8/10/2019 Audit Temuan BPK
1/61
BADAN PEMERIKSA KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
HASIL PEM ERIKSAAN
ATAS
BELANJA DAERAH
PADA
KABUPATEN SITUBONDO
TAHUN ANGGARAN 2004 DAN 2005
DI
SITUBONDO
PERWAKILAN BPK-RI
8/10/2019 Audit Temuan BPK
2/61
DAFTAR ISI
RESUME HASIL PEMERIKSAAN ................................................................... 1
BAB I. GAMBARAN UMUM ......................................................................... 4
1. Tujuan Pemeriksaan .............................................................................. 4
2. Sasaran Pemeriksaan ............................................................................. 4
3. Metode Pemeriksaan ............................................................................. 4
4. Jangka Waktu Pemeriksaan ................................................................. 6
5. Obyek Pemeriksaan ............................................................................... 6
BAB II. HASIL PEMERIKSAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN 9
1. Lingkungan Pengendalian ................................................................... 9
2. Penaksiran Resiko ................................................................................. 103. Aktivitas Pengendalian ......................................................................... 11
4. Informasi dan Komunikasi .................................................................. 11
5. Pemantauan ........................................................................................... 12
BAB III. TEMUAN PEMERIKSAAN .............................................................. 13
1. Pengeluaran DPRD sebesar Rp24.685.000,00 diragukan dan
sebesar Rp30.556.300,00 tidak didukung bukti yang lengkap ........ 13
2. Honorarium Tim/Panitia melebihi standar honorarium daerah
mengakibatkan pemborosan keuangan daerah sebesar
Rp380.000.000,00 ................................................................................. 16
3. Pengeluaran Bantuan Profesi Tahun 2004 sebesarRp5.769.060.600,00 dan Tahun 2005 sebesar Rp3.218.283.445,00
tidak sesuai dengan ketentuan ............................................................ 19
4. Pengelola Bantuan Dana Pembangunan Desa/Kelurahan,
Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan dan Program
8/10/2019 Audit Temuan BPK
3/61
6. Barang Inventaris Pemerintah Kabupaten Situbondo di KPPS
berupa kalkulator belum diserahkan ke KPUD untuk
dikembalikan ke Pemerintah Kabupaten Situbondo sebesar
Rp33.087.000,00 ..................................................................................... 28
7. Tanah milik Pemerintah Kabupaten Situbondo senilai
Rp932.500.000,00 belum disertifikatkan ............................................. 31
8. Volume pekerjaan beton rabat kurang dari RAB senilai
Rp27.330.537,60 dan pengalihan pekerjaan pada proyekpemasangan jaringan perpipaan senilai Rp22.062.000,00 kurang
bisa dipercaya ........................................................................................ 34
9. Pekerjaan pengembangan prasarana/sarana Motel Cottage Pasir
Putih Tahun 2004 Kabupaten Situbondo dilaksanakan tidak
sesuai RAB senilai Rp64.199.000,00 ...................................................... 37
10. Surat pertanggungjawaban pada dua kegiatan di Bagian
Ekonomi dan Bagian keuangan kurang didukung bukti yang
lengkap senilai Rp292.500.000,00 ........................................................ 39
11. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jalan berkala tidak sesuai
kontrak sebesar Rp125.440.293,82 ....................................................... 41
12. Terdapat perbedaan kekurangan pekerjaan dalam laporanpelaksanaan harian pada beberapa proyek pemeliharaan berkala
sebesar Rp34.712.388,00 ........................................................................ 46
13. Kesalahan Analisa HPS Bronjong Kawat Galvanis Pada Proyek
Pembuatan Tangkis Kali Memboroskan Daerah Sebesar
Rp69.349.000,00 ...................................................................................... 49
14. Pengadaan semen dan batu kali untuk pekerjaan swakelola
kurang dari seharusnya sebesar Rp19.602.000,00 ............................. 52
Lampiran .................................................................................................................. 55
8/10/2019 Audit Temuan BPK
4/61
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
HASIL PEMERIKSAAN ATAS
PELAKSANAAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2004 DAN 2005
PADA
KABUPATEN SITUBONDO
DI SITUBONDO
SEMESTER II
TAHUN ANGGARAN 2005
RESUME HASIL PEMERIKSAAN
Berdasarkan ketentuan pasal 23 E perubahan ketiga Undang-undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945, pasal 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1973, Undang-
undang Nomor 15 Tahun 2004, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-
RI) telah melakukan Pemeriksaan atas Pelaksanaan Belanja Daerah Kabupaten Situbondo
(audit dengan tujuan tertentu) di Situbondo. Pemeriksaan dilakukan dengan berpedoman
d St d A dit P i t h (SAP) dit t k l h BPK RI d t h 1995
8/10/2019 Audit Temuan BPK
5/61
Anggaran 2005 dari anggaran belanja sebesar Rp257.696.185.724,56 telah direalisasikan
sampai dengan September 2005 sebesar Rp169.883.512.069,54 atau sebesar 65,92%.
Secara umum sistem pengendalian intern telah dirancang dan dilaksanakan secara
cukup memadai sehingga informasi yang dihasilkan dapat dipercaya. Selain itu
pemantauan dan pertanggungjawaban keuangan telah dilaksanakan cukup baik.
Selanjutnya tanpa mengurangi keberhasilan yang telah dicapai, hasil pemeriksaan masih
menunjukkan berbagai kelemahan yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu:
1. Penyimpangan yang dapat mengganggu kewajaran penyajian laporan keuangan;
a. Pengelola Bantuan Dana Pembangunan Desa/Kelurahan, Gerakan Terpadu
Pengentasan Kemiskinan dan Program Percepatan Pemberdayaan,
b. Surat pertanggungjawaban pada dua kegiatan di Bagian Ekonomi dan Bagian
Keuangan kurang didukung bukti yang lengkap senilai Rp292.500.000,00.
2.
Penyimpangan terhadap kriteria/peraturan yang telah ditetapkan;
a. Pengeluaran DPRD sebesar Rp24.685.000,00 diragukan dan sebesar
Rp30.556.300,00 tidak didukung dengan bukti yang lengkap,
b. Barang inventaris Pemerintah Kabupaten Situbondo belum seluruhnya
dikembalikan ke KPUD Kabupaten Situbondo sebesar Rp33.087.000,00,
c.
Volume pekerjaan beton rabat kurang dari RAB senilai Rp27.330.537,60 dan
pengalihan pekerjaan pada proyek pemasangan jaringan perpipaan senilai
Rp22.062.000,00 kurang bisa dipercaya,
d. Pekerjaan pengembangan prasarana/sarana Motel Cottage Pasir Putih Tahun 2004
di Kabupaten Situbondo dilaksanakan tidak sesuai RAB senilai Rp64.199.000,00,
e.
Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jalan berkala tidak sesuai kontrak sebesarRp125.440.293,82,
f. Terdapat perbedaan kekurangan pekerjaan dalam laporan pelaksanaan harian
pada beberapa proyek pemeliharaan berkala sebesar Rp43.712.442,00,
8/10/2019 Audit Temuan BPK
6/61
8/10/2019 Audit Temuan BPK
7/61
BAB I
GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN
1.
Tujuan Pemeriksaan
Untuk menentukan apakah:
a. Sistem pengendalian intern atas entitas tersebut baik terhadap laporan
keuangan daerah maupun terhadap pengamanan atas kekayaan telah dirancangdan dilaksanakan secara memadai untuk mencapai tujuan pengendalian;
b.
Entitas yang diperiksa dalam menjalankan tugas dan fungsinya telah mematuhi
persyaratan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Sasaran Pemeriksaan
Untuk mencapai tujuan pemeriksaan tersebut, pemeriksaan diarahkan pada
sasaran:
a.
Pelaksanaan sistem pengendalian intern;
b.
Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
pelaksanaan belanja daerah.
3. Metode Pemeriksaan
Pemeriksaan atas belanja daerah akan memberikan penilaian terhadap
pelaksanaan anggaran dan Sistem pengendalian Intern dengan pendekatan :
a.
Pendekatan Resiko
Metodologi yang diterapkan dalam melaksanakan pemeriksaan tersebut
dilakukan dengan menggunakan pendekatan resiko. Pendekatan resiko yang
dilakukan dalam pemeriksaan ini didasarkan pada pemahaman dan pengujian
atas efektifitas Sistem Pengendaliam Intern mengenai pengelolaan Keuangan
Daerah khususnya di Bagian Keuangan dan Pemegang kas Daerah. Hasil
8/10/2019 Audit Temuan BPK
8/61
materialitas pemeriksaan tersebut adalah konservatif atau rendah dengan
pertimbangan bahwa pelaksana pengelola Keuangan Daerah tersebut akan
sangat memperhatikan aspek legalitas dan ketaatan pada ketentuan yang
berlaku dalam proses pertanggungjawaban keuangan. Berdasarkan Panduan
Manajemen Pemeriksaan (PMP) maka standar materialitas yang ditetapkan
adalah 0,5 % 2 %. Tingkat materialitas dalam pemeriksaan ini akan
dijadikan pertimbangan dalam tahap perencanaan untuk menentukan
kedalaman pengujian yang akan dilakukan.c. Pengujian dalam pemeriksaan
Pemeriksaan Belanja Daerah tersebut dilakukan dengan pemahaman atas SPI,
pengujian atas pengendalian terbatas pada angka-angka yang disajikan untuk
dapat mengumpulkan bukti yang dapat mendukung kesimpulan pemeriksaan.
Pemeriksaan ini melakukan pengujian substantif atas transaksi keuangan
secara terbatas.
d. Uji Petik Pemeriksaan (Sampling Audit)
Pemeriksaaan ini dilakukan dengan cara melakukan pengujian secara uji petik
atas satuan kerja/instansi daerah dalam populasi yang akan diuji. Kesimpulan
pemeriksaan akan didapat berdasarkan hasil uji petik yang dijadikan dasar
untuk menggambarkan kondisi dari populasinya. Dalam pemeriksaan ini,
pemeriksa menggunakan metode non statistical sampling atau metode
sampling yang berdasarkan judgement, dengan memperhatikan tingkat resiko
yang ada untuk menentukan jumlah dan satuan kerja/instansi daerah yang akan
diuji dan keterwakilan sample yang dipilih dari populasi baik dari segi nilai
angka rupiah dan jenis transasksinya.
e.
Pelaporan
Setiap permasalahan yang ditemukan dalam pemeriksaan belanja daerah
tersebut harus dikomunikasikan dengan entitas yang diperiksa untuk mendapat
tanggapan tertulis sebelum disajikan sebagai temuan pemeriksaan dalam Hasil
8/10/2019 Audit Temuan BPK
9/61
4.
Jangka Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan sejak tanggal 7 September sampai dengan tanggal 6
Oktober 2005.
5.
Obyek Pemeriksaan
a.
Pemeriksaan dilakukan atas belanja daerah Kabupaten Situbondo Tahun
Anggaran 2004 dan 2005.
b.
Anggaran dan Realisasi.
Anggaran dan realisasi belanja aparatur, belanja publik, belanja bagi hasil dan
belanja tak tersangka Tahun Anggaran 2004 pada Kabupaten Situbondo adalah
sebagai berikut:
1)
Belanja Aparatur
Belanja aparatur dalam APBD Tahun Anggaran 2004 dianggarkan sebesar
Rp205.456.061.401,95 dan telah direalisasikan sebesar
Rp196.085.888.542,74 atau sebesar 95,44%.
2)
Belanja Publik
Belanja pelayanan publik dalam APBD Tahun Anggaran 2004
dianggarkan sebesar Rp102.239.881.326,68 dan telah direalisasikan
sebesar Rp89.736.079.953,00 atau sebesar 87,70%
3) Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan Tahun Anggaran 2004
dianggarkan sebesar Rp39.811.684.300,00 dan telah direlisasikan sebesar
Rp31.024.815.394,00 atau sebesar 77,93%
4)
Belanja Tidak Tersangka
Belanja tidak tersangka Tahun Anggaran 2004 dianggarkan sebesar
Rp5.396.140.000,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp5.392.911.990,00
atau sebesar 99,94%
8/10/2019 Audit Temuan BPK
10/61
No. Uraian Belanja Anggaran Realisasi %
2 BELANJA 307.695.942.278,63 285.821.968.495,74 92,892 1 Belanja Aparatur 205.456.061.401,95 196.085.888.542,74 95,44
2.1. 1 Belanja Administrasi Umum 171.932.055.838,97 168.771.894.856,59 98,16
2.1.01. 1 Belanja Pegawai/Personalia 153.333.226.240,47 151.274.882.518,84 98,66
2.1.02. 1 Belanja Barang dan Jasa 12.509.630.562,00 11.666.041.255,75 93,26
2.1.03. 1 Belanja Perjalanan Dinas 3.246.682.450,00 3.137.183.450,00 96,63
2.1.04. 1 Belanja Pemeliharaan 2.842.516.586,50 2.693.787.632,00 94,77
2.2. 1 Belanja Operasional dan
Pemeliharaan
30.033.774.392,98 24.032.657.736,00 80,02
2.2.01. 1 Belanja Pegawai/Personalia 17.821.290.218,98 16.791.121.912,15 94,22
2.2.02. 1 Belanja Barang dan Jasa 11.279.334.400,00 6.437.871.050,00 57,08
2.2.03. 1 Belanja Perjalanan Dinas 710.070.000,00 585.625.000,00 82,47
2.2.04. 1 Belanja Pemeliharaan 223.079.774,00 218.039.774,00 97,74
2.3. 1 Belanja Modal 3.490.231.170,00 3.281.335.950,00 94,01
2. 2 Belanja Publik 102.239.881.326,68 89.736.079.953,00 87,77
2.1. 2 Belanja Administrasi Umum 3.130.634.546,68 2.840.845.448,00 90,74
2.1.01. 2 Belanja Pegawai/Personalia 2.386.569.621,68 2.111.365.958,00 88,47
2.1.02. 2 Belanja Barang dan Jasa 712.268.125,00 697.752.690,00 97,96
2.1.03. 2 Belanja Perjalanan Dinas 2.000.000,00 2.000.000,00 100,00
2.1.04. 2 Belanja Pemeliharaan 29.796.800,00 29.726.800,00 99,77
2.2. 2 Belanja Operasi dan Pemeliharaan 27.659.666.680,00 26.239.429.718,00 94,87
2.2.01. 2 Belanja Pegawai/Personalia 1.878.379.800,00 1.853.047.000,00 84,92
2.2.02. 2 Belanja Barang dan Jasa 8.730.151.330,00 7.413.372.862,00 84,92
2.2.03. 2 Belanja Perjalanan Dinas 1.114.271.000,00 1.091.350.000,00 97,94
2.2.04. 2 Belanja Pemeliharaan 15.936.864.550,00 15.881.659.856,00 99,65
2 3 2 Belanja Modal 26 241 755 800 00 24 238 077 403 00 92 36
8/10/2019 Audit Temuan BPK
11/61
2.4.04.2 Belanja Bantuan Keuangan kepada
Pemerintah Desa/Kelurahan
6.984.888.000,00 6.893.974.073,00 98,70
2.4.05.2 Belanja Bantuan Keuangan kepadaOrganisasi Kemasyarakatan
12.477.446.000,00 12.147.012.850,00 97,35
2.4.06.2 Belanja Bantuan Keuangan kepada
Organisasi Profesi
19.941.350.300,00 11.575.828.471,00 58,05
2.5.2 Belanja Tidak Tersangka 5.396.140.000,00 5.392.911.990,00 99,94
2.5.01.2 Belanja Tidak Tersangka 5.396.140.000,00 5.392.911.990,00 99,94
Anggaran belanja tahun 2005 adalah sebesar Rp256.678.174.556,56 sampai
dengan Triwulan II realisasi belanja yang terserap adalah sebesar
Rp100.879.408.252,42 atau sebesar 39,30% dengan rincian uraian belanja
perbidang sebagai berikut:
No. Bidang Belanja Realisasi
01. Bidang Administrasi Umum 34.346.099.308,92
02. Bidang Pertanian 2.773.771.519,00
03. Bidang Perikanan dan Kelautan 593.896.491,00
04. Bidang Pertambangan dan Energi 0,00
06. Bidang Perindustrian dan Perdagangan 588.615.551,00
07. Bidang Koperasi 401.407.612,00
08. Bidang Penanaman Modal 0,00
09. Bidang Ketenagakerjaaan 630.713.378,00
10. Bidang Kesehatan 6.892.270.647,50
11. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan 48.218.635.473,00
12. Bidang Sosial 234.497.138,00
14. Bidang Permukiman 1.727.159.325,00
16. Bidang Pekerjaan Umum 1.933.634.079,00
8/10/2019 Audit Temuan BPK
12/61
BAB II
HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN
Pengendalian intern belanja daerah adalah suatu proses yang didesain dan
dijalankan untuk memberikan keyakinan memadai untuk mencapai tujuan menjamin
efektivitas dan efisiensi belanja dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku. Penilaian atas lima komponen dalam sistem pengendalian intern belanja
daerah Kabupaten Situbondo.
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan Pengendalian belanja daerah Kabupaten Situbondo dapat dijabarkan
sebaga berikut:
a.
Integritas dan Nilai Etika
Integritas pimpinan daerah Kabupaten Situbondo yaitu DPRD, Bupati dan
para kepala unit kerja dalam pelaksanaan tujuan pemerintah daerah pada
umumnya cukup baik. DPRD, Bupati/Wakil Bupati maupun para kepala unit
kerja cukup menaati ketentuan pelaksanaan belanja baik yang dituangkan
dalam APBD, DASK maupun ketentuan-ketentuan lain.
b.
Komitmen pada Kompetensi
Untuk beberapa kepala unit kerja, Bupati telah menempatkan personil sesuai
dengan bidang keahliannya. Beberapa kepala unit kerja yang lain ditempatkan
secara rotasional antar unit kerja karena sifat pekerjaannya yang tidak
memerlukan keahlian teknis tetapi lebih kepada kemampuan manajerial.
Tetapi untk pejabat di bawah kepala unti kerja dan staf unit kerja, secara
umum penempatan telah didasarkan pada latar belakang pendidikan dan
keahlian yang sesuai.
8/10/2019 Audit Temuan BPK
13/61
unit kerja. Dengan demikian gaya manajemen dinas dan unit kerja menjadi
dominan. Pada beberapa dinas teknis perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
menjadi terpengaruh oleh gaya manajemen tersebut. Karena itu pada dinas-
dinas teknis resiko secara inherent menjadi lebih besar.
d.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi dan tata kerja (SOT) pada instansi/unit kerja/bagian yang
ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Situbondo telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2004. Struktur organisasi dan tata kerja
yang dibentuk tersebut telah memisahkan secara tegas dan jelas mengenai
tugas dan fungsi masing-masing dinas, badan, kantor, dan bagian/sub bagian
yang berada di bawah Sekretariat Daerah, sehingga kemungkinan terjadi
tumpang tindih (perangkap fungsi) dapat dihindari.
e. Pemberian Wewenang dan Tanggung Jawab
Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dari Bupati kepada para kepala
unit kerja telah dilaksanakan dengan cukup memadai dan telah didasarkan
pada surat keputusan Bupati. Untuk pengelolaan keuangan daerah, pada tiap-
tiap unit kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Situbondo telah ditunjuk
pemegang kas dan pembantu pemegang kas yang bertanggung jawab kepada
atasan langsung pemegang kas sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Nomor
188/03/P/002.4/2005.
f.
Kebijakan dan Praktik Sumber Daya
Pada umumnya sumber daya manusia yang berada di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Situbondo cukup memadai, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas.
8/10/2019 Audit Temuan BPK
14/61
dan pengolahan resiko baik yang berkaitan dengan masalah keuangan maupun non
keuangan.
3.
Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian telah dilakukan dari tahap perencanaan, pelaksanaan
maupun pelaporan kegiatan. Pada tahap perencanaan dilakukan proses
penyusunan RASK, penetapan APBD sampai menjadi DASK. Secara umum,
proses pengendalian dalam perencanaan ini telah berjalan dengan baik, hanya
dalam perencanaan belanja bantuan dan honorarium, pengendalian kurang
berjalan dengan baik, yaitu beberapa belum didasarkan aturan dan proposal
bantuan. Hal ini mengakibatkan resiko pelanggaran ketentuan batas honorarium
maupun tidak sesuainya penyaluran bantuan menjadi tinggi.
Dalam pelaksanaan kegiatan, pengendalian secara umum telah berjalan baik
dengan adanya organisasi pelaksana dan pengawas kegiatan. Akan tetapi karena
belum adanya konsultan pengawas di beberapa pengadaan barang mengakibatkan
pelaksanaan menjadi beresiko yaitu pekerjaan kurang sesuai dengan rincian
pekerjaan. Pengawasan yang dilakukan secara swakelola tidak dilakukan secara
baik oleh staf pengawas pekerjaan di lapangan.
Dalam pelaporan, belanja bantuan keuangan menjadi beresiko karena adanya
dualisme pelaporan, yaitu di dinas atau unit kerja dan bagian keuangan (pemegang
kas Sekretariat Daerah). Dengan dualisme tersebut pengendalian menjadi lebih
sulit karena dinas maupun pemegang kas Sekretariat Daerah merasa bertanggung
jawab atas pembuatan pelaporan yang komprehensif.
4.
Informasi dan Komunikasi
Dalam sistem pembukuan Kabupaten Situbondo, pencatatn transaksi
pengeluaran/belanja dilakukan berdasarkan Surat Perintah Membayar Uang
(SPMU) dan contra post.SPMU dipakai sebagai dasar pencatatan
8/10/2019 Audit Temuan BPK
15/61
5.
Pemantauan
Pemantauan adalah proses penerimaan kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu. Secara umum pemantauan dilakukan oleh Badan Pengawas
secara periodikal. Hampir setiap bulan Badan Pengawas melakukan pemantauan
pada unit-unit kerja secara bergantian.
Berdasarkan uraian pemeriksaan terhadap sistem oengendalian intern (SPI)
yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa masih terdapat beberapa
kelemahan sistem pengendalian intern yang perlu dilakukan langkah-langkah
perbaikan dengan memperhatikan temuan-temuan pemeriksaan.
8/10/2019 Audit Temuan BPK
16/61
BAB III
TEMUAN PEMERIKSAAN
1. Pengeluaran DPRD sebesar Rp24.685.000,00 diragukan dan sebesar
Rp30.556.300,00 tidak didukung bukti yang lengkap
Tahun 2005 DPRD Kabupaten Situbondo melakukan kunjungan kerja ke beberapa
daerah. Komisi A ke Kota Yogyakarta dan Kabupaten Cirebon, Komisi B ke Kabupaten
Klaten, Magelang dan Sleman, Komisi C ke Klaten dan Cilacap serta Komisi D ke
Kabupaten Jembrana dan Buleleng dengan biaya keseluruhan sebesar Rp202.780.0000,00
dengan SPMU PK.
Pemeriksaan atas bukti pengeluaran menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a. Biaya makan dan hotel diragukan kebenarannya se besar Rp24.685.000,00.
Setiap komisi dalam kunjungan kerja didampingi oleh pegawai Sekretariat Dewan,
sebanyak 2 s.d 5 orang, sedangkan penginapan dan konsumsi menunjuk langsung
Javanica Tour walaupun nilainya melebihi Rp50.000.000,00 yang seharusnya dengan
pelelangan atau pemilihan langsung, serta dokumen pertanggungjawaban yang ada
tidak menunjukkan adanya surat perintah kerja (SPK).Selain dari itu bukti-bukti akomodasi hotel, konsumsi, absensi, dan surat tugas,
ternyata pemesanan penginapan melebihi jumlah personil dalam rombongan kerja
tersebut, seperti pada tabel berikut ini:
No. Keterangan
Kamar/
Konsumsi
Dibayar
Berdasar
Absensi Selisih Biaya/orang
Nilai selisih
1. 2 3 4 5=3-4 6 7=5x61. Komisi A
- Kunjungan ke Yogya dan Cirebon
- Hotel 17 12 5 750.000,00 3.750.000,00
8/10/2019 Audit Temuan BPK
17/61
- Hotel 20 13 7 850.000,00 5.950.000,00
4. Komisi D
-
Kunjungan ke Jembrana dan Kab.
Buleleng
- Konsumsi 20 13 7 270.000,00 1.890.000,00
- Hotel 20 13 7 725.000,00 5.075.000,00
Jumlah 24.685.000,00
Dari data tersebut menunjukkan bahwa pembayaran kamar/konsumsi melebihi dari
jumlah peserta sebenarnya, sehingga terjadi pembayaran lebih sebesar
Rp24.685.000,00.
b. Pengeluaran sebesar Rp9.185.000,00 tidak dilengkapi dengan bukti yang lengkap.
Pengeluaran tersebut digunakan untuk perjalanan dinas Kabag/Kasubag; Staf dan
Sopir Sekretaris DPRD ke Bantul-Cilacap, MagelangSleman, Yogya-Cirebon dan
Jembrana-Buleleng dalam rangka konsultasi dan koordinasi.. Sampai saat
pemeriksaan tanggal 3 Oktober 2005 belum dapat dipertanggungjawabkan.
c. Selain itu terdapat pengeluaran sebesar Rp21.371.300,00 yang hanya
dipertanggungjawabkan dalam bentuk bon, yaitu:.
DAFTAR BON PENGELUARAN YANG TIDAK JELAS/LENGKAP
No. Uraian Jumlah (Rp)
1 Pembelian Solar 84.000,00
2 Biaya Pelaporan Hasil Kunjungan Kerja Luar Daerah 550.000,00
3 Pengeluaran tidak jelas 500.000,00
4 uang Perjalanan Dinas ke Jember (Asistensi Komisi D) Sekwan 375.000,00
5 Konsumsi audensi ketua DPRD 640.000,00
6 Konsumsi audensi ketua DPRD 477.500,00
7 ATK & Jamuan 439.300,00
8 Fotocopy Materi Asistensi Komisi D 225.500,00
9 Kunjungan Kerja Komisi C dalam Daerah 1.400.000,0010 Uang Pelaporan Kunjungan Kerja Komisi A 550.000,00
11 Uang untuk undangan rapat kerja komisi E 390.000,00
12 Uang untuk Setwan (pinjam) 1.940.000,00
13 Transportasi 2.870.000,00
14 Pinjaman Ketua DPRD 450.000,00
8/10/2019 Audit Temuan BPK
18/61
Pengeluaran tersebut dalam bukti pertanggungjawabannya hanya dilampiri bon
yang tidak didukung dengan bukti lain.
Permasalahan tersebut bertentangan dengan:
a. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 27 (4)
Saldo Rekening Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap akhir hari
kerja wajib disetorkan seluruhnya ke rekening Kas Umum Daerah.
b. Keputasan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 Pasal 49 ayat (5 )
menyatakan, Setiap pengeluaran kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan
sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.
Kondisi tersebut mengakibatkan:
a. Adanya pembayaran melebihi dari yang seharusnya sebesar Rp24.685.000,00
merugikan keuangan daerah.
b. Belum didukung bukti yang sah lainnya atas pengeluaran sebesar Rp30.556.300,00
(Rp9.185.000,00 + Rp21.371.300,00) menyulitkan pengendalian dan tidak dapat
diyakini kebenarannya.
Hal tersebut disebabkan kurang cermatnya Pemegang Kas dalam melaksanakan
tugasnya.
Rekomendasi BPK-RI
BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati agar:
1. Pemegang Kas dan PT. Javanica Tour untuk mempertanggungjawabkan uang daerah
sebesar Rp24.685.000,00.
2. Menegur Pemegang Kas yang bekerja kurang cermat dan memerintahkan pengguna
8/10/2019 Audit Temuan BPK
19/61
2. Pembayaran Honorarium Tim/Panitia melebihi standar sebesar Rp380.000.000,00
Honorarium Tim/Panitia 2.01.0003.2.01.01.01.1 pada di Sekretariat Daerah. Tahun
2004 dianggarkan sebesar Rp4.230.505.000,00 dan telah direalisasi sebesar
Rp3.849.680.000,00. Hasil pemeriksaan atas dokumen pertanggungjawaban pengeluaran
dimaksud dijumpai, dari realisasi tersebut, sebesar Rp2.919.500.000,00 digunakan untuk
honorarium Tim Anggaran baik legislatif, eksekutif dan dengan rincian sebagai berikut:
No SPMU dan
tanggal
Legislatif (Rp) Eksekutif (Rp) Sekretariat (Rp) Jumlah SPMU
(Rp)
0420/BT tgl
02 -03-2004
562.500.000,00 0,00 0,00 562.500.000,00
0778/BT tgl
16-03-2004
590.000.000,00 189.000.000,00 35.000.000,00 811.000.000,00
2509/BT tgl
21-06-2004
590.000.000,00 0,00 0,00 590.000.000,00
6055/BT tgl
09-12-2004
589.000.000,00 0,00 0,00 589.000.000,00
6056/BT tgl
09-12-2004
0,00 210.000.000,00 0,00 210.000.000,00
6057/BT tgl
09-12-2004
157.000.000,00 0,00 0,00 157.000.000,00
Jumlah 2.488.500.000,00 399.000.000,00 35.000.000,00 2.919.500.000,00
Dari data tersebut menunjukkan bahwa sebesar Rp2.488.500.000,00 digunakan
untuk membayar hononarium tim dari legislatif, yang seharusnya tidak dibebankan pada
Pos Sekretariat Daerah, karena kegiatan tersebut telah dianggarkan pada Pos Sekretariat
Dewan, seperti yang telah dituangkan dalam Hasil Pemeriksaan BPK No:
8/10/2019 Audit Temuan BPK
20/61
Pemberian honorarium selama ini hanya mengacu pada SK Bupati tentang petunjuk
umum dan pedoman kerja bagi aparat dalam pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2005
yang mengatur atasan langsung, pemegang kas, pembantu pemegang kas dan pemegang
barang serta pimpinan kegiatan dan staf pelaksana dengan honorarium tertinggi untuk
pimpinan kegiatan sebesar Rp250.000,00 per orang dan dapat diberikan selama waktu
maksimal enam bulan. Padahal penerima honorarium panitia anggaran tidak termasuk
dalam penerima honorarium di SK Bupati tersebut.
Apabila batasan maksimum honorarium dalam SK Bupati tersebut, digunakan maka
yang diberikan sebesar 6 x Rp250.000,00 = Rp1.500.000,00, dengan demikian
honorarium yang diberikan adalah sebagai berikut:
- SPMU No 0420/BT 12 orang eksekutif @ Rp1.500.000,00 = Rp18.000.000,00
tanggal 02-03-2004 7 orang sekretariat @ Rp1.500.000,00 = Rp10.500.000,00
- SPMU No 2509/BT 17 orang eksekutif @ Rp1.500.000,00 = Rp25.500.000,00
tanggal 21-06-2004 = Rp54.000.000,00
Atas dasar perhitungan tersebut terjadi kelebihan pembayaran honorarium sebesar
(Rp399.000.000,00 + Rp35.000.000,00) Rp54.000.000,00 = Rp380.000.000,00
Keputusan Bupati Kabupaten Situbondo No: 188/289/P/001.2/2004 tanggal 20
Desember 2004 Bab II.A.2. tentang Pedoman Kerja Bagi Aparat dalam Pelaksanaan
APBD Tahun Anggaran 2005 bahwa anggaran harus disusun berlandaskan asas efisiensi,
tepat guna, tepat waktu dan dapat dipertanggungjawabkan. Juga Bab III.C.1.d.1). bahwa
standar honorarium tertinggi adalah Rp250.000,00 untuk Pimpinan Kegiatan.
Kondisi tersebut mengakibatkan pemborosan keuangan daerah minimum sebesar
Rp380.000.000,00
8/10/2019 Audit Temuan BPK
21/61
Instansi yang bersangkutan menyatakan bahwa untuk tahun 2006 akan lebih
ditertibkan sesuai aturan.
Rekomendasi BPK-RI
BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati agar mengeluarkan Surat Keputusan
tentang besarnya honorarium bagi perangkat daerah yang dapat dijadikan dasar setiap
pemberian honorarium.
8/10/2019 Audit Temuan BPK
22/61
3. Pengeluaran Bantuan Profesi Tahun 2004 sebesar Rp5.769.060.600,00 dan Tahun
2005 sebesar Rp3.218.283.445,00 tidak sesuai dengan ketentuan
Pemerintah Kabupaten Situbondo menganggarkan Bantuan Profesi Lainnya pada
kode rekening 2.01.0003.4.06.18.00.2. Tahun 2004 sebesar Rp7.197.840.300,00 dan telah
direalisikan sebesar Rp7.153.004.300,00 sedang untuk Tahun 2005 dianggarkan sebesar
Rp10.899.256.315,00 dan telah direalisaikan sebesar Rp.3.727.797.445,00 sampai dengan
Triwulan III.
Pemeriksaan terhadap surat pertanggungjawaban (SPJ) atas kegiatan tersebut
sebagian realisasi bantuan tersebut menunjukkan bahwa sebagian bantuan diberikan
secara tidak tepat, yaitu:
a. Diberikan secara personal bulanan kepada anggota Muspida. Pemberian bantuan ini
tidak tepat karena Muspida bukan profesi dan pemberi bantuan secara personal
bulanan menjadi bersifat tunjangan. Pemberian tunjangan seperti ini tidak memiliki
dasar hokum yang kuat.
b. Diberikan secara salah beban, karena obyek yang diberi bantuan telah memiliki
rekening sendiri dalam APBD, seperti pilkada 2005.
c. Diberikan kepada instansi yang telah memiliki anggaran sendiri dari instansivertikalnya untuk biaya operasional, seperti pemeliharaan basis data KPPBB. Biaya
Operasional ini seharusnya menjadi beban instansi bersangkutan kecuali jika ada
kegiatan Pemerintah Kabupaten yang memerlukan jasa mereka, seperti pengamanan
pilpres untuk acara-acara Pemerintah Kabupaten. Pemberian bantuan operasional
instansi diluar Pemerintah Kabupaten membebani APBD.
d. Diberikan secara Lumpsum/Block grant tanpa pertanggungjawaban lebih lanjut,
seperti bakti sosial tanpa bukti adanya kegiatan bakti sosial.
Ringkasan bantuan yang kurang tepat adalah sebagai berikut:
8/10/2019 Audit Temuan BPK
23/61
Untuk rincian lebih lanjut ada pada lampiran I.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :
a. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tanggal 10 Juni 2002 pada
Lampiran IV Susunan Belanja Daerah yang menyebutkan bahwa Belanja Bantuan
Keuangan Kepada Organisasi Profesi antara lain untuk Ikatan Bidan dan PGRI dan
lain-lain.
b. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Balai Pustaka yang menyebutkan bahwa pengertian dari Profesi adalah
bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb)
tertentu.
Kondisi tersebut mengakibatkan pemborosan Keuangan Daerah Tahun 2004
sebesar Rp5.769.060.600,00 dan Tahun 2005 sebesar Rp3.218.283.445,00.
Hal tersebut disebabkan oleh:
a. Tim Anggaran yang kurang memperhatikan ketentuan peraturan perundang-
undangan dalam mengajukan belanja bantuan profesi dalam menyusun APBD,
b. Kurangnya kesadaran para penerima bantuan untuk membuat suratpertanggungjawaban.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut instansi yang bersangkutan menyatakan:
a. Pemberian salah beban terjadi karena transisi pergantian Bupati, sehingga
memerlukan biaya operasional tinggi untuk koordinasi;
b. SPJ kurang jelas kebanyakan memang berupa disposisi;
c. Tahun 2006 akan lebih ditertibkan sesuai aturan.
8/10/2019 Audit Temuan BPK
24/61
b. Memerintahkan Tim Anggaran untuk menganggarkan belanja sesuai rekening
bersangkutan yang telah ada di APBD tidak di rekening bantuan profesi,
c. Memerintahkan para pemegang kas dan pembantu pemegang kas untuk menegur dan
meminta surat pertanggungjawaban dari para penerima bantuan.
8/10/2019 Audit Temuan BPK
25/61
4. Pengelola Bantuan Dana Pembangunan Desa/Kelurahan, Gerakan Terpadu
Pengentasan Kemiskinan dan Program Percepatan Pemberdayaan Kecamatan
belum memberikan Laporan pertanggungjawaban sesuai ketentuan
Sekretariat Daerah Kabupaten Situbondo dalam Tahun Anggaran 2005
menganggarkan tiga jenis Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Kabupaten dan Desa
pada kode rekening 2.01.0003.4.04.08.00.2. sebesar Rp4.737.000.000,00 dan sampai
dengan Triwulan III telah terealisasi sebesar Rp4.112.000.000,00. Bantuan tersebut
diantaranya dialokasikan untuk Bantuan Dana Pembangunan Desa/Kelurahan (DPD/K)
sebesar Rp1.632.000.000,00. Bantuan DPD/K diberikan pada 136 kelurahan/desa
masing-masing kelurahan/desa mendapat Rp12.000.000,00. Bantuan juga diberikan
melalui Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan (GERDU TASKIN) sebesar
Rp500.000.000,00 diberikan pada 13 (tiga belas) kelurahan/desa. Selain itu, juga
diberikan bantuan melalui Program Percepatan Pemberdayaan Kecamatan (P3K) sebesar
Rp650.000.000,00 diberikan pada 11 (sebelas) kecamatan di seluruh wilayah Kabupaten
Situbondo.
Pemeriksaan atas dokumen pelaksanaan tersebut pada BPMP (Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan), Sub Bagian Sekretariat Daerah yangmengelola ketiga bantuan tersebut, belum semuanya laporan kegiatan DPD/K, Gerdu
Taskin dan P3K Tahun 2005 dilaporkan secara rutin per bulan kepada Bupati cq. Kepala
BPMP Kabupaten Situbondo. Hasil pemeriksaan fisik untuk mencocokkan penyaluran
dan penggunaan bantuan DPD/K, Gerdu Taskin dan P3K di wilayah Kecamatan
Situbondo, Kecamatan Panarukan, Kecamatan Kendit dan Mangaran menunjukkan
bahwa pekerjaan seperti yang diajukan dalam proposal bantuan telah dilakukan namun
beberapa pekerjaan dialihkan ke pekerjaan lain. Selain itu walaupun pekerjaan telah
selesai dilakukan belum semuanya membuat laporan berkala setiap bulan Kepala BPMP
8/10/2019 Audit Temuan BPK
26/61
4) Desa Talkandang
5) Desa Kotakan
b. Gardu Taskin
1) Kelurahan Mimbaan
2) Desa Klampokan
3) Desa Battal
c. Bantuan P3K
1) Desa Tanjung Glugur
2) Desa`Tanjung Pecinan
3) Desa`Semiring
4) Desa` Bugeman
5) Desa Tambakl Ukir
6) Desa Rajekwesi
7) Kelurahan Dawuhan
8) Desa Patokan
9) Desa`Talkandang
10) Desa`Olean
11) Desa Kotakan
12) Desa`Kalibagor
13) Desa Wringinanom
14) Desa Kilensari
15) Desa`Duwet
16) Desa`Peleyan
17) Desa`Gelung
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :a. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Bantuan Dana Pembanguanan Desa/Kelurahan
(DPD/K) Tahun 2005 Nomor 972/76/431.408.3/2005 tanggal 08 Maret 2005 angka
romawi VI Pelaporan menyebutkan bahwa perkembangan pelaksanaan kegiatan
Program Bantuan Dana Pembangunan Desa/Kelurahan (DPD/K) agar dilaporkan
oleh Petinggi/Lurah yang meliputi Laporan Pengesahan Daftar Usulan Rencana
Kegiatan (DURK) penyaluran dana dan pelaksanaannya melalui Camat untuk
dilaporkan secara rutin per bulan kepada Bupati Cq. Kepala BPMP Kabupaten
Situbondo
8/10/2019 Audit Temuan BPK
27/61
verbal mulai dari awal sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian proyek
100%.
c. Petunjuk Pelaksanaan Program Percepatan Pemberdayaan Kecamatan (P3K) Tahun
2005 Kabupaten Situbondo Nomor 414/170/431.303.2.2/2005 tanggal 19 April 2005
Bab VI pelaporan huruf (b) pertanggungjawaban menyebutkan proses pelaksanaan
P3K harus dipertanggungjawabkan dalam bentuk pertanggungjawaban administrasi
berupa laporan secara tertulis dan surat pertanggungjawaban penggunaan dana P3K
sebagaimana sistematika palaporan tersebut diatas selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
setelah selesai pelaksanaan dan dikirim kepada Bupati Situbondo Cq. BPMP
Kabupaten Situbondo yaitu berupa laporan tertulis.
Kondisi tersebut mengakibatkan pengendalian kegiatan DPD/K, Gerdu Taskin
dan P3K Tahun 2005 tidak dapat dilakukan secara baik oleh BPMP.
Hal tersebut disebabkan kurang aktifnya pengelola kegiatan/penerima bantuan
untuk membuat laporan bulanan dan melaporkannya melalui camat untuk dilaporkan
secara rutin per bulan kepada Kepala BPMP Kabupaten Situbondo.
Kepala BPMP Kabupaten Situbondo mengakui dan menyatakan bahwa:
a. Akan melaksanakan terhadap kekurangan-kekurangan administrasi pelaporan dalam
pelaksanaan kegiatan bantuan DPD/K, Gerdu Taskin dan P3K pada desa-desa
penerima bantuan tersebut dan akan dilaksanakan pembinaan yang lebih intensif
sebagaimana yang diatur dalam petunjuk teknis.
b. Meningkatakan pengendalian program sebagai langkah mengefektifkan pelaksanaan
kegiatan adminstrasi dan fisik secara keseluruhan.
8/10/2019 Audit Temuan BPK
28/61
5. Perjalanan Dinas KPUD dalam Pelaksanaan Pilkada Melebihi Standar Bupati
Sehingga Mengakibatkan Pemborosan Keuangan Daerah Sebesar Rp48.610.000,00
Dalam pelaksanaan pilkada Bupati dan Wakil Bupati Situbondo Tahun 2005,
diperlukan perjalanan dinas ke beberapa daerah di wilayah Jawa Timur untuk studi
banding pilkada, baik untuk persiapan, pelaksanaan dan pelaporan sebesar Rp325.000,00
per orang untuk setiap hari perjalanan dinas, dan telah dilakukan selama 158 hari
perjalanan dinas, sehingga secara keseluruhan berjumlah 158 x Rp325.000,00 =
Rp51.350.000,00.
Selain itu, dlakukan juga perjalanan dinas ke Jakarta baik untuk konsultasi sebelum
pilkada, maupun konsultasi sesudah pilkada dan persiapan pelantikan bupati/wakil bupati
terpilih. Setiap orang mendapat uang saku Rp2.500.000,00 untuk setiap kali ke Jakarta
dan dilakukan selama 3 hari. Perjalanan dinas ke Jakarta yang telah dilakukan olehKPUD sebanyak 21 kali dengan biaya seluruhnya sebesar 21 x Rp2.500.000,00 =
Rp52.500.000,00.
Pemberian perjalanan dinas sebesar Rp325.000,00 untuk sekali perjalanan dinas di
wilayah Jawa Timur dan ssebesar Rp2.500.000,00 untuk perjalanan dinas ke Jakarta,
melebihi ketentuan. Karena tidak ada aturan tertentu tentang pembayaran perjalanan
dinas dalam pilkada yang ditetapkan oleh KPU maupun Depdagri, aturan yang dapat
diterapkan untuk perjalanan dinas ini adalah aturan yang ada di daerah, yaitu Keputusan
Bupati No 188/253/P/001.2/2004 tanggal 6 Desember 2004 tentang Petunjuk Umum dan
Pedoman Kerja bagi Aparat dalam Pelaksanaan APBD tahun 2005, yaitu:
- Perjalanan dinas di wilayah Jawa Timur untuk golongan IV sebesar Rp80.000,00
dengan tambahan sebesar Rp150.000,00 untuk eselon II. Jumlah seluruhnya sebesar
Rp230.000,00 ditambah tiket serta penginapan.
- Perjalanan dinas di luar wilayah Jawa Timur untuk golongan IV sebesar
R 100 000 00 d t b h b R 200 000 00 t k l II J l h
8/10/2019 Audit Temuan BPK
29/61
- perjalanan dinas di wilayah Jawa Timur = Rp325.000,00 Rp230.000,00
= Rp95.000,00
- perjalanan dinas di luar wilayah Jawa Timur = Rp2.500.000,00 3 x (Rp300.000,00)
= Rp1.600.000,00
Kelebihan perjalanan dinas seluruhnya adalah:
- perjalanan dinas di wilayah Jawa timur = 158 x Rp95.000,00 = Rp15.010.000,00.
- perjalanan dinas di luar wilayah Jawa timur = 21 x Rp1.600.000,00 =
Rp33.600.000,00.
atau Rp15.010.000,00 + Rp33.600.000,00 = Rp48.610.000,00.
Kelebihan biaya perjalanan sebesar Rp48.610.000,00 tersebut sebenarnya dimungkinkan
karena dalam Keputusan Bupati dimungkinkan penambahan perjalanan dinas dengan
tiket dan penginapan. Akan tetapi dalam surat pertanggungjawaban, tidak terdapat bukti
tiket dan penginapan tersebut, sehingga jumlah Rp48.610.000,00 tersebut menjadi
kelebihan yang masih harus dipertanggunjawabkan.
Berdasarkan Keputusan Bupati No 188/253/P/001.2/2004 tanggal 6 Desember
2004 tentang Petunjuk Umum dan Pedoman Kerja bagi Aparat dalam Pelaksanaan APBD
tahun 2005 Bab III. C. 1). disebutkan biaya perjalanan dinas maksimum adalah:a. untuk perjalanan dinas di wilayah Jawa Timur Rp80.000,00 ditambah Rp150.000,00
untuk eselon II serta tiket dan penginapan;
b. untuk perjalanan dinas di luar wilayah Jawa Timur Rp100.000,00 ditambah
Rp200.000,00 untuk eselon II serta tiket dan penginapan;
Perjalanan dinas yang melebihi Keputusan Bupati mengakibatkan pemborosan
keuangan daerah sebesar Rp48.610.000,00.
8/10/2019 Audit Temuan BPK
30/61
Rekomendasi BPK-RI
BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati untuk menegur Ketua KPUD untuk
memperhatikan standar belanja perjalanan dinas yang diterapkan oleh Pemerintah
Kabupaten Situbondo dalam dalam pelaksaaan belanja yang dibiayai APBD.
8/10/2019 Audit Temuan BPK
31/61
6. Barang Inventaris Pemerintah Kabupaten Situbondo di KPPS berupa kalkulator
belum diserahkan ke KPUD untuk dikembalikan kepada Pemerintah Kabupaten
Situbondo senilai Rp33.087.000,00
Dalam rangka menunjang pelaksanaan kegiatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
pada tanggal 20 Juni 2005 , pada KPU membentuk Panitia Pengadaan Barang dan Jasa
tahun 2005 berdasarkan Surat Keputusan Nomor 270.3/03/SK/2005 tanggal 17 Maret
2005 tentang Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Sekretariat KPUD Kabupaten
Situbondo.
Kegiatan pengadaan barang dan jasa pada KPUD Situbondo meliputi juga
pengadaan barang-barang logistik Pilkada seperti pengadaan kalkulator, surat suara, kartu
pemilih dan undangan pemilih. Barang-barang logistik tersebut didistribusikan ke PPS
dan KPPS sesuai dengan jmlah kebutuhannya. Dalam mendistribusikan barang-baranglogistik disertai berita acara penyerahan barang. Dari beberapa berita acara penyerahan
barang-barang logistik disebutkan bahwa apabila inventaris telah digunakan oleh KPPS,
segera diinventariskan kembali dan disimpan di kecamatan yang selanjutnya akan
diambil oleh KPU Kabupaten Situbondo.
Hasil pemeriksaan atas Surat Pertanggungjawaban (SPJ) dan dokumen pengadaan
kalkulator diketahui 1.728 buah kalkulator @Rp41.000,00 yang diadakan dan
didistribusikan sejumlah 1.703 buah dan sisanya disimpan di gudang KPUD. Sampai
dengan saat pemeriksaan tanggal 19 Sepetember 2005 diketahui bahwa kalkulator
tersebut belum seluruhnya dikembalikan oleh KPPS ke KPU, dengan rincian:
No KPPS Terima Kembali Pengembalian
1 Sumbermalang 75 75 0
2 Jatibening 65 65 0
3 Banyuglugur 59 0 59
4 Besuki 149 0 149
5 Suboh 70 0 70
8/10/2019 Audit Temuan BPK
32/61
13 Kapongan 101 101 0
14 Arjasa 104 104 0
15 Jangkar 100 98 2
16 Asembagus 130 130 0
17 Banyuputih 131 0 131
Jumlah 1.703 896 807
Dari data tersebut jumlah kalkulator yang masih belum dikembalikan ke Pemda
Situbondo dengan menyertakan berita acara serah terima setidaknya adalah:
=Jumlah di KPPS x Rp41.000,00
=807 x Rp41.000,00
=Rp33.087.000,00
Jadi masih terdapat barang inventaris Pemda di KPPS yang elum ditarik KPUD dan
dikembalikan ke Pemerintah Kabupaten Situbondo setidaknya sebesar Rp33.087.000,00
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2005 tentang Perubahan atas peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun
2005 tentang Pedoman Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Belanja Pemilihan Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah, pasal 32 yang menyebutkan bahwa :a. Sisa barang persediaan pilkada atau sarana dan prasarana lainnya yang digunakan
untuk menunjang kegiatan pilkada yang pengadaannya bersumbar dari dana APBD
diserahkan kembali oleh KPUD kepada Pemerintah Daerah paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah berakhirnya seluruh tahapan pelaksanaan pilkada dengan dilengkapi
berita acara serah terima.
b. Berita acara serah terima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari
laporan pertanggungjawaban penggunaan dana pilkada yang disampaikan oleh Ketua
KPUD kepada BPK dan atau aparat pengawas fungsional lainnya.
8/10/2019 Audit Temuan BPK
33/61
8/10/2019 Audit Temuan BPK
34/61
7. Tanah milik Pemerintah Kabupaten Situbondo senilai Rp932.500.000,00 belum
disertifikatkan
Pemerintah Kabupaten Situbondo pada Tahun Anggaran 2004 dan 2005 telah
melakukan pengadaan belanja modal tanah yang digunakan sebagai tanah pertanian desa,
adalah sebagai berikut:
I. Tahun 2004
No. Lokasi Tanah No. SPMU Tanggal Nilai (Rp)1. Desa Klampokan Kec Panji 3117/2004 23 Juli 2004 100.000.000,00
2. Desa Cemara Kec Suboh 3112/2004 27 Juli 2004 100.000.000,00
3. Desa Plalangan Kec
Sumberlawang
3108/2004 26 Juli 2004 100.000.000,00
4. Desa Tokelan dan Desa
Tamansari
918/2004 30 Maret 2004 96.000.000,00
5. Desa Alasbayur dan Desa
Patemon
911/2004 29 Maret 2004 94.000.000,00
TOTAL 490.000.000,00
II. Tahun 2005
No. Lokasi Tanah No. SPMU Tanggal Nilai (Rp)
1. Desa Pategalan Kec Jatibanteng 1929/2005 21 Juli 2005 100.000.000,00
2. Desa Battal Kec. Panji 1968/2005 26 Juli 2005 100.000.000,003. Desa Agel Kec Jangkar dan Desa
Selobanteng Kec Banyuglugur1877/2005 20 Juli 2005 135,000.000,00
4. Desa Baderan KecSumbermalang dan desa
Lamongan Kec Arjasa
1535/2005 24 Juni 2005 107.500.000,00
TOTAL 442.500.000,00
Pemeriksaan atas Surat Pertanggungjawaban (SPJ) atas pelaksanaan kegiatan
dimaksud menunjukan bahwa tanah-tanah tersebut baru dibuatkan Surat Pernyataan
Pelepasan Hak dari pemilik lama kepada Pemerintah Kabupaten Situbondo atas nama
Asisten I Pemerintah Kabupaten Situbondo Surat pernyataan pelaporan hak dilakukan di
8/10/2019 Audit Temuan BPK
35/61
bukti kepemilikan sama sekali atas tanah tersebut. Untuk pengadaan yang dilakukan pada
tahun 2004 seharusnya surat pernyataan pelepasan hak telah selesai. selain itu tidak
terdapat bukti pembayaran pajak BPHTB (Biaya Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan) atas perolehan tanah di atas, yang menunjukkan belum dilakukannya proses
formal atas jual beli tersebut.
Hal tersebut tidak sesuai dengan ketentuan:
a. UU Nomor 05 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria (UUPA)
Pasal 19 ayat:
1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah
diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
2) Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang
kuat.
b. PP 24 Tahun 1999 tentang pendaftaran tanah Pasal 1 angka (20) menyatakan
sertifikat adalah surat tanda hak bukti sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2)
huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas
satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam
buku tanah yang bersangkutan.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam pasal 27 ayat (1)
disebutkan bahwa Setiap pembebanan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
harus didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh
oleh pihak yang menagih.
Hal tersebut mengakibatkan:
1) Status kepemilikan tanah tidak bisa diyakini secara sah;
8/10/2019 Audit Temuan BPK
36/61
Instansi yang bersangkutan menyatakan bahwa sesuai dengan RASK dan DASK
tanah Desa Agel merupakan penggantian biaya perkara kepada mantan petinggi Agelsedangkan bukti pembayaran pajak BPHTB (Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan) dan proses pensertifikatan akan dianggarkan di Tahun Anggaran 2006
Rekomendasi BPK-RI
BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati melalui Kepala Bagian Pemerintahan
memerintahkan pelaksana kegiatan segera menyelesaikan penyertifikatan tanah daerah..
8/10/2019 Audit Temuan BPK
37/61
8. Volume pekerjaan beton rabat kurang dari RAB senilai Rp27.330.537,60 dan
pengalihan pekerjaan pada proyek pemasangan jaringan perpipaan senilai
Rp22.062.000,00 kurang bisa dipercaya
Dalam Tahun Anggaran 2004 Dinas Pemukiman dan Kebersihan mengalokasikan
dana APBD sebesar Rp432.597.000,00 untuk proyek Pemasangan Jaringan Perpipaan,
Pembuatan Broncaptering, Pembuatan Kran Umum dan Pembuatan Reservoir di Desa
Rajekwesi Kecamatan Kendit. Pelaksana proyek oleh CV. Jaya Wijaya berdasarkan
kontrak Nomor 660/216.K.DAU/431.202.3/2004 tanggal 19 Mei 2004 senilai
Rp411.930.000,00. Pekerjaan telah selesai dan diserahterimakan serta biaya telah
dibayarkan tunai berdasarkan SPMU No. 5936 tanggal 7 Desember 2004.
Dalam pelaksanaannya terdapat pekerjaan tambah kurang/CCO, berupa pekerjaan
broncaptering senilai Rp10.025.278,22 dan pekerjaan pembuatan plengsengan senilaiRp12.217.447,35 dialihkan pada pekerjaan pengadaan perpipaan, berupa Pipa GI
diameter 3 sepanjang 225 m dan GI diameter 4 sepanjang 30 m senilai Rp22.062.000,00.
Hasil Pemeriksaan fisik pada tanggal 17 September 2005 menunjukkan:
a. Penambahan pipa tidak terlihat karena lokasi sama dengan gambar perencanaan.
Tidak ada penambahan jalur dengan pipa sepanjang 225 m serta 30 m seperti tersebut
dalam CCO, senilai Rp22.062.000,00
b. Rabat Beton (Thrust Block)
Rabat beton untuk penyangga sambungan pipa di tempat-tempat tertentu sebanyak
226 buah dengan ukuran maksimum:
Ukuran alas atas = 0,38 m x 0,38 m.
Tinggi = 0,7 cm.
Ukuran alas bawah = 0,6 cm x 0,6 cm.
Dengan ukuran rabat beton seperti di atas, besarnya volume rabat beton secara
8/10/2019 Audit Temuan BPK
38/61
= 0,36 M2
Volume tiap rabat
beton
= t (I + II + I x II)
= x 0,7 (0,1444 + 0,36 +0,1444 x 0,36)
= 0,17 M3
Volume rabat beton
seluruhnya
= 226 x 0,17 M3
= 38,42 M3
Volume rabat beton
dalam RAB
= 98,00 M3
Atas dasar tersebut terdapat Selisih RAB dan rabat beton terpasang sebesar:
= (98,00 38,42) x Rp458.720,00
= Rp27.330.537,60
Permasalahan diatas tidak sesuai dengan:
a. Kontrak No. 660/216.K.DAU/431.202.2/2004, Pasal 2 Dasar Pelaksanaan Pekerjaan,
bahwa pekerjaan harus dilaksanakan oleh Pihak Kedua berdasarkan referensi yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat perjanjian pemborongan
pekerjaan ini, yaitu: (1) gambar/bestek, RKS dengan semua perubahannya sesuai
dengan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
b. Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 Pasal 3 (1) yang berbunyi, Pengadaan
barang/jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip: (a) efisien, berarti pengadaan barang
dan jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk
mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Kondisi di atas telah mengakibatkan kerugian daerah senilai Rp27.330.537,60 dan
8/10/2019 Audit Temuan BPK
39/61
Permasalahan tersebut disebabkan:
a. Ketidakcermatan perencana dalam menyusun rencana anggaran biaya;
b. Pemborong yang dalam melaksanakan pekerjaan tidak memperhatikan ketentuan
kontrak.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut instansi yang bersangkutan menyatakan:
a. Pekerjaan broncaptering diganti kepada pekerjaan penambahan pipa GI 3 sepanjang
30 M dan pipa GI 2 sepanjang 225 M,
b. Sisa kekurangan thrust block sebesar 59,67 M3 ditanam dalam tanah.
Komentar atas komentar instansi :
a. Sampai dengan pemeriksaan berakhir, dokumen pemindahan pekerjaan belum
diterimab. Rabat Beton tidak mungkin ditanam di dalam tanah karena fungsi rabat beton adalah
menyangga jaringan pipa yang muncul dipermukaan.
Rekomendasi BPK-RI
BPK-RI merekomendasikan agar Bupati memerintahkan Kepala Dinas Pemukiman
dan Kebersihan untuk:
a. Menarik kerugian daerah sebesar Rp27.330.537,60 dari CV. Jaya Wijaya dan hasilnya
disetorkan ke Kas Daerah.
b. Memerintahkan pelaksana, pengawas kegiatan dan rekanan untuk
mempertanggungjawabkan pengalihan pekerjaan broancaptering dengan melakukan
pemeriksaan fisik dengan mengikutsertakan Badan Pengawas untuk mengukur
panjang pipa disertai dokumentasi berupa foto sepanjang jalur pemindahan perpipaan.
c. Memerintahkan pelaksana kegiatan untuk menarik kerugian pemindahan
broncaptering tersebut jika pemeriksaan fisik menunjukkan tidak adanya pemindahan
8/10/2019 Audit Temuan BPK
40/61
9. Pekerjaan pengembangan prasarana/sarana Motel Cottage Pasir Putih Tahun 2004
Kabupaten Situbondo dilaksanakan tidak sesuai RAB senilai Rp64.199.000,00
Pemerintah Kabupaten Situbondo pada Tahun 2004 menambah penyertaan modal
pada PD Pasir Putih, dalam bentuk kegiatan pengembangan prasarana/sarana Motel
Cottage Pasir Putih Kabupaten Situbondo. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara
swakelola melalui dua tahap, yaitu Tahap I terdiri dari 19 jenis pekerjaan dengan nilai
sebesar Rp1.250.000.000,00 dan tahap II terdiri dari 12 jenis pekerjaan dengan nilai
sebesar Rp1.500.000.000,00. Pekerjaan tersebut dilakukan oleh Ptj. Pasir Putih sebagai
Direktur dan Bendahara Perusahaan Daerah Pasir Putih sebagai pemegang kas.
Hasil pemeriksaan fisik tanggal 23 September 2005 atas kegiatan pengembangan
prasarana/sarana Motel Cottage Pasir Putih menunjukkan beberapa yang tidak sesuai
dengan RAB yaitu :
No. Nama
Pekerjaan
RAB Cek Fisik Selisih Harga
Satuan
Jumlah
1. 2 3 4 5=3-4 6 7=5x6
Tahap I
1. Pekerjaan
Tenis Court
(Pembuatan
Pagar
Keliling)
432 m2 378 m2 54 m2 106.000,00 5.724.000,00
2. Landscape;
Kesalahan
Penjumlahan
komponen
biaya
120.525.000,00 117.285.000,00 3.240.000,00
3. Children PalyGround
21.200.000,00 Tidak adapekerjaan
21.200.000,00
4. Main Plaza:
Kelapa Sawit
6 unit Tidak ada
pekerjaan
6 unit 2.500.000,00 15.000.000,00
Jumlah Kekuarangan Tahap I 45 164 000 00
8/10/2019 Audit Temuan BPK
41/61
Keramik
40x40
30 dus Tidak ada 30 dus 33.000,00 990.000,00
Keramik
20x25
5 dus Tidak ada 5 dus 32.000,00 160.000,00
Jumlah Kekurangan Tahap II 19.035.000,00
Total Kekuarangan Tahap I + II 64.199.000,00
Terhadap kekurangan pekerjaan tersebut, Pimpinan kegiatan memberi keterangan
bahwa pekerjaan yang tidak dikerjakan dipindahkan ke pekerjaan lain berupa pengurukan
tanah. Namun sampai pemeriksaan berakhir dokumen pengalihan pekerjaan tersebut
belum dapat ditunjukkan/diperoleh.
Kondisi tersebut diatas tidak sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan
Rencana Acuan Kerja (RAK) kegiatan pengembangan prasarana/sarana Motel CottagePasir Putih Tahun 2004 Kabupaten Situbondo.
Kondisi tersebut di atas mengakibatkan penyertaan Pemerintah Kabupaten
Situbondo pada PD Pasir Putih berkurang nilai sesungguhnya sebesar Rp64.199.000,00.
Hal tersebut disebabkan pelaksana kegiatan tidak terbuka dalam mengubah
pekerjaan.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut instansi yang bersangkutan
menyatakan bahwa pekerjaan yang tidak ada di atas telah dialihkan ke pekerjaan urug
pasir sepengetahuan Ptj. Direktur PD Pasir Putih tetapi belum diperoleh dokumen yang
menjelaskan RAB dari pekerjaan yang dialihkan tersebut.
8/10/2019 Audit Temuan BPK
42/61
10. Surat pertanggungjawaban pada dua kegiatan di Bagian Ekonomi dan Bagian
keuangan kurang didukung bukti yang lengkap senilai Rp292.500.000,00
a. Bagian Ekonomi Sosial Sekretariat Daerah
Bagian Ekonomi Sosial pada Tahun Anggaran 2004 menyalurkan dana untuk
korban bencana alam angin lesus di kecamatan Suboh sebesar Rp159.000.000,00,
melalui Camat Suboh diberikan kepada:
- keluarga dengan rumah rusak berat 15 orang @Rp1.000.000,00;
- keluarga dengan rumah rusak ringan 282 orang @Rp500.000,00;
- musholla sebanyak 6 buah @ Rp500.000,00.
Bukti pertanggunjawaban atas pengeluaran tersebut sebagian belum dapat
ditunjukkan pada saat pemeriksaan berakhir, tetapi baru satu kwitansi dari korban
yang menerima Rp500.000,00 dan satu korban lain yang menerima Rp2.000.000,00,
dengan demikian masih terdapat Rp156.500.000,00 yang belum dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Bagian Keuangan
Melalui rekening Jasa Tenaga Kerja Non Pegawai 2.01.003.2.2.02.01.1 tahun
2004 telah dilakukan kegiatan Sosialisasi dan Implementasi tentang Pemotongan,
Pemungutan PPH pasal 21, 22, 23 pasal 4 ayat 2, PPN dan PPh BM dan
Pelaporannya. Kegiatan tersebut dibiayai dengan dana sebesar Rp275.000.000,00
dengan SPMU 4845 tanggal 23 Oktober 2004.
Kegiatan tersebut dikerjakan oleh Cipta Jasatama Consultants berdasarkan
kontrak 960/204/431.002.4/2004 tanggal 23 Agustus 2004. Atas pelaksanaan kegiatan
tersebut bukti pertanggungjawabannya hanya melampirkan kontrak, jadwal, dan
daftar absensi, dan beberapa item biaya tidak ada bukti pertanggungjawabannya,
yaitu:
8/10/2019 Audit Temuan BPK
43/61
angkatan pertama, hari pertama, empat dari lima sesi hanya diisi oleh tiga
orang. Satu sesi lainnya oleh tim. Angkatan kedua seluruh sesi dilakukan oleh
tim. Tidak disebutkan jumlah orang untuk tim tersebut. dan di dalam
pertanggungjawaban tidak ada daftar hadir dan bukti penerimaan honor oleh 8
orang tersebut.
Permasalahan di atas tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun
2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Keuangan Daerah dalam pasal 27 ayat (1) disebutkan bahwa Setiap pembebanan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah harus didukung oleh bukti-bukti yang lengkap
dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.
Pengeluaran yang tidak didukung dengan bukti yang lengkap mengakibatkanpengeluaran-pengeluaran tersebut tidak dapat diyakini kebenarannya.
Hal tersebut disebabkan kelalaian para Pemegang Kas, Pimpinan Kegiatan dalam
memenuhi kelengkapan sahnya bukti pengeluaran dan Sub Bagian Verifikasi yang
kurang cermat dalam meneliti sahnya bukti pengeluaran.
Rekomendasi BPK-RI
BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati melalui Kepala Bagian Perekonomian
dan Kepala Bagian Keuangan agar menegur dan memerintahkan pelaksana kegiatan
menunjukkan surat pertangungjawaban dua kegiatan tersebut dengan bukti yang jelas dan
lengkap.
8/10/2019 Audit Temuan BPK
44/61
11. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jalan berkala tidak sesuai kontrak sebesar
Rp125.440.293,82
Untuk menunjang kegiatan perekonomian, Pemerintah Kabupaten Situbondo
mengalokasikan anggaran untuk perbaikan jalan yang mengalami kerusakan. Kegiatan
perbaikan jalan berupa pemeliharaan tersebut dilakukan oleh Sub Dinas Bina Marga. Sub
Dinas Bina Marga bertugas sebagai perencana, pelaksana kegiatan, dan pengawas
lapangan.
Pemeriksaan fisik tanggal pada 22 September dan 23 September 2005 yang
dilakukan terhadap proyek pemeliharaan Jln. Pokaan-Tanjung Pecinan (Section I dan II),
Jalan Wringin Anom- Duwet dan Jalan Negara Pelabuhan Banongan terdapat
kekurangan pekerjaan, yaitu:
a. Proyek Pemeliharaan Jalan Pokaan Tanjung Pecinan (Section I)
Pekerjaan dilaksanakan oleh CV Kancil Mas, Situbondo berdasarkan kontrak
Nomor 620/141.K.DAK/431.202.5/2004 tanggal 19 Mei 2004 berakhir 15 September
2004 sebesar Rp441.716.000,00. Pekerjaan tersebut terdapat perubahan tambah
kurang pekerjaan yang dituangkan dalam Berita Acara Tambah Kurang Pekerjaan
(CCO) Nomor: 042/KM.48/V/2004 tanggal 21 Mei 2004. Perubahan pekerjaantersebut tidak menyebabkan perubahan nilai kontrak. Perubahan pekerjaan terjadi
pada volume galian tanah untuk konstruksi bertambah 44,44m3, pasangan batu kali
bertambah 59,20m3, volume siaran bertambah 88m2, volume plesteran bertambah
32m2, volume HRS berkurang 677,70m2.
Pekerjaan tersebut telah dibayar lunas kepada rekanan berdasarkan SPMU
Nomor 47/11/2004 tanggal 29 November 2004 sebesar Rp419.630.200,00 dan Nomor
11/12/2004 tanggal 1 Desember 2004 Rp22.085.800,00. Jenis pekerjaan yang
diperiksa aspal beton (HRS) dengan harga Rp26.832,79/m3 dan volume pekerjaan
8/10/2019 Audit Temuan BPK
45/61
Dengan demikian terdapat kekurangan pekerjaan untuk:
HRS (aspal beton) sebesar {(3-2,6) + (3-2,4) + (3-2,5)}/3 X 12.110,30 X3
Rp26.832,79 = Rp54.158.856,12
b. Proyek Pemeliharaan Jalan Pokaan Tanjung Pecinan (Section II)
Pekerjaan dilaksanakan oleh CV Hafas, Situbondo berdasarkan kontrak
Nomor 620/142.K.DAK/431.202.5/2004 tanggal 19 Mei 2004 berakhir 15 September
2004 sebesar Rp309.727.000,00. Pekerjaan tersebut telah dibayar lunas kepada
rekanan dengan SPMU Nomor 34/10/2004 tanggal 19 Oktober 2004 sebesar
Rp294.240.650,00 dan Nomor 22/12/2004 tanggal 3 Desember 2004
Rp15.486.350,00. Jenis pekerjaan yang diperiksa aspal beton (HRS) dengan harga
Rp26.670,00/m3 dan volume pekerjaan berdasarkan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
sebesar 7.685m2. Dari hasil cek fisik diketahui terdapat kekurangan pekerjaan yaitu
tebal rata-rata HRS (lapisan aspal paling atas) 2,5 cm {(2,5+2,4+2,60)/3} dari yang
seharusnya sebesar 3 cm. Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap:
- STA 0+400 sampai dengan 0+600 meter, HRS setebal 2,5 cm
- STA 0+800 sampai dengan 1+000 meter, HRS setebal 2,4 cm
- STA 1+800 sampai dengan 2+000 meter, HRS setebal 2,6 cm
Konfirmasi juga dilakukan terhadap rekanan meminta rincian pengiriman
aspal beton ke lokasi proyek dengan dilampiri fotokopi delivery order. Jawaban
konfirmasi dengan dilampiri fotokopi delivery order menunjukan bahwa jumlah HRS
yang dikirimkan ke lokasi proyek sebesar 198,8 ton. Sedangkan HRS yang
seharusnya diterima berdasarkan Analisa K636 sebesar 508,33 ton (100/1500 X 7.685m2).
Dengan demikian terdapat kekurangan pekerjaan untuk:
HRS (aspal beton) sebesar (0,5/3) X 7.685 X Rp26.670,00 = Rp34.159.825,00
8/10/2019 Audit Temuan BPK
46/61
rekanan dengan SPMU Nomor 26/10/2004 tanggal 18 Oktober 2004 sebesar
Rp345.268.000,00 dan Nomor 38/12/2004 tanggal 4 Desember 2004
Rp18.172.000,00. Jenis pekerjaan yang diperiksa aspal beton (HRS) dengan harga
Rp26.737,22/m3 dan volume pekerjaan berdasarkan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
sebesar 7.491m2. Dari hasil cek fisik diketahui terdapat kekurangan pekerjaan yaitu
tebal rata-rata HRS (lapisan aspal paling atas) 2,46 cm {(2,5+2,4+2,5)/3} dari yang
seharusnya sebesar 3 cm. Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap:
- STA 0+200 sampai dengan 0+400 meter, HRS setebal 2,5 cm
- STA 1+000 sampai dengan 1+200 meter, HRS setebal 2,4 cm
- STA 1+600 sampai dengan 1+800 meter, HRS setebal 2,5 cm
Dengan demikian terdapat kekurangan pekerjaan untuk:
HRS (aspal beton) sebesar (0,54/3) X 7.491 X Rp26.737,22 = Rp36.051.932,70
d. Proyek Pemeliharaan Jalan Wringin Anom - Duwet
Pekerjaan dilaksanakan oleh CV Gramedia, Situbondo dengan kontrak Nomor
620/145.K.DAK/431.202.5/2004 tanggal 19 Mei 2004 berakhir 15 September 2004
sebesar Rp345.071.000,00. Pekerjaan tersebut telah dibayar lunas kepada rekanan
dengan SPMU Nomor 9/9/2004 tanggal 10 September 2004 sebesar
Rp327.817.450,00 dan Nomor 24/12/2004 tanggal 3 Desember 2004
Rp17.253.550,00. Jenis pekerjaan yang diperiksa aspal beton (HRS) dengan harga
Rp26.742,00/m3 dan volume pekerjaan berdasarkan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
sebesar 5.519,80m2. Dari hasil cek fisik diketahui terdapat pekerjaan pemindahan
burtu ke HRS atau HRS ke burtu, selain itu pada STA6800 sampai STA7000 tidak
terdapat HRS yang seharusnya dihampar dengan volume 40m2.
Dengan demikian terdapat kekurangan pekerjaan untuk:
HRS (aspal beton) sebesar 40 X Rp26.742,00 = Rp1.069.680,00.
8/10/2019 Audit Temuan BPK
47/61
Dengan demikian total kekurangan pekerjaan pada kegiatan pemeliharaan jalan
adalah sebesar Rp125.440.293,82 (Rp54.158.856,12 + Rp36.051.932,70 +
Rp34.159.825,00 + Rp1.069.680,00).
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Masing-masing kontrak perjanjian Pasal 2 ayat (1)) antara lain disebutkan pekerjaan
dilaksanakan sesuai gambar/bestek, RKS dengan semua perubahannya sesuai dengan
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.b. RAB dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) pada masing-masing jalan adalah 3
cm.
Kondisi tersebut di atas mengakibatkan kerugian daerah sebesar Rp125.440.293,82
(Rp54.158.856,12 + Rp36.051.932,70 + Rp34.159.825,00 + Rp1.069.680,00).serta
mengurangi masa manfaat serta umur teknis jalan yang dibangun.
Hal tersebut terjadi karena:
a. Kelalaian pengawas lapangan dalam mengerjakan tugasnya serta tidak dilakukannya
pengambilan sampel jalan.
b. Sistem pengawasan pekerjaan di Dinas yang kurang baik
c. Adanya itikad tidak baik dari kontraktor yang bersangkutan.
Dinas Bina Marga dan Pengairan menyatakan:
- Berdasarkan Buku Spesifikasi Umum Jalan Kabupaten yang dikeluarkan oleh
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga Edisi Maret 1992 Bab
6.6 hal 50 bahwa dalam penghamparan HRS yang diijinkan adalah adalah 2,5 3 cm.
- Pada Jalan Wringin Anom Duwet tidak tampak karena HRS dilapisi lagi dengan
8/10/2019 Audit Temuan BPK
48/61
8/10/2019 Audit Temuan BPK
49/61
12. Terdapat perbedaan kekurangan pekerjaan dalam laporan pelaksanaan harian
pada beberapa proyek pemeliharaan berkala sebesar Rp34.712.388,00
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Situbondo dalam Tahun Anggaran
2004 memperoleh anggaran biaya pemeliharaan jalan dengan nomor rekening
2.15.0001.2.04.01.02.2 sebesar Rp5.484.591.400,00 dan telah direalisasikan sebesar
Rp5.484.591.400,00. Alokasi anggaran tersebut di atas diantaranya untuk pekerjaan
pemeliharaan berkala Jl. Curahkalak-Sopet, Jl. Pokaan-Tanjung Pecinan (SecI), Jl.Pokaan-Tanjung Pecinan (SecII), Jl. Sumberkolak-Kotakan (Sec I), Jl. Kendit-Klatakan,
Jl. Kesambirambak-Tokelan (Sec I), Jl. Jetis-Widoropayung, .Pekerjaan tersebut telah
selesai dan dibayar lunas kepada rekanan.
Pemeriksaan terhadap dokumen laporan pelaksanaan harian proyek pemeliharaan
berkala jalan tersebut menunjukan bahwa tidak terdapat aspal yang diterima selama
pelaksanaan proyek, dan berdasarkan konfirmasi kepada rekanan CV. Hidup Sejati
tanggal 19 September 2005. Surat konfirmasi meminta rincian pengiriman aspal beton ke
lokasi proyek tidak diperoleh. Pemeriksaan cek fisik tidak dilakukan karena tipisnya
aspal yang dihampar di bawah lapisan HRS. Pengecekan hanya mungkin dengan
pengecekan laboratorium yang tidak mungkin dilakukan karena peralatan yang tidak
memadai.
Dengan demikian terdapat kekurangan pekerjaan untuk:
a. Jln. Curahkalak Sopet
Berdasarkan RAB, volume pekerjaan yang menggunakan bahan aspal adalah 100,14
dengan analisa K528 dan 9335,50 dengan analisa K641. Untuk analisa K528 setiap
45 m2 digunakan aspal 180 kg. Sedangkan analisa K641 setiap 900m2 digunakan
aspal 360 kg. Jadi terdapat volume kekurangan aspal sebesar {(180/45 x
100,14}ditambah {(360/900) x 9335,50} sama dengan 4.134,76 kg. Harga setiap 1 kg
8/10/2019 Audit Temuan BPK
50/61
setiap 45 m2 digunakan aspal 180 kg. Sedangkan analisa K636 setiap 1500m2
digunakan aspal 600 kg. Jadi terdapat volume kekurangan aspal sebesar {(180/45 x
26,70}ditambah {(600/1500) x 12.494,60} sama dengan 5.104,64 kg. Harga setiap 1
kg aspal sama dengan Rp2.700,00. Jadi kekurangan pekerjaan sama dengan 5.104,64
X 2.700,00 = Rp13.782.528,00
c. Jln Sumberkolak Kotakan Section I
Berdasarkan RAB, volume pekerjaan yang menggunakan bahan aspal dengan analisa
K528 adalah 5,76 dan dengan analisa K636 adalah 8.985. Untuk analisa K528 setiap45 m2 digunakan aspal 180 kg. Sedangkan analisa K636 setiap 1500m2 digunakan
aspal 600 kg. Jadi terdapat volume kekurangan aspal sebesar {(180/45 x
5,76}ditambah {(600/1500) x 8.985} sama dengan 3.617,04 kg. Harga setiap 1 kg
aspal sama dengan Rp2.700,00. Jadi kekurangan pekerjaan sama dengan 3.617 X
2.700,00 = Rp9.766.008,00
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. RAB dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) pada masing-masing kontrak
perjanjian Pasal 2 ayat (1)) antara lain disebutkan pekerjaan dilaksanakan sesuai
gambar/bestek, RKS dengan semua perubahannya sesuai dengan Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan.
Kondisi tersebut di atas mengakibatkan kerugian daerah sebesar Rp34.712.388,00
(Rp11.163.852,00 + Rp13.782.528,00 + Rp9.766.008,00).
Hal tersebut disebabkan oleh :
a. Sistem pengawasan dari Sub Dinas Bina Marga kurang teliti dalam melakukan
pengawasan
R k d i BPK RI
8/10/2019 Audit Temuan BPK
51/61
Rekomendasi BPK-RI
BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati melalui Kepala Dinas Bina Marga dan
Pengairan agar:
a. Menarik kerugian daerah dari kontraktor pelaksana sebesar Rp34.712.442,00 dan
menyetorkan hasilnya ke Kas Daerah.
b. Menegur Kepala Bidang Bina Marga dan pelaksana serta pengawas kegiatan karena
kelalaiannya dalam melakukan pengawasan.
13 K l h A li HPS B j g K t G l i P d P k P mb t
8/10/2019 Audit Temuan BPK
52/61
13. Kesalahan Analisa HPS Bronjong Kawat Galvanis Pada Proyek Pembuatan
Tangkis Kali Memboroskan Daerah Sebesar Rp69.349.000,00
Pada Tahun Anggaran 2004 Bidang Pengairan pada Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Situbondo merealisasikan Biaya Pemeliharaan Irigasi sebesar
Rp3.336.465.500,00 dan diantaranya dimanfaatkan untuk membiayai pembuatan tangkis
kali. Pemeriksaan secara uji petik dilakukan terhadap empat pekerjaan pembuatan tangkis
kali, yaitu:a. Pembuatan Tangkis Kali Deliwung (Section I) di Kecamatan Besuki.
Pelaksana kontrak CV. Jaya Abadi berdasarkan kontrak Nomor
610/77.K.DAU/431.202.3/2004 tanggal 19 Mei 2004 dengan nilai kontrak sebesar
Rp397.107.000,00,
b. Pembuatan Tangkis Kali Klatakan Desa Talempong di Kecamatan Banyuglugur.
Pelaksana Kontrak CV. Dua Tujuh berdasarkan kontrak Nomor
610/30.SPK/431.202.3/2004 dengan nilai kontrak sebesar Rp283.575.000,00,
c. Pembuatan Tangkis Kali Klatakan Desa Banyuglugur di Kecamatan Banyuglugur.
Pelaksana Kontrak CV. Duta Utama berdasarkan SPK Nomor
610/32.SPK/431.202.3/2004 tanggal 17 Maret 2004,
d. Pembuatan Tangkis Kali Patemon Kecamatan Jati Banteng.
Pelaksana Kontrak CV. Karya Persada berdasarkan kontrak Nomor
610/75.K.DAU/431.202.3/2004.
Dari ke empat pelaksanaan pekerjaan tersebut terdapat rincian pekerjaan pasangan
bronjong kawat galvanis diameter 4 mm yang tidak ada standarnya. Padahal dalam
analisa pekerjaan 1 M3membutuhkan bronjong kawat galvanis diameter 4 mm sebesar
Rp17 kg. Kepala Bidang Perencanaan dan Perencana kontrak tidak dapat menunjukkan
8/10/2019 Audit Temuan BPK
53/61
Permasalahan tersebut tidak sesuai dengan:
8/10/2019 Audit Temuan BPK
54/61
Permasalahan tersebut tidak sesuai dengan:
a. Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 Pasal 3 (1) yang berbunyi, Pengadaan
barang/jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip: (a) efisien, berarti pengadaan barang
dan jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk
mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan dapat
dipertanggungjawabkan;
b. Lampiran I Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Penyusunan Harga
Perhitungan Sendiri (HPS), Perhitungan HPS harus dilakukan dengan cermat,dengan menggunakan data dasar dan mempertimbangkan: analisis harga satuan
pekerjaan yang bersangkutan.
Permasalahan tersebut mengakibatkan pemborosan keuangan daerah sebesar
Rp69.349.000,00.
Permasalahan tersebut disebabkan karena bagian perencanaan tidak berusaha
mencari standar analisa bronjong yang meyakinkan dalam menyusun analisa harga
perhitungan sendiri (HPS).
Rekomendasi BPK-RI
BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati melalui Kepala Dinas Bina Marga dan
Pengairan menegur dan memerintahkan Bagian Perencanaan untuk mencari analisa
pekerjaan bronjong ke instansi yang berkompeten
8/10/2019 Audit Temuan BPK
55/61
Dari tabel terlihat bahwa terjadi kekurangan semen dari yang seharusnya dipasang
8/10/2019 Audit Temuan BPK
56/61
j g y g y p g
sebesar 7.534 zak 6.930 zak = 604 zak. Sedangkan kekurangan batu sebesar 2.718 m3
2.710 m3 = 8 m3. Kekurangan pemasangan ini mengakibatkan volume pekerjaan yang
dilakukan yaitu pasangan batu kali, siaran dan plesteran kurang dari yang seharusnya
seperti tercantum di dalam rencana anggaran biaya. Lebih lanjut, kekurangan volume
pekerjaan ini mengakibatkan kualitas pekerjaan menjadi menurun.
Di dalam rencana anggaran biaya, perhitungan biaya swakelola sebesar
Rp1.000.000.000,00 dilakukan tanpa menunjukkan volume pekerjaan yang akandilakukan, tetapi dilakukan dengan menunjukkan bahan dan tenaga yang dibutuhkan.
Dengan kekurangan bahan yang dipasang, maka sisa bahan yang bisa dipesan untuk
pencapaian 100%, bukan dengan mengurangkan bahan yang dibeli ke bahan yang
seharusnya diadakan dalam RAB, tetapi berdasarkan pekerjaan yang belum diselesaikan.
Hal tersebut dapat dijelaskan dengan tabel berikut ini:
Pekerjaan Sisa pekerjaanBahan yang masih
dibutuhkan
Semen Batu
Koefisien Jumlah Koefisien Jumlah
Siaran 421 0,11 46,31 0,00 0,00
Plesteran 85 0,16 13,60 0,00 000Jumlah 59,91 0,00
Dibulatkan 60,00 0,00
Bahan RAB Telah Sisa RAB
Diadakan
Semen 7.597 6.930 604
Batu 2.718 2.710 8
D i t b l di t ih d t di d l h 59 91 t 60 k b k
8/10/2019 Audit Temuan BPK
57/61
- Semen = (604 - 60) zak x Rp35.200,00/zak = Rp19.148.800,00
- Batu kali = ( 8 0) m3 x Rp56.650/m3 = Rp 453.200,00
= Rp19.602.000,00
Pengadaaan barang yang tidak sesuai kebutuhan tersebut di atas tidak sesuai dengan
Kepres RI No 80 Tahun 2003 Bab I pasal 3 ayat f yang menyatakan bahwa pengadaan
barang wajib diselenggarakan secara akuntabel, mencapai sasaran fisik sesuai prinsip-prinsip dan ketentuan yang berlaku.
Kekurangan pengadaan semen dan batu di atas disebabkan oleh kurangnya kontrol
pemakaian bahan.
Kekurangan tersebut mengakibatkan kualitas tangkis yang dibangun kurang sesuai
dengan persyaratan teknis yang diperlukan.
Rekomendasi BPK-RI
BPK merekomendasikan kepada Bupati melalui Kepala Dinas Bina Marga dan
Pengairan untuk:
- Menegur dan memerintahkan pelaksana kegiatan swakelola untuk menjelaskan
kekurangan tersebut dengan bukti yang lengkap dan jelas,
- Menurunkan pagu kegiatan swakelola sejumlah Rp19.602.000,00 jika pelaksana
kegiatan tidak bisa menjelaskan kekurangan tersebut.
LAMPIRAN I
8/10/2019 Audit Temuan BPK
58/61
PENGELUARAN BANTUAN PROFESI TAHUN 2004 DAN 2005
TAHUN 2004No. No/Tgl SPMU Keterangan Jumlah (Rp)
1 3120/02-08-2004 Muspida 12.000.000,00
2 1573/01-05-2004 Muspida 12.000.000,00
3 1326/01-08-2004 Muspida 12.000.000,00
4 4968/01-11--2004 Muspida 13.000.000,00
5 2635/01-07-2004 Muspida 12.000.000,00
6 4011/06-09-2004 Muspida 12.000.000,00
7 5588/02-12-2004 Muspida 13.000.000,00
8 1074/06-04-2004 Muspida 12.000.000,00
9 427/02-03-2004 Muspida 12.000.000,00
10 169/09-02-2004 Muspida 12.000.000,00
11 3126/02-08-2004 Muspida 12.000.000,00
12 04/14-01-2004 Muspida 12.000.000,00
Jumlah 134.000.000,00
TAHUN 2005
No. No/Tgl SPMU Keterangan Jumlah (Rp)1 743/26-04-2005 Muspida 7.000.000,00
2 1143/01-06-2005 Muspida 6.500.000,00
3 1606/01-07-2005 Muspida 6.500.000,00
Jumlah 20.000.000,00
TAHUN 2004
No No/Tgl SPMU Belum Jelas SPJ-nya Jumlah (Rp)
1 1315/23-4-2004 Insentif Pos Kamla TW I & II 9.000.000,00
2 1841/15-05-2004 Porwosi 26.000.000,00
3 Bakti Sosial 25.000.000,004 Bakti Sosial 30.000.000,00
5 Ketua Tim PKK 26.000.000,00
6 Bakti Sosial 18.000.000,00
7 Profesi Lainnya 50.000.000,00
8 3381/05-08-2004 Kegiatan Koordinasi Kesejahteraan Sosial(K3S) 25.000.000,00
9 Tim Penggerak PKK 12.000.000,00
10 Lomba PAK 30.000.000,00
11 4211/10-09-2004 Tokoh Masyarakat, Ulama dll. 150.000.000,00
12 Operasi Ketupat 15.000.000,00
13 4849/23-10-2004 Pos Kamla 16.500.000,00
14 Untuk PKB 22.000.000,00
15 4735/16-10-2004 Tokoh Masyarakat, Ulama dll. 55.000.000,00
16 16/16-01-2004 Profesi lainnya 100.000.000,00
TAHUN 2004
8/10/2019 Audit Temuan BPK
59/61
TAHUN 2004
No/Tgl SPMU Salah beban Jumlah (Rp)
1 987/01-04-2004 Penunjang Pemilu Kesbanglinmas 577.043.500,00
2 920/31-03-2004 Kegiatan Pemilu 116.485.000,00
3 Operasi Pemilu 10.000.000,00
4 4122/09-09-2004 Dana Penunjang Pemilu 750.000.000,00
5 2442/14-06-2004 Transpts & Uang Kehormtn KPU 339.075.000,00
6 4186/10-09-2004 Kampanye Pilpres 617.261.800,00
7 199/11-02-2004 Penunjang Pemilu 1.135.523.000,00
8 Operasional Bupati 25.000.000,00
9 Operasional Bupati 18.000.000,00
10 Operasional Bupati 30.000.000,00
11 Operasional Bupati 50.000.000,00
12 1780/11-05-2004 Pengajuan Anggaran KPU 45.725.000,00
13 2669/01-07-2004 Pilpres 286.644.000,00
14 Ketua DPRD ke Taiwan 3.500.000,00
15 Bupati Ke Taiwan 13.628.300,00
16 Bupati ke Taiwan 5.000.000,00
17 124/04-02-2004 Penyediaan Data Makro Bhn Penyusunan DAU 150.000.000,00
Jumlah 4.448.135.600,00
TAHUN 2005No No/Tgl SPMU Salah beban Jumlah (Rp)
1 180/30-03-2005 Pilkada 150.000.000,00
2 0343/08-04-2005 Pilkada 150.000.000,00
3 0385/08/04/2005 Pilkada 150.000.000,00
4 429/07-04-2005 Pilkada 150.000.000,00
5 434/08-04-2005 Pilkada bagian bulan januari-maret 59.500.000,00
6 577/13-04-2005 Pilkada 149.998.000,00
7 748/26-04-2005 Operasional Kodim April-Juni 25.000.000,00
8 Operasional Bupati 25.000.000,00
9 Yang ikelola Bupati 25.000.000,00
10 Operasional Bupati 18.000.000,00
11 Operasional Bupati 25.000.000,00
12 Operasional Bupati 50.000.000,00
13 Operasional Bupati 17.000.000,00
14 Pelantikan Pejabat Bupati 56.485.000,00
15 1068/27-05-2005 Pilkada bagian bulan mei-juni 897.528.525,00
16 1424/14-06-2005 Pengamanan Kampanye Pilkada 8.500.000,0017 1437/15-06-2005 Pengamanan Pilkada 595.727.920,00
18 1423/14-06-2005 Pengamanan Pilkada 12.500.000,00
19 1407/13-06-2005 Kampanye Pilkada 82.794.000,00
20 696/20-04-2005 Penyediaan Data Makro Bhn Penyusunan DAU Th 2006 40.000.000,00
Jumlah 2 648 033 445 00
8/10/2019 Audit Temuan BPK
60/61
8/10/2019 Audit Temuan BPK
61/61
58
LAMPIRAN II
Perhitungan Kelebihan Biaya yang Timbul Karena Kesalahan Analisa HPS
No Pekerjaan Kontrak Pelaksana
Kontrak
Volume Standar
Ditetapkan
hasil
cek
Selis ih Seli si h
Volume
Harga
Satuan
Nilai
1. Pembuatan Tangkis KaliKlatakan Desa Talempong 610/30.SPK/431.202.3/2004 CV. Dua Tujuh 828 17 15 2
1.656,00 9.000,00 14.904.000,00
2. Pembuatan Tangkis KaliKlatakan Desa Banyuglugur 610/32.SPK/431.202.3/2004 CV. Duta Utama 690 17 15 2
1.380,00 9.000,00 12.420.000,00
3. Pembuatan Tangkis Kali
Deliwung (Section I) 610/77.K.DAU/431.202.3/2004 CV. Jaya Abadi 1330 17 15 2
2.660,00 8.450,00 22.477.000,00
4. Pembuatan Tangkis KaliPatemon 610/75.K.DAU/431.202.3/2004
CV. KaryaPersada 1086 17 15 2
2.172,00 9.000,00 19.548.000,00
Jumlah 3934 7.868,00 69.349.000,00
Top Related