BAB III
METODE PRAKTIKUM
Didalam bab ini akan dibahas tentang cara-cara pelaksanaan kegiatan
praktikum yang telah dilakukan, yaitu meliputi : pemeriksaan sifat-sifat fisis
material agregat, perencanaan campuran, pembuatan benda uji hingga
pembebanan untuk mendapatkan kuat tekan masing-masing benda uji.
3.1 Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Material
Adapun pemeriksaan sifat-sifat fisis yang dilakukan terhadap agregat
meliputi berat volume (bulk density), analisa saringan (sieve analysis), berat jenis
(specific gravity) serta penyerapan/absorpsi (absorption).
3.1.1 Cara Pengambilan benda uji
Sebelum melakukan percobaan-percobaan untuk menentukan sifat
agregat, perlu dipersiapkan benda uji. Cara pengambilan benda uji harus mewakili
keadaan sesungguhnya dari timbunan yang akan diteliti. Agregat yang
dipersiapkan untuk benda uji harus diambil sejumlah tertentu dari bagian puncak,
tengah dan kaki tumpukan.
Setelah diaduk kemudian dituangkan sedikit demi sedikit diatas
tempat yang rata sehingga terbentuk sebuah kerucut. Ratakan kerucut agregat
tersebut sedemikian rupa sehingga diperoleh ketebalan yang sama dan alasnya
tetap berbentuk sebuah lingkaran.
Kemudian linngkaran agregat tersebut dibagi menjadi empat bagian
yang sama besarnya dengan dua buah diameter yang saling tegak lurus. Ambil
sepasang perempat bagian yang letaknya berhadapan menurut salah satu diameter.
Sepasang perempat yang lain tidak digunakan. Demikian dilakukan beberapa kali
sehingga diperoleh benda uji yang dibutuhkan.
18
3.1.2 Berat volume (Bulk density)
Dasar Teori
Berat volume agregat ditinjau dalam dua keadaan, yaitu berat volume
gembur dan berat volume padat. Berat volume gembur merupakan perbandingan
berat agregat dengan volume literan, sedangkan berat volume padat adalah
perbandingan berat agregat dalam keadaan padat dengan volume literan.
Menurut British Standar 812, berat volume agregat yang baik untuk material
beton mempunyai nilai yang lebih besar dari 1445 kg/m³. berat volume agregat
dapat di hitung dengan menggunakan rumus :
Berat Volume Agregat = ( kg / m³)
Keterangan : D = Berat benda
A = Volume wadah
Tujuan Pengujian
Tujuan pengujian berat volume agregat adalah untuk dapat menentukan
berat volume agregat. Berat volume didefinisikan sebagai perbandingan antara
berat agregat kering dengan volumenya. Menentukan berat volume ageregat halus,
kasar atau campuran, menentukan berat volume gembur ( berat volume lepas), dan
menentukan berat volume padat (berat volume penusukan).
Peralatan
1. Pengering (oven)
2. Wadah baja
3. Mistar perata
4. Skop / sendok pengisi agregat
5. Timbangan
6. Talam
7. Tongkat pemadat
19
Bahan
1. Pasir (agregat halus)
2. Kerikil (agregat kasar)
Prosedur Pengujian
1. Benda uji dimasukkan kedalam talam sebanyak kapasitas wadah, Kemudian
benda uji dikeringkan dengan oven selama 24 jam pada temperatur (110 ± 5)0C
sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji.
a. Penentuan berat volume gembur (berat volume dalam keadaan lepas)
yang pertama dilakukan adalah Wadah ditimbang dengan keadaan kosong,
Kemudian wadah diisi dengan benda uji dengan perlahan-lahan, Setelah wadah di
masukkan benda uji, ratakan permukaan atasnya dengan menggunakan alat
penumbuk kemudian Timbang benda uji yang telah dimasukkan benda uji,
selanjutnya Berat benda uji (D) dihitung dengan rumus D = C – B. Kemudian
hitung volume wadah (A), dan tentukan Penentuan berat volume padat (berat
volume dalam keadaan mengalami penusukan).
b. Prosedur kerjanya sama dengan berat volume gembur namun pada
penentuan berat volume padat pada saat wadah diisi dengan benda uji, sebelum
diratakan benda uji ditusuk-tusuk terlebih dahulu agar benda uji padat sebanyak
25 kali tiap lapisnya.
3.1.3 Analisa saringan (Sieve analysis)
Dasar Teori
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan gradasi / pembagian butir
agregat kasar dan agregat halus dengan menggunakan saringan. Gradasi agregat
20
adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butir-butir agregat mempunyai
ukuran yang sama (seragam), maka volume pori akan besar. Sebaliknya bila
ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini
karena butiran yang kecil, akan mengisi pori diantara butiran yang lebih besar,
sehingga pori-porinya menjadi sedikit, dengan kata lain kemampatannya tinggi.
Pada agregat untuk pembuatan mortar atau beton, diinginkan suatu butiran
yang kemampatannya tinggi, karena volume porinya sedikit dan ini berarti hanya
membutuhkan bahan pengikat saja.
Tujuan
i. Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik, dan teknologi agregat serta pengaruhnya
terhadap beton dan bahan perkerasan jalan dengan benar.
ii. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat :
a. Menentukan gradasi butiran agregat kasar dan agregat halus.
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian gradasi butiran agregat kasar
dan agregat halus.
c. Menggunakan peralatan dengan terampil.
Alat Yang Digunakan
a. Timbangan
b. Alat pemisah contoh ( Riffle Sampler )
c. Talam / cawan
d. Satu set ayakan standart untuk agregat kasar
e. Satu set ayakan standart untuk agregat halus
f. Kuas, sikat kuningan
Bahan
a. Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat.
21
b. Bila agregat berupa campuran dari agregat kasar dan agregat halus, agregat
tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian. Selanjutnya agregat tersebut diayak
sesuai dengan satu set ayakan yang telah disiapkan.
Prosedur Pengujian
1. Benda uji disaring lewat susunan ayakan dengan ukuran saringan paling
besar ditempatkan paling atas. Pengayakan ini dilakukan dengan cara
meletakkan susunan ayakan pada mesin penggetar / pengguncang, dan
digetarkan / digoncangkan selama 15 menit.
1. Masing-masing ayakan dibersihkan, dimulai dari ayakan teratas dengan
menggunakan kuas.
2. Berat agregat yang tertahan diatas masing-masing lubang ayakan
ditimbang.
3. Menghitung prosentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-
masing ayakan terhadap berat total benda uji.
3.1.3 Berat jenis (Specific gravity)
Dasar teori
Berat jenis agregat adalah perbandingan berat sejumlah volume agregat
tanpa mengandung rongga udara terhadap berat air pada volume yang sama.
British standar 812 membedakan berat jenis agregat dalam dua keadaan yaitu
keadaan jenuh permukaan (SSD) dan keadaan kering absolut atau kering oven.
Pengukuran dilaksanakan dengan dua metode, untuk kerikil dengan cara
penimbangan diluar dan dalam air .
3.1.3.1 Kerikil (Coarse aggregate)
Tujuan
Untuk mengetahui berat jenis agregat kasar beserta volume kerikil
dalam campuran beton.
22
Peralatan
a. Timbangan
b. Keranjang besi
c. Alat penggantung keranjang
d. Kanvas tempat menganginkan
e. Oven
f. Kain lap
g. Baskom
h. Sendok/skop agregat
i. Ember plastik
Langkah Kerja
1. Masing-masing benda uji dimasukkan ke dalam baskom dan
direndan dalam air selama 24 jam.
2. Setelah 24 jam benda uji dikeluarkan dari air dan ditebar di tempat yang
terik matahari agar mencapai kondisi kering permukaan saturated surface
dry (SSD).
3. Timbang keranjang tempat agregat dalam keadaan kosong di udara dan di
dalam air.
4. Agregat yang telah mengalami kondisi SSD dimasukkan ke dalam
keranjang lalu ditimbang beratnya di udara.
5. Lalu agregat dalam keranjang ditimbang lagi beratnya di dalam air. Dari
angka yang telah didapat, maka dapat dihitung berat jenisnya dalam
keadaan SSD.
6. Setelah itu benda uji dimasukkan ke dalam oven pada temperatur 100oC –
110oC dan biarkan selama 24 jam.
7. Kemudian benda uji ditimbang beratnya di dalam keranjang untuk
mendapatkan berat jenis kerikil dalam keadaan kering oven (oven dry)..
3.1.3.2 Pasir (Fine aggregate)
Tujuan
23
Untuk menentukan volume pasir dalam campuran beton.
Peralatan
a. Timbangan
b. Sendok/ skop agregat
c. Ember tempat merendam
d. Cetakan kerucut pasir dengan penumbuk besi
e. Gelas dengan tutup plat kaca
f. Baskom
g. Pengering (oven)
Bahan
Benda uji adalah agregat yang lewat saringan no.4 yang diperoleh dari alat
pembagi contoh atau sistem perempat bagian (quartering) dan dibuat dalam
keadaan jenuh permukaan kering (SSD)
Langkah Kerja
1. Memasukkan benda uji yang telah direndam 24 jam.
2. Setelah itu dikeringkan ke dalam cetakan kerucut pasir yang terdiri
dari tiga lapis, setiap lapisan ditumbuk 25x dengan tongkat pemadat.
3. Kemudian permukaan diratakan, cetakan diangkat vertikal, jika
cetakan rubuh, hal itu menandakan bahwa benda uji sudah mencapai
kering permukaan.
4. Benda uji dalam keadaan SSD diisi ke dalam gelas beserta tutup plat
kaca dan ditimbang beratnya.
5. Gelas diisi penuh dengan air guna menghilangkan udara yang
dikandung benda uji, caranya adalah dengan membalikkan tabung hingga
buih-buih muncul ke permukaan air dalam tabung, kemudian ditimbang.
Benda uji diisi dalam kontainer, dioven hingga kondisi OD dan ditimbang
beratnya.
3.1.4 Penyerapan (absorption)
24
Dasar Teori
Penyerapan adalah kemampuan agregat untuk menyerap air dalam kondisi
kering sampai dengan kondisi jenuh permukaan kering ( SSD = Saturated
Surface Dry )
Tujuan
Menentukan persentase berat air yang terserap. Absorpsi merupakan
persentase perbandingan agregat dalam keadaan saturated surface dry (SSD) dan
oven dry (OD).
Peralatan
a. Timbangan
b. Sendok/ skop agregat
c. Ember tempat merendam
d. Cetakan kerucut pasir dengan penumbuk besi
e. Gelas dengan tutup plat kaca
f. Baskom
g. Pengering (oven)
Bahan
Benda uji adalah agregat yang lewat saringan no.4 yang diperoleh dari alat
pembagi contoh atau sistem perempat bagian (quartering) dan dibuat dalam
keadaan jenuh permukaan kering (SSD)
Prosedur pengujian
1 Memasukkan benda uji yang telah direndam 24 jam.
2 Setelah itu dikeringkan ke dalam cetakan kerucut pasir yang terdiri dari
tiga lapis, setiap lapisan ditumbuk 25x dengan tongkat pemadat.
3 Kemudian permukaan diratakan, cetakan diangkat vertikal, jika cetakan
rubuh, hal itu menandakan bahwa benda uji sudah mencapai kering
permukaan.
25
4 Benda uji dalam keadaan SSD diisi ke dalam gelas beserta tutup plat kaca
dan ditimbang beratnya.
5 Gelas diisi penuh dengan air guna menghilangkan udara yang dikandung
benda uji, caranya adalah dengan membalikkan tabung hingga buih-buih
muncul ke permukaan air dalam tabung, kemudian ditimbang. Benda uji
diisi dalam kontainer, dioven hingga kondisi OD dan ditimbang beratnya
3.2 Pembuatan Benda Uji
Kokoh beton yang diinginkan adalah 250 kg/cm2 (kubus) atau 20,363
kg/cm2 (silinder); dengan tinggi slump : 7,5 – 10; coarse aggregate memiliki
diameter maksimum : 31,5 mm; dengan dry rodded weight : 1759 kg/m3; bahan-
bahan yang digunakan adalah : portland cement tipe I dengan specific gravity :
31,5; coarse aggregate dengan specific grafity OD : 2,652; dengan absorption :
2,922%; serta fineness modulus 7,1756. Fine aggregate dengan specific gravity
OD – dengan absorption - % serta fineness modulus rencana 3,0. (Fine sand
dengan specific gravity OD 2,546 dengan absorption 3,549% serta fineness
modulus 2,713; coarse sand dengan specific gravity OD 2,566 dengan absorption
2,406 % serta fineness modulus 3,6618).
Langkah 1 : Tinggi slump yang diinginkan adalah : 7,5 – 10 cm.
Langkah 2 : Diameter maksimum yang digunakan adalah : 31,5 mm.
Langkah 3 : Jenis beton adalah non air entrained concrete (konstruksi tidak
dipengaruhi oleh temperatur akibat membeku dan mencair es;
freezer and thawing). Dari tabel A 1.5.3.3. jumlah air yang
dibutuhkan untuk mendapatkan slump : 7,5 – 10 cm, untuk non air
entrained concrete dengan diameter maksimum agregat : 31,5 mm,
diperkirakan jumlah air yang dibutuhkan adalah : 186,760 kg/m3.
Langkah 4 : Faktor air semen (water cement ratio) untuk non air entrained
concrete dengan tegangan : 325 kg/cm2, dari tabel A.1.5.3.4. (a)
adalah 0,534
Langkah 5 : Dari hasil langkah-langkah (3) dan (4) jumlah semen yang
digunakan dapat dihitung :
26
= = = 349,682 kg/m3
Langkah 6 : Jumlah coarse aggregate yang dibutuhkan diperkirakan dengan
menggunakan dari tabel A 1.5.3.6. Fine aggregate dengan FM
(fineness modulus) : 3,00 dan agregat dengan diameter maksimum :
31,5 mm, jumlah coarse aggregate yang dibutuhkan adalah : 0,671
m3 (on dry rodded basis) dalam setiap m3 beton. Kebutuhan coarse
aggregate (kering) adalah : 1798 x 0,671 = 1206,098 kg
Langkah 7 : Dengan diketahui jumlah air, semen, dan coarse aggregate.dalam
1 m3 beton maka sisanya adalah bagian dari fine aggregate dan
udara. Kebutuhan jumlah fine aggregate yang dibutuhkan dapat
ditentukan atas salah satu cara, yaitu : cara berat dan volume
absolut seperti akan dipaparkan dalam langkah 7.1. dan 7.2..
7.1. Dasar Berat
Dari tabel A 1.5.3.7.1., berat 1 m3 non air entrained
concrete dibuat dengan agregat dengan diameter maksimum 31,5
mm diperkirakan adalah 2395,6 kg (untuk percobaan adukan,
penyesuaian kembali dari perbedaan-perbedaan slump, semen,
specific gravity dari agregat tidaklah menentukan).
Berat masing-masing bahan yang telah dihitung adalah :
Air (netto) : 186,76 kg
Semen : 349,682 kg
Coarse Aggregate : 1206,098 kg
—————— +
Jumlah : 1742,54 kg
Berat fine aggregate menjadi : 2395,6 -1742,54 = 653,06 kg
Berat fine sand = 0,54 x 653,06 = 352,616 kg
Berat coarse sand = 0,46 x 653,06 = 300,443 kg
Setelah perencanaan bahan dilakukan, semua bahan yang telah
disiapkan dicampur dengan cara memasukkan bahan-bahan
tersebut secara berurutan ke dalam mesin pengaduk (mollen), yaitu
27
coarse aggregate, coarse sand, fine sand, semen, dan air.
Kemudian mesin pengaduk diputar ± 5 menit, sehingga campuran
beton teraduk secara rata dan homogen.
7.2. Perbandingan Berat Dari Material Untuk 1 m 3 Beton Yang
Dihitung Atas Dua Dasar Perhitungan Diperbandingkan Di
Bawah Ini :
Tabel 3.1 Komposisi campuran beton
MATERIAL
Dasar Perkiraan
Berat 1 m3
(kg)
Dasar Perkiraan
Volume Absolut
Material
(kg)
Air 186,76 7,060
Semen 349,682 13,216
Coarse Aggregate (dry) 1206,098 45,587
Fine Aggregate (dry) 0 0
Coarse Sand (dry) 300,443 11,357
Fine Sand (dry) 352,616 0
Jumlah 2395,6 77,22
Setelah semua bahan campuran beton diaduk rata, kemudian dilakukan
beberapa pengujian, yaitu slump test dan air meter.
3.2.1 Slump test
Tujuan
Menentukan kekentalan (konsistensi) adukan beton.
Langkah Kerja
Campuran beton (fresh concrete) diisi ke dalam kerucut Abram’s yang
ditempatkan diatas plat baja, dimana pengisiannya atas 3 lapisan (1/3 bagian
kerucut) yang bagian setiap lapisan ditumbuk sebanyak 25x dengan tongkat yang
panjangnya 60 cm. Saat pengisian kaki kerucut diinjak sampai cetakan tepat terisi.
Lalu kerucut diangkat vertikal dan diukur jarak turun permukaan terhadap tinggi
semula.
28
3.2.2 Pembebanan Benda Uji
Pada umur 7, 14, 21, dan 28 hari benda uji dilakukan pengujian kuat tekan
dan sebelumnya ditimbang terlebih dahulu.
Kuat tekan beton/benda uji dapat dihitung dengan rumus :
ƒ =
Keterangan :
ƒ = Kuat tekan beton (kg/cm2)
P = Beban hancur (ton)
A = Luas penampang (cm2)
= ¼ π d2
= ¼ (3,14) (15)2
= 176,625 cm2
Air yang dibutuhkan adalah 179,116kg/m3 (didapat secara interpolasi
linier).
FAS untuk non air entrained concrete dengan tegangan 250 kg/cm2 dari
tabel A 1.5.2.4 adalah 0,62. Sehingga jumlah semen yang dibutuhkan
= = = 349,682 kg/m3
Untuk mencampur pada 10 silinder uji standar, maka komposisi campuran
yang dibutuhkan dapat dihitung :
V1 b.uji = ¼ π d2 h
V5 b.uji = 5 (¼) (3,14) (15 cm)2 (30 cm)
= cm3
= 0,026507 m3
Volume material yang akan digunakan dalam pengecoran :
+10% ——————► (1,1) x 0,026507 m3
= 0,02915 m3
29
Tabel 3.2 Komposisi campuran beton
MaterialBerat 1 m3 Beton
(kg/m3)Berat Beton (2) x 0,05 (kg)
(1) (2) (3)
Air 186,76 7,060
Semen 349,682 13,216
Coarse Aggregate 1206,098 45,587
Coarse Sand 300,443 11,357
Fine Sand 0 0
Jumlah 2395,600 77,22
3.3 Pengujian Tekan Benda Uji Beton
Pengujian benda uji dilakukan pada saat benda uji berumur 14, dan 28
hari. Sebelum dilakukan pengujian, benda uji dikeluarkan dari bak perendaman
dan dikeringkan dengan kain lap, setelah itu dibiarkan kurang lebih 3 jam. Setelah
itu benda uji ditimbang dan diukur dimensinya. Terakhir dilakukan pengujian kuat
tekan dengan menggunakan penguji portable compressor dengan kapasitas 200
ton.
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan disajikan hasil-hasil penelitian yang diperoleh dari
praktikum serta pembahasan mengenai kesesuaian hasil penelitian dengan teori
yang telah dikemukakan pada tinjauan pustaka.
4.1 Hasil
Hasil-hasil yang akan disajikan meliputi : hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis
agregat, hasil slump test, komposisi campuran, perhitungan kuat tekan beton serta
perhitungan kuat tekan beton karakteristik.
4.1.1 Pemeriksaan sifat-sifat fisis material agregat
Pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat yang dilakukan pada percobaan ini
meliputi : berat volume (bulk density), berat jenis (specific grvity), penyerapan
(absorption), modulus halus pasir (fineness modulus), dan analisa saringan (sieve
analysis). Hasil penyelidikan tertera pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Hasil sieve analysis
Ukuran Saringan
(mm)
Persen Rata-Rata Tinggal Dalam Saringan
Coarse Aggregate
Coarse Sand Fine Sand
31,5 0.000 0.000 0.00019,1 35.867 0.000 0.0009,52 47.800 0.000 0.0004,75 10.400 16.367 0.0002,36 1.483 16.800 12.7331,18 0.750 16.467 14.6670,6 0.900 22.300 19.3330,3 1.217 18.867 24.8000,15 0.783 6.067 20.000Sisa 0.800 3.133 8.467
TOTAL 100 100 100
31
Tabel 4.2 Hasil penelitian sifat-sifat fisis agregat
No Sifat-Sifat FisisAGREGAT
Coarse Aggregate Coarse Sand Fine Sand
Specific Gravity,SSD 2,690 2,620 2,615
Specific Gravity,OD 2,660 2,540 2,537
Bulk Density (kg/L) 1,710 1,707 1,643
Absorption (%) 1,54 3,360 3,065
Fineness Modulus (FM) 7,7748 4,7205 3,327
4.1.2 Hasil Slump Test
Hasil slump test yang diperoleh dapat diperhatikan di bawah ini :
Slumps Test : 7,8 cm
Berat Volume : 21,5 kg
Kandungan udara : 0,6 %
Berdasarkan hasil pengujian slump test yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa praktikum yang telah kami lakukan berhasil memperoleh nilai
slump yang diinginkan sesuai dengan penjelasan langkah 1 dalam bab III. Slump
yang kami peroleh dari hasil praktikum pengujian slump = 7,8 cm (berada dalam
rentang 7,5 – 10).
4.1.3 Komposisi Campuran Beton
Berdasarkan perencanaan campuran beton (mix design), untuk faktor air
semen (FAS) 0,632 diameter agregat maksimum yang digunakan 31,5 mm, serta
nilai slump antara 7,5 – 10 cm, didapat volume masing-masing material untuk
setiap m3 beton yang disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3 Komposisi material penyusun beton
No Material Perkiraan Berat (kg/m3)
1 Air 7,06
2 Semen portland 11,17
3 Coarse aggregate 36,16
32
4 Fine sand 0
5 Coarse sand 36,16
Total 90,553
4.1.4 Hasil perhitungan kuat tekan beton
Kuat tekan beton diperoleh dari hasil pengujian kuat tekan tiap benda uji.
Hasil pengujian kuat tekan beton tersebut dipaparkan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4 Hasil pengujian kuat tekan benda uji
No.Benda
Uji
Dimensi (cm) Luas
(cm2)
Beban
kekuatan
(ton)
Kuat tekan umur
rencana (kg/cm2)k
(kg/cm2)
ƒ 'c
(Mpa)D T 14 hari 28 hari
1Silinder
110,055 20 79,406 16 201,496 228,973 275,871 22,47
2Silinder
210,004 20,04 78,603 15 190,832 216,855 261,271 21,281
3Silinder
314,97 30 176,008 32,5 184,651 209,831 252,808 20,592
4Silinder
415,054 30 177,989 29 162,931 185,149 223,071 18,169
5Silinder
514,97 30,1 176,549 34 192,581 218,843 263,665 21,476
Jumlah 1276,686 103,988
Keterangan :
o Diameter benda uji diperoleh dari rata-rata pengukuran diameter untuk
bagian atas, tengah dan bagian bawah diameter benda uji.
o Benda uji silinder diuji pada umur 14 hari (dengan faktor umur 14 hari ke
28 hari = 0,88)
o Nilai k (ƒ 'ci) diperoleh dari pembagian kuat tekan 28 hari dengan 0,83
(0,83 merupakan faktor koreksi benda uji silinder menjadi benda uji kubus
15 x 15 x 15 cm3 standar pada umur 28 hari)
33
o Nilai ƒ 'c diperoleh dari pembagian nilai k dengan 10,19 (10,19 merupakan
angka koreksi kg/cm2 menjadi Mpa).
Perhitungan kuat tekan karakteristik benda uji meliputi :
A. Kuat tekan beton rata-rata
ƒ 'cm =
= = 255,337 kg/cm2
B. Deviasi Standar
Tabel 4.5 Deviasi Standar
No Benda uji ƒ 'ci (kg/cm2) ƒ 'cm (kg/cm2) (ƒ 'ci – ƒ 'cm)2
1. Silinder 1 275,871 255,337 421,645
2. Silinder 2 261,271 255,337 35,212
3. Silinder 3 252,808 255,337 6,396
4. Silinder 4 223,071 255,337 1041,095
5. Silinder 5 263,665 255,337 69,356
Σ = 1573,704
Deviasi standar merupakan tolak ukur dari mutu pelaksanaan pekerjaan
pembetonan. Berdasarkan PBI 1971. Deviasi standar (S) diperoleh dari rumus :
S =
=
= 19,835 kg/cm2
34
Keterangan :
ƒ ' ci = kuat tekan masing-masing beton (kg/cm2)
ƒ’cm = kuat tekan beton rata-rata (kg/cm2)
C. Kuat tekan karakteristik
ƒ 'c = ƒ’cm – k.S
= 255,337 – (1,65)(19,835)
= 255,337 – 32,708
= 222, 629 kg/cm2
Keterangan :
ƒ 'c = kuat tekan karakteristik (kg/cm2)
ƒ’cm = kuat tekan beton rata-rata (kg/cm2)
k = konstanta (1,65)
Berdasarkan hasil kuat tekan diatas, maka dapat dilihat bahwa persentase
kekuatan beton terhadap mutu beton yang direncanakan adalah :
=
=
= 89,052 %
4.4 Pembahasan
Kekuatan beton dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya komposisi
campuran pembentuknya, pelaksanaan pencampuran serta mutu bahan
pembentuknya. Untuk mendapatkan suatu beton dengan mutu yang direncanakan,
diperlukan ketelitian dalam perhitungan komposisi pembentuk beton, pelaksanaan
pengujian dengan sangat hati-hati dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, serta
memperhatikan mutu bahan pembentuk beton tersebut.
35
BAB V
PENUTUP
36
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilaksanakan maka diperoleh kuat tekan beton
karakteristik (ƒ’c) sebesar 222,629 kg/cm2 dari 250 kg/cm2 yang direncanakan.
Hal ini menunjukkankuat tekan mencapai 89,052 % dari kuat tekan rencana. Kuat
tekan beton rata-rata (ƒ’cm) yang diperoleh dari 5 benda uji sebesar 255,337
kg/cm2 dengan nilai deviasi standar (S) adalah 19,835. Tinggi slump yang
diperoleh 7,8 cm,yaitu memenuhi syarat tinggi slump yang direncanakan (7,5 cm
– 10 cm). kg/cm2.
5.2 Saran
Dalam pelaksanaan kegiatan praktikum, penulis menyadari adanya
kesalahan dan kelalaian yang dilakukan karena tidak mungkin penulis sempurna
dalam melaksanakan segala kegiatan, oleh sebab itu hasil yang diperoleh tidak
100% sesuai dengan yang direncanakan. Karena segala sesuatu yang kita lakukan
insya Allah akan ada hikmahnya, semoga kesalahan penulis menjadi bekal
pengalaman penulis untuk melangkah ke depan ke arah yang lebih baik.
Kepada para mahasiswa adapun saran-saran yang penulis
sampaikan bertujuan untuk tercapainya hasil yang lebih baik berkaitan dengan
pelaksanaan praktikum ini adalah :
1. Mahasiswa harus memahami maksud dan tujuan dari praktikum yang telah
dilakukan, sehingga dalam pengerjaannya lebih mudah dan tidak mengulur-
ulur waktu.
2. Mahasiswa diharapkan segera melakukan perhitungan hasil-hasil pembacaan
alat praktikum ketika praktikum sedang berlangsung, hal ini dimaksudkan
agar mahasiswa dapat segera melakukan pengecekan apabila pembacaan
yang didapat dari alat praktikum tidak sesuai dengan rencana.
3. Perhitungan mix desain harus dilakukan dengan sangat teliti untuk
mendapatkan komposisi penyusun beton yang menghasilkan mutu beton
yang sesuai dengan rencana.
37
4. Mahasiswa diharapkan sering berkonsultasi dengan karyawan dan staff
praktikum jika terbentur dalam suatu masalah untuk tercapainya hasil
praktikum yang baik.
Kepada karyawan dan staff praktikum, kami mengharapkan agar dengan
hati-hati dan sabar dalam membimbing mahasiswa yang sedang melakukan
praktikum agar hasil yang didapat maksimal. Kemudian dalam melakukan
praktikum hendaknya dilakukan hingga selesai agar mahasiswa dapat memahami
keseluruhan tujuan dari praktikum yang direncanakan. Semoga apa yang telah
dilakukan dapat ditingkatkan lagi di masa yang akan mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
38
Anonim, 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I.-2, Penerbit
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Departemen Pekerjaan
Umum dan Tenaga Listrik : Bandung.
Anonim, 1982. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI – 1982),
Penerbit Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Penyelidikan
Masalah Bangunan, Departemen Pekerjaan Umum : Bandung.
Anonim, 1991. Standard Practice for Selecting Proportion for Normal Heavy
Weight and Mass Concrete, ACI 21.1.-91: Michigan.
Hanafiah, M. A., 1995. Petunjuk Praktikum Merencanakan Komposisi Campuran
Beton Struktural, Laboraturium Konstruksi Dan Bahan Bangunan
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala : Banda aceh.
Praktikum Kelompok C – II, 2007. Perencanaan Campuran Beton (Concrete Mix
Design) Mutu ƒ’c 228,25 kg cm2, Fakultas Teknik Universitas Syiah
Kuala : Nanggroe Aceh Darussalam.
Praktikum Kelompok A – III, 2008. Laporan Praktikum Rencana Campuran
Beton Dengan FAS 0,455, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala :
Banda Aceh.
39
Top Related