Download - Bab 12 Peralatan Lapangan, Peta Dan Pemetaan Geologi

Transcript

Bagian 7

PAGE 89

12Peralatan Lapangan, Peta, dan Pemetaan Geologi12.1 Peralatan lapanganBagi seorang ahli geologi, Lapangan merupakan tempat dimana dan atau tanah yang dapat diamati secara langsung, dan geologi lapangan merupakan cara yang digunakan untuk mempelajari dan menafsirkan struktur dan sifat batuan yang ada pada suatu singkapan. Untuk mempermudah melakukan proses diatas, diperlukan suatu alat bantu yang secara umum yang dikenal sebagai Peralatan Standar Lapangan Geologi.

Alat adalah perkakas, barang-barang yang perlu untuk melakukan suatu pekerjaan (Poerwadarminta,1954). Atau dengan kata lain peralatan adalah bermacam-macam bentuk alat perkakas, perbekalan, atau kelengkapan.

Peralatan geologi adalah peralatan yang digunakan untuk mempelajari, mengamati, memeriksa, mengumpulkan data dan contoh batuan dalam pekerjaan geologi lapangan (pemetaan geologi). Peralatan standar lapangan geologi adalah merupakan peralatan geologi yang umum digunakan di lapangan, yang terdiri dari :

1.Kompas geologi

2. Palu geologi

3. Peta dasar (peta topografi)

4. Loupe

5. Buku catatan lapangan dan lembar deskripsi batuan

6. Alat-alat tulis

7. HCl 0,1 N

8. Komparator batuan

9. Pita atau tali ukur

10. Clip board

11. Kantong contoh batuan

12. Kamera

13. Tas lapangan

12.1.1 Cara Pemakaian Peralatan Lapangan Geologi1. Kompas geologi

Kompas geologi merupakan kompas yang dapat digunakan untuk mengukur komponen arah (azimuth, jurus, dll) dan komponen besar sudut (dip, slope, dll). Berdasarkan pembagian lingkaran derajat, dikenal 2 macam kompas geologi, yaitu :

d. Kompas azimuth, kompas ini mempunyai dua angka lingkaran derajat tertinggi yaitu 360(. Angka 0( dan 360( berhimpit pada Utara kompas.

e. Kompas kwadran, kompas ini mempunyai angka lingkaran derajat yang dibagi menjadi 4 bagian, sedangkan angka tertinggi 90( terletak di Timur dan Barat kompas dan angka 0( di Utara dan Selatan kompas.

Di Indonesia, pada umumnya kompas yang dipergunakan adalah jenis kompas azimuth. Sebelum pemakaian dilapangan, inklinasi dan deklinasi dari kompas haruslah disesuaikan dengan daerah setempat.

Gambar 12.1 Kompas Geologi

Cara penggunaan kompas geologi :

a. Untuk pengukuran komponen arah (azimuth, jurus, dll), bagian-bagian kompas yang harus diperhatikan adalah lubang pengintip, mata lembu (bull eyes), jarum kompas, klinometer, lingkaran pembagian derajat. Dimana keadaan kompas harus selalu horizontal atau mendatar.

Pengukuran azimuth (arah)dapat menggunakan dua cara :

1. Kompas dibuka dengan sudut ( 135(, tangan petunjuk dibuat tegak, kompas dipegang dipinggang. Sasaran dilihat melalui lubang tangan petunjuk di garis tengah cermin. Setelah bull eye berada di tengah, baca angka lingkaran. Pembagian derajat yang berhimpit dengan jarum Utara kompas, sehingga didapatlah harga Azimuth / arah ke depan.

2. Kompas geologi dibuka dengan sudut ( 30(, dipegang dekat mata, sasaran dilihat melalui lubang pengintip dan jendela pandang, dan melalui cermin dibaca angka lingkaran pembagian derajat yang berhimpit dengan jarum Utara kompas. Maka didapat harga Back Azimuth / arah belakang.

Gambar 12.2 Pengukuran arah azimuth dengan kompas dipegang di pinggang

Gambar 12.3 Pengukuran arah azimuth dengan kompas dipegang dekat mata

b. Pengukuran komponen arah (perlapisan dan sesar)

Pengukuran strike/jurus perlapisan dan sesarKompas ditempel pada bidang lapisan atau bidang sesar bagian sebelah atas, dengan bagian kompas yang ditempel adalah E (East/Timur), untuk kompas azimuth; sedangkan untuk kompas kuadran, dapat ditempel untuk yang bertanda E atau W (West/Barat), hasil pengukurannya sama tetapi penulisannya berbeda, seperti contoh:

Kompas azimuth (E yang ditempel) didapat = N 250o E

Kompas kuadran (E yang ditempel) ditulis = S 070o W

Kompas kuadran (W yang ditempel) ditulis = N 70o E

Pengukuran arah kemiringan lapisan

Kompas ditempel di bagian belakang (bagian bawah engsel cermin) pada bidang lapisan paling atas, dengan komposisi kompas tegak lurus jurus.

Pengukuran arah lineasi (gores garis/pitch)

Pada lineasi yang akan diukur, diletakkan buku catatan lapangan (field note) atau clip board tegak lurus bidang horizontal. Kemudian kompas ditempelkan pada sisi buku catatan/clip board dengan lengan penunjuk ke arah gores garis yang turun/ke bawah.

Gambar 12.4 Pengukuran strike/jurus perlapisan dan sesar

Gambar 12.5 Pengukuran arah kemiringan lapisan dan lineasi (gores garis/pitch)

c.Untuk pengukuran komponen besar sudut (dip, rake, slope).

Bagian-bagian kompas yang harus diperhatikan adalah klinometer, angka derajat kemiringan, dan posisi tegak kompas. Pengukuran dip/kemiringan (lapisan dan bidang sesar)

Pengukuran dip Perlapisan dan sesarKompas ditempel di atas lapisan batuan/bidang sesar, tegak lurus jurus, atur klinometer sampai gelembung udara berada di tengah (pengatur klinometer ada di bagian belakang kompas), lalu baca harga derajat kemiringan.

Pengukuran slope (kemiringan lereng)

Kompas dibuka dengan sudut + 45o, dipegang dengan posisi tegak dekat dengan mata. Sasaran penglihatan adalah teman seregu atau patok yang mempunyai tinggi sama dengan mata penembak/pemegang kompas, sasaran dilihat melalui jendela kaca. Setelah gelembung udara tepat di tengah klinometer, dibaca harga derajat kemiringan.

Gambar 12. 6 Pengukuran slope

1. Pengukuran penentuan lokasi/posisi (plotting)

Penentuan lokasi/plotting dapat digunakan dengan metode sebagai berikut :

Resection : Cara resection digunakan apabila kita ingin mengetahui posisi secara tepat pada peta, yaitu dengan cara :

1. Mengatur peta dengan benar (arah Utara peta disesuaikan dengan arah Utara kompas).

2. Memilih dua buah titik yang sudah dikenal dengan baik, pada peta ataupun di lapangan, misalnya titik A dan B.

3. Kemudian bidik dengan kompas dan catat sudut-sudut yang didapat dari kedua titik yang ditandai tersebut.

4. Tentukan arah Utara peta pada titik yang ditandai tersebut caranya dengan membuat garis lurus yang tegak lurus dengan sumbu Y.

5. Hitung dan gambarkan sudut yang didapat pada titik A dan B, perhitungan sudutnya dimulai dari sudut kompas pembidikan ke titik A dan B.

6. Perpotongan dua garis tersebut merupakan posisi kita.

7. Contoh :

A = 297o (azimuth bukit A terhadap posisi kita)

B = 75o (azimuth bukit B terhadap posisi kita)

Back Azimuth A= 117o (297o - 180o)

Back azimuth B = 255o (75o + 180o)

Gambar 12.7 Metoda Resection Intersection : adalah cara untuk menentukan letak suatu titik (sasaran) di medan atau pada peta. Kegunaan metode ini adalah untuk mengetahui posisi seseorang atau sesuatu pada peta, misalnya mengetahui secara tepat pesawat yang jatuh atau lokasi kebakaran hutan, Caranya yaitu :1. Tentukan 2 titik di medan yang mudah diketahui dan dikenali, baik pada peta atau pada lapangan dan jarak antara dua titik tersebut harus ditentukan.

2. Dari dua buah titik tersebut, tentukan sudut kompas ke sasaran yang akan diketahui pada peta (azimuth).

3. Ubahlah sudut kompas menjadi sudut peta.

4. Perpotongan garisnya merupakan letak sasaran yang diketahui di peta.

Contoh :

Titik A = 30o (azimuth posisi kita terhadap sasaran) dari jembatan.

Titik B = 320o dari perkebunan.

Tentukan letak sasaran (misalnya kebakaran hutan).

Gambar 12.8 Metoda intersection2.Palu Geologi

Pada dasarnya ada tiga tipe palu geologi, yaitu:

a. Chisel-end hammer atau chisel-point hammer, yaitu palu geologi yang salah satu ujungnya pipih-tajam seperti pahat.

b. Pick-end hammer atau pick-point hammer, yaitu palu geologi yang salah satu ujungnya runcing seperti paku.

c. Bricklayers hemmer atau club hammer, yaitu palu geologi yang kedua ujungnya rata dan berbentuk persegi panjang. d. Chisel-end hammer dan pick-end hammer memiliki ukuran dan berat yang bervariasi, mulai dari panjangnya sekitar 28 cm hingga sekitar 33 cm; mulai dari yang beratnya sekitar 0,6 kg sampai 1,2 kg. Bricklayers hammer memiliki panjang sekitar 33 cm dan berat sekitar 1,8 kg. Gagang palu geologi dibuat dari bahan kayu, fibreglass, atau bahan campuran karet.

Catatan :

Palu geologi dapat disimpan dalam sebuah kantong yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan lapangan. Dengan adanya kantong tersebut, seseorang tidak perlu memegang palu geologinya selama membawanya di lapangan.

Gambar 12.9 Palu GeologiKebiasaan yang kurang baik dari sebagian mahasisiwa yaitu memasukkan palunya ke dlam ransel. Hal ini mengandung bahaya, karena ujung palu yang runcing dapat menembus ransel, bahkan mungkin dapat melukai punggung. Cara seperti ini pula yang biasanya menyebabkan seseorang kehilangan palunya karena dia kadang-kadang tidak sadar bahwa palunya belum termasukkan ke dalam ransel dan tertinggal di suatu tempat.

Kegunaan Palu Geologi

Secara umum palu geologi dapat dogunakan untuk keperluan-keperluan sebagai berikut:

a. Memecahkan batuan atau mencungkil mineral dan fosil dari singkapan.

b. Menggali tanah dalam rangka mencari singkapan atau mengambil sample yang segar.

c. Membersihkan singkapan dari tanah penutup atau vegetasi yang menutupinya.

d. Membantu pendakian, apabila diperlukan.

e. Mempertahankan diri, apabila diperlukan.

Teknik Memecahkan Batuan

Berikut akan dikemukakan suatu prosedur umum yang dapat diikuti untuk memecahkan batuan dari suatu singkapan dengan aman :

a. Tentukan batuan yang akan diambil samplenya.

b. Carilah tepi tubuh batuan tersebut, atau bagian-bagiannya yang menonjol, untuk dijadikan target pemukulan.

c. Tempatkan tubuh kita sedemikian rupa sehingga tidak terletak pada arah pemukulan dan target pemukulan itu tidak lebih tinggi dari dada kita.

d. Pukul target itu ke arah ruang kosong. Arah pemukulan hendaknya membentuk sudut kira-kira 70o - 80o dengan bidang target.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan cara memukul batuan, yaitu :

a. Ujung palu geologi yang runcing atau berbentuk seperti pahat hendaknya hanya digunakan untuk memecahkan batuan-batuan yang relatif lunak, untuk membentuk sample, untuk mencungkil mineral dan fosil. Jangan sekali-kali menggunakan untuk memecahkan batuan yang keras! Hal itu berbahaya karena palu dapat meleset dan mungkin berganti arah menuju kita.

b. Jangan tempatkan tubuh kita pada arah pemukulan karena pecahan batuan tajam bisa terbang dan melukai tubuh kita.

c. Tempatkan kepala kita pada jarak yang cukup jauh dari tempat pemukulan untuk menghindarkan wajah dan mata kita dari muntahan pecahan batuan (bahkan percikan api!) yang mungkin timbul akibat teumbukan antara palu dengan batuan.

d. Pandang target pada saat pemukulan dilakukan. Ingatlah bahwa jika kita memalingkan muka pada saat memukul, maka pemukulan mungkin tidak mencapai target yang diharapkan.

e. Demi keamanan, ada baiknya apabila dipakai kacamata pengaman pada saat melakukan pemukulan sedemikian rupa sehingga mata kita berada dalam kondisi yang benar-benar aman.

f. Jangan sekali-kali menggunakan sebuah palu sebagai pahat yang kemudian dipukul dengan palu yang lain. Ujung palu geologi yang tumpul itu dibuat sedemikian rupa sehingga sangat kuat. Apabila dua ujung palu saling dibenturkan dengan keras satu sama lain, maka akan timbul percikan api yang berbahaya bagi wajah dan mata kita.

g. Pemukulan hendaknya dilakukan dengan tenaga yang cukup kecil, namun mantap. Ingatlah bahwa keberhasilan pemukulan terutama ditentukan oleh tekniknya. Dengan tenaga yang relatif kecil, batuan yang keras akan dapat hancur, asal tekinik memukulnya benar.

3. Peta Dasar (topografi atau foto udara), peta dasar digunakan sebagai pegangan dan penunjuk suatu daerah yang akan kita teliti/petakan. Dari peta dasar yang ada, kita dapat mengetahui kondis medan, menentukan posisi, dan menginterpretasikan geologi daerah tersebut.4. Loupe/hand-lens (kaca pembesar); Lensa pembesar yang umum digunakan adalah lensa yang memiliki pembesaran 8%, 10%, 15%, dan 20%. Lensa pembesar ini digunakan untuk memperbesar objek agar lebih mudah diamati dan diteliti, seperti mineral, butiran, fosil, dll.5. Buku catatan lapangan dan lembar dekripsi batuan; Buku catatan hendaknya dibuat dari kertas tahan air yang berkualitas tinggi, diberi sampul yang kaut, serta dilem atau dijahit dengan kuat pula. Buku ini harus tahan banting dan dapat tetap digunakan dalam cuaca buruk. Sampul buku catatan yang keras memiliki kegunaan lain, yaitu dapat dipakai sebagai alas untuk melakukan pengukuran unsur-unsur struktur yang merupakan bidang yang tidak rata. 6. Alat-alat tulis ; berupa :

a. Pensil HB atau 2H, digunakan untuk mencatat dan mensketsa, dengan keuntungan gambar atau tulisan pensil tidak luntur bila kena air dan mudah dihapus.

b. Pensil warna, digunakan untuk memperjelas simbol litologi pada buku catatan lapangan maunpun pada peta.

c. Penghapus, untuk menghapus pensil atau pensil warna.

d. Mistar panjang dan segitiga, digunakan untuk membantu pengeplotan posisi di peta dan untuk mengukur jarak di peta.

e. Busur derajat, digunakan untuk mengukur besarnya arah (azimuth di peta atau untuk mengukur besar rake atau pitch)

f. Peruncing pensil atau rautan, untuk meruncingkan pensil yang tumpul atau patah.

g. Spidol tahan air (water proof), digunakan untuk menulis nomor contoh batuan dan keterangan lainnya pada kantong sample/contoh batuan.

7. HCl 0,1; Digunakan untuk menguji kandungan karbonat dari contoh batuan yang diamati (terutama batuan sedimen). Cara pengetesannya yaitu dengan meneteskan larutan HCl 0,1 N tersebut langsung ke contoh batuan. Bila berbuih/bereaksi, berarti batuan tersebut mengandung karbonatan (CaCO3)

8. Komparator batuan; Komparator yang umum digunakan adalah komparator batuan beku dan komparator batuan sedimen (skala Wentworth). Komparator ini berguna untuk membantu dalam pemerian batuan, dengan cara membandingkan contoh batuan dan mineral dengan yang terdapat pada komparator.

9. Pita atau tali ukur; digunakan untuk mengukur jarak antar lokasi pengamatan. Umun digunakan pada pengukuran Penampang Stratigrafi Terukur (Measure Section/MS). Jenis pita ukur yang biasa digunakan adalah yang berukuran panjang 30-100 m dan pita ukur ukuran pendek (meteran) dengan panjang 3-5 m.

10. Papan alat menulis/Clip Board; papan ini berguna untuk mempermudah pencatatan data di lapangan atau sebagai alas kompas geologi pada saat melakukan pengukuran unsur struktur pada bidang lapisan batuan yang tidak rata.

11. Kantong contoh batuan; digunakan untuk membungkus contoh batuan yang akan dibawa (misal: untuk penelitian laboratorium). Kantong sample diberi tanda untuk tiap batuan, nomor stasiun (titik pengamatan), dengan menggunakan spidol tahan air dan ditutup rapat guna menghindari kontaminasi dengan udara bebas.

12. Kamera; digunakan untuk mengambil gambar dari singkapan atau data yang lain, misalnya morfologi daerah, bahan galian ekonomis, lokasi pengamatan, dll. Kamera yang digunakan sebaiknya yang praktis dan tidak sulit digunakan pada medan yang sulit.

13. Tempat makan dan minum; tempat minuman sebaiknya dapat digantungkan pada ikat pinggang dengan kapasitas antara 750-1000 ml, agar tidak terlalu merepotkan dan membebani. Tempat makanan dapat berupa tempat nasi yang terpisah dengan tempat lauknya, agar makanan tidak cepat basi.

14. Tas lapangan/ransel; digunakan untuk membawa peralatan geologi dan perlengkapan lapangan. Sebaiknya dibedakan antara tas untuk peralatan dan peta dengan tas untuk perbekalan dan contoh batuan. Ukuran tas sebaiknya disesuaikan dengan kondisi lapangan. Ransel dengan ukuran 40 liter adalah yang biasa digunakan, dengan alasan tidak terlalu besar atau tidak terlalu kecil.

Gambar 12.10 Tas Lapangan15. Stereonet; stereonet saku biasanya diperlukan untuk memetakan unsur-unsur struktur. Alat ini sangat berguna karena dengan alat ini kita dapat mengetahui kedudukan unsur-unsur struktur secara langsung di lapangan. Stereonet yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan lapangan ada dua tipe, yaitu Wufl net dan Schmidt net.12.2 Peta

Peta adalah gambaran seluruh atau sebagian permukaan bumi yang diproyeksikan dalam 2 dimensi pada bidang datar dengan metode dan perbandingan tertentu.

12.2.1 Peta Topografi

Peta Topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk/roman, muka bumi, yang meliputi perbedaan tinggi/relief, sungai, danau, vegetasi, dan hasil kebudayaan manusia. Peta topografi yang biasa digunakan adalah dengan skala 1: 50.000, 1 : 25.000, 1 : 12.500, dan 1 : 5.000 (biasanya peta topografi wilayah kota).

Kegunaan dari peta topografi adalah :

1. Untuk mengetahui keadaan daerah yang akan kita kunjungi, mengetahui letak desa, daerah perbukitan, bagian lereng yang curam dan landai.

2. Untuk mengetahui dan menentukan posisi kita (orientasi medan) pada daerah yang kita kunjungi, sehingga terhindar dari bahaya tersesat.

3. Di bidang militer digunakan untuk strategi militer, yaitu penyerangan musuh dari posisi yang strategis, seperti puncak bukit.

4. Sebagai peta dasar untuk pembuatan peta khusus, misalnya peta geologi, peta tataguna lahan, dll.

a. Jenis-jenis Peta TopografiPeta topografi terbagi dalam 2 jenis, yaitu :

1. Surface Map (peta permukaan) adalah peta yang menggambarkan roman muka bumi diatas permukaan air laut (bernilai positif).

2. Subsurface Map (peta bawah permukaan) adalah peta yang menggambarkan roman muka bumi dibawah permukaan air laut atau dibawah permukaan bumi (bernilai negatif).

b. Macam Peta topografi di IndonesiaPeta topografi di Indonesia ada 3 macam, yaitu :

1. Peta topografi lama (periode jaman penjajahan belanda), yaitu peta yang diterbitkan sebalum perang dunia kedua oleh Belanda dan ditangani oleh Nederland Indische Topoografis Diensf. Peta ini menggunakan bahasa Belanda dan menggunakan warna hitam (peta asli).

2. Peta topografi peralihan yang diterbitkan oleh tentara sekutu (US ARMY) pada saat perang dunia kedua berupa cetakan ulang dari peta lama (buatan Belanda). Peta ini menggunakan bahasa Inggris dan Belanda dan menggunakan warna merah.

3. Peta Rupa Bumi yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). Peta ini diterbitkan oleh Instansi sipil yang khusus menangani survei dan pemetaan di Indonesia. Peta ini menggunakan bahasa Indonesia dan menggunakan warna biru.

Ketiga peta tersebut masih memiliki persamaan, yaitu : Luas daerahnya sama, proyeksi yang digunakan adalah sama, dan batas kiri dan kanan tiap Sheet adalah meridian (arahnya ke kutub Utara atau kutub sebenarnya).

c. Bagian-bagian dari peta topografi1. Judul peta

Judul peta, misal lembar Arjawinangun, Jampang, dll.

2. Sistem penomoran peta :

Sistem penomoran lama, dimana 0( dihitung dari Jakarta (garis bujur)

Arab

45 20

abcd

efgh

ijkl

mnop

20

skala 1: 100.000 berukuran 20 x 20 (36 x 36 km)

contoh : untuk peta skala 1 : 100.000= 45/XI

untuk peta skala 1 : 50.000= 45/XI-A

untuk peta skala 1 : 25.000= 45/XI-a

Sistem penomoran baru, dimana 0( dihitung dariGreenwich.

45 20IVI

IIIII

skala 1: 100.000 berukurun 20 x 30 (36 x 54 km)

contoh : untuk peta skala 1 : 100.000= 4522

untuk peta skala 1 : 50.000 = 4522-III

3. Roman muka

a. Relief adalah perbedaan puncak ketinggian dengan bukit atau lembah.

b. Drainase adalah segala bentuk permukaan yang berkaitan dengan air, misal : sungai, mata air, dll.

c. Kultur adalah seluruh hasil kebudayaan manusia, misal : perkampungan, jalan raya, dll.

4. Skala jarak horozontal, yaitu perbandingan jarak horizontal antara jarak pada peta dengan jarak sebenarnya di lapangan, misal skala 1 : 50.000, berarti jarak 1 cm di peta sama dengan jarak 50.000 cm atau 500 m di lapangan.

- Skala Fraksi 1 : 50.000

- Skala Verbal1 cm = 50 km

- Skala Grafis

Kerugian skala fraksi adalah apabila mengalami pembesaran atau pengecilan skala, maka skala utama tidak dipergunakan lagi, misal : 1 : 50.000 diperbesar menjadi 1 : 25.000, maka skala 1 : 50.000 tidak dapat dipergunakan lagi.

Keuntungan skala grafis adalah skala masih tetap dapat dipergunakan meskipun mengalami pembesaran atau pengecilan skala.

5. Legenda, yaitu simbol-simbol atau gambar benda-benda medan yang mewakili bentuk atau tempat di suatu daerah.

6. Coverage diagram, yaitu diagram yang menunjukkan asal data peta didapatkan.

7. Indeks administrasi, yaitu pembagian daerah berdasarkan wilayah administrasi (hukum pemerintahan).

8. Indeks adjoining sheet, yaitu petunjuk untuk mengetahui keberadaan suatu peta dengan peta lainnya yang berdekatan.

9. Edisi peta (tahun pembuatan peta) dan nama/lembaga/ instansi pembuatan peta.

10. Orientasi peta

TN =True North (Utara sebenarnya)

GN =Grid North (Utara peta)

MN =Magnetic North (Utara magnetis)

True North menunjukkan Utara kutub yang sesuai dengan sumbu bumi.

Grid North adalah hasil proyeksi dari garis lintang dan garis bujur bumi.

Magnetic North menunjukkan Utara magnetis, pada jazirah boothia, kanada Utara (arahnya tidak tetap).

Deklinasi magnetic adalah sudut yang dibentuk oleh True North dan magnetic North (TN dan MN).

Deklinasi peta adalah sudut yang dibentuk oleh Grid North dan True North ( GN dan TN ).

Deklinasi sebenarnya adalah sudut yang dibentuk oleh Grid North dan magnetic North (GN dan MN) adalah 1( = 60 dan 1 = 60( untuk Indonesia, biasanya deklinasi peta diabaikan karena sudutnya kecil, tetapi untuk deklinasi magnetic bergerak menjauhi deklinasi sebenarnya sebesar 2 per tahun.

Misalnya :

Deklinasi magnetis Tahun 1997 = 0(25

Tahun 1997 2001 = (2001- 1970) x 2 = 72 = 1(12

Maka deklinasi magnetis tahun 2001, yaitu :

0(25 + 1(12 = 1(37

11. Grid dan Graticula (garis lintang dan bujur).

12. Garis kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik dalam peta dengan ketinggian yang sama (dihitung dari permukaan laut).

Sifat-sifat garis kontur adalah sebagai berikut :

titik-titik dalam satu garis kontur mempunyai ketinggian yang sama diatas permukaan laut.

Garis-garis kontur tidak mungkin berpotongan satu sama lain, kecuali pada Vertical cliff dan Over hanging cliff (jarang/hampir tidak ada).

Garis-garis kontur tidak mungkin bercabang.

Setiap garis kontur merupakan suatu kurva tertutup.

Garis kontur yang berspasi seragam akan menunjukan suatu lereng yang seragam.

Garis kontur yang berdekatan/berhimpit menunjukan suatu lereng yang terjal/curam.

Garis kontur yang berjauhan/renggang menunjukan suatu lereng yang landai/pedataran.

Suatu garis kontur tidak akan bertemu dengan garis kontur yang lain dan memisahkan semua titik yang lebih tinggi dari semua titik dari ketinggian yang lebih rendah.

Garis kontur yang melingkar/menutup dalam batas peta menunjukan suatu bukit.

Garis kontur lembah biasanya berbentuk V , dengan ujung V mengarah kehulu.

Garis kontur bukit biasanya berbentuk U , dengan ujung U mengarah kehilir (kaki bukit).

Garis kontur yang bergerigi menunjukan suatu depresi (daerah yang rendah). Gerigi atau garis-garis pendek menunjukan arah depresi tersebut.

d. Bagian-bagian Peta1. Interval kontur (Interval Contur) adalah perbedaan ketinggian yang dilewati oleh garis kontur yang satu dengan yang lain secara berururtan.

Misal : interval kontur 10 m, 25 m, 100 m, dll. Kalau interval kontur tidak tercantum/tertulis, maka harga interval kontur dicari dengan rumus :

2. Indeks Kontur (Contour Index) adalah garis kontur yang mempunyai harga kelipatan 5 atau 10 dari interval kontur (IK), dan dicetak dengan garis yang lebih tebal / hitam. Umumnya hanya kontur indeks saja yang diberi harga kontur/ketinggian.

3. Kontur menengah (Intermediate Contour) adalah garis kontur yang terletak antara dua indeks kontur. Biasanya tidak dicantumkan harga kontur.

4. Kontur tambahan (Supplement Contour) adalah dua garis kontur yang terletak diantara dua kontur menengah dimana besarnya dari interval kontur.

Gambar 12.11 Bagian-bagian Konture. Profil topografi, berfungsi untuk memproyeksikan muka bumi dari bentuk 3 dimensi menjadi 2 dimensi (penampang vertikal). Cara pembuatan profil topografi:

Menarik suatu garis penampang (section line) yang dikehendaki pada suatu peta topografi sesuai dengan kebutuhan.

Perhatikan elemen-elemen topografi seperti garis kontur, puncak bukit/gunung, sungai, danau, dll, yang terpotong oleh section line tersebut.

Pindahkan section line peta pada base line (garis horizontal pada profil topografi) dengan terlebih dahulu menyesuaikan skala peta topografi dengan profil topografi yang akan dibuat.

Plotting setiap titik-titik ketinggian dan elemen topografi yang terpoting oleh garis penampang pada profil topografi.

Hubungkan titik-titik tersebut sehingga membentuk suatu vertical section (penampang vertikal) dalam profil topografi.

Profil topografi ini berguna untuk mengatahui kondisi medan yang akan ditempuh (lintasan yang berdekatan), dan dapat digunakan pula untuk membuat suatu profil geologi untuk menggambarkan perkiraan kondisi geologi bawah permukaan (stuktur geologi, hubungan stratigrafi, dan lain-lain).

Gambar 12.12 Peta topografi dan penampang12.2.2 Peta GeologiPeta geologi adalah adalah suatu bentuk informasi geologi yang khusus menyajikan penyebaran batuan (jenis litologi atau unit satuan stratigrafi), baik itu batuan beku, batuan sedimen, ataupun batuan metamorf dan juga hubungan stratigrafinya (kontak antar batuan) serta struktur geologi suatu daerah, yang diwakili oleh warna dan simbol geologi tertentu.

Peta geologi dapat memberi informasi mengenai:

1. Jenis batuan dan susunan stratigrafi

2. Ketebalan batuan sedimen

3. Sejarah Geologi

4. Bentuk bentang alam dan proses pembentukannya

5. Mineral ekonomis dan bahan galian

Pembuatan peta geologi dilakukan secara langsung, yaitu dengan melakukan pemetaan dan penelitian di lapangan, atau dibuat secara tidak langsung yaitu dengan analisis dan interpretasi data-data dari peta topografi dan penginderaan jauh (remote sensing) dengan menggunakan foto udara (aerial photographs) dan citra Landsat (Landsat image). Penarikan batas peta berdasarkan suatu asumsi, bahwa antara setiap macam batuan sebagai bidang yang rata.

Rangkaian penelitian dan pembuatan peta geologi suatu daerah atau lebih dikenal dengan pemetaan geologi meliputi:

1. Studi literatur

2. Studi topografi

3. Studi Analisis Citra Penginderaan Jauh (remote sensing), meliputi:

Analisis foto udara

Analisis Citra Landsat

4. Penelitian lapangan yang meliputi:

Pencatatan data/perekaman gejala geologi

Pengambilan contoh batuan

5. Analisis laboratorium dan studio

6. Penyusunan laporan

Penelitian di lapangan dilakukan dengan metoda deduksi dan induksi, di mana setiap data sangat bermanfaat dalam mensintesakan kondisi geologi suatu daerah. Di dalam melakukan pemetaan geologi, kita mencari setiap singkapan batuan (sedimen, beku, metamorf), mengamati jenis litologinya, geometri, posisi dan hubungannya satu sama lainnya, dan mengamati kemungkinan adanya gejala/jejak struktur pada singkapan pada batuan tersebut.

Singkapan (Outcrops)

Didefinisikan sebagai suatu lokasi dari perpotongan batuan sedimen, beku dan metamorf dengan permukaan bumi. Berdasarkan singkapan-singkapan tersebut, akan didapatkan analisis dan diinterpretasikan dan akhirnya disimpulkan dalam bentuk peta geologi.

Pada pemetaan kita tidak perlu melakukan pengkajian setiap jengkal muka bumi, tetapi kita hanya mengamati titik-titik/lokasi yang dapat mewakili suatu daerah terbatas yang merupakan dasar dari pemecahan/solusi pemetaan geologi. Solusi dalam pemetaan geologi dibutuhkan pemahaman tentang hukum-hukum dasar geologi dan geometri yang menyangkut ruang dan waktu. Pola geometri singkapan dikontrol oleh proses geologi dan bentuk-bentuk geometri menyangkut pola dimensi ruang yang dikontrol oleh waktu geologi.

a. Tujuan Pembuatan Peta Geologi

Pembuatan peta geologi berdasarkan kepentingannya, yaitu:

1. Ilmiah

2. Pertambangan

3. Pertanian

4. Lingkungan

5. Perminyakan, dll.

Hal ini menjadikan bermacam-macam peta geologi, walaupun secara prinsip sama, misalnya pada Peta Geologi Teknik selain dicantumkan jenis batuan, juga dibedakan hasil pelapukan (soil), tanah timbunan, juga sifat-sifat teknis batuan, muka air tanah, kedalaman batuan dasar, dsb.

b. Pemahaman Peta Geologi

1. Cara menampilkan data-data dalam peta geologi

Untuk dapat membaca dan mengerti suatu peta geologi, maka kita harus dapat mengetahui dasar-dasar pembuatan peta geologi.

Pembuatan peta geologi didasarkan pada anggapan bahwa batas antara setiap satuan batuan dianggap sebagai suatu bidang yang rata/datar, misalkan:

Pada batuan sedimen, batasan tersebut merupakan bidang-bidang perlapisan yang mencerminkan perubahan pada lingkungan pengendapan, kemudian menyebabkan terbentuknya jenis batuan yang berbeda.

Batas antara batuan beku (intrusi) dengan batuan di sekitarnya juga dianggap sebagai bidang yang nyata yang disebut kontak.

2. Jurus dan kemiringan lapisan (stike/dip)

Jurus dan kemiringan adalah besaran untuk menyatakan kedudukan perlapisan suatu batuan sedimen. Pada suatu singkapan batuan berlapis, jurus (strike) dinyatakan sebagai garis arah (azimuth), dan kemiringan lapisan (dip) dinyatakan sebagai besaran sudut kemiringan terhadap bidang horizontal.

3. Hubungan kedudukan lapisan dan topografi

Penyebaran singkapan batuan akan tergantung pada bentuk permukaan bumi. Suatu urutan perlapisan yang miring pada peta yang datar akan terlihat sebagai lapisan yang sejajar. Pada permukaan yang tidak datar, batas-batas perlapisan akan mengikuti aturan sesui dengan kedudukan lapisan dan topografi. Keteraturan antara bentuk topografi, penyebaran singkapan dan kedudukan lapisan akan memperlihatkan bentuk-bentuk torehan pada lembah sungai yang mengikuti Hukum V.

4. Simbol pada peta dan tanda litologi

Peta geologi menggunakan tanda-tanda yang menunjukkan jenis batuan, kedudukannya dan struktur geologi yang ada di daerah pada peta. Tanda litologi juga memakai warna untuk lebih menonjolkan jenis batuan yang berbeda.

5. Peta geologi dan penampang geologi

Peta geologi selalu dilengkapi dengan penampang geologi, yang merupakan gambaran bawah permukaan (sub-surface) dari keadaan yang tertera dalam peta geologi. Keadaan bawah permukaan harus dapat ditafsirkan dari data geologi permukaan dengan menggunakan prinsip-prinsip geologi.

Untuk menunjukkan gambaran bawah permukaan secara jelas, penampang dibuat sedemikian rupa, sehingga akan mencakup hal-hal penting seperti:

Konfigurasi muka bumi sepanjang garis potong vertikal terhadap muka bumi.

Konfigurasi posisi geologi terhadap setiap lapisan batuan sedimen.

Sebagai hasil proyeksi dari penyebaran vertikal dari setiap lapisan batuan sedimen yang berhubungan dengan kedudukan lapisan, termasuk faktor-faktor:

1. Kedalaman dari permukaan bumi

2. Ketebalan dari setiap lapisan

3. Kedudukan setiap lapisan

Simbol-simbol pada Peta Geologi

Gambar 12. 13 Simbol batuan beku

Gambar 12.14 Simbol batuan sedimen

Gambar 12.14 Simbol batuan

Skala penampang umumnya dibuat sama, bila perlu diperbesar dengan beberapa koreksi untuk kedudukan lapisan atau struktur. Untuk menggambarkan kedudukan lapisan pada penampang dapat dilakukan penggambaran dengan bantuan garis lurus, yaitu dengan memproyeksikan titik-titik pada lapisan dengan ketinggian sebenarnya.

12.3 Metode lapangan12.3.1 Metode Orientasi Lapangan (Field Orientation)

Lokasi pengamatan/singkapan (stasiun) diplot berdasarkan pada orientasi terhadap sungai, puncak-puncak bukit/gunung, kota, desa, dll. Titik patokan dalam metode ini adalah yang dikenal di lapangan dan berada dlam peta dasar (topografi).

KELEBIHAN

1. Pekerjaan cepat.

2. Hanya baik dilakukan untuk daerah berbukit gundul dan orientasi mudah dilakukan.

3. Lintasan bebas sesuai dengan keinginan pemeta.

4. Hanya baik untuk pemetaan dalam waktu singkat.

KEKURANGAN

1. Tidak terperinci dan teliti.

2. Lokasi hasil penelitian sulit di cek karena keterbatasan titik patokan.

3. Tidak dapat dilakukan pada medan datar, terutama bila bervegetasi rapat.

4. Peta kerangka yang dihaslikan bersifat garis besar, sehingga mempersulit interpretasi dan rekonstruksi data.

5. Tanpa rencana terarah, sering kehilangan orientasi selama menjalani lintasan.

HASIL1. Lintasan geologi

2. Peta kerangka

3. Penampang geologi

KOMENTARBila memungkinkan, pilih metode lain.

12.3.2 Metode Lintasan Kompas (Compass Traverse)

Pada metode lapangan ini, lintasan sebelumnya telah ditentuka dan dijalani dengan kontrol arah kompas sesuai rencana lintasan.KELEBIHAN1. Pekerjaan lapangan relatif cepat.

2. Baik dilakukan pada daerah berbukit dan gundul.

3. Lintasan lebih kaya data dan banyak memiliki titik patokan.

4. Cukup teliti dalam memperoleh hasil ploting data lapangan pada peta kerangka.

5. Data mudah dipercaya, mudah dilakukan pengecekan kembali di lapangan.

6. Lebih memungkinkan pada medan datar dan bervegetasi rapat.

7. Kerja terarah dan terencana dengan baik.

KEKURANGAN1. Terlalu mengandalkan rintisan lintasan, kecuali pada medan terbuka.

2. Masih tergantung pada peta dasar, masih ada kemungkinan salah orientasi.

3. Lintasan terikat oleh azimuth yang telah ditetapkan, sehingga sering terbentur oleh medan yang sulit ditembus.

HASIL1. Lintasan geologi detail.2. Peta kerangka.

3. Penampang geologi sepanjangn lintasan.

KOMENTARHasil yang diperoleh lebih lengkap dan lebih diteliti dibanding dengan orientasi lapangan.

12.3.3 Metode Pita Ukur dan Kompas (Tape and Compass Traverse)

Metode ini menggunakan peralatan pita ukur (biasanya berukuran 5-50 m) dan kompas. Metode ini merupakan metode lapangan yang paling teliti, efektif dan efisien dimana arah lintasan dapat ditentukan sesuai dengan keinginan pemeta. Akan lebih efektif apabila arah lintasan relatif tegak lurus terhadap perlapisan batuan.

KELEBIHAN1. Sangat baik dilakukan pada medan apapun, karena daya penyesuaian metode ini terhadap berbagai medan besar sekali.

2. Keputusan cepat dapat langsung diambil di lapangan, untuk ketelitian, kecepatan, dan ketepatan hasil kerja optimum.

3. Data terpercaya, baik plotting maupun ketersediaan data yang memadai.

4. Pengecekan lebih mudah, rekontruksi peta tematik, kolom stratigrafi terukur, pengambilan sample batuan terkontrol dengan baik.

5. Tidak tergantung pada peta dasar, bahkan dapat dibuat peta topografi skala 1:1000 secara memadai.

KEKURANGAN1. Karena diperlukan pengukuran beberapa elemen parameter lintasan, pekerjaan menjadi lebih lama.

2. Diperlukan data pendukung tambahan seperti pita ukur, formulir lintasan, dan kompas yang cocok.

3. Pekerjaan lapangan dikerjakan minimal oleh 2 orang.

HASIL1. Lintasan geologi detail yang sangat teliti dan kaya akan data.

2. Peta kerangka.

3. Penampang geologi sepanjang lintasan dengan berbagai elemen geologi.

4. Didapat data elevasi relatif dan jarak setiap ketinggian yang dibuat totpografi.

5. Kolom stratigrafi yang menerus dan teliti berdasarkan berbagai keadaan struktur geologi dan distribusi singkapan.

KOMENTARMerupakan metode yng paling teliti, efektif, efisien dan kaya akan data.

Romawi

Arab

Arab

22

0 1 2 3 4 cm

MN

TN

GN

IK = 1/2000 X Skala Peta

Garis Kontur Tambahan

Indeks Kontur

Harga Kontur

Garis Kontur Menengah

Sesar naik

Sesar normal

Sesar dengan bidang sesar miring kearah panah U=up, D= down

Sesar mendatar

Sinklin rebah

Sinklin dengan arah penunjaman

Sumbu sinklin

Antiklin rebah

Antiklin dengan arah penunjaman

Sumbu antiklin

Kekar horizontal

Kekar vertikal

Jurus dan kemiringan kekar

Foliasi horizontal

Foliasi vertikal

Jurus dan kemiringan foliasi

Lapisan horizontal

Lapisan vertikal

Jurus danarah kemiringan lapisan terbalik

Arah kemiringan dan kemiringan lapisan

Jurus dan kemiringan betuan

71