Download - BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

Transcript
Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Triase

2.1.1 Definisi Triase

Triase berasal dari bahasa Prancis trier bahasa Inggris triage dan

diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir yaitu

proses khusus memilah pasien berdasarkan beratnya cedera atau pe

nyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kini istilah

tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep

pengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatu cara yang

memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta

fasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang yang

memerlukan perawatan di IGD setiap tahunnya (Andara, 2019).

Triase adalah suatu tindakan pemilihan pasien berdasarkan pada

tingkat kegawatannya, keparahanya dan cidera yang diprioritaskan

apakah ada atau tidaknya gangguan seperti Airway (A), Breathing

(B), dan Circulation (C) dengan mempertimbangkan sumber daya

manusia, sarana dan probabilitas hidup pasien (Kartikawati, 2013).

Dari pengertian tersebut maka triase dapat didefinisikan sebagai

upaya pengelompokkan pasien secara cepat dengan memperhatikan

gejala berupa berat atau ringannya cedera yang dialami pasien ada

atau tidaknya gangguan Airway, Breathing, dan Circulation.

2.1.2 Tujuan Triase

Tujuan Triase adalah memberikan petolongan secara cepat, tepat

terutama pada korban dalam keadaan kritis atau emergensi yang

memerlukan tindakan segera sehingga nyawa korban dapat

diselamatkan (Garbez, et all. 2011).

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase
Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

9

Tujuan triase menurut Nusdin (2020) antara lain :

2.1.2.1 Mengidentifikasi kondisi pasien atau korban yang

mengancam nyawa.

2.1.2.2 Mengidentifikasi cepat pasien yang memerlukan stabilisasi

segera.

2.1.2.3 Memprioritaskan pasien menurut kondisi keakurat yang

dialami pasien

2.1.2.4 Mengurangi jatuhnya korban jiwa dan kecacatan.

2.1.2.5 Mengidentifikasi pasien yang hanyar dapat diselamatkan

dengan pembedahan.

2.1.2.6 Bertindak dengan cepat dan waktu yang tepat serta

melakukan yang terbaik untuk pasien.

2.1.3 Prinsip dalam pelaksanaan triase

Menurut Andara, (2019) prinsip – prinsip triase terbagi menjadi 6

yaitu:

2.1.3.1 Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu

kemampuan berespon dengan cepat terhadap kemungkinan

penyakit yang mengancam kehidupan atau injuri adalah hal

yang terpenting di departemen kegawatdaruratan.

2.1.3.2 Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat

Intinya, ketelitian dan keakuratan adalah elemen yang

terpenting dalam proses interview.

2.1.3.3 Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian

Keselamatan dan perawatan pasien yang efektif hanya dapat

direncanakan bila terdapat informasi yang adekuat serta data

yang akurat.

2.1.3.4 Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dari kondisi

Tanggung jawab utama seorang perawat triase adalah

mengkaji secara akurat seorang pasien dan menetapkan

prioritas tindakan untuk pasien tersebut. Hal tersebut

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

10

termasuk intervensi terapeutik, prosedur diagnostic dan tugas

terhadap suatu tempat yang dapat diterima untuk suatu

pengobatan.

2.1.3.5 Tercapainya kepuasan pasien

a. Perawat triase seharusnya memenuhi semua yang ada di

atas saat menetapkan hasil secara serempak dengan pasien.

b. Perawat membantu dalam menghindari keterlambatan

penanganan yang dapat menyebabkan keterpurukan status

kesehatan pada seseorang yang sakit dengan keadaan

kritis.

c. Perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien

dan keluarga atau temannya.

2.1.3.6 Pengambilan keputusan dalam proses triage dilakukan

berdasarkan :

a. Ancaman jiwa mematikan dalam hitungan menit.

b. Dapat mati dalam hitungan jam.

c. Trauma ringan.

d. Sudah meninggal

2.1.4 Klasifikasi Triase

Klasifikasi triase dibagi menjadi beberapa level tingkat keperawatan.

Tingkat level keperawatan didasarkan pada tingkat kegawatan,

tingkat prioritas, tingkat kedaruratan, tingkat keakutan, dan lokasi

kejadian. Berikut 5 klasifikasi triase menurut Mardalena (2016):

2.1.4.1 Klasifikasi Kegawatan Triase

Berdasarkan (Oman, 2008 dalam Andara safery wijaya,

2019), pengambilan keputusan triage di dasarkan pada

keluhan utama, riwayat medis, dan data objektif yang

mencakup keadaan umum pasien serta hasil pengkajian fisik

yang terfokus. Penentuan triase didasarkan pada kebutuhan

fisik, tumbuh kembang dan psikososial selain pada faktor-

faktor yang mempengaruhi akses pelayanan kesehatan serta

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

11

alur pasien lewat sistem pelayanan kedaruratan. Hal - hal

yang harus dipertimbangkan mencakup setiap gejala ringan

yang cenderung berulang atau meningkat keparahannya.

Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam sistem

triage adalah kondisi klien yang meliputi :

a. Gawat

Suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan

yang memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat.

b. Darurat

Suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi

memerlukan penanganan cepat dan tepat seperti

kegawatan.

c. Gawat darurat

Suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh

gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing /

pernafasan, Circulation / sirkulasi), jika tidak ditolong

segera maka dapat meninggal / cacat .

2.1.4.2 Klasifikasi Tingkat Prioritas

Klasifikasi triase dari tingkat keutamaan atau prioritas, di

bagi menjadi 4 warna. Klasifikasi prioritas ditandai dengan

beberapa tanda warna. Berikut beberapa warna yang sering

digunakan untuk triase (Mardalena, 2016):

a. Biru

Warna biru digunakan untuk menandai pasien yang harus

segera atau ditangani dan tingkat prioritas pertama. Warna

biru menandakan bahwa pasien dalam keadaan

mengancam jiwa yang menyerang bagian vital. Pasien

yang bertanda biru, jika tidak segera ditangani dapat

menyebabkan kematian. Berikut termasuk prioritas

pertama (warna biru) diantaranya adalah sumbatan, henti

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

12

nafas (frekuensi nafas <10x/menit), sianosis, henti

jantung, nadi tidak teraba, pucat, akral dingin, dan GCS

<8.

b. Merah

Warna merah digunakan untuk menandai pasien yang

harus segera atau ditangani dan tingkat prioritas pertama

setelah triase biru.Warna merah menandakan bahwa

pasien dalam keadaan mengancam jiwa, prioritas pertama

(warna merah) diantaranya adalah frekuensi

nafas>32x/menit, suara nafas mengi, nadi terasa lemah,

nadi <50x/menit>150x/menit, pucat, akral dingin, CRT<2

detik, dan GCS 9-12.

c. Kuning

Pasein yang diberi tanda kuning juga berbahaya dan harus

segera atau cepat untuk ditangani. Akan tetapi, tanda

kuning menjadi tingkat prioritas kedua setelah tanda

merah. Dampak jika tidak segera ditangani, akan

mengancam fungsi vital organ tubuh bahkan mengancam

nyawa. Prioritas pertama (warna kuning) diantaranya

adalah frekuensi nafas >24- 32 x/ menit, suara nafas

mengi, tekanan darah sistol > 160mmHg, diastol

>100mmHg dan GCS>12.

Contoh pasien yang terkena luka bakar tingkat II dan III

kurang dari 25% mengalami trauma thorak, trauma bola

mata, dan laserasi luas. Adapun yang termasuk prioritas

kedua, di antaranya yaitu luka bakar pada daerah vital,

seperti kemaluan, luka pada kepala atau subdural hematom

yang ditandai dengan muntah dan perdarahan (seperti di

telinga, mulut dan hidung).

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

13

d. Hijau

Hijau merupakan tingkat prioritas ketiga. Warna hijau

mengisyaratkan bahwa pasien hanya perlu penanganan

dan perawatan biasa. Pasien tidak dalam kondisi gawat

darurat dan tidak dalam kondisi terancam nyawanya.

Pasien yang diberi prioritas warna hijau menandakan

bahwa pasien hanya mengalami luka ringan atau sakit

ringan. Prioritas pertama (warna hijau) diantaranya adalah

frekuensi nafas 16-29x/menit, nadi 8-120x/menit, tekanan

darah sistol 120-160 mmHg, diastole 80-100 mmHg dan

GSC 15. Contoh luka superfisial. Penyakit atau luka yang

masuk ke prioritas hijau adalah fraktur ringan disertai

perdarahan, benturan ringan atau laserasi, histeris, dan

luka bakar ringan.

2.1.4.3 Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Kedaruratan Triase

Menurut Kartikawati (2011) dalam pemberian label pada

pasien dapat diklasifikasikan menjadi berikut:

a. Korban kritis/immediate diberi label merah/kegawatan

yang mengancam nyawa (prioritas 1)

b. Delayed/tertunda diberi label kuning/kegawatan yang

tidak mengancam nyawa dalam waktu dekat (prioritas 2 )

c. Korban terluka yang masih dapat berjalan diberi lebel

hijau atau tidak terdapat kegawatanya atau penangananya

dapat ditunda (prioritas 3). Ada dua cara yang bisa

dilakukan. Pertama secara validitas, yaitu merupakan

tingkat akurasi sistem kedaruratan. Kedua, secara rebilitas

yaitu perawat yang menangani pasien sama dan

menentukan tingkat kedaruratan yang sama pula. Kedua

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

14

cara tersebut sering digunakan untuk menganalisis dan

menentukan kebijakan untuk pasien yang dirawat di IGD.

2.1.4.4 Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Keakutan

Menurut Iyer (2004) dalam Mardalena (2016), menyatakan

pentingnya petunjuk yang dikuasai oleh perawat triage.

Perawat dituntut mampu mengidentifikasi kebutuhan untuk

klasifikasi prioritas tinggi seperti perdarahan aktif, nyeri

hebat, gangguan emosi, stupor, diaphoresis, dispnea saat

istirahat, tanda-tanda vital di luar batas normal dan sianosis.

Klasifikasi triage berdasarkan tingkat keakutan dibagi ke 5

tingkatan, sebagai berikut (Mardalena, 2016):

a. Kelas I

Kelas satu meliputi pasien yang masih mampu menunggu

lama tanpa menyebabkan bahaya dan tidak mengancam

nyawa. Contohnya seperti pasien mengalami memar

minor.

b. Kelas II

Pasien termasuk kelas dua adalah penyakit ringan, yang

tidak membahayakan diri pasien. Contohnya seperti flu,

demam biasa, atau sakit gigi.

c. Kelas III

Pasien yang berada di kelas tiga, pasien berada dalam

kondisi semakin mendesak. Pasien tidak mampu

menunggu lebih lama. Contohnya seperti pasien yang

mengalami otitis media.

d. Kelas IV

Adapun pasien yang tidak mampu menahak kurang dari

dua jam dikategorikan kelas IV. Pasien hanya mampu

bertahan selama pengobatan, sebelum ditindaklanjuti.

Pasien kelas IV ini termasuk urgen dan mendasar.

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

15

Contohnya seperti penderita asma, fraktur panggul dan

laserasi berat.

e. Kelas V

Pasien yang berada di kelas V adalah pasien gawat

darurat. Apabila pasien diobati terlambat, dapat

menyebabkan kematian. Contohnya seperti syok, henti

jantung, dan gagal jantung.

2.1.4.5 Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Kejadian

Triage yang digunakan dalam rumah sakit meliputi beberapa

poin sebagai berikut (Mardalena, 2016):

a. Triage Pre-Hospital

Triage Pre-Hospital merupakan tindakan penyelamatan

pasien yang sedang mengalami gangguan medis atau

trauma. Triage ini juga mampu mengurangi resiko cedera

atau luka yang lebih parah. Triage pre-hospital digunakan

sebagai upaya awal perawat untuk menggali data pasien.

Triage pre-hospital memiliki keterbatasan staf medis.

contohnya dalam satu ambulans hanya terdapat dua

perawat dan kondisi pasien yang membutuhkan banyak

alat dan obat-obatan yang lebih lengkap, tindakan perawat

yang cepat tanggap dengan keterbatasan alat dan obat

selama di ambulans inilah yang disebut dengan istilah pre-

hospital care.

Contohnya pada saat kondisi bencana alam. Perawat tidak

boleh berhenti saat melakukan pengkajian kecuali untuk

mengamankan jalan napas dan menghentikan perdarahan

yang terjadi. Selain melakukan triage (pemilahan korban),

penolong lain akan melakukan follow up dan perawatan

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

16

jika diperlukan di lokasi. Apabila penolong lain sudah tiba

di lokasi kejadian, maka korban akan dilakukan re-triage

(dengan pemeriksaan yang lebih lengkap untuk mengenali

kegawatan yang mungkin terjadi), evaluasi lebih lanjut,

resusitasi, stabilisasi dan transportasi. Re-triage dilakukan

dnegan menggunakan pemasangan label Sistem yang

sudah mencantumkan identitas adna hasil pemeriksaan

terhadap korban. Menurut Mardalena (2016), dalam

penggolongan pasien juga di dilakukan teknik START

(Simple Triage and Rapid Treatment). Prinsip dari START

adalah untuk mengatasi ancaman nyawa, jalan nafas yang

tersumbat dan perdarahan masif arteri. START dapat

dengan cepat dan akurat tidak boleh lebih dari 60 detik.

b. Triage In-Hospital

Menurut Thomson dan Dians (1992) dalam Mardalena

(2016), perawat bertanggung jawab menentukan prioritas

perawatan pasien. Ada tiga tipe dalam sistem triage in-

hospital, sebagai berikut:

1) Traffic Director/Triage Non-Nurse

Traffic Director disebut juga dengan triage non-nurse.

Perawat bukanlah bagian staf yang berlisensi. Selama

di lapangan perawat bertugas melakukan kajian visual

secara cepat dan tepat. Hal tersebut dilakukan dengan

menanyakan keluhan utama pasien. Tipe ini dilakukan

tidak berdasarkan standar dan tidak memakai

dokumentasi.

2) Spot Check Triage/Advance Triage

Spot Check Triage atau disebut dengan advance

triage merupakan kebalikan dari tipe pertama.

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

17

Perawat dan dokter harus sudah memiliki lisensi

untuk melakukan pengkajian. Pengkajian dilakukan

dengan cepat, seperti pengkajian latar belakang dan

evaluasi yang bersifat subjektif ataupun objektif.

3) Comprehensive Triage

Comprehensive Triage merupakan tipe yang

diterapkan bagi perawat yang tidak memiliki lisensi.

Perawat nantinya akan diberikan pelatihan dan

pengalaman triage. dalam pelatihan tersebut, perawat

juga diberi bekal tentang tes diagnostik, dokumentasi,

evaluasi ulang dari pasien, dan penatalaksanaan

spesifik. Penanganan triage in-hospital ada beberapa

macam seperti sistem ESI (Emergency Severity

Index), CTAS (Canadian Triage and Acuity Scale)

dari Canada, MTS (Manchester Triage Scale) dari

Inggris, ATS (Australasia Triage Scale) dari

Australia, (Gilboy dkk. 2012).

a) ESI (Emergency Severity Index) atau Indeks

Keparahan Darurat adalah algoritma triase dengan

5 (lima) prioritas yang dikategorikan pasien gawat

darurat oleh perawat dengan mengevaluasi

keparahan pasien dan kebutuhan sumber daya.

Pada sistem Trigae ESI perawat triase hanya

menilai tingkat keparahan. Jika pasien tidak dalam

kriteria tingkat keparahan tergolong level 1 atau 2,

perawat triase akan mengevaluasi. ESI banyak

diterapkan di Asia, Australia dan Eropa, termasuk

rumah sakit di Indonesia. ESI terdiri 5 skala

prioritas, yaitu :

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

18

Tabel 2.1 Klasifikasi Triase

Kategori

ESI Keterangan

ESI 1 Apabila pasien memerlukan intervensi penyelamatan

jiwa

ESI 2 Apabila pasien tidak bisa menunggu karena resiko

tinggi, perubahan kesadaran akut , atau nyeri hebat

ESI 3 Apabila pasien memerlukan lebih satu sumber daya

ESI 4 Apabila pasien memerlukan sumberdaya lebih hanya

satu

ESI 5 Apabila pasien bisa menunggu karena resiko tidak

tinggi, tidak terjadi perubahan kesadaran akut atau nyeri

hebat

Sumber: Nicki Gilboy (2011) dan terrdapat dalam

Datusanantyo (2013)

(1) Prioritas 1 / ESI 1 (Label Biru )

Prioritas 1 adalah untuk pasien dengan kondisi yang

mengancam jiwa (impending life/limb threatening

problem) sehingga perlu tindakan penyelematan jiwa yang

segera. Pasien dengan level ESI 1 selalu datang ke ruang

gawat darurat dengan kondisi yang tidak stabil. Pasien

tersebut dapat meninggal bila penanganannya terlambat,

oleh karena itu respon dari tim IGD harus cepat. Parameter

prioritas 1 adalah semua gangguan signifikan pada ABCD.

Contohnya sebagai berikut : cardiac arrest, status

epileptikus, koma hipoglikemik dan lain-lain.

(2) Prioritas 2 / ESI 2 (Label Merah)

Prioritas 2 adalah untuk pasien dengan kondisi yang

berpotensi mengancam jiwa atau organ sehingga

membutuhkan pertolongan yang sifatnya segera dan tidak

dapat ditunda. Pada level ini, pasien masih tergolong

resiko tinggi dan penanganan harus dilakukan segera.

Sementara itu ESI tidak membatasi secara spesifik interval

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

19

waktu yang diperlukan. Parameter prioritas 2 adalah

pasien-pasien dengan haemodinamik atau ABC stabil

disertai penurunan kesadaran tapi tidak sampai koma

(GCS 8-12). Contohnya sebagai berikut : serangan asma,

penurunan kesadaran dan nyeri yang hebat, abdomen akut,

luka sengatan listrik dan lain-lain.

(3) Prioritas 3 / ESI 3 (Label Kuning)

Prioritas 3 adalah untuk pasien yang perlu evaluasi yang

mendalam dan pemeriksaan klinis yang menyeluruh.

Pasien label kuning memerlukan dua atau lebih sumber

daya dan fasilitass IGD. Contohnya sebagai berikut :

sepsis yang memerlukan pemeriksaan laboratorium,

radiologis dan EKG, demam tifoid dengan komplikasi dan

lain-lain.

(4) Prioritas 4 / ESI 4 (Label Hijau)

Prioritas 4 adalah untuk pasien yang tidak memerlukan

sumber daya. Pasien ini hanya perlu pemeriksaan fisik dan

anamnesis saja. Pengobatan pada pasien dengan prioritas 4

umumnya per oral atau rawat luka sederhana.

(5) Prioritas 5 / ESI 5 (Label Putih )

Prioritas 5 adalah untuk pasien yang tidak memerlukan

sumber daya. Pasien ini hanya perlu pemeriksaan fisik dan

anamnesis saja. Pengobatan pada pasien dengan prioritas 5

umumnya per oral atau rawat luka sederhana.

b) CTAS (Canadian Triage and Acuity Scale)

CTAS adalah sistem triase lima tingkat (level I =

resusitasi, level II = emergent, level III = urgen, level IV =

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

20

kurang urgen, dan level V = tidak mendesak) yang

didasarkan pada daftar keluhan pasien. Tujuan operasional

utamanya adalah menentukan waktu untuk pemeriksaan

awal pasien oleh dokter (Mirhaghi, 2015; Bullard et al.,

2017).

c) MTS (Manchester Triage Scale)

MTS adalah lima tingkat algoritma triase gawat darurat

yang terus dikembangkan di Inggris dan diadopsi oleh

beberapa negara. MTS telah didukung oleh Asosiasi

Perawat Kecelakaan dan Gawat Darurat (Grouse et al.,

2009; Gräff et al., 2014). Sistem triase MTS dibagi

menjadi 5 klasifikasi warna yaitu Merah (Langsung),

Oranye (sangat mendesak), Kuning (mendesak), Hijau

(standar) dan Biru. (tidak mendesak).

d) ATS (Australasia Triag Scale)

Australasian triage scale (ATS) merupakan triase yang

dikembangkan di Australia dan Selandia baru, terdiri dari

5 kategori dengan waktu penentuan kategori dan

penanganan segera hingga batas waktu maksimal 120

menit sejak kedatangan pasien pada unit gawat darurat.

Kategori ATS menggunakan warna antara lain: Merah

(Kategori 1) = Segera mengancam nyawa, Oranye

(Kategori 2) = Mengancam nyawa, Hijau (Kategori 3) =

Potensi mengancam nyawa, Biru (Kategori 4) = Segera

dan Putih (Kategori 5) = Tidak segera. (Australasian

College For Emergency Medicine, 2016).

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

21

2.2 Konsep Kecemasan

2.2.1 Definisi kecemasan

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety “ berasal dari

Bahasa Latin “agustus” yang berarti kaku, dan “ango,anci”

yang berarti mencekik, yaitu gangguan perasaan ketakutan,

kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak

mengalami gangguan dalam menilai realistis (Reality Testing

Ability), kepribadian masih tetap utuh dan baik (Spilliting

Personality), dan prilaku dapat terganggu tetapi masih dalam

batas waktu normal. Menurut (Siti Sundari, 2004 : 62 dalam

Nixson Manurung, 2016 ), memahami kecemasan sebagai suatu

keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman pada

kesehatan.

Kecemasan adalah suatu keadaan yang membuat seseorang tidak

nyaman khawatir, gelisah, takut dan tidak tentram disertai

berbagai keluhan fisik, cemas berkaitan dengan perasaan yang

tidak pasti dan tidak berdaya. (Andara, 2019).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan

adalah gangguan perasaan tidak nyaman khawatir, gelisah, tidak

tentram yang mendalam dan berkelanjutan, yang bisa

menimbulkan perasaan ketakutan yang berlebihan. Ketika

merasa cemasan seorang individu merasa tidak nyaman dan takut

musibah akan terjadi padahal musibah tersebut belum tentu

terjadi.

2.2.2 Gejala – Gejala Kecemasan

Menurut (Hawari, 2011), tanda gejala cemas yang ditunjukkan

seseorang bervariasi, tergantung dari beratnya atau tingkatan

yang sering dirasakan oleh individu tersebut. Keluhan yang

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

22

sering dirasakan oleh seseorang saat mengalami kecemasan

adalah :

2.2.2.1 Gejala Psikologis : firasat buruk, takut akan pikirannya

sendiri, merasa tegang, pernyataan cemas/ khawatir,

tidak tenang, mudah terkejut, mudah tersinggung dan

gelisah.

2.2.2.2 Gejala somatik : sakit kepala, tangan terasa dingin dan

lembab, berdebar-berdebar, sesak nafas, nyeri pada otot

dan tulang, dam sebagainya.

2.2.2.3 Gangguan pola tidur : mimpi yang meneganggkan.

2.2.2.4 Gangguan konsentrasi dan daya ingat.

Menurut (Siti Sundari, 2004 : 62 dalam Nixson Manurung,

2016), Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan

karena adanya ancaman kesehatan, individu yang tergolong

normal kadang mengalami kecemasan yang menampak, sehingga

dapat disaksikan gejala- gejala fisik dan mental yaitu :

Gejala yang bersifat fisik diantaranya :

a. Jari tangan dingin

b. Dada sesak

c. Detak jantung makin cepat

d. Tidur tidak nyenyak

e. Berkeringat dingin

f. Nafsu makan berkurang

g. Kepala pusing

h. Mual

i. Muntah

j. Diare

k. Tekanan darah tinggi

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

23

Gejala yang bersifat mental adalah :

a. Tidak tentram

b. Ketakutan dan cemas merasa akan ditimpa bahaya

c. Ingin lari dari kenyataan

d. Tidak dapat memusatkan perhatian

e. Emosi yang kuat dan tidak stabil (mudah marah, depresi)

2.2.3 Faktor –Faktor Penyebab Kecemasan

Blacburn & Davidson (Dalam Triantoro Safaria & Norfans Eka

Saputra, 2012: 51) menjelaskan factor-faktor yang dapat

menimbulkan kecemasan, seperti pengetahuan yang dimiliki

seseorang mengenai situasi yang sedang dirasakannya, apakah

situasi tersebut mengancam atau tidak memberikan ancaman,

serta adanya pengetahuan mengenai kemampuan diri untuk

mengendalian dirinya (seperti keadaan emosi serta fokus

kepermasalahannya).

Kemudian Adler dan Rodman (dalam M. Nur Ghufron & Rini

Risnawita, S, 2012 : 145-146) menyatakan terdapat dua factor

yaitu:

2.2.3.1 Pengetahuan negative pada masa lalu

Sebab utama dari timbulnya rasa cemas kembali pada

masa kanak-kanak yaitu timbulnya rasa tidak

menyenangkan mengenai peristiwa yang dapat terulang

lagi pada masa mendatang, apabila individu menghadapi

situasi yang sama dan juga menimbulkan

ketidaknyamanan, seperti pengalaman pernah gagal

dalam mengikuti tes.

2.2.3.2 Pikiran yang tidak Rasional

Pikiran yang tidak rasional memiliki empat bentuk yaitu:

a. Kegagalan ketastropik, yaitu adanya asumsi dari

individu bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

24

dirinya. Individu mengalami kecemasan serta

perasaan ketidakmampuan dan ketidaksanggupan

dalam mengatasi permasalahannya.

b. Kesempurnaan, individu mengharapkan kepada

dirinya untuk beprilaku sempurna dan tidak memiliki

cacat. Individu menjadikan ukuran kesempurnaan

sebagai target dan sumber yang dapat memberikan

inspirasi.

c. Generalisasi yang tidak tepat, yaitu generalisasi yang

berlebihan, ini terjadi pada orang yang memiliki

sedikit pengalaman.

2.2.4 Jenis – Jenis Kecemasan

Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan

didalam dirinya sendiri yang ditimbulkan dalam tanpa adanya

rangsangan dari luar. Menurut (Mustamir Pedak, 2009 : 30

dalam Nixson Manurung, 2016), membagi kecemasan menjadi

tiga yaitu :

2.2.4.1 Kecemasan Rasional

Kecemasan Rasional merupakan suatu ketakutan akibat

adanya objek yang memang mengancam, misalnya

ketika menunggu hasil ujian. Ketakutan ini dianggap

sebagai unsur pokok normal dan mekanisme pertahanan

dasariah kita.

2.2.4.2 Kecemasan Irrasional

Kecemasan irrasional berarti mereka mengalami emosi

dibawah keadaan-keadaan spesifik yang biasanya tidak

dipandang mengancam.

2.2.4.3 Kecemasan Fundamental

Kecemasan Fundamental merupakan suatu pertanyaan

tentang siapa dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan

kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

25

disebut sebagai kecemasan eksistensial yang

mempunyai peran fundamental bagi kehidupan

manusia.

2.2.5 Tingkat Kecemasan

Menurut Pasaribu dalam (Rahmita, 2017), menyatakan bahwa

kecemasan terbagi menjadi empat tingkatan yaitu :

2.2.5.1 Cemas Ringan

Cemas ringan terjadi saat ketegangan hidup sehari-hari.

Kemampuan seseorang untuk melihat, mendengar, dan

menangkap lebih dari sebelumnya. Selama tahap ini

seseorang waspada dan lapangan presepsi meningkat,

jenis cemas ini dapat menghasilkan pertumbuhan dan

kreatifitas serta dapat memotivasi belajar. Skor untuk

cemas ringan ini adalah 14-20.

2.2.5.2 Cemas Sedang

Cemas Sedang adalah cemas yang dimana seseorang

hanya berfokus pada hal yang penting saja yang

mengakibatkan lapang presepsi menyempit sehingga

individu kurang melihat, mendengar, dan menangkap.

Seseorang memblokir area tertentu tetapi masih bisa

mengikuti perintah jika di berikan arahan untuk

melakukannya. Skor untuk cemas ini adalah 22-27.

2.2.5.3 Cemas Berat

Cemas berat ditandai dengan signifikan di lapang

presepsi. Cemas berat ini cenderung memfokuskan

pada hal yang detail dan tidak berfikir tentang hal lain,

semua prilaku ditunjukan untuk mengurangi cemas dan

dibutuhkan arahan untuk fokus pada area lain. Skor

untuk cemas ini adalah 28-41.

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

26

2.2.5.4 Panik

Dikaitkan dengan rasa takut dan terror, individu tidak

dapat melakukan hal-hal bahkan dengan arahan saat

mengalami kepanikan. Gejala yang dapat ditimbulkan

apabila seseorang mengalami kepanikan adalah

penurunan kemampuan untuk berhubungan dengan

orang lain, peningkatan aktivitas motoric, presepsi yang

menyempit dan kehilangan pemikiran rasional. Kondisi

panic yang berkepanjangan akan menyebabkan

kelelahan dan kematian, orang panic tidak mampu

berkomunikasi atau berfungsi secara efektif. Kepanikan

dapat diobati dengan aman dan efektif. Skor untuk

kecemasan ini adalah 42-56.

Menurut (Nursalam, 2017), “Hamilton Anxiety Rating

Scale (HRS-A) pertama kali dikembangkan oleh

Hamilton pada tahun 1956. Untuk mengukur semua

tanda kecemasan baik psikis maupun somatic. HRS-A

terdiri dari 14 item pertanyaan untuk mengukur tanda

adanya kecemasan pada anak dan otang dewasa.”

Skala HRS-A penilaian kecemasan terdiri dari 14 item,

yaitu:

a. Perasaan cemas, firasat buruk, takut akan pikiran

sendiri, mudah tersinggung.

b. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah

terganggu dan lesu.

c. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang

asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang

besar.

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

27

d. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada

malam hari, tidur tidak puas dan mimpi buruk.

e. Gangguan kecerdasan : Penurunan daya ingat,

mudah lupa dan sulit berkonsentrasi.

f. Perasaan depresi : Hilangnya minat, berkurangnya

kesenangan pada hobi, sedih perasaan tidak

menyenangkan sepanjang hari.

g. Gejala Somatik : Nyeri pada oto-otot dan kaku,

gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot.\

h. Gejala Sensorik : perasaan ditusuk-tusuk,

penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta

merasa lemah.

i. Gejala Kardiovaskuler : Takikardi, nyeri di dada,

denyut nadi mengeras, dan detak jantung hilang

sekejap.

j. Gejala Pernapasan : rasa tertekan didada, pernafasan

tercekik, serik menarik nafas panjang dan merasa

nafas pendek.

k. Gejala gastrointestinal : Sulit menelan, obstipasi,

berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri

lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan

panas diperut.

l. Gejala Urogenital : sering kencing, tidak dapat

menahan kencing, aminorea, ereksi lemah atau

impotensi.

m. Gejala Vegetatif : Mulut kering, mudah berkeringat,

muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit

kepala.

n. Prilaku sewaktu wawancara : Gelisah, jar-jari

gemetar, mengkerut dahi atau kening, muka tegang,

tonus otot meningkat dan nafas pendek dan cepat.

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

28

Cara penilaian kecemasan adalah dengan

memberikan penilaian dengan kategori :

0 = Tidak ada gejala sama sekali

1 = Ringan / satu gejala yang ada

2 = Sedang / separuh gejala yang ada

3 = Berat / lebih dari separuh gejala yang ada

4 = Sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara

menjumlahkan skor 1-14 dengan hasil :

Skor kurang dari 14 = Tidak ada kecemasan

Skor 14-20 = Kecemasan ringan

Skor 21-27 = Kecemasan sedang

Skor 28-41 = Kecemasan berat

Skor 42- 52 = Kecemasan berat sekali / panik.

2.3 Hubungan Triase dengan Kecemasan

kecemasan merupakan kondisi psikologis yang pernah dialami oleh

semua orang. Terlebih lagi bagi keluarga pasien yang pertama kali

mengantarkan keluarganya ke IGD dengan berbagai keluhan dari yang

ringan, sedang, dan berat. Setelah di IGD pasien dipilah atau diseleksi

menurut tingkat kegawatannya menggunakan sistem triase. Di

Indonesia sistem triase disebagian rumah sakit sudah banyak yang

menggunakan sistem triase ESI yaitu pembagian label warna hampir

sama dengan sistem triase START, bedanya sistem triase ESI tingkat

keparahan pasien dimulai dengan warna biru untuk pasien resusitasi,

merah untuk emergent, kuning untuk urgent dan hijau untuk non

urgent. Keluarga pasien yang mengantarkan keluarganya pasti ingin

mendapatkan perawatan atau pengobatan dengan cepat agar sakit yang

diderita keluarganya tidak menjadi parah.

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

29

Pada saat di IGD, pasien yang tidak masuk kedalam kategori triase

warna biru atau merah perawatan atau pengobatan pasien dapat

ditunda sebentar dan perawat atau dokter mendahulukan pasien yang

masuk kategori triase warna biru atau merah karena lebih mengancam

nyawa bila tidak ditangani segera. Situasi seperti ini lah yang dapat

membuat keluarga pasien merasakan kecemasan. Kecemasan akan

berpengaruh pada dukungan dan keputusan keluarga dalam proses

perawatan pasien.

kecemasan keluarga yang ditunjukkan atau dikemukakan oleh

seseorang bervariasi dengan tanda dan gejala sebagai berikut :

perilaku keluarga yang sering bertanya tentang kondisi anggota

keluarganya, bertanya dengan pertanyaan diulang- ulang, berkunjung

diluar jam kunjung dan keluarga takut kehilangan. Menurut donsu

(2017) secara fisik kecemasan ditandai dengan tekanan darah naik,

gelisah, tremor, berkeringat, sakit kepala, pingsan bahkan ada

keluarga pasien yang berteriak, dan marah.

Secara kognitif dapat dilihat saat mempresepsikan sesuatu cenderung

menyempit, penderita tidak bisa menerima rangsangan dari luar,

penderita hanya fokus pada apa yang diperhatikannya, perilaku ini

dapat dilihat dari gerakan tubuhnya seperti : cara bicara berlebihan

dan cepat, tersentak- sentak, secara emosi tidak stabil, takut, dan

gugup. Perilaku kecemasan keluarga seperti ini dapat menghambat

proses perawatan pasien karena keluarga tidak dapat mengambil

keputusan pengobatan pasien dengan pikiran yang tenang.

2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep menurut (Sugiyono, 2014 ) adalah suatu hubungan

yang akan menghubungkan secara teoritis antara variabel variabel

penelitian yaitu :

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Triase

30

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 2. 1 Kerangka konsep

2.5 Hipotesis

Hipotesis yang diterapkan dalam penelitian ini adalah “ Ada Hubungan

Triase Pasien Dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Di IGD RSUD. Dr.

H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin”.

Variabel Independent ( bebas )

Variabel dependent ( terikat )

Tingkat Kecemasan keluarga Triase Pasien