BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tesis ini membahas peran anggota Forum Kemitraan Polisi-Masyarakat
(FKPM) Nagori Senio dalam mencegah kejahatan di wilayah hukum Polsek
Bangun di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Penelitian ini mencakup:
Pertama, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh anggota Forum Kemitraan
Polisi-Masyarakat (FKPM) Nagori Senio dalam mencegah kejahatan sesuai
dengan konsep community policing termasuk hambatan yang dihadapi dan hasil
yang dicapai, Kedua, proses pembentukan dan pemilihan pengurus Forum
Kemitraan Polisi-Masyarakat (FKPM) Nagori Senio.
Reformasi menuntut Polri untuk melakukan perubahan-perubahan
mendasar dalam gaya pemolisian. Perkembangan kemajuan masyarakat yang
cukup pesat seiring dengan merebaknya fenomena hak asasi manusia (HAM),
demokratisasi, globalisasi, desentralisasi, transparansi dan akuntabiltas maka gaya
pemolisian tradisional yang selama ini dijalankan kemudian diubah dengan gaya
pemolisian yang lebih modern dan demokratis yakni pemolisian yang berorientasi
kepada masyarakat atau dikenal dengan community policing. Dalam kaitan ini
Kapolri telah menetapkan community policing sebagai kebijakan Polri yang utama
(Lihawa, 2005). Gagasan pemolisian alternatif ini juga dapat disebut sebagai
usaha untuk mendorong kekuatan dalam masyarakat untuk melakukan fungsi
pengamanan bagi lingkungannya. Dengan istilah sekarang, polisi bergerak untuk
empowering the people, mendorong munculnya daya kekuatan masyarakat sendiri
untuk melakukan berbagai fungsi pemolisian.
Surat Keputusan Kapolri No.Pol.: Skep/737/X/2005 tanggal 13 Oktober
2005 memuat kebijakan dan strategi penerapan model perpolisian masyarakat
dalam penyelenggaraan tugas Polri. Suparlan dalam makalah untuk Seminar
Nasional Sespati Polri Dik.Reg.Ke-13 dan Pasis Sespim Polri Dik.Reg.Ke-45
T.P.2007 mengatakan bahwa istilah Perpolisian Masyarakat (Polmas) boleh
digunakan namun konsep ini harus dilihat dan dioperasionalkan sebagaimana
Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
2
makna aslinya yakni community policing yang maksudnya adalah to police the
community dan pada saat yang sama to make members of community to police
their own community (Suparlan, 2007;2). Disamping perpolisian masyarakat,
community policing diterjemahkan juga sebagai pemolisian masyarakat dan
pemolisian komunitas. Untuk kepentingan penyelenggaran tugas Polri istilah yang
digunakan adalah Perpolisian Masyarakat disingkat Polmas (Sutanto, 2006).
Dalam penulisan tesis ini peneliti menggunakan konsep pemolisian komunitas
sebagai alih bahasa dari community policing sesuai dengan Surat Keterangan yang
dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa tanggal 28
Februari 2005 (Wibowo, 2005).
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) saat ini sedang giat berupaya
mengimplementasikan model pemolisian baru tersebut. Pemolisian Komunitas
adalah gaya pemolisian yang mendekatkaan polisi kepada masyarakat yang
dilayaninya. Trojanowicz dan Bucqueroux (1998:6) memberi defenisi pemolisian
komunitas atau community policing: “is a philosophy and organizational strategy
that promotes e new partnership between people and their police.” Konsep ini
dibuat atas dasar pemahaman bahwa polisi dan masyarakat harus bekerjasama
sebagai mitra/partner dalam mengidentifikasi, menentukan prioritas penanganan
dan memecahkan masalah-masalah sosial seperti kejahatan, masalah narkoba,
perasaan takut terhadap kejahatan, ketidaktertiban, dan seluruh masalah
kebobrokan lingkungan dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup di dalam
lingkungan. Dalam menghadapi masalah kejahatan, perasaan takut terhadap
kejahatan dan ketidaktertiban harus ada kerjasama antara polisi dan masyarakat.
Hubungan antara polisi dan masyarakat saling mempengaruhi, atau lebih tepatnya
keberadaan polisi dalam masyarakat adalah fungsional dalam struktur kehidupan.
Keberadaan polisi merupakan hasil tanggapan dari masyarakat yang besangkutan
dan untuk kepentingan masyarakat tersebut. Artinya antara polisi dan masyarakat
terdapat saling ketergantungan dalam upaya mencegah kejahatan. Polisi dan
masyarakat saling melengkapi dan saling memperkuat upaya pencegahan
kejahatan. Pemolisian model ini tidak dilakukan untuk melawan kejahatan, tetapi
mencari dan melenyapkan sumber kejahatan. Sukses dari pemolisian komunitas
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
3
bukan pada menekan angka kejahatan tetapi ukurannya adalah manakala
kejahatan tidak terjadi (Rahardjo, 2001).
Cara menyelesaikan masalah tidak lagi mengandalkan otot, melainkan
didasarkan pada adu argumentasi. Keberhasilan polisi tidak lagi diukur seberapa
cepat ia bisa datang ke tempat kejadian perkara (Rahardjo, 1998). Polisi dalam
mencegah kejahatan tidak lagi semata-mata menggunakan hukum. Penegakan
hukum bukan merupakan satu-satunya tumpuan harapan untuk menanggulangi
kejahatan secara tuntas. Sebagai suatu masalah sosial, kejahatan merupakan suatu
fenomena kemasyarakatan yang dinamis, yang selau tumbuh dan terkait dengan
fenomena dan struktur kemasyarakatan lainnya (Dermawan, 1998). Kegiatan
kepolisian yang berurusan dengan proses-proses di dalam masyarakat menuntut
adanya jalinan kerjasama antara polisi dan masyarakat dalam mencegah
kejahatan. Polisi harus mampu menempatkan dirinya selaras dengan harapan
masyarakat agar masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam pencegahan
kejahatan.
Fenomena demokratisasi dan civil society (masyarakat sipil) berimplikasi
pada reorganisasi dan reorientasi publik termasuk Polri. Polri yang lebih selama
tiga dasawarsa berada di bawah institusi militer yang berdampak menganut gaya
pemolisian yang militeristik secara bertahap dituntut untuk merubah gaya
pemolisian tersebut yang bernuansa sipil sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangan masyarakat sipil yang demokratis (Dwilaksana, 2003). Polisi yang
bernuansa sipil adalah polisi yang berwatak sipil artinya polisi dalam menjalankan
pekerjaannya tidak boleh menyebabkan manusia itu kehilangan harkat dan
martabat kemanusiaannya. Menjalankan tugas tidak dengan menggunakan cara-
cara yang pendek dan gampang, seperti memaksa dan menggunakan kekerasan
belaka, tetapi bersedia mendengarkan dan mencari tahu hakikat dari penderitaan
manusia. Prilaku atau tindakan polisi mencerminkan dialog dan interaksi yang
penuh dengan nuansa kemanusiaan (Rahardjo, 2007).
Salah satu strategi pencegahan terhadap ancaman dan gangguan keamanan
dan ketertiban dapat dilakukan oleh kepolisian dengan pendayagunaan
kemampuan warga masyarakat secara tepat, selektif, efesien dan efektif dalam
mendeteksi kemungkinan kejahatan (Reksodiputro, 1997;54). Masyarakat adalah
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
4
pihak yang paling memahami permasalahan kejahatan dan ketidaktertiban yang
terjadi di lingkungannya. Untuk mencegah kejahatan polisi harus melakukan
konsultasi (Consultation) dengan masyarakat agar dapat menyesuaikan layanan
/tindakan kepolisian (Adaptation) sesuai kebutuhan, melakukan mobilisasi
(Mobilization) potensi yang ada di dalam masyarakat agar diperoleh suatu metode
pemecahan masalah (Problem Solving) atau solusi berdasarkan masalah sesuai
dengan sudut pandangan warga (Bayley, 1998). Pemahaman terhadap
permasalahan kejahatan dan ketidaktertiban secara holistik akan memberi peluang
lebih baik dalam upaya penanganannya.
Bayley sebagaimana dikutip oleh Kunarto menjelaskan bahwa pemecahan
masalah kejahatan dan ketidaktertiban yang berhasil membenarkan dan
mengharuskan polisi untuk mengumpulkan informasi tentang semua unsur
kehidupan masyarakat, bukan hanya tentang keadaan di kejahatan tertentu
(Bayley, 1994:211). Polisi harus mencari dan mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya dari masyarakat tentang masalah kejahatan dan ketidaktertiban di
suatu wilayah. Dengan informasi yang cukup maka akan lebih mudah melakukan
analisa dan sekaligus menentukan langkah penanganannya.
Dari hasil penelitiannya tentang ketidaktertiban, Wilson dan Kelling (1982)
sebagaimana dikutip oleh Kunarto berpendapat bahwa polisi dalam melaksanakan
tugasnya seharusnya lebih memperhatikan kualitas hidup komunitas. Kualitas
komunitas berkaitan bukan saja hanya pada bagaimana mengurangi jumlah
kejahatan namun juga bagaimana menciptakan rasa aman warga yang bebas dari
perasaan takut akan kejahatan. Dengan teori ”Broken Windows” nya mereka
mengatakan bahwa sekali lingkungan dibiarkan menjadi tidak terawat dan
memburuk maka dalam waktu singkat keadaan tersebut menjadi tidak ramah dan
menakutkan. Pada saat yang bersamaan penelitian tentang ketakutan akan
kejahatan oleh Kelling dan Moore (1988) sebagaimana dikutip oleh Roberg
mengatakan bahwa ketakutan akan kejahatan sangat dekat dengan ketidaktertiban
lingkungan (premanisme, coret-coret dinding, geng remaja, bangunan terlantar,
mobil terlantar dan banyak lagi) dibandingkan dengan jumlah atau tingkat
kejahatan (Roberg, 1997). Masalah perasaan takut akan kejahatan dapat muncul
ketika ada sekelompok anak muda yang bernyanyi pada malam hari sambil
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
5
berteriak-teriak pada saat melintas di daerah pemukiman yang sepi dan gelap
karena lampu penerangan jalan tidak berfungsi, atau ketika suasana lingkungan
yang gelap karena aliran listrik padam pada malam hari kemudian tidak ada
petugas polisi yang bisa menunjukkan kehadirannya ditengah-tengah warga atau
ketika ada pengendara kenderaan bermotor roda dua yang sengaja memodifikasi
knalpot kenderaannya sehingga mengeluarkan suara bising. Perasaan tidak aman
juga dapat terjadi ketika melintasi sekelompok orang dewasa yang sedang minum
tuak sampai mabuk di warung tuak, dan masih banyak ketidaktertiban lain yang
setiap saat dialami oleh warga yang menimbulkan perasaan takut, tidak aman atau
was-was. Kondisi ini tidak selamanya harus dibuktikan sampai dengan adanya
kerugian atau korban, lalu kemudian polisi mengatakan bahwa kawasan tersebut
memang layak untuk diawasi dan membutuhkan kehadiran petugas polisi. Polisi
pada umumnya bertindak setelah ada korban. Polisi hanya mencatat suatu
peristiwa sebagai kejahatan setelah adanya unsur korban atau kerugian nyata
(fisik). Akibatnya perasaan takut akan kejahatan tidak pernah tercatat atau masuk
daftar kejahatan di kantor polisi. Perasaan takut akan kejahatan tidak pernah
menjadi prioritas kegiatan pemolisian.
Informasi tentang ketidaktertiban paling akurat apabila diterima dari
masyarakat langsung. Masyarakat akan menginformasikan masalah
ketidaktertiban ketika masyarakat mudah unyuk melaporkannya, masyarakat tahu
manfaat jika melaporkan masalah ketidaktertiban, dan masyarakat yakin polisi
dapat menganani perkara secara tuntas. Informasi yang bermanfaat akan datang
dari warga masyarakat bila polisi telah membangun hubungan berdasarkan
kepercayaan dengan masyarakat yang mereka layani. Oleh karena itu diperlukan
suatu kemitraan baru antara polisi dan masyarakat. Membangun kepercayaan itu
membutuhkan waktu. Masyarakat akan percaya pada polisi ketika polisi dengan
tulus tertarik pada masalah-masalah masyarakat. Asehenhust sebagai mana
dikutip oleh Dermawan mengungkapkan pentingnya ”public relation” dalam
masalah interaksi atau hubungan antara polisi-masyarakat karena hubungan itu
bukanlah hubungan yang sifatnya hanya sekali saja terjadi atau mulai dan
kemudian berhenti. Ia bukanlah hubungan yang hanya terlihat hanya pada hari
Minggu atau waktu libur saja. Hubungan itu adalah pekerjaan dua puluh empat
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
6
jam setiap hari. Jadi hubungan yang baik apabila dilakukan secara konstan
(Dermawan, 1998).
Dalam penjelasan tentang falsafah Polri, Tri Brata, juga menekankan
pentingnya hubungan antara polisi dan warganya. Suasana saling mengenal akan
melahirkan saling pengertian dan kesadaran akan tanggung jawab bersama dalam
menjaga keamanan dan ketertiban. Hubungan timbal balik yang mengutungkan
pada akhirnya akan membawa keberhasilan pada pelaksanaan tugas Polri yang
tentunya bermanfaat bagi masyarakat (Kunarto, 1997). Merujuk pada fungsi
kepolisian, sesuai pasal 14 ayat (1) UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia maka sebenarnya tugas-tugas kepolisian tidak terlepas
dari tugas-tugas kemasyarakatan. Konsekuensi dari tugas kemasyarakatan yang
diemban oleh polisi kemudian menuntut jalinan kerjasama antara polisi dan
masyarakat sebagai hal yang tidak dapat ditawar lagi. Tugas-tugas yang diemban
polisi, bagaimanapun juga, akan selalu berkaitan erat dengan individu atau
kelompok di dalam masyarakat sehingga langkah-langkah positif harus diambil
untuk memperoleh dan sekaligus mempertahankan dukungan aktif masyarakat.
Agar kegiatan polisi efektif dalam menjalankan kegiatan baru tersebut maka polisi
haruslah mempunyai kemampuan dalam mengorganisasikan masyarakat dan
mengubah persepsi masyarakat dari sikap acuh tak acuh menjadi ikut bertanggung
dalam pencegahan dan penanggulangan kejahatan. Bagaimanapun juga, harus
disadari bahwa kejahatan adalah masalah sosial yang sangat kompleks dan tak
mungkin ditangani oleh hanya satu institusi saja.
Sebagai sebuah filosopi dan strategi organisasi, pemolisian komunitas
mendorong terciptanya suatu kemitraan baru antara polisi dan masyarakat.
Dengan mengimplementasikan pemolisian komunitas maka kemitraan antara
polisi dan masyarakat akan semakin baik. Konsekuensi dari kedekatan antara
polisi dengan masyarakatnya yaitu meningkatnya kegiatan asosiasi pencegahan
kejahatan oleh masyarakat (Parker, 1984;70). Kemitraan antara polisi dan warga
terlihat dari berdirinya asosiasi-asosiasi pencegahan kejahatan yang dikelola oleh
warga serta adanya suatu lembaga atau forum yang mewadahi hubungan polisi
dan masyarakat. Asosiasi-asosiasi pencegahan kejahatan tersebut diorganisasikan
sesuai dengan wilayah geografinya atau menurut kepentingannya. Untuk dapat
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
7
mengakomodir aspirasi dari semua asosiasi secara efektif maka dibentuklah forum
kemitraan antara polisi dan warga.
Di Jepang bentuk interaksi dan partisipasi warga dalam membantu tugas
polisi adalah membentuk Dewan Koban atau Dewan Chuzaisho. Dewan ini adalah
lembaga masyarakat yang memiliki perhatian khusus terhadap masalah-masalah
sosial. Mereka secara aktif memberikan informasi dan saran penanggulangan
tentang berbagai hal yang dianggap meresahkan dan membahayakan masyarakat
juga melakukan kampanye pencegahan kejahatan. Dewan ini juga berfungsi
sebagai penghubung warga dengan polisi terutama pada saat polisi akan
melakukan patroli dan kunjungan kerumah-rumah warga.
Di Singapura lembaga ini diberi nama Community Savety and Security
Programs (CSSPs). Dewan ini berfungsi sebagai wadah guna berkomunikasi,
mengidentifikasi untuk mencari solusi dan menyelesaikan masalah-masalah sosial
yang terjadi di wilayah penugasannya. Dewan ini memiliki beberapa keuntungan
yakni: (1) menciptakan warga negara yang aktif, (2) warga masyarakat secara
sukarela memimpin dan mengarahkan CSSPs, dan (3) warga tidak menunggu
polisi atau pemerintah mengatur program.
Di Nigeria proyek implementasi Community policing Forum telah
dilaksanakan sejak Maret 2001. Dengan dukungan Ford Fundation dan Open
Society Institute for West Africa (OSIWA) forum ini dibentuk dengan tujuan: (1)
memfasilitasi pembangunan kemitraan polisi dan komunitas secara demokratis
dan konsultatif, (2) mengembangkan dukungan dan keterlibatan komunitas dalam
program pencegahan kejahatan dengan menempatkan warga sebagai stake holders
dalam proses pemolisian, dan (3) mengkreasi kesadaran komunitas tentang peran
polisi di masyarakat (Sha, 2004;6).
Di Indonesia forum ini disebut dengan Forum Kemitraan Polisi-Masyarakat
(FKPM). FKPM adalah lembaga atau wadah bagi polisi dan masyarakat untuk
dapat bertukar informasi dan berkonsultasi mengenai permasalahan sosial yang
terjadi di lingkungan terutama yang berkaitan dengan masalah keamanan dan
ketertiban. Melalui forum ini warga dapat menginformasikan setiap permasalahan
kepada polisi. Kegiatan forum ini bertujuan untuk dapat mendeteksi secara dini
permasalahan guna dapat dilakukan pencegah sebelum kejahatan itu sendiri
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
8
terjadi. Di dalam forum anggota polisi mengadakan diskusi atau konsultasi
dengan warga atau asosiasi pencegahan kejahatan yang dibentuk oleh warga
untuk mengidentifikasi masalah, mencari dan menemukan penyebab
permasalahan, menentukan prioritas penanganan, menetapkan metode
penanganannya dan kemudian melaksanakannya bersama-sama. Singkatnya
dalam forum ini diadakan suatu kolaborasi antara polisi dan masyarakat. Melalui
forum ini layanan polisi disesuaikan dengan kebutuhan warga yang mereka
layani guna mendorong terciptanya lingkungan yang aman sebagai tempat tinggal
dan tempat bekerja.
Di wilayah Polda Sumut sampai dengan dilakukan penelitian ini sudah
terbentuk 2.210 (dua ribu dua ratus sepuluh) FKPM dan telah menyelesaikan
sebanyak 128 (seratus dua puluh delapan) kasus. 44 (empat puluh empat) FKPM
di antaranya terdapat di wilayah Polres Simalungun dan sampai dilakukan
penelitian ini telah menyelesaikan 7 (tujuh) kasus (Biro Ops Polda Sumut, 2007).
4 (empat) FKPM di antaranya terdapat di wilayah Polsek Bangun. Salah satunya
adalah FKPM Nagori Senio. FKPM yang lain adalah FKPM Nagori Nusa
Harapan Kecamatan Siantar, FKPM Nagori Karang Anyar Kecamatan Gunung
Maligas, dan FKPM Nagori Dolok Hataran Kecamatan Siantar (Polsek Bangun,
2007).
Forum Kemitraan Polisi-Masyarakat (FKPM) Nagori Senio merupakan
FKPM yang pertama sekali dibentuk di jajaran Polres Simalungun. FKPM Nagori
Senio dibentuk pada tanggal 23 Mei 2006 dan kepengurusannya ditetapkan
dengan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Sektor Bangun
No.Pol.:Skep/06/VII/2006 tanggal 25 Juli 2006 tentang Pengangkatan Personil
Perpolisian Masyarakat Di Wilayah Hukum Polsek Bangun. Sebagai lembaga
tempat berkonsultasi dan berdiskusi antara polisi dan warga maka Forum
Kemitraan Polisi-Masyarakat (FKPM) Nagori Senio idealnya dikenal dengan
baik oleh warga. Dengan dibentuknya FKPM maka warga akan lebih lebih mudah
melaporkan peristiwa kejahatan dan ketidaktertiban kepada polisi melalui anggota
FKPM karena anggota FKPM terdiri dari warga setempat. Komunikasi antara
warga dengan anggota FKPM terjalin dalam interaksi sehari-hari dan melalui
kegiatan khusus FKPM berupa kunjungan ke rumah-rumah warga, menyebarkan
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
9
informasi mengenai masalah keamanan kepada warga, atau melakukan patroli
atau ronda lingkungan bersama warga.
Setelah FKPM Nagori Senio dibentuk jumlah kejahatan di Nagori Senio
belum menunjukkan adanya penurunan. Tindak kejahatan pencurian dan
perkelahian masih sering terjadi. Sesuai dengan data yang ada di Polsek Bangun
bahwa sepanjang periode tahun 2006 terjadi 16 (enam belas) tindak kejahatan di
Nagori Senio. Periode ini merupakan periode sebelum FKPM Nagori Senio
dibentuk. Sepanjang tahun 2007 terjadi 19 (sembilan belas) tindak kejahatan.
Periode ini merupakan periode setelah FKPM Nagori Senio dibentuk. Jika
dibandingkan antara periode sebelum dan sesudah FKPM Nagori Senio dibentuk
maka angka kejahatan di Nagori Senio mengalami peningkatan sebesar 3 (tiga)
kasus. Kasus yang terjadi di Nagori Senio didominasi oleh tindak pidana
pencurian dan penganiayaan, seperti terlihat pada Tabel 1.1..
Tabel 1.1. : Data kejahatan di Nagori Senio Tahun 2006 dan Tahun 2007
Jumlah No Jenis Kejahatan 2006 2007 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pencurian Penganiayaan Pengrusakan Perjudian Narkoba Penipuan/PenggelapanZinah Penyeludupan
7 5 1 1 2 - - -
8 4 - 1 - 4 1 1
Jumlah 16 19 Sumber: Lapsat Polsek Bangun 2008 (telah diolah kembali)
Data di atas menunjukkan bahwa pembentukan FKPM Nagori Senio belum
memberi manfaat mengurangi kejahatan. Jumlah kejahatan tersebut di atas belum
termasuk kejahatan yang tidak dilaporkan kepada polisi (dark number) maupun
kejahatan yang tidak diketahui seperti corporate crime dan white collar crime
(Reksodiputro, 1997). Dari hasil survei yang peneliti lakukan ditemukan bahwa
meskipun FKPM Nagori Senio telah dibentuk tingkat keresahan dikalangan warga
juga masih tinggi. Keresahan dirasakan warga karena masih sering terjadi
pencurian. Pencurian yang sering terjadi adalah pencurian jemuran, ternak, sawit,
sandal, membongkar rumah, aki mobil dan lain-lain. Banyak kasus pencurian
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
10
yang terjadi yang tidak dilaporkan kepada polisi. Warga tidak melapor karena
warga belum percaya atau tidak yakin jika polisi mampu menanganinya hingga
tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa FKPM Nagori Senio belum berfingsi dengan
baik. Anggota FKPM Nagori Senio belum berperan secara optimal. Terbentuknya
FKPM Nagori Senio belum memberi dampak pada berkurangnya angka kejahatan
dan berkurangnya tingkat keresahan warga terhadap kejahatan. Kondisi ini
diperkuat dengan hasil survei yang peneliti lakukan dengan menanyakan kepada
warga apakah warga merasa lebih aman saat ini. 60% warga mengatakan keadaan
tidak lebih aman dan 30% warga mengatakan keadaan lebih aman. Data ini
menunjukkan bahwa mayoritas warga belum merasakan manfaat. Kondisi ini
merupakan suatu indikator bahwa FKPM Nagori Senio belum operasional dengan
baik. Survei ini juga menunjukkan bahwa terbentuknya FKPM belum dapat
memberi jaminan rasa aman kepada warga. Hasil survei dapat dilihat pada Tabel
1.2..
Tabel 1.2.: Tingkat Perasaan Aman Warga
Komunitas Apakah Warga Merasa Lebih Aman Geografis % Kepentingan % Jumlah %
Ya 19 25 11 42 30 30Tidak 50 67 10 38 60 60Tidak Menjawab 6 8 5 20 11 11Jumlah 75 100 26 100 101 100
Dalam kurun waktu 1 (satu) tahun 8 (delapan) bulan sejak terbentuknya
Forum Kemitraan Polisi-Masyarakat (FKPM) Nagori Senio mayoritas warga
Nagori Senio belum mengetahui lembaga Forum Kemitraan Polisi-Masyarakat
(FKPM) Nagori Senio. Dari hasil survei yang dilakukan oleh peneliti dengan
menyebarkan angket kepada warga dengan menanyakan apakah warga telah
mengetahui keberadaan lembaga Forum Kemitraan Polisi-Masyarakat (FKPM)
Nagori Senio maka diperoleh hasil sebagai berikut: 68% warga mengatakan
bahwa mereka tidak mengetahui Forum Kemitraan Polisi-Masyarakat (FKPM)
Nagori Senio dan 32% warga mengatakan mengetahui Forum Kemitraan Polisi-
Masyarakat (FKPM) Nagori Senio. Data ini juga merupakan suatu indikator
bahwa FKPM Nagori Senio belum operasional dengan baik. Hasil survei tersebut
dapat dilihat pada Tabel 1.3..
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
11
Tabel 1.3. : Tingkat Pengetahuan Warga Terhadap
Lembaga FKPM Nagori Senio
Komunitas Apakah Warga
Mengetahui FKPM
Geografis % Kepentingan % Jlh %
Ya 15 20 17 65 32 32 Tidak 60 80 9 35 69 68 Tidak Menjawab - - - - - -
Jumlah 75 100 26 100 101 100
Data tersebut di atas menunjukkan bahwa Forum Kemitraan Polisi-
Masyarakat (FKPM) Nagori Senio belum tersosialisasi dengan baik. Karena
ketidaktahuan warga akan adanya lembaga FKPM Nagori Senio maka warga
masih mengandalkan polisi ketika menghadapi permasalahan sosial terutama
yang berkaitan dengan masalah keamanan dan ketertiban. Warga masih
mengandalkan polisi karena sebagian besar warga tidak mengetahui FKPM
Nagori Senio. Seorang warga menerangkan:
”Saya kalau mengetahui ada kejahatan atau pertikaian akan melapor
langsung ke polisi. Kami pernah dengar ada FKPM tapi kami tidak tahu
siapa anggotanya. Anggota FKPM belum pernah melakukan sosialisasi
kepada warga. Memang kami tahu ada kantor BKPM di pinggir jalan,
tapi kami lihat enggak pernah ada orang yang jaga di situ, kantornya
selalu tutup, makanya warga tidak begitu peduli.”
Dari hasil wawancara dan pengumpulan pendapat yang dilakukan
terhadap warga mengenai kemana warga mengadu atau melapor apabila
menemukan masalah kejahatan atau pertikaian maka diperoleh hasil sebagai
berikut: 48% warga cenderung langsung melapor sendiri kepada polisi dan 7%
mengatakan akan melaporkan atau menginformasikan kepada anggota FKPM
Nagori Senio, seperti terlihat pada Tabel 1.4..
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
12
Tabel 1.4. : Data Mengenai Kepada Siapa Warga Melapor Jika
Mengetahui Atau Mengalami Kejahatan
Komunitas Kepada Siapa Warga Melapor Jika
Mengetahui atau Mengalami Kejahatan
Geografis % Kepentingan % Jlh %
Teman 7 10 3 10 10 10Tetangga 9 12 5 17 14 13Polisi 42 55 9 30 51 48Anggota FKPM 1 1 6 20 7 7Keluarga 9 12 5 17 14 13Tidak Menjawab 7 10 2 6 9 9Jumlah 75 100 30 100 105 100
Kondisi ini menunjukkan bahwa Forum Kemitraan Polisi Masyarakat
(FKPM) Nagori Senio belum dikenal warga dengan baik. Forum Kemitraan
Polisi Masyarakat (FKPM) Nagori Senio belum tersosialisasi dengan baik
kepada masyarakat. Warga tidak mengetahui akses lain untuk melaporkan
peristiwa kejahatan, rasa takut terhadap kejahatan, dan ketidaktertiban selain
kepada polisi. Sebagian besar warga Nagori Senio mengatakan bahwa anggota
FKPM Nagori Senio belum pernah berkomunikasi dengan warga.
Terbentuknya FKPM Nagori Senio juga belum mengubah persepsi
warga terhadap sikap dan prilaku polisi. Sebagian besar warga berpersepsi
bahwa sikap dan prilaku anggota polisi masih negatif. Dari hasil survei yang
dilakukan diperoleh data sebagai berikut: 66% warga mengatakan bahwa polisi
melakukan pungli (meminta uang pada pengendara kenderaan bermotor pada
saat melaksanakan razia, meminta uang pada warga yang memiliki urusan
perkara), 57% warga mengatakan polisi tidak mengurangi tindakan brutal
(melakukan kekerasan pada saat melakukan pemeriksaan), 41% warga
mengatakan polisi belum mau dikritik, 51% warga mengatakan bahwa polisi
masih melakukan tindakan yang berlebihan (over acting), 54% warga
mengatakan polisi melakukan perbuatan tercela (mabuk/minum tuak,
mengunjungi lokalisasi pelacuran, dan berjudi di tempat bilyar) dan 49% warga
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
13
masih yakin bahwa masih ada polisi terlibat kejahatan sebagaimana dapat
dilihat pada Tabel 1.5..
Tabel 1.5. : Persepsi Warga Terhadap Sikap dan Prilaku Polisi
Komunitas Geografis Kepentingan Jumlah
Sikap dan Prilaku Polisi Baik Tdk Tdk
Jwb Baik Tdk Tdk Jwb Baik Tdk Tdk
Jwb Menerima Kritik 32
(42%)38
(51%)4
(7%)12
(46%)3
(12%)11
(42%)44 41 15
Mengurangi Tindakan Berlebihan
24 (32%)
45 (61%)
5 (7%)
10 (38%)
6 (24%)
10 (38%)
34 51 15
Mengurangi Tindakan Brutal Terhadap Warga
19 (25%)
50 (68%)
5 (7%)
7 (27%)
7 (27%)
12 (46%)
16 57 17
Meningkatkan Perhatian Pada Warga
25 (34%)
43 (58%)
6 (8%)
11 (42%)
4 (16%)
11 (42%)
36 47 17
Meningkatkan Disiplin 36 (49%)
33 (44%)
5 (7%)
6 (24%)
10 (38%)
10 (38%)
42 43 15
Mengurangi Pungli 14 (19%)
54 (73%)
6 (8%)
4 (16%)
12 (46%)
10 (38%)
18 66 16
Tidak Terlibat Kejahatan 23 (31%)
43 (58%)
8 (11%)
7 (27%)
6 (24%)
13 (49%)
30 49 21
Tidak Melakukan Perbuatan Tercela
23 (31%)
45 (61%)
6 (8%)
6 (24%)
9 (34%`
11 (42%)
29 54 17
Bekerja sama dengan Warga
23 (31%)
44 (59%)
7 (10%)
12 (46%)
4 (16%)
10 (38%)
35 48 17
Mendegarkan Keluhan Warga
25 (34%)
42 (56%)
7 (10%)
9 (34%)
5 (20%)
12 (46%)
34 47 19
Mengunjungi Warga 23 (31%)
42 (56%)
9 (13%)
5 (20%)
10 (38%)
11 (42%)
28 52 20
1.2. Permasalahan Penelitian
Permasalahan penelitian dalam tesis ini adalah mengenai peran anggota
Forum Kemitraan Polisi-Masyarakat (FKPM) Nagori Senio dalam mencegah
kejahatan di wilayah hukum Polsek Bangun. Sejak FKPM Nagori Senio dibentuk
angka kejahatan di Nagori Senio tidak mengalami penurunan. Sebagian besar
warga masih mengalami keresahan. Keresahan yang dialami warga disebabkan
oleh masih sering terjadi tindak kejahatan pencurian di lingkungan tempat tinggal
warga. Disamping itu terbentuknya FKPM belum mengubah persepsi warga
terhadap sikap dan prilaku polisi. Sebagian besar warga menilai sikap dan prilaku
polisi kurang baik dan warga masih yakin jika polisi tidak mampu menangani
kasus yang dilaporkan dengan tuntas .
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
14
Sebagai lembaga bentukan warga FKPM maka komposisi dan susunan
anggota Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) merupakan hasil
kesepakatan atau musyawarah warga setempat. Pembentukan FKPM dan
pengurus FKPM dilaksanakan melalui mekanisme terbuka dengan melibatkan
seluruh elemen warga yang ada dalam komunitas. Namun sebagian besar warga
tidak mengetahui lembaga FKPM. Sebagian besar warga tidak mengenal anggota
FKPM.
1.3. Ruang Lingkup
Agar dalam penelitian ini tidak terjadi perluasan permasalahan penelitian
yang dapat menyebabkan terjadinya bias dalam pembahasannya dan tidak
mendapat pemahaman secara komprehensif mengenai masalah yang diteliti, maka
peneliti membatasi penelitian ini pada proses pembentukan Forum Kemitraan
Polisi-Masyarakat (FKPM) Nagori Senio dan peran anggota Forum Kemitraan
Polisi-Masyarakat (FKPM) Nagori Senio dalam mencegah kejahatan. Dari
pernyataan masalah penelitian tersebut di atas maka penelitian ini difokuskan atau
dibatasi kepada pertanyaan penelitian sebagai berikut:
(1) Bagaimana proses pembentukan FKPM Nagori Senio dan pemilihan
anggota FKPM Nagori Senio ?
(2) Bagaimana peran anggota FKPM Nagori Senio dalam mencegah
kejahatan ?
Penelitian mengenai peran anggota FKPM dalam mencegah kejahatan ini
dilaksanakan di Nagori Senio. Nagori Senio adalah sebuah desa/nagori yang
merupakan bagian dari Kecamatan Gunung Malela Kabupaten. Wilayah
Kecamatan Gunung Malela merupakan bagian dari wilayah hukum Polsek
Bangun Polres Simalungun yang terletak di bagian utara pulau Sumatera tepatnya
Propinsi Sumatera Utara.
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan adalah dengan tujuan pertama, untuk
mengetahui dan memahami latar belakang dibentuknya Forum Kemitraan
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
15
Polisi Masyarakat (FKPM) Nagori Senio, kedua, untuk mengetahui dan
memahami bagaimana peran anggota Forum Kemitraan Polisi Masyarakat
(FKPM) Nagori Senio dalam mencegah kejahatan termasuk hambatan yang
dihadapi dan hasil yang dicapai, dan ketiga, untuk mengetahui dampak
pembentukan Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) Nagori Senio
terhadap angka kejahatan, dan keempat, menghasilkan tesis untuk
memenuhi syarat akhir Program Pascasarjana Kajian Ilmu Kepolisian,
Universitas Indonesia.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Secara praktis manfaat penelitian yang dilakukan adalah sebagai
bentuk masukan bagi pembuat kebijakan pemolisian khususnya dalam
upaya penyuksesan penyelenggaraan model Pemolisian Komunitas dalam
mengoperasionalkan Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) dan
secara akademis hasil penelitian ini merupakan sebagai sebuah sumbangan
saran dan pemikiran bagi pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian di
Indonesia.
1.5. Metodologi Penelitian
1.5.1. Pendekatan Kualitatif
Penelitian tentang ”Peran Anggota Forum Kemitraan Polisi-
Masyarakat (FKPM) Nagori Senio Dalam Mencegah Kejahatan”
menggunakan pendekatan kualitatif dengan memusatkan perhatian pada
prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala
yang ada dalam kehidupan manusia (Suparlan, 1994;6). Pendekatan
kualitatif merupakan sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah
sosial atau masalah manusia, berdasarkan penciptaan gambaran holistik
lengkap yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan
secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar alamiah (Creswell,
1994;1). Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang menganalisa tentang
gejala-gejala sosial dan budaya dengan kebudayaan dari masyarakat yang
bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai pola-pola yang
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
16
berlaku dan pola-pola yang ditemukan. Selanjutnya temuan-temuan
dianalisis dengan teori yang obyektif.
Dengan menggunakan metode etnografi, penelitian dilakukan
dengan metode pengamatan, pengamatan terlibat , dan wawancara. Dengan
metode ini peneliti menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi peran
anggota Forum Kemitraan Polisi-Masyarakat (FKPM) Nagori Senio dalam
dalam mencegah kejahatan. Untuk membantu memahaminya maka dalam
penelitian ini dianalisa beberapa masalah/kasus yang pernah ditangani oleh
anggota Forum Kemitraan Polisi-Masyarakat (FKPM) Nagori Senio. Kasus
yang menjadi bahan penelitian dalam penelitian ini adalah: pertama,
penyelesaian kasus tindak pidana penganiayaan yang melibatkan warga
Nagori Senio dengan warga Nagori Margo Mulio sesuai dengan Laporan
Polisi No.Pol.:120/VIII/2006/ Bangun/Simal tanggal 25 Agustus 2006, dan
kedua, kasus pencurian ternak yang dilakukan oleh warga Nagori Senio,
namun kasus tersebut belum dilaporkan ke Polsek Bangun. Kasus tersebut
kemudian dianalisa dan dipahami sebagai satuan gejala-gejala sosial yang
muncul sebagai hasil dari kegiatan anggota Forum Kemitraan Polisi-
Masyarakat (FKPM) Nagori Senio. Suparlan (1994:8) mengatakan bahwa
metode studi kasus memiliki beberapa ciri pokok, yaitu:
(1) Menyajikan deskripsi yang mendalam dan lengkap, sehingga
dalam informasi-informasi yang disampaikannya nampak
hidup sebagaimana adanya dan pelaku-pelaku mendapat
tempat untuk memainkan peranannya;
(2) Bersifat grounded atau berpijak di bumi yaitu betul-betul
empirik sesuai dengan konteksnya;
(3) Bercorak holistik;
(4) Menyajikan informasi yang terfokus dan berisikan pernyataan-
pernyataan yang perlu-perlu saja, yaitu mengenai pola-
polanya; dan
(5) Mempunyai kemampuan untuk berbicara dengan para
pembacanya karena disajikan dengan bahasa biasa dan
bukannya dengan bahasa teknis angka-angka.
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
17
1.5.2. Metode Penelitian
Dalam pendekatan kualitatif metode penelitian yang umum
digunakan adalah metode pengamatan, metode pengamatan terlibat, dan
metode wawancara dengan berpedoman (Suparlan, 1994). Fokus
pengamatan dilakukan terhadap situasi umum wilayah penelitian yang
meliputi wilayah Nagori Senio, kegiatan anggota Forum Kemitraan Polisi-
Masyarakat (FKPM) Nagori Senio dalam menangani masalah termasuk
perencanaannya, dan kehidupan masyarakat yang menetap di Nagori Senio
terutama kehidupan warga di pemukiman-pemukiman dalam menghadapi
kejahatan dan ancaman kejahatan, dan mengamati pola komunikasi dan
pola hubungan antara warga dengan anggota Forum Kemitraan Polisi-
Masyarakat (FKPM). Fokus pengamatan terlibat dilakukan dengan
mengikuti secara langsung kegiatan anggota Forum Kemitraan Polisi-
Masyarakat (FKPM) Nagori Senio dalam mencegah kejahatatan. Kegiatan
tersebut meliputi identifikasi masalah, menerima laporan/pengaduan warga,
mengadakan rapat atau pertemuan dengan warga, melakukan kunjungan ke
rumah warga dan memecahkan masalah. Wawancara dilakukan terhadap
informan yang telah dipilih berdasarkan keterkaitan dengan operasional
Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) Nagori Senio. Dalam hal ini
wawancara dilakukan dengan Kapolres Simalungun, Kapolsek Bangun,
Camat Gunung Malela, Pangulu Nagori Senio, Kabag Bina Mitra Polres
Simalungun, Anggota Ba.Polmas yang sehari-hari terlibat dalam kegiatan
Forum Kemitraan Polisi-Masyarakat (FKPM) sebanyak 4 (empat) orang,
anggota Forum Kemitraan Polisi-Masyarakat (FKPM) Nagori Senio yang
berjumlah 7 (tujuh) orang, tokoh masyarakat dan tokoh adat yang tinggal
dan menetap di Nagori Senio. Dalam penelitian ini keterwakilan gender
dijadikan pertimbangan untuk memperoleh informasi yang seimbang antara
laki-laki dan wanita.
Kajian dokumen peneliti lakukan dengan memeriksa buku-buku yang
berkaitan dengan Forum Kemitraan Polisi-Masyarakat (FKPM), produk-
produk yang telah dihasilkan Forum Kemitraan Polisi-Masyarakat (FKPM)
Nagori Senio berupa catatan-catatan mengenai kegiatan Forum Kemitraan
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
18
Polisi Masyarakat (FKPM), dokumen pembentukan Forum Kemitraan
Polisi-Masyarakat (FKPM) Nagori Senio, Data Statistik Wilayah Hukum
Polsek Bangun dan data situasi kamtibmas di wilayah hukum Polsek
Bangun dan situasi kamtibmas di Nagori Senio.
1.5.3. Prosedur Pengumpulan Data
(1) Pengamatan.
Pengumpulan data dilakukan dengan membuat catatan dari hasil
pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan anggota Forum
Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) Nagori Senio. Yang dicatat
adalah gejala-gejala yang muncul dalam setiap kegiatan Forum
Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) Nagori Senio terutama dalam
interaksi sehari-hari dengan masyarakat yang diteliti. Melalui
pengamatan terhadap kegiatan anggota FKPM maka diperoleh
informasi langsung tentang apa, mengapa dan bagaimana anggota
FKPM Nagori Senio melaksanakan kegitannya. Informasi tersebut
dicatat terutama informasi yang tidak biasa muncul selama
pengamatan. Dengan menggunakan metode pengamatan diperoleh
gambaran lengkap mengenai gejala-gejala (tindakan, benda,
peristiwa, dsb) dan kaitan hubungan antara satu gejala dengan gejala
lainnya yang bermakna bagi kehidupan masyarakat yang diteliti.
Pengamatan secara tidak langsung mengharuskan peneliti melibatkan
diri dalam kehidupan masyarakat yang diteliti untuk dapat melihat
dan memahami gejala-gejala yang ada sesuai makna yang diberikan
atau dipahami oleh Informan. Termasuk dalam pengertian metode
pengamatan terlibat adalah wawancara dan mendengarkan serta
memahami apa yang didengarnya.
(2) Wawancara.
Wawancara dilakukan terhadap Kapolres Simalungun sebagai
pembuat kebijakan pemolisian di wilayah hukum Polres Simalungun
termasuk kebijakan pembentukan FKPM Nagori Senio, terhadap
Kapolsek Bangun dan Kabag Bina Mitra selaku pengawas
operasional implementasi Polmas termasuk FKPM Nagori Senio,
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
19
Camat Gunung Malela dan Pangulu Nagori Senio selaku aparat
pemerintah sebagai pendukung operasional FKPM dan anggota
Ba.Polmas yang sehari-hari terlibat dalam kegiatan Forum Kemitraan
Polisi-Masyarakat (FKPM), anggota Forum Kemitraan Polisi-
Masyarakat (FKPM), tokoh masyarakat dan tokoh adat Nagori
Senio. Hasil wawancara kemudian dicatat dan direkam dan dijadikan
bahan dalam mendukung penelitian. Wawancara adalah sebuah
tehnik untuk mengumpulkan informasi dari para anggota masyarakat
yang diteliti mengenai suatu masalah khusus dengan tehnik bertanya
yang bebas tetapi berdasarkan atas suatu pedoman yang tujuannya
adalah untuk memperoleh informasi khusus dan bukannya untuk
memperoleh respon atau pendapat mengenai sesuatu masalah.
Wawancara juga dilakukan terhadap warga masyarakat sebagai obyek
dan sasaran kegiatan Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM)
Nagori Senio.
(3) Dokumen.
Dalam penelitian ini dokumen dijadikan sebagai sumber
informasi dan data. Dokumen umum berupa notulen hasil rapat, hasil
pelaksanaan kegiatan, dan arsip kegiatan pembentukan Forum
Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) Nagori Senio. Selain itu buku-
buku mengenai kebudayaan masyarakat setempat menjadi salah satu
dokumen penting untuk menunjang penelitian. Dokumen lain yang
akan dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah dokumen pribadi
berupa jurna dan buku atau surat yang berkaitan dengan Forum
Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) Nagori Senio.
(4) Materi audio visual.
Metode ini menggunakan perangkat audio visual seperti kamera,
film dan perangkat komputer untuk merekam kegiatan yang
dilakukan selama penelitian. Kegiatan-kegiatan yang menunjukkan
dinamika Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) Nagori Senio
di rekam untuk mendukung data lain. Rekaman juga dilakukan pada
saat melakukan pengamatan dan wawancara agar hasil pengamatan
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
20
dan wawancara dapat terekam dengan sempurna sehingga setiap
pendapat dari informan dapat dianalisa secara tepat.
(5) Angket.
Eugene Weinstein dan Judith Tanur (1976) sebagaimana dikutip
oleh George Ritzer dan Douglas J.Goodman mengatakan, “hanya
karena kadar kesadaran itu kualitatif, tak berarti pengungkapan
keluarnya tak dapat dikodekan, diklasifikasi, atau bahkan dihitung”
(George Ritzer dan Douglas J.Goodman, 2003: 309). Oleh karena itu
dalam penelitian ini peneliti juga mendistribusikan angket kepada
responden untuk mengetahui persepsi warga tentang Forum
Kemitraan Polisi-Masyarakat (FKPM) Nagori Senio dalam
mendukung hasil wawancara. Angket adalah daftar pertanyaan dan
isian yang didistribusikan kepada responden baik secara langsung
atau tidak langsung. Angket ini didistribusikan kepada responden
yang terdiri dari 75 (tujuh puluh lima) warga komunitas berdasarkan
geografis yang dipilih secara acak dan kepada seluruh komunitas
berdasarkan kepentingan yang ada di Nagori Senio yang seluruhnya
berjumlah 26 (dua puluh enam) komunitas.
Strategi implementasi Pemolisian Komunitas adalah dengan
memahami tentang apa masyarakat. Sebuah masyarakat terdiri dari
sub-sub kelompok yang disebut dengan komunitas. Suparlan
menerangkan bahwa:
“Komunitas (community) adalah sebuah satuan kehidupan yang
lebih kecil daripada sebuah masyarakat, hidup dalam suatu
wilayah dengan batas-batas tertentu, yang anggota-anggotanya
saling terkait satu sama lainnya melalui berbagai jaringan sosial
dan jaringan kekerabatan, karena keturunan dari satu nenek
moyang yang sama atau karena melalui hubungan perkawinan”
(Suparlan, 2005: 48).
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
21
Dari penjelasan tersebut diatas maka komunitas dalam suatu
wilayah terdiri dari 2 (dua) bagian yakni komunitas berdasarkan
geografis dan komunitas berdasarkan kepentingan. Komunitas
berdasarkan geografis (Community by Geographyc Area) adalah
warga yang berada dalam suatu wilayah kecil yang jelas batas-
batasnya. Batas yang dimaksud adalah batas geografis dan
karakteristik masyarakat. Sebagai contoh: RT, RW, Kelurahan, Desa,
Mall/kawasan pasar, Stasiun Bus/Kereta Api. Di Nagori Senio
terdapat 3 (tiga) komunitas berdasarkan geografi yakni Dusun 1,
Dusun 2 dan Dusun 3. Tiap-tiap dusun dipimpin oleh seorang kepala
dusun atau gamot. Komunitas berdasarkan kepentingan (Community
by Common Interest) adalah komunitas yang terbangun menurut ras,
etnik, jender, usia, dan karakteristik profesi dari anggota-anggotanya
dalam kurun waktu lama. Komunitas berdasarkan kepentingan yang
ada di wilayah Nagori Senio adalah sebanyak 26 (dua puluh enam)
buah. Warga dalam komunitas berdasarkan kepentingan tidak harus
berada dalam satu wilayah tetapi bisa saja berasal dari beberapa
wilayah namun memiliki kesamaan kepentingan. Oleh karena itu
dalam penelitian ini angket didistribusikan kepada warga yang dipilih
secara random yang dianggap mewakili komunitas yang ada di
Nagori Senio. Warga yang dipilih adalah warga yang bisa baca dan
tulis sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.6..
Tabel 1.6.: Distribusi Daftar Pertanyaan/Angket
KOMUNITAS JUMLAH % Dusun 1 25 25 Dusun 2 25 25 GEOGRAFI Dusun 3 25 25
KEPENTINGAN 26 25 JUMLAH 101 100
Setiap angket terdiri dari 26 (dua puluh enam) pertanyaan telah
dijawab oleh seluruh responden. Pertanyaan diberikan dalam bentuk
pertanyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaan terbuka memberi
kesempatan kepada warga menjelaskan pendapatnya secara panjang
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
22
lebar. Pertanyaan tertutup membatasi jawaban warga pada pilihan
jawaban yang dibuat oleh peneliti. Pertanyaan berkenaan dengan
persepsi warga terhadap FKPM Nagori Senio dan dampak
pembentukan FKPM Nagori Senio terhadap kualitas lingkungan dan
perubahan prilaku polisi. Melalui angket diperoleh gambaran
bagaimana persepsi warga mengenai FKPM Nagori Senio dan apa
harapan warga terhadap anggota FKPM Nagori Senio. Tujuan
penyebaran angket ini adalah untuk diperoleh data guna mendukung
analisa peneliti yang dibuat berdasarkan hasil wawancara dan
pengamatan yang dilakukan.
Adapun karakteristik responden yang dijadikan obyek penelitian
adalah 66% laki-laki dan 34% perempuan. Usia responden 68%
berusia antara 26-55 tahun, 28% berusia antara 13-25 tahun dan 4%
berusia lebih dari 55 tahun. Seluruh responden pernah mengikuti
pendidikan, 15% berpendidikan SD, 38% berpendidikan SMP, 34%
berpendidikan SMA, 5% berpendidikan Diploma dan 8%
berpendidikan Sarjana. Hampir seluruh responden memiliki
pekerjaan. Mereka ada yang bekerja sebagai karyawan, guru, buruh,
pelajar, pegawai pemerintah dan pedagang, seperti yang terlihat pada
Tabel 1.7..
Tabel 1.7. : Karakteristik Responden
KOMUNITAS DESA SENIO GEOGRAFIS KEPENTINGAN JLH %
GENDER
LAKI-LAKI 49 18 67 66PEREMPUAN 26 8 34 34Jumlah 75 26 101 100
KELOMPOK USIA
13-25 28 - 28 2826-55 45 24 69 68>55 2 2 4 4Jumlah 75 26 101 100
PENDIDIKAN
SD 13 2 15 15SMP 34 5 39 38SMA 23 11 34 34DIPLOMA 4 1 5 5SARJANA 1 7 8 8Jumlah 75 26 101 100
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
23
PEKERJAAN
GURU - 11 11 11BIDAN/PERAWAT 1 1 2 2PELAJAR 17 - 17 17SOPIR 2 1 3 3PEDAGANG 6 - 6 6PEGAWAI 4 1 5 5KARYAWAN 11 5 16 16TUKANG 5 1 6 6BURUH 12 4 16 16IBU RMH TANGGA 11 1 12 12PETANI 1 - 1 1TIDAK KERJA 2 - 2 2PENSIUNAN 2 1 3 3WARTAWAN 1 - 1 1Jumlah 75 26 101 100
1.5.4. Tahapan Pengumpulan Data
Dalam penelitian tentang ”Peran Anggota Forum Kemitraan Polisi-
Masyarakat (FKPM) dalam Mencegah Kejahatan di Wilayah Hukum
Polsek Bangun” dimulai dari tanggal 31 Januari 2008 sampai dengan 1 Mei
2008. Adapun tahapan-tahapan penelitian adalah sebagai berikut:
(1) Tahap pertama.
Peneliti bertindak sebagai instrumen selama penelitian yang
meliputi pengamatan, pengamatan terlibat serta wawancara terhadap
peristiwa, tindakan-tindakan, kejadian yang saling berkaitan dan
berhubungan antara satu dengan yang lain dalam setiap kegiatan yang
dilakukan oleh anggota FKPM Nagori Senio.
Untuk melaksanakannya langkah-langkah yang dilakukan
adalah:
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
24
(a) Melepaskan diri dari status sebagai Perwira Menengah Polri
dan tampil sebagai seorang peneliti yang berpenampilan
luwes dan akrab, penuh rasa kekeluargaan serta tidak
bersikap formal dengan maksud agar dapat menggali dan
memperoleh berbagai informasi yang diperlukan dari subyek
penelitian.
(b) Menghubungi dan melaporkan diri kepada pejabat formal
yaitu: Kapolres Simalungun, Wakapolres Simalungun,
Camat Gunung Malela, Kapolsek Bangun, Pangulu Nagori
Senio dan anggota FKPM Nagori Senio untuk memperoleh
informasi tentang masalah penelitian.
(c) Menghubungi Informan kunci yakni Ba.Polmas Polsek
Bangun Aiptu Polisi Nasrul dan seluruh anggota FKPM
dengan maksud agar mereka dapat menunjukkan, membuka
dan memberi informasi penting sesuai dengan masalah
penelitian.
(d) Melakukan identifikasi terhadap kegiatan FKPM Nagori
Senio, anggota FKPM Nagori Senio, warga yang menjadi
tanggung jawab FKPM Nagori Senio, komunitas-komunitas
berdasarkan kepentingan yang ada di Nagori Senio seperti
sekolah, perkumpulan keagamaan, dan penyedia layanan
kesehatan, serta mengidentifikasi masalah-masalah yang
telah atau sedang ditangani oleh FKPM Nagori Senio.
(e) Menjelaskan kepada informan bahwa dalam kegiatan
penelitian yang dilakukan peneliti tidak bersifat investigasi,
tidak menghakimi atau memberikan penilaian-penilaian serta
tidak mencari-cari kesalahan yang berkaitan dengan
operasional FKPM Nagori Senio, tetapi semata-mata
mencari informasi yang diperlukan dalam rangka untuk
kepentingan ilmiah.
(f) Melakukan kegiatan penelitian sesuai dengan metode
penelitian. Wawancara, pengamatan dan pengamatan terlibat
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
25
dilakukan bersama-sama dengan informan. Dalam penelitian
juga dilakukan penyebaran angket dan daftar isian kepada
101 (seratus satu) warga Nagori Senio untuk memperoleh
gambaran mengenai pemahaman mereka terhadap
keberadaan FKPM Nagori Senio.
(g) Membuat catatan-catatan lapangan untuk mencatat seluruh
informasi yang diperoleh, kemudian melakukan cek silang
guna mendapatkan informasi yang akurat dan benar.
(2) Tahap kedua.
Tahap ini merupakan tahap akhir dari keseluruhan proses
penelitian yang berlangsung dari bulan Februari 2008 sampai dengan
bulan Mei 2008 yaitu dengan melakukan penyusunan seluruh hasil
penelitian melalui pengkajian dan penganalisaan terhadap data yang
dikumpulkan untuk kemudian dituangkan ke dalam bentuk sebuah
laporan hasil penelitian.
1.6. Kerangka Teori
1.6.1. Normative Sponsorship Theory
Sower (1957) sebagaimana dikutip oleh Trojanowicz mengatakan
bahwa pada dasarnya sebagian besar manusia memiliki keinginan baik dan
bahwa mereka akan bekerjasama dengan yang lain dengan membangun
sebuah konsensus. Pada prinsipnya manusia mau bekerja sama berbuat baik
menurut kesepakatan bersama. Selanjutnya bahwa tiap-tiap kelompok akan
menyatukan nilai-nilai, keyakinan, dan tujuan bersama, artinya bahwa
mereka akan setuju pada tujuan bersama ketika mereka berinteraksi
bersama dengan maksud untuk meningkatkan kualitas lingkungannya. Teori
ini juga mengatakan bahwa usaha komunitas hanya akan mendapat
dukungan jika upaya tersebut normatif bagi setiap orang dan kepentingan
kelompok-kelompok (Trojanowicz, 1998:12).
1.6.2. Critical Social Theory
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
26
Fay (1984) sebagai mana dikutip oleh Trojanowicz mengatakan
bahwa Critical Social Theory fokus pada bagaimana dan mengapa manusia
berkoalisi untuk membenahi dan menangani rintangan/masalah sosial,
ekonomi dan politik yang menghambat mereka untuk memenuhi
kebutuhannya. Manusia akan membangun kekuatan bersama untuk
menangani permasalah yang mereka alami. Teori ini juga mengatakan
bahwa manusia akan berprilaku sesuai dengan pemahamannya menurut
kepentingannya. Tiga hal yang mendasari ide Critical Social Theory adalah:
(1) Enlightenment – Manusia harus belajar tentang keadaannya
sebelum berupaya berubah oleh karena itu manusia
membutuhkan informasi untuk memahami kondisinya
(pemahaman).
(2) Empowerment – Manusia harus melakukan aksi untuk
memperbaiki kondisinya, manusia akan mengambil
tindakan untuk memperbaiki kondisinya
(3) Emancipation – Keberhasilan tersebut membawanya
kepada kebebasan menurut kombinasi dari refleksi dan aksi
sosial (Trojanowicz, 1998:13).
1.7. Pengorganisasian Penulisan
Penulisan laporan hasil penelitian tentang Peran Anggota FKPM Nagori
Senio Dalam Mencegah Kejahatan di Wilayah Hukum Polsek Bangun disusun
dan diorganisasikan sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan yang berisi tentang permasalahan sebagai latar
belakang dilakukannya penelitian terhadap peran anggota FKPM
Nagori Senio, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup,
metodologi penelitian, kerangka teori, tahapan penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab 2 Tinjauan Kepustakaan yang berisi tentank konsep-konsep yang
berkenaan dengan masalah penelitian seperti Pemolisian Komunitas
(Community policing), Pecegahan Kejahatan, Forum Kemitraan
Polisi-Masyarakat (FKPM), Peran Polisi Dalam Mencegah
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
27
Kejahatan, dan Peran Masyarakat Dalam Mencegah Kejahatan. Bab
ini juga berisi tentang hasil penelitian terdahulu yang memiliki
keterkaitan dengan masalah penelitian yakni penelitian yang
dilakukan Sdr.Ronny Lihawa mengenai Kegiatan Babinkamtibmas
Dalam Mencegah Kejahatan di Kelurahan Kebayoran Lama Utara
dan penelitian yang dilakukan Sdr.Andri Wibowo mengenai
Efektifitas Pelaksanaan Tugas Balai Kemitraan Polisi dan
Masyarakat Dalam Penerapan Pemolisian Komunitas Pada Polres
Metro Bekasi.
Bab 3 Situasi Umum yang menggambarkan secara umum karakteristik
wilayah hukum Polsek Bangun, Polsek Bangun, Ba.Polmas Polsek
Bangun, situasi umum Nagori Senio, dan Forum Kemitraan Polisi-
Masyarakat (FKPM) Nagori Senio.
Bab 4 Kegiatan pencegahan kejahatan yang dilakukan oleh anggota Forum
Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) Nagori Senio seperti
mengidentifikasi masalah, menerima keluhan, pengaduan, laporan,
atau informasi dari warga atau polisi, mengadakan pertemuan
dengan warga untuk membahas masalah, dan memecahkan masalah
warga.
Bab 5 Proses pembentukan Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM)
Nagori Senio yang diawali dengan tahap Persiapan Pembentukan,
dan tahap Pelaksanaan Pembentukan.
Bab 6 Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran sebagai hasil dari
penelitian mengenai peran anggota Forum Kemitraan Polisi
Masyarakat (FKPM) Nagori Senio dalam mencegah kejahatan di
wilayah hukum Polsek Bangun.
Universitas Indonesia Peran anggota forum....., Donald Happy Ginting, Program Pascasarjana, 2008
Top Related