Download - BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

Transcript
Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

11

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Status Gizi

2.1.1. Definisi Status Gizi

Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumber daya

manusia dan kualitas hidup. Untuk itu program perbaikan gizi bertujuan untuk

meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar terjadi perbaikan status gizi

masyarakat (Deddy Muchtadi, 2002).

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat (Almatsier, 2001).

Menurut Almatsier (2009) Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat

konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, yang dibedakan antara status gizi

buruk, kurang, baik, dan lebih.

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara

jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh

untuk berbagai fungsi biologis (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas,

pemeliharaan kesehatan, dan lainnya) (Suyanto, 2009).

Status gizi dapat pula diartikan sebagai gambaran kondisi fisik seseorang

sebagai refleksi dari keseimbangan energy yang masuk dan yang dikeluarkan oleh

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

12

tubuh (Marmi, 2013). Sedangkan menurut Suhardjo, dkk (2003) status gizi adalah

keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan.

Deswarni Idrus dan Gatot Kusnanto (1990), mengungkapkan bahwa ada

beberapa istilah yang berhubungan dengan status gizi. Istilah-istilah tersebut adalah :

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi

secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan,

metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan unruk mempertahankan

kehdupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan

energy.

Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan

penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik

akibat dari tersdianya zat gizi dalam seluler tubuh.

Malnutrition (Gizi salah) adalah keadaan patofisiologis akibat dari

kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi, ada

empat bentuk malnutrisi diantaranya adalah :

1) Under nutrition, kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut untuk

periode tertentu.

2) Specific deficiency, kekurangan zat gizi tertentu.

3) Over nutrition, kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

13

4) Imbalance, karena disproporsi zat gizi, misalnya kolesterol terjadi karena tidak

seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein), dan

VLDL (Very Low Density Lipoprotein).

5) Kurang energi protein (KEP), adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan

oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari atau gangguan

penyakit tertentu. Anak dikatakan KEP bila berat badan kurang dari 80% berat badan

menurut umur (BB/U) baku WHO-NHCS.

Status gizi dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, Bachyar Bakri, dkk

(2002) mengatakan bahwa meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan

pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan

pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis (bencana alam, perang,

kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan

pangan di tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh

makanan untuk semua anggotanya.

Karenanya, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang

menjamin setiap anggota masyarakat untuk memproleh makanan yang cukup jumlah

dan mutunya, dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah

kesehatan tapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja.

Konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai dimensi yang sangat kompleks. Daly

Davis dan Robertson (1979) dalam buku Supriasa (2002) membuat model faktor-

faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu, konsumsi makanan dan tingkat

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

14

kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan

tersedianya bahan makanan. Faktor yang mempengaruhi keadaan gizi model Daly

dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keadaan Gizi (Sumber: Daly,

Davis dan Robertson,1979)

2.1.2. Klasifikasi Status Gizi

Status gizi menurut Almatsier (2003) dalam Pratiwi (2011), dibagi menjadi 4 macam

yaitu:

1. Status Gizi Buruk

Keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi

energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup

lama.

Produksi Pangan

Pengolahan Bahan

Makanan

Distribusi bahan makanan

dan faktor harga

Kemampuan keluarga

menggunakan makanan

Tersedianya bahan makanan

Dapat diperolehnya bahan

makanan

Konsumsi

makanan

Kesehatan

Keadaan

Gizi

Pendapatan, lapangan kerja,

pendidikan, kemampuan

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

15

2. Status Gizi Kurang

Terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial.

3. Status Gizi Baik atau Status Gizi Optimal

Terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara

efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,

kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.

4. Status Gizi Lebih

Terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga

menimbulkan efek toksis atau membahayakan. IMT direkomendasikan sebagai

indikator yang baik untuk menentukan status gizi pada remaja. Cara pengukuran IMT

adalah:

IMT = Berat badan (Kg) / Tinggi badan (M²)

Tabel 2.1 : Kategori IMT berdasarkan WHO

Klasifikasi IMT kg/M²

Underweight ≤ 18,4

Normal range 18.50-23

Over weight 23,1-25

Obese ≥ 25.00

Sumber: Sutter Health Palo Alto Medical Foundation (2012)

2.1.3. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang

diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu

populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih

(Hartriyanti dan Triyanti, 2007). Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu :

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

16

1. Penilaian Langsung

a. Antropometri

Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang

berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi

seseorang. Pada umumnya antropometri mengukur dimensi dan komposisi tubuh

seseorang (Supariasa, 2001).

Metode antropometri sangat berguna untuk melihat ketidakseimbangan energi

dan protein. Akan tetapi, antropometri tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi

zat-zat gizi yang spesifik (Gibson, 2005).

b. Klinis

Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan

perubahan yang terjadi yang berhubungan erat dengan kekurangan maupun kelebihan

asupan zat gizi. Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang terdapat di

mata, kulit, rambut, mukosa mulut, dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh

(kelenjar tiroid) (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

c. Biokimia

Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium. Pemeriksaan biokimia

pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya defisiensi zat gizi pada kasus

yang lebih parah lagi, dimana dilakukan pemeriksaan dalam suatu bahan biopsi

sehingga dapat diketahui kadar zat gizi atau adanya simpanan di jaringan yang paling

sensitif terhadap deplesi, uji ini disebut uji biokimia statis. Cara lain adalah dengan

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

17

menggunakan uji gangguan fungsional yang berfungsi untuk mengukur besarnya

konsekuensi fungsional dari suatu zat gizi yang spesifik Untuk pemeriksaan biokimia

sebaiknya digunakan perpaduan antara uji biokimia statis dan uji gangguan

fungsional (Baliwati, 2004).

d. Biofisik

Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi dengan

melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan yang

dapat digunakan dalam keadaan tertentu, seperti kejadian buta senja (Supariasa,

2001).

2. Penilaian Tidak Langsung

a. Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian status gizi dengan

melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh individu maupun keluarga.

Data yang didapat dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif.

Data kuantitatif dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi,

sedangkan data kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan cara seseorang

maupun keluarga dalam memperoleh pangan sesuai dengan kebutuhan gizi (Baliwati,

2004).

b. Statistik Vital

Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi melalui data-

data mengenai statistik kesehatan yang berhubungan dengan gizi, seperti angka

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

18

kematian menurut umur tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian, statistik

pelayanan kesehatan, dan angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan kekurangan

gizi (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

c. Faktor Ekologi

Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena masalah gizi

dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis, faktor

fisik, dan lingkungan budaya.

Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk mengetahui penyebab

kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang nantinya akan sangat

berguna untuk melakukan intervensi gizi (Supariasa, 2001).

d. Indeks Antropometri

Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks

antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih

pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi. Salah satu contoh

dari indeks antropometri adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau yang disebut

dengan Body Mass Index (Supariasa, 2001).

IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa

khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka

mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia

harapan hidup yang lebih panjang. IMT hanya dapat digunakan untuk orang dewasa

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

19

yang berumur diatas 18 tahun. Dua parameter yang berkaitan dengan pengukuran

Indeks Massa Tubuh, terdiri dari :

a. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang paling sering

digunakan yang dapat mencerminkan jumlah dari beberapa zat gizi seperti protein,

lemak, air dan mineral. Untuk mengukur Indeks Massa Tubuh, berat badan

dihubungkan dengan tinggi badan (Gibson, 2005).

b. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter ukuran panjang dan dapat merefleksikan

pertumbuhan skeletal (tulang) (Hartriyanti dan Triyanti, 2007). Cara Mengukur

Indeks Massa Tubuh Indeks Massa Tubuh diukur dengan cara membagi berat badan

dalam satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat (Gibson,

2005).

IMT =

Kategori Indeks Massa Tubuh

Untuk mengetahui status gizi seseorang maka ada kategori ambang batas IMT yang

digunakan, seperti yang terlihat pada tabel 2.2 yang merupakan ambang batas IMT

untuk Indonesia.

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

20

Tabel 2.2. Kategori Batas Ambang IMT untuk Indonesia

Kategori IMT (Kg/M²)

Kurus Kekurangan berat badan

tingkat berat

˂ 17,0

Kekurangan berat badan

tingkat ringan

17,1-18,4

Normal 18,5-25,0

Gemuk Kelebihan berat badan

tingkat ringan

25,1-27,0

Kelebihan berat badan

tingkat berat

≥ 27,0

Sumber : Depkes, 2003ᵇ

Pada tabel 2.2. dapat dilihat kategori IMT berdasarkan klasifikasi yang telah

ditetapkan oleh WHO.

Tabel 2.3 Kategori IMT berdasarkan WHO (2000)

Kategori IMT (Kg/M²)

Underweight < 18,5

Normal 18,5 – 24,99

Overweight ≥ 25,00

Preobese 25,00 – 29,99

Obesitas 1 30,00 – 34,99

Obesitas 2 35,00 – 39,9

Obesitas 3 ≥ 40,0

Sumber : WHO (2000) dalam Gibson (2005)

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

21

3. KMS (Kartu Menuju Sehat)

a. Pengertian KMS

Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah suatu alat sederhana yang dapat digunakan untuk

mencatat setiap perubahan berat badan balita berdasarkan bentuk dan warna kurva

pertumbuhan. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari KMS, salah satunya adalah

dapat mendeteksi gizi buruk pada balita. Bedasarkan hasil pemantauan Direktorat

Bina Gizi Masyarakat selama tahun 2005 - 2009, terdapat empat propinsi yang selalu

masuk dalam daftar daerah yang mengalami kasus gizi buruk tinggi, salah satunya

adalah Propinsi Jawa Timur dimana pada tahun 2009 Propinsi Jawa Timur

menduduki posisi teratas untuk masalah gizi buruk (Siswono, 2010).

Beberapa kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur telah melakukan upaya untuk

menurunkan jumlah gizi buruk diantaranya adalah revitalisasi Posyandu, pemberian

penyuluhan gizi dan kesehatan, kunjungan rumah (sweeping), pemberian makanan

pendamping, deteksi dini masalah kurang gizi, serta menyiapkan anggaran untuk

kegiatan penanggulangan gizi buruk. (Dinas Komunikasi dan Informatika Propinsi

Jawa Timur, 2010).

Budiantara (2009) dalam penelitiannya mengenai KMS menyimpulkan bahwa

penggunaan KMS yang merupakan standar baku dari WHO yang dikeluarkan oleh

NCHS (National Center Health Statistics) kurang menggambarkan perilaku

pertumbuhan balita yang ada di Indonesia. Akibatnya, terdapat balita yang

semestinya sehat, tetapi dalam KMS terdekteksi tidak sehat, dan sebaliknya.

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

22

KMS adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indikator

perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang

balita setiap bulan dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun. KMS juga dapat diartikan

sebagai “ rapor “ kesehatan dan gizi (Catatan riwayat kesehatan dan gizi ) balita (

Depkes RI, 1996 ).

Di Indonesia dan negara - negara lain, pemantauan berat badan balita

dilakukan dengan timbangan bersahaja ( dacin ) yang dicatat dalam suatu sistem kartu

yang disebut “Kartu Menuju Sehat “ (KMS). Hambatan kemajuan pertumbuhan berat

badan anak yang dipantau dapat segera terlihat pada grafik pertumbuhan hasil

pengukuran periodik yang dicatat dan tertera pada KMS tersebut.

Naik turunnya jumlah anak balita yang menderita hambatan pertumbuhan di

suatu daerah dapat segera terlihat dalam jangka waktu periodik ( bulan ) dan dapat

segera diteliti lebih jauh apa sebabnya dan dibuat rancangan untuk diambil tindakan

penanggulangannya secepat mungkin. Kondisi kesehatan masyarakat secara umum

dapat dipantau melalui KMS, yang pertimbangannya dilakukan di Posyandu ( Pos

Pelayanan terpadu ), ( Sediaoetama, 1999 ).

Indikator BB / U dipakai di dalam Kartu Menuju Sehat ( KMS ) di Posyandu

untuk memantau pertumbuhan anak secara perorangan. Pengertian tentang “

Penilaian status Gizi ” dan “ Pemantauan pertumbuhan ” sering dianggap sama

sehingga mengakibatkan kerancuan. KMS tidak untuk memantau gizi, tetapi alat

pendidikan kepada masyarakat terutama orang tua agar dapat memantau pertumbuhan

anak, dengan pesan “ Anak sehat tambah umur tambah berat” ( Soekirman, 2000 ).

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

23

b. Tujuan Penggunaan KMS Balita

Umum : Mewujudkan tingkat tumbuh kembang dan status kesehatan anak balita

secara optimal.

Khusus : 1. Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua dalam memantau tingkat

pertumbuhan dan perkembangan balita yang optimal.

2. Sebagai alat bantu dalam memantau dan menentukan tindakan –

tindakan untuk mewujudkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan

balita yang optimal.

3. Sebagai alat bantu bagi petugas untuk menentukan tindakan pelayanan

kesehatan dan gizi kepada balita. ( Depkes RI, 1996 ).

c. Fungsi KMS Balita

1. Sebagai media untuk “ mencatat / memantau ” riwayat kesehatan balita secara

lengkap.

2. Sebagai media “ penyuluhan ” bagi orang tua balita tentang kesehatan balita.

3. Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan bagi petugas untuk menentukan

tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik bagi balita.

4. Sebagai kartu analisa tumbuh kembang balita ( Depkes RI, 1996 ).

Fungsi KMS ditetapkan hanya untuk memantau pertumbuhan bukan untuk

penilaian status gizi. Artinya penting untuk memantau apakah berat badan anak naik

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

24

atau turun, tidak untuk menentukan apakah status gizinya kurang atau baik,

(Soekirman, 2000 ).

d. Grafik pertumbuhan pada KMS

1. Dasar pembuatan

Grafik pertumbuhan KMS dibuat berdasarkan baku WHO – NCHS yang

disesuaikan dengan situasi Indonesia.

Gambar grafik pertumbuhan dibagi dalam 5 blok sesuai dengan golongan

umur balita. Setiap blok dibentuk oleh garis tegak / skala berat dalam kg dan garis

datar skala umur menurut bulan. Blok 1 untuk bayi berumur 0 – 12 bulan, blok 2

untuk anak golongan umur 13 – 24 bulan, blok 3 untuk anak golongan umur 25 – 36

bulan.

Grafik pertumbuhan untuk bayi dan anak sampai dengan umur 36 bulan

terdapat pada halaman dalam KMS. Sedangkan untuk anak umur 37 – 60 bulan

terdapat pada halaman berikutnya yang dibagi menjadi 2 blok yaitu blok ke 4 untuk

anak umur 37 – 48 bulan dan blok ke 5 untuk anak golongan yang umur 49 – 60

bulan.

Dalam setiap blok, grafik pertumbuhan dibentuk dengan garis merah

(agak melengkung) dan pita warna kuning, hijau dan hijau tua. Dasar pembuatannya

sebagai berikut :

a. Garis merah (agar melengkung) dibentuk dengan menghubungkan angka

angka yang dihitung dari 70 % median baku WHO – NCHS.

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

25

b. Dua pita warna kuning di atas garis merah berturut- turut terbentuk

masing - masing dengan batas atas 75 % dan 80 % median baku WHO – NCHS.

c. Dua pita warna hijau muda di atas pita kuning dibentuk masing – masing

dengan batas atas 85 % dan 90 % median baku WHO – NCHS.

d. Dua pita warna hijau tua di atasnya dibentuk msing - masing dengan batas

atas 95 % dan 100 % median baku WHO – NCHS.

e. Dua pita warna hijau muda dan kuning masing – masing pita bernilai 5 %

dari baku median adalah daerah di mana anak – anak sudah mempunyai kelebihan

berat badan.

2. Interpretasi grafik pertumbuhan dan saran tindak lanjut

a. Interpretasi pada sekali penimbangan

Tabel 2.4. Interpretasi pada sekali penimbangan

Laku berat badan Interpretasi Tindak lanjut

Di bawah garis merah Anak kurang gizi tingkat

sedang atau berat badan atau

disebut kurang energi dan

protein nyata ( KEP nyata )

- Perlu pemberian makanan

tambahan ( PMT ) yang

diselenggarakan oleh orang

tua / petugas kesehatan

- Perlu penyuluhan gizi

seimbang

- Perlu dirujuk untuk

pemeriksanan kesehatan

Pada daerah dua pita

warna kuning ( di atas

garis merah )

Harus hati – hari dan waspada

karena keadaan gizi anak

sudah kurang meskipun

tingkat ringan atau disebut

KEP tingkat ringan

- Ibu dianjurkan untuk

memberikan PMT pada anak

balitanya di rumah

- Perlu penyuluhan gizi

seimbang

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

26

Dua pita warna hijau

muda dan pita warna

hijau tua ( di atas pita

kuning )

Anak mempunyai beraat

badan cukup attau disebut gizi

baik

- Beri dukungan pada ibu

untuk tetap memperhatikan

dan mempertahankan status

gizi anak

- Beri penyuluhan gizi

seimbang

Dua pita warna hijau

muda, dua pita warna

kuning ( paling atas ).

Anak telah mempunyai berat

badan yang lebih, semakin ke

atas kelebihan berat badannya

semakin banyak

- Konsultasi ke dokter

- Penyuluhan gizi seimbang

- Konsultasi ke klinik gizi /

pojok gizi di puskesmas

b. Interpretasi dua kali perimbangan atau lebih

Tabel 2.5 Interpretasi dua kali perimbangan atau lebih

Kecenderungan Interpretasi Tindak lanjut

Berat badan naik atau

meningkat

Anak sehat, gizi cukup *) - Perlu penyuluhan gizi

seimbang

- Beri dukungan pada

orang tua untuk

mempertahankan kondisi

anak

Berat badan tetap Kemungkinan terganggu

kesehatannya dan atau

mutu gizi yang dikonsumsi

tidak seimbang *)

-Dianjurkan untuk

memberi makanan

tambahan

- Penyuluhan gizi

seimbang

- Konsultasi ke dokter atau

petugas kesehatan

Berat badan berkurang

atau turun

Kemungkinan terganggu

kesehatannya dan atau

mutu gizi yang dikonsumsi

tidak seimbang *)

- Dianjurkan untuk

memberi makanan

tambahan

- Penyuluhan gizi

seimbang

- Konsultasi ke dokter atau

petugas kesehatan

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

27

Titik – titik berat badan

dalam KMS terputus –

putus

Kurang kesadaran untuk

berpartisipasi dalam

pemantauan tumbuh

kembang anak

Penyuluhan dan

pendekatan untuk

meningkatkan kesadaran

berpartisipasi aktif

Keterangan : *) Interpretasi tersebut hanya berlaku bagi balitaa yang mempunyai

berat badan normal dan kurang. Bila balita yang sudah kelebihan

berat badan sebaiknya secara khusus dikonsultasikan ke dokter.

e. Cara Pengisian dan penggunaan KMS

1. Identitas Anak

a. Pada halaman muka KMS isilah nama anak dan nomor pendaftaran sesuai dengan

nomor registrasi yang ada di Posyandu.

b. Pada halaman pendaftaran pertama kali di Posyandu isilah semua kolom indentitas

anak yang tersedia pada halaman dalam KMS.

1) Pos Pelayanan Terpadu ( Posyandu ) = diisi dengan nama posyandu tempat di

mana anak didaftar.

Contoh:

2) Tanggal Pendaftaran = diisi dengan tanggal, bulan dan tahun anak tersebut didaftar

dan mengikuti program Posyandu pertama kali

Contoh:

3) Nama anak = diisi dengan nama jelas anak yang bersangkutan

Contoh:

Pos Pelayanan Terpadu ( Posyandu )

Gladiol 2

2 Febuari 2019

Budi

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

28

4) Laki – laki = kolom diisi tanda 5 apabila jenis kelamin anak tesebut adalah laki –

laki

Contoh:

5) Perempuan = kolom diisi tanda 5 apabila jenis kelamin anak tesebut adalah

perempuan

Contoh:

6) Anak ke = diisi dengan nomor urut kelahiran anak

Contoh:

7) Tanggal lahir = diisi tanggal, bulan dan tahun kelahiran anak

Contoh:

Perhatian : - Bila ada kartu kelahiran, catatlah tanggal, bulan dan tahun kelahiran

anak menurut kartu kelahiran

- Bila tidak ada kartu kelahiran, catatlah tanggal lahir anak sesuai

dengan yang diingat ibunya.

- Bila ibu lupa tanggal lahir anak dan hanya tahun umurnya, cobalah

perkirakan “ bulan dan tahun ” kelahiran anak menurut bulan Arab /

bulan Jawa atau peristiwa

– peristiwa lain yang mudah diingat yang bersamaan dengan kelahiran

akannya.

Laki-Laki √

Perempuan

Laki-Laki

Perempuan √

Anak ke 2

8 Januari 2015

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

29

8) Berat badan waktu lahir = diisi dengan berat badan anak yang bersangkutan dalam

satuan gram pada waktu dilahirkan.

Contoh:

9) Nama ayah = diisi dengan nama ayah dari anak tersebut Pekerjaan = diisi dengan

pekerjaan ayah anak tersebut

Contoh:

10) Nama ibu = diisi dengan nama ibu dari anak tersebut

Pekerjaan = diisi dengan pekerjaan ibu anak tersebut

Contoh:

11) Alamat = diisi dengan alamat tempat tinggal keluarganya

Contoh:

Berat Badan waktu lahir = 3.500 gram

Nama Ayah: Budi

Pekerjaan: Petani

Nama Ibu: Tuti

Pekerjaan: Buruh Tani

Alamat: Kebonsari Elveka v

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

30

Gambar 2.2. KMS

Sumber: KMS standar baru dari WHO 2005

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

31

2.1.4. Masalah Gizi

a. Masalah gizi kurang

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi

baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang

digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan

otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.

Gizi kurang merupakan suatu keadaan yang terjadi akibat tidak terpenuhinya asupan

makanan (Sampoerno, 1992).

Gizi kurang dapat terjadi karena seseorang mengalami kekurangan salah satu

zat gizi atau lebih di dalam tubuh (Almatsier, 2001). Akibat yang terjadi apabila

kekurangan gizi antara lain menurunnya kekebalan tubuh (mudah terkena penyakit

infeksi), terjadinya gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan,

kekurangan energi yang dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja, dan sulitnya

seseorang dalam menerima pendidikan dan pengetahuan mengenai gizi (Jalal dan

Atmojo, 1998).

Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi yang banyak dihadapi oleh

negara-negara yang sedang berkembang. Hal ini dapat terjadi karena tingkat

pendidikan yang rendah, pengetahuan yang kurang mengenai gizi dan perilaku belum

sadar akan status gizi. Contoh masalah kekurangan gizi, antara lain KEP (Kekurangan

Energi Protein), GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium), Anemia Gizi Besi

(AGB) (Apriadji, 1986).

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

32

b. Masalah Gizi Lebih

Status gizi lebih merupakan keadaan tubuh seseorang yang mengalami

kelebihan berat badan, yang terjadi karena kelebihan jumlah asupan energi yang

disimpan dalam bentuk cadangan berupa lemak. Ada yang menyebutkan bahwa

masalah gizi lebih identik dengan kegemukan. Kegemukan dapat menimbulkan

dampak yang sangat berbahaya yaitu dengan munculnya penyakit degeneratif, seperti

diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, gangguan ginjal dan masih

banyak lagi (Soerjodibroto, 1993).

Masalah gizi lebih ada dua jenis yaitu overweight dan obesitas. Batas IMT

untuk dikategorikan overweight adalah antara 25,1 – 27,0 kg/m2, sedangkan obesitas

adalah ≥ 27,0 kg/m2. Kegemukan (obesitas) dapat terjadi mulai dari masa bayi,

anakanak, sampai pada usia dewasa. Kegemukan pada masa bayi terjadi karena

adanya penimbunan lemak selama dua tahun pertama kehidupan bayi. Bayi yang

menderita kegemukan maka ketika menjadi dewasa akan mengalami kegemukan

pula.

Kegemukan pada masa anak-anak terjadi sejak anak tersebut berumur dua

tahun sampai menginjak usia remaja dan secara bertahap akan terus mengalami

kegemukan sampai usia dewasa. Kegemukan pada usia dewasa terjadi karena

seseorang telah mengalami kegemukan dari masa anak-anak (Suyono, 1986).

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

33

2.1.5. Metode Pengukuran Konsumsi Makanan

Metode pengukuran konsumsi makanan digunakan untuk mendapatkan data

konsumsi makanan tingkat individu. Ada beberapa metode pengukuran konsumsi

makanan, yaitu sebagai berikut :

1. Recall 24 jam (24 Hour Recall)

Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan serta

minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu. Recall dilakukan pada saat

wawancara dilakukan dan mundur ke belakang sampai 24 jam penuh. Wawancara

menggunakan formulir recall harus dilakukan oleh petugas yang telah terlatih. Data

yang didapatkan dari hasil recall lebih bersifat kualitatif. Untuk mendapatkan data

kuantitatif maka perlu ditanyakan penggunaan URT (Ukuran Rumah Tangga).

Sebaiknya recall dilakukan minimal dua kali dengan tidak berturut-turut. Recall yang

dilakukan sebanyak satu kali kurang dapat menggambarkan kebiasaan makan

seseorang (Supariasa, 2001).

Metode recall sangat tergantung dengan daya ingat individu, sehingga

sebaiknya responden memiliki ingatan yang baik agar dapat menggambarkan

konsumsi yang sebenarnya tanpa ada satu jenis makanan yang terlupakan. Recall

tidak cocok bila dilakukan pada responden yang di bawah 7 tahun dan di atas 70

tahun. Recall dapat menimbulkan the flat slope syndrome, yaitu kecenderungan

responden untuk melaporkan konsumsinya. Responden kurus akan melaporkan

konsumsinya lebih banyak dan responden gemuk akan melaporkan konsumsi lebih

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

34

sedikit, sehingga kurang menggambarkan asupan energi, protein, karbohidrat, dan

lemak yang sebenarnya (Supariasa, 2001).

2. Food Record

Food record merupakan catatan responden mengenai jenis dan jumlah

makanan dan minuman dalam satu periode waktu, biasanya 1 sampai 7 hari dan dapat

dikuantifikasikan dengan estimasi menggunakan ukuran rumah tangga (estimated

food record) atau menimbang (weighed food record) (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

3. Food Frequency Questionnaire (FFQ)

FFQ merupakan metode pengukuran konsumsi makanan dengan

menggunakan kuesioner untuk memperoleh data mengenai frekuensi seseorang dalam

mengonsumi makanan dan minuman. Frekuensi konsumsi dapat dilakukan selama

periode tertentu, misalnya harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Kuesioner

terdiri dari daftar jenis makanan dan minuman (Supariasa, 2001).

4. Penimbangan makanan (Food Weighing)

Metode penimbangan makanan dilakukan dengan cara menimbang makanan

disertai dengan mencatat seluruh makanan dan minuman yang dikonsumsi responden

selama satu hari. Persiapan pembuatan makanan, penjelasan mengenai bahan-bahan

yang digunakan dan merk makanan (jika ada) sebaiknya harus diketahui (Gibson,

2005).

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

35

5. Metode Riwayat Makan

Metode riwayat makan dilakukan untuk menghitung asupan makanan yang

selalu dimakan dan pola makan seseorang dalam waktu yang relatif lama, misalnya

satu minggu, satu bulan, maupun satu tahun. Metode ini terdiri dari 3 komponen,

yaitu wawancara recall 24 jam, memeriksa kebenaran recall 24 jam dengan

menggunakan kuesioner berdasarkan frekuensi konsumsi sejumlah makanan, dan

konsumsi makanan selama tiga hari, termasuk porsi makanan (Gibson, 2005).

2.1.6. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi

1. Umur

Kebutuhan energi individu disesuaikan dengan umur, jenis kelamin, dan

tingkat aktivitas. Jika kebutuhan energi (zat tenaga) terpenuhi dengan baik maka

dapat meningkatkan produktivitas kerja, sehingga membuat seseorang lebih semangat

dalam melakukan pekerjaan. Apabila kekurangan energi maka produktivitas kerja

seseorang akan menurun, dimana seseorang akan malas bekerja dan cenderung untuk

bekerja lebih lamban. Semakin bertambahnya umur akan semakin meningkat pula

kebutuhan zat tenaga bagi tubuh. Zat tenaga dibutuhkan untuk mendukung

meningkatnya dan semakin beragamnya kegiatan fisik (Apriadji, 1986).

2. Frekuensi Makan

Frekuensi konsumsi makanan dapat menggambarkan berapa banyak makanan

yang dikonsumsi seseorang. Menurut Hui (1985), sebagian besar remaja melewatkan

satu atau lebih waktu makan, yaitu sarapan. Sarapan adalah waktu makan yang paling

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

36

banyak dilewatkan, disusul oleh makan siang. Ada beberapa alasan yang

menyebabkan seseorang malas untuk sarapan, antara lain mereka sedang dalam

keadaan terburu-buru, menghemat waktu, tidak lapar, menjaga berat badan dan tidak

tersedianya makanan yang akan dimakan. Melewatkan waktu makan dapat

menyebabkan penurunan konsumsi energi, protein dan zat gizi lain (Brown et al,

2005).

Pada bangsa-bangsa yang frekuensi makannya dua kali dalam sehari lebih

banyak orang yang gemuk dibandingkan bangsa dengan frekuensi makan sebanyak

tiga kali dalam sehari. Hal ini berarti bahwa frekuensi makan sering dengan jumlah

yang sedikit lebih baik daripada jarang makan tetapi sekali makan dalam jumlah yang

banyak (Suyono, 1986).

3. Asupan Energi

Energi merupakan asupan utama yang sangant diperlukan oleh tubuh.

Kebutuhan energi yang tidak tercukupi dapat menyebabkan protein, vitamin, dan

mineral tidak dapat digunakan secara efektif. Untuk beberapa fungsi metabolisme

tubuh, kebutuhan energi dipengaruhi oleh BMR (Basal Metabolic Rate), kecepatan

pertumbuhan, komposisi tubuh dan aktivitas fisik (Krummel & Etherton, 1996).

Energi yang diperlukan oleh tubuh berasal dari energi kimia yang terdapat

dalam makanan yang dikonsumsi. Energi diukur dalam satuan kalori. Energi yang

berasal dari protein menghasilkan 4 kkal/gram, lemak 9 kkal/gram, dan karbohidrat 4

kkal/ gram (Baliwati, 2004).

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

37

4. Asupan Protein

Protein merupakan zat gizi yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Fungsi

utama protein adalah membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh

(Almatsier, 2001). Fungsi lain dari protein adalah menyediakan asam amino yang

diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan metabolisme, mengatur

keseimbangan air, dan mempertahankan kenetralan asam basa tubuh. Pertumbuhan,

kehamilan, dan infeksi penyakit meningkatkan kebutuhan protein seseorang

(Baliwati, 2004).

Sumber makanan yang paling banyak mengandung protein berasal dari bahan

makanan hewani, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan dan kerang. Sedangkan

sumber protein nabati berasal dari tempe, tahu, dan kacang-kacangan. Catatan Biro

Pusat Statistik (BPS) pada tahun 1999, menunjukkan secara nasional konsumsi

protein sehari rata-rata penduduk Indonesia adalah 48,7 gram sehari (Almatsier,

2001). Anjuran asupan protein berkisar antara 10 – 15% dari total energi (WKNPG,

2004).

5. Asupan Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi kehidupan manusia yang

dapat diperoleh dari alam, sehingga harganya pun relatif murah (Djunaedi, 2001).

Sumber karbohidrat berasal dari padi-padian atau serealia, umbi-umbian,

kacangkacangan dan gula. Sumber karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi oleh

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

38

masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok adalah beras, singkong, ubi, jagung,

taslas, dan sagu (Almatsier, 2001).

Karbohidrat menghasilkan 4 kkal / gram. Angka kecukupan karbohidrat

sebesar 50-65% dari total energi. (WKNPG, 2004). WHO (1990) menganjurkan agar

55 – 75% konsumsi energi total berasal dari karbohidrat kompleks. Karbohidrat yang

tidak mencukupi di dalam tubuh akan digantikan dengan protein untuk memenuhi

kecukupan energi. Apabila karbohidrat tercukupi, maka protein akan tetap berfungsi

sebagai zat pembangun (Almatsier, 2001).

6. Asupan Lemak

Lemak merupakan cadangan energi di dalam tubuh. Lemak terdiri dari

trigliserida, fosfolipid, dan sterol, dimana ketiga jenis ini memiliki fungsi terhadap

kesehataan tubuh manusia (WKNPG, 2004).

Konsumsi lemak paling sedikit adalah 10% dari total energi. Lemak

menghasilkan 9 kkal/ gram. Lemak relatif lebih lama dalam sistem pencernaan tubuh

manusia. Jika seseorang mengonsumsi lemak secara berlebihan, maka akan

mengurangi konsumsi makanan lain. Berdasarkan PUGS, anjuran konsumsi lemak

tidak melebihi 25% dari total energi dalam makanan seharihari. Sumber utama lemak

adalah minyak tumbuh-tumbuhan, seperti minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah,

jagung, dan sebagainya. Sumber lemak utama lainnya berasal dari mentega, margarin,

dan lemak hewan (Almatsier, 2001).

Page 29: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

39

7. Tingkat Pendidikan

Pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan pengetahuan. Semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang maka sangat diharapkan semakin tinggi pula

pengetahuan orang tersebut mengenai gizi dan kesehatan. Pendidikan yang tingggi

dapat membuat seseorang lebih memperhatikan makanan untuk memenuhi asupan

zat-zat gizi yang seimbang. Adanya pola makan yang baik dapat mengurangi bahkan

mencegah dari timbulnya masalah yang tidak diinginkan mengenai gizi dan kesehatan

(Apriadji, 1986).

Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, akan mudah dalam

menyerap dan menerapkan informasi gizi, sehingga diharapkan dapat menimbulkan

perilaku dan gaya hidup yang sesuai dengan informasi yang didapatkan mengenaigizi

dan kesehatan. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan

(WKNPG, 2004).

Pendidikan juga berperan penting dalam meningkatkan status gizi seseorang.

Pada umumnya tingkat pendidikan pembantu rumah tangga masih rendah (tamat SD

dan tamat SMP). Pendidikan yang rendah sejalan dengan pengetahuan yang rendah,

karena dengan pendidikan rendah akan membuat seseorang sulit dalam menerima

informasi mengenai hal-hal baru di lingkungan sekitar, misalnya pengetahuan gizi.

Pendidikan dan pengetahuan mengenai gizi sangat diperlukan oleh pembantu rumah

tangga. Selain untuk diri sendiri, pendidikan dan pengetahuan gizi yang diperoleh

dapat dipraktekkan dalam pekerjaan yang mereka lakukan.

Page 30: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

40

8. Pendapatan ( Ekonomi )

Pendapatan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi status gizi,

Pembantu rumah tangga mendapatkan gaji (pendapatan) yang masih di bawah UMR

(Gunanti, 2005).

Besarnya gaji yang diperoleh terkadang tidak sesuai dengan banyaknya jenis

pekerjaan yang dilakukan. Pendapatan seseorang akan menentukan kemampuan

orang tersebut dalam memenuhi kebutuhan makanan sesuai dengan jumlah yang

diperlukan oleh tubuh. Apabila makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi jumlah

zat-zat gizi dibutuhkan oleh tubuh, maka dapat mengakibatkan perubahan pada status

gizi seseorang (Apriadji, 1986).

Ada dua aspek kunci yang berhubungan antara pendapatan dengan pola

konsumsi makan, yaitu pengeluaran makanan dan tipe makanan yang dikonsumsi.

Apabila seseorang memiliki pendapatan yang tinggi maka dia dapat memenuhi

kebutuhan akan makanannya (Gesissler, 2005).

Meningkatnya pendapatan perorangan juga dapat menyebabkan perubahan

dalam susunan makanan. Kebiasaan makan seseorang berubah sejalan dengan

berubahnya pendapatan seseorang (Suhardjo, 1989).

Meningkatnya pendapatan seseorang merupakan cerminan dari suatu

kemakmuran. Orang yang sudah meningkat pendapatannya, cenderung untuk

berkehidupan serba mewah. Kehidupan mewah dapat mempengaruhi seseorang

dalam hal memilih dan membeli jenis makanan. Orang akan mudah membeli

Page 31: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

41

makanan yang tinggi kalori. Semakin banyak mengonsumsi makanan berkalori tinggi

dapat menimbulkan kelebihan energi yang disimpan tubuh dalam bentuk lemak.

Semakin banyak lemak yang disimpan di dalam tubuh dapat mengakibatkan

kegemukan (Suyono, 1986).

Friedman (2004) status ekonomi seseorang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:

1. Penghasilan tipe kelas atas > Rp 3.000.000,

2. Penghasilan tipe kelas menengah Rp 2000.000 – Rp 3.000.000

3. Penghasilan tipe kelas bawah< Rp 2000.000

9. Pengetahuan

Tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi tingkat pengetahuannya

akan gizi. Orang yang memiliki tingkat pendidikan hanya sebatas tamat SD, tentu

memiliki pengetahuan yang lebih rendah dibandingkan orang dengan tingkat

pendidikan tamat SMA atau Sarjana. Tetapi, sebaliknya, seseorang dengan tingkat

pendidikan yang tinggi sekalipun belum tentu memiliki pengetahuan gizi yang cukup

jika ia jarang mendapatkan informasi mengenai gizi, baik melalui media iklan,

penyuluhan, dan lain sebagainya. Tetapi, perlu diingat bahwa rendah-tingginya

pendidikan seseorang juga turut menentukan mudah tidaknya orang tersebut dalam

menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Berdasarkan hal

ini, kita dapat menentukan metode penyuluhan gizi yang tepat. Di samping itu, dilihat

dari segi kepentingan gizi keluarga, pendidikan itu sendiri amat diperlukan agar

Page 32: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

42

seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga dan dapat

mengambil tindakan secepatnya (Apriadji, 1986).

Pengetahuan gizi sangat penting, dengan adanya pengetahuan tentang zat gizi

maka seseorang dengan mudah mengetahui status gizi mereka. Zat gizi yang cukup

dapat dipenuhi oleh seseorang sesuai dengan makanan yang dikonsumsi yang

diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan. Pengetahuan gizi dapat memberikan

perbaikan gizi pada individu maupun masyarakat (Suhardjo, 1986).

10. Pekerjaan Ibu

Pola asuh orang tua sangat berperan dalam berbagai hal untuk mencapai

tumbuh kembang yang sesuai dengan tingkat usianya. Balita merupakan bagian dari

anggota keluarga yang dalam tumbuh kembangnya tidak dapat terlepas dari pengaruh

lingkungan yang mengasuh dan merawatnya. Seorang ibu baik yang berprofesi atau

menjadi ibu rumah tangga harus mempunyai tanggung jawab dalam pengasuhan

anaknya (Oemar & Novita, 2015).

Ibu yang bekerja menjadi faktor yang berhubungan dengan keadaan gizi

balita. Ibu bekerja juga mempengaruhi pola asupan makanan balita, porsi makanan,

dan juga nutrisi apa saja yang dikonsumsi balita (Putri, Sulastri & Lestari, 2015). Saat

ini banyak ibu yang memilih bekerja dengan alasan memperbaiki kondisi

perekonomian keluarga (Putri & Kusbaryanto, 2012). Salah satu alasannya adalah

kemiskinan dan banyaknya pengangguran, sehingga ibu memilih untuk membantu

memperbaiki ekonomi keluarga dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga

(Oemar & Novita, 2015). Ibu yang bekerja tidak memiliki cukup banyak waktu

Page 33: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

43

bersama dengan anak balitanya, namun ibu dapat meluangkan waktu untuk sekedar

memberikan makan untuk anak (Putri & Kusbaryanto, 2012). Dengan demikian

konsep pola asuh yang sesuai dengan ibu yang bekerja sangat dibutuhkan sehingga

ibu dapat bertanggung jawab dengan keadaan status gizi balitanya dan juga masih

tetap dapat bekerja (Oemar & Novita, 2015).

2.1.7. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan merupakan suatu ukuran keckupan

rata-rata zat gizi setiap hari untuk semua orang yang disesuiakan dengan golongan

umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan

yang optimal dan mencegah terjadinya defisiensi zat gizi (Depkes, 2005b).

Angka Kecukupan Energi (AKE) merupakan rata-rata tingkat konsumsi

energi dengan pangan yang seimbang yang disesuaikan dengan pengeluaran energi

pada kelompok umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan aktivitas fisik. Angka

Kecukupan Protein (AKP) merupakan rata-rata konsumsi protein untuk

menyeimbangkan protein agar tercapai semua populasi orang sehat disesuaikan

dengan kelompok umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas fisik. Kecukupan

karbohidrat sesuai dengan pola pangan yang baik berkisar antara 50-65% total energi,

sedangkan kecukupan lemak berkisar antara 20-30% total energi (Hardinsyah dan

Tambunan, 2004).

Page 34: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

44

2.2. Anak Balita

2.2.1. Pengertian Anak Balita

Balita merupakan anak yang berusia diatas satu tahun atau biasa juga disebut

dengan bayi di bawah lima tahun (Muaris, 2006). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia (2014) seorang anak dikatakan balita apabila anak berusia 12

bulan sampai dengan 59 bulan. Price dan Gwin (2014) mengatakan bahwa seorang

anak dari usia 1 sampai 3 tahun disebut batita atau toddler dan anak usia 3 sampai 5

tahun disebut dengan usia pra sekolah atau preschool child. Usia balita merupakan

sebuahperiode penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan seorang anak

(Febry, 2008).

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011) menjelaskan balita

merupakan usia dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.

Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap individu berbeda-beda, bisa cepat

maupun lambat tergantung dari beberapa faktor diantaranya herediter, lingkungan,

budaya dalam lingkungan, sosial ekonomi, iklim atau cuaca, nutrisi dan lain-lain

(Aziz, 2006 dalam Nurjannah, 2013).

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau

lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).

Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah umum

bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita,

anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting,

Page 35: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

45

seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah

bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.

Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik

pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun, dimana umur 5 bulan berat badan naik 2 kali

berat badan lahir dan berat badan naik 3 kali dari berat badan lahir pada umur 1 tahun

dan menjadi 4 kali pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra

sekolah kenaikan berat badan kurang lebih 2 kg per tahun, kemudian pertumbuhan

konstan mulai berakhir (Soetjiningsih, 2001).

Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam

pencapaian keoptimalan fungsinya, pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi

serta menentukan perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial,

emosional dan intelegensia (Supartini, 2004).

Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang

manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadipenentu keberhasilan

pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang

di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang,

karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.

2.2.2. Karakteristik Balita

Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1– 3

tahun (batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2004).

Page 36: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

46

Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima

makanan dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar

dari masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar.

Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang

mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih

besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan

frekuensi sering Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah

dapat memilih makanan yang disukainya.

Pada usia ini anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah

playgroup sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku.

Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka

akan mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan anak

cenderung mengalami penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan

pemilihan maupun penolakan terhadap makanan. Diperkirakan pula bahwa anak

perempuan relative lebih banyak mengalami gangguan status gizi bila dibandingkan

dengan anak laki-laki (BPS, 1999).

Septiari (2012) menyatakan karakteristik balita dibagi menjadi dua yaitu:

1. Anak usia 1-3 tahun

Usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak menerima makanan

yang disediakan orang tuanya. Laju Balita pertumbuhan usia balita lebih besar dari

usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Perut yang

lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali

Page 37: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

47

makan lebih kecil bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih besar oleh sebab

itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

2. Anak usia prasekolah (3-5 tahun)

Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif. Anak sudah mulai memilih

makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan anak cenderung mengalami

penurunan, disebabkan karena

anak beraktivitas lebih banyak dan mulai memilih maupun menolak makanan yang

disediakan orang tuanya.

2.2.3. Hubungan antara faktor pekerjaan ibu dengan status gizi

1. Pekerjaan ibu

Pola asuh orang tua sangat berperan dalam berbagai hal untuk mencapai

tumbuh kembang yang sesuai dengan tingkat usianya. Balita merupakan bagian dari

anggota keluarga yang dalam tumbuh kembangnya tidak dapat terlepas dari pengaruh

lingkungan yang mengasuh dan merawatnya. Seorang ibu baik yang berprofesi atau

menjadi ibu rumah tangga harus mempunyai tanggung jawab dalam pengasuhan

anaknya (Oemar & Novita, 2015).

Ibu yang bekerja menjadi faktor yang berhubungan dengan keadaan gizi

balita. Ibu bekerja juga mempengaruhi pola asupan makanan balita, porsi makanan,

dan juga nutrisi apa saja yang dikonsumsi balita (Putri, Sulastri & Lestari, 2015).

Saat ini banyak ibu yang memilih bekerja dengan alasan memperbaiki kondisi

perekonomian keluarga (Putri & Kusbaryanto, 2012).

Page 38: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

48

Salah satu alasannya adalah kemiskinan dan banyaknya pengangguran,

sehingga ibu memilih untuk membantu memperbaiki ekonomi keluarga dalam

memenuhi kebutuhan anggota keluarga (Oemar & Novita, 2015).

Ibu yang bekerja tidak memiliki cukup banyak waktu bersama dengan anak

balitanya, namun ibu dapat meluangkan waktu untuk sekedar memberikan makan

untuk anak (Putri & Kusbaryanto, 2012).

Dengan demikian konsep pola asuh yang sesuai dengan ibu yang bekerja

sangat dibutuhkan sehingga ibu dapat bertanggung jawab dengan keadaan status gizi

balitanya dan juga masih tetap dapat bekerja (Oemar & Novita, 2015).

2. Hasil Peneliti Sebelumnya pengaruh pekerjaan terhadap status gizi balita

Berdasarkan perhitungan analisis dengan menggunakan korelasi teta diperoleh

nilai teta diperoleh 0,492. Sedangkan nilai thitung dengan df=7,58 diperoleh 0,159.

Hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh pekerjaan terhadap status gizi balita dengan

tingkat pengaruhnya terhadap status gizi balita cukup kuat.

Bekerja akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Hambatan

ibu dalam mempertahankan status gizi balita karena para ibu banyak yang bekerja.

Mereka sangat terikat dengan waktu dan sudah memiliki jadwal tertentu. Bekerja

umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan

mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga terutama pada pola pengasuhan

anak (Sulistiani, 2008). Sehingga ibu yang bekerja biasanya memiliki mobilitas yang

tinggi karena kesibukan pekerjaan sehingga kebanyakan kebutuhan asupan nutrisi

untuk anak kurang diperhatikan. Teori ini diperkuat oleh hasil penelitian dari

Page 39: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

49

Hammond (2004) bahwa sebagian ibu yang bekerja akan berpengaruh terhadap status

gizi anaknya.

2.2.4. Hubungan antara faktor pendidikan ibu dengan status gizi

1. Pendidikan ibu

Pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan pengetahuan. Semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang maka sangat diharapkan semakin tinggi pula

pengetahuan orang tersebut mengenai gizi dan kesehatan. Pendidikan yang tingggi

dapat membuat seseorang lebih memperhatikan makanan untuk memenuhi asupan

zat-zat gizi yang seimbang. Adanya pola makan yang baik dapat mengurangi bahkan

mencegah dari timbulnya masalah yang tidak diinginkan mengenai gizi dan kesehatan

(Apriadji, 1986).

Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, akan mudah dalam

menyerap dan menerapkan informasi gizi, sehingga diharapkan dapat menimbulkan

perilaku dan gaya hidup yang sesuai dengan informasi yang didapatkan mengenaigizi

dan kesehatan. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan

(WKNPG, 2004).

Pendidikan juga berperan penting dalam meningkatkan status gizi seseorang.

Pada umumnya tingkat pendidikan pembantu rumah tangga masih rendah (tamat SD

dan tamat SMP). Pendidikan yang rendah sejalan dengan pengetahuan yang rendah,

karena dengan pendidikan rendah akan membuat seseorang sulit dalam menerima

informasi mengenai hal-hal baru di lingkungan sekitar, misalnya pengetahuan gizi.

Page 40: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

50

Pendidikan dan pengetahuan mengenai gizi sangat diperlukan oleh pembantu rumah

tangga. Selain untuk diri sendiri, pendidikan dan pengetahuan gizi yang diperoleh

dapat dipraktekkan dalam pekerjaan yang mereka lakukan.

2. Hasil Peneliti Sebelumnya pengaruh pekerjaan terhadap status gizi balita

Berdasarkan hasil peneliti sebelumnya dapat dilihat p-value = 0,355 berarti

>0,05 yang menunjukan bahwa tidak ada pengaruh pendidikan ibu terhadap status

gizi balita dengan nilai koefisien somer’d 0,066. Diperoleh dengan nilai p-value =

0,355 dapat disimpulkan bahwa pendidikan ibu tidak berpengaruh terhadap status gizi

balita.

Menurut Apriadji (2004), meskipun seseorang memiliki pendidikan yang

rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya

TV, radio, atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan

seseorang

2.2.5. Hubungan antara faktor ekonomi keluarga dengan status gizi

1. Pendapatan ( Ekonomi )

Pendapatan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi status gizi,

Pembantu rumah tangga mendapatkan gaji (pendapatan) yang masih di bawah UMR

(Gunanti, 2005).

Besarnya gaji yang diperoleh terkadang tidak sesuai dengan banyaknya jenis

pekerjaan yang dilakukan. Pendapatan seseorang akan menentukan kemampuan

orang tersebut dalam memenuhi kebutuhan makanan sesuai dengan jumlah yang

Page 41: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

51

diperlukan oleh tubuh. Apabila makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi jumlah

zat-zat gizi dibutuhkan oleh tubuh, maka dapat mengakibatkan perubahan pada status

gizi seseorang (Apriadji, 1986).

Ada dua aspek kunci yang berhubungan antara pendapatan dengan pola

konsumsi makan, yaitu pengeluaran makanan dan tipe makanan yang dikonsumsi.

Apabila seseorang memiliki pendapatan yang tinggi maka dia dapat memenuhi

kebutuhan akan makanannya (Gesissler, 2005).

Meningkatnya pendapatan perorangan juga dapat menyebabkan perubahan

dalam susunan makanan. Kebiasaan makan seseorang berubah sejalan dengan

berubahnya pendapatan seseorang (Suhardjo, 1989).

Meningkatnya pendapatan seseorang merupakan cerminan dari suatu

kemakmuran. Orang yang sudah meningkat pendapatannya, cenderung untuk

berkehidupan serba mewah. Kehidupan mewah dapat mempengaruhi seseorang

dalam hal memilih dan membeli jenis makanan. Orang akan mudah membeli

makanan yang tinggi kalori. Semakin banyak mengonsumsi makanan berkalori tinggi

dapat menimbulkan kelebihan energi yang disimpan tubuh dalam bentuk lemak.

Semakin banyak lemak yang disimpan di dalam tubuh dapat mengakibatkan

kegemukan (Suyono, 1986).

Friedman (2004) status ekonomi seseorang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:

1. Penghasilan tipe kelas atas > Rp 3.000.000,

2. Penghasilan tipe kelas menengah Rp 2000.000 – Rp 3.000.000

Page 42: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

52

3. Penghasilan tipe kelas bawah < Rp 2000.000

2. Hasil Peneliti Sebelumnya pengaruh ekonomi terhadap status gizi balita

Berdasarkan hasil peneliti sebelumnya dapat dilihat p-value = 0,009 berarti

<0,05 yang menunjukan bahwa ada pengaruh tingkat pendapatan terhadap status gizi

balita dengan nilai koefisien somer’d 0,169. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa tingkat pendapatan mempengaruhi terhadap status gizi balita.

Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga,

yang berhubungan dengan daya beli yang dimiliki oleh keluarga (Santoso, 2005).

Karena semakin tinggi penghasilan seseorang akan semakin baik terhadap status gizi

karena asupan nutrisi yang mencukupi, dan semakin rendah penghasilan seseorang

akan meningkatkan status gizi yang kurang karena penghasilan yang tipe kelas

menengah dan bawah akan samakin sulit untuk daya beli yang dibutuhkan. Teori

diatas semakin diperkuat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryadi tahun

2010 yang menunjukkan bahwa status ekonomi akan mempengaruhi status gizi balita.

Page 43: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

53

2.3. Keaslian Penelitian

Tabel 2.6

No Judul Artikel ;

Penulis;Tahun

Metode

(Desain,Sampel,Variabel,Instrumen,Analisis)

Hasil Penelitian

1 Judul Artikel;

Faktor Yang

Mempengaruhi

Status Gizi

Balita Di

Puskesmas

Nelayan Kota

Cirebon

Penulis; Andy

Muharry, Isti

Kumalasari,

Eka

Rosmayanti

Dewi

Tahun; 2017

Penelitian ini menggunakan desain analitik

dengan pendekatan cross sectional.

Sampel berjumlah 93 orang diambil dengan

teknik proportional random sampling.

Variabel bebas yang diteliti yaitu tingkat

pendidikan ibu, pendapatan keluarga, jumlah

anak, pengetahuan ibu tentang gizi dan

keaktifan posyandu.Variabel terikat yaitu

status gizi balita.

Instrumen penelitian berupa lembar

kuesioner.

Analisis data dilakukan dengan analisis

univariabel, bivavariabel dan multivariable.

faktor yang mempengaruhi

status gizi balita usia 12-24

bulan di wilayah kerja

Puskesmas Nelayan Kota

Cirebon yaitu pengetahuan

ibu tentang gizi,

pendapatan keluarga dan

keaktifan dalam kunjungan

posyandu. Sedangkan

variabel yang paling

mempengaruhi status gizi

balita adalah keaktifan

dalam kunjungan

posyandu.

2 Judul Artikel;

Faktor-Faktor

yang

Berhubungan

dengan Status

Gizi Anak

Balita di

Wilayah Kerja

Puskesmas

Nanggalo

Padang

Penulis; Rona

Firmana,

Delmi Sulastri,

Yuniar Lestari

Tahun; 2015

Penelitian ini bersifat analitik dengan desain

Cross-sectional study.

Sampel berjumlah 227 orang yang terdiri

dari anak balita dan ibu balita diwilayah

kerja puskesmas nanggalo padang.

Variabel bebas yaitu tingkat pendidikan ibu,

tingkat pengetahuan ibu, jenis pekerjaan ibu,

pendapatan keluarga, jumlah anak dan pola

asuh ibu. Variabel terikat yaitu status gizi

anak balita.

Instrumen penelitian berupa lembar

kuesioner.

Analisis data dilakukan dengan bivariate dan

multivariat.

Terdapat hubungan yang

bermakna antara

pendidikan ibu, pekerjaan

ibu, pendapatan keluarga,

jumlah anak dan pola asuh

ibu dengan status gizi anak

balita. Pekerjaan ibu

merupakan faktor yang

paling dominan

berhubungan dengan status

gizi. Faktor pengetahuan

ibu tidak dapat dilakukan

uji statistik sehingga tidak

didapatkan hubungan.

Page 44: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

54

3 Judul Artikel;

Analisis

Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhi

Status Gizi

Balita Suku

Anak Dalam

(SAD) (Studi

di Wilayah

Kerja

Puskesmas

Pematang

Kabau

Kecamatan Air

Hitam

Kabupaten

Sarolangun

Jambi)

Tahun; 2017

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian

kuantitatif dengan desain study cross

sectional.

Sampel berjumlah 40 orang anak balita usia

12-59 bulan.

Variabel bebas pengetahuan ibu balita,

penyakit infeksi pada balita, tabu makanan,

kecukupan asupan energi, kecukupan asupan

protein. Variabel terikat status gizi anak

balita.

Instrumen penelitian lembar kuesioner dan

wawancara.

Analisis data univariat dan bivariat.

Pada penelitian ini

didapatkan hasil bahwa

adanya hubungan yang

signifikan antara

pengetahuan ibu, tabu

makanan, dengan

kecukupan asupan energi

protein balita suku anak

dalam dengan nilai

p<0,050,serta terdapat

hubungan antara asupan

energi protein, penyakit

infeksi dengan status gizi

balita suku anak dalam,

Pada variabel jumlah

anggota keluarga tidak

terdapat hubungan dengan

status gizi karena nilai

p>0,050.

4 Judul artikel;

Faktor-Faktor

Yang

Berhubungan

Dengan Status

Gizi Anak

Balita Di

Wilayah Kerja

Puskesmas

Kombos Kota

Manado

Penulis;

Krisna

Lumban Gaol,

Mauren I

Punuh, Nancy

S Malonda

Tahun; 2017

Penelitian ini menggunakan survey analitik

dengan desain Cross sectional .

Sampel berjumlah 108 orang menggunakan

teknik purposive sampling.

Variabel bebas pendidikan ibi, pendapatan

keluarga, penyakit infeksi dan kelengkapan

imunisasai. Variabel terikat status gizi balita.

Instrumen kuesioner dan antropometri.

Analisis data menggunakan uji chi-square

dan uji fisher exact.

Tidak ada hubungan

pendidikan ibu, pendapatan

keluarga, penyakit infeksi

dengan status gizi (BB/TB)

pada balita di wilayah

kerja Puskesmas Kombos.

Terdapat hubungan

kelengkapan imunisasi

dengan status gizi balita

menurut indeks BB/TB

dengan p value sebesar 0,

016 (<0,05). Tetapi

kelengkapan imunisasi

dengan status gizi menurut

indeks TB/U diperoleh p

value sebesar 1,000

(>0,05) menunjukkan tidak

terdapat hubungan

kelengkapan imunisasi

dengan status gizi balita

menurut indeks TB/U di

wilayah kerja Puskesmas

Kombos.

5 Judul Artikel; Desain penelitian Korelasional. Hasil penelitian

Page 45: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Status Gizi 2.1.1. Definisi Status Gizi 2.pdf · 2019. 9. 16. · 2.1.3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan

55

Faktor-Faktor

yang

mempengaruhi

Status Gizi di

Kelurahan

Jayaraksa

Wilayah Kerja

Puskesmas

Baros Kota

Sukabumi

Penulis;

Annissa

Indriati Fauzy,

Marina

Yuniyanti,

S.SIT

Tahun;2014

Sampel sebanyak 182 responden.

Variabel bebas pengetahuan ibu, pendidikan,

pekerjaan ibu, status ekonomi, dan pola asuh.

Variabel terikat Status Gizi balita.

Instrument kuesioner.

Analisis data menggunakan koefisien

somer’d, koefisien kontingensi, dan korelasi

theta.

menunjukkan terdapat

pengaruh pengetahuan ibu,

pola asuh, pekerjaan, dan

status ekonomi terhadap

status gizi balita karena

nilai p-value ≤0,05. Tidak

terdapat pengaruh

pendidikan terhadap status

gizi balita karena nilai p-

value >0,05.Merujuk

kepada hasil penelitian

diharapkan institusi terkait

dapat memberikan

konseling lebih rutin

kepada ibu balita tentang

kebutuhan gizi balita.