Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
1
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
2.5 PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS
2.5.1 Analisis Saringan Agregat Halus
2.5.1.1 Maksud
Tujuan percobaan analisis saringan agregat halus adalah untuk
mengetahui ukuran butiran dan gradasi agregat halus untuk keperluan desain
campuran beton.
2.5.1.2 Landasan Teori
Analisis saringan agregat halus adalah salah satu rangkaian pemeriksaan
agregat halus yang bertujuan untuk menentukan gradasi atau pembagian butir
agregat halus dengan menggunakan saringan. Gradasi agregat adalah distribusi
ukuran butiran dari agregat. Bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang sama
maka volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi
maka akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil akan
mengisi pori di antara butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi
sedikit, dengan kata lain kemampatannya tinggi.
Data distribusi butiran pada agregat diperlukan dalam perencanaan
campuran beton. Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat halus
dan kasar. Alat yang digunakan dalam analisis saringan agregat halus adalah
seperangkat saringan dengan ukuran yang termasuk ke dalam saringan agregat
halus (saringan No.8, No.16, No.30, No.50, No.100, dan No.200).
2.5.1.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan analisis saringan agregat halus
adalah :
1. Mesin pengguncang saringan (sieve shaker)
2. Saringan No.8, No.16, No.30, No.50, No.100, No.200
3. Pan dan cover
4. Timbangan
5. Oven
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Gambar 2.__ Peralatan Percobaan Analisis Saringan Agregat Halus
2.5.1.4 Prosedur Percobaan
Prosedur yang digunakan pada percobaan analisis saringan agregat halus
adalah sebagai berikut:
1. Mengambil contoh agregat secukupnya.
2. Menimbang contoh agregat yang akan digunakan, kemudian memasukkan
ke dalam oven pada suhu 100°C selama 24 jam atau sampai beratnya tetap.
3. Menimbang masing-masing saringan.
4. Menyusun saringan pada sieve shaker dengan susunan saringan yang terbesar
di atas dan yang paling kecil di bawahnya sampai yang terkecil dan yang
paling bawah adalah pan.
5. Memasukkan agregat ke dalam saringan yang paling atas kemudian ditutup
dan mengguncangkannya selama 10 menit.
6. Membiarkannya selama 5 menit untuk memberi kesempatan supaya debu-
debu mengendap.
(1)
(1) (2) (3)
(4) (5)
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
3
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
7. Membuka saringan tersebut lalu menimbang berat masing-masing saringan
berikut isinya.
8. Menghitung berat masing-masing agregat yang tertahan dalam saringan.
9. Melanjutkan perhitungan sesuai tercantum dalam formulir.
2.5.1.5 Data Percobaan
Data percobaan analisis saringan agregat halus dapat dilihat di tabel 2._.
Tabel 2.__ Data Percobaan Analisis Saringan Agregat Halus
Nomor
Saringan
Berat
Saringan
(gram)
Berat Saringan
+
Tertahan
(gram)
No.8
(2,36 mm) 262,00 493,00
N0.16
(1,18 mm) 406,00 616,00
N0.30
(0,60 mm) 249,00 509,00
No.50
(0,30 mm) 250,00 424,00
No.100
(0,15 mm) 250,00 359,00
No. 200
(0,075 mm) 362,00 373,00
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
4
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
2.5.1.6 Perhitungan
Perhitungan analisis saringan agregat halus dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Berat tertahan (Berat saringan No.8 + Tertahan)–Berat saringan No.8
493,00 gram – 262,00 gram
231,00 gram
∑Berat tertahan ∑Berat tertahan saringan No.8+Berat tertahan saringan No.16
231,00 gram + 210,00 gram
441,00 gram
Tertahan (%) 100%keringcontoh Berat
No.8saringan ahan Berat tert
100%997,00
00,231
23,17%
Lolos (%) 100% – 23,17%
76,83%
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
5
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Komjen. Pol. M. Jasin, Kelapa Dua, Depok
Tabel 2.__ Data Percobaan Analisis Saringan Agregat Halus
Berat Contoh Kering : 997,00 gram
Nomor
Saringan
Berat
Saringan
(gram)
Berat
Saringan
+
Tertahan
(gram)
Berat
Tertahan
(gram)
∑ Berat
Tertahan
(gram)
Persentase
Tertahan
(%)
Lolos
(%)
No.8
(2,36 mm) 262,00 493,00 231,00 231,00 23,17 76,83
N0.16
(1,18 mm) 406,00 616,00 210,00 441,00 44,23 55,77
N0.30
(0,60 mm) 249,00 509,00 260,00 701,00 70,31 29,69
No.50
(0,30 mm) 250,00 424,00 174,00 875,00 87,76 12,24
No.100
(0,15 mm) 250,00 359,00 109,00 984,00 98,70 1,30
No.200
(0,075 mm) 362,00 373,00 11,00 995,00 99,80 0,20
Pan 451,00 453,00 2,00 997,00 100,00 0,00
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
6
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
2.5.1.7 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan analisis saringan agregat halus dapat disimpulkan
bahwa agregat yang lolos saringan No.8 adalah 76,83%. Agregat yang lolos
saringan No.16 adalah 55,77%. Agregat yang lolos saringan No.30 adalah
29,69%. Agregat yang lolos saringan No.50 adalah 12,24%. Agregat yang lolos
saringan No.100 adalah 1,3% dan agregat yang lolos saringan No.200 adalah
0,20%.
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
7
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
2.5.2 Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
2.5.2.1 Maksud
Tujuan percobaan berat jenis dan penyerapan agregat halus adalah untuk
mengetahui berat jenis agregat halus dan kemampuannya menyerap air.
2.5.2.2 Landasan Teori
Berat jenis adalah nilai perbandingan antara massa dan volume dari
bahan yang kita uji. Sedangkan penyerapan berarti tingkat atau kemampuan suatu
bahan untuk menyerap air.
Berat jenis (specific gravity) agregat berbeda satu sama lainnya,
tergantung dari jenis batuan, susunan mineral, struktur butiran dan porositas
batuannya. Berat jenis agregat mempunyai arti sangat penting terhadap sifat beton
yang dibuatnya. Berat jenis terdiri dari tiga macam yaitu berat jenis curah (bulk
spesific gravity), berat jenis kering permukaan (bulk spesific gravity SSD) dan
berat jenis semu (apparent specific gravity). Adapun nilai penyerapannya adalah
perubahan berat agregat karena penyerapan air oleh pori-pori dengan agregat pada
kondisi kering.
2.5.2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan berat jenis dan penyerapan
agregat halus adalah :
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
2. Labu ukur 500 ml
3. Kerucut kuningan (cone)
4. Penumbuk (tamper)
5. Talam
6. Oven
7. Saringan No.4
8. Hot plate
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
8
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Gambar 2.__ Peralatan Percobaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
2.5.2.4 Prosedur Percobaan
Prosedur yang digunakan pada percobaan berat jenis dan penyerapan
agregat halus adalah sebagai berikut :
1. Mengambil benda uji yang lolos saringan No.4 sebanyak 1000 gram.
2. Mengeringkannya dalam oven pada suhu 110°C selama 24 jam lalu
mendinginkannya.
3. Merendam benda uji tersebut selama 24 jam dalam air.
4. Menebarkan contoh di atas talam lalu mengaduk-aduk di udara terbuka
dengan panas matahari sehingga terjadi proses pengeringan yang merata atau
dengan cara memanaskannya di atas kompor.
(h)
(1) (2) (3) (4)
(5) (6) (7) (8)
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
9
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
5. Apabila suhu contoh sudah sama dengan suhu ruang, memasukkannya ke
dalam kerucut kuningan dan membaginya ke dalam 3 bagian, lapis pertama
memadatkannya sebanyak 8 kali, lapis kedua 8 kali, dan lapis ketiga 9 kali
sehingga jumlah keseluruhan tumbukan 25 kali dengan tinggi jatuh 5 mm di
atas permukaan contoh secara merata dan jatuh bebas.
6. Membersihkan daerah di sekitar kerucut dari butiran agregat yang tercecer.
7. Mengangkat kerucut tersebut dalam arah vertikal secara perlahan-lahan.
8. Mengamati contoh saat membuka, apabila masih terletak rapi maka contoh
masih basah. Mengeringkan kembali contoh tersebut apabila jatuh lepas
keseluruhan maka contoh terlalu kering sehingga melakukan lagi seperti
langkah 5 sampai mendapat contoh dalam keadaan Saturated Surface Dry
(SSD).
9. Memasukkannya ke dalam pan dan cover untuk menghindari penguapan.
10. Mengamati benda uji yang tercetak tersebut, bila masih terdapat lapisan air
permukaannya, mengulang percobaan lagi setelah mengadakan pengeringan
secukupnya. Bila tidak terdapat lapisan air permukaannya dan terjadi
penurunan pada permukaan benda uji tersebut, berarti benda uji tersebut telah
mencapai kering permukaan.
11. Mengisi labu ukur dengan air suling setengahnya lalu memasukkan benda uji
tersebut ke dalam labu ukur sebanya 100 gram, jangan sampai ada butiran
yang tertinggal. Menambahkan air suling sampai 90% kapasitas labu.
12. Menggunakan hot plate untuk mengeluarkan gelembung udara.
13. Merendam air hingga suhunya mencapai 25°C lalu menambahkan air suling
sampai tanda batas.
14. Menimbangnya dengan ketelitian 0,1 gram (C).
15. Mencari berat kering benda uji tersebut dengan memanaskannya ke dalam
oven selama 24 jam pada suhu 100°C (A).
16. Mengisi labu ukur tadi dengan air suling sampai tanda batas lalu menimbang
dengan ketelitian 0,1 gram (B).
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
10
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
2.5.2.5 Data Percobaan
Data percobaan berat jenis dan penyerapan agregat halus dapat dilihat di
tabel 2.___.
Tabel 2.___ Data Percobaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
Berat Contoh Jenuh Kering Permukaan (SSD) (100) 100,00
Berat Contoh Kering (A) (gram) 97,00
Berat Labu + Air Temperatur 25o
C (B) (gram) 672,00
Berat Labu + Contoh (SSD) + Air Temperatur 25o
C (C) (gram) 731,00
2.5.2.6 Perhitungan
Perhitungan berat isi dan penyerapan agregat halus dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Bulk Specific Gravity C100,00B
A
00,73100,10000,672
00,97
2,37
Bulk Specific Gravity (SSD) C100,00B
100,00
00,73100,10000,672
00,100
44,2
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
11
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Apparent Specific Gravity CAB
A
00,73100,9700,672
00,97
55,2
Absorption/Penyerapan 100%A
A100,00
%100
00,97
00,97100
%09,3
Keterangan:
A : berat contoh kering (gram)
B : berat labu + air temperature 25°C (gram)
C : berat labu + contoh (SSD) + air temperature 25°C (gram)
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
12
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Komjen. Pol. M. Jasin, Kelapa Dua, Depok
Tabel 2.___ Data Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
C100B
A
yfic GravitBulk Speci 2,37
C100B
100
fic (SSD) Bulk Speci 2,44
CAB
A
avitypecific GrApparent S 2,55
%100A
A100
pan / PenyeraAbsorption (%) 3,09
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
13
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
2.5.2.7 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan berat jenis dan penyerapan dan agregat halus,
dapat diketahui nilai bulk specific gravity adalah 2,37, nilai bulk specific gravity
(SSD) adalah 2,44, nilai apparent specific gravity adalah 2,55, dan nilai
absorption atau penyerapan adalah 3,09%.
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
14
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
2.5.3 Bobot Isi Agregat Halus
2.5.3.1 Maksud
Tujuan percobaan bobot isi agregat halus adalah untuk menentukan berat
isi atau bobot isi agregat halus dalam kondisi lepas dan padat.
2.5.3.2 Landasan Teori
Bobot isi atau berat satuan agregat adalah rasio antara berat agregat
dengan isi atau volume. Bobot isi agregat diperlukan dalam perhitungan bahan
campuran beton apabila jumlah bahan ditakar dengan ukuran volume.
Standar unit weight dari pasir adalah lebih dari 1,5 gram/cc. Unit weight
diperoleh dengan memasukan agregat dalam keadaan SSD ke dalam alat pengukur
yang telah diketahui volumenya sehingga berat agregat dapat diketahui. Terdapat
dua metode dalam melaksanakan percobaan bobot isi agregat halus yaitu metode
rodding dan metode shoveling. Dinamakan metode rodding jika agregat yang
dimasukkan ke dalam container dipadatkan sebanyak 25 kali dengan batang
pemadat. Namun jika agregat dimasukkan langsung dalam container tanpa adanya
pemadatan, maka metode ini dinamakan metode shovelling.
2.5.3.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan bobot isi agregat halus adalah
sebagai berikut :
1. Timbangan
2. Batang pemadat
3. Container pengukur volume
4. Meja getar
5. Mistar perata
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
15
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Gambar 2.___ Peralatan Percobaan Bobot Isi Agregat Halus
2.5.3.4 Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan bobot isi agregat kasar terbagi menjadi dua yaitu
bobot isi lepas dan bobot isi padat. Berikut merupakan prosedur percobaan bobot
isi lepas dan bobot isi padat:
Bobot Isi Lepas
1. Menimbang berat container (A) yang telah diketahui volumenya (V).
2. Memasukkan campuran agregat halus dengan hati-hati agar tidak terjadi
pemisahan butir dari ketinggian 5 cm diatas container dengan menggunakan
sendok atau sekop sampai penuh.
3. Meratakan permukaan container dengan mistar perata.
4. Menimbang berat container beserta isinya (C).
5. Menghitung berat isi lepas.
(1)
(1) (2) (3)
(4) (5)
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
16
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Bobot Isi Padat
1. Mengambil container isi dengan volume yang sudah diketahui (V).
2. Menimbang container (A).
3. Memasukkan campuran agregat halus ke dalam container tersebut kurang
lebih sepertiga bagian lalu menusuk-nusuk menggunakan batang pemadat
sebanyak 25 kali.
4. Mengulangi hal yang sama untuk lapisan kedua.
5. Memasukkan campuran agregat halus hingga melebihi batas permukaan atas
container untuk lapisan ketiga lalu ditusuk-tusuk menggunakan batang
pemadat sebanyak 25 kali.
6. Meletakkan di atas meja penggetar lalu memasang penjepitnya.
7. Menghidupkan motor penggerak selama 5 menit sampai mencapai kepadatan.
8. Meratakan permukaan dengan mistar perata.
9. Mengambil kelebihan agregat halus lalu mengaturnya sedemikian rupa hingga
volume agregat yang berada diatas batas container kurang lebih sama dengan
volume rongga di permukaan.
10. Menimbang container beserta isinya (B).
11. Menghitung berat isi agregat (C).
2.5.3.5 Data Percobaan
Data percobaan bobot isi agregat halus dapat dilihat di tabel 2.___ dan
2.___
Tabel 2.___ Data Percobaan Bobot Isi Lepas Agregat Halus
Pemeriksaan
Nomor Percobaan
I II III
Berat Container (A) (gram) 7291,50 7288,00 7507,00
Berat Container + Agregat (B) (gram) 11038,00 10666,00 11341,00
Volume Container (D) (cm3) 2835,79 3234,40 2833,80
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
17
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Tabel 2.___ Data Percobaan Percobaan Bobot Isi Padat Agregat Halus
Pemeriksaan
Nomor Percobaan
I II III
Berat Container (A) (gram) 7291,50 7288,00 7517,00
Berat Container + Agregat (B) (gram) 12915,00 12298,00 8131,00
Volume Container (D) (cm3) 2835,79 3234,40 2833,80
2.5.3.6 Perhitungan
Perhitungan percobaan bobot isi agregat halus menggunakan rumus-
rumus sebagai berikut:
V
AB IsiBobot
Keterangan:
A : Berat container (gram)
B : Berat container berikut isinya (gram)
V : Volume container (cm3)
Perhitungan bobot isi agregat halus:
Bobot isi lepas agregat halus I V
AB
79,2835
50,7291 00,11038
1,32
Bobot isi padat agregat halus I V
AB
79,2835
50,7291 00,12915
1,98
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
18
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Berat isi rata-rata agregat lepas 3gram/cm 24,1
3
35,104,132,1
Berat isi rata-rata agregat padat 3gram/cm 25,1
3
22,055,198,1
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
19
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Komjen. Pol. M. Jasin, Kelapa Dua, Depok
Tabel 2.___ Data Percobaan Bobot Isi Lepas Agregat Halus
Pemeriksaan
Nomor Percobaan
I II III
Berat Container (A) (gram) 7291,50 7288,00 7507,00
Berat Container + Agregat (B) (gram) 11038,00 10666,00 11341,00
Berat Agregat (C) = (B) (A) (gram) 3746,50 3378,00 3834,00
Volume Container (D) (cm3) 2835,79 3234,40 2833,80
Berat Isi Agregat (C) / (D) (gram/cm3) 1,32 1,04 1,35
Berat Isi Rata-Rata Agregat (gram/cm3) 1,24
Tabel 2.__ Data Percobaan Bobot Isi Padat Agregat Halus
Pemeriksaan
Nomor Percobaan
I II III
Berat Container (A) (gram) 7291,50 7288,00 7517,00
Berat Container + Agregat (B) (gram) 12915,00 12298,00 8131,00
Berat Agregat (C) = (B) (A) (gram) 5623,50 5010,00 614,00
Volume Container (D) (cm3) 2835,79 3234,40 2833,80
Berat Isi Agregat (C) / (D) (gram/cm3) 1,98 1,55 0,22
Berat Isi Rata-Rata Agregat (gram/cm3) 1,25
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
20
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
2.5.3.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan yang telah dilakukan
pada percobaan bobot isi agregat halus, didapat bahwa berat isi rata-rata agregat
halus lepas sebesar 1,24 gram/cm3, sedangkan berat isi rata-rata agregat halus
padat sebesar 1,25 gram/cm3.
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
21
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
2.5.4 Kadar Air Agregat Halus
2.5.4.1 Maksud
Tujuan percobaan kadar air agregat halus adalah untuk menetukan kadar
air yang terkandung dalam agregat halus.
2.5.4.2 Landasan Teori
Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung
agregat dengan berat agregat keadaan kering. Jumlah air yang terkandung di
dalam agregat perlu diketahui karena dapat mempengaruhi jumlah air yang
diperlukan di dalam campuran beton.
Ada dua bentuk kandungan air pada agregat yaitu kandungan air serapan
dan kandungan air permukaan. Kandungan air serapan adalah kandungan air yang
diserap oleh rongga-rongga di dalam partikel agregat dan biasanya tidak terlihat.
Sedangkan kandungan air adalah kandungan air yang menempel pada permukaan
agregat. Besarnya kandungan air pada agregat yang akan digunakan perlu
diketahui untuk mengontrol besarnya jumlah air di dalam suatu campuran beton.
Semakin tinggi nilai berat jenis agregat, maka semakin kecil nilai daya serap air
agregat tersebut. Kadar air agregat sangat menentukan mutu beton yang akan
dihasilkan.
2.5.4.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan kadar air agregat halus adalah
sebagai berikut:
1. Timbangan ketelitian 0,01 gram
2. Oven
3. Desikator
4. Tin box
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
22
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Gambar 2.___ Peralatan Percobaan kadar air agregat halus
2.5.4.4 Prosedur Percobaan
Prosedur yang digunakan pada percobaan kadar air agregat halus adalah
sebagai berikut:
1. Menimbang tin box yang akan dipakai lalu memberi nomor pada masing-
masing tin box.
2. Memasukkan benda uji yang akan diperiksa ke dalam tin box.
3. Menimbang tin box yang telah berisi benda uji.
4. Memasukkan ke dalam oven dengan suhu 100°C selama kurang lebih 24 jam.
5. Memasukkan tin box ke dalam desikator setelah mengeringkannya di oven.
6. Menimbang tin box kembali, setelah dingin.
(2)
(1) (2)
(3) (4)
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
23
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
2.5.4.5 Data Percobaan
Data percobaan dan hasil pehitungan kadar air agregat halus dapat dilihat
pada tabel 2.___.
Tabel 2.___ Data Percobaan Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus
Pemeriksaan
Nomor Tin Box
I
V
II III
Berat Tin box (A) (gram) 9,65 9,60 10,90
Berat Tin box + Contoh Basah (B) (gram) 59,50 57,00 60,30
Berat Tin box + Contoh Kering (C) (gram) 55,50 53,50 56,50
2.5.4.6 Perhitungan
Perhitungan untuk percobaan kadar air agregat halus pada tin box nomor
I menggunakan rumus sebagai berikut:
Berat Air (D) A B =
55,5059,50=
4,00=
Berat Contoh Kering (E) A C =
9,6555,50 =
45,85 =
Kadar Air (w) %100E
D
%10045,85
4,00
8,72%=
Keterangan :
A : Berat Tin Box (gram)
B : Berat Tin Box + Contoh Basah (gram)
C : Berat Tin Box + Contoh Kering (gram)
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
24
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Komjen. Pol. M. Jasin, Kelapa Dua, Depok
Tabel 2.___ Data Percobaan Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus
Pemeriksaan
Nomor Tin Box
I
V
II III
Berat Tin box (A) (gram) 9,65 9,60 10,90
Berat Tin box + Contoh Basah (B) (gram) 59,50 57,00 60,30
Berat Tin box + Contoh Kering (C) (gram) 55,50 53,50 56,50
Berat Air D = B – C (D) (gram) 4,00 3,50 3,80
Berat Contoh Kering E = C A (E) (gram) 45,85 43,90 45,60
Kadar Air (w) = ( D / E ) 100% (%) 8,72 7,97 8,33
Rata-rata (w) (%) 8,34
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
25
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
2.5.4.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan yang sudah dilakukan,
maka didapat kadar air agregat halus sebesar 8,72%.
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
26
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
2.5.5 Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Halus
2.5.5.1 Maksud
Tujuan percobaan kadar lumpur dan lempung agregat halus adalah untuk
mengetahui kandungan lumpur dan lempung pada agregat halus.
2.5.5.2 Landasan Teori
Dalam membuat suatu beton konstruksi yang baik dan seragam perlu
adanya pemeriksaan terhadap kualitas bahan campuran, proporsi campuran, serta
pengecoran dan perawatannya. Salah satunya dengan mengetahui kandungan
lumpur dan lempung pada agregat halus.
Lumpur tidak diizinkan dalam jumlah banyak, untuk masing-masing
agregat kadar lumpur yang diizinkan berbeda. Kadar lumpur agregat normal yang
diizinkan berdasarkan SK SNI S-04-1989-F untuk agregat halus adalah maksimal
5%. Kecenderungan meningkatnya penggunaan air dalam campuran beton terjadi
jika terdapat lumpur. Lumpur tidak dapat menjadi satu dengan semen sehingga
menghalangi penggabungan antara semen dan agregat. Pada akhirnya, kekuatan
tekan beton akan berkurang karena tidak dapat saling mengikat.
2.5.5.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan kadar lumpur dan lempung
agregat halus adalah sebagai berikut :
1. Saringan No.50
2. Timbangan
3. Oven
4. Tin Box
5. Desikator
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
27
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Gambar 2.___ Peralatan Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Halus
2.5.5.4 Prosedur Percobaan
Prosedur yang digunakan pada percobaan kadar lumpur dan lempung
agregat halus adalah sebagai berikut :
1. Mengambil benda uji dari lapangan.
2, Menyaring benda uji yang tertahan saringan No.50.
3. Memasukkan benda uji ke dalam tin box.
4. Menimbang tin box beserta isinya untuk benda uji kering semula (A), lalu
memberi nomor pada masing-masing tin box.
5. Memasukkan tin box beserta benda uji kedalam oven dengan suhu 100°C
selama kurang lebih 24 jam.
6. Mencuci benda uji kotor kering oven sampai benar-benar bersih.
7. Memasukkan ke dalam oven kembali dengan suhu 100°C selama kurang
lebih 24 jam.
(1)
(1) (2) (3)
(4) (5)
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
28
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
8. Memasukkan kedalam desikator untuk mempercepat pendinginan.
9. Menimbang tin box beserta benda uji bersih kering akhir (B).
2.5.5.5 Data Percobaan
Data percobaan dan hasil pehitungan kadar lumpur dan lempung agregat
halus dapat dilihat pada tabel 2.__.
Tabel 2.___ Data Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Halus
Pemeriksaan
Nomor Tes
I II III
Berat Agregat Kering (Semula) + Tin Box (gram) 41,10 38,60 41,60
Berat Agregat Kering (Akhir) + Tin Box (gram) 38,00 36,90 38,10
Berat Tin Box (gram) 9,70 10,30 9,40
Berat Agregat Kering (Semula) (A) (gram) 3140 28,30 32,20
Berat Agregat Kering (Akhir) (B) (gram) 28,30 26,60 28,70
2.5.5.6 Perhitungan
Perhitungan kadar lumpur dan lempung agregat halus dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
Kadar lumpur dan lempung %100A
BA
Keterangan:
A : Berat agregat kering (semula)
B : Berat agregat kering (akhir)
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
29
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Kadar lumpur dan lempung agregat halus I
%10040,31
30,2840,31
%87,9
Kadar lumpur dan lempung agregat halus rata-rata
%1003
%87,10%01,6%87,9
%92,8
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
30
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Komjen. Pol. M. Jasin, Kelapa Dua, Depok
Tabel 2.___ Data Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Halus
Pemeriksaan
Nomor Tes
I II III
Berat Agregat Kering (Semula) + Cawan (gram) 41,10 38,60 41,60
Berat Agregat Kering (Akhir) + Cawan (gram) 38,00 36,90 38,10
Berat Cawan (gram) 9,70 10,30 9,40
Berat Agregat Kering (Semula) (A) (gram) 3140 28,30 32,20
Berat Agregat Kering (Akhir) (B) (gram) 28,30 26,60 28,70
Kadar Lumpur dan Lempung
= ((AB ) / A )) 100% (%) 9,87 6,01 10,87
Kadar Lumpur dan Lempung Rata-Rata (%) 0,75
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
31
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
2.5.5.7 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil percobaan dan perhitungan diperoleh bahwa kadar
lumpur dan lempung rata-rata untuk agregat halus adalah sebesar %92,8 .
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
32
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
2.5.6 Kadar Bahan Organik Agregat Halus
2.5.6.1 Maksud
Tujuan percobaan kadar bahan organik agregat halus adalah untuk
mengetahui kadar bahan organik yang terkandung dalam agregat halus (pasir)
yang akan digunakan sebagai bahan campuran beton.
2.5.6.2 Landasan Teori
Agregat halus yang akan digunakan dalam perencanaan campuran beton
haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu, salah satunya adalah pasir tidak boleh
banyak mengandung bahan organik. Hal itu bertujuan agar semen yang akan
digunakan tidak bereaksi dengan asam-asam organis yang akan berpengaruh
negatif pada semen. Jika pada saat pengeringan semen terkandung bahan-bahan
organik, hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan beton dan juga
menghambat hidrasi semen sehingga proses pengerasan berlangsung lambat.
Kandungan bahan organik dalam agregat halus dibuktikan dengan
pemeriksaan warna dari Abraham Harder (dengan memakai larutan NaOH). Pada
pemeriksaan ini agregat halus atau pasir dimasukkan dalam jumlah tertentu ke
dalam botol dan ditambahkan dengan larutan NaOH 3%.
2.5.6.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan kadar bahan organik agregat
halus adalah sebagai berikut :
1. Botol organik dan standar warna
2. Larutan NaOH 3%
3. Gelas ukur
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
33
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Gambar 2.___ Peralatan Percobaan Kadar Bahan Organik Agregat Halus
2.5.6.4 Prosedur Percobaan
Prosedur yang digunakan pada percobaan kadar bahan organik agregat
halus adalah sebagai berikut:
1. Mengambil benda uji secukupnya dari lapangan.
2. Memasukkan pasir kedalam botol organik sebanyak 130 ml.
3. Menambahkan larutan NaOH 3% hingga 200 ml.
4. Menutup botol organik, dan mengocoknya selama 10 menit hingga
tercampur dengan baik.
5. Mendiamkan selama 24 jam agar terjadi reaksi sempurna antara larutan
NaOH dan bahan organik.
2.5.6.5 Data Percobaan
Data percobaan dan hasil pehitungan kadar bahan organik agregat halus
dapat dilihat pada gambar 2.___
Gambar 2.____ Hasil Percobaan Kadar Bahan Organik Agregat Halus
(1) (2) (3)
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
34
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
2.5.6.6 Perhitungan
Perhitungan kadar bahan organik agregat halus dapat menggunakan
ketentuan sebagai berikut:
1. Membandingkan warna larutan dengan standar warna
2. Standar warna No.1 dan No.2 menunjukkan pasir dapat digunakan tanpa
mencucinya terlebih dahulu.
3. Standar warna No.3 dan No.4 menunjukkan kandungan bahan organik tinggi
sehingga harus mencuci agregat terlebih dahulu sebelum menggunakannya
untuk campuran beton. Apabila warna larutan sama dengan standar No.5
maka perlu dipertimbangkan penggunaannya.
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
35
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Komjen. Pol. M. Jasin, Kelapa Dua, Depok
Tabel 2.___ Data Percobaan Kadar Bahan Organik Agregat Halus
Hasil Pengamatan
I
1
2
3
4
5
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
36
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
2.5.6.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan maka diperoleh bahwa
warna larutan kadar bahan organik sama dengan standar warna No.3. Hal ini
menunjukkan bahwa benda uji yang digunakan pada percobaan ini harus dicuci
terlebih dahulu sebelum digunakan.
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
37
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
2.5.7 Bulking Factor Test
2.5.7.1 Maksud
Tujuan Bulking Factor Test adalah untuk mengetahui persentase
peningkatan volume pasir dengan kadar air asli dibandingkan dengan keadaan
jenuh air.
2.5.7.2 Landasan Teori
Bulking factor adalah rasio dari volume pasir dalam keadaan kering
dikurang volume dalam keadaan jenuh. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
mengetahui material yang tepat untuk menghasilkan mutu beton yang baik
sesuai dengan kebutuhan dan kegunaan, material yang baik mempunyai kadar air
yang baik.
Bulking agregat tergantung pada dua faktor yaitu persentase kadar air dan
ukuran partikel agregat halus. Bulking meningkat karena kadar air naik sampai
batas tertentu dan menyebabkan kadar air mengalami penurunan volume, ketika
agregat halus benar-benar jenuh maka tidak menunjukkan bulking apapun.
2.5.7.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada bulking factor test adalah sebagai berikut:
1. Tabung 1000 ml
2. Cawan
Gambar 2.___ Peralatan Percobaan Bulking Factor Test
(1) (2)
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
38
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
2.5.7.4 Prosedur Percobaan
Prosedur yang digunakan pada bulking factor test adalah sebagai berikut:
1. Mengambil contoh pasir dengan kadar air asli.
2. Memasukkan ke dalam gelas ukur sampai skala ± 300 ml. Kemudian
mencatat volume pasir tersebut (A).
3. Memindahkan pasir tersebut ke dalam loyang.
4. Mengisi gelas ukur tersebut dengan air sampai setengahnya.
5. Memasukkan kembali pasir dari loyang tadi ke dalam gelas ukur sambil
diaduk-aduk.
6. Membaca volume pasir (B).
7. Menghitung bulking factor.
2.5.7.5 Data Percobaan
Data hasil percobaan dan perhitungan bulking factor test agregat halus
dapat dilihat pada tabel 2.___.
Tabel 2.__ Data Percobaan Bulking Factor
Parameter
Nomor Percobaan
1 2 3
Volume Semula (A) (ml) 300,00 300,00 300,00
Volume Dalam Keadaan Jenuh (B) (ml) 280,00 260,00 290,00
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
39
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
2.5.7.6 Perhitungan
Perhitungan bulking factor test menggunakan rumus-rumus sebagai
berikut:
Bulking factor test 100%B
BA
Keterangan:
A : Volume pasir awal (ml)
B : Volume pasir akhir (ml)
Bulking factor test 100%B
BA
100%280,00
280,00300,00
%14,7
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
40
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Komjen. Pol. M. Jasin, Kelapa Dua, Depok
Tabel 2.__ Data Percobaan Bulking Factor
Parameter
Nomor Percobaan
1 2 3
Volume Semula (A) (ml) 300,00 300,00 300,00
Volume Dalam Keadaan Jenuh (B) (ml) 280,00 260,00 290,00
Bulking Factor = %100B
BA
(%) 7,14 15,38 3,45
Rata-rata Bulking Factor (%) 8,66
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
41
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
2.5.7.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
maka dapat diketahui bulking factor pada contoh pasir adalah 7,14% dan bulking
factor rata-rata sebesar 8,66%.
Top Related