BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Kehamilan2.1.1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau imflantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya
bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir (Sarwono, 2009). Kehamilan adalah suatu keadaan istimewa bagi seseorang wanita sebagai calon ibu,
karena pada masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik yang mempengaruhi kehidupanya
(Kristiyanasari, 2010). Kehamilan sebagai keadaan fisiologis dapat diikuti proses patologi yang
mengancam keadaan ibu dan janin.Kehamilan dipengaruhi oleh berbagai hormon: estrogen, progesteron, Human Chorionic
Gonadortopin, Human Somatomamotropin, prolaktin dan sebagainya. Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) adalah hormon aktif yang khusus berperan selama awal masa kehamilan,
berfluktuasi kadarnya selama kehamilan (Sukarni, 2013).2.1.2. Fisiologi pada kehamilan TM III
Menurut Prawirohardjo (2007) fisiologi pada kehamilan TM III meliputi:1. Sistem Reproduksi
a. Vagina dan VulvaDinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan untuk
mengalami peregangan pada saat persalinan dengan meningkatkan ketebalan mukosa,
mengendornya jaringan ikat, dan hipertropi sel otot polos.b. Servik Uteri
Pada saat kehamilan mendekat aterm, terjadinya penurunan lebih lanjut dari kosentrasi
kolagen, proses perbaikan servik terjadi setelah persalinan sehingga siklus kehamilan
yang berikutnya akan berulang.c. Uterus
7
Pada akhir kehamilan uterus akan terus membesar dalam rongga velvis dan seiring
berkembangnya uterus akan menyentuh dinding abdomen, mendorong uterus kesamping
dan atas, terus tumbuh menyentuh hati.d. Ovarium
Disini korpus luteum sudah tidak berfungsi lagi karena telah digantikan oleh placenta
yang telah terbentuk.2. Payudara
Pertumbuhan kelenjar mammae membuat ukuran panyudara semakin meningkat. Pada
kehamilan ke 32 minggu waktu cairan agak putih seperti air susu yang sangat encer. Dari
kehamilan 32 minggu sampai kelahiran, cairan yang keluar lebih kental, berwarna kuning,
dan banyak mengandung lemak disebut colostrums.
3. Sistem EndokrinPada kehamilan TM III kelenjar tyroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada
saat persalinan akibat dari hypertlasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi.4. Sistem Perkemihan
Pada kehamilan TM III ini kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul keluhan sering
kencing dan akan timbul lagi, kandung kencing akan mulai tertekan kembali. Pada
kehamilan tahap lanjut pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdelatasi daripada velvis kiri
akibat pergeseran uterus yang lebih berat ke kanan oleh karena itu perubahan-perubahan ini
membuat pelvis dan ureter menampung urine dalam volume yang lebih besar dan
memperlambat laju aliran urine.5. Sistem pencernaan
Pada trimester ini biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang
meningkat sehingga perut menjadi kembung karena adanya tekanan uterus yang membesar
dalam rongga perut yang mendesak organ-organ dalam perut khususnya aluran pencernaan,
usu besar, kearah atas dan lateral.6. Sistem Muskuloskelatal
Sendi velvik pada kehamilan TM ini sedikit bergerak sehingga perubahan tubuh secara
bertambah dan peningkatan berat wanita hamil menyebabkan postur dan cara berjalan
wanita berubah secara menyolok.
7. Sistem KardiovaskulerSelama kehamilan jumlah leukosit akan meningkat yakni berkisar antara 5000-12000 dan
mencapai puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas berkisar 14000-16000. Pada
trimester ini terjadi peningkatan jumlah granulosit dan secara bersamaan limfosit dan
monosit.8. Sistem integumen
Dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam dan kadang-kadang
akan mengenai daerah panyudara dan paha perubahan ini dikenal dengan Striae Grvidarum.
Pada multipara selain striae kemerah itu seringkali ditemukan di garis berwarna perak
berkilau yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya. Pigmentasi yang berlebihan
biasanya akan hilang setelah persalinan.9. Sistem metabolisme
Sistem metabolisme adalah istilah untuk menunjutkan perubahan-perubahan kimiawi yang
terjadi didalam tubuh untuk pelaksanaan berbagai fungsi vitalnya. Dengan terjadinya
kehamilan sehingga metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana
kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI.
Pada wanita hamil TM III ini Basal Metabolic Rate (BMR) meninggi. BMR meningkat
hingga 15-20% yang umumnya terjadi pada triwulan terakhir. Tetapi bila dibutuhkan
dipakailah lemak itu untuk mendapatkan kalori dalam pekerjaan sehari-hari. BMR kembali
setelah hari ke-5 atau ke-6 pasca partum. Peningkatan BMR ini mencerminkan kebutuhan
oksigen pada janin plasenta, uterus serta peningkatan konsumsi oksigen akibat peningkatan
kerja jantung ibu.
10. Sistem berat badan dan indek masa tumbuhTrimester III ini mengalami kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg dan sampai terakhir
kehamilan 11-12 kg. Cara yang dipakai untuk menentukan berat badan menurut tinggi badan
adalah dengan menggunakan indeks masa tubuh yaitu dengan rumus berat badan dibagi
tinggi badan pangkat 2.11. Sistem darah dan pembekuan darah
a. Sistem darahDarah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian, bahan interseluler adalah cairan
yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur-unsur padat, sel darah. Pelume
darah secara keselurhan kira-kira 5 liter. Sekitar 55% adalah cairan sedangkan 45%
sisanya terdiri dari atas sel darah. Susunan dari terdiri dari 91,0%, protein 8,0%, dan
mineral 0,9%.b. Pembekuan darah
Pembekuan darah adalah proses yang mejemuk dan berbagai faktor diperlukan untuk
melaksanakan pembekuan darah.12. Sistem persyarafan
Perubahan fungsi sistem neurologi selama masa hamil, selain perubahan-perubahan
neurohormonal hipotalami-hipofisis. Perubahan fisiologik spesifik akibat kehamilan dapat
terjadi timbulnya gejala neurologi dan neuromuscular sebagai berikut:a. Kompresi syaraf panggul atau statis vascular akibat pembesaran uterus dapat
menyebabkan perubahan sensori di tungkai bawah.b. Lordosis dorsolumbal dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan pada syaraf atau kompresi
akar syaraf.c. Edema yang melibatkan syaraf peliver dapat menyebabkan carpel tunner syndrome
selama trimester akhir kehamilan.d. Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul pada saat ibu merasa cemas tentang
kehamilannya. Nyeri kepala juga dapat dihubungkan dengan gangguan pengelihatan,
seperti kesalahan refraksi, sinusitis atau migrant.13. Sistem pernafasan
Pada kehamilan TM III pada 32 minggu keatas karena usus-usus tertekan uterus yang
membesar ke arah diagfragma sehingga diagrama kurang leluasa bergerak mengakibatkan
wanita hamil derajat kesulitan bernafas (Romauli, 2011).14. Kebutuhan pisikologis ibu hamil Trimester
Kebanyakan perempuan mengalami perubahan-perubahan psikologis dan emosional.
Seringkali mendengarkan seseorang perempuan mengatakan betapa bahagianya dia karena
akan menjadi seseorang ibu dan telah memilihkan sebuah nama untuk bayinya nantinya.
Namun tidak jarang ada perempuan yang merasa khawatir kalau ada kemungkinan dia
kehilangan kecantikannya, atau ada kemungkinan bayinya tidak normal.15. Dukungan keluarga
a. Ayah, ibu kandung maupun mertua sangat mendukung kehamilan b. Seluruh keluarga berdoa untuk keselamatan ibu dan bayic. Walaupun ayah, ibu kandung maupun mertua ada didaerah lain sangat di dambakkan
dukungan melalui telepon, surat atau doa dari jauh.d. Selain itu, ritual tradisional dalam periode ini seperti upacara 7 bulanan pada beberapa
orang, mempunyai arti tersendiri yang tidak boleh diabaikan.16. Dukungan dari tenaga kesehatan
a. Pada tenaga kesehatan yang aktif yaitu memberikan kesempatan ibu hamil untuk
mengikuti kelas ANCb. Pada tenaga kesehatan yang pasif disini diberikan kesempatan kepada mereka yang
mengalami masalah untuk berkonsultasic. Tenaga kesehatan harus mampu mengenali keadaan yang ada di seputar ibu hamil atau
pasca salin yaitu suami atau mertua ibu, keluarga ibu dan faktor pengunjung lainnya.17. Rasa aman dan nyaman selama hamil
Peran keluarga khususnnya suami sangat diperlukan bagi seorang permpuan hamil.
Keterlibatan dan dukungan yang diberikan suami akan mempererat hubungan antara ayah
dan suami istri. Dukungan yang diperoleh ibu hamil akan membuat lebih tenang dan nyaman
dalam kehamilannya dan mewujudkan suatu kehamilan yang sehat. Dukungan yang dapat
diberikan suami seperti mengantar ibu memeriksakan kehamilannya, memenuhi keinginan
ibu hamil saat mengidam, mengingatkan minum tablet zat besi, maupun membantu ibu
melakukan kegiatan rumah tangga.18. Persiapkan menjadi orang tua
Kehamilan dan peran sebagai orang tua dapat diangap sebagai masa transisi atau peralihan,
terlihat adanya peralihan yang sangat besar akibat kelahiran dan peran yang baru, serta
ketidakpastian yang terjadi sampai peran yang baru ini dapat disatukan dengan anggota
keluarga yang baru, (Asrinah, dkk 2010).19. Persiapan sibling
Untuk mempersiapkan sang kakak dalam menerima kehadiran adiknya dapat dilakukan
dengan cara:a. Menceritakan mengenai calon adik yang disesuaikan dengan usia dan kemampuannya
untuk memahami, tetapi tidak pada usia kehamilan muda karena anak akan cepat bosan.b. Jangan sampai dia mengetahui tentang calon adiknya dari orang lain.c. Berikan dia merasa ada gerakan dan bunyi jantung si adiknya.d. Gunakan gambar-gambar mengenai cara perawatan bayi.e. Sediakan buku yang menjelaskan dengan mudah tentang kehamilan, persalinan, dan
perawatan bayi.f. Berikan kesempatan suami untuk turut mengurusinya agar anak sadar bahwa bukan
hanya ibu yang dapat menyiapkan makananya atau menemani tidurnya, tetapi ayah
juga.g. Perlihatkan cinta ibu dan ayah kepada kakak tertua tanpa membedakan dan anak tidak
merasa dibedakan, (Pantiawati, 2010).20. Ketidaknyamanan dan cara mengatasinya dalam proses kehamilan
Ketidaknyamanan dan cara mengatasinya dalam proses kehamilan terjadi perubahan
sistem dalam tubuh ibu yang semuanya membutuhkan suatu adaptasi, baik fisik maupun
psikologi. Dalam proses adaptasi tersebut tidak jarang ibu akan mengalami hal fisiologis,
namun tetap perlu diberikan suatu pencegahan dan perawatan. Ketidak nyaman masa hamil
dan cara mengatasinya dalam trimester III:a. Sering buang air kecil
1) Kurang asupan karbohidrat murni dan makanan yang mengandung gula.2) Batasi minuman teh, kopi, dan soda.
3) Penurunan kepala janin masuk ke PAP sehingga kepala janin menekan vesica
urinaria.4) Kurangi minum pada malam hari agar tidak mengurangi istrahat malam ibu.
b. Haemoroid1) Makan makanan yang berserat, buah dan sayuran serta banyak minuman air putih
dan sari buah2) Lakukan senam hamil untuk mengatasi haemoroid3) Jika haemoroid menonjol keluar, oleskan lotion witch hazel.
c. Keputihan1) Tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari 2) Memakai pakaian dalam dari bahan katun dan mudah menyerap 3) Tingkatkan daya tahan tubuh dengan makan buah dan sayur
d. Keringat bertambah secara perlahan terus meningkat sampai akhir kehamilan.1) Pakailah pakaian yang tipis dan longgar2) Tingkatkan asupan cairan3) Mandi secara teratur
e. Sambelit 1) Minum 3 liter cairan tiap hari terutama air putih atau sari buah 2) Makan makanan yang mengandung banyak serat dan vitamin C 3) Lakukan senam hamil4) Membiasakan membuang air besar secara teratur
f. Kram pada kaki1) Rendam kaki dengan air yang telah diberi minyak esensial siprus2) Kurangi konsumsi susu yang kandungan frostatnya tinggi3) Latihan dorsofleksi pada kaki
g. Sesak nafas1) Merentangkan tangan diatas kepala serta menarik nafas panjang 2) Mendorong postur tubuh yang baik
h. Pusing atau sakit kepala1) Bangun secara pelahan dan posisi istrahat2) Hindari berbaring dalam posisi terlentang
i. Sakit punggung pada bagian atas dan bawah1) Posisi atau sikap tubuh yang baik selama melakukan aktifitas2) Hindari mengangkat barang yang berat3) Gunakan bantal saat tidur untuk meluruskan punggung
j. Varises pada kaki1) Istirahat dengan menaikan kaki setinggi mungkin untuk membalikan efek gravitasi2) Jaga agar kaki tidak bersilang3) Hindari berdiri atau duduk terlalu lama, (Romauli 2011)
21. Pemeriksaan HB pada ibu hamilMenurut Rejang (2009), pemeriksaan HB pada ibu hamil dilakukan pada Trimester I
dan Trimester III untuk mengetahui kadar sel darah merah pada ibu hamil, dan pada UK 32
minggu keatas ibu hamil mengalami hemodulusi atau pengenceran darah pada ibu hamil.
Sehingga dapat mencegah terjadinya anemia pada kehamilan. Pada kasus ini terjadi
kesejangan antara teori dengan praktek karena ibu tidak melakukan pemeriksaan HB pada
TM I dan TM III yang berdampak tidak dapat mengatasi secara dini apakah ibu hamil
mengalami anemia selama kehamilan atau tidak.1. Tanda bahaya kehamilan Trimester III
Tanda bahaya kehamilan perlu diketahui oleh klien terutama yang mengancam keselamatan
ibu maupun janin yang dikandungnya, antara lain sebagai berikut:a. Pendarahan jalan jauh
Pendarahan yang tidak normal adalah berwarna merah, jumlah pengeluaran banyak, serta
disertai dengan rasa nyeri.b. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala sering merupakan ketidak nyamanan yang normal dalam kehamilan, sakit
kepala menunjukan suatu masalah serius adalah sakit kepala yang menetap dan tidak
hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala hebat ibu mungkin
menemukan pengelihatannya menjadi kabur dan berbahaya.
c. Pengelihatan kaburWanita hamil sering mengeluh pengelihatan kabur karena pengaruh dari hormonal,
ketajaman pengelihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan.d. Bengkak di wajah dan jari-jari tangan
Bengkak bisa menunjukkan masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak
hilang setelah beristrahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain.e. Keluar cairan pervaginaan
Keluar cairan berupa air-air dari vagina pada Trimester III, ketuban dinyatakan pecah dini
jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat
terjadi pada kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37 minggu) maupun pada kehamilan
aterm.f. Gerakan janin tidak terasa
Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan TM III, normalnya ibu merasakan
gerakan janin pada usia kehamilan 5 bulan atau 6 bulan, beberapa ibu dapat merasakan
gerakan bayinya lebih awal. Gerakan janin akan lebih mudah terasa apabila ibu berbaring,
beristrahat dan minum dengan baik.g. Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri abdomen yang berhubungan dengan persalinan adalah normal. Nyeri abdomen
yang kemungkinan menimbulkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah
yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristrahat, (Saryono, 2010).
2.1.3. Faktor Risiko dalam KehamilanYang dimaksud faktor risiko tinggi adalah keadaan pada ibu, baik berupa faktor biologis
maupun non-biologis, yang biasanya sudah dimiliki ibu sejak sebelum hamil dan dalam
kehamilan yang akan/mungkin memudahkan timbulnya gangguan lain. Faktor itu bisa
digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor medis dan faktor non medis. Faktor medis meliputi,
usia, paritas, graviditas, jarak kehamilan, riwayat kehamilan dan persalinan, dan faktor non
medis adalah pengawasan antenatal (Manuaba, 2010).Sarwono (2010) mengemukakan batasan faktor risiko pada ibu hamil ada 3 kelompok
yaitu:
1. Kelompok Faktor risiko I (ada potensi gawat obstetri), seperti primipara muda terlalu muda
umur kurang dari 16 tahun, primi tua, terlalu tua, hamil pertama umur 35 tahun atau lebih,
primi tua sekunder, terlalu lama punya anak lagi, terkecil 10 tahun lebih, anak terkecil < 2
tahun, grande multi, hamil umur 35 tahun atau lebih, tinggi badan kurang dari 145 cm,
riwayat persalinan yang buruk, pernah keguguran, pernah persalinaan premature, riwayat
persalinan dengan tindakan ( ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, operasi (seksio sesarea).
eteksi ibu hamil berisiko kelompok I ini dapat ditemukan dengan mudah oleh petugas
kesehatan melalui pemeriksaan sederhana yaitu wawancara dan periksa pandang pada
kehamilan muda atau pada saat kontak.
2. Kelompok Faktor Risiko II (ada gawat obstetri), ibu hamil dengan penyakit, pre-
eklamsia/eklamsia, hamil kembar atau gamelli, kembar air atau hidramnion, bayi mati dalam
kandungan, kehamilan dengan kelainan letak, serta hamil lewat bulan. Pada kelompok faktor
resiko II ada kemungkinan masih membutuhkan pemeriksaan dengan alat yang lebih canggih
(USG) oleh dokter Spesialis di Rumah Sakit.
3. Kelompok Faktor Risiko III (ada gawat obstetri), perdarahan sebelum bayi lahir, pre eklamsia
berat atau eklampsia. Pada kelompok faktor risiko III, ini harus segera di rujuk ke rumah sakit
sebelum kondisi ibu dan janin bertambah buruk/jelek yang membutuhkan penanganan dan
tindakan pada waktu itu juga dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya yang
terancam.
Adapun faktor-faktor risiko yang dapat memengaruhi kesehatan kehamilan:1. Usia
Usia ibu hamil dikelompokkan sebagai berikut:a. Usia < 16 tahun (terlalu muda untuk hamil)
Ibu hamil pertama umur ≤ 6 tahun, rahim dan panggul belum tumbuh mencapai ukuran
dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Selain
itu mental ibu belum cukup dewasa. (Sarwono, 2010)b. Usia 20 - 35 tahun (usia reproduksi)
Usia ibu sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi. Dalam kurun waktu reproduksi
sehat diketahui bahwa usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20 - 35
tahun, dimana organ reproduksi sudah sempurna dalam menjalani fungsinya (BKKBN,
2009).
c. Usia > 35 tahun (terlalu tua untuk hamil)Yang dimaksud dengan terlalu tua adalah hamil diatas usia 35 tahun, kondisi kesehatan ibu
dan fungsi berbagai organ dan sistem tubuh diantaranya otot, syaraf, endokrin dan
reproduksi mulai menurun. Pada usia lebih dari 35 tahun terjadi penurunan curah jantung
yang disebabkan kontraksi miokardium. Ditambah lagi dengan tekanan darah dan penyakit
lain yang melemahkan kondisi ibu, sehingga dapat mengganggu sirkulasi darah ke janin
yang berisiko meningkatkan komplikasi medis pada kehamilan, antara lain : keguguran,
eklamsia dan perdarahan.2. Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable). Jenis
paritas bagi ibu yang sudah partus antara lain yaitu : a) Nullipara adalah wanita yang belum
pernah melahirkan bayi yang mampu hidup; b) Primipara adalah wanita yang pernah satu kali
melahirkan bayi yang telah mencapai tahap mampu hidup; c) Multipara adalah wanita yang
telah melahirkan dua janin viabel atau lebih; d) Grandemultipara adalah wanita yang telah
melahirkan lima anak atau lebih. Pada seorang grande multipara biasanya lebih banyak
penyulit dalam kehamilan dan persalinan (Prawiroharjo, 2012). Lebih lanjut Sulaiman (2010)
mengklasifikasikan paritas adalah sebagai berikut:
a. Primiparitas adalah kelahiran bayi hidup untuk pertama kali dari seorang wanita
b. Multiparitas atau pleuriparitas adalah kelahiran bayi hidup dua kali atau lebih dari
seorang wanita.
c. Grande-multiparitas adalah kelahiran 5 orang anak atau lebih dari seorang wanita.
Paritas merupakan salah satu faktor resiko pada kehamilan. Kehamilan risiko tinggi
lebih banyak terjadi pada multipara dan grandemultipara, dimana pada multipara dan
grandemultipara keadaan endometrium pada daerah korpus uteri sudah mengalami
kemunduran dan berkurangnya vaskularisasi. Hal ini terjadi karena degenerasi dan nekrosis
pada bekas luka implantasi plasenta pada kehamilan sebelumnya didinding endometrium.
Adanya kemunduran fungsi dan berkurangnya vaskularisasi pada daerah endometrium
menyebabkan daerah tersebut menjadi tidak subur dan tidak siap menerima hasil konsepsi,
sehingga pemberian nutrisi dan oksigenisasi kepada hasil konsepsi kurang maksimal dan
mengganggu sirkulasi darah ke janin. Hal ini akan berisiko pada kehamilan dan persalinan.3. Jarak kehamilan
Jarak kehamilan adalah suatu pertimbangan untuk menentukan kehamilan yang pertama
dengan kehamilan berikutnya (Depkes RI, 2009).
a. Kehamilan dengan jarak < 2 tahun
Pada kehamilan dengan jarak < 2 tahun keadaan endometrium mengalami
perubahan.Perubahan ini berkaitan dengan persalinan sebelumnya yaitu timbulnya
thrombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta (Mansjoer, 2009).
Adanya kemunduran fungsi dan berkurangnya vaskularisasi pada daerah endometrium
pada bagian korpus uteri mengakibatkan daerah tersebut kurang subur sehingga
kehamilan dengan jarak < 2 tahun dapat menimbulkan kelainan yang berhubungan
dengan letak dan keadaan plasenta.
b. Kehamilan dengan jarak 2-4 tahun
Pada kehamilan dengan jarak 2-4 tahun keadaan endometrium yang semula mengalami
thrombosis dan nekrosis karena pelepasan plasenta dari dinding endometrium (korpus
uteri) telah mengalami pertumbuhan dan kemajuan endometrium. Dinding-dinding
endometrium mulai regenerasi dan sel epitel kelenjar-kelenjar endometrium mulai
berkembang. Bila pada saat ini terjadi kehamilan endometrium telah siap menerima sel-
sel dan memberikan nutrisi bagi pertumbuhan sel telur.
c. Kehamilan dengan jarak > 4 tahun
Pada kehamilan dengan jarak > 4 tahun sel telur yang dihasilkan sudah tidak baik,
sehingga bisa menimbulkan kelainan-kelainan bawaan seperti sindrom down dan pada
saat persalinan pun berisiko terjadi perdarahan post partum. Hal ini disebabkan otot-otot
rahim tidak selentur dulu, hingga saat harus mengkerut kembali bisa terjadi gangguan
yang berisiko seperti haemoragic post partum (HPP), dan risiko terjadi pre eklamsia dan
eklamsia juga sangat besar karena terjadi kerusakan sel-sel endotel.
2.2. Kunjungan Antenatal care (ANC)2.2.1. Pengertian Kunjungan Antenatal care (ANC)
Pelayanan Antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama
masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan
dalam standar pelayanan kebidanan (SPK) (Depkes, 2015).Kunjungan Ante natal care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.
Pada setiap kunjungan antenatal care (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data
mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis
kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifuddin, 2012). Asuhan
Antenatal merupakan suatu program dari pelayanan kesehatan obstetrik yang mempunyai upaya
preventif untuk mengoptimalisasi luaran maternal maupun neonatal melalui kegiatan
pemantauan yang dilakukan secara rutin pada saat kehamilan (Prawirohardjo, 2014). Kunjungan pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu bentuk perilaku. Menurut
Lawrence Green, faktor-faktor yang memengaruhi perilaku ada 3 yaitu : faktor predisposisi
(predisposing factor), faktor pendukung (enabling factor), dan faktor pendorong (reinforcing
factor). Yang termasuk faktor predisposisi (predisposing factor) diantaranya: pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi, keyakinan, nilai dan motivasi. Sedangkan yang termasuk faktor pendukung
(enabling factor) adalah ketersediaan fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan dan yang
terakhir yang termasuk faktor pendorong (reinforcing factor) adalah sikap dan perilaku petugas
kesehatan, informasi kesehatan baik literature, media, atau kader (Natoatmodjo, 2012). Dimana
motivasi merupakan gejala kejiwaan yang direfleksikan dalam bentuk prilaku karena motivasi
merupakan dorongan untuk bertindak untuk mencapai tujuan tertentu, dalam keadaan ini tujuan
ibu hamil adalah agar kehamilannya berjalan normal dan sehat.Ante natal care (ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor risiko
kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal care untuk mendeteksi dini
terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka
kematian ibu dan memantau keadaan janin. Idealnya bila tiap wanita hamil mau memeriksakan
kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan
timbul pada kehamilan tersebut cepat diketahui, dan segera dapat diatasi sebelum berpengaruh
tidak baik terhadap kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan antenatal care
(Winknjosastro, 2010). Apabila ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, maka tidak
akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami keadaan risiko tinggi
dan komplikasi obstetri yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan janinnya. Dan dapat
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Saifuddin, 2010).2.2.2. Tujuan asuhan Antenatal care
Tujuan dilakukannya ANC adalah untuk mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik,
mental ibu dan bayi, serta mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis, bedah, maupun
obstetric, mengembangkan persiapan persalinan, membantu menyiapkan ibu untuk menyusui,
merawat anak secara fisik, psikologi dan social (Kusmiati, 2011). Lebih lanjut Prawirohardjo
(2014) menyatakan bahwa tujuan asuhan antenatal antara lain:1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi.2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.3. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembidanan.4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayi
dengan trauma seminimal mungkin.5. Mempersiapkan agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayinya agar dapat
tumbuh kembang secara normal 2.2.3. Standar Pelayanan Antenatal care
Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal care, ada sepuluh standar pelayanan yang
harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 10 T. Pelayanan atau
asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2012):
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Pemeriksaan tekanan darah
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
4. Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila
diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
8. Test laboratorium (rutin dan khusus)
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) serta KB paska persalinan.
2.2.4. Jadwal Pemeriksaan Antenatal care Trimester IIIMenurut Manuaba (2010), jadwal pemeriksaan antenatal care trimester III adalah sebagai
berikut:1. Setiap dua minggu sekali sampai ada tanda kelahiran2. Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan3. Diet empat sehat lima sempurna4. Pemeriksaan ultrasonografis5. Imunisasi tetanus II6. Observasi adanya penyakit yang menyertai kehamilan, komplikasi hamil trimester ketiga7. Rencana pengobatan8. Nasihat tentang tanda inpratu, kemana harus datang untuk melahirkan
2.2.5. Standar Kunjungan Antenatal care Depkes (2009) merumuskan kebijakan program pelayanan antenatal care menetapkan
frekuensi kunjungan antenatal care sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilam,
dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Minimal satu kali pada trisemester pertama (K1) hingga usia kehamilan 14 minggu,
tujuannya:
a. Penapisan dan pengobatan anemia
b. Perencanaan Persalinan
c. Pengenalan Komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
2. Minimal satu kali pada trisemester kedua (K2) 14 – 28 Minggu, tujuannya:
a. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
b. Penapisan preeklamsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan
c. Mengulang perencanaan persalinan
3. Minimal dua kali pada trisemester ketiga (K3 dan K4) 28-36 Minggu dan setelah 36 minggu
sampai lahir, tujuannya:
a. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
b. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
c. Memantapkan rencana persalinan
d. Mengenali tanda-tanda persalinan
2.3. Konsep Berat Bayi Lahir2.3.1. Pengertian Berat Bayi Lahir
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari (Kementerian Kesehatan
RI, 2010). Bayi baru lahir adalah bayi berusia satu jam yang lahir pada usia kehamilan 37-42
minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram (Dewi, 2010).
Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu 1 jam pertama
setelah lahir. Hubungan antara berat lahir dengan umur kehamilan, berat bayi lahir dapat
dikelompokan: bayi kurang bulan (BKB), yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi < 37
minggu (259 hari). Bayi cukup bulan (BCB), bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara
37-42 minggu (259-293 hari), dan Bayi lebih bulan (BLB), bayi yang dilahirkan dengan masa
gestasi > 42 minggu (294 hari) (Kosim et al., 2014).
2.3.2. Ciri-ciri Bayi Lahir Normal
Menurut Kristiyanasari (2010) ciri-ciri bayi lahir normal antara lain:
1. Berat badan lahir 2500-4000 gram
2. Panjang badan lahir 48-52 cm
3. Lingkar dada 30-38 cm
4. Lingkar kepala 33-35 cm
5. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180 x/menit, kemudia menurun sampai
120-140 kali/menit
6. Pernafasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit kemudian menurun setelah
tenang kira-kira 40 kali/menit
7. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subtan cukup terbentuk dan dilliputi vernix caseosa
8. Rambut lanugo tidak terliat rambut kepala sudah sempurna
9. Kuku telah agak panjang dan lemas
10. Testin sudah turun
11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12. Feklek moro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan seperti
memeluk
13. Graff reflek sudah baik, apabila diletakkan sesuatu benda di atas telapak tangan, bayi akan
menggengam atau adanya gerakan reflek
14. Eliminasi baik, urin dan mekoneum akan keluar dalam 24 jam pertama mekoneum berwarna
hitam kecoklatan
2.3.3. Klasifikasi Berat Bayi Lahir
Menurut Kosim et al., (2014) Bayi aterm berdasarkan berat badan dapat dikelompokan
menjadi:
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Berat yang dilahirkan dengan berat lahir <2500 gram tanpa memandang usia gestasi
(Kosim et al., 2014). Menurut Prawirohardjo (2014), BBLR adalah neonatus dengan berat
badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram). Dahulu bayi ini
dikatakan prematur kemudian disepakati disebut low birth weight infant atau Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR). Karena bayi tersebut tidakselamanya prematur atau kurang bulan
tetapi dapat cukup bulan maupun lebih bulan.
2. Bayi Berat Lahir Normal Bayi baru lahir normal adalah bayi aterm dari kehamilan sampai 42
minggu dan berat badan lahir 2500-4000 gram.
2.3.4. Faktor Berat Bayi Lahir Rendah
Beberapa faKtor penyebab berat bayi lahir rendah antara lain:
1. Faktor Ibu
a. Gizi saat hamil yang kurang
Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin. Penentuan
status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikkan
berat badan selama hamil. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat memengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian
neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan)
lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-
rata 0,3-0,5 kg/minggu. Bila dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat badan
selama hamil muda 5 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-masing bertambah 5
kg. Pada akhir kehamilan, pertambahan berat badan total adalah 9-12 kg. Bila terdapat
kenaikan berat badan yang berlebihan, perlu dipikirkan adanya risiko bengkak, kehamilan
kembar, hidroamnion, atau anak besar. Indikator lain untuk mengetahui status gizi ibu
hamil adalah dengan mengukur lingkar lengan atas (LLA). LLA kurang dari 23,5 cm
merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang/ buruk. Ibu berisiko untuk
melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Dengan demikian, bila hal ini
ditemukan sejak awal kehamilan, petugas dapat memotivasi ibu agar ia lebih
memperhatikan kesehatannya (Hidayati, 2017).
b. Umur
Berat badan lahir rendah juga berkolerasi dengan usia ibu. Persentase tertinggi bayi
dengan berat badan lahir rendah terdapat pada kelompok remaja dan wanita berusia lebih
dari 40 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum
matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung
pada orang lain. Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari
20 tahun. Remaja seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini terjadi
karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien
wanita dewasa.
Pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya
serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat memengaruhi janin intra uterin
dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran
BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20
sampai 35 tahun (Hidayati, 2017).
c. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang
baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum
pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di
bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada
trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta
dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (Hidayat, 2012).
d. Paritas Ibu
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena keadaan
rahim biasanya sudah lemah (Hidayat dan Uliyah, 2012)
e. Penyakit menahun ibu
1) Asma bronkiale
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya
serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen (O2) atau hipoksia. Keadaan
hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin, dan sering terjadi
keguguran, persalinan premature atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan
(Hidayati, 2017).
2) Infeksi saluran kemih dengan bakteriuria tanpa gejala (asimptomatik)
Frekuensi bakteriuria tanpa gejala kira-kira 2-10%, dan dipengaruhi oleh paritas,
ras, sosio-ekonomi wanita hamil tersebut. Beberapa peneliti mendapatkan adanya
hubungan kejadian bakteriuria dengan peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan,
persalinan premature, gangguan pertumbuhan janin, dan pre-eclampsia (Hidayati,
2017).
3) Hipertensi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi
sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan persalinan,
hipertensi dalam kehamilan menjadi penyebab penting dari kelahiran mati dan kematian
neonatal. Ibu dengan hipertensi akan menyebabkan terjadinya insufisiensi plasenta,
hipoksia sehingga pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi kelahiran prematur.
Hipertensi pada ibu hamil merupakan gejala dini dari pre-eklamsi, eklampsi dan
penyebab gangguan pertumbuhan janin sehingga menghasilkan berat badan lahir rendah
(Hidayati, 2017).
f. Gaya hidup
Konsumsi obat-obatan pada saat hamil: Peningkatan penggunaan obatobatan (11-
27% wanita hamil, bergantung pada lokasi geografi) telah mengakibatkan makin tingginya
insiden kelahiran premature, BBLR, efek kongenital, ketidakmampuan belajar, dan gejala
putus obat pada janin. Konsumsi alkohol pada saat hamil: Penggunaan alkohol selama
masa hamil dikaitkan dengan keguguran (aborsi spontan), retardasi mental, BBLR dan
sindrom alkohol janin (Bobak et al., 2012).
2. Faktor Kehamilan
Faktor kehamilan meliputi:
a. Pre-eklampsia/Eklampsia
Pre-eklampsia/Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin
dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-
eklampsia/Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta,
sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya
perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang
(Zulaikha, 2010).
b. Ketuban Pecah Dini
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
Pada persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau dipecahkan setelah
pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam
obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu
(Zulaikha, 2010).
c. Hidramnion
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah keadaan di
mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Gejala hidramnion terjadi semata-mata
karena faktor mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang besar kepada organ-organ
seputarnya. Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena
dapat membahayakan ibu dan anak. Prognosis anak kurang baik karena adanya kelainan
kongenital, prematuritas, prolaps funikuli dan lain-lain.
d. Hamil ganda/Gemeli
Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada janin pada
kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai kehamilan 30 minggu
kenaikan berat badan janin kembar sama dengan janin kehamilan tunggal. Setelah itu,
kenaikan berat badan lebih kecil, mungkin karena regangan yang berlebihan menyebabkan
peredaran darah plasenta mengurang. Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-
rata 1000 gram lebih ringan daripada janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi aterm
umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram. Suatu faktor penting dalam hal
ini ialah kecenderungan terjadinya partus prematurus (Hani, 2010).
e. Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu
hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan (Saifuddin, 2012). Komplikasi
utama dari perdarahan antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia yang
menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang menyebabkan gangguan ke
plasenta yang mengakibatkan anemia pada janin bahkan terjadi intrauterin yang
mengakibatkan kematian janin intrauterin. Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi
berat badan lahir rendah, sindrom gagal napas dan komplikasi asfiksia (Wiknjosastro,
2010).
3. Faktor janin
Faktor janin meliputi:
a. Cacat Bawaan (kelainan kongenital)
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang
timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan
kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi
kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang
mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya
(Wiknjosastro, 2010).
b. Infeksi Dalam Rahim
Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati dalam
mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin dapat
terganggu atau berkurang. Oleh karena itu, pengaruh infeksi hepatitis menyebabkan
abortus atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim. Wanita hamil dengan
infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi
berat lahir rendah, cacat bawaan dan kematian janin (Wiknjosastro, 2010)
4. Faktor Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi ini meliputi:
a. Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah upaya persuasi atau pembelajaran yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat
sehingga mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi
masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini
didasarkan kepada pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran
(Notoatmodjo, 2012).
Rendahnya pendidikan dan pengetahuan berpengaruh pada tingkat kesadaran dan
kesehatan, pencegahan penyakit (wanita dengan tingkat pendidikan yang tinggi
cenderung lebih memperhatikan kesehatan dalam dan keluarganya (Syafrudin & Mariam,
2010).
b. Pendapatan
Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah tingkat
sosial ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga. Kemampuan keluarga untuk
membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga,
harga bahan makanan itu sendiri, serta tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan
pekarangan. Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar kurang dapat
memenuhi kebutuhan makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam
tubuhnya (Fikawati & Shafiq, 2012).
Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas
hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik makanan yang
diperoleh. Dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase
dari penghasilan tersebut untuk membeli daging, buah, sayuran dan beberapa jenis bahan
makanan lainnya (Fikawati & Shafig, 2012)
2.4. Penelitian Terdahulu
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan topik dalam penelitian ini dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Penelitian yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh saudari Ernawati, dkk di
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik (Ex Pusat Penelitian dan
Pengembangan Gizi dan Makanan) pada tahun 2011 dengan judul Hubungan Antenatal care
Dengan Berat Badan Lahir Bayi Di Indonesia (Analisis Lanjut Data Riskesdas 2010). Hasil dari
penelitian tersebut adalah Hasil analisis lanjut menunjukkan bahwa frekuensi kunjungan
antenatal care berpengaruh nyata terhadap berat badan lahir. Ibu yang melakukan kunjungan
antenatal care minimal 4 kali selama kehamilan mempunyai peluang untuk tidak melahirkan
anak BBLR sebesar 1,8 kali dibandingkan dengan ibu yang melakukan ante natal care kurang
dari 4 kali.
Penelitian yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh saudari Fatimah, dkk di
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2017 dengan judul Hubungan Antenatal care dengan
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah pada Ibu Aterm di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Hasil dari
penelitian tersebut adalah Terdapat hubungan antara frekuensi antental care dengan kejadian
BBLR dan tidak terdapat hubungan antara tenaga kesehatan yang dikunjungi ibu saat ANC
dengan kejadian BBLR.
Penelitian yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh saudari Tanberika &
Rokhanawati di RS PKU Mu-hammadiyah Yogyakarta pada tahun 2010 dengan judul Hubungan
Frekuensi Antenatal care Dengan Berat Bayi Lahir Rendah Di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Tahun 2009. Hasil dari penelitian tersebut adalah Kejadian berat bayi lahir rendah
pada ibu bersalin di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang melakukan kunjungan antenatal
care tidak sesuai dengan K4 sebanyak 27 responden (52.9%) dan yang sesuai sebanyak 24
responden (47.1%). Frekuensi kunjungan antenatal care yang tidak sesuai di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta sebanyak 31 responden (60.8%) dan yang sesuai sebanyak 20
responden (39.2%). Frekuensi kunjungan ANC tidak sesuai dengan standar BBLR sebesar
60.8%, sehingga terdapat hubungan frekuensi antenatal care dengan kejadian Berat Bayi Lahir
Rendah di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dibutktikan dengan nilai (χ2) sebesar 6.638 sig
0,010 (p < 0,05). Besarnya faktor risiko frekuensi kunjungan antenatal care dengan kejadian
berat bayi lahir rendah dibuktikan dengan nilai Odd Ratio (OR) sebesar 2.842 sehingga dapat
diartikan bahwa frekuensi ANC tidak sesuai mempunyai resiko 2,8 kali > besar untuk terjadinya
berat badan bayi lahir rendah.
Top Related