Download - Ayam merupakan unggas yang sudah cukup familiar dengan kehidupan kita

Transcript
Page 1: Ayam merupakan unggas yang sudah cukup familiar dengan kehidupan kita

Ayam merupakan unggas yang sudah cukup familiar dengan kehidupan kita, produk-produk

makanan dan lauk pauk yang berbahan dasar ayam banyak ditemukan di sekitar kita dan

banyak digemari. Boleh dikatakan Ayam dengan berbagai variannya seperti daging dan telur

telah menjadi kebutuhan “pokok” hidup kita sehari-hari. Sebagian besar petani di Indonesia

masih ada yang menerapkan sistem pengeraman atau penetasan secara tradisional. Penetasan

tradisional ini ada yang masih menggunakan induknya (alamiah) dan ada juga yang

menggunakan alat tetas yang berupa gabah atau sekam. ( Nawhan, A. 2002)

Unggas adalah jenis hewan ternak kelompok burung yang dimanfaatkan untuk daging

dan/atau telurnya serta jenis burung yang tubuhnya ditutupi oleh bulu. Umumnya unggas

merupakan bagian dari ordo Gallifores (seperti ayam dan kalkun), dan Anseriformes (seperti

bebek). Unggas adalah tipe hewan yang berkembangbiak dengan cara bertelur. (Setioko,

2004)

Telur adalah suatu bentuk tempat penimbunan zat gisi seperti air, protein, karbohidrat, lemak,

vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan embrio sampai menetas. Telur yang

dapat ditetaskan adalah harus fertil atau yang lazim disebut dengan telur tetas. Telur tetas

merupakan telur yang sudah dibuahi oleh sel jantan. Bila tidak dibuahi oleh sel jantan, telur

tersebut disebut telur infertil atau lazim disebut telur konsumsi, artinya telur tersebut tidak

dapat menetas jika ditetaskan, melainkan hanya untuk dikonsumsi saja.  Adapun untuk

menetaskan telur perlu diperhatikan hal-hal yang menunjang keberhasilan dalam menetaskan.

(Parwati.2007)

Unggas merupakan jenis hewan ternak kelompok burung yang dimanfaatkan untuk daging

dan/atau telurnya serta jenis burung yang tubuhnya ditutupi oleh bulu. Umumnya unggas

merupakan bagian dari ordo Gallifores (seperti ayam dan kalkun), dan Anseriformes (seperti

bebek). Unggas adalah tipe hewan yang berkembangbiak dengan cara bertelur.( Yuwanta, T.

2003)

Untuk memperbanyak populasi hewan unggas seperti itik, ayam, dan burung puyuh

dibutuhkan cara penetasan telur yang tepat, yaitu pengeraman telur tetas yang akan

diperbanyak. Pengeraman ini dapat terjadi jika sifat mengerami telur pada unggas itu telah

muncul. Misalnya pada ayam buras, sifat mengerami telur tampak jelas sekali. Pada saat sifat

ini muncul, ayam buras tidak akan mau lagi bertelur. Berbeda dengan ayam ras yang sifat

mengeramnya dapat diatur atau dihilangkan dari induknya. (Tarmudji. 2000)

Penetasan pada prinsipnya adalah menyediakan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan

embrio unggas. Lama penetasan telur ditempat pengeraman sangat tergantung dari jenis

hewannya. Semakin kecil hewan, semakin kecil telur yang dihasilkan. Dan, semakin tinggi

suhu badan hewan, semakin pendek waktu penetasan telurnya. Bila bentuk telur dan

ukurannya seragam, waktu penetasan akan selalu hampir bersamaan.  Berbeda dengan ayam,

jenis unggas lain seperti itik dan puyuh tidak mempunyai sifat mengeram. Dahulu, untuk

memperbanyak populasinya hanya dengan seleksi alam, baik oleh induknya maupun oleh

Page 2: Ayam merupakan unggas yang sudah cukup familiar dengan kehidupan kita

lingkungan. Namun saat ini, dengan adanya alat penetas buatan akan mempermudah

perbanyakan populasi unggas ini. (Yuwanta, T. 2003)

Penetasan alamiah ialah sebagaimana yang berlangsung sejak jaman dulu hingga sekarang.

Cara ini tidak membuat peternak susah-susah karena dengan sendirinya scara naluriah ayam

mengeram sampai telurnya menetas, sedangkan penetasan dengan menggunakan alat ialah

penetasan yang dibantu oleh peternak dengan cara menyeleksi telur yang baik dan kemudian

ditetaskan dengan alat tetas dan dibandingkan dengan alamiah menggunakan alat tetas lebih

efisien dan kemungkinan telur yang menetas lebih banyak. ( Parwati.2007 )

Penetasan telur

Penetasan telur adalah usaha untuk menetaskan telur unggas dengan bantuan mesin penetas

telur yang sistem atau cara kerjanya mengadopsi tingkah laku (behaviour) induk ayam atau

unggas lainnya selama masa mengeram. Perbanyakan populasi unggas biasanya ditempuh

dengan cara menetaskan telur yang sudah dibuahi. Menurut Paimin (2000) penetasan telur

ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) dan melaui penetasan buatan

(mesin tetas). Kapasitas produksi unggas sekali pengeraman hanya sekitar 10 – 15 butir telur.

Akan tetapi, untuk mesin tetas sangat bervariasi tergantung kapasitas mesinnya (minimal 100

butir telur).

  Menetaskan telur dengan alat tetas buatan

Penetasan telur dengan alat tetas buatan ini 100% aktivitas penetasan itu membutuhkan

campur tangan manusia. Induk unggas itu hanya bertelur dan tidak punya tugas untuk

menetaskan telur tetas melalui aktivitas pengeraman. Selama mengeram hingga anaknya

disapih, ayam atau unggas itu tidak akan bertelur (Rasyaf, 1990).

Jangka waktu lamanya penetasan yang diperlukan pada masing – masing spesies unggas

berbeda satu sama lain. Ada kecenderungan, semakin besar ukuran tubuh dari masing –

masing spesies semakin besar pula ukuran telurnya dan semakin lama jangka waktu yang

diperlukan untuk menetaskan telurnya. Jangka waktu yang diperlukan untuk penetasan telur

pada masing – masing spesie dapat dilihat pada tabel berikut :

(sukardi, 1999)

  Syarat – Syarat Penetasan Telur

Agar mencapai hasil yang diinginkan, maka telur yang ditetaskan harus memenuhi syarat –

syarat sebagai berikut :

  Suhu dan perkembangan embrio

Embrio akan berkembang pada suhu ruang penetasan antara 99 – 1010F (35 – 390C), adapun

suhu yang umum untuk penetasan telur ayam adalah sekitar 100 – 1040F (38,33 – 39,550C)

atau rata – rata sekitar 100,40F. Cara ini bertujuan untuk mendapatkan suhu telur tetas yang

diinginkan.

Page 3: Ayam merupakan unggas yang sudah cukup familiar dengan kehidupan kita

  Kelembaban dalam induk buatan

Selama penetasan berlangsung diperlukan kelembapan yang sesuai dengan perkembangan

dan pertumbuhan embrio. Kelembaban yang umum untuk penetasan telur ayam sekitar 60 –

70 %.

  Ventilasi

Perkembangan normal embrio membutuhkan oksigen (O2) dan mengeluarkan karbondioksida

(CO2) melalui pori – pori kerabang telur. Untuk itulah didalam mesin tetas harus cukup

tersedia oksigen.

  Penetasan dengan Menggunakan Panas Matahari dan Gabah

Matahari merupakan sumber panas yang murah dan di Indonesia hampir selalu tersedia setiap

saat. Penetasan telur dengan sumber panas matahari biasanya menggunakan bahan penahan

panas atau penyimpan panas berupa gabah, sekam padi ataupun serbuk gergaji.

Jumlah telur tetas yang mampu ditetaskan selama periode penetasan bisa lebih dari 1000

butir, tergantung besarnya alat yang dipakai. Persentase penetasan memang boleh dikatakan

kecil, hanya berkisar antara 60-70%. Hal ini dipengaruhi faktor tidak terkontrolnya suhu dan

kelembaban udara sehingga kemungkinan besar terserang infeksi jamur atau bakteri dan

hanya tergantung pada sinar matahari. Ruangan tempat penetasan diusahakan berventilasi dan

bercahaya cukup. Pada prinsipnya pengoperasian alat ini sepenuhnya menggunakan tenaga

matahari. Sekam hanya dipakai menyimpan dan menyebarkan panas secara merata pada telur

tetas.

Penetsan tradisional ini menggunakan sekam padi (boleh juga menggunakan gabah atau

serbuk kayu), alat yang di butuhkan antara lain: kotak pengeraman, keranjang bambu, karung

goni dan kotak penetasan. Kotak pengeraman disesuaikan dengan besarnya menurut jumlah

keranjang yang dipasang didalamnya. Kotak penetasan juga disesuaikan dengan jumlah telur

yang akan ditetaskan. Secara ringkas proses penetasan telur dengan cara ini adalah :

1.      Memilih bentuk telur. Telur-telur yang dipilih tidak terlalu lonjong dan tidak terlalu

bulat.

2.      Membersihkan telur yang lulus seleksi untuk ditetaskan satu persatu dengan lap basah.

3.      Menjemur telur tersebut di panas matahari selama 1-2 jam dengan suhu maksimum pada

telur mencapai 39° C.

4.      Jemur juga gabah yang akan dipakai selama 3 jam.

5.      Penjemuran sebaiknya dilakukan pada jam 08.00-11.00.

6.      Apabila tidak ada panas / sinar matahari, goreng tanpa minyak (gongso/sangrai) padi

kering terlebih dahulu sampai matang tapi jangan sampai gosong atau hangus.

7.      Pemanasan gabah pada hari pertama dilaksanakan satu kali saja, sedang untuk hari kedua

dan seterusnya dilakukan dua kali sehari yaitu pukul 08.00 dan 15.00 dengan lama

pemanasan 1-2 jam.

Page 4: Ayam merupakan unggas yang sudah cukup familiar dengan kehidupan kita

8.      Penjemuran gabah menggunakan karung agar mudah diangkat kembali. Agar diperoleh

panas merata, tiap karung diisi 2 kg gabah dan harus dibolak-balik.Untuk 170 telur perlu 1,5-

2 kg gabah.

9.      Jika pemanasan sudah cukup, telur dan gabah dimasukkan dan disusun dengan rapi dalam

keranjang. Lapisan bawah keranjang diletakkan karung goni dan gabah dengan ketebalan

kira-kira melebihi tinggi telur dan telur disusun tegak diatas gabah. Pertama sekam

dimasukkan didasar keranjang setebal 8-10cm, menyusul telur satu per satu diatur dalam

posisi berdiri untuk mempermudah pengamatan, telur diberi kode yang membedakan sisi atas

dan bawahnya, kemudian selimutkan dengan karung goni. Diatas telur diletakkan kain atau

karung lalu ditutup kembali dengan gabah setebal peletakan gabah dibagian dasar. Kegiatan

peletakan gabah telur diulang ulang hingga keranjang penuh. Kemudian keranjang

dimasukkan ke dalam kotak pengeraman dan diisi sekam padi.

10.  Keranjang / kotak pengeraman ditutup dengan tutup keranjang. Letakkan keranjang ini

dalam kotak pemeraman yang dasarnya telah diisi gabah.

11.  Isi sela-sela keranjang dengan gabah sampai penuh setinggi keranjang.

12.  Pada hari kedua, semua telur diperiksa dan gabah dipanaskan. Susun gabah pada

keranjang dan masukkan dalam kotak pemeraman.

13.  Pada hari ketiga sampai keenam telur tidak perlu diperiksa, tetapi telur tersebut dibalik

balik 3 kali sehari dengan keranjang dan gabah baru, kegiatan ini dilakukan sampai hari

keenam belas.

14.  Setelah telur sudah beberapa hari di dalam keranjang tercapai telur dipindahkan pada rak

penetasan.

15.  Pada rak telur ditaruh pada gabah dan ditutupi kain atau karung dan lakukan juga

pembalikan sampai telur menetas.

3.2.4. Keranjang pengeraman, Rak penetasan dan Peti pengeraman

a.       Keranjang pengeraman

b.      Rak penetasan

c.       Peti pengeraman

3.2.5. Spesifikasi Teknis

Alat terdiri dari:

  Keranjang pengeraman dari bambu (umumnya tinggi keranjang 70-80 cm dengan diameter

40 cm.

  Peti pengeraman (tinggi 100 cm, lebar 70-80 cm dan panjang 180 cm. Dari papan triplek)

  Tutup keranjang (dari bambu dengan diameter dalam 40 cm)

  Rak penetasan (dari kayu rak paling bawah letaknya 80 cm dari lantai)