TUGAS TERSTRUKTUR
AVERTEBRATA AIR
“ FILUM CRUSTACEA ”
DISUSUN OLEH
ZALDI
NIM : 061110346
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
PUNTIANAK 2009
CRUSTACEA
A. Ciri- Ciri Crustacea
Dalam bahasa Latin, crusta berarti cangkang. Crustacea disebut juga hewan bercangkang. Telah dikenal kurang lebih 26.000 jenis Crustacea yang paling umum adalah udang dan kepiting. Habitat Crustacea sebagian besar di air tawar dan air laut, hanya sedikit yang hidup di darat. Tubuh Crustacea bersegmen (beruas) dan terdiri atas sefalotoraks (kepala dan dada menjadi satu) serta abdomen (perut). Bagian anterior (ujung depan) tubuh besar dan lebih lebar, sedangkan posterior (ujung belakang)nya sempit. Pada bagian kepala terdapat beberapa alat mulut, yaitu: 2 pasang antenna, 1 pasang mandibula, untuk menggigit mangsanya, 1 pasang maksilla, 1 pasang maksilliped. Maksilla dan maksiliped berfungsi untuk menyaring makanan dan menghantarkan makanan ke mulut. Alat gerak berupa kaki (satu pasang setiap ruas pada abdomen) dan berfungsi untuk berenang, merangkak atau menempel di dasar perairan.
Sistem Organ
Sistem Organ Keterangan
Sistem pencernaan makanan
Makanannya berupa bangkai atau tumbuhan dan hewan lain. Namun ada juga yang bersifat parasit pada organisme lain. Alat pencernaannya terdiri atas tiga bagian, yaitu :
a. Tembolok
b. Lambung otot
c. Lambung kelenjar
Di dalam perut Crustacea terdapat gigi-gigi kalsium yang teratur berderet secara longitudinal. Selain gigi kalsium ini terdapat pula batu-batu kalsium gastrolik yang berfungsi mengeraskan eksoskeleton (rangka luar) setelah terjadi eksdisis (penegelupasan kulit). Urutan pencernaan makanannya dimulai dari mulut, kerongkongan (esofagus), lambung (ventrikulus), usus dan anus. Hati (hepar) terletak di dekat lambung. Sisa-sisa metabolisme tubuh diekskresikan lewat kelenjar hijau.
Sistem peredaran darah
Sistem peredaran darah Crustacea disebut peredaran darah terbuka karena beredar tanpa melelui pembuluh darah. Darah tidak mengandung hemoglobin (Hb) melainkan hemosianin yang daya ikatnya terhadap oksigen rendah.
Sistem respirasi / pernapasan
Crustacea bernapas umumnya dengan insang, kecuali yang bertubuh sangat kecil dengan seluruh permukaan tubuhnya dan memiliki sebuah jantung untuk memompa darah.
Alat indera dan sistem syaraf
Alat indera berupa sepasang mata majemuk (faset) bertangkai yang berkembang dengan baik. Alat pencium dan peraba berupa dua pasang antena. Sistem syarafnya berupa tangga tali. Pada sistem syarafnya terjadi pengumpulan dan penyatuan ganglion dan dari pasangan-pasangan ganglion keluar syaraf yang menuju ke tepi.
Sistem reproduksi
Sistem reproduksinya bersifat diesis (berkelamin satu). Pembuahan terjadi secara eksternal. Telur menetas menjadi larva yang sangat kecil, berkaki tiga pasang dan bersilia.
B. Klasifikasi Crustacea
Berdasarkan ukuran tubuhnya Crustacea dikelompokkan sebagai berikut
1.Entomostraca (udang tingkat rendah). Hewan ini dikelompokkan menjadi empat ordo, yaitu: Branchiopoda , Ostracoda , Copecoda , Cirripedia
2.Malakostraca (udang tingkat tinggi). Hewan ini dikelompokkan dalam tiga ordo, yaitu: Isopoda , Stomatopoda , Decapoda
C. Kelas Branchiopoda
Merupakan berbagai kelompok crustacean kecil yang umumnya
berukuran beberapa milliliter, terkecil 250 mikron dan terbesar 10 cm. Mudah
dikenal dari bentuk apendik badan yang lebar dan pipih berfungsi seperti insang
sehingga dinamakan brandchiopoda, disamping itu juga untuk menyaring
makanan atau sebagai alat renang.
Kelas Branchiopoda dibagi menjadi 4 ordo yaitu Anostraca, Notostraca,
Conchostraca dan Cladocera atas dasar bentuk tubuh, karapas, mata majemuk,
ruas-ruas tubuh dengan apendiknya. Branchiopoda berbeda dengan crustacean
lain karena tidak mempunyai cephalothorax, artinya tidak ada ruas badan yang
tumbuh menyatu dengan kepala.
1. Morfologi
Ruas badan (trunk) yang pertama adalah ruas yang mempunyai sepasang
kaki pertama. Secara morfologis semua ruas badan bentuknya sama. Batas antara
thorax dan abdomen tidak jelas, adakalanya letak gonopore digunakan sebagai
batas. Ruas-ruas di anterior gonopore adalah “thorax” dan yang di posteriornya
adalah “abdomen”.
Hampir semua branchiopoda hidup diperairan tawar, dan hanya beberapa
spesies dari Cladocera terdapat di laut. Dari keempat ordo tersebut hanya
Cladocera yang penyebarannya luas, terdapat di sungai, kolam besar, dan danau.
Sedangkan anostraca dan notostraca merupakan organisme yang khas di
lingkungan perairan yang tidak lazim seperti kolam kecil, genangan air
sementara pada musim hujan dan danau garam. Hal ini disebabkan oleh
kemampuan organisme tersebut untuk menghasilkan telur dorman (resting eggs)
yang memerlukan waktu istirahat dan dapat bertahan pada suhu tinggi dan
kekeringan bahkan ada yang dapat bertahan sampai 10 tahun.
Ordo Anostraca, Notostraca dan Conchostraca acapkali dikelompokkan
sebagai divisi Eubranchiopoda atau Phyllopoda karena bentuk apendiknya yang
lebar dan lembut. Semua anggotanya mempunyai ruas-ruas tubuh yang jelas
dengan jumlah apendik antara 10 sampai 71 pasang. Di ujung posterior terdapat
sepasang cercopoda (caudal rami, furca). Dalam lingkungan yang sesuai
populasinya kebanyakan betina, jantan sedikit atau jarang.
Anostraca disebut juga huhurangan atau fairy shrimps mempunyai mata
bertangkai; biasanya terdapat 20 ruas badan atau lebih dengan 11 sampai 19
pasang kaki renang; tidak mempunyai karapas; antena pertama kecil, uniramus
dan tidak beruas-ruas; antena kedua pada jantan besar dan berfungsi untuk
memegang betina pada waktu kopulasi.
Notostraca mempunyai karapas lebar seperti tameng yang menutup
hampir seluruh tubuh, sehingga dari dorsal tampak seperti berudu katak
sedangkan dari ventral seperti udang, sehingga dinamakan tadpole shrimps.
Notostraca mempunyai 35 sampai 71 pasang kaki; mata majemuk sessile; jumlah
ruas badan dan jumlah kaki dalam satu spesies tidak tetap; antena kedua kecil
sekali atau tidak ada; pada satu atau dua pasang kaki pertama terdapat beberapa
helai rami seperti benang diduga sebagai alat peraba; kaki ke sebelas pada betina
mengalami modifikasi menjadi semacam kantung untuk mengerami telur.
Conchostraca mempunyai tubuh yang pipih secara leteral dan tertutupdua
keping cangkang yang terbuka dibagian ventral mirip kerang atau remis kecil
sehingga disebut clam shrimp; terdapat sepasang mata majumuk bertangkai; kaki
10 sampai 32 pasang; antenna; antena kedua panjang, biramus dengan banyak setae; satu atau dua pasang kaki pertama pada jantan berfungsi seperti tangan dan berkait; betina mengerami telur dibagian dorsal antara tubuh dan karapas.
2. Fisiologi
Anostraca dan Notostraca berenang dengan lemah gemulai dan anggun,
lambat dan cepat, atau beristirahat di dasar perairan.Kaki yang banyak dan
langsing atau beristirahat di dasar perairan.Kaki yang banyak dan langsing
merupakan alat renang. Anostraca mempunyai kebiasaan berenang terbalik.
Notostraca acapkali merayap atau meliang pada permukaan subtract yang
lembut. Pada Conchostraca, antenna kedua merupakan alat renang utama, sedang
kakikaki kurang berperan. Conchostraca acapkali meliang atau merayap dengan
kikuk di permukaan substrat.
a. Makanan dan Cara Makan
Makanan Eubranchiopoda terdiri atas ganggang, bakteri, protozoa, rotifera
dan serpihan detritus. Makanan disaring dengan apendik tanpa diseleksi,
dikumpulkan dan digumpalkan dalam alur tengah ventral samping sepanjang
badan, kemudian dialirkan ke anterior terutama mengunakan gnthobase, yaitu
bagian dari pangkal kaki.
b. Reproduksi
Reproduksi aseksual tidak ada. Umumnya berkembang biak secara
parthenogenesis. Namun bagi spesies tertentu pada saat bersamaan terjadi baik
reproduksi secara parthenogenesis maupun singamik terjadi kopulasi dan
pembuahan di dalam. Telur yang telah dibuahi dan telur parthenogenesis dierami
oleh betina selama beberapa hari. Beberapa jenis phyllopoda menghasilkan dua
macam telur, bercangkang tipis yang secara meretas dan telur dorman
bercangkang tebal yang tahan panas, dingin maupun kekeringan. Kedua macam
telur tersebut dapat terjadi baik ada jantan maupun tanpa jantan dalam populasi.
Perkembangan embrio dalam telur mulai terjadi selama waktu pengeraman,
kemudian dilepas ke air kelompok demi kelompok dengan selang waktu 2
sampai 6 hari. Telur menetas menjadi larva nauplius atau metanauplius
tergantung spesiesnya.
3. Nilai Ekonomis Musuh utama phyllopoda adalah amfibi dan beberapa jenis larva
serangga air dan karnivora. Di California pernah terjadi kerusakan tanaman padi
oleh Apus (ordo Notostraca), yang memakan daun padi muda dan terus menerus
mengaduk Lumpur sehingga air mengeruh dan menghalangi fotosintesa. Telur
artemia dapat diperdagangkan karena napliusnya merupakan makanan awal yang
baik bagi anak ikan atau udang dalam usaha pembenihan.
Ordo Cladocera dinamakan juga water flea merupakan satu-satunya ordo
dalam divisi Oligobranchipoda. Artinya kaki yang juga berfungsi seperti insang
jumlahnya sedikit, hanya 5 sampai 6 pasang. Kebanyakan cladocera berukuran
0,2 sampai 3 mm; ruas-ruas tubuh tidak jelas; biasanya thorax dan abdomen
tertutup kerapas yang tampak seperti 2 keping. Sebenarnya kerapas tersebut
bukan dua keeping tetapi hanya satu helai yang melipat dan terbuka dibagian
ventral; bagian ventral kepala tertutup rapat. Bentuk cangkang dari lateral
bervariasi dari bundar, oval, memanjang atau persegi. Permukaan cangkang
acapkali berukir seperti garis-garis, kotak-kotak atau bentuk lain.
Bentuk tubuh cladocera bervariasi selain dari bentuk cangkang atau
karapas yang berbeda, juga oleh perbedaan bentuk antenul, fornix dan ada
tidaknya rostrum. Pada kepala terdapat sebuah mata majemuk dan adakalanya
sebuah ocellus, keduanya berfungsi untuk menentukan arah terhadap sumber
cahaya dan intensitas cahaya. Antenna pertama (antenul) kecil tidak beruas-ruas
dan terletak dibagian ventral kepala, mengandung setae olfaktori (pencium).
Antenna kedua besar, sepasang, masing-masing terdiri atas sebuah pangkal ruas
yang kuat dan bercabang dua menjadi sebuah ramus dorsal (ramus superior) dan
sebuah ramus ventral (ramus inferior). Pada setiap ramus terdapat setae berbulu.
Formula setaepada Daphnia ialah 0 – 0 – 1 – 3 / 1 – 1 – 3. artinya ramus dorsal
terdiri atas 4 ruas, dimana berturut-turut dari ruas pertama sampai keempat
terdapat 0, 0, 1 dan 3 helai setae. Ramus ventral ada 3 ruas, pada ruas pertama,
kedua dan ketiga masing-masing terdapat 1, 1, dan 3 helai setae.
Antena kedua berfungsi sebagai alat renang, dan cara berenang cladocera
sangat khas yaitu tersendat-sendat (intermittently), tidak mulus dan gemulai
seperti branchipoda yang lain. Beberapa spesies tidak dapat berenang, tetapi
merayap karena mereka telah beradaptasi untuk hidup dan serasah daun yang
basah di naungan hutan tropis.
Semua kaki cladocera lebar dan pipih serta dilengkapi banyak rambut dan
setae. Biasanya pasangan kaki pertama dan kedua berfungsi seperti tangan, serta
dapat digunakan untuk berpegang pada substrat. Bentuk abdomen tidak jelas
namun dibagian posterior terdapat post-abdomen yang besar dan dilengkapi 2
helai setae abdominal. Di ujung post-abdomen terdapat sepasang kuku (claw).
Pada tepi kuku biasanya terdapat sederetan gerigi, digunakan untuk identifikasi
spesies. Post-abdomen berfungsi untuk membersihkan sampah dan kotoran yang
menempel pada kaki serta membantu pergerakan.
Spesies daerah limnetik biasanya tidak berwarna atau merah muda,
sedangkan yang didaerah litoral, kolam dangkal dan dasar perairan berwarna
lebih gelap bervariasi dari coklat kekuningan sampai coklat kemerahan, kelabu
bahkan hampir hitam. Pigmentasi terdapat baik pada karapas maupun jaringan
tubuh.
Mulut cladocera terletak pada batas antara kepla dan badan. Makanannya
antara lain protozoa, ganggang, detritus organik dan bakteri. Yang penting
adalah ukuran partikel makanan. Makanan disaring dengan setae pada kaki dan
dialirkan ke mulut. Makanan yang ditolak atau ukurannya terlalu besar
disingkarkan dengan duri-duri pada pangkal kaki pertama, kemudian dibuang
menggunakan postabdomen. Beberapa genera seperti Polyphemus dan
Leptodora termasuk predator, kaki-kakinya termodifikasi untuk menagkap
mangsa. Polyphemus biasanya terdapat di danau, kolam dan rawa-rawa,
sedangkan Leptodora di daerah limnetik.
Cladocera memegang peran penting dalam mata rantai makanan di
perairan tawar sebagai penghubung antara produsen primer dengan anak ikan
dan hewan air lain yang karnivor. Daphnia dan Moina banyak dibudidayakan
dan diperdagangkan sebahai pakan alami hidup untuk ikan hias dan anak ikan
dalam pembenihan. Selain nilai gizinya bagus, cladocera mudah ditangkap anak
ikan karena berenangnya lambat.
4. Sistem Peredaran Darah
Jantung terletak dibelakang kepala, pada bagian dorsal. Darah keluar dari
jantung melalui bukaan di bagian anterior menuju hemocoel, dan kembali ke
jantung melalui 2 buah ostia lateral. Jadi termasuk sistem peredaran darah
terbuka.
Plasma darah biasanya tidak berwarna atau sedikit kekuning-kuningan dan berisi
butir-butir darah tidak berwarna. Beberapa spesies cladocera kadang-kadang
berwarna kemerahan karena adanya hemoglobin terlarut dalam plasma darah
yang terbentuk apabila kandungan oksigen terlarut dalam air rendah. Pertukaran
gas terjadi secara difusi melalui permukaan tubuh, terutama pada bagian ventral
di antara karapas dan pada permukaan kaki yang lebar dan pipih.
Kelenjar cangkang yang terletak di anterior karapas diduga juga
berfungsi sebagai alat ekskresi. Sistem saraf terdiri atas sepasang benang saraf
ventral dengan sedikit ganglia dan sebuah otak yang terletak tepat di anterior
(dorsal) esofagus. Indera penciuman terdapat pada setae di tepi cangkang,
antenul dan daerah sekitar mulut. Indera peraba terutama pada setae abdominal
dan bulu-bulu pada pangkal ruas antena kedua. Mata dan ocellus berfungsi
sebagai fotoreseptor, bukan alat penglihatan.
5. Reproduksi
Reproduksi aseksual tidak ada. Cladocera dioecious, dalam lingkungan
yang baik sepanjang tahun berkembang biak secara partenogenesis, telur dierami
dalam kantung pengeraman, anak yang dihasilkan selalu betina. Tidak ada stadia
larva. Sekali bertelur antara 2 sampai 40 butir, tetapi umumnya antara 10 sampai
20 butir. Biasanya sekelompok telur masuk ke kantung pengeraman terjadi setiap
usai pergantian kulit.
Telur dierami sekitar 2 hari. Dengan mengerak-gerakkan post-abdomen
ke belakang, induk betina melepaskan anak-anaknya keluar sudah dalam stadia
juvenil pertama. Pertumbuhan paling cepat terjadi pada stadium juvernil ini,
dimana setiap kali setelah molting, ukuran tubuh menjadi hampir 2 kali lipat.
Selama juvernil terdapat sekitar 2 sampai 5 instar, dan dewas 10 sampai 25 instar
tergantung jenisnya.
Umur cladocera sejak telur masuk ke kantung pengeraman, menetas,
juvernil, dewasa sampai mati bervariasi tergantung spesies dan lingkungan.
Panjang umur Daphnia longispina antara 28 sampai 33 hari.
Menjelang dan setelah molting pada cladocera terjadi 4 peristiwa yang
berurutan dan berlangsung dengan cepat, antara beberapa menit sampai beberapa
jam, yaitu (1) melepaskan anak-anaknya dari kantung pengeraman, (2) molting,
(3) pertumbuhan ukuran panjang, dan (4) mengeluarkan kelompok telur baru
dari ovari ke kantung pengeraman.
Bila lingkungan memburuk, maka dalam populasi terdapat jantan antara
5% sampai 50%. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya jantan antara lain
(1) populasi betina yang terlalu padat, (2) kekurangan makanan, (3) perubahan
suhu, terlalu rendah atau tinggi. Diduga faktor tersebut meningkatkan
metabolisme yang berpengaruh terhadap mekanisme kromosom sedemikian rupa
sehingga menghasilkan telur partenogenesis jantan dan bukan telur betina seperti
biasanya. Bentuk jantan hampir sama dengan yang betina, hanya berukuran lebih
kecil, antenul lebih besar, post-abdomen mengalami modifikasi dan kaki pertama
dilengkapi kait yang tebal untuk memegang betina.
Lingkungan memburuk juga memicu timbulnya betina yang mampu
menghasilkan telur seksual. Artinya telur haploid yang dapat dibuahi jantan,
jumlahnya hanya satu atau dua butir. Telur tersebut juga berada dalam kantung
pengeraman dan dibungkus kapsul tebal dan gelap yang disebut ephippium.
Ephippia tahan terhadap kekeringan, panas dan beku, mudah diterbangkan angin.
Bila lingkungan sesuai, maka ephippium akan menetas menjadi betina
partenogenesis.
Pada cladocera terutama betina dari spesies limnetik, cyclomorfosa
merupakan peristiwa biasa, misalnya pada Daphnia pulex. Cyclomorfosa ialah
perubahan bentuk tubuh dalam suatu populasi disebabkan oleh perubahan musim
di daerah bermusim empat. D. carinata di Waduk Jatiluhur, Jawa Barat juga
mengalami perubahan bentuk kepala pada waktu stadia juvenil, juvenil pertama
mancung dan mulai membulat tiap kali molting.
D. Decapoda
1. Makan dan Cara Makan
Kebanyakan decapoda adalah karnivora, namun beberapa jenis hidup
sebagai omnivor, herbivor atau pemakan sampah. Jenis herbivor termasuk yang
di air tawar dan darat juga memakan bangkai.
Mangsa atau makanan ditangkap atau dipegang dengan cheliped,
kemudian dipindahkan ke maksiliped yang menyalurkan ke mulut. Mulut
terletak agak ke ventral dan dilengkapi (dilindungi, ditutupi) beberapa pasang
apendik yang letaknya tumpang tindih. Maksiliped ke-3 merupakan bagian
terluar dan adakalanya menutup apendik-apendik yang lain.
Kepiting porselen, Petrolisthes eriomerus, beberapa jenis kelomang dan
beberapa jenis decapoda lainnya merupakan pemakan detritus-scavenger.
Spesies penghuni lubang, Callianassa penyaring plankton dan detritus dengan
chaliped yang berbulu lebat. Ada pula yang jenis filter feeder.
2. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri atas mulut, esofagus, lambung kardiak yang
besar, lambung pilorik yang kecil, usus yang panjang dan anus dibagian ventral
telson.
3. Sistem Pernapasan dan Peredaran Darah
Decapoda bernapas dengan insang yang terletak ditiap sisi ruas thorax.
Pada semua decapoda, air keluar melalui tepi karapas di anterior kepala, namun
air masuk sedikit bervariasi. Pada natantia, air masuk melalui berbagai sisi
ventral dan posterior tepi karapas. Pada udang karang, jenis Macrura, air masuk
dari tepi posterior tepi karapas dan sekitar pangkal kaki jalan karena tepi karapas
dibagian ventral melekat lebih rapat daripada tepi karapas natantia. Pada jenis
kepiting air masuk terbatas dari sekitar pangkal karapas cheliped.
Dalam tiap sumbu insang terdapat saluran darah masuk dan saluran darah
keluar. Darah dari saluran darah masuk mengalir ketiap filamen atau lamela
insang, dan kembali ke saluran darah keluar. Pada jenis kepiting, darah dalam
lamela mengalir melalui sinus darah yang lembut.
Darah decapoda mengandung pigmen pernapasan hemocyanin yang larut
dalam plasma darah. Pertukaran O2 dan CO2 terjadi saat air mengalir melalui
filamen atau lamela insang. Jantung berbentuk persegi terletak dibagian dorsal
thorax dan mempunyai 3 pasang ostia. Darah keluar dari jantung melalui 5 buah
arteri anterior dan sebuah arteri abdomen di posterior. Disamping itu terdapat
sebuah arteri sternum yang keluar dari posterior jantung atau dari pangkal arteri
abdomen. Arteri sternum turun ke ventral melalui salah satu sisi saluran
pencernaan dan diantara benang saraf ventral, kemudian terbagi 2 menjadi arteri
subneuron anterior dan arteri subneuron posterior. Masing-masing arteri tersebut
memasok darah ke sinus darah dalam berbagai organ tubuh. Selanjutnya darah
dari sinus-sinus tersebut dikumpulkan dalam sebuah sinus sternum yang besar
dibagian ventral thorax, kemudian darah mengalir ke insang melalui saluran
darah masuk – larnea insang – saluran darah keluar, kembali ke jantung melalui
sinus perikardium dan ostia.
4. Sistem Saraf dan Alat Indera
Sistem saraf ganglia, terdiri atas supraesofagus (otak) di kepala yang
berhubungan dengan saraf ke mata, antena dan sepasang saraf mengelilingi
esofagus, dan selanjutnya berhubungan dengan benang saraf ventral. Indera pada
decapoda lebih sempurna dari pada crustacea lainnya, sehingga memungkinkan
decapoda untuk menjajaki keadaan lingkungannya secara berkesinambungan,
misalnya untuk menentukan tempat berlindung, mencari makan atau pasangan,
menghindar dari predator atau lingkungan yang tidak nyaman.
Alat peraba yang peka antara lain capit, bagian-bagian mulut, bagian
ventral abdomen dan tepi telson. Pada tempat tersebut terdapat bulu-bulu peraba
yang halus yang berhubungan dengan saraf indera di bawah kutikula. Indera
perasa dan penciuman terdapat pada bulu-bulu halus di antena pertama, ujunga
antena ke-2, bagian-bagian mulut dan ujung capit (chelae).
Mata majemuk terdiri atas 2.500 facet mikroskopit, terdapat pada 2
sampai 3 ruas tungkai mata. Segala objek yang diterima mata, tampak seperti
gambar mozaik. Beberapa jenis decapoda buta terutama spesies laut dalam dan
spesies yang tinggal dalam gua bawah tanah.
Luminescence terdapat pada beberapa spesies dari 17 genera udang,
antara lain Sergestes challengeri. Beberapa jenis udang laut dalam mengeluarkan
sekresi seperti kabut cahaya dalam air.
5. Reproduksi dan Perkembangan
Decapoda dioecious, terjadi kopulasi, beberapa jenis membentuk
spermatofora dan betina mempunyai seminal receptacle. Sepasang testis atau
ovari terletak dalam thorax, dan memanjang sampai bagian anterior abdomen.
Banyak decapoda memperlihatkan perbedaan jenis jantan dan betina, misalnya
hewan jantan lebih kecil daripada yang betina, atau salah satu capit pada jantan
besar sekali sedangkan pada betina capitnya kecil, atau jantan mempunyai warna
lebih indah.
Pada beberapa jenis penaeid yang tidak mengerami telur dan udang.
Sergestes, telur menetas menjadi larva nauplius, metanauplius atau protozoea.
Namun pada kebanyakan decapoda laut, telur menetas menjadi protozoea atau
zoea. Tergantung habitatnya, reproduksi dan daur hidup decapoda sangat
beraneka ragam. Berikut ini disajikan reproduksi daur hidup beberapa jenis
decapoda yang banyak dikenal.
Jenis udang dari famili Penaeidae dalam daur hidupnya melakukan
migrasi. Udang dewasa bertelur di laut. Telur dilepas ke air dan menjadi larva
nauplius yang hidup sebagai plankton dan akan menuju tepi pantai. Dalam
perjalanannya menuju tepi pantai, nauplius mengalami metamorfosa menjadi
protozoea, zoea, mysis dan post larva.
Pada musim tertentu, udang stadia mysis atau post larva dalam jumlah
sangat banyak bersama air pasang memasuki muara sungai, hutan bakau dan
tambak ikan atau tambak udang melalui pintu tambak. Daerah
tersebutmerupakan nursery ground bagi anak udang sampai stadia juvenil. Pada
akhir stadia juvenil atau menjelang dewasa, udang akan kembali ke laut untuk
bertelur.
Udang galah, Macrobrachium rosenbergii dewasa mengerami telur pada
pleopod. Sebelum telur menetas, udang betina akan pergi ke muara sungai, tepi
pantai dan perairan payau. Telur menetas menjadi larva stadium mysis di air
tawar atau air payau. Bila dalam waktu 4-5 hari mysis tidak mencapai air payau,
akan mati. Muara sungai, tepi pantai dan perairan payau merupakan daerah
pembesaran (nursey ground) bagi mysis yang planktonik sampai mencapai
stadium juvenil yang bersifat benthik. Stadium juvenil akan melakukan
migrasike hulu sungai, ke air tawar dan tinggal di perairan tawar sampai dewasa.
Udang galah disebut juga giant river prawn. Jantan mencapai panjang 25 cm dan
betina 15 cm. Banyak terdapat di daerah tropis dan subtropis di wilayah Indo
Pasifik.
Bentuk zoea kepiting mudah dikenal karena mempunyai duri rostrum
yang sangat panjang dan adakalanya terdapat sepasang duri lateral pada tepi
posterior karapas. Larva zoea sebanyak 4 instar kemudian menjadi larva
megapola yang mempunyai karapas lebar dan 5 pasang apendik thorax tetapi
tidak mempunyai duri panjang. Stadia zoea menjadi megapola berenang bebas
sebagai plankton, kemudian megapola akan turun ke dasar perairan dan berganti
kulit menjadi kepiting muda dengan bentuk karapas lebih besar dan abdomen
melipat kebawah thorax, dan menjadi benthos sperti yang dewasa.
6. Nilai Ekonomis
Berbagai jenis decapoda seperti udang, kepiting dan udang karang
mempunyai nilai niaga yang tinggi. Bahkan sejak tahun 1980 udang windu,
Penaus monodon merupakan komoditi ekspor Indonesia dan dibudidayakan
dalam tambak. Udang ronggeng dan kepiting kelapa juga digemari banyak orang
dan sudah masuk rumah makan. Udang rebon, ordo Mysidacea, merupakan
bahan baku pembuatan terasi, dan juga diperdagangkan sebagai rebon kering
asin. Semua ini memberi mata pencaharian bagi nelayan, penangkap, pedagang
pengumpul, pengangkutan dan rumah makan.
Crustacea kecil seperti Artemia dan Daphnia dijual baik dalam keadaan
hidup, maupun dalam bentuk telur oleh pedagang ikan hias. Disamping yang
menguntungkan ada pula yang merugikan manusia seperti copepoda seperti
inang perantara berbagai macam penyakit, isopoda pengebor kayu atau parasit
pada ikan dan udang, serta tritip yang mengotori lunas kapal. Kepiting air tawar
dari famili Potamonidae adapkali merusak benih padi di sawah.
Lampiran
Banchiura
Gambar. branchiopoda