5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PLTG Pesanggaran
2.1.1 Sejarah Perusahaan
Sejarah PT Indonesia Power berawal pada akhir abad ke 19, sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari riwayat perkembangan kelistrikan di Indonesia.
Saat itu sejumlah perusahaan Belanda yang bergerak di bidang perkebunan, pabrik
gula dan pabrik teh membangun pembangkit listrik untuk kepentingan sendiri.
Selanjutnya, sebuah perusahaan gas swasta Belanda, bernama NV NIGM
(Naamloze Vennootschap Nederlandsche Indische Gas Maatschappij)
memperluas usahanya di bidang kelistrikan untuk kepentingan umum dan
memperoleh ijin konsesi berdasarkan Ordonansi 1890 No. 190, tanggal 18
September 1890.
Seiring dengan peningkatan manfaat listrik bagi masyarakat, Pemerintah
pada tahun 1927 membentuk Lands Waterkracht Bedrijven atau perusahaan listrik
Negara yang mengelola Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) Plengan, Lamajan,
Bengkok Dago, Ubruk dan Kracak di Jawa Barat. Pembangkit- pembangkit inilah
yang di kemudian hari diserahkan dan dikelola oleh PLN PJB I, di tahun 1995,
disamping beberapa pembangkit lain yang berkapasitas lebih besar. PLN pun terus
berupaya membangun bidang ketenagalistrikan, sedangkan tugas pembangkitan
dan penyaluran tenaga listrik di Jawa dan Bali pada waktu itu ditangani oleh PLN
Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian Barat (KJB) dan PLN Pembangkitan
dan Penyaluran Jawa Bagian Timur (KJT).
Pada tahun 1994, status PLN yang semula berbentuk Perusahaan Umum
beralih menjadi Persero. Pada tahun 1995 status baru tersebut diikuti dengan
perubahan struktur PT PLN (Persero), yang kemudian ditindaklanjuti dengan
peningkatan fungsi PLN P2B dengan tambahan tugas Penyaluran, menjadi PLN
P3B. Dengan perubahan fungsi ini maka KJB dan KJT hanya berfokus pada
fungsi Pembangkitan. Dua organisasi inilah yang menjadi cikal bakal anak
Perusahaan PLN, yakni Pembangkit Tenaga Listrik Jawa Bali I (PJB I) dan
6
Pembangkit Listrik Jawa Bali II (PJB II). PLN PJB I mempunyai organisasi
sendiri dengan tugas mengelola delapan Unit Pembangkit, masing-masing
Suralaya, Saguling, Mrica, Priok, Perak dan Grati, Bali, Semarang, Kamojang dan
satu Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan.
Didirikan pada 3 Oktober 1995 sebagai anak perusahaan berdasarkan
Surat Keputusan Mentri Kehakiman Republik Indonesia Nomor C212396
HT.01.01.TH.1995, PT Pembangkitan Jawa Bali I (PT PJB I) merupakan anak
perusahaan PT PLN (Persero) yang bergerak dalam usaha pembangkitan tenaga
listrik didirikan pada 3 oktober 1995. Nama itu kemudian berubah menjadi PT
Indonesia Power pada tangaal 3 Oktober 2000. Perubahan nama tersebut
mengukuhkan penetapan tujuan Perusahaan untuk sepenuhnya berorientasi pada
bisnis dan mengantisipasi kecenderungan pasar yang senantiasa berkembang.
Dalam kurun waktu belasan tahun, Indonesai Power telah berkembang dengan
cepat melalui kinerja usaha yang meyakinkan.
Indonesia Power mengoperasikan delapan Unit Bisnis Pembangkitan
(UBP) yang tersebar di UBH lokasi-lokasi strategis Jawa-Bali, dan Unit Bisnis
Jasa Pemeliharaan, dengan total kapasitas terpasang sebesar 8.996 MW dari 133
unit pembangkit listriknya. Selanjutnya Perseroan mengembangkan sayap dengan
pendirian empat anak perusahaan, yaitu PT Cogindo Daya Bersama (CDB) pada
tahun 1997 untuk mendukung usaha pembangkitan, outsourcing dan kajian
energi, serta PT Artha Daya Coalindo (ADC) pada 1998 yang bergerak di bidang
manajemen dan perdagangan batubara serta bahan bakar lainnya. Sebagai
perusahaan terbesar di bidang Pembangkitan Tenaga Listrik di Indonesia, PT
Indonesia Power siap memasuki era pertumbuhan baru seiring prospek bisnis
yang menjanjikan dan penuh tantangan di masa depan.
2.1.2 Unit Bisnis Pembangkitan Bali (Indonesia Power)
Unit Bisnis Pembangkitan Bali adalah salah satu unit pembangkit milik PT
Indonesia Power yang menyediakan tenaga listrik khusus untuk Pulau Bali dengan
total kapasitas terpasang 427,59 MW.
7
Pada tahun 1973 Unit Bisnis Pembangkitan Bali bernama Sektor
Pesanggaran di bawah PLN Wilayah XI, dan pada tahun 1987 bernama sektor
Bali dibawah PLN Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian Timur dan Bali.
Sejak tahun 1995 menjadi bagian dari PT. Indonesia Power dan diberi nama PT.
Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Bali.
Selama tahun 1995 Bali mengkonsumsi energi listrik dari PLN sebesar
889 GWh yang disediakan dari PLTD sebesar 84 GWh, dari PLTG sebesar 295
GWh dan pasokan dari Jawa sebesar 509 GWh. Tahun 1996 terjadi kenaikan
konsumsi energi listrik menjadi sebesar 1017 GWh yang disediakan dari PLTD,
PLTG dan pasokan dari Jawa berturut-turut sebesar 84 GWh, 305 Gwh dan 627
GWh. Tahun 1997 terjadi kenaikan konsumsi energi listrik menjadi sebesar 1136
GWh yang terdiri atas pasokan dari PLTD sebesar 160 GWh, dari PLTG sebesar
432 GWh dan dari Jawa sebesar 544 GWh.
Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut PT Indonesia Power
Unit Pembangkitan Bali mempunyai 11 unit PLTD dan 4 unit PLTG yang
semuanya terletak di Pesanggaran Denpasar, Bali. Di samping itu pada akhir
tahun 1997 telah selesai dibangun PLTG Gilimanuk terletak di ujung barat pulau
Bali. seluruh Pembangkit Tenaga Listrik menggunakan bahan bakar minyak HSD
sebagai energi primernya. UBP Bali juga mengelola PLTG Pemaron yang berada
di utara pulau Bali.
Berdasarkan data tabel 2.1. Mesin-Mesin UBP Bali dapat dilihat jumlah
pembangkit yang terdapat di pulau Bali yang mensuplay listrik ke seluruh bali.
PLTG Gilimanuk merupakan pembangkit yang paling besar yang terdapat di Bali
yang mensuply mencapai 133 MW. Selain itu terdapat juga suplay listrik melalui
kabel laut (Subrimarine Cable) sebesar 200 MW yang berasal dari Pulau Jawa.
Dari pembangkit listrik tersebut 9 Unit PLTD energi listrik yang dibangkitkan
disalurkan langsung ke jaringan tegangan 20 kV. Dua unit PLTD, energi listrik
yang dibangkitkan disalurkan langsung ke jaringan transmisi 150 kV. Dengan
kapasitas dari Pembangkit Listrik di Pesanggaran dan Gilimanuk dan ditambah
sistem Interkoneksi Jawa - Bali, UBP Bali menjamin tersedianya tenaga listrik
yang cukup dan dapat diandalkan.
8
Tabel 2.1. Mesin-Mesin UBP Bali
Sumber: PT.PLN PJB 1 Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Bali
.PT.Indonesia Power :Bali
2.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan
PT Indonesia Power memiliki struktur organisasi yang menjelaskan alur
tugas kerja dan wewenang kepemimpinan dan bawahan. Struktur organisasi
perusahaan menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tahap hubungan
diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian, dan posisi maupun orang-orang yang
menunjukkan kedudukan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-
beda dalam suatu struktur organisasi. Dari struktur organisasi tersebut akan
Nama Mesin Jumlah Mesin Kapasitas Terpasang Total
PLTD Pesanggaran 3 5,08 MW 15,28 MW
PLTD Pesanggaran 1 4,14 MW 4,14 MW
PLTD Pesanggaran 2 6,77 MW 13,54 MW
PLTD Pesanggaran 2 6,52 MW 13,04 MW
PLTD Pesanggaran 2 12,39 MW 24,78 MW
PLTG Pesanggaran 1 21,35 MW 21,35 MW
PLTG Pesanggaran 1 20,10 MW 20,10 MW
PLTG Pesanggaran 2 42,00 MW 84,00 MW
PLTG Gilimanuk 1 133,80 MW 133,80 MW
PLTG Pemaron 2 48,80 MW 97,60 MW
9
membentuk suatu kerja sama yang baik antara pemimpin yang satu dengan yang
lainnya, serta bawahan yang satu dengan yang lainnya. PT Indonesia Power UBP
Bali menggunakan struktur organisasi yang bersifat struktural.
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Indonesia Power
Adapun struktur organisasi PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan
Bali Unit Pesanggaran adalah sebagai berikut:
10
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT Indonesia Power UBP Bali
2.1.4 Visi, Misi, dan Tujuan
1. Visi
Menjadi Perusahaan Publik dengan Kinerja kelas Dunia dan bersahabat
dengan Lingkungan.
1. Misi
Melakukan usaha dalam bidang pembangkitan tenaga listrik, serta
mengembangkan usaha-usaha lainnya yang berkaitan, berdasarkan kaidah
industri dan niaga yang sehat, guna menjamin keberadaan dan
pengembangan perusahaan dalam jangka panjang.
2. Tujuan
Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus-menerus dalam
penggunaan sumber daya perusahaan.
Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan dengan
bertumpu pada usaha penyediaan tenaga listrik dan sarana penunjang yang
berorientasi pada permintaan pasar yang berwawasan lingkungan.
11
Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh pendanaan dari
berbagai sumber yang saling menguntungkan.
2.1.5 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Perusahaan akan mengembangkan program-program K3 dalam
menetapkan dan menerapkan kebijakan-kebijakan K3, prosedur-prosedur dan
praktek-praktek kerja yang terfokus pada pencegahan kecelakaan yang dapat
mengakibatkan kecelakaan personil dan cedera, kebakaran dan kerusakan
peralatan jika terdapat resiko yang intern untuk situasi darurat pada seluruh
operasi. Program ini juga dapat diarahkan untuk memastikan kapabilitas seluruh
personil dalam menangani tanggap darurat. Beberapa peraturan yang berkaitan
dengan K3 antara lain:
a. UU No.1/Thn. 1970, tentang keselamatan kerja.
b. UU No.2/ Thn. 1970, tentang pembentukan K2K3 (Panitia Pembina).
c. UU No.2/Thn. 1980, tentang pemeriksaan kesehatan kerja.
d. UU No.1/ Thn. 1981, tentang kewajiban melaporkan penyakit akibat
kerja.
Faktor-faktor penyebab kecelakaan adalah pertama faktor manusia.
Dimana mereka mempunyai pandangan yang keliru tentang K3 yang dipandang
sebagai penghambat atau beban selama melaksanakan tugas/kerja. Kedua adalah
faktor lingkungan, dimana mereka berpendapat bahwa masalah lingkungan kerja
adalah tanggung jawab pemerintah dan perusahaan saja. Ketiga adalah faktor
fasilitas, dimana mereka berpandangan bahwa fasilitas
yang dipakai telah kadaluarsa atau kurang terpelihara sehingga memperbesar
resiko kecelakaan.
Untuk menindak lanjuti penyebab kecelakaan dalam K3 adalah sebagai berikut:
Faktor manusia meliputi mahasiswa, perlu proaktif membudayakan K3
dan menerapkan sistem manajemen K3 sesuai standar serta meningkatkan
kemampuan dan keterampilan dalam bidang K3.
Faktor lingkungan meliputi peningkatan kebersihan dan kesehatan serta
keamanan lingkungan kerja.
12
Faktor fasilitas meliputi kebihakan manajemen untuk melengkapi fasilitas
K3 tetap andal, aman dan siap pakai setiap saat sesuai dengan fungsinya.
PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Bali, memproduksi tenaga listrik
menggunakan PLTD & PLTG, bertekad memperhatikan secara utuh, konsisten
dan kontinyu terhadap semua persyaratan stakeholder yang berkaitan dengan
aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), mutu dan lingkungan dalam
menjalankan proses bisnis.
2.1.6 Gedung dan Fasilitas PT Indonesia Power UBP Bali Unit
Pesanggaran
Luas area yang ditempati PT Indonesia Power UBP Bali adalah 53.000
m2. Gedung dan fasilitas yang terdapat di PT Indonesia Power UBP Bali antara
lain:
Gedung kantor baru dan gedung kantor lama.
Gedung PLTD station A dan PLTD station B.
Lapangan olah raga yaitu lapangan tenis dan voli. MAN
Ruang pompa PMK diesel bahan baka dan container.
Mess, Tempat Ibadah, Perpustakaan dan Laboratorium Kimia.
Lokasi Tangki bahan bakar, tangki penampungan dan pengolahan limbah.
Gardu Induk Pesanggaran. Tempat parkir, koperasi, dan kantin, Gedung
Pertemuan.
Lokasi PT Indonesia Power UBP Bali terbagi atas beberapa bagian yaitu:
a. Lokasi mudah terbakar.
b. Lokasi evakuasi.
c. Lokasi tegangan tinggi.
d. Lokasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
e. Lokasi Getaran dan Kebisingan.
13
2.7.7 Pengelolaan Lingkungan
Berdasarkan hasil evaluasi dampak penting dalam andil dari operasional
PLTD, PLTG dan rencana pengembangan PLTGU, diperkirakan beberapa jenis
dampak besar dan penting yang perlu dikelola sebagai berikut:
1. Menurunnya kualitas udara
2. Meningkatnya kebisingan dan getaran
3. Menurunya kualitas atau potensi air bawah tanah
4. Menurunnya kualitas air permukaan
5. Timbulnya keresahan masyarakat
6. Terjadinya kebakaran
7. Terganggunya kesehatan masyarakat
Oleh sebab itu perlunya dilakukan pengelolaan lingkungan di sekitar
pembangkit. Hal-hal yang telah dilakukan oleh PT Indonesia Power UBP Bali
yaitu:
a. Terhadap Kualitas Udara
1. Menyediakan filter pada masing-masing cerobong untuk
menyaring gas buang yang dikeluarkan dari proses pembakaran.
b. Meningkatnya Tingkat Kebisingan dan Getaran
1. Menggunakan Teknologi yang dapat meminimalisi tingkat kebisingan
yang disebabkan oleh pengoperasian sistem pembangkit. Dengan
menggunakan Glasswool sebagai media/bahan peredam bunyi atau
menempatkan mesin-mesin yang mengeluarkan bunyi bising pada ruang
kedap udara.
2. Membuat Green Belt dari tanaman yang mampu meredam kebisingan
yang dikeluarkan mesin pembangkit.
2.2 Pengertian Pembangkit Listrik
Pembangkit Listrik adalah suatu rangkaian alat atau mesin yang merubah
energi mekanikal untuk menghasilkan energi listrik, biasanya rangkaian alat itu
terdiri dari Turbin dan Generator Listrik. Fungsi dari Turbin adalah untuk
14
memutar Rotor dari Generator Listrik, sehingga dari putaran Rotor itu
dihasilkanlah energi listrik. Listrik yang dihasilkan dinaikkan dulu voltasenya
menjadi 150 KV s/d 500 KV melalui Trafo Step Up. Penaikan tegangan ini
berfungsi untuk mengurangi kerugian akibat hambatan pada kawat penghantar
selagi proses transmisi. Dengan tegangan yang ekstra tinggi maka arus yang
mengalir pada kawat penghantar menjadi kecil.
Tegangan yang sudah dinaikkan kemudian ditransmisikan melalui jaringan
Saluran Udara Ekstra Tinggi (SUTET) ke Gardu Induk/GI, untuk diturunkan
voltasenya menjadi tegangan menengah 20 KV, kemudian tegangan menengah
disalurkan melalui Jaringan Tegangan Menengah (JTM), ke Trafo-trafo
Distribusi. Di trafo-trafo distribusi voltasenya diturunkan dari 20 KV menjadi 220
volt dari trafo-trafo distribusi disalurkan melalui Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
ke Pelanggan Listrik.
2.3.1 Jenis-jenis pusat pembangkit listrik
Jenis-Jenis Pusat Pembangkit Tenaga Listrik yang ada dan dioperasikan
secara komersil yaitu:
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
.
2.4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)
Pembangkit listrik ini menggunakan bahan bakar gas sebagai sumber
energi primer. Pembangkit yang digunakan menggunakan udara dan solar sebagai
bahan untuk pembakaran. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) adalah
15
pembangkit yang penggerak mulanya digerakkan oleh tenaga gas dari hasil
pembakaran di ruang bakar, peralatan utamanya terdiri dari kompresor, turbin gas
dan generator.
Pada gambar 2.3 bagian- bagian PLTG dapat dilihat proses dan bagian-
bagian yang digunakan pada PLTG. Prinsip kerja PLTG adalah sebagai berikut,
mula-mula udara dimasukkan dalam kompresor dengan melalui air filter /
penyaring udara agar partikel debu tidak ikut masuk ke dalam kompresor tersebut.
Pada kompresor tekanan udara dinaikkan lalu dialirkan ke ruang bakar untuk
dibakar bersama bahan bakar. Disini, penggunaan bahan bakar menentukan
apakah bisa langsung dibakar dengan udara pengabut. Jika menggunakan BBG
(bahan bakar gas ), gas bisa langsung dicampur dengan udara untuk dibakar. Tapi
jika menggunakan BBM (bahan bakar minyak) harus dilakukan proses
pengabutan dahulu pada burner baru dicampur udara dan dibakar. Pembakaran
bahan bakar dan udara ini akan menghasilkan gas bersuhu dan bertekanan tinggi
yang berenergi (enthalpy). Gas ini lalu disemprotkan ke turbin, hingga enthalpy
gas diubah oleh turbin menjadi energi gerak yang memutar generator untuk
menghasilkan listrik.
Gambar 2.3. Bagian-Bagian PLTG
16
Setelah melalui turbin sisa gas panas tersebut dibuang melalui
cerobong/stack. Karena gas yang disemprotkan ke turbin bersuhu tinggi, maka
pada saat yang sama dilakukan pendinginan turbin dengan udara pendingin dari
lubang udara pada turbin. Untuk mencegah korosi akibat gas bersuhu tinggi ini,
maka bahan bakar yang digunakan tidak boleh mengandung logam Potasium,
Vanadium, dan Sodium yang melampaui 1 part per mill (ppm). Kemudian listrik
yang dihasilkan dari putaran turbin generator disalurkan menuju gardu induk dan
jaringan transmisi dan distribusi sampai akhirnya memenuhi kebutuhan
pelanggan.
2.5 Sistem Utama pada PLTG Pesanggaran.
Sistem utama pada PLTG Pesanggaran merupakan sistem yang
mendukung beroperasinya sebuah PLTG. Sistem utama PLTG meliputi :
1. Sistem Penyediaan Bahan Bakar
2. Sistem Turbin Gas
3. Sistem Pelumas
4. Sistem Pendinginan
5. Sistem Udara
2.5.1 Sistem turbin gas
Turbin gas adalah turbin dengan gas sebagai fluida kerjanya. Sistem turbin
gas yang paling sederhana terdiri dari tiga komponen utama yaitu : kompresor,
ruang bakar, dan turbin. Siklus ideal dari sistem turbin gas sederhana adalah siklus
brayton.
17
Gambar 2.4 Siklus Brayton
Sesuai dengan gambar 2.4 maka siklus brayton terdiri dari proses :
1 – 2 Proses kompresi isentropic didalam kompresor.
2 – 3 Proses pemasukan kalor pada tekanan konstan didalam ruang bakar
atau alat pemindah kalor.
3 – 4 Proses ekspansi isentropic didalam turbin.
4 – 1 Proses pembuangan kalor tekanan konstan dalam alat pemindah
kalor.
Rumus dasar siklus Brayton :
P = W x Q x h
Daya = W x laju aliran massa x efisiensi
W = Usaha
T1 = Temperatur udara luar
T3 = Temperatur pembakaran
rp = CPD = perbandingan kompresi
k = koefisien udara = 1,4
Dari gambar siklus brayton diatas maka akan diambil asumsi bahwa siklus
steady state, perbedaan energi potensial dan energi kinetik diabaikan karena
terlalu kecil, maka akan didapatkan persamaan :
(Qin-Qout) + (Win-Wout) = houtlet-hinlet
Dimana
18
Qin = h3 – h2 = Cp (T3 – T2)
Qout = h4 – h1 = Cp (T4 – T1)
sehingga persamaan efisiensi thermal siklus brayton adalah :
η th,Bryton =
Proses 1 -2 dan 3-4 adalah proses isentropik dimana P2 = P3 dan P4 = P1
sehingga :
Persamaan tersebut dapat disubstitusikan kedalam bentuk persamaan
efisiensi thermal yang lebih sederhana :
η th,Bryton =
Berdasarkan persamaan diatas, maka apabila kita ingin meningkatkan
efisiensi dari sistem Turbin Gas adalah dengan cara mempergunakan kompresor
yang memiliki tekanan kompresi lebih tinggi.
Di dalam sistem turbin gas ini terdiri dari beberapa komponen utama,
meliputi:
a. Kompresor
Yang fungsi utamanya adalah mengkompresikan udara dan mengalirkan
udara tersebut ke ruang bakar. Kompresor utama adalah kompesor aksial
yang berguna untuk memasok udara bertekanan ke dalam ruang bakar
yang sesuai dengan kebutuhan. Kapasitas kompresor harus cukup besar
karena pasokan udara lebih (excess air) untuk turbin gas dapat mencapai
350 %. Disamping untuk mendapatkan pembakaran yang sempurna, udara
lebih ini digunakan untuk pendingin dan menurunkan suhu gas hasil
pembakaran.
b. Ruang Bakar (Combustion Chamber)
Combustion Chamber adalah ruangan tempat proses terjadinya
pembakaran. Ada turbin gas yang mempunyai satu atau dua Combustion
Chamber yang letaknya terpisah dari casing turbin. Di dalam Combustion
19
Chamber dipasang komponen-komponen untuk proses pembakaran
beserta sarana penunjangnya, diantaranya:
a. Fuel Nozzle.
b. Combustion Liner.
c. Transition Piece.
d. Igniter (pematik).
e. Flame Detektor.
Fuel Burner adalah salah satu bagian dari komponen turbin gas
pada bagian after burner yang berfungsi sebagai saluran awal dari gas
buang hasil reaksi pembakaran antara bahan bakar dengan udara
bertekanan tinggi di ruang bakar (combustion chamber) pada turbin
pembangkit listrik tenaga gas. Temperatur kerja yang terjadi pada fuel
burner berkisar 850-1070°C dengan tekanan 37 bar.
Pada gambar 2.4 dapat dilihat posisi fuel burner diletakkan di
generator. Untuk menunjang kinerja turbin gas, maka fuel burner tersebut
harus memiliki kekuatan dan stabilitas yang baik, konduktivitas thermal
yang tinggi dan ekspansi thermal yang rendah, mengingat komponen
tersebut bekerja pada temperatur tinggi sehingga material yang digunakan
pada komponen tersebut adalah material yang memiliki ketahanan pada
temperatur tinggi yaitu jenis paduan dasar nikel dengan unsur utamanya
nikel-krom-besi-molibden.
Gambar 2.4 Posisi Fuel Burner
20
c. Turbin
Yang fungsi utamanya adalah merubah energi dari gas panas hasil dari
ruang bakar menjadi energy mekanis. Turbin Gas berfungsi untuk
membangkitkan energi mekanis dari sumber energi panas yang dihasilkan
pada proses pembakaran. Selanjutnya energi mekanis ini akan digunakan
untuk memutar generator listrik baik melalui perantaraan Load Gear atau
tidak, sehingga diperoleh energi listrik. Bagian-bagian utama Turbin Gas
adalah:
a. Sudut diam
b. Sudut putar
c. Saluran Gas Buang
d. Saluran Udara Pendingin
e. Batalan
f. Auxiallary Gear
d. Load Gear
Load Gear atau Main Gear adalah roda gigi penurun kecepatan putaran
yang dipasang diantara poros Turbine Compressor dengan poros
Generator. Jaringan listrik di Indonesia memiliki frekwensi 50 Hz,
sehngga putaran tertinggi generator adalah 3000 RPM, sedangkan putaran
turbin ada yang 3626 RPM atau lebih.
e. Generator
Yang fungsi utamanya adalah sebagai alat untuk merubah energi mekanis
menjadi energi listrik.
f. Alat alat bantu
Peralatan bantu ini merupakan sekumpulan peralatan yang membantu
proses pengoperasian gas turbin dapat berlangsung, yang terdiri dari
sistem bahan bakar, sistem pelumasan, sistem pendinginan, air filtering
system, electrical dan instrumentasi system.
21
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai gas turbin , dapat dilihat pada
gambar 2.5 skematik sebagai berikut:
Gambar 2.5 Penampang Gas Turbin
2.6 Data Spesifikasi Turbin
2.6.1 Data Turbin Gas
Manufacture : WESTING HOUSE
Model No : CW 251 B 11
Serial number : 46S8126
Speed : 5427 RPM
Site Condition : 28 ̊C
Inlet Pressure : 42070 kW
Exhaust Pressure : 10 mBar
Max Turbine Inlet : 33,5̊ C
Max Turbine Exhaust : 537̊ C
Air Flow : 165,2 kg/sec
Fuel : High Speed Diesel
Driven Equipment : AC Generator
2.6.2 Data Turing Gear Speed Reducer
Type : Worm Gear Reducer
22
2.6.3 Data Main Reduction Gear
Manufacture : LUFKIN Electrical Machine
Pinion Speed : 5418 rpm
Gear Speed :3000 rpm
2.6.4 Data Generator
Manufacture : Brush Electrical Machine
Serial Number : 61842A-1G
Specification : IEC 34,3
Frame : 13 DX 7-290 BR
Rating : Continuous
Output : 61375 kVa
Speed : 3000 RPM
Voltage : 11500 volt
Ampere : 381 Ampere
Power Factor : 0,8
Phasa : 3 Phasa
Frequency : 50 Hz
Phasa Conection : Star
Ambient Temperature : 15̊ C
Abitude : 1000 m
Cooling Type : Air Coolant
Insulation : Class F rotor dan stator
2.6.5 Data brushless exciter
Manufacture : Brush Electrical Machine
Frame : BXJ 4020
Serial Number : 61842-IE
Rating : Continuous
Specification : IEC 34,3
Ambient Temperature : 15̊ C
23
Output DC Ampere :1124 Ampere
Output DC Voltage : 223 Volt
Speed : 3000 RPM
Field Ampere : 7,2 Ampere
Field Voltage : 51 Volt
2.6.6 Data Permanent magnet Generator
Frame : PMX 3410
Serial Number : 61842A-1P
Speed : 3000 RPM
Phasa : 1 Phasa
Frequency : 400 Hz
Voltage : 200 Volt
Ampere : 15 Ampere
2.6.7 Data Main dan Auxilliary AC Lube Oil Pump
Type : BUFFALO Pump
Flow Rate : VCRE size 8 7011
Head Pressure : 612 US GPM
Speed : 250 ft H2O
Drive Motor : 3000 RPM
: 7,5 HP, 3 Phasa, 50 Hz, 380 Volt
2.6.8 Data DC Emergency
Type : BUFFALO Pump Class
Flow Rate : VCRE size 8 PM011
Head Pressure : 550 USG
Speed : 30 ft H2O
Drive Motor : 1750 RPM
: 7,5 HP, 125 VDC
Top Related