BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi HIV-AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan
AIDS dengan cara menyerang T helper atau CD4, terutama dari limfosit T, yang dapat
mengakibatkan penurunan imunitas seluler dan peningkatan terjadinya infeksi
oportunistik. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah tahap akhir dari
infeksi HIV yang memiliki satu atau lebih infeksi oportunistik dan keganasan dengan jumlah
CD4 sel T kurang dari 200 sel per mm. 3
2 .Epidemiologi HIV-AIDS
Perkiraan prevalensi HIV di kalangan dewasa muda (15-49) dapat dipandang sebagai
epidemi beberapa subtipe yang terpisah; faktor utama dalam penyebaran ini transmisi seksual
dan penularan dari ibu ke anak pada saat kelahiran dan melalui ASI. Meskipun baru-baru ini,
peningkatan pemakaian pengobatan anti-retroviral dan perawatan di berbagai wilayah dunia,
pandemi HIV-AIDS diklaim sebesar 2.100.000 pada tahun 2007 yang diperkirakan ada
sebesar 330.000 anak-anak di bawah 15tahun. Secara global, sebanyak 33.200.000 orang
diperkirakan hidup dengan HIV ditahun 2007, termasuk 2.500.000 anak-anak dan mencapai
2,5 juta orang bagi yang baru terinfeksi pada 2007, di dalamnya termasuk 420.000 anak-anak.
Sub-Sahara Afrika menjadi daerah teratas yang terkena dampak terburuk. Tidak seperti
daerah lain, kebanyakan orang yang hidup dengan HIV di sub-Sahara Afrika pada tahun 2007
(61%) adalah perempuan. Asia Tenggara dan Selatan adalah terburuk kedua terkena dampak.
Pada tahun 2007 daerah ini diperkirakan terdapat sebanyak 18% dari semua orang yang hidup
dengan HIV-AIDS, dan diperkirakan ada 300.000 kematian akibat HIV-AIDS. Harapan
hidup telah turun secara dramatis di negara-negara yang terkena dampak terburuk, misalnya,
pada tahun 2006 diperkirakan bahwa hal itu turun 65-35 tahun di Botswana.3
3. Penularan HIV-AIDS
Terdapat 3 cara penularan HIV:
a. Penularan Seksual
b. Kontaminasi Patogen Melalui Darah
c. Penularan Masa Perinatal
4
4. Diagnosisis HIV-AIDS
1. Gejala Klinis
Diagnosis HIV AIDS dapat ditegakkan berdasarkan klasifikasi klinis WHO dan
atau CDC. Di Indonesia diagnosis HIV AIDS untuk keperluan surveilans epidemiologi
dibuat bila menunjukkan tes HIV positif dan sekurang-kurangnya didapatkan 2 gejala
minor dan satu gejala mayor.4
a.Gejala Mayor. 4
- Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
- Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
- Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
- Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
- Ensefalopati HIV
b. Gejala Minor4
- Batuk menetap lebih dari 1 bulan
- Dermatitis generalisata
- Herpes zoster multisegmental berulang
- Kandidiasis orofaringeal
- Herpes simpleks kronis progresif
- Limfadenopati
- Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
- Retinitis oleh virus sitomegalo
2. Pemeriksaan Laboratorium
Sangat disarankan memeriksa darah untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap
HIV dengan cara Elisa Reaktif seanyak 2 kali. Bila hasilnya posotif, diperlukan
pemeriksaan lebih lanjut dengan Immunofluoresensi Western Blot untuk memastikan
adanya HIV di dalam tubuh. Screening terutama dilakukan pada orang yang berperilaku
berisiko tinggi, seperti sering berganti-ganti pasangan seks, pecandu narkoba suntikan,
mendapati gejala penyakit yangkhas karena infeksi HIV, menderita penyakit yang
memerlukan transfusi darah terus-menerus seperi hemophilia dan sering berhubungan
dengan cairan tubuh manusia.5
5
5. VCT (Voluntary Counseling and Test)
DEFINISI
VCT (Voluntary Counselling and Test) adalah tempat pelayanan konseling pra
tes, tes HIV dan konseling paska tes secara sukarela dan rahasia bagi mereka yang
berperilaku beresiko dan diduga terinfeksi HIV/AIDS.
Konseling dilakukan oleh konselor terlatih yang memiliki keterampilan
konseling dan pemahaman tentanh HIV/AIDS. Voluntary atau sukarela artinya semua
klien yang akan dikonseling harus dalam bentuk sukarela, tidak boleh dipaksa oleh
karena klien posisinya lebih rendah dari konselor atau ikut konseling karena
diperintahkan oleh pasangannya. Demi untuk tidak menyebarkan HIV mungkin suatu
waktu calon pengantin perlu tes HIV. VCT merupakan pintu masuk (entry point)
untuk pencegahan dan perawatan HIV/AIDS.6
KONSELOR
Konselor adalah pemberi pelayanan konseling yang telah dilatih keterampilan
konseling HIV dan dinyatakan mampu. Konselor VCT yang berasal dari tenaga
kesehatan atau non kesehatan yang telah mengikuti pelatihan VCT. Tenaga konselor
VCT minimal dua orang dan tingkat pendidikan konselor VCT adalah SLTA
sederajat.
Ada 4 jenis konselor yang kompeten memberikan layanan konseling
berdasarkan model implementasi dan strategi untuk meningkatkan layanan VCT, yaitu
:
a) Konselor sebaya (Peer Counsellor), konselor yang mempunyai latar belakang sama
dengan klien (termasuk ODHA)
b) Konselor awam (Lay Counsellor), konselor yang melakukan konseling pre dan pos
tes pada kasus yang biasa tanpa komplikasi
c) Konselor profesional (Professional Counsellor), konselor dengan latar belakang
tertentu dokter, psikolog, pekerja sosial, perawat
d) Konselor senior (Senior Counsellor), konselor berpengalaman dan memiliki
pendidikan konseling dan psikoterapi, tugasnya memberikan dukungan dan supervisi
bagi konselor lainnya.
6
PRINSIP
Prinsip Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS Sukarela (VCT)
Sukarela dalam melaksanakan testing HIV. Pemeriksaan HIV hanya dilaksanakan atas
dasar kerelaan klien tanpa paksaan dan tanpa tekanan. Keputusan untuk dilakukan
pemeriksaan terletak di tangan klien. Testing dalam VCT bersifat sukarela shingga
tidak direkomendasikan untuk testing wajib pada pasangan yang akan menikah,
pekerja seksual, rekrutmen pegawai/tenaga kerja Indonesia dan asuransi kesehatan
Saling mempercayai dan terjaminnya konfidensialitas. Layanan harus bersifat
profesional, menghargai hak dan martabat semua klien. Semua informasi yang
disampaikan klien harus dijaga kerahasiannya oleh konselor dan petugas kesehatan,
tidak diperkenankan didiskusikan di luar konteks kunjungan klien. Semua informasi
tertulis harus disimpan dalam tempat yang tidak dapat dijangkau oleh pihan yang
tidak berhak.
Mempertahankan hubungan relasi konselor-klien yang efektif. Konselor mendukung
klien untuk kembali mengambil hasil testing dan mengikuti pertemuan konseling
pasca testing untuk mengurangi perilaku beresiko. Dalam VCT dibicarakan juga
respon dan perasaan klien dalam menerima hasil testing dan tahapan penerimaan hasil
testing positif.
Testing merupakan salah satu komponen dari VCT. WHO dan Departemen Kesehatan
RI telah memberikan pedoman yang dapat digunakan untuk melakukan testing HIV.
Penerimaan hasil testing senantiasa diikuti oleh konseling pasca testing oleh konselor
yang sama atau konselor lain yang disetujui oleh klien.7
Tujuan program layanan VCT :
1. Meningkatkan kesadaran populasi beresiko tentang status kesehatan HIV-nya
2. Meningkatkan kesadaran populasi beresiko untuk membuat keputusan dan
mempertahankan perubahan perilaku yang aman terhadap penularan HIV
3. Meningkatkan jumlah populasi beresiko dan anggota keluarganya dalam upaya
mencegah perluasan penularan HIV
4. Membantu mereka yang teridentifikasi terinfeksi untuk segera mendapat pertolongan
kesehatan sesuai kebutuhan
Yang menjadi target sasaran program layanan VCT :
1. Pengguna Napza suntik (Penasun atau IDUs)
2. Pasangan seks tetap dari IDUs yang bukan IDUs
3. Pekerja seks perempuan langsung
7
4. Pekerja seks perempuan tak langsung
5. Pekerja seks laki-laki
6. Gay atau LSL
7. Waria penjaja seks
8. Pelanggan dari pekerja seks perempuan atau laki-laki
9. Pasagan tetap dari pelanggan PSK
MANFAAT VCT
a. Pada Individu
Membantu ODHA mengatasi stres dan membuat keputusan keputusan pribadi
berkaitan dengan nasibnya.
Mengurangi risiko pribadi untuk tertular HIV
Membantu ODHA untuk menerima nasibnya
Mengarahkan ODHA untuk menerima pelayanan yang dibutuhkan
Merencanakan perubahan perilaku
Merencanakan perawatan untuk masa depan
Meningkatkan kualitas kesehatan pribadi
Mencegah infeksi HIV dari ibu ke bayi
Menfasilitasi akses pelayanan sosial
Menfasilitasi akses pelayanan medis (Infeksi oportunistik, IMS, OAT, ARV)
Memfasilitasi kegiatan dan dukungan sebaya
b. Pada masyarakat
Memutus rantai penularan HIV dalam masyarakat
Mengurangi stigma masyarakat.
Mendorong masyarakat dan pihak yang terkait untuk memberi dukungan pada
ODHA
Alur VCT
Administrasi: pendaftaran dan pembayarn 8
Gambar 1. Alur VCT
3. HASIL TEST VCT
9
Tabel 1. Perencanaan pemberian informasi hasil test laboratorium dan Konseling post
Test
Hasil Test (-) Hasil Test (+)
- Menegaskan kembali cara
penularan dan pencegahan
HIV/AIDS.
- Membantu merencanakan
perubahan perilaku yang lebih
sehat dan aman.
- Memberi dukungan untuk
mempertahankan perilaku yang
lebih sehat.
- Anjuran untuk melakukan VCT
kembali 3 bulan berikutnya.
- Sampaikan berita dengan hati-hati.
- Sediakan waktu untuk diskusi.
- Bantu adaptasi dengan situasi.
- Buat rencana tepat dan rasional.
- Konseling berkelanjutan melibatkan
kelurga, teman, dan lingkungan.
- Dorongan untuk mengurangi
penularan, motivasi untuk
menurunkan risiko penularan.
- Kenali sumber dukungan lain,
termasuk layanan medik RS dan
perawatan rumah.
- Merujuk pada manajemen kasus.
4. KENDALA VCT
10
Hal-hal yang menjadi kendala dalam kegiatan VCT di Griya ASA adalah:
Tabel 2. Kendala yang dihadapi dalam kegiatan VCT
PRE-TEST TEST POST-TEST
1. Calon klien masih
kurang memahami
pentingnya dan
manfaat dari VCT
2. Calon klien enggan
datang berkunjung
karena paradigma
negatif tentang HIV
AIDS di masyarakat
3. Masih ada WPS
yang tidak disiplin
dalam mengikuti
kegiatan sesuai jadwal
(pembinaan, tes
skrining)
4. Masih banyak
pengasuh wisma yang
tidak mendukung
program VCT
- 1. Sikap klien dengan hasil tes
reaktif yang menolak untuk
berobat karena merasa masih
sehat
2. Perilaku klien yang masih
menoleransi hubungan seks
tanpa kondom
3. Klien dengan hasil non-
reaktif menjadi kurang disiplin
mengikuti kegiatan VCT
berikutnya karena sudah
merasa “aman”.
6. STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
11
1. Tujuan Penanggulangan HIV dan AIDS
Mencegah dan mengurangi penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup
ODHA serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV dan AIDS pada
individu, keluarga dan masyarakat.7
2. Strategi
Untuk mencapai tujuan STRANAS, ditetapkan strategi sebagai berikut:8
- Meningkatkan dan memperluas upaya pencegahan yang nyata efektif dan
menguji coba cara-cara baru.
- Meningkatkan dan memperkuat sistem pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
untuk mengantisipasi peningkatan jumlah ODHA yang memerlukan akses
perawatan dan pengobatan
- Meningkatkan kemampuan dan memberdayakan mereka yang terlibat dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di pusat dan di daerah
melalui pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan;
Meningkatkan survei dan penelitian untuk memperoleh data bagi
pengembangan program penanggulangan HIV dan AIDS
Memberdayakan individu, keluarga dan komunitas dalam pencegahan HIV
di lingkungannya
Meningkatkan kapasitas nasional untuk menyelenggarakan monitoring dan
evaluasi penanggulangan HIV dan AIDS
Memobilisasi sumber daya dan mengharmonisasikan pemanfaatannya di
semua tingkat.
7. AREA PENCEGAHAN HIV DAN AIDS
Penyebaran HIV dipengaruhi oleh perilaku berisiko kelompok-kelompok
masyarakat. Pencegahan dilakukan kepada kelompok-kelompok masyarakat sesuai
dengan perilaku kelompok dan potensi ancaman yang dihadapi. Kegiatan-kegiatan dari
pencegahan dalam bentuk penyuluhan, promosi hidup sehat, pendidikan sampai
kepada cara menggunakan alat pencegahan yang efektif dikemas sesuai dengan sasaran
upaya pencegahan. Dalam mengemas program-program pencegahan dibedakan
kelompok-kelompok sasaran sebagai berikut:9
• Kelompok tertular (infected people)
12
Kelompok tertular adalah mereka yang sudah terinfeksi HIV.Pencegahan
ditujukan untuk menghambat lajunya perkembangan HIV, memelihara
produktifitas individu dan meningkatkan kwalitas hidup.9
• Kelompok berisiko tertular atau rawan tertular (high-risk people)
Kelompok berisiko tertular adalah mereka yang berperilaku sedemikian rupa
sehingga sangat berisiko untuk tertular HIV. Dalam kelompok ini termasuk penjaja
seks baik perempuan maupun laki-laki, pelanggan penjaja seks, penyalahguna
napza suntik dan pasangannya, waria penjaja seks dan pelanggannya serta lelaki
suka lelaki. Karena kekhususannya, narapidana termasuk dalam kelompok ini.
Pencegahan untuk kelompok ini ditujukan untuk mengubah perilaku berisiko
menjadi perilaku aman.9
• Kelompok rentan (vulnerable people)
Kelompok rentan adalah kelompok masyarakat yang karena lingkup
pekerjaan, lingkungan, ketahanan dan atau kesejahteraan keluarga yang rendah dan
status kesehatan yang labil, sehingga rentan terhadap penularan HIV. Termasuk
dalam kelompok rentan adalah orang dengan mobilitas tinggi baik sipil maupun
militer, perempuan, remaja, anak jalanan, pengungsi, ibu hamil, penerima transfusi
darah dan petugas pelayanan kesehatan. Pencegahan untuk kelompok ini ditujukan
agar tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang berisiko tertular HIV (menghambat
menuju kelompok berisiko).9
• Masyarakat Umum (general population)
Masyarakat umum adalah mereka yang tidak termasuk dalam ketiga kelompok
terdahulu. Pencegahan ditujukan untuk peningkatkan kewaspadaan, kepedulian dan
keterlibatan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di
lingkungannya.9
13
Top Related