Download - Ayam Petelur (Kandang)

Transcript

Kandang

Lokasi :

Lokasi yang dipilih harus merupakan perpaduan antara tempat yang cocok untuk

kehidupan ayam petelur, harga tanah relative murah serta mudah dijangkau alat transportasi

dan komunikasi. Memelihara ayam  petelur sebaiknya dilakukan pada ketingian 100-400

meter diatas permukaan laut. Kurang dari ketinggian 100 meter dari permukaan laut maka

ayam mudah stress karena pengaruh panas. Sementara ketinggian diatas 400 meter akan

berpengaruh buruk karena curah oksigen semakin rendah, sehingga ayam akan rentan

terhadap penyakit pernafasan maupun penyakit metabolisme lainnya. Kasus-kasus yang

sering terjadi didaerah dataran rendah adalah ayam mudah mengalami panting (ayam

bernafas dengan mulut) karena panas yang berlebihan, bobot telur lebih ringan, kanibal dan

tingkat kematian lebih tinggi. Kasus-kasus yang muncul di dataran tinggi adalah ascites

(perut kembung berisi cairan) dan penyakit pencernaan lainnya akibat bakteri gram negative.

Disamping itu, syarat mutlak lainnya adalah tersedia sumber air yang cukup. Jenis tanah yang

dipilih adalah yang mudah menyerap air seperti tanah berpasir. Menurut pengalaman, jika

jenis tanah kandang mudah menyerap air maka air yang tersedia relative lebih bersih dan

tidak tercemar kuman penyakit. Karenanya ayam tidak mudah terserang penyakit. Tanah

yang sulit menyerap air seperti tanah lempung/ tanah liat sebaiknya dihindari untuk lokasi

kandang.

Melakukan usaha ternak ayam petelur didataran tinggi yang ideal dan sumber air diambil dari

sumur bor yang relative bersih masih beresiko jika tanahnya tidak mudah menyerap air.

Kenyataan di lapangan membuktikan ayam yang dipelihara sering terserang penyakit

pernafasan. Seperti CDR, Snot serta penyakit pencernaan seperti coli dan penyakit enteritis

lainnya. Akibatnya, peternak didaerah yang tipelogi tanahnya seperti  itu sering mengalami

kasus dan jumlah kematian yam jauh lebih banyak dari pada ayam yang dipelihara di lokasi

yang ideal.

Selain ketinggian tempat, sumber air dan tipe tanah, memilih lokasi harus

mempertimbangkan  kelembapan lokasi. Kelembaban ideal untuk ayam sekitar 50-70%.

Kelembapan ini akan membantu perkembangan bulu akan semakin baik. Lingkungan dengan

kelembapan rendah akan menyebabkan perkembangan dan bentuk bulu menjadi jelek.

Sebaliknya kelembapan tinggi akan menyebabkan masalah seperti kadar amoniak yang tinggi

diikuti masalah gangguan pernafasan.

Lokasi yang ideal memang akan memudahkan dan menguntungkan peternak dalam bisnis

ayam petelur. Tetapi jangan melupakan harga tanah.  Untuk peternakan pemula sangat tidak

disarankan membeli tanah kecuali mereka yang sejak awal sudah memiliki lahan. Sebaiknya

mereka menyewa tanah untuk jangka waktu pendek seperti 5 tahun atau 3 periode

pemeliharaan. Alasannya untuk menekan modal investasi awal (putaran modal lebih ringan)

dan melihat keaadan

lokasi tersebut cocok dan

layak untuk memelihara 

ayam atau tidak. Selain

itu, perkembangan harga

di lokasi calon peternakan

yang terletak didaerah

kurang produktif

sehingga keiakan lebih

lambat dibandingkan

lokasi tanah yang berada

ti tepi jalan besar atau

tanah yang produktif.

Bentuk :

pada lahan seluas 1 hektar atau 10.000 m² idealnya memuat populasi 20.000-25.000 ekor.

Kandang pembesaran yang ideal berukuran panjang 40 m dan lebar 5 m. Kandang yang tidak

terlalu lebar sangat berguna untuk kebutuhan ayam dalam hal ini kenyamanannya. Hal ini

disebabkan semakin lebar kandang maka ayam akan sulit mendapatkan udara segar karena

sirkulasi atau pergerakan udara yang lambat. Kandang type postal seluas 200 m² (40 x 5 m)

cukup optimal untuk memelihara pullet sejumlah 1600 ekor hingga berumur 112 hari.

Sementara itu, kandang batre yang berukuran sama bisa memuat sekitar 2500 ekor pullet

(bisa lebih hemat tempat sekitar 150%).

A.Berdasarkan Type lantai

Berdasarkan type lantai (postal) kandang terbagi 2 yaitu type lantai tanah atau disemen (litter)

dan kandang panggung (slat). Pemilihan lantai kandang sebaiknya memperhatikan periode

umur ayam. Berikut ini anjuran saya tentang pemakaian type kandang.

1. Masa starter (0-5 minggu) Menggunakan kandang Litter

2. Masa grower (5-10 minggu) dapat menggunakan kandang litter  akan tetapi lebih baik

menggunakan kandang batre (bisa dari bahan kawat atau bamboo) supaya pertumbuhan

ayam lebih seragam.

3. Masa developer (10-16 minggu) lebih baik menggunakan kandang batre

4. Masa layer atau produksi (diatas 16 minggu) menggunakan kandang batre

Sedangkan kepadatan kandang  yang disarankan untuk masa starter-developer untuk type

lantai yang menggunakan litter sebagai berikut.

1. Umur 0-7 hari = 40 ekor/m2

2. Umur 8-14 hr =30 ekor/m2

3. Umur 15-28 hr =20 ekor/m2

4. Umur 29-112 hr atau lebih =  sebaiknya 6-8 ekor/m2

Pullet yang berumur 91-112 hr sudah dapat dipindahkan ke dalam kandang batre petelur. 1

kandang batre bisa diisi 1 sampai 2 ekor. Dari pengalaman lapangan sebaiknya 1 kandang

batre diisi 1 ekor. Pembuatan kandang dengan jumlah yang banyak tentu membutuhkan

jumlah yang besar. Namun biaya tersebut bisa tertutup karena dengan perlakuan seperti ini

maka produktifitasnya akan lebih baik, yakni 2-6% dibandingkan 1 kandang yang berisi 2

ekor. Disamping itu, tingkat kanibalisme ayam yang menyebabkan kematian dan afkir ayam

yang tidak diperlukan dapat ditekan. Kandang batre yang ideal adalah berukuran panjang 120

cm, lebar 55 cm dan tinggi 27-32 cm. kandang berukuran seperti ini dapat memuat 6 ekor

ayam petelur. Kadnang batre bisa berukuran sebagai berikut:

1. Batre untuk masa grower berukuran 120 x 35 x 32 cm dapat memuat 12 ekor ayam

2. Batre untuk masa layer berukuran lebar 120 x panjang 55 x tinggi depan 32 cm x tinggi

belakang 27 cm dapat memuat 6 ekor ayam

Kandang ayam petelur dibagi 2 yaitu : kandang terbuka dan kandang tertutup. Kita yang

tinggal di Indonesia harus bersyukur karena iklimnya lebih menguntungkan disbanding

Negara barat. Dengan type kandang terbuka, produktifitas aym petelur di Indonesia sudah

bisa optimal karena intensitas cahayanya cukup dan temperature udara relative stabil,

infestasi pembayatn kandang terbuka lebih murah jika dibandingakan dengan kandang

tertutup.

B. type kandang terbuka

Type kandang terbuka yang dapay kita temui pada peternakan ayam petelur di Indonesia

umumnya ada 3 bentuk, yaitu type V , type AA dan type W. kandang type V biasanya berisi

4 atau 6 lajur / kandang. Type AA berisi 8 lajur/kandang dan type W berisi 8 lajur/ kandang

Kelebihan type V berisi 4 lajur adalah sirkulasi udara lebih lancar, intensitas cahaya matahari

yang masuk lebih optimal dan produksi telur lebih baik. Kelemahannya, populasi ayam

kurang maksimal dibandingkan tipe V berisi 6 lajur.

Dikandang type V berisi 6 lajur, sirkulasi dan intensitas cahaya matahari cukup baik tapi

kandang tersebut mudah rusak. Selain itu, penanganan managemennya seperti pemberian

pakan , minum serta vaksinasi lebih sulit dikerjakan karena batre lajur atas sulit dijangkau.

Karenanya karyawan yang bekerja dikandang harus menginjak kandang lajur bawah untuk

memberi makan kandang lajur atas.

Kandang type AA yang berisi 8 lajur memuat populasi lebih banyak dan intensitas cahaya

mataharui yang masuk cukup

baik.

Kandang type W juga bisa

memuat populasi lebih

banyak tetapi sirkulasi udara

di lajur bagian tengah kurang

baik. Karena itu, kotoran

ayam lebih lama mongering

disbanding ayam type V,

sehingga kandungan amoniak cukup tinggi akibatnya pernafasan ayam terganggu dan

mempengaruhi produksi telur.

Kandang baterai merupakan kandang yang lazim digunakan pada peternaan ayam layer/

ayam petelur. Kandang baterai ini memiliki sistem ventilasi yang angat baik, karena udara

leluasa masuk kedalam setiap sangkar. Udara dapat bertiup pada setiap ekor ayam, bbaik dari

samping maupun bawah, karena baterai ditempatkan minimal 40cm dari permukaan lantai.

Kondisi ventilasi pada kandang baterai yang baik, memungkinkan kandang mampu

menampung populasi ayam lebih banyak daripada lantai litter dengan luas kandang yang

sama.

Ukuran Kandang Baterai yang lazim digunakan untuk standard peternakan di Indonesia.

1. Ukuran 110cm x 42cm x 35cm x 37cm (P x Tdpn x L x

Tblk), (kemiringan 9 derajat). Dengan ukuran standard cukup untuk 8 ekor ayam per

set-nya. Terdiri dari 4 pintu yang masing2 sekat dapat diisi 2 ekor ayam. Dalam kondisi

ini kepala ayam berada di dalam.

2. Ukuran 110cm x 35cm x 35cm x 28cm, (kemiringan 9

derajat). Dengan ukuran kecil ini juga untuk 8 ekor ayam per set-nya. Terdiri dari 4

pintu yang masing2 sekat dapat diisi 2 ekor ayam, tetapi kondisi ini kepala ayam

berada di luar.

3. Ukuran 120cm x 42cm x 35cm x 37cm, 6

pintu, (kemiringan 9 derajat). Ukuran ini diperuntukkan 6 ekor ayam per set-nya. Jadi 6

pintu yang masing2 sekat hanya dapat diisi seekor ayam, sehingga kita dapat

mengetahui produktivitas & mutu telur yang dihasilkan masing-masing ayam.

4. Ukuran 120cm x 35cm x 35cm x 28cm, 6

pintu, (kemiringan 9 derajat). Ukuran ini diperuntukkan 6 ekor ayam per set-nya. Jadi 6

pintu yang masing2 sekat hanya dapat diisi seekor ayam, ini adalah versi minimalis

dari no.3.

Sumber Air :

Air dari sumber air ditarik dengan pompa menuju tendon penampungan

Sebelum memasuki tendon penampungan, air tersebut melewati pH-up dan clorinator.

pH-Up ini berfungsi untuk meningkatkan kadar pH air karena kadar keasaman air di

daerah itu pada posisi pH<5. Tabung pH up berisi kapur tablet. Tabung ini sangat

diperlukan saat pengobatan karena obat-obatan akan bekerja efektif pada pH netral.

Namun pada saat pemberian air minum biasa pH-up tidak diperlukan karena pada pH<5

justru dapat menyebabkan bakteri pencernaan pada usus ayam dapat terhambat

perkembangannya

Setelah melewati pH-up selanjutnya air melewati clorinator yang berisi clorin atau kaporit

2-4 ppm ( sebagiman standar PAM).

Setelah melewati clorinator maka air akan masuk kedalam tendon untuk mengendapkan

klorin tadi. Setelah minimal 6 jam maka air tersebut baru dapat dilanjutkan pada tahap

penyaringan terakhir yang disebut “water purifer” yang berisi pasir silica, carbon aktif dan

pasir aktif.

Pertanyaan pertama mungkin akan sangat mudah dijawab. Sudah pasti jika kita

memberikan air (unsure yang sangat penting) bagi ayam dalam keadaan terkontaminasi

tentunya akan menyebabkan kerugian secara tidak langsung bagi kita. Hal ini dikarenakan

akn banyak masalah yang timbul pada ayam kita, mulai dari gangguan pertumbuhan,

banyaknya penyakit yang menyerang dampai pada kematian ayam yang kita pelihara.

Pertanyaan ke dua, apakah harus direbus sampai mendidih? Perebusan air sampai

mendidih pada suhu 100oC akan menyebabkan sebagian besar mikroorganisme mati.

Akan tetapi, apakah hal itu jelas tidak cukup praktis dan ekonomis tentunya disaat harga

bahan bakar yang cukup tinggi saat ini.

Pertanyaan  ketiga, adakah cara lain? Tentunya ada. Bisa dengan penggunakan perangkat

penyaringan air (akan saya bahas pada artikel selanjutnya) yang memang lebih repot pada

awalnya namun lebih praktis dan ekonomis pada akhirnya. Selain itu bisa juga

menggunakan disinfektan seperti klorin seperti yang biasanya digunakan pada air PDAM.

Namun penggunaan air berklorin ada caranya. Sebelum diberikan kea yam, air yang

mengandung klorin di endapkan minimal 8 jam sebelum pemberian, tapi lebih bagus lagi

kalo diendapkan seharian. Karena jika langsung diberikan maka bisa mengiritasi saluran

pencernaan dan juga bisa membunuh mikro flora yang baik bagi saluran pencernaan)Dan

jika ingin melakukan vaksinasi dengan air yang pernah diberikan klorin (sudah

diendapkan) harus ditambahkan skim milk untuk meningkatkan kualitas air. Penambahan

klorin pada air dosisnya (menurut literature yang saya pernah baca) 3-5 ppm. Selain

klorin anda juga bisa menggunakan disinfektan lainnya yang banyak dijual di took obat

hewan sekitar anda. Banyak juga yang mempunyai efektifitas sama seperti klorin atau

mungkin lebih baik namun tidak terlalu berpengaruh pada sifat air  (klorin membuat air

menjadi bau sehingga ayam terkadang kurang suka minum).

tentunya juga, untuk meningkatkan kualitas kesehatan air minum maka juga perlu

ditambahkan supplemen untuk memaksimalkan pertumbuhannya seperti Improlin-

G,Avispro, Imunose,Viterpan. Pilihan supplemen dapat disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan masing-masing peternak yang memang berbeda-beda.

Posisi Kandang :

1. Arah kandang, membujur dari timur ke barat. Untuk menekan pengumpulan panas

didalam kandang maka hendaknya kandang dibangun dengan bagian panjang

membujur dari timur kebarat. Arah seperti itu menyebabkan kandang hanya

memperoleh sinar matahari secara langsung hanya pada pagi dan sore hari pada lebar

kandang saja. Dengan demikian, cahaya matahari langsung dan panas yang

dipantulkan oleh permukaan tanah terdekat pada kandang terbuka dapat di hindari.

apabila kandang dibangun denga n bagian membujur dari utara ke selatan, maka sejak

pukul 06.00-11.30, sinar matahari secra langsung akan dapat masuk melalui salah satu

sisi panjang kandang, kemudian pada siang sampai sore hari, sejak pukul 13.30-18.00,

cahaya matahari langsung akan masuk melalui sisi panjang yang lain. Dengan

demikian, jika kandang mengarah dari utara ke selatan, maka pada sepanjang siang

hari akan menerima panas dan cahaya matahari yang berlebihan. apabila hal semacam

ini tidak cepat teratasi, ayam akan mengalami stres.

2. Letak Antara Kandang. Letak antara kandang yang satu dengan kandang yang lain

diatur sedemikian rupa atas dasar kelompok umur ayam yang akan dipelihara.

1. Kelompok umur yang sama. Letak antar kandang bagi umur yang sama, diatur dengan

jarak minimal 6m-7m atau sama dengan lebar kandang. Jarak atau letak antar kandang

yang terlalu berdekatan akan sangat merugikan ayam. Sebab hal ini akan

mengakibatkan sirkulasi udara di dalam kandang menjadi kurang lancar, dan cahaya

pagi hari tidak dapat masuk kedalam kandang.

2. Kelompok umur yang berbeda. Bagi kelompok umur yang berbeda, letak kandang

diatur dengan jarak lebih lebar, yaitu sekitar 10 m. Bagi DOC yang sedang

dibesarkan, jarak antara kandang indukan dan kandang dewasa adalah sekitar 100m,

karena ayam muda lebih peka terhadap infeksi penyakit.

Jarak antar kandang dibuat minimal sama dengan lebar kandang. Keadaan ini akan

mempengaruhi kualitas lintasan udara kedalam kandang dan dapat menekan suhu udara pada

batas bangunan kandang. Apalagi jika jarak antar kandang tersebut ditanami rumput atau

pepohonan. Perawatan rumput dan pepohonan tersebut sangat penting dilakukan, karena

sistem penghijauan semacam ini banyak memberikan keuntungan, antara lain adlah sebagai

berikut:

1. Mampu mengurangi jumlah dan intensitas panas yang masuk kedalam kandang.

Pepohonan akan banyak mengeluarkan oksigen, dan rerumputan akan menutupi

permukaan tanah akan berfungsi mengurangi pantulan cahaya matahari yang panas.

2. Kerimbunan pepohonan seujung atap merupakan isolator yang baik bagi kandang

yang berjarak sempit atau kurang dari 7 m. Pepohonan ini akan sangat baik dlam

menahan hembusan angin kencang. Disamping itu perlu dipertimbangkan pula agar

kandang berada di suatu tempat yang terbuka luas, tidak bergelombang, drainase baik,

dan tidak bising.

Faktor Stress :

Ayam petelur memiliki temperatur optimum untuk produksi adalah 18-21 0C. Jika temperatur

lingkungan lebih dari 24 0C dalam periode yang cukup lama selama musim kemarau, maka

ayam petelur akan menyebabkan produksi dan berat telur serta kualitas kerabang akan

menurun sehingga pada gilirannya akan meningkatkan konversi pakan yang merugikan

secara ekonomis bagi peternak. Hal ini sebagai akibat menurunnya nafsu makan ayam,

sehingga zat-zat gizi yang diperlukan tubuh berkurang.

Perubahan behavior pada ayam yang diamati selama stres panas antara lain : hiperventilasi

(panting), yaitu meningkatnya kecepatan respirasi sampai lebih dari 20 kali per menit.

Aktivitas tubuh berkurang, sedikit sedikit makan, banyak minum untuk menurunkan suhu

tubuh. Penurunan konsumsi pakan membuat asupan nutrisi pakan juga berkurang sehingga

imbasnya pada penurunan kualitas performance produksi. Adaptasi perilaku terjadi pada suhu

24-30 0C. Di atas suhu tersebut ayam sudah tidak mampu lagi mengatasi suhu tubuh yang

terus meninggi, sehingga pada tahap tersebut akan terjadi adaptasi berupa perubahan

biokimiawi, seperti penurunan Very Low Density Lipoprotein (VLDL) dan vitellogenin, yang

merupakan faktor penting untuk sintetis kuning telur, dengan demikian secara praktis berat

dan ukuran kuning telur akan berkurang.

Selama stres panas metabolisme dalam tubuh berlangsung cepat sehingga membutuhkan

banyak oksigen (O2), sedangkan karbondioksida (CO2) dalam darah menurun. Oksidasi asam

lemak (glukoneogenesis) meningkat untuk memenuhi tuntutan energi. Diketahui pula stres

panas dapat menurunkan kekebalan tubuh, karena terbentuk radikal bebas, seperti ion

hidroksil (OH-). Radikal bebas ini menyebabkan gangguan metabolit dan gangguan sel

berupa gangguan fungsi DNA, sehingga menyebabkan mutasi atau sitotoksik dan perubahan

aktivitas enzim.

Radikal bebas juga menyebabkan kerusakan sel dengan cara oksidasi lipid, terutama asam-

asam lemak tidak jenuh rantai panjang (poly unsaturated fatty acid). Homeostasis Kalium (K)

mengalami perubahan selama stres panas. Konsentrasi K dalam plasma menurun, hal ini

disebabkan oleh ekskresi K yang meningkat tetapi retensi K menurun. Terjadi kompetisi ion-

ion K+ dan H+ yang diekskresi ginjal. Selama stres panas, pusat respirasi di otak bekerja

lebih giat. Kebutuhan oksigen meningkat dan kecepatan respirasi meningkat sehingga terjado

panting. Panting ini menyebabkan hilangnya air dalam tubuh lewat sistem respirasi. Hal ini

disertai dengan viskositas darah yang meningkat, konsentrasi CO2 dalam darah

menurunsehingga respirasi bersifat alkalosis.

Demikian pula terjadi penurunan ion bikarbonat, sehingga ketebalan kerabang telur menurun.

Ketahanan panas yang semakin turun pada akhirnya menyebabkan kematian. Adaptasi

fisiologik tubuh ayam selama stres panas dicirikan oleh meningkatnya hormon Adreno

Cortico Trophic Hormone (ACTH). Kortex adrenal akan terangsang mensekresikan

corticosteroid yang akan mempengaruhi membran sel-sel hati. Temperatur yang tinggi akan

menurunkan intake pakan, karena proses pengambilan pakan (preherensi), pencernaan

(digesti) dan metabolisme yang menurun. Ayam akan kekurangan zat-zat gizi sehingga

jumlah dan ukuran telur serta kualitas kerabang menurun. Defisiensi asam amino lisin akan

semakin meningkatkan suhu tubuh. Diperlukan tindakan khusus untuk meningkatkan ketahan

tubuh ayam selama musim panas. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain :

Memperbaiki metabolisme air. Tindakan ini dilakukan dengan cara menyediakan air

dingin guna menurunkan suhu tubuh, karena ayam cenderung minumberlebih pada

musim kemarau. Minum air dingin terbukti menurunkan kecepatan respirasi hinga

60%.

Pemberian larutan glukose. Pemberian larutan glukose 4% akan mengurangi pengaruh

stres panas terhadap viskositas darah dan osmolalitas plasma. Intake glukose akan

mempengaruhi difusi panas tubuh, sehingga viskositas darah meningkat.

Pemberian mineral K dalam pakan. Pemberian K dalam pakan ± 0,6% (layer) dan

1,5% (broiler) akan menjaga keseimbangan K dalam tubuh selain itu mineral K juga

meningkatkan daya tahan ayam terhadap tekanan stres panas

Menjaga keseimbangan kalsium (Ca) dengan fosfor (P). Mineral Ca dan P membantu

mempertahankan kondisi ayam saat stres panas.

Pemberian vitamin E. Radikal bebas dikeluarkan oleh sel-sel yang rusak sebagai

akibat peroksidasi asam-asam lemak tidak jenuh ganda dapat diatasi dengan

pemberian vitamin E. Vitamin E bertindak sebagai antioksidan yang dapat melindungi

membran jaringan dari peroksida lipid.

Pemberian vitamin C. Vitamin C diberikan 25 mg/kg pakan. Penambahan vitamin c

akan memperbaiki tampilan reproduksi dan PBB pada broiler serta meningkatkan

fertilitas dan daya tetas pada ayam bibit.

Penambahan 1,25-(OH)2 vitamin D3 (vitamin D3 aktif). Penambahan vitaman D3

bentuk aktif dalam pakan selama stres panas membantu homeostasis Ca dan P selama

pembentukan kerabang telur. Dan selama stres panas berlangsung, kemampuan ayam

untuk mengkonversi vitamin D menjadi vitamin D yang aktif menurun drastis.

Biosecurity :

Penyakit yang bersifat kompleks memang lebih sulit untuk ditangani. Hal ini

kemungkinan karena kondisi lingkungan peternakan mulai jenuh, artinya konsentrasi bibit

penyakit lebih tinggi dari periode sebelumnya. Diperparah dengan kondisi peternak yang

belum menyadari sepenuhnya arti upaya penerapan biosecurity secara tepat dan menyeluruh

di lokasi usaha peternakannya. Penerapan manajemen pemeliharaan dan biosecurity yang

tidak tepat dan menyeluruh tersebut adalah :

1)    Pelaksanaan masa istirahat kandang yang seharusnya minimal 14 hari tidak

dilaksanakan. Beberapa kasus di lapangan, masa istirahat kandang lebih cepat, hanya 7

hari atau kurang dari 14 hari. Padahal kondisi ini tidak baik karena akan menyebabkan

bibit penyakit seperti Mycoplasma selalu berada di lingkungan peternakan tersebut,

akibatnya serangan penyakit akan selalu berulang. Tujuan dari istirahat kandang agar

siklus bibit penyakit dapat dienyahkan dari lokasi peternakan

 

Istirahat kandang minimal 14 hari

 

2)    Sanitasi kandang tidak dilakukan secara sempurna, misalnya masih ada sisa-sisa feses di

sela-sela lantai kandang. Sisa-sisa feses di sela-sela lantai kandang merupakan tempat

yang nyaman bagi bibit penyakit untuk bertahan hidup. Sebaiknya peternak

menggunakan air bertekanan tinggi untuk melenyapkan sisa-sisa feses tersebut. Contoh

lain tidak dilakukannya desinfeksi secara rutin.

 

Pembersihan feses

3)    Sistem pemeliharaan tidak diterapkan secara all in all out juga akan membawa dampak

serangan penyakit yang selalu berulang

4)    Program pemberian obat yang dilakukan secara tidak tepat juga turut ikut bagian dalam

menyebabkan bandelnya kasus penyakit. Pemberian obat yang secara terus menerus

dengan dosis yang kurang tepat dapat mempercepat terjadinya resistensi terhadap obat

tertentu

Pencegahan dan Pengendalian

Prinsip pencegahan dan pengendalian penyakit CRD kompleks terdiri dari 3 aspek yang

harus diterapkan, dimana aspek tersebut antara lain :

1)     Menciptakan lingkungan kandang yang nyaman

Tindakan yang dilakukan seperti memperbaiki sirkulasi udara di dalam kandang

dengan manajemen buka tutup tirai, menjaga agar populasi ayam di kandang tidak

terlalu padat, beri pemanas yang cukup pada DOC selama masa brooder,

membersihkan litter dari feses dan mencegah litter basah untuk meminimalkan produksi

ammonia yang berlebihan. Litter yang basah akan memacu timbulnya penyakit

gangguan saluran pernapasan dan pencernaan, karena di litter banyak berkembang

bakteri, virus dan parasit.

2)     Mempertahankan kondisi ayam agar tetap sehat

Hal utama yang diusahakan dalam menjaga kondisi ayam tetap sehat adalah

menghindari faktor stres. Faktor penyebab stres antara lain agen penyakit, lingkungan

yang tidak nyaman dan tata laksana pemeliharaan yang tidak baik. Berikan mulvitamin

(Strong n Fit, Vita Strong, atau Fortevit) untuk meningkatkan stamina tubuh ayam.

 

3)     Melaksanakan biosecurity yang ketat

Adapun penerapan biosecurity tersebut antara lain dengan memperbaiki tata laksana

kandang, melakukan sanitasi dan desinfeksi di areal lingkungan kandang menggunakan

Formades atau Sporades, melakukan sanitasi air minum yang baik

menggunakan Antisep, Neo Antisep atau Desinsep untuk membunuh E. coli yang

terdapat dalam air minum, melakukan pengafkiran pada ayam yang terinfeksi dan

kondisinya sudah parah, kosongkan kandang minimal 14 hari setelah kandang

dibersihkan dan pengontrolan lalu lintas dengan mengontrol kendaraan yang keluar

masuk lokasi peternakan.

 

Semprot kandang sebagai usaha pengendalian penyakit

Langkah pengendalian terakhir dalam mengatasi CRD kompleks yaitu mengambil

tindakan pengobatan dengan antibiotik. Salah satu prinsip pengobatan yaitu obat harus

sesuai dengan jenis penyakit yang menyerang. Setiap obat memiliki efek yang berbeda

dan spesifik untuk setiap penyakit. Bagaimanapun baiknya cara pemberian obat, tetapi

bila kita salah dalam memilih jenis obat, maka tidak akan diperoleh efek pengobatan

yang diinginkan. Dalam melakukan pengobatan CRD kompleks menggunakan

antibiotik, perlu diketahui bahwa M. gallisepticumtidak dapat dibunuh dengan antibiotik

yang bekerja dengan cara merusak atau menghambat pembentukan dinding sel bakteri.

Penanganan untuk M. gallisepticum yaitu dengan memberikan antibiotik yang

bekerja pada membran dan inti sel, terutama yang aktif menghambat pembentukan asam

folat dan protein bakteri M. gallisepticum serta mempunyai konsentrasi tinggi di tempat

bakteri tersebut berada (saluran pernafasan), bukan yang berkonsentrasi tinggi di dalam

darah. Sedangkan bakteri E. coli merupakan bakteri Gram (-) yang hampir bisa dilawan

oleh hampir semua golongan antibiotik kecuali golongan makrolida. Contoh produk

yang dapat digunakan untuk membasmi CRD kompleks antara lain Doctril, Neo

Meditril, Doxytin, Respiratrek, Trimezyn atau Gentamin. Pilih salah satu obat CRD

kompleks tersebut dan berikan sesuai dengan dosis dan aturan pakai yang tertera pada

etiket atau leaflet produk. Lakukan atau penggantian antibiotik yang dipilih setiap 3-4

periode pemeliharaan untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

 

Produk-produk antibiotik untuk mengobati CRD kompleks

CRD kompleks merupakan penyakit yang terutama dipicu oleh penerapan manajemen

pemeliharaan danbiosecurity yang kurang disiplin. Pengobatan bukan satu-satunya jalan

keluar untuk mengatasi penyakit ini, melainkan mencakup seluruh aspek pemeliharaan.

Antisipasi peternak untuk mencegah CRD kompleks dapat diawali dengan menemukan titik

lemah manajemen yang selama ini telah diterapkan sehingga peternak mengetahui kesalahan

manajemen apa yang memacu timbulnya CRD kompleks yang selalu datang setiap tahun.