Download - BAB 2 Penjualan Angsuran

Transcript
  • BAB II

    PENJUALAN ANGSURAN (INSTALLMENT SALES)

    Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu :

    1. Menjelaskan konsep penjualan angsuran.

    2. Menjelaskan aplikasi perhitungan dan pencatatan akuntansi penjualan angsuran baik

    untuk aktiva tetap maupun barang dagangan.

    3. Memahami perbedaan pengunaan metode pengakuan laba kotor dan metode proporsional

    dengan penerimaan kas dan aplikasi pencatatan dan perhitungannya.

    4. Menyusun laporan keuangan perusahaan yang mennjual barang secara angsuran.

    5. Menjelaskan tata cara transaksi pembatalan angsuran.

    A. PENDAHULUAN

    Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan volume penjualan terutama

    untuk barang-barang yang harga jualnya relatif tinggi seperti elektronik, otomotif dan

    perumahan adalah dengan penjualan secara angsuran, disamping penjualan tunai dan

    kredit. Penerapan metode ini telah berkembang tidak hanya pada perusahaan real

    estate tetapi juga pada perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan mobil,

    angkutan udara, mesin, alat-alat rumah tangga dan sebagainya.

  • Metode ini menarik karena dapat menguntungkan kedua belah pihak yaitu dari

    sisi penjual selain omset penjualan yang meningkat juga dapat meningkatkan tingkat

    perputaran persediaan. Dari sisi pembeli, mendapatkan kemudahan untuk memiliki

    barang-barang kebutuhan terutama yang relatif mahal karena adanya kemudahan

    pembayaran dengan cara mengangsur.

    B. KONSEP PENJUALAN ANGSURAN

    Penjualan angsuran yaitu penjualan yang pembayarannya dapat dilakukan secara

    bertahap dalam jangka waktu tertentu dengan terlebih dahulu membayar uang muka

    (down payment) kemudian sisanya akan diangsur sesuai perjanjian antara penjual

    dengan pembeli.

    Oleh karena pembayaran penjualan angsuran dilakukan secara bertahap maka

    transaksi penjualan angsuran memiliki resiko yang besar dalam penagihan piutang.

    Dengan demikian untuk meminimalkan resiko, pelaku usaha dapat melakukan usaha-

    usaha antara lain sebagai berikut :

    1. Melakukan seleksi calon pembeli.

    2. Kepastian perlindungan dari sisi hukum,

    - Membuat perjanjian penjualan bersyarat (conditional sales contract), dimana

    walaupun barang telah diserahkan namun hak atas barang masih berada ditangan

    penjual sampai seluruh pembayaran lunas, meminta jaminan kredit kepada

    pembeli misalnya ; sertifikat, BPKB dan lain-lain.

  • - Perjanjian dengan pihak trust (trustee) hak milik atas barang-barang untuk

    sementara diserahkan kepada suatu badan trust (trustee) sampai penjualan

    dilunasi dengan membuat akte kepercayaan (trust deed atau trust indenture).

    Setelah pembayaran lunas oleh pembeli, baru trustee menyerahkan hak atas

    barang-barang tersebut kepada pembeli.

    - Beli sewa (lease-purchase), penjualan barang dimana barang diserahkan

    kepada pembeli sedangkan pembayaran angsuran dianggap sewa sampai harga

    dalam kontrak telah dibayar lunas. Setelah pembayaran lunas maka hak milik

    barang berpindah kepada pembeli.

    - Kerjasama dengan pemberi kerja dengan cara potong gaji.

    3. Memberikan perlindungan ekonomi kepada penjual, dengan cara :

    - Uang muka relatif besar

    - Jangka waktu angsuran relatif pendek

    - Besarnya angsuran secara perodik harus dapat menutupi penurunan nilai

    barang.

    Penjualan angsuran dapat dilakukan terhadap :

    1. Aktiva tetap.

    2. Barang dagangan.

  • Masalah transaksi penjualan angsuran dari aspek akuntansi adalah berkaitan

    dengan pengakuan keuntungan atau laba kotor penjualan angsuran. Pada umumnya

    pengakuan laba kotor dari transaksi penjualan angsuran ada dua cara yaitu

    a. Metode laba kotor diakui pada periode penjualan.

    Apabila metode ini digunakan maka penjualan angsuran diperlakukan sama

    seperti penjualan biasa atau transaksi penjualan kredit. Laba kotor diakui pada

    saat terjadinya penjualan ditandai dengan timbulnya piutang atau tagihan kepada

    pembeli.

    Ketentuan metode ini adalah sebagai berikut :

    a. Laba diakui seluruhnya pada periode dimana penjualan dilakukan.

    b. Pada tahun berikutnya, tidak diakui adanya laba tetapi hanya mencatat

    penerimaan kas dan mengurangi piutang.

    c. Hasil penagihan (pembayaran) setelah tahun penjualan dianggap sebagai

    pengembalian pokok piutang angsuran.

    d. Apabila konsumen dibebani bunga maka pencatatan atas bunga dilakukan

    dengan mengakui pendapatan bunga.

    b. Metode laba kotor diakui proporsional sesuai dengan penerimaan kas.

    Pada metode ini, laba kotor diakui secara proporsional sebesar persentase laba

    kotor dibandingkan dengan jumlah uang kas yang diterima. Metode ini banyak

  • digunakan oleh perusahaan yang menerapkan penjualan angsuran dalam jangka

    waktu lebih dari satu periode akuntansi.

    Ketentuan akuntansi pada metode laba diakui proporsional dengan

    penerimaan kas adalah sebagai berikut :

    a. Laba penjualan yang timbul pada saat transaksi dilakukan, dimasukkan ke

    dalam rekening Laba Kotor Belum Direalisasi (LKBD).

    b. Setiap akhir tahun, perusahaan mengakui adanya laba kotor direalisasi (LKD)

    = % LKBD x jumlah kas yang diterima tahun yg

    bersangkutan (tdk termasuk bunga)

    c. % LKD dicatat dengan rumus:

    a. Harga jual - harga pokok x 100%

    Harga jual

    d. LKD adalah merupakan pengakuan laba secara bertahap dari LKBD, yang

    kemudian diakui sebagai laba periode yang bersangkutan di laporan rugi-laba.

    e. Pendapatan bunga dicatat dan diakui tersendiri di luar LKD.

    f. LKBD yang belum disesuaikan menjadi LKD, akan disajikan di Neraca pada

    sisi passiva di bawah kelompok hutang.

    C. PENJUALAN ANGSURAN UNTUK AKTIVA TETAP

    1. Akuntansi penjualan angsuran aktiva tetap

  • Penjualan angsuran aktiva tetap adalah penjualan aktiva tetap seperti tanah,

    bangunan dan sejenisnya yang pembayarannya dilakukan secara bertahap dalam

    jumlah dan waktu yang telah ditentukan. Biasanya pembayaran angsuran ini

    mempunyai tata aturan atau persyaratan sebagai berikut :

    a. Adanya down payment atau uang muka

    b. Pembayaran uang tunai secara periodik sebagai pembayaran angsuran

    Pengakuan keuntungan atau laba kotor penjualan angsuran pada penjualan

    angsuran aktiva tetap dapat dilakukan dengan dua metode yaitu laba kotor diakui

    pada periode penjualan dan laba kotor diakui secara proporsional sejalan

    dengan penerimaan kas.

    Berikut contoh kasus untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang

    metode pengakuan laba kotor dalam penjualan angsuran aktiva tetap.

    Contoh 1 :

    Pada tanggal 1 September tahun 2005, PT Graha Property menjual 10 unit rumah

    dengan harga pokok per kapling Rp 300.000.000,00 dan dijual dengan harga Rp

    400.000.000,00 ditambah bunga 10% per tahun. Pembayaran angsuran dilakukan

    setiap semester (6 bulanan) selama 5 tahun atau 10 semester (10 kali angsuran), uang

    muka 20% dan bunga dihitung dari sisa pinjaman.

    Diminta:

  • 1. Buat skedul pembayaran angsurannya

    2. Jurnal transaksi penjualan angsuran dengan asumsi menggunakan metode laba

    kotor diakui pada saat penjualan dan metode laba kotor diakui sejalan dengan

    penerimaan kas.

    Penyelesaian :

    1. Skedul pembayaran angsuran ( dalam ribuan Rp )

    Angsuran

    ke

    Tgl bayar Bunga Angsuran Jml pembayaran

    Sisa harga

    kontrak

    1 Sept 05 - - - 4.000.000

    (U.muka) 1 Sept 05 - 800.000 800.000 3.200.000 I 1 Mrt 06 160.000 320.000 480.000 2.880.000

    II 1 Sept 06 144.000 320.000 464.000 2.560.000

    III 1 Mrt 07 128.000 320.000 448.000 2.240.000

    IV 1 Sept 07 112.000 320.000 432.000 1.920.000

    V 1 Mrt 08 96.000 320.000 416.000 1.600.000

    VI 1 Sept 08 80.000 320.000 400.000 1.280.000

    VII 1 Mrt 09 64.000 320.000 384.000 960.000

    VIII 1 Sept 09 48.000 320.000 368.000 640.000

    IX 1 Mrt 10 32.000 320.000 352.000 320.000

    X 1 Sept 10 16.000 320.000 336.000 0

    Jumlah Total 880.000 4.000.000 4.880.000 -

    2. Jurnal transaksi penjualan angsuran dengan menggunakan

    a. metode laba kotor diakui saat periode penjualan.

  • Jurnal yang dibuat sebagai berikut :

    (dalam ribuan rupiah) Keterangan transaksi Jurnal

    1. Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 : 10 x Rp 400.000 = 4.000.000 uang muka 20% = 800.000 HP rumah : 10 x Rp 300.00 = 3.000.000

    Kas 800.000 Piutang angsuran 3.200.000 Rumah 3.000.000 Laba penjualan angs 1.000.000

    2. Ajp tgl 31 Des 05 : Bunga yang masih harus diterima 4

    bulan ( 1 Sept sd 31 Des 05) 4/12 x 10% x 3.200.000 = 106.667

    Piutang bunga 106.667 Pendapatan bunga 106.667

    3. Jurnal penutup tgl 31 Des 05 : Menutup rekening nominal ke iktisar laba rugi

    Laba penjualan angs 1.000.000 Pendapatan bunga 106.667 Iktisar laba rugi 1.106.667

    4. Jurnal balik tgl 1 Jan 06 : Reversal entries atas bunga yang

    akan diterima th. 2005

    Pendapatan bunga 106.667 Piutang bunga 106.667

    5. Penerimaan angsuran I Tgl 1 Maret 06 : Angsuran pokok : 3.200.000/10

    = 320.000 Bunga 6 bln x 10%/thn x 3.200.000 = 160.000

    Kas 480.000 Piutang angsuran 320.000 Pendapatan bunga 160.000

    6. Penerimaan angsuran II Tgl 1 Sept 06

    Angsuran pokok = 320.000 Bunga 6 bln x 10% per tahun x (3.200.000 320.000) = 144.000

    Kas 464.000 Piutang angsuran 320.000 Pendapatan bunga 144.000

    7. Ajp tgl 31 Desember 06 : Bunga yang masih harus diterima 4 bln 4/12 x 10% x (3.200.000 640.000) = 85.333

    Piutang bunga 85.333 Pendapatan bunga 85.333

  • Dari contoh diatas diketahui bahwa dengan menggunakan metode ini pada tahun

    kedua sudah tidak ada lagi pengakuan laba atas penjualan angsuran rumah.

    b. Metode Laba diakui proporsional dengan penerimaan kas

    Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :

    (dalam ribuan rupiah) Keterangan transaksi Jurnal

    1. Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 : 10 x Rp 400.000 = 4.000.000 uang muka 20% = 800.000 HP rumah : 10 x Rp 300.00 = 3.000.000

    Kas 800.000 Piutang angsuran 3.200.000 Rumah 3.000.000 LKBD 1.000.000

    2. Ajp tgl 31 Des 05 : a. Bunga yang masih harus diterima 4

    bulan ( 1 Sept sd 31 Des 05) 4/12 x 10% x 3.200.000 = 106.667

    b. Penyesuaian LKBD atau Laba kotor direalisasi (LKD) % laba kotor : 1.000.000 x 100% = 25% 4.000.000

    Penerimaan kas th.2005 sebesar Rp 800.000.000 (down payment). Jadi LKD th.2005 adalah 25% x Rp 800.000.000 = Rp 200.000.000

    Piutang bunga 106.667 Pendapatan bunga 106.667

    LKBD 200.000 LKD 200.000

    3. Jurnal penutup tgl 31 Des 05 : Menutup rekening nominal ke iktisar

    laba rugi

    LKD 200.000 Pendapatan bunga 106.667 Iktisar laba rugi 306.667

    4. Jurnal balik tgl 1 Jan 06 : Reversal entries atas bunga yang akan

    diterima th. 2005

    Pendapatan bunga 106.667 Piutang bunga 106.667

    5. Penerimaan angsuran I Kas 480.000

  • Tgl 1 Maret 06 : Angsuran pokok : 3.200.000/10

    = 320.000 Bunga 6 bln x 10%/thn x 3.200.000 = 160.000

    Piutang angsuran 320.000 Pendapatan bunga 160.000

    6. Penerimaan angsuran II Tgl 1 Sept 06

    Angsuran pokok = 320.000 Bunga 6 bln x 10% per tahun x (3.200.000 320.000) = 144.000

    Kas 464.000 Piutang angsuran 320.000 Pendapatan bunga 144.000

    7. Ajp tgl 31 Desember 2006 a. Ajp bunga yang masih harus diterima

    4 bln ( 1 Sept sd 31 Des 06) 4/12 x 10% x (3.200.000-640.000) = 85.333

    b. Penyesuaian LKBD Penerimaan kas th.2006 sebesar Rp 64.000.000 (angsuran I dan II). Jadi LKD th.2006 adalah 25% x Rp 640.000.000 = Rp 160.000.000

    Piutang bunga 85.333 Pendapatan bunga 85.333

    LKBD 160.000 LKD 160.000

    8. Jurnal penutup tgl 31 Des 06 : Menutup rekening nominal ke iktisar

    laba rugi

    LKD 160.000 Pendapatan bunga 85.333 Iktisar laba rugi 245.333

    9. Jurnal balik tgl 1 Jan 07 : Reversal entries atas bunga yang akan

    diterima th. 2006

    Pendapatan bunga 85.333 Piutang bunga 85.333

    Berikut penjelasan dari jurnal dan perhitungan pada tabel diatas :

    a. Laba penjualan angsuran akan diakui setiap tahun yang besarnya tergantung

    pada besarnya kas yang diterima pada tahun yang bersangkutan. Hal ini dapat

    dilihat pada tahun 2005 jurnal LKD sebesar Rp 200.000.000, sedangkan untuk

    tahun 2006 sebesar Rp 160.000.000. Hal ini disebabkan karena jumlah kas

  • yang diterima selama tahun 2005 lebih besar daripada jumlah kas yang

    diterima pada tahun 2006.

    b. Jurnal yang dibuat pada tahun 2007 dan berikutnya sama dengan jurnal pada

    tahun 2006, perbedaannya hanya teletak pada jumlah pendapatan bunga yang

    semakin kecil karena bunga dihitung dari saldo pokok pinjaman dimana saldo

    pokok pinjaman akan semakin kecil karena adanya pelunasan ditahun

    sebelumnya.

    2. Kegagalan pelunasan piutang angsuran aktiva tetap

    Apabila terjadi si pembeli tidak mampu untuk melunasi angsurannya, maka ini

    berarti seluruh laba yang diperhitungkan tidak dapat semuanya direalisasikan. Dengan

    adanya kegagalan pelunasan ini, biasanya aktiva tetap yang terjual dimiliki kembali

    oleh si penjual dan aktiva tetap tersebut dinilai sebesar nilai pasar pada saat aktiva

    tetap tersebut ditarik/dimiliki kembali. Sedangkan jumlah pembayaran angsuran yang

    telah dibayar oleh pembeli tidak dapat diminta kembali oleh pembeli.

    Adanya kegagalan pelunasan angsuran tersebut maka pihak penjual akan

    mengakui adanya laba atau rugi pemilikan kembali. Besarnya laba atau rugi

    pemilikan kembali yang diakui tergantung pada metode laba yang digunakan dengan

    ketentuan sebagai berikut:

  • 1. Jika pencatatan dilakukan dengan metode laba diakui pada saat penjualan,

    laba atau rugi dihitung dengan cara membandingkan nilai aktiva tetap yang

    dimiliki kembali dengan jumlah piutang angsuran yang belum dilunasi.

    2. Jika pencatatan dilakukan dengan metode laba diakui proposional dengan

    penerimaan kas maka laba atau rugi dihitung dengan cara jumlah nilai aktiva

    tetap yang dimiliki ditambah pengurangan laba kotor yang belum direalisasi

    dibandingkan dengan jumlah piutang angsuran yang belum dilunasi.

    Untuk memperoleh gambaran yang jelas dari adanya masalah kegagalan

    pelunasan penjualan angsuran ini dapat diikuti dalam contoh berikut ini.

    Contoh 2:

    Seorang pengusaha menjual secara angsuran aktiva tetap dengan harga pokok

    Rp 80.000.000, dan dijual dengan harga Rp 100.000.000. Uang muka ditentukan

    sebesar Rp. 30.000.000, dan sisanya dibayar secara angsuran. Setelah membayar

    angsuran sejumlah Rp 40.000.000, pembeli menyatakan tidak mampu lagi untuk

    melunasi sisa angsurannya, akibatnya aktiva tersebut ditarik kembali oleh pengusaha

    tersebut dan nilai pada saat dimiliki kembali oleh penjual adalah Rp 28.000.000.

    Penyelesaian kasus diatas adalah pengusaha tersebut akan membuat jurnal dan

    melakukan perhitungan sebagai berikut:

    1. Bila pembukuannya menggunakan metode laba diakui pada saat penjualan.

  • Dengan metode ini, terlebih dahulu dihitung jumlah piutang angsuran yang

    belum dilunasi kemudiaan dibandingkan dengan nilai pemilikan kembali

    aktiva tetap.

    Jumlah piutang angsuran awal adalah:

    Rp. 100.000.000 Rp. 30.000.000 = Rp. 70.000.000

    Jumlah angsuran yang telah dibayar = Rp. 40.000.000

    Piutang angsuran yang belum dibayar = Rp. 30.000.000

    Nilai pemilikan kembali Aktiva Tetap = Rp. 28.000.000

    Rugi pemilikan kembali = Rp. 2.000.000

    Jurnal yang dibuat :

    Aktiva tetap Rp. 28.000.000

    Rugi pemilikan kembali Rp. 2.000.000

    Piutang Angsuran Rp. 30.000.000

    2. Bila pembukuannya menggunakan metode laba diakui secara proporsional

    dengan penerimaan kas.

    Cara perhitungan laba rugi pemilikan kembali adalah sebagai berikut :

    Menghitung Tingkat laba kotor =

  • Rp. 100.000.000 Rp. 80.000.000 100 % = 20 %

    Rp. 100.000.000

    Jumlah piutang angsuran yang belum dibayar adalah:

    Rp. 70.000.000 Rp. 40.000.000 = Rp. 30.000.000

    Laba Kotor yang Belum Direalisasi ( LKBD ) harus disesuaikan (

    dikurangi ) sebesar 20 % Rp 30.000.000 = Rp.6.000.000

    Berdasarkan perhitungan diatas, jurnal yang harus dibuat adalah:

    Aktiva tetap Rp. 28.000.000

    LKBD Rp. 6.000.000

    Piutang angsuran Rp. 30.000.000

    Laba pemilikan kembali Rp. 4.000.000

    D. PENJUALAN ANGSURAN BARANG DAGANGAN

    Penjualan angsuran barang dagangan proses akuntansinya hampir sama dengan

    penjualan angsuran aktiva tetap. Perbedaannya terletak pada beberapa hal yaitu pada

    penjualan angsuran barang dagangan tidak memperhitungkan tingkat bunga angsuran,

    dan metode yang digunakan untuk pencatatan pengakuan laba hanya dengan metode

    laba yang diakui proposional dengan penerimaan kas.

  • Seperti halnya pada penjualan angsuran aktiva tetap, untuk penjualan angsuran

    barang dagangan mempunyai ketentuan ketentuan sbb:

    1. Pembayaran uang muka ( Down Payment )

    Pembayaran uang muka ini dilaksanakan secara tunai yang jumlahnya

    sebesar prosentase tertentu dengan harga jual barang dagangan atau sebesar

    jumlah rupiah yang telah ditentukan.

    2. Pembayaran uang tunai periodik sebagai pembayaran angsuran. Besarnya

    pembayaran angsuran ini telah ditentukan sebelumnya atau dapat juga

    ditentukan besar kecilnya tergantung pada lamanya jangka waktu angsuran.

    Dalam penjualan angsuran barang dagangan ini, tidak ada pengakuan

    pendapatan bunga seperti pada penjualan angsuran aktiva tetap. Dalam mencatat

    transaksi-transaksi penjualan perlu untuk membedakan antara penjualan reguler

    dengan penjualan angsuran. Hal ini sangat penting untuk dapat memberikan data bagi

    perhitungan laba kotor yng diakui sebagai hasil penerimaan pembayaran piutang dari

    penjualan angsuran.

    Adapun ketentuan akuntansi untuk penjualan angsuran barang dagangan

    adalah sebagai berikut :

    1. Laba diakui sebesar prosentase laba kotor dikalikan kas yang direalisasi dari

    penjualan angsuran ( proporsional dengan penerimaan kas ).

  • 2. Piutang, penjualan dan LKBD untuk penjualan angsuran diberi tanda tahun

    terjadinya agar dapat diidentifikasi dengan jelas hubungannya dengan laba

    kotor yang realisasi pada tahun yang bersangkutan dengan piutang tersebut.

    3. Pencatatan persediaan barang dagangan dapat menggunakan metode pisik atau

    metode perpetual.

    Untuk memberikan gambaran tentang proses akuntansi penjualan angsuran

    barang dagangan maka diberikan contoh dibawah ini.

    Contoh 3:

    PT Eksekutif menjual barang dagangannya sebagian atas dasar kontrak

    penjualan angsuran berlangsung selama 3 tahun disamping penjualan secara kredit.

    Berikut ini adalah neraca per 1 Desember 2009 milik PT EKSEKUTIF :

    PT EKSEKUTIF Neraca

    1 Desember 2009

    Kas Rp. 400.000 Hutang Dagang Rp. 1.000.000 Piutang Reguler Rp. 1.200.000 Hutang Lain-lain Rp. 1.400.000 Piutang Angsuran 2007 Rp 800.000 LKBD 2007 (20 %) Rp 200.000 Piutang Angsuran 2008 Rp 800.000 LKBD 2008 (25 %) Rp 240.000 Piutang Angsuran 2009 Rp 1.200.000 LKBD 2009 (20 %) Rp 600.000 Persediaan Rp 2.400.000 Modal saham Rp 4.000.000 Aktiva Tetap (bersih) Rp 3.200.000 Laba ditahan Rp 2.560.000

    Jumlah Aktiva Rp. 10.000.000 Jumlah Passiva Rp. 10.000.000

    Transaksi yang terjadi selama tahun 2009 adalah sbb:

  • 1. Penjualan untuk tahun 2009 adalah terdiri dari penjualan kredit reguler Rp 2.400.000 dan penjualan angsuran Rp 3.000.000.

    2. Jumlah piutang yang tertagih selama tahun 2009 adalah: Piutang Reguler Rp 800.000 Piutang Angsuran 2007 Rp 400.000

    Piutang Angsuran 2008 Rp 600.000 Piutang Angsuran 2009 Rp 800.000

    3. Biaya biaya operasi selama tahun 2009 adalah Rp 400.000. 4. Penghapusan piutang angsuran 2008 sejumlah Rp 500.000 yang terdiri dari :

    Penghapusan piutang reguler Rp 200.000

    Penghapusan piutang angsuran 2007 Rp 200.000

    Penghapusan piutang angsuran 2008 Rp 100.000 5. Kebijaksanaan penjualan yang ditempuh oleh perusahaan adalah:

    Harga pokok penjualan reguler adalah 60 % dari penjualan, sedang harga pokok penjualan angsuran adalah 80 % dari penjualan angsuran.

    Berdasarkan data pada contoh diatas, PT EKSEKUTIF akan membuat pencatatan jurnal sebagai berikut :

    (dalam ribuan rupiah) Keterangan Metode Fisik Metode Perpetual

    1. Mencatat penjualan th 2009

    Reguler : 2.400.000 Angsuran : 3.000.000

    Piutang dagang 2.400 Piut angs th.2000 3.000 Penjualan reguler 2.400 Penjualan angsuran 3.000

    Piutang dagang 2.400 Piut angs th.2000 3.000 Penjualan reguler 2.400 Penjualan angsuran 3.000

    HPP 1.440 HPP angsuran 2.400 Persed. Brg dg 3.840

    2. Mencatat penerimaaan pembayaran piutang

    Kas 2.600 Piut dagang 800.000 Piut angs 2007 400.000

    Kas 2.600 Piut dagang 800.000 Piut angs 2007 400.000

  • Piutang reguler :800.000, piutang angsuran 2007 : 400.000 2008 : 600.000 2009 : 800.000

    Piut angs 2008 600.000 Piut angs 2009 800.000

    Piut angs 2008 600.000 Piut angs 2009 800.000

    3. Mencatat biaya operasi th.2009

    Biaya operasi 400 Kas 400

    Biaya operasi 400 Kas 400

    4. Mencatat penghapusan piutang Reguler : 200.000 2007 : 200.000 2008 : 100.000

    Penghpsan piut 435 LKBD 2007 40 LKBD 2008 25 Piut reguler 200 Piut angs 2007 200 Piut angs 2008 100

    LKBD : 2007 : 20% x 200.000=40.000 2008 : 25% x 100.000=25.000

    Penghpsan piut 435 LKBD 2007 40 LKBD 2008 25 Piut reguler 200 Piut angs 2007 200 Piut angs 2008 100

    LKBD : 2007 : 20% x 200.000=40.000 2008 : 25% x 100.000=25.000

    5.Penyesuaian 31 Desember 2009 Mencatat hpp penjualan angsuran

    Mencatat LKBD th.2009 dan menutup HPP angsuran dan penjualan angsuran

    Penyesuaian LKBD dari LKD dihitung dari % laba kotor dari piutang tertagih

    HPP reguler 1.440 HPP angsuran 2.400 Pengiriman BD 3.840

    Penj angsuran 3.000 HPP angsuran 2.400 LKBD 600

    LKBD 2007 80.000 LKBD 2008 150.000 LKBD 2009 160.000 LKD 390.000

    LKBD 2007 : 20% x 400.000=80.000 LKBD 2008 : 25% x 600.000=150.000 LKBD 2009 : 20% x 800.00=160.000

    Sdh dijurnal no.1

    Penj angsuran 3.000 HPP angsuran 2.400

    LKBD 600

    LKBD 2007 80.000 LKBD 2008 150.000 LKBD 2009 160.000 LKD 390.000

    LKBD 2007 : 20% x 400.000=80.000 LKBD 2008 : 25% x 600.000=150.000 LKBD 2009 :

    20% x 800.00=160.000

    6.Membuat jurnal penutup : -Menutup by operasi

    LKD 390 Penj reguler 2.400 Biaya operasi 400

    LKD 390 Penj reguler 2.400 Biaya operasi 400

  • -Menutup penghpsan piutang -Menutup HPP reguler -Menutup penjualan angsuran -Menutup LKD

    Penghpsn piut 435 HPP reguler 1.440 Laba rugi 515

    Penghpsn piut 435 HPP reguler 1.440 Laba rugi 515

    PT EKSEKUTIF Laporan Laba - Rugi

    Periode 1 sd 31 Desember 2009

    Akun Reguler Angsuran Total Penjualan 2.400.000 3.000.000 5.400.000 HPP 1.440.000 2.400.000 3.840.000 Laba kotor 960.000 600.000 1.560.000 Dikurangi : LKBD 2009 (600.000-160.000)

    - 440.000 (440.000)

    960.000 160.000 1.120.000 Ditambah : LKD 2008, 2007 (150.000+80.000)

    230.000

    230.000 Jml real laba kotor th.2009

    960.000 390.000 Rp 1.350.000

    Biaya operasi (400.000) Penghapusan piut (435.000) Laba bersih th.2009

    515.000

  • PT EKSEKUTIF Laporan Laba Ditahan Per 31 Desember 2009

    Laba yang ditahan per 1 Desember 2009 Rp. 2.560.000 Laba bersih 2009 (dari Laporan Laba Rugi) Rp. 515.000 Jumlah laba ditahan per 31 Desember 2009 Rp. 3.075.000

    PT EKSEKUTIF Neraca

    Per 31 Desember 2009

    Kas Rp.2.600.000 Hutang dagang Rp. 1.000.000 Piutang reguler Rp.2.600.000 Hutang lain-lain Rp. 1.400.000 Piutang angsuran 2007 Rp. 200.000 LKBD 2007 (20 %) Rp. 80.000 Piutang angsuran 2008 Rp. 100.000 LKBD 2008 (25 %) Rp. 65.000 Piutang angsuran 2009 Rp.3.400.000 LKBD 2009 (20 %) Rp. 1.040.000 Persediaan Rp.(1.440.000) Modal saham Rp. 4.000.000 Aktiva tetap (bersih) Rp.3.200.000 Laba yg ditahan Rp. 3.075.000

    Jumlah Rp.10.660.000 Jumlah Rp.10.660.000

    Keterangan:

    1. 1.200.000 + 2.400.000 800.000 - 200.000 = 2.600.000 2. 800.000 400.000 200.000 = 200.000 3. 800.000 600.000 100.000 = 100.000 4. 1.200.000 + 3.000.000 800.000 = 3.400.000 5. 2.400.000 3.840.000 = (1.440.000)

    E. PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PENJUALAN ANGSURAN

    Penyajian informasi penjualan angsuran didalam laporan keuangan (Neraca dan

    Laba rugi) tidak banyak berbeda seperti penyusunan laporan-laporan keuangan

  • umumnya. Pada Neraca terdapat rekening piutang penjualan angsuran dan laba

    kotor belum direalisasi yang erat hubungannya dengan pelaksanaan penjualan

    angsuran tersebut.

    1. Rekening piutang penjualan angsuran

    Apabila piutang penjualan angsuran dicatat sebagai golongan aktiva lancar,

    maka posisinya sama dengan piutang biasa, sehingga dapat diinterpretasikan sebagai

    aktiva yang dapat dikonversikan menjadi uang kas dalam siklus operasi normal

    perusahaan yaitu tidak lebih dari 1 tahun. Disisi lain untuk transaksi penjualan

    angsuran, realisasi piutang menjadi uang kas mungkin meliputi jangka waktu lebih

    dari satu tahun.

    Agar tidak ada penyimpangan dari prinsip akuntansi yang lazim, maka piutang

    penjualan angsuran pada umumnya dapat dilaporkan sebagai golongan aktiva

    lancar dengan memberikan penjelasan tertentu misalnya dengan footnote atau

    melampirkan daftar piutang penjualan angsuran dengan menyebutkan tanggal dan

    jangka waktu piutang tersebut akan jatuh tempo.

    2. Rekening laba kotor belum direalisasi (LKBD)

    Laba kotor belum direalisasi pada neraca dapat dicantumkan sebagai rekening

    penilaian (valuation account) dan mengurangi rekening piutang penjualan angsuran

    atau dicantumkan sebagai rekening modal dan dicatat sebagai bagian dari laba

    ditahan (retained earnings). Laba kotor belum direalisasi (LKBD) dari penjualan

  • angsuran biasanya disajikan dalam kelompok hutang pada neraca sebagai

    pendapatan yang masih harus diterima (deferred revenue).

    3. Rekening laba kotor direalisasi (LKD)

    Dalam laporan perhitungan laba rugi, hasil penjualan reguler dengan

    penjualan angsuran disajikan secara terpisah. Iktisar mengenai perhitungan realisasi

    laba kotor dalam tahun buku yang bersangkutan, biasanya dibuat sebagai lampiran

    laporan laba rugi tersebut. Pada perhitungan laba rugi, laba kotor direalisasi tahun

    yang bersangkutan akan mengurangi laba kotor penjualan angsuran dan sebaliknya

    laba kotor direalisasi tahun-tahun sebelumnya akan menambah laba bersih sebelum

    pajak. Contoh penyajian transaksi penjualan reguler dan penjualan angsuran dapat

    dilihat pada kasus diatas.

    F. PERTUKARAN ATAU TRADE IN PADA PENJUALAN ANGSURAN

    Untuk menarik pembeli, selain penjualan kredit atau angsuran, seringkali

    pihak penjual juga menerima tukar tambah dengan barang baru. Barang yang diterima

    penjual biasanya dianggap sebagai pembayaran pertama (down payment).

    Bagi penjual, meskipun sudah terikat dengan perjanjian penjualan angsuran

    yang telah dibuat namun akan lebih aman dan hati-hati jika barang hasil pertukaran

    tersebut dinilai kembali dengan memperhatikan adanya perbaikan-perbaikan serta

    suatu tingkat laba pada umumnya yang diharapkan dari penjualan kembali barang

    bekas. Dalam kasus tukar tambah ini, barang bekas pakai diterima harus dicatat

  • sebesar harga penilaian yang dapat dianggap sebagai perkiraan harga pokok (estmated

    cost). Sedangkan harga barang bekas yang diterima sesuai dengan perjanjian

    dianggap sebagai harga pertukaran.

    Jika terdapat perbedaan antara harga pokok yang diperkirakan dengan harga

    pertukaran, maka perbedaan tersebut akan dicatat ke dalam rekening Cadangan

    Selisih Harga Pertukaran atau CSHP.

    Contoh :

    UD Sakti Motor menjual sebuah mobil baru dengan harga pokok Rp 100.000.000

    kepada pembeli dengan perjanjian penjualan angsuran seharga Rp 150.000.000.

    Sebagai pembayaran pertama (down payment) pembeli menyerahkan sebuah mobil

    bekas dan setuju dihargai Rp 40.000.000. Diperkirakan biaya-biaya yang diperlukan

    untuk perbaikan mobil bekas tersebut sebesar Rp 500.000, dan harga penjualan

    normal setelah diperbaiki adalah Rp 42.000.000. Penjual mengharapkan laba normal

    sebesar 10% dari harga penjualan mobil bekas.Atas dasar data-data tersebut diatas

    buatlah perhitungan dan jurnal yang diperlukan oleh UD Sakti Motor

    Penyelesaian :

    Harga pertukaran mobil bekas Rp 40.000.000

    Nilai jual mobil bekas setelah perbaikan Rp 42.000.000

    Dikurangi :

    Ongkos perbaikan Rp 500.000

  • Laba normal yang

    Diharapkan (10% x Rp 42.000.000) Rp 4.200.000

    (Rp 4.700.000)

    Perkiraan harga pokok (estimated cost) Rp 37.300.000

    Cadangan selisih harga pertukaran Rp 2.700.000

    Jurnal yang dibuat :

    Persediaan Mobil bekas Rp 37.300.000

    CSHP Rp 2.700.000

    Piutang penjualan angsuran Rp 110.000.000

    Penjualan angsuran Rp 150.000.000

    Harga pokok mobil Rp 100.000.000

    Persediaan mobil baru Rp 100.000.000

    G. PENUTUP

    Penjualan angsuran merupakan salah satu strategi penjualan yang banyak

    diterapkan di perusahaan sehingga hal ini penting dipelajari untuk mengetahui

    bagaimana teori, tata cara perhitungan dan prinsip akuntansi yang berlaku untuk

    penjualan angsuran ini.

  • Penjualan angsuran terdiri dari penjualan angsuran untuk aktiva tetap atau barang

    tidak bergerak dan penjualan angsuran persediaan barang dagangan. Hal ini terkait

    dengan masalah pengakuan laba atas penjualan angsuran dan metode yang

    diterapkan.

    H. TES UMPAN BALIK

    1. Apakah yang dimaksud dengan penjualan angsuran ?

    2. Bagaimana pengakuan laba untuk penjualan angsuran dan jelaskan metode apa

    saja yang dapat diterapkan pada penjualan angsuran aktiva tetap dan penjualan

    angsuran barang dagangan ?

    3. Bagaimana prosedur pencatatan untuk penjualan aktiva tetap dan barang dagang ?

    4. Bagaimana menangani persoalan piutang usaha angsuran yang tidak dapat

    tertagih, pertukaran, dan pemilikan kembali barang angsuran?

    5. Dealer A MOTOR menjual mobil secara angsuran dengan persyaratan

    pembayaran pertama (down payment) sebesar 40% dan sisanya diangsur selama

    30 bulan. Pembayaran angsuran per bulannya adalah Rp 200.000,00/mobil. Harga

    pokok mobil tersebut adalah 80% dari harga jual.

    Transaksi penjualan yang terjadi pertama kali adalah pada tanggal 1 Maret 2008

    dengan dijual 10 mobil. Angsuran pertama dimulai pada tanggal satu bulan

    berikut nya. Tarif bunga angsuran ditentukan 12% per tahun. Pembayaran setiap

  • kali angsur tidak termasuk biaya bunga. A MOTOR menggunakan metode laba

    diakui pada tahun penjualan.

    Pertanyaan :

    a. Berapakah besarnya penjualan 10 buah mobil tersebut.

    b. Berapakan besarnya uang muka dari penjualan mobil tersebut

    c. Berapakah besarnya laba kotor dari penjualan mobil tersebut.

    d. Buat jurnalnya pada saat penjualan tanggal 1 Maret 1998.

    6. PT Nippon-Hidetoshi Nakata bergerak dalam bidang penjualan elektronika dan

    sejenisnya. Dalam kebijaksanaan penjualan ditempuh penjualan secara angsuran.

    Selama tahun 2001, penjualan angsuran sebesar Rp 20.200.000 yang diketahui

    dari catatan akuntansinya. Sebelum tutup buku tahun 2001, diketahui juga bahwa

    jumlah harga pokok barang yang dijual angsuran tahun 2001 sebesar Rp

    15.200.000, sedangkan jumlah pelunasan angsuran adalah Rp 17.200.000.

    Taksiran barang yang kemungkinan akan dimiliki kembali pada akhir tahun

    adalah Rp 1.800.000 dan taksiran piutang penjualan angsuran yang dimiliki

    kembali Rp 2.400.000.

    Diminta buat jurnal untuk mencatat :

    a. Transaksi penjualan angsuran dan penerimaan pelunasan piutang angsuran

    piutang angsuran LKBD yang ditangguhkan.

    b. Pemilikan kembali barang dagangan dan realisasi laba bruto.