel 4.7. 50 Meter

    Lengkung Penuh F-C R > Rmin false

    Sudut S S (90 x Ls) / ( x R) 4 Derajat

    Sudut C C - 2 x S 63.05 Derajat

    Nilai Lc Lc( - 2S)/180 *

    * R352.31 Meter

    Lengkung Penuh Peralihan S-C-S Lc > 20 true

    Nilai Lc Lc( - 2S)/180 *

    * R 352.31 Meter

    Nilai L L Lc + 2 x Ls 452.31 Meter

    Niali P P(Ls/6 x R) - R x

    (1 - Cos S)0.33 Meter

    Nilai Es Es(R + P) / cos (0,5

    x ) - R76.02 Meter

    Nilai K KLs - (Ls/(40 x

    R) - R x SinS25.00 Meter

    Nilai Ts Ts(R + p) x Tan

    (0,5 x ) + k 257.95Meter

    Landai Relatif 1/m (e + en) x B / Ls -

    Apabila control terhadap lengkung penuh (Ful Circle) bertanda True,maka model tikungan yang digunakan adalah lengkung penuh (full Circlle.

    Apabila control terhadap lengkung penuh (Ful Circle) bertanda False,maka harus dilakukan analisis lengkung penuh dan lengkung peralihan

    (SpiralCicrcleSpiral).

  • 5/24/2018 Bab I II III

    39/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 39

    Jika control terhadap lengkung penuh dan lengkung peralihan (Spiral Cicrcle Spiral) bertanda (True), maka moel tikungan yang digunakan

    adalah lengkung penuh dan lengkung peralihan.

    Jika control terhadap lengkung penuh dan lengkung peralihan (Spiral Cicrcle Spiral) bertanda (False), maka model tikungan yang digunakan

    adalah lengkung peralihan (SpiralSpiral)

    7.PENENTUAN TINGGI TITIK

    Sta.Tinggi

    Jarak 2Tinggi

    Jarak 1Tinggi Tinggi Tt. Tinggi Tt.

    Kontur 2 Kontur 1 Titik Kiri Kanan

    3.5

    0+000 935 1 935 1889.09 935.55 934.54

    0+100890.00 31.79 893.00 13.15 892.12 892.36 891.89

    0+200895.00 10.48 895.00 19.96 895.00 895.00 895.00

    0+300890.82 32.02 890.53 14.73 890.62 890.60 890.64

    0+400895.05 10.96 895.30 34.84 895.11 895.13 895.09

    0+500892.80 21.33 893.90 24.21 893.32 893.40 893.23

    0+600892.30 10.54 893.10 11.91 892.68 892.80 892.55

    0+700885.21 21.27 885.60 13.92 885.45 885.48 885.41

    0+800885.02 16.96 886.80 4.58 886.42 886.71 886.13

    0+900887.80 15.53 887.60 18.17 887.71 887.69 887.73

    1+000886.02 49.29 883.60 14.07 884.14 884.00 884.27

    1+100886.06 28.11 883.70 8.50 884.25 884.02 884.47

    1+200

  • 5/24/2018 Bab I II III

    40/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 40

    886.00 8.15 883.21 21.66 885.24 884.91 885.56

    1+300886.32 11.28 885.21 3.86 885.49 885.24 885.75

    1+400886.00 25.16 884.20 43.37 885.34 885.25 885.43

    1+500886.10 68.44 884.19 4.83 884.32 884.22 884.41

    1+600885.40 11.73 885.04 27.20 885.29 885.26 885.32

    1+700887.90 20.03 886.80 26.73 887.43 887.35 887.51

    1+800 865.00 5.48 870.00 26.23 865.86 866.42 865.31

    1+900866.00 35.69 866.60 10.67 866.46 866.51 866.42

    2+000860.60 18.40 866.70 24.01 863.25 863.75 862.74

    2+100860.00 11.57 860.00 20.38 860.00 860.00 860.00

    2+200860.00 14.62 865.00 5.72 863.59 864.45 862.73

    2+300856.00 24.49 856.00 25.22 856.00 856.00 856.00

    2+345875.00 5.30 880.00 43.95 875.54 875.89 875.18

  • 5/24/2018 Bab I II III

    41/62

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Page 41

    B.PERHITUNGAN DAN PENETUAN TYPE TIKUNGAN1. Penentuan Type Tikungan

    Tidak memenuhi

    Rc < R min.

    Memenuhi Tidak memenuhi

    c < 0o

    Lc < 20 m

    2Ls Lc