_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 1
LAPORAN SEMESTER 1 (SATU) TAHUN 2008
”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA
YANG SEHAT”
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 2
KATA PENGANTAR Lahirnya UU No. 5/1999 merupakan antitesa dari kondisi ekonomi pasar yang inefisien. Keadaan tersebut perlu diperbaiki dengan mengimplementasikan UU Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Upaya untuk mengimplementasikan hukum tersebut membutuhkan sebuah lembaga yang mengawasi sekaligus mendorong kondisi perekonomian pasar yang sehat di negeri ini. Internalisasi dan sosialisasi nilai-nilai persaingan usaha, merupakan kerja awal bagi lembaga yang diberi amanat untuk mengawasi pelaksanaan UU No. 5/1999. Upaya advokasi telah dilakukan secara maksimal pada masa-masa awal lahirnya KPPU. Saat ini, diusianya yang kedelapan tahun, KPPU sudah tidak lagi hanya bergerak diwilayah kerja advokasi. Proses penguatan kelembagaan menjadi salah satu tugas besar diusianya yang telah sewindu ini. Peningkatan kinerja dan kredibilitas mendorong pada peningkatan eksistensi KPPU. Hal ini dibuktikan dengan adanya upaya harmonisasi kebijakan persaingan dibeberapa sektor, meningkatnya jumlah saran dan pertimbangan yang diberikan kepada pemerintah, dilakukannya pembahasan UU No. 5/1999 dan penyusunan pedoman pelaksanaannya. Dibidang kerjasama kelembagaan, KPPU berupaya untuk menyusun kebijakan diforum internasional. Kerjasama antar lembaga memberikan kontribusi besar bagi kemajuan lembaga melalui pertukaran ilmu dan informasi. Upaya-upaya yang telah dilakukan KPPU diharapkan dapat menguatkan kelembagaan yang telah dibentuk sejak tahun 2000. Eksistensi dan kinerja KPPU selama sewindu telah dirasakan oleh stakeholder KPPU. Pelaku usaha mulai memahami dan sadar akan hukum persingan usaha. Sejalan dengan pemahaman pelaku usaha terhadap UU No. 5/1999, jumlah laporan/pengaduan masyarakat tentang pelanggaran terhadap Undang-undang tersebut pun kian meningkat. Lebih dari seratus laporan telah diterima KPPU sejak bulan Januari hingga Juni tahun 2008. Beberapa Putusan KPPU telah dilaksanakan dan sejumlah Putusan telah dikuatkan oleh Mahkamah Agung. Disamping itu, konsumen juga telah ikut merasakan manfaat atas keberadaan KPPU. Pilihan atas produk dan jasa yang ditawarkan semakin meningkat, baik dari segi harga maupun kualitas pelayanannya. Indikator tersebut diatas merupakan bukti tingginya kepercayaan masyarakat terhadap KPPU. Tetapi, kedepan tantangan yang dihadapi KPPU akan jauh lebih besar. Kendala yang dihadapi adalah menjaga dan mempertahankan integritas KPPU demi menjaga amanat yang telah diberikan oleh Undang-undang. Tantangan dan kendala tersebut menjadi pendorong lembaga ini untuk bersatu memberikan kinerja secara maksimal bagi masyarakat. Tekad ini harus dibuktikan dalam Tahun Implementasi Persaingan Usaha yang Sehat.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 3
PENDAHULUAN
epat pada tahun ini, KPPU genap berusia 8 (delapan) tahun yang merupakan tahun implementasi persaingan usaha. Dalam usia yang relatif belia untuk sebuah lembaga di Indonesia, KPPU telah memberikan andil yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat,
dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat. Cita-cita mulia ini dipupuk semenjak tahun 2000 silam dimana lembaga ini dibentuk setahun setelah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat disahkan. Sebagai catatan, undang-undang ini merupakan satu-satunya undang-undang yang dihasilkan atas inisiatif DPR. Pada awal pendiriannya, KPPU mengemban tugas yang teramat berat dalam menghadapi dinamisnya dunia usaha dan ditengah situasi krisis multidimensi yang menyelimuti Indonesia waktu itu. Saat itu arus konflik dunia usaha Indonesia sangat kuat. Praktek persaingan usaha yang tidak sehat dianggap jamak dan lumrah. Hal ini diperparah dengan adanya perselingkuhan kekuasaan dan dunia usaha yang marak. Dalam situasi inilah KPPU lahir sebagai pengawas persaingan usaha. Untuk menjalankan tugasnya dengan baik, undang-undang memberikan amunisi berupa kewenangan yang luas kepada KPPU. Selain itu, KPPU juga diberikan rentang waktu yang terbatas dalam menangani suatu perkara, hal ini bertujuan untuk dapat menjamin kepastian berusaha. Dalam pelaksanaan undang-undang ini, KPPU dapat menangani perkara berdasarkan pada dua mekanisme kerjanya yaitu berdasarkan laporan yang masuk ke KPPU ataupun atas inisiatif KPPU dalam melihat fenomena yang terjadi dalam dunia usaha. Keputusan yang dihasilkan KPPU bersifat mengikat, tetapi tidak final, sebab masih dimungkinkan kepada pihak terlapor untuk mengajukan keberatan atas putusan KPPU kepada pengadilan negeri tempat terlapor berdomisili, bahkan proses hukum ini juga dapat berlangsung hingga tingkat Mahkamah Agung. Proses tersebut menunjukkan bahwa terdapat fungsi kontrol yang berimbang dalam mengimplementasikan penegakkan hukum persaingan usaha.
B A B
1
T
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 4
Independensi KPPU Jika ditinjau dari struktur kelembagaannya, KPPU merupakan lembaga yang sangat independen yang terbebas dari segala bentuk intervensi dari pihak manapun. Tentu saja hal ini mutlak diperlukan untuk dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menggawangi praktek usaha di Indonesia. Saat ini, KPPU dinakhodai oleh 13 anggota komisioner yang bertugas untuk mengawasi pelaksanaan Undang-undang No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Keanggotaan KPPU, didalamnya sudah termasuk seorang ketua dan wakil ketua yang setiap tahun diadakan pemilihan secara demokratis untuk mengisi kedua posisi tersebut. Dalam melaksanakan tugasnya, KPPU bertanggung jawab langsung kepada Presiden, hasil kerjanya dilaporkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Namun dalam prakteknya, independensi KPPU sering dipertanyakan dan menjadi celah bagi pelaku usaha dalam upaya meloloskan diri dari proses hukum. Sebenarnya Undang-undang nomor 5 tahun 1999 telah dengan sangat rinci membahas tentang status dan independensi KPPU. Dengan demikian, keputusan KPPU mengawasi praktek persaingan usaha serta kasus-kasus yang menjadi perkara sampai adanya suatu putusan atau vonis sebenarnya sangat terukur dengan independensi dan integritas yang tinggi. Tantangan Kedepan Dalam kiprahnya sebagai lembaga pengawas, KPPU menjalankan fungsinya dalam menegakkan hukum persaingan usaha. Upaya penegakan hukum tersebut dilakukan bukan dengan melalui jalan yang mulus dan tanpa hambatan, melainkan melalui tanjakan terjal yang harus ditempuh, terlebih isu hukum persaingan usaha masih terbilang barang baru di negeri ini. Selama delapan tahun ini, KPPU tergolong aktif melaksanakan tugas dan wewenangnya. Tetapi yang perlu dievaluasi secara singkat kali ini adalah dampak UU Antimonopoli yang secara langsung maupun tidak langsung telah dirasakan manfaatnya oleh dunia usaha dan masyarakat luas. Sejarah mencatat bahwa prestasi pertama yang ditorehkan lembaga ini adalah sanggup menghasilkan putusan pada tahun awal berdirinya, dimana untuk ukuran negara maju sekalipun membutuhkan waktu sedikitnya lima tahun untuk dapat memutus satu perkara persaingan usaha. Selain itu, terdapat sederet prestasi emas lain yang pernah ditorehkan KPPU untuk bangsa ini, coba saja kita tengok beberapa kasus besar, diantaranya penjualan saham Indomobil yang sangat menyita perhatian publik pada saat itu, belum lagi berakhirnya era penerbangan ”mahal”, dimana kala itu KPPU memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah tentang industri penerbangan di tanah air yang hasilnya bisa kita rasakan sampai sekarang, yaitu ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan moda tranportasi udara sebagai alternatif melakukan perjalanan yang tentu saja faktor keamanan dan keselamatan tidak boleh diabaikan dengan pengawasan yang ketat dari pemerintah sebagai regulator. Contoh lainnya adalah, terbongkarnya persekongkolan dalam penjualan 2 unit tanker pertamina (VLCC) yang sangat banyak merugikan keuangan negara. Kasus VLCC ini berujung dengan beberapa pejabat negara dalam proses hukum.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 5
Tak kalah hebohnya ketika KPPU berhasil membongkar praktek persaingan usaha tidak sehat dalam industri telekomunikasi yang dilakukan oleh Temasek Holdings yang merupakan salah satu BUMN negara Singapura, Dalam perkara tersebut, Temasek mempunyai kepemilikan silang di dua operator telekomunikasi yang mengakibatkan kerugian bagi konsumen). Perkara lain berupa kartel kesepakatan tarif penggunaan jasa sms (short messaging services) yang dilakukan oleh sejumlah operator telekomunikasi berhasil dibongkar pula oleh KPPU.) Disamping itu, terdapat perkara-perkara yang telah inkracht maupun yang telah dibayar dendanya oleh terlapor kepada negara, diantaranya Carefour dengan trading terms-nya serta exclusive dealing PT. Telkom dan Garuda Indonesia yang pada tahun 2007 menerima dan melaksanakan Putusan KPPU. Kemenangan KPPU atas tiga pemain besar tersebut menambah daftar panjang Putusan KPPU dengan kekuatan hukum tetap. Putusan KPPU No. 02/KPPU-L/2005 terkait dengan perkara Carrefour mengenai pemberlakuan syarat-syarat perdagangan (trading terms). Para pemasok merasa dirugikan atas pemberlakuan trading terms oleh Carrefour karena setiap tahunnya terdapat penambahan jenis item serta menaikkan biaya dan persentase fee trading terms. Carrefour juga tidak membedakan antara pemasok berskala besar dan pemasok berskala kecil dalam hal pemberlakuan syarat-syarat dagang tersebut. Adanya trading terms melahirkan diskriminasi karena terjadi penguasaan pasar yang dilakukan oleh Carrefour. Pelaku usaha lain dihalangi untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan. Oleh karenanya, Majelis Komisi mengenakan Pasal 19 huruf a mengenai Penguasaan Pasar dan mengenakan denda kepada Carrefour sebesar Rp 1.500.000.000,- (satu milyar lima ratus juta rupiah). Upaya Carrefour mengajukan banding ke Pengadilan Negeri ditolak oleh Majelis hakim. Sama halnya dengan Pengadilan Negeri, Mahkamah Agung pun mematahkan usaha kasasi Carrefour dan kembali menguatkan Putusan KPPU. Sejak saat itu, Carrefour mematuhi Putusan KPPU serta membayarkan hukuman dendanya kepada negara. Pemain besar lainnya yang terjerat pasal oleh KPPU adalah Telkom. Telkom menutup akses layanan kode akses milik operator lain yang ada di wartel dan mengalihkannya ke kode akses 017 miliknya. Telkom terbukti menghalangi provider SLI (Sambungan Langsung Internasional) lainnya untuk masuk bersaing pada pasar bersangkutan yang sama (entry barrier). Berdasarkan pelanggaran tersebut, maka Majelis Komisi melalui Putusan No. 02/KPPU-I/2004 menjerat Telkom dengan Pasal 15 ayat (3) huruf b dan juga Pasal 19 huruf a dan b. Telkom terbukti melakukan perjanjian tertutup dan sekaligus penguasaan pasar sehingga mengakibatkan kerugian bagi konsumen serta pelaku usaha lain. Meskipun upaya banding Telkom ke Pengadilan Negeri dikabulkan, namun upaya kasasi yang dilakukan KPPU ke Mahkamah Agung berhasil membatalkan Putusan Pengadilan Negeri. Kemenangan akhirnya kembali pada pihak KPPU dalam upayanya menegakkan UU No. 5/1999. Berdasarkan hasil Putusan KPPU, Telkom bersedia menbatalkan seluruh perjanjian kerjasama dengan 130.000 penyelenggara wartel. Lain halnya dengan Garuda Indonesia yang dikenai beberapa pasal oleh KPPU, Garuda terbukti bersalah melanggar Pasal 14 mengenai Integrasi Vertikal dan Pasal 15 ayat (2) mengenai Exclusive Dealing. Garuda melakukan perjanjian eksklusif dengan anak perusahaannya (PT. Abacus Indonesia) untuk membangun sistem dual access sehingga menyebabkan pemesanan tiket domestik dan internasional hanya dapat dilakukan dengan menggunakan sistem Abacus. Tindakan Garuda tersebut mengakibatkan sistem reservasi penerbangan yang
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 6
lain tidak dapat bersaing di pasar yang sama. Selain pelanggaran tersebut, ditemukan pula bahwa Direksi Garuda Indonesia juga terbukti menduduki jabatan sebagai Komisaris PT. Abacus Indonesia. Hal tersebut tidak diperbolehkan dalam UU No. 5/1999 karena kedua perusahaan itu sama-sama bergerak dibidang penerbangan. Atas pelanggaran ini, KPPU kembali menjerat Garuda dengan Pasal 26 mengenai Jabatan Rangkap. Meskipun upaya keberatan yang diajukan Garuda dikabulkan oleh Pengadilan Negeri, namun pada tingkatan kasasi, Mahkamah Agung menguatkan Putusan KPPU. Pada akhirnya, Garuda Indonesia memenuhi semua sanksi yang dikenakan KPPU dan bersedia membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). Sanksi pemberian denda tidak hanya terhenti pada pemain besar saja. Pada tahun 2007, jumlah denda yang dibayarkan pelaku usaha sebesar Rp 2.642.146.666,- (dua milyar enam ratus empat puluh dua juta seratus empat puluh enam ribu enam ratus enam puluh enam rupiah), sedangkan jumlah denda yang diterima negara sejak awal hingga pertengahan tahun 2008 ini meningkat menjadi Rp 4.160.000.000,- (empat milyar seratus enam puluh juta rupiah). Hal ini membuktikan bahwa dalam perkembangannya Putusan KPPU diterima dan dipatuhi oleh para pelaku usaha. Selain contoh-contoh kasus besar diatas, KPPU juga menangani kasus-kasus yang 70% didominasi oleh perkara tender yang terjadi dihampir seluruh wilayah RI. Dampak UU Antimonopoli sudah sangat terasa bagi pelaku usaha. Dalam hal ini, UU antimonopoli tidak memperbolehkan para plaku usaha menjalankan usaha dengan cara tidak fair atau menjalankan usaha merugikan pesaingnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Selanjutnya pelaku usaha harus serius bersaing secara sehat dengan kompetitornya. Dalam kerangka persaingan usaha yang sehat, setiap pelaku usaha tidak tahu persis apa yang dilakukan oleh kompetitornya. Untuk dapat tetap eksis, maka dalam kondisi ini secara alamiah dan dengan segala kreatifitasnya, setiap pelaku usaha akan melakukan berbagai inovasi dan perbaikan terhadap produknya untuk menghasilkan kualitas yang lebih baik, harga yang lebih murah dan memberikan pelayanan yang terbaik untuk merebut konsumen. Sejalan dengan hal diatas, dampak UU Antimonopoli bagi masyarakat (konsumen) sangat dirasakan khususnya dalam tahun implementasi persaingan usaha ini. Dengan adanya persaingan usaha yang sehat antara pelaku usaha, masyarakat mempunyai posisi tawar yang jauh lebih baik. Dalam mengkonsumsi suatu produk, dengan adanya persaingan, maka akan tersedia produk dengan kualitas terbaik, harga yang wajar dalam berbagai ragam pilihan. Dewasa ini yang perlu disadari, bahwa maju tidaknya perkembangan hukum persaingan usaha di Indonesia juga tergantung kepada proses penanganan perkara baik di KPPU, Pengadilan Negeri, maupun di MA. Jadi, dapat disimpulkan, bahwa selama delapan tahun UU Antimonopoli diberlakukan telah merubah perilaku pelaku usaha dalam menjalankan usahanya, yaitu pelaku usaha didorong menjalankan usahanya secara fair dan melakukan efisiensi dan inovasi-inovasi untuk mampu bersaing dan untuk merebut pasar. Terkait dengan hal tersebut, KPPU bertekad untuk tidak mundur sejengkalpun dalam mengemban amanat untuk memerangi praktek monopoli di Indonesia. sekaranglah waktunya untuk menuntaskan cita-cita mulia ini yang dikemas dalam sebuah integritas yang tinggi demi terciptanya iklim persaingan usaha sehat yang pada akhirnya akan mesejahterakan rakyat.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 7
IMPLEMENTASI HUKUM PERSAINGAN
USAHA DAN KEBIJAKAN
PERSAINGAN
Kebijakan persaingan usaha adalah fondasi awal yang harus dibangun dalam
menggalakkan implementasi hukum persaingan usaha. Selama 8 (delapan) tahun
masa berdirinya, KPPU membangun fondasi tersebut melalui berbagai kegiatan
harmonisasi kebijakan dengan pemerintah.
2.1 Harmonisasi Kebijakan Persaingan
Sebagai bagian dari program harmonisasi kebijakan, KPPU telah terlibat secara
aktif dalam berbagai diskusi kebijakan dengan pemerintah/regulator sektoral.
Secara umum, hasil yang diharapkan dari berbagai diskusi tersebut adalah
peningkatan intensitas komunikasi dan koordinasi antara KPPU dengan regulator
dan atau departemen teknis. Berikut adalah tabel diskusi kebijakan yang telah
dilakukan oleh KPPU selama periode Januari – Juni 2008 beserta instansi terkait
dan informasi ringkas mengenai tema diskusi.
B A B
2
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 8
No Tanggal Pelaksanaan
Instansi Pemerintah
Materi Pertemuan
1 23 Mei 2008 Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi
Membahas Peraturan BPH Migas yang berkenaan dengan penyediaan dan pendistribusian Bahan Bakar Minyak penerbangan terutama yang terkait dengan isu persaingan usaha
2 14 Maret dan
27 Maret 2008
14 Juli 2008
Departemen Komunikasi dan Informasi
Membahas mengenai kepemilikan silang lembaga jasa penyiaran
Diskusi mengenai media secara umum dan regulasi periklanan
3 Juli 2008 Menteri Koordinasi Perekonomian
KPPU mempresentasikan mengenai kebijakan industri hilir migas di Indonesia
4 Mei 2008
4-5 Juni 2008
Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia
MoU antara KPPU dengan BRTI dalam hal pengawasan persaingan dalam sektor telekomunikasi
Perumusan Guideline Persaingan dalam Sektor Telekomunikasi
5 Juli 2008 Departemen Perhubungan
Tanggapan pemerintah atas saran KPPU di sektor kepelabuhanan
2.2 Evaluasi Kebijakan Pemerintah dalam Perspektif Persaingan Usaha
dan Analisa Dampak Persaingan
Selama periode Januari – Juni 2008, DKP telah mengagendakan 7 program
evaluasi kebijakan, yaitu:
1. Evaluasi Kebijakan Sektor Ritel
Latar belakang kajian ini adalah dikeluarkannya Perpres Nomor 112 Tahun
2007 tentang Penataan Pasar. Melalui evaluasi kebijakan ini, diharapkan KPPU
dapat melihat dampak kebijakan tersebut dalam perspektif persaingan usaha.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 9
2. Evaluasi Kebijakan Terkait dengan Regulasi Angkutan Darat
Latar belakang kajian ini adalah adanya Rancangan Undang-Undang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan (RUU LLAJ) yang tengah dibahas di DPR. Melalui
kajian ini, KPPU dapat memetakan permasalahan-permasalahan di industri
lalu lintas dan angkutan jalan dan memberikan saran dan rekomendasi
kepada Pemerintah terhadap RUU LLAJ tersebut.
3. Evaluasi Kebijakan Industri Penerbangan Terutama untuk Model KSO
Dalam kajian ini KPPU melakukan analisa dampak kebijakan kerjasama
antara pemerintah daerah dengan maskapai penerbangan. Melalui kajian ini,
diharapkan KPPU dapat melakukan analisa terhadap dampak kebijakan KSO
dari sudut pandang persaingan usaha.
4. Evaluasi Kebijakan Industri Susu Terutama dalam Hubungan Industri
Pengolahan Susu (IPS) dengan Koperasi Peternak
Latar belakang kajian ini adalah adanya fenomena rendahnya harga beli susu
di peternak sementara harga jual susu akhir semakin meningkat. Kondisi
tersebut diduga terkait dengan lemahnya daya tawar dari para peternak
terhadap IPS. Melalui evaluasi kebijakan, diharapkan KPPU dapat
mengidentifikasi faktor-faktor yang melatar belakangi kondisi lemahnya daya
tawar para peternak sapi perah serta beberapa isu kebijakan terkait.
5. Evaluasi Kebijakan Industri Media Khususnya Periklanan dan Media Elektronik
Dalam kajian ini, KPPU melakukan pemetaan struktur industri periklanan
nasional dan melakukan analisa dampak kebijakan Surat Keputusan Bersama
Menteri Komunikasi dan Informatika dan Menteri Budaya dan Pariwisata
tentang Penggunaan Sumber Daya Dalam Negeri Terhadap Produksi Iklan.
6. Evaluasi Kebijakan Sektor Pertanian Khususnya yang Terkait dengan Komoditi
Kedelai
KPPU menganalisis kenaikan harga kedelai impor yang terjadi pada tahun
2007 serta kebijakan impor kedelai. Fenomena tersebut diduga terkait
dengan adanya struktur industri khususnya jalur distribusi kedelai yang
cenderung terkosentrasi pada segelintir distributor yang merangkap importir.
Melalui analisa tersebut, diharapkan KPPU dapat mengidentifikasi dampak
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 10
dari kebijakan impor kedelai berikut fluktuasi harganya dalam perspektif
persaingan usaha.
7. Evaluasi Kebijakan Industri Farmasi
Latar belakang kajian ini adalah adanya perbedaan struktur harga obat
generik dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah. Diharapkan kajian
ini dapat melihat struktur biaya obat generik dan perilaku pelaku usaha
produsen obat generik dalam menetapkan harga.
Dalam periode Januari – Juni 2008, KPPU telah melakukan beberapa kegiatan
evaluasi, diantaranya adalah Focus Group Discussion (FGD) dengan narasumber
dan atau pihak terkait, survei lapangan terutama diskusi dengan pelaku di
daerah, analisa terhadap literatur terkait, data, dan informasi yang telah
dikumpulkan.
2.3 Saran dan Pertimbangan kepada Pemerintah
Sebagaimana pada tahun terdahulu, kegiatan pemberian saran pertimbangan
kepada pemeirntah merupakan salah satu tugas pokok KPPU yang strategis bagi
implementasi kebijakan persaingan di Indonesia. Sebagaimana pada tahun-tahun
sebelumnya, pemberian saran pertimbangan merupakan proses lanjutan dari
beberapa kegiatan sebelumnya, seperti kajian persaingan usaha sektor industri
dan perdagangan, diskusi kebijakan dengan pemerintah dan atau kegiatan
evaluasi kebijakan dan dampak persaingan usaha. Berikut adalah beberapa saran
pertimbangan yang dikirimkan KPPU kepada pemerintah/regulator teknis selama
semester pertama tahun 2008:
1. Saran dan Pertimbangan mengenai Kesepakatan Tarif Impor LCL Lini
2 Tanjung Priok
Memberikan saran dan pertimbangan melalui surat Nomor: 38/K/I/2008 tanggal
31 Januari 2008 yang berkaitan dengan kebijakan penetapan tarif lini 2 di
pelabuhan Tanjung Priok yang dilakukan oleh beberapa asosiasi pelaku usaha
yaitu Gabungan Forwarder dan Ekspedisi Indonesia (GAFEKSI), Gabungan
Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI), Gabungan Pengusaha Eksportir
Indonesis (GPEI), Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI), Asosiasi
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 11
Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara Indonesia (APTESINDO), dan
Indonesian National Shipowner’s Association (INSA). Kebijakan penetapan tarif
tersebut bukan merupakan solusi yang tepat untuk melahirkan industri jasa
kepelabuhan yang sehat, hal ini terlihat dari beberapa aspek:
• Kemampuan pelaku usaha untuk mengelola usahanya berbeda satu sama
lain, termasuk fasilitas, kualitas, dan tarif yang ditawarkan akan berbeda.
• Konsep kesepakatan tarif hanya menguntungkan pelaku usaha yang tidak
memiliki kemampuan menawarkan tarif rendah (efisien), selain itu, tidak
terdapatnya standar kualitas pelayanan mengakibatkan perusahaan yang
menawarkan kualitas pelayanan yang buruk tetap dibayar sejumlah tarif
yang sama dengan perusahaan yang menawarkan kualitas pelayanan
yang baik.
Memperhatikan beberapa hal di atas, maka KPPU menyarankan kepada
pemerintah agar melakukan pengaturan tarif dan menetapkan standar kualitas
pelayanan sehingga fungsi pemerintah sebagai regulator berjalan secara
maksimal.
2. Saran dan Pertimbangan mengenai Program Restrukturisasi PT
Pengerukan Indonesia oleh Kementrian BUMN
Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah melalui surat Nomor:
39/K/I/2008 tanggal 31 Januari 2008 mengenai keputusan Menteri Negara BUMN
tentang Upaya penyehatan PT Rukindo melalui pemberian eksklusifitas pekerjaan
pengerukan di PT Pelindo I, II, III dan IV. Pemberian pekerjaan secara eksklusif
tersebut memiliki potensi bertentangan dengan prinsip persaingan usaha yang
sehat, karena dapat menyebabkan :
• PT Pelindo I, II, III dan IV kehilangan kesempatan untuk mendapatkan
penyedia jasa pengerukan yang dapat menawarkan harga yang lebih
kompetitif, mengingat penawaran kepada pihak lain sudah tertutup.
• Program penyehatan yang diterapkan Kementrian Negara BUMN telah
menjadi entry barrier bagi pelaku usaha pengerukan selain PT Rukindo.
Akibat dari kondisi tersebut aalah beberapa pelaku usaha tersebut tidak
memiliki akses terhadap pasar, khususnya terhadap pekerjaan yang
diberikan secara langsung kepada PT Rukindo.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 12
• Pemberian pekerjaan dengan cara penunjukkan langsung kepada PT
Rukindo, dalam jangka panjang dapat mereduksi upaya penciptaan
keunggulan kompetitif PT Rukindo melalui efisiensi korporasi dan menjadi
disinsentif bagi pengembangan daya saing PT Rukindo.
Memperhatikan beberapa potensi negatif tersebut, maka KPPU menyarankan
Kementrian Negara BUMN untuk mencari alternatif lain yang sejalan dengan
prinsip persaingan usaha yang sehat dalam upaya penyehatan PT Rukindo.
3. Saran dan Pertimbangan mengenai Keputusan Menteri Perhubungan
No.15 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Tally
di Pelabuhan
KPPU memberikan saran dan pertimbangan melalui surat Nomor 101/K/III/2008
tanggal 17 Maret 2008 berkaitan dengan kesepakatan tarif impor Less Than
Container Load (LCL) Lini 2 Tanjung Priok yang dilakukan oleh beberapa asosiasi
pelaku usaha dengan alasan untuk mereduksi high cost economy. Saran dan
pertimbangan tersebut menyampaikan beberapa hal, yaitu :
a. Kesepakatan tarif yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam hal ini asosiasi
bertentangan dengan UU No. 5 Tahun 1999, oleh karena itu harus
dihentikan.
b. Pemerintah sebaiknya memperbaiki kebijakan dengan mencabut
kewenangan kepada pelaku usaha untuk menetapkan tarif berdasarkan
kesepakatan. Pemerintah harus melaksanakan fungsi regulator, dimana
pemerintahlah yang menetapkan kebijakan tarif sepenuhnya, pelaku
usaha diposisikan sebagai pemberi masukan.
c. Memperhatikan kondisi pentarifan di lini 2, untuk menghindari eksploitasi
konsumen dengan tetap memberikan ruang yang besar kepada
persaingan, KPPU memandang perlu pemerintah melakukan intervensi
kebijakan dengan menetapkan formula tarif yang rinci serta menetapkan
kebijakan batas atas tarif.
d. Terkait dengan upaya meningkatkan kinerja jasa pelayanan lini 2, di
samping kebijakan tarif, KPPU menyarankan agar pemerintah menerapkan
kebijakan standar kualitas minimum pelayanan disertai dengan ketegasan
penegakan aturannya.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 13
4. Saran dan Pertimbangan mengenai Jabatan Rangkap di PT Deraya
dan PT Derazona Air Service
KPPU memberikan tanggapan terhadap surat Direktur Jenderal Perhubungan
Udara No. 40/2159/DAU/509/08 mengenai jabatan rangkap pada dua
perusahaan penerbangan yaitu PT Deraya dan PT Derazona Air Service.
Tanggapan tersebut diberikan melalui Surat Nomor: 318/K/VI/2008 Tanggal 2
Juni 2008
Hasil analisa KPPU terhadap permasalahan tersebut adalah:
a. Jabatan rangkap yang dilakukan saat ini memiliki potensi yang sangat
kecil untuk bisa mempengaruhi persaingan yang ada dalam industri
angkutan udara berjadwal Indonesia. Hal ini diperlihatkan dari kecilnya
pangsa pasar kedua perusahaan penerbangan tersebut, dimana market
size gabungan keduanya hanya mencapai 12 % berdasarkan jumlah
pesawat dan 5,4% berdasarkan jumlah tempat duduk.
b. Pemilik mayoritas kedua perusahaan yang sama dan posisi PT. Derazona
Air Service sebagai anak perusahaan PT. Deraya, memperlihatkan bahwa
sinergi kedua perusahaan telah dilakukan sejak pendiriannya. Dalam hal
ini, jabatan rangkap memang lebih ditujukan untuk mengukuhkan
terjadinya sinergi tersebut. Kondisi ini diperkuat oleh perbedaan segmen
pasar yang menjadi targetnya yakni angkutan udara niaga tidak
berjadwal berbasis pesawat bersayap tetap untuk PT. Deraya dan
pesawat helikopter untuk PT. Derazona Air Service. Berdasarkan hal ini,
maka dapat disimpulkan bahwa kecil kemungkinan terjadinya persaingan
secara langsung antara kedua perusahaan penerbangan tersebut.
c. Alasan dilakukannya jabatan rangkap sebagai langkah awal untuk
memuluskan merger di satu sisi dinilai sangat baik dengan pertimbangan
keduanya sudah dimiliki satu pemilik yang selama ini bersinergi satu
sama lain dan struktur hubungan keduanya memperlihatkan bahwa PT.
Deraya merupakan induk perusahaan dari PT. Derazona Air Service.
Merger yang dilakukan keduanya merupakan merger vertikal, yang akan
menjadi jalan bagi konsolidasi keduanya yang mengarah kepada efisiensi
perusahaan. Secara keseluruhan hal ini sangat baik bagi upaya
konsolidasi industri angkutan udara niaga tidak berjadwal yang saat ini
diperebutkan 34 perusahaan. Efisiensi akibat merger diharapkan akan
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 14
terjadi, karena peleburan kedua perusahaan akan melahirkan perusahaan
baru dengan satu manajemen yang lebih ramping dan efisien.
5. Saran dan Pertimbangan mengenai Kepemilikan Silang di Media
Penyiaran Televisi
Memberikan saran dan pertimbangan kepada Bapak Presiden Republik Indonesia
melalui surat Nomor: 338/K/VI/2008 tanggal 5 Juni 2008 sehubungan dengan
penanganan kepemilikan silang di media penyiaran televisi.
Terkait dengan isu tersebut, KPPU menyampaikan beberapa hal:
a. KPPU menilai bahwa pemusatan kepemilikan yang diatur dalam UU No. 32
Tahun 2002 tentang Penyiaran memiliki semangat yang sama dengan UU No. 5
Tahun 1999.
b. KPPU menemukan bukti terdapat kontrol efektif yang dilakukan oleh Media
Nusantara Citra (MNC) Group terhadap stasiun televisi yang dimilikinya. Hal
tersebut didasarkan besarnya kepemilikan saham maupun penempatan
representasi di manajemen di beberapa lembaga penyiaran televisi secara
sekaligus.
c. Dengan mempertimbangkan pasar relevannya berupa jumlah pemirsa dan
pendapatan iklan, hasil penelitian laporan KPPU memperlihatkan bahwa MNC
tidak dapat memenuhi kriteria untuk dikategorikan sebagai pemegang posisi
dominan dalam industri penyiaran televisi, mengingat pangsa pasar
pendapatan iklan kurang dari 50 % (Periode 2004 – 2007) dari total pangsa
pasar industri televisi. Di sisi lain, KPPU juga sampai dengan saat ini belum
menemukan adanya dampak negatif dari pemusatan kepemilikan tersebut.
d. Walaupun demikian KPPU berketetapan untuk terus melakukan monitoring
terhadap perilaku pelaku usaha di industri penyiaran yang dapat
mengakibatkan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
e. Terhadap wacana yang berkembang di masyarakat bahwa pemusatan
kepemilikan tersebut menyebabkan munculnya monopoli informasi, KPPU
berpendapat bahwa hal tersebut sangat mungkin terjadi. Untuk itu diperlukan
dukungan dari regulator sektor penyiaran yaitu Depkominfo dan KPI untuk
mendapatkan data dan analisa mengenai wacana tersebut.
f. Hasil kajian KPPU terhadap UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran,
menunjukkan bahwa undang-undang tersebut menerapkan prinsip single
present policy yang secara tegas dan jelas berupaya mencegah terjadinya
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 15
pemusatan kepemilikan baik oleh individu maupun badan hukum manapun
yang bermuara pada terjadinya monopoli informasi. Apabila prinsip tersebut
dijalankan sebagaimana mestinya, maka undang-undang tersebut selaras
dengan UU No. 5 tahun 1999.
g. KPPU juga mencermati bahwa beberapa pengaturan dalam PP No. 50 Tahun
2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta,
penafsirannya dapat bertentangan dengan UU Penyiaran. Oleh karena itu,
KPPU merekomendasikan agar pemerintah melakukan revisi terhadap
peraturan tersebut.
2.4 Kajian Sektor Industri dan Perdagangan
Pada awal tahun terdapat tiga tema kajian yang akan dianalisa oleh KPPU, yaitu:
1. Kajian Industri Farmasi yang difokuskan pada pemetaan dan analisa isu
persaingan dalam jalur distribusi produk farmasi;
2. Kajian Industri Minyak dan Gas Bumi yang difokuskan pada pemetaan dan
analisa isu persaingan dalam akitifitas usaha sektor minyak dan gas bumi di
tingkat hulu;
3. Kajian Industri Transportasi-Logistik yang difokuskan pada pemetaan dan
analisa persaingan usaha sektor logistik untuk beberapa komoditi strategis di
Indonesia;
Tindak lanjut dari pemilihan dan penetapan tiga tema kajian adalah penyusunan
Kerangka Acuan Kerja serta agenda kajian. Selain hal tersebut, KPPU juga
melakukan proses seleksi mitra peneliti yang diambil dari Perguruan Tinggi
Negeri (PTN). Selama proses seleksi, kurang lebih 9 PTN telah diundang untuk
memasukkan profil lembaga penelitian masing-masing, berikut pengalaman
penelitian dalam sektor terkait serta dukungan sumber daya manusia yang
dimiliki. Melalui proses klarifikasi serta pembahasan KPPU, akhirnya ditetapkan
tiga lembaga penelitian PTN untuk dijadikan mitra penelitian. Ketiga lembaga
tersebut adalah LAPI Institut Teknologi Bandung untuk Kajian Persaingan Migas
Hulu, LPFE Universitas Airlangga untuk kajian persaingan sektor farmasi dan
PUSTRAL Universitas Gajah Mada untuk kajian transportasi-logistik.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 16
Selain kegiatan kajian, KPPU juga memiliki program analisa strategi pelaku usaha
dalam perspektif persaingan usaha yang fokus pada upaya elaborasi konsep dan
survei empiris terhadap berbagai strategi bisnis yang berkembang di Indonesia.
Pada tahun 2008, analisa strategi tersebut dipusatkan pada dua analisa strategi
bundling dan strategi integrasi vertikal. Hingga Juni 2008, KPPU telah melakukan
diskusi dengan berbagai narasumber, baik pakar (akademisi) maupun praktisi
dipusat dan daerah. Informasi dari berbagai diskusi berguna untuk membangun
kerangka konspetual dari strategi bundling dan integrasi vertikal. Agenda
selanjutnya adalah pengumpulan dan pengolahan data melalui survei empiris
terhadap beberapa responden terutama para pelaku usaha yang melaksanakan
strategi bundling dan integrasi vertikal
Selain program kajian di KPPU pusat, terdapat juga program kajian yang
pelaksanaannya akan dilakukan oleh KPD di lima wilayah yaitu Batam, Medan,
Makasar, Surabaya dan Balikpapan. Usulan tema kajian datang dari masing
masing KPD yang disesuaikan dengan prioritas industri unggulan di tiap daerah.
Kelima tema tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kajian persaingan usaha untuk Industri Semen di wilayah KPD Medan
2. Kajian persaingan usaha untuk Industri Kelapa Sawit di Propinsi Jambi
untukwilayah KPD Batam
3. Kajian persaingan usaha untuk Industri Tembakau di wilayah KPD Surabaya
4. Kajian persaingan usaha untuk Industri Kakao di wilayah KPD Makassar
5. Kajian persaingan usaha untuk Industri Batubara di wilayah KPD Balikpapan
2.5 Pembahasan Amandemen UU No.5 Tahun 1999
Kegiatan lanjutan pembahasan amandemen untuk tahun ini difokuskan pada
penyelesaian draft amandemen UU No. 5 Tahun 1999 dan naskah akademik yang
berkaitan dengan ketentuan pasal penguatan kelembagaan dan tata cara
penanganan perkara.
Penguatan kelembagaan KPPU meliputi perubahan status kelembagaan yakni
menjadi lembaga negara serta penguatan kelembagaan Sekretariat Komisi.
Dalam draft Amandemen UU No. 5 Tahun 1999 diusulkan pula penambahan
pengaturan mengenai kewenangan KPPU. Salah satu kewenangan yang diusulkan
adalah kewenangan untuk dapat melakukan penggeledahan. Penguatan
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 17
kelembagaan KPPU dan Sekretariat KPPU, serta penambahan kewenangan KPPU
dimaksudkan untuk mendorong pelaksaanaan tugas KPPU sehingga lebih efektif
dalam mengawasi pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1999.
Usulan draft amandemen memuat pula revisi pada bagian alat bukti agar dengan
demikian alat bukti dapat meliputi pula berbagai instrument yang dapat menjadi
bukti bahwa telah terjadi pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999. Pengaturan
mengenai tata cara penanganan perkara disesuaikan dengan mengakomodir
PERMA No.3 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan
terhadap Putusan KPPU dan Peraturan Komisi No.1 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Penanganan Perkara di KPPU.
2.6 Penyusunan Naskah Pedoman Pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1999
Berkaitan dengan program pengembangan instrumen kebijakan dan hukum
persaingan usaha,KPPU telah melakukan beberapa program dan kegiatan
sebagai berikut:
a. Pasal 50 huruf b
Yakni pengecualian ketentuan UU No. 5 tahun 1999 mengenai Pengecualian
Waralaba. Kegiatan usaha waralaba saat ini sangat marak berkembang dalam
dunia usaha. Waralaba tersebut sangat menjanjikan keuntungan bagi
pengusahanya dan mampu menyediakan berbagai pilihan produk bagi konsumen.
Usaha waralaba yang didasari pada perjanjian waralaba tersebut dalam
prakteknya dapat bersinggungan dengan prinsip persaingan usaha. Untuk
memberikan penjelasan mengenai ketentuan pengecualian waralaba tersebut
maka KPPU menyusun pedoman Pasal 50 huruf b. Dalam draft pedoman tersebut
dijelaskan permasalahan persaingan usaha yang terkait dengan waralaba,
meliputi antara lain perjanjian yang memuat penetapan harga jual kembali,
perjanjian eksklusif, tying dan pembagian wilayah. Penyusunan draft pedoman
tersebut oleh KPPU saat ini telah memasuki tahap akhir, dan untuk selanjutnya
dimintakan masukan melalui Website KPPU.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 18
b. Pasal 51
Pasal 51 membahas mengenai pengecualian monopoli dan atau pemusatan
kegiatan yang terkait dengan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa
yang menguasai hajat hidup orang banyak serta cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara. Konstruksi Pasal 51 UU No.5 Tahun 1999 memunculkan
banyak penafsiran dan pendapat. Beberapa hal yang menjadi perhatian adalah
mengenai unsur hajat hidup orang banyak, di mana belum ada definisi yang
disetujui mengenai hal tersebut. Selain itu pemberian monopoli kepada BUMN,
badan atau lembaga yang dibentuk atau ditunjuk pemerintah juga memerlukan
penjelasan lebih lanjut, agar dalam prakteknya tidak bertentangan dengan
persaingan usaha.
Penyusunan Naskah Pedoman Pelaksanaan Pasal 51 telah memasuki tahap akhir,
yakni finalisasi atas Rancangan Pedoman. Kegiatan diskusi telah dilaksanakan
dengan berbagai kalangan yakni akademisi, praktisi serta pemerintah untuk
memperoleh masukan mengenai Pedoman Pasal 51. Output dari kegiatan ini
adalah Pedoman Pelaksanaan Pasal 51 serta Background Paper (Naskah
Akademis) Pedoman Pasal 51.
2.7 Penyusunan Kebijakan Persaingan di Forum Internasional
Kegiatan penyusunan kebijakan Persaingan di Forum Internasional saat ini
sedang menganalisa persaingan usaha dalam iklim perdagangan dengan para
mitra dagang Indonesia. Fokus pada tahun ini adalah perdagangan dengan
ASEAN, Korea, Australia dan New Zealand. Hal-hal yang diperiksa terutama
terkait dengan daya saing Indonesia dan kebijakan perdagangan yang diterapkan
oleh mitra dagang Indonesia, terutama kebijakan-kebijakan yang dapat
menimbulkan hambatan persaingan bagi Indonesia. Dari hasil analisis tersebut
akan disusun saran dan rekomendasi KPPU bagi kebijakan persaingan di Forum
Internasional.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 19
PERKEMBANGAN PENEGAKAN HUKUM
PERSAINGAN Upaya penegakan hukum persaingan usaha dilakukan oleh seluruh entitas yang
ada dalam lembaga KPPU. Pertanggungjawaban khusus dalam upaya mendukung
KPPU sebagai penegak hukum diberikan kepada Direktorat Penegakan Hukum
(DPH). Perkembangan hukum persaingan dapat pula dipantau dari beberapa hasil
kinerja KPPU, berupa monitoring pelaku usaha, penanganan pelaporan,
penanganan perkara, serta litigasi dan monitoring putusan.
Mekanisme kerja KPPU dalam menangani perkara persaingan usaha dilakukan
melalui dua cara. Cara pertama berupa monitoring yang merupakan tindakan
inisiatif KPPU dalam mengawasi pasar dan perilaku pelaku usahanya. Sedangkan
cara kerja kedua datang dari laporan masyarakat atas adanya dugaan
pelanggaran terhadap UU No. 5/1999. Berdasarkan data hingga pertengahan
tahun 2008, KPPU melakukan monitoring terhadap beberapa sektor industri,
diantaranya industri pangan, kimia, jasa dan pelayanan, infrastruktur, film dan
penyiaran. Sedangkan perkara yang masuk berdasarkan laporan masyarakat
didominasi oleh perkara Persekongkolan Tender yang merupakan pelanggaran
berdasarkan kegiatan yang dilarang. Pelanggaran berdasarkan perjanjian yang
dilarang menempatkan perkara Kartel dan Pemboikotan dalam posisi pertama.
Sedangkan pelanggaran berdasarkan penyalahgunaan Posisi Dominan secara
B A B
3
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 20
umum menempati posisi pertama dengan diikuti oleh jenis pelanggaran berupa
Pemilikan Saham, Merger, Konsolidasi dan Akuisisi.
Penanganan perkara yang ditindaklanjuti dan telah menghasilkan Putusan oleh
KPPU didominasi oleh perkara persekongkolan tender. Sepanjang tengah tahun
pertama 2008, terdapat dua belas perkara tender dari tujuh belas perkara yang
telah dihasilkan Putusannya oleh KPPU. Hasil Putusan yang telah dikeluarkan
KPPU ditindaklanjuti melalui monitoring Putusan dan litigasi. Terdapat tiga belas
perkara sedang dalam proses keberatan, delapan perkara sedang dalam proses
kasasi, sebelas perkara sedang dalam proses eksekusi, dan delapan perkara
sedang dalam proses monitoring pelaksanaan Putusan.
3.1 PENANGANAN LAPORAN
Laporan yang diterima dari tanggal 7 Januari s.d 26 Juni 2008 sebanyak 147
laporan, berasal dari Pulau Jawa, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTT, dan NTB. Berdasarkan kategori dugaan
pelanggaran yang terjadi, kegiatan yang dilarang menempati posisi terbesar
dalam perkara yang ditangani KPPU. Pelanggaran pada peringkat kedua adalah
perjanjian yang dilarang oleh UU No. 5/1999, disusul dengan pelanggaran yang
terkait dengan posisi dominan. Tabel berikut di bawah ini menjelaskan
prosentase bagian dari kategori dugaan pelanggaran.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 21
Kategori Dugaan Pelanggaran
Kegiatan yang
Dilarang (145)
Perjanjian yang
Dilarang (9)Posisi Dominan (6)
Dugaan Pelanggaran Berdasarkan Kegiatan yang Dilarang
Persekongkolan Tender (123)
Monopoli (8)
Penguasaan Pasar/
Diskriminasi (13)
Persekongkolan Lain (1)
Berdasarkan tabel Dugaan Pelanggaran berdasarkan Kegiatan yang Dilarang
menunjukkan bahwa Persekongkolan Tender paling banyak terjadi. Lebih dari
lima puluh persen bagian dari kegiatan yang dilarang, Persekongkolan Tender
selalu mewarnai perkara-perkara yang ditangani oleh KPPU. Penguasaan
Pasar/Diskriminasi menempati posisi kedua setelah Persekongkolan Tender,
urutan selanjutnya diikuti oleh perkara-perkara yang terkait dengan monopoli
dan persekongkolan jenis lain.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 22
Dugaan Pelanggaran Berdasar Perjanjian yang Dilarang
Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri (1)
Oligopoli (1)
Pemboikotan (3)
Integrasi Vertikal (1)
Kartel (3)
Pada tabel Dugaan Pelanggaran berdasarkan Perjanjian yang Dilarang,
menempatkan perkara Kartel dan Pemboikotan pada posisi awal yang jumlah
prosentasenya sama besar. Integrasi Vertikal, Oligopoli dan Perjanjian dengan
Pihak Luar Negeri berada pada posisi yang sama berdasarkan pada banyaknya
jumlah pelanggaran yang terjadi.
Dugaan Pelanggaran Berdasar Penyalahgunaan Posisi Dominan
Pemilikan Saham (1) Umum (4)
Merger, Konsolidasi, Akuisisi (1)
Tabel tersebut diatas menjelaskan bahwa pelanggaran tidak hanya terjadi pada
Penyalahgunaan Posisi Dominan secara umum, namun pelanggaran yang sering
terjadi berupa Pemilikan Saham dan tindakan Merger, Konsolidasi, serta Akuisisi.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 23
3. 2 MONITORING PELAKU USAHA
Sampai dengan bulan Juli 2008, KPPU Pusat maupun Kantor Perwakilan Daerah
sedang melakukan monitoring terhadap beberapa hal-hal sebagai berikut:
1. Monitoring Dugaan Kartel dan Penguasaan Pasar dalam Industri CPO dan
Minyak Goreng oleh Wilmar Group, PT. Smart Tbk., PT. Musim Mas, Permata
Hijau Sawit Group, PT. Asian Agri, PT. Salim Ivomas, PT. Perkebunan
Nusantara I, PT. Perkebunan Nusantara III, PT. Perkebunan Nusantara V, PT.
Perkebunan Nusantara VI dan PT. Astra Agro Lestari.
Monitoring ini diawali oleh adanya lonjakan harga minyak goreng yang
disebabkan kenaikan harga CPO. Menanggapi hal itu, pemerintah kemudian
mengeluarkan 3 (tiga) kebijakan terkait dengan operasi pasar, pajak ekspor
dan Domestic Market Obligation (DMO). Pada kenyataannya kebijakan
tersebut belum dapat menstabilkan harga CPO di pasar. Naiknya harga CPO
internasional turut memicu pengusaha untuk lebih memilih ekspor daripada
memasok untuk kebutuhan dalam negeri. Fenomera yang cukup ironis
adalah fakta bahwa naiknya harga CPO tersebut ternyata tidak berpengaruh
terhadap pendapatan petani kelapa sawit. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa meskipun terjadi peningkatan produksi CPO dari tahun ke tahun,
namun harga CPO terus melonjak. Selain itu, diketahui bahwa setiap
peningkatan ekspor, Indonesia juga turut menghasilkan lonjakan harga CPO
internasional. Oleh karena itu, timbul kecurigaan terjadinya kartel dan
penguasaan pasar dalam industri CPO dan minyak goreng. Hal ini berdasar
pada karakteristik produsen yang menguasai pasar sehingga menciptakan
posisi dominan dalam pasar yang terintegrasi dengan produsen minyak
goreng. Selain itu, diduga terjadi pula maksimalisasi profit secara tidak wajar
sehingga membentuk double margin baik untuk CPO maupun minyak goreng
di pasar domestik.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 24
2. Dugaan predatory pricing dan integrasi vertikal dalam industri paku dan
kawat paku oleh PT Ispat Wire Products.
Monitoring ini berlatar belakang pada adanya kebijakan salah satu produsen
wire rod terbesar di Indonesia untuk mendirikan anak perusahaan yang
memproduksi paku dan kawat. Kebijakan tersebut ditengarai berpotensi
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat dalam industri
yang bersangkutan. Terdapat kecurigaan bahwa harga yang diberikan
produsen wire rod kepada anak perusahaannya justru menciptakan iklim
persaingan usaha yang tidak sehat di lini produsen paku dan kawat.
Akibatnya, hasil produksi kompetitor anak perusahaan produsen wire rod
tersebut tidak dapat bersaing head to head dengan anak perusahaan
produsen wire rod. Sebelumnya anak perusahaan produsen wire rod tersebut
mengkonsentrasikan pasarnya di luar negeri, namun sejak tahun 2000, pasar
anak perusahaan produsen wire rod 100% terkonsentrasi di Indonesia bagian
Timur dan sekarang mulai merambah ke Indonesia bagian Barat.
3. Monitoring Dugaan Kartel, Perdagangan dan Distribusi Kacang Kedelai oleh
PT. Gerbang Cahaya Utama, PT. Cargill Indonesia, PT. Sekawan Makmur dan
PT. Teluk Intan.
Latar belakang monitoring ini adalah adanya pergerakan harga komoditas
kacang kedelai dalam negeri yang mengalami kenaikan secara bersamaan.
Selain itu, fakta bahwa struktur pasar kacang kedelai di Indonesia yang
oligopoli diduga telah mengakibatkan adanya praktik pengaturan harga atau
kartel.
4. Monitoring Dugaan Pelanggaran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dalam
Akuisisi PT. Alfa Retailindo Tbk oleh PT Carrefour Indonesia.
Monitoring ini berawal pada adanya rencana akuisisi yang dilakukan oleh PT.
Carrefour Indonesia atas Alfa Supermarket. Akuisisi tersebut diduga dapat
mengakibatkan adanya praktek penguasaan pasar dan penyalahgunaan
posisi dominan.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 25
5. Monitoring Dugaan Penyalahgunaan Posisi Dominan yang dilakukan oleh PT.
Nusantara Sejahtera Raya (21 Group) di Bidang Industri Perfilman di
Indonesia.
Adanya dugaan telah terjadi persaingan yang tidak sehat dalam industri
perfilman di Indonesia melatarbelakangi dilakukannya monitoring ini. Fokus
dari monitoring ini adalah adanya persaingan yang terjadi antar pelaku usaha
industri perfilman terkait dengan pemasaran film oleh para produser film
Indonesia.
6. Monitoring Terhadap Kepemilikan Silang di Industri Penyiaran Indonesia yang
dilakukan oleh MNC Group, Para Group dan Bakrie Group.
Monitoring ini dilakukan terhadap perilaku grup-grup televisi terrestrial dalam
industri pertelevisian nasional. Adanya kepemilikan silang di industri
pertelevisian nasional, maka menimbulkan adanya indikasi antikompetisi. Hal
tersebut dapat terjadi dengan adanya koordinasi yang dilakukan oleh
beberapa pelaku usaha dalam industri yang bersangkutan. Bahwa suatu TV
terrestrial dapat bersaing untuk memperoleh pendapatan dari iklan jika
ratingnya naik, yang sangat bergantung dari jumlah pemirsa. Semakin
banyak jumlah pemirsa, maka semakin banyak peluang konsumsi atas
produk/jasa perusahaan tersebut, sehingga pemirsa merupakan indirect
consumer. Hal tersebut berbeda dengan TV nonterrestrial, dimana konsumen
menjadi direct consumer dalam pertelevisian nasional. Bahwa dengan
kepemilikan silang tersebut, maka perusahaan dapat menguasai pasar dalam
industri pertelevisian. Dalam hal ini, KPPU akan melihat apakah perilaku anti
kompetisi sebagai akibat dari adanya kepemilikan silang tersebut.
7. Monitoring Dugaan Kartel dan Abuse Of Dominant Position dalam Penetapan
Tarif Jasa Pergudangan di Bandara Soekarno-Hatta yang dilakukan oleh PT.
Angkasa Pura II, Garuda Indonesia, Jasa Angkasa Semesta, Gapura Angkasa,
Unex Inti Indonesia, Wahana Dirgantara, Darma Bandar Mandala.
Adanya kenaikan tarif layanan jasa pergudangan (tarif sewa dan cargo
handling) yang dilakukan oleh operator gudang di Bandara Soekarno-Hatta
diduga menjadi indikasi telah terjadinya kartel yang dilakukan oleh para
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 26
operator/pengelola gudang bandara tersebut. Hal ini didukung oleh fakta
bahwa besaran tarif yang ditetapkan adalah sama untuk seluruh gudang
yang ada. Kenaikan tersebut di-claim telah disepakati oleh konsumen dan
pengelola bandara yang bersangkutan.
8. Monitoring Dugaan Monopoli dan Diskriminasi dalam Industri Chlor di
Indonesia yang dilakukan oleh PT. Tjiwi Kimia, Tbk.
Praktek-praktek persaingan tidak sehat diduga terjadi dalam industri chlor di
Indonesia. Hal ini ditengarai dari adanya penetapan harga jual chlor sebagai
disinfektan air oleh salah satu produsen chlor. Penetapan harga jual chlor
tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan harga jual chlor yang
ditetapkan oleh produsen lain. Hal ini menyebabkan tersingkirnya beberapa
produsen chlor dari pasar tersebut. Selain itu, juga berdampak pada
berkurangnya pilihan produk yang bisa dipilih oleh konsumen chlor di
Indonesia.
9. Monitoring Dugaan Diskriminasi dalam Perbaikan dan Rekondisi Turbin Gas
PT. PLN (Persero) yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) Unit Jasa & Jasa
Produksi Citarum dan PT. Kidang Kencana Sakti.
Diduga telah terjadi diskriminasi antara PLN Citarum dengan salah satu
pelaku usaha. Dugaan muncul dikarenakan oleh adanya MoU antara kedua
perusahaan tersebut, dimana MoU selalu diperpanjang setiap tahunnya. Hal
yang perlu dimonitoring adalah penunjukkan pelaku usaha tersebut oleh PLN
Citarum.
10. Monitoring Dugaan Posisi Dominan dalam Pembangunan Blok A Pasar Tanah
Abang oleh PT. Priamanaya Djan Internasional dan PD Pasar Jaya.
Monitoring ini berdasar pada dugaan adanya penyalahgunaan posisi dominan
dalam peremajaan pasar Tanah Abang, yang dilakukan oleh pengelola pasar
Tanah Abang beserta para developer dari masing-masing blok. Dalam hal ini,
pengelola pasar Tanah Abang bekerja sama dengan pihak ketiga. Pengelola
diduga menetapkan syarat-syarat perdagangan yang memberatkan para
pedagang untuk membeli kios-kios di pasar Tanah Abang.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 27
11. Monitoring Dugaan Penguasaan Pasar Pestisida Rumah Tangga (Non-Coil) di
Indonesia yang dilakukan oleh PT. Johnson Home Hygiene Products dan PT.
SC Johnson & Son Indonesia Ltd.
Diduga telah terjadi upaya penguasaan pasar pestisida rumah tangga (non-
coil) di Indonesia. Penguasaan diduga dilakukan oleh beberapa produsen
produk pestisida sehingga menghambat persaingan di dalam industri
tersebut.
12. Monitoring Dugaan Penyalahgunaan Posisi Dominan dalam Pemanfaatan
Gudang di Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar oleh PT Pelindo IV.
Diduga telah terjadi penyalahgunaan posisi dominan dalam pemanfaatan
gudang di pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar. Dugaan atas
penyalahgunaan tersebut dilakukan oleh operator pelabuhan yang
bersangkutan sehingga menimbulkan hambatan persaingan.
13. Monitoring Dugaan Oligopoli, Penetapan Harga dan Diskriminasi dalam
Distribusi Tepung Terigu di Wilayah Indonesia Timur.
Diduga telah terjadi praktek oligopoli, penetapan harga dan diskriminasi
dalam proses distribusi tepung terigu di wilayah Indonesia Timur. Hal in
ditengarai dari adanya kondisi bahwa hanya terdapat satu produsen terigu di
wilayah Indonesia Timur yang hanya menunjuk satu distributor saja.
3.3 PENANGANAN PERKARA
Penanganan perkara yang dilakukan oleh KPPU didominasi oleh Perkara
Persekongkolan dalam Tender. Adapun perkara lainnya terkait dengan penguasan
pasar, monopoli, kartel, penetapan harga dan pembagian wilayah. Penanganan
perkara yang telah selesai diproses melalui beberapa tahap pemeriksaan dan
sidang Majelis, telah menghasilkan beberapa Putusan KPPU. Sepanjang tengah
tahun pertama 2008, KPPU mengeluarkan 17 putusan, yaitu:
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 28
1. Perkara No. 10/KPPU-L/2007 tentang Dugaan pelanggaran terhadap
Undang-undang No. 5 tahun 1999 berkaitan dengan Tender Pekerjaan
Lanjutan Pembangunan/Relokasi Rumah Sakit Umum Daerah Ratu
Zalecha Martapura, Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2006.
2. Perkara No. 11/KPPU-L/2007 tentang Dugaan pelanggaran terhadap
Undang-undang No. 5 Tahun 1999 berkaitan denganTender Pekerjaan
Peningkatan Jalan Maccope-Labessi di Kabupaten Soppeng.
3. Perkara No. 12/KPPU-L/2007 Dugaan pelanggaran terhadap Undang-
undang No. 5 Tahun 1999 berkaitan dengan Pengadaan Alat Kesehatan
Penunjang Puskesmas Kegiatan DAK Non DR untuk Kesehatan Kabupaten
Sukabumi Tahun Anggaran 2006.
4. Perkara No. 13/KPPU-L/2007 tentang Dugaan pelanggaran terhadap
Undang-undang No. 5 Tahun 1999 berkaitan dengan Kegiatan Pengadaan
Bibit Kelapa Sawit dalam polibeg Tahun Anggaran 2006 di Dinas
Perkebunan Propinsi Kalimantan Selatan.
5. Perkara No. 14/KPPU-L/2007 tentang Dugaan pelanggaran terhadap
Undang-undang No. 5 Tahun 1999 berkaitan dengan Tender Pekerjaan
Multiyears di Kabupaten Siak, Riau.
6. Perkara No. 15/KPPU-L/2007 tentang Dugaan pelanggaran UU No. 5
Tahun 1999 berkaitan dengan Dugaan Persekongkolan dalam Lelang
Pembangunan Mall Kota Prabumulih.
7. Perkara No. 16/KPPU-L/2007 tentang Dugaan pelanggaran terhadap
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 berkaitan dengan Proses lelang
pengadaan bibit karet, herbisida, dan pupuk tablet PLMT Tahun Anggaran
2006 di Dinas Perkebunan Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.
8. Perkara No. 17/KPPU-L/2007 tentang Dugaan pelanggaran terhadap
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 berkaitan dengan Pelelangan
Saham PT Dharmala Sakti Sejahtera di PT Asuransi Manulife Indonesia.
9. Perkara No. 18/KPPU-L/2007 tentang Dugaan pelanggaran terhadap
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 berkaitan dengan Persekongkolan
Tender dalam Paket Pengadaan TV Pendidikan dan Perlengkapannya di
Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006.
10. Perkara No. 19/KPPU-L/2007 tentang Penguasaan Pasar dan
Persekongkolan yang dilakukan oleh EMI Music South East Asia, PT EMI
Indonesia, Arnel Affandy, S.H, Dewa 19, dan Iwan Sastrawijaya.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 29
11. Perkara No. 20/KPPU-L/2007 tentang Lelang Pengadaan Alat Kesehatan
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Brebes Sumber Dana Belanja
Daerah Kabupaten Brebes Tahun Anggaran 2006.
12. Perkara No. 21/KPPU-L/2007 tentang Lelang Pengadaan Pipa PVC 6”, 4”,
dan 2” oleh Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan, dan Energi Provinsi
Kepulauan Riau.
13. Perkara No. 22/KPPU-L/2007 tentang Dugaan Monopoli Jasa Kargo di
Bandara Hasanuddin Makassar-Sulawesi Selatan
14. Perkara No. 23/KPPU-L/2007 tentang Persekongkolan dalam
Pembangunan Kembali Pasar Melawai Blok M.
15. Perkara No. 24/KPPU-L/2007 tentang Dugaan Persekongkolan dalam
Tender Kegiatan Peningkatan Jalan Lubuk Lancang-Teluk Betung-Tanah
Kering; Pangkalan Balai-Pangumbuh; Pangkalan Balai-Lubuk Saung; Sp
Tanjung Beringin-Rimba Alai; dan SP Rambutan Mendal-Mendil di Dinas
Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Banyuasin Sumber Dana APBD
2006-2008.
16. Perkara No. 26/KPPU-L/2007 tentang Dugaan Pelanggaran Pasal 5
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh PT
Excelcomindo Pratama Tbk, PT Telekomunikasi Seluler, PT Indosat, PT
Telekomunikasi Indonesia, PT Hutchison CP Telecommunication, PT Bakrie
Telecom, PT Mobile-8 Telecom, PT Smart Telecom, dan PT Natrindo
Telepon Seluler.
17. Perkara No. 28/KPPU-L/2007 tentang Dugaan Pelanggaran Pasal 5, Pasal
9, Pasal 17, serta Pasal 19 huruf (a) dan huruf (d) Undang-undang Nomor
5 Tahun 1999 Berkaitan dengan Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam Jasa
Pelayanan Taksi di Batam yang Dilakukan oleh Pelaku Usaha Taksi dan
Pengelola Wilayah.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 30
3.4 MONITORING PUTUSAN DAN LITIGASI
Monitoring putusan dan litigasi merupakan suatu cara yang dilakukan KPPU
dalam mengawasi sekaligus menindaklanjuti perkembangan hasil Putusan yang
telah dihasilkan oleh KPPU. Pengawasan dilakukan terhadap perilaku pelaku
usaha atas Putusan KPPU yang telah dikenakannya. Perubahan perilaku pelaku
usaha merupakan objek dari monitoring atas putusan yang telah berkekuatan
hukum tetap.
Proses Litigasi yang dilakukan KPPU meliputi beberapa perkara yang 13 (tiga
belas) diantaranya sedang dalam proses keberatan di Pengadilan negeri, 8
(delapan) perkara sedang dalam proses kasasi di Mahkamah Agung. Sedangkan
Perkara yang sedang dalam proses eksekusi terdiri dari 11 (sebelas) perkara dan
terdapat 8 (delapan) perkara lain yang sedang dalam proses monitoring
pelaksanaan putusan.
I. PERKARA SEDANG DALAM PROSES KEBERATAN
Perkara yang sedang dalam proses keberatan didominasi oleh perkara yang
terkait dengan Persekongkolan Tender. Jumlah keseluruhan perkara sedang
dalam proses keberatan sebanyak tiga belas, delapan perkara diantaranya
terkait dengan Persekongkolan Tender, yaitu:
1. Perkara No. 20/KPPU-L/2005 tentang PJU-SJU (1);
2. Perkara No. 16/KPPU-L/2006 tentang Tentang Dugaan Pelanggaran terhadap
Pasal 5, 19 huruf d dan Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 berkaitan dengan Tender
Pengerjaan SKTM 20 Kv Paket 4, Paket 9, Paket 20 dan Paket 22 (SKTM);
3. Perkara No. 03/KPPU-L/2007 tentang Tender pengadaan gedung Pengadilan
Negeri Padang Sidempuan;
4. Perkara No. 05/KPPU-L/2007 Tentang Tender di Belawan;
5. Perkara No. 07/KPPU-L/2007 Tentang Temasek;
6. Perkara No. 11/KPPU-L/2007 Tentang Tender pembangunan jalan di Kabupaten
Soppeng, Makassar;
7. Perkara No. 13/KPPU-L/2007 Tentang tender pengadaan polibeg dan kelapa sawit
di Kab. Banjar;
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 31
8. Perkara No. 18/KPPU-L/2007 tentang pelanggaran Pasal 22 pada tender
pengadaan TV Pendidikan dan Perlengkapannya di Dinas Pendidikan Nasional
Provinsi Sumatera Utara (Perkara TV Diknas);
9. Perkara No. 19/KPPU-L/2007 tentang dugaan pelanggaran Pasal 23 UU No. 5
Tahun 1999 yang dilakukan oleh EMI Music South East Asia, PT EMI Indonesia,
Arnel Affandi, Dewa 19 dan Iwan Sastra Wijaya;
10. Perkara No. 21/KPPU-L/2007 tentang pelanggaran Pasal 22 pada proses lelang
Pengadaan Pipa PVC 6”, 4”, dan 2” oleh Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan
dan Energi Propinsi Kepulauan Riau, Riau;
11. Perkara No. 22/KPPU-L/2007 tentang pelanggaran Pasal 17 ayat (1), Pasal 19
huruf (a) serta Pasal 25 ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
berkaitan dengan Praktek Monopoli Jasa Kargo di Bandara Hasanuddin, Makassar
Sulawesi Selatan;
12. Perkara No. 24/KPPU-L/2008 tentang Tender Kegiatan Peningkatan Jalan
Pangkalan Balai-Pengumbuk di Kab. Banyuasin;
13. Perkara No. 26/KPPU-L/2008 tentang kartel SMS.
II. PERKARA SEDANG DALAM PROSES KASASI
Perkara sedang dalam proses kasasi juga didominasi oleh Persekongkolan Tender
sejumlah lima perkara dari delapan perkara, meliputi:
1. Perkara No. 08/KPPU-L/2003 tentang Jasa Audit PT Telekomunikasi oleh Price
Water House Coopers;
2. Perkara No. 05/KPPU-L/2004 tentang Tender Pengadaan Jasa Keamanan di PT
Thames PAM Jaya;
3. Perkara No. 08/KPPU-L/2004 tender Pengadaan Tinta Pemilu Legislatif di KPU
Tahun 2004;
4. Perkara No. 04/KPPU-L/2005 tentang Lelang Barang Bukti berupa Gula dalam
Tindak Pidana Nurdin Halid di Kejaksaan Jakarta Utara;
5. Perkara No. 11/KPPU-I/2005 tentang Kartel Distributor Semen Gresik di Wilayah IV
Jawa Timur;
6. Perkara No. 13/KPPU-L/2005 tentang Pengadaan Alat Kesehatan di RSUD Cibinong;
7. Perkara No. 19/KPPU-L/2005 tentang Tender Pengadaan Gamma Ray Scanner di
Pelabuhan Batu Ampar, Batam;
8. Perkara No. 17/KPPU-L/2006 tentang PJU-SJU (2).
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 32
III. PERKARA SEDANG DALAM PROSES EKSEKUSI
Terdapat sebelas perkara sedang dalam proses eksekusi. Sembilan diantaranya juga
terkait dengan perkara Persekongkolan Tender yang meliputi:
1. Perkara No. 07/KPPU-L/2004 tentang Tender VLCC milik Pertamina;
2. Perkara No. 04/KPPU-I/2003 tentang JICT;
3. Perkara No. 06/KPPU-L/2006 tentang Pengadaan Alat Kesehatan di RSUD
Pematang Siantar;
4. Perkara No. 02/KPPU-L/2007 tentang Tender di RSUD Wahab Sya’ranie;
5. Perkara No. 06/KPPU-L/2007 tentang tender pengadaan jasa fogging di DKI
Jakarta;
6. Perkara No. 04/KPPU-L/2007 tentang tender pengadaan LCD di DKI Jakarta;
7. Perkara No. 08/KPPU-L/2007 tentang tender di PJU Bengkulu;
8. Perkara No. 02/KPPU-L/2006 tentang perubahan logo Pertamina;
9. Perkara No. 14/KPPU-L/2007 tentang tender pembangunan jalan di Kab. Siak –
KEPRI;
10. Perkara No. 15/KPPU-L/2007 tentang tender pembangunan mall di Kota
Prabumulih;
11. Perkara No. 16/KPPU-L/2007 tentang tender pengadaan Herbisida, PMLT dan bibit
karet di Kabupaten Banjar Baru;
IV. PERKARA SEDANG DALAM PROSES MONITORING PELAKSANAAN PUTUSAN
KPPU sedang melakukan proses monitoring terhadap delapan pelaksanaan Putusan
yang meliputi:
1. Perkara No. 10/KPPU-L/2005 tentang Kartel Perdagangan Garam ke Sumatera
Utara;
2. Perkara No. 16/KPPU-L/2005 tentang Tender Pengadaan Alat Kendali Emisi di Dinas
Perhubungan Kota Surabaya;
3. Perkara No. 04/KPPU-L/2006 tentang Distribusi Kendaraan Roda Dua Merk Yamaha
di Makassar;
4. Perkara No. 02/KPPU-L/2005 tentang PT Carrefour Indonesia;
5. Perkara No. 01/KPPU-l/2003 tentang PT Garuda Indonesia;
6. Perkara No. 02/KPPU-I/2004 tentang PT. Pemblokiran SLI oleh PT. Telkom
Indonesia;
7. Perkara No. 03/KPPU-L-I/2000 tentang PT. Indomarco Prismatama;
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 33
8. Perkara No. 01/KPPU-L/2004 tentang Jasa Bongkar Muat Kelapa Sawit di Pelabuhan
Belawan.
V. PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG
1. KASASI atas Putusan KPPU NO. 03/KPPU-L/2006 tentang CIS-RISI;
2. KASASI atas Putusan KPPU NO. 02/KPPU-L/2006 tentang LOGO PERTAMINA;
3. Perkara No. 04/KPPU-L/2005 tentang LELANG BARANG BUKTI BERUPA GULA
DALAM TINDAK PIDANA NURDIN HALID DI KEJAKSAAN JAKARTA UTARA;
4. Kasasi atas Putusan KPPU No. 13/KPPU-L/2005 tentang PENGADAAN ALAT
KESEHATAN DI RSUD CIBINONG.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 34
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 35
SOSIALISASI SEWINDU PERSAINGAN
USAHA
4 . 1 . S O S I A L I S A S I
Sampai dengan bulan Juni 2008, KPPU telah melakukan 14 kegiatan
sosialisasi di 11 propinsi. Kegiatan sosialiasi tersebut terdiri dari:
1. Tiga kali Pengembangan Jaringan Media Massa dalam bentuk Forum
Jurnalis di Jakarta yang melibatkan media massa nasional,
2. Seminar Persaingan Usaha di wilayah Kantor Perwakilan Daerah Medan
yang melibatkan Pemda dan Kadin setempat,
3. Penyusunan Standarisasi Materi Advokasi dalam bentuk Forum Diskusi
dengan Akademisi di Gorontalo,
4. Lokakarya Parlemen/Pemerintah di Padang yang melibatkan Pemda dan
Kadin setempat,
5. Lokakarya Parlemen/ Pemerintah di Pangkal Pinang - Bangka Belitung,
6. Seminar Persaingan Usaha di wilayah Kantor Perwakilan Daerah Makassar
yang melibatkan Pemda dan Kadin setempat,
7. Lokakarya dengan Lembaga Publik di Balikpapan – Kalimantan Timur yang
melibatkan Kadin dan akademisi,
B A B
4
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 36
8. Lokakarya dengan Lembaga Publik di Bangkalan – Madura yang
melibatkan Pemda dan Kadin setempat,
9. Penyusunan Standarisasi Materi Advokasi dalam bentuk Forum Diskusi
dengan Akademisi di Mataram,
10. Penyusunan Pedoman Advokasi Jaringan Media di Medan yang melibatkan
media massa setempat,
11. Lokakarya Hakim di Palembang yang melibatkan hakim dari pengadilan
negeri dan pengadilan tinggi seluruh propinsi Sumatera Selatan,
12. Kegiatan Lokakarya Parlemen/Pemerintah di Pontianak – Kalimantan Barat
yang juga melibatkan Pemda dan Kadin setempat,
13. Seminar Persaingan Usaha di Jakarta yang melibatkan Menteri Negara
Badan Usaha Milik Negara, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral,
Ketua Komisi VII DPR, Media Massa Nasional, Pelaku Usaha yang bergerak
di bidang migas, CPEES dan IRSA.
Selain mengadakan kegiatan sosialisasi ke berbagai daerah, subdirektorat
advokasi juga menerima beberapa permohonan audiensi dan permohonan
narasumber dari berbagai instansi, seperti GAPENSI, PT. Pembangkitan Jawa
Bali, INKINDO (Ikatan Nasional Konsultan Indonesia), DPD AKLI, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Salatiga, Bappebti (Badan Pengawas
Perdagangan Berjangka Komoditi) dan IFC (International Finance
Corporation), Departemen Pekerjaan Umum Badan Pembinaan Konstruksi
dan SDM, PT. Astra International, Tbk, AN TV, Persatuan Wartawan
Indonesia Reformasi (PWI-R) Korda DKI Jakarta, Fakultas Hukum Universitas
Nasional Jakarta, AKKI (Asosiasi Kartu Kredit Indonesia), Bupati Soppeng,
Investor Daily, Dewan Pengurus LPJK Riau, Yayasan Perspektif Baru,
Perkumpulan PBB Mr, DPRD Kota Sukabumi, Otorita Pengembangan Daerah
Industri Pulau Batam, KPPU dan Universitas Trunojoyo (Madura), serta
NAMPA.
4 . 2 . K E R J A S A M A K E L E M B A G A A N
Perkembangan kegiatan kerjasama kelembagaan dalam forum internasional
dan kerjasama dengan lembaga internasional yang terkait dengan hukum
dan kebijakan persaingan dalam periode Januari – Juni 2008 adalah :
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 37
1. OECD
Pada periode 2008, KPPU terus melakukan upaya penguatan eksistensi
kelembagaan KPPU baik melalui perwujudan reformasi regulasi, yaitu
pengadopsian integrated checklist on regulatory reform, peningkatan
kapasitas sumber daya manusia, berbagi ilmu tentang hukum dan
kebijakan persaingan usaha pada forum internasional, pelaksanaan
negosiasi tentang kebijakan persaingan di tingkat internasional, dan
peningkatan peranan KPPU sebagai regular observer pada OECD.
Sesuai dengan agenda OECD-Competition Committee, dalam semester
pertama 2008 ini telah dilakukan dua kali pertemuan Competition
Committee. Pada pertemuan pertama di bulan Februari, KPPU mendapat
kehormatan untuk menjadi salah satu pimpinan sidang yang membahas
isu Residential Water Heaters dan Consumer Choice in Mobile Telephony.
KPPU juga menyampaikan written contribution dengan topik Indonesian
Antitrust Issues in Interlocking Directorate. Isu “interlocking directorate”
dalam Pasal 26 UU No 5/1999. Aturan tersebut juga dilaksanakan
sejalan dengan peraturan pemerintah atau departemen yang terkaitnya
lainnya yaitu antara lain UU No No. 19/2003 mengenai BUMN, Peraturan
Bank Indonesia No 2/7/2000 serta Peraturan Bapepam No. Kep-
45/PM/1997 tanggal 26 Desember 1997.
Selain aktif dalam pertemuan tersebut, KPPU juga melakukan pertemuan
dengan OECD expert terkait dengan kemungkinan bantuan OECD dalam
bentuk technical assistance pemberian pelatihan mengenai implementasi
OECD assessment toolkit. Usulan pelatihan yang direncanakan
dilaksanakan di Indonesia tersebut juga merupakan penjabaran dari
salah satu rekomendasi penting yang dihasilkan dalam APEC Seminar
bulan Juni 2007 di Jakarta yaitu adanya kesepakatan para APEC
economies untuk menemukan cara terbaik (berdasarkan
pengalamannya) dalam mengadopsi competition assessment, reformasi
regulasi, dan kebijakan persaingan. Untuk itu mereka juga menekankan
pentingnya dialog yang kontinyu dan bantuan teknis dalam penerapan
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 38
OECD integrated checklist. Sehingga KPPU perlu mempersiapkan
wawasan dan pengetahuan terhadap toolkits tersebut yang sejalan
dengan rencana penerapan dari OECD assessment toolkits.
Sedangkan dalam partisipasi pada pertemuan bulan Juni, KPPU
menunjukkan eksistensi sebagai anggota regular observer OECD (sejak
Desember 2005) melalui penyampaian written contribution pada
pertemuan WP 2 dan WP 3 pada bulan Juni 2008. Namun, KPPU tidak
dapat menghadiri pertemuan tersebut karena bersamaan dengan
penyelenggaraan acara APEC seminar dimana KPPU sebagai host country
penyelenggara acara tersebut. Ketidakhadiran dalam kegiatan tersebut
tidak mengurangi kontribusi aktif KPPU dalam acara tersebut. KPPU tetap
menyampaikan 3 (tiga) written contribution sebagai bahan diskusi dalam
forum tersebut. Materi yang disampaikan tersebut adalah pertama
competition issues in Indonesia construction industry, kedua adalah
bundling in Indonesian competition law dan ketiga adalah market
studies in Indonesian competition agency.
2. OECD – RCC
Wadah sharing experience dan capacity building bagi otoritas pegawai
lembaga persaingan di wilayah Asia Pacific yang merupakan bagian dari
OECD ini yang lebih dikenal sebagai OECD-Korea Regional Center for
Competition (OECD-RCC). Dalam pelatihan tersebut, beberapa materi
tingkat lanjut disampaikan dan dibahas oleh ahli dalam hukum
persaingan usaha yang didatangkan dari kantor pusat OECD di Paris.
KPPU sendiri telah aktif dilibatkan dan bertukar pengalaman dalam
pelatihan tersebut sejak pendirian OECD-RCC, yaitu pada akhir tahun
2004. Pada semester pertama 2008, telah diselenggarakan 3 (tiga)
pelatihan (workshop) yang dilaksanakan di Seoul, Korea Selatan serta di
Singapura. Berbagai teori dan praktek tentang cartel dan leniency
program, penyalahgunaan posisi dominan serta quantitative methods
dalam mengukur kekuatan pasar, merjer dibahas dalam workshop
tersebut. Melalui kapasitas dan keahlian OECD – RCC tersebut, KPPU
merencanakan untuk mengajukan proposal penyelenggaraan pelatihan
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 39
tersebut di Indonesia tahun 2009 dengan tujuan untuk memaksimalkan
partisipasi aktif staf KPPU yang dituntut untuk meningkatkan
kemampuan dalam analisa dan aplikasi kasus persaingan usaha.
3. UNCTAD
UNCTAD sebagai salah satu lembaga bagian dari United Nations
khususnya yang membidangi Divisi Competition Law dan Consumer
Policies Branch. Formulasi bantuan technical assistance yang sudah
dirintis sejak akhir 2004 antara KPPU dan UNCTAD, maka tahun 2007
telah dicapai sebuah kerangka kerjasama bilateral antara KPPU dan
UNCTAD untuk periode 2 (dua) tahun kedepan yaitu 2008 - 2009.
Dalam kerjasama tersebut, KPPU diminta secara khusus untuk menjadi
pusat pengembangan hukum dan kebijakan persaingan untuk wilayah
Asia Tenggara. Dalam mewujudkan hal tersebut, UNCTAD akan
memfasilitasi pelaksanaan penerjemahan modul pelatihan UNCTAD ke
dalam bahasa Indonesia dan pelaksanaan training for trainer (ToT) bagi
internal dan eksternal KPPU, sekaligus fasilitasi pelaksanaan workshop
dalam industri telekomunikasi, infrastruktur dan fasilitas esensial lain,
serta potensi penerapan class action dalam penegakan hukum
persaingan usaha di Indonesia. Dalam tahun 2008, kegiatan yang akan
dilaksanakan pada bulan November adalah Workshop Competition and
Regulation in the Telecommunications Sector.
Selain itu kegiatan dalam kerangka kerjasama bilateral tersebut, KPPU
juga berperan aktif dalam pertemuan UNCTAD khususnya dalam Inter-
Governmental Group of Expert (IGE) Meeting on Competition Law and
Policy yang merupakan agenda tahunan UNCTAD yang dilaksanakan di
markas besar UNCTAD di Geneva, Swiss. Dalam tahun 2008, KPPU
menghadiri pertemuan 9th Session of IGE Meeting pada bulan Juli 2008.
Dalam kesempatan ini, KPPU menyampaikan written contribution dengan
topik Indonesian perspective on abuse of dominance selain itu KPPU
juga menjadi salah satu panelist dalam pertemuan Ad-hoc Expert Group
on the Role of Competition Law and Policy in Promoting Growth and
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 40
Development yang mendiskusikan tentang posisi dan sikap negara
berkembang terhadap periaku penyalahgunaan posisi dominan.
4. APEC
Dalam semester pertama tahun 2008, KPPU telah menunjukkan peran
dan partisipasi aktif dalam proses penyusunan APEC Individual Action
Plan 2008 (APEC-IAP, Rencana Aksi Individu 2008) dibawah koordinasi
Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian khususnya dalam Chapter
Competition. Terkait dengan penyusunan APEC – IAP 2008 tersebut,
KPPU juga terlibat dalam rencana pelaksanaan APEC Peer Review yang
akan dilaksanakan pada 2009. KPPU telah mengkoordinasikan dengan
Menko Perekonomian mengenai isu hukum dan kebijakan persaingan
yang akan disampaikan dalam Peer Review. Sedangkan APEC–IAP 2008
sendiri membahas gabungan berbagai isu yang terkait dengan kebijakan
ekonomi di suatu negara, antara lain tarif dan non tarif, jasa, investasi,
standarisasi, bea cukai, pengadaan pemerintah, hak kekayaan
intelektual, dan kebijakan persaingan.
Sedangkan sebagai perwujudan keaktifan peran KPPU dalam upaya
mendukung reformasi regulasi yang mulai disosialisasikan pada kalangan
stakeholder terkait, maka KPPU memprakarsai penyelenggaraan dan
sebagai host country acara APEC Seminar for Sharing Experiences in
APEC Economies on Relations between Competition Authorities and
Regulator Bodies (CTI 13/2008T), tanggal 11 – 13 Juni 2008 di Bali.
Seminar tersebut merupakan tindak lanjut dari Seminar APEC yang
dilaksanakan pada bulan Juni 2007 di Jakarta yang salah satu
rekomendasi hasil Seminar APEC pada bulan Juni 2007 adalah perlunya
diskusi dan pertemuan lebih lanjut guna berbagi pengalaman dari
pelaksanaan APEC-OECD Integrated Checklist sebagai bagian dari upaya
mendorong proses Regulatory Reform guna mewujudkan kebijakan
persaingan yang sehat.
Salah satu point dari APEC-OECD Integrated Checklist mengenai
perwujudan membangun kelembagaan yang kuat dan harmonis sebagai
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 41
instrument penting untuk mendorong proses Regulatory Reform melalui
kerangka kelembagaan yang harmonis antara lembaga persaingan dan
sektor regulator terkait. Disamping itu, kegiatan ini diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran anggota APEC economies atas pentingnya
pengembangan Regulatory Reform khususnya dalam rangka hubungan
antara lembaga persaingan dan regulator sektoral. Sehingga diharapkan
praktek-praktek pelaksanaan dan pemanfaatan OECD Integrated
Checklist dalam harmonisasi kebijakan terutama bagi regulator dan
lembaga persaingan diperlukan agar pembuatan kebijakan dapat
dilakukan secara konsisten sehingga perbaikan kualitas kebijakan
Regulatory Reform dalam bentuk harmonisasi kebijakan dapat
diakselerasikan dan keefektifan biaya dalam pembangunan ekonomi
dapat ditingkatkan. Kesuksesan penyelenggaraan APEC Seminar selama
dua setengah hari tersebut ditunjukkan dengan partisipasi peserta
kurang lebih 100 peserta baik dari perwakilan pemerintah dari Negara-
negara anggota APEC economies sebanyak 13 negara anggota APEC
economies yaitu dari Chili, Jepang, Mexico, Peru, Filipina, Papua New
Guinea, Rusia, Singapura, Thailand, Vietnam, Malaysia, Chinese Taipei
serta Indonesia. Acara tersebut juga dihadiri oleh perwakilan dari
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dan
Internastional Competition Network (ICN). Peserta dari perwakilan
domestik dari departemen terkait juga aktif berpartisipasi dalam acara
tersebut.
Seminar tersebut menghasilkan beberapa rekomendasi dan kesimpulan
yang menciptakan arah yang jelas bagi harmonisasi dan penguatan
kerjasama antara lembaga persaingan dan lembaga regulator sektor
tertentu dalam kerangka pewujudan reformasi regulasi. Rekomendasi
penting yang dihasilkan adalah pemahaman perlunya dukungan politis
untuk membangun sebuah kerangka kebijakan yang sejalan dengan
reformasi regulasi, serta terkait dengan perwujudan harmonisasi
kebijakan antara lembaga persaingan dan lembaga regulator sektor
tertentu maka perlu mempertimbangkan kejelasan dan pembatasan
tugas antara kedua lembaga tersebut. Rekomendasi penting lainnya
adalah usulan mekanisme sistem konsultasi dan koordinasi antara
lembaga persaingan dan lembaga regulator sektor sebelum menyusun
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 42
peraturan yang melibatkan tugas dan wewenang kedua lembaga,
misalnya mekanisme penyusunan Memorandum of Understading (MoU)
yang dalam pelaksanaan teknisnya dapat berupa penyusunan joint-
working team, diskusi dan pertemuan regular untuk saling bertukar
informasi dan pengalaman pada isu persaingan dalam sektor yang
menjadi jurisdiksi lembaga regulator sektor tertentu.
Hal penting lain yang perlu ditindaklanjuti Indonesia maupun APEC
economies lainnya adalah proses reformasi regulasi akan berjalan
dengan baik apabila sebuah institusi yang dapat mendukung dan
memelihara proses tersebut dilakukan melalui sebuah institusi yang
memadai baik dari pembiayaan dan pengkoordinasian dalam
penggunaan perangkat manajemen regulasi.
5. ASEAN melalui negosiasi Competition Chapter dengan New
Zealand dan Australia
Sebagai kelanjutan dari partisipasi KPPU dalam pengembangan hukum
dan kebijakan persaingan yang telah menjadi isu pembahasan negosiasi
di tingkat internasional, dimana beberapa negara (khususnya negara
maju) baik melalui organisasi internasional maupun secara bilateral terus
berupaya agar tercipta suatu mekanisme peningkatan peranan kebijakan
persaingan. Sebagaimana tahun 2007 dimana KPPU dilibatkan secara
aktif dalam beberapa negosiasi perdagangan adalah negosiasi ASEAN-
Australia-New Zealand (AANZ) Free Trade Area (FTA). Dalam tahun 2008
ini, KPPU juga menjadi bagian dalam negosiasi dalam Joint Committee
for ASEAN – EU Free Trade Area (JC – AEFTA) dimana KPPU dalam
lingkup ASEAN telah menjadi tolak ukur perkembangan aspek hukum
dan kebijakan persaingan yang sudah cukup maju sehingga diharapkan
peranan KPPU dalam memberikan informasi terkait materi negosiasi
tersebut yaitu penyiapan materi kuesioner perkembangan hukum dan
kebijakan persaingan di Indonesia.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 43
6. ASEAN melalui pembentukan ASEAN Expert Group on Competition
(AEGC)
Dalam upaya membangun kerangka kebijakan persaingan dalam skala
regional yang efektif, maka melalui ASEAN telah disepakati terbentuknya
ASEAN Expert Group on Competition (AEGC) pada bulan Agustus 2007
pada pertemuan ASEAN-Senior Economic Official Meeting (SEOM) untuk
dapat berada di bawah SEOM. Adapun kesepakatan yang berhasil dicapai
dari pertemuan ini adalah bahwa AEGC menyepakati semua negara
anggota ASEAN sudah memiliki hukum persaingan pada 2015, sejalan
dengan berlakunya ASEAN Economic Community (AEC). AEGC dibentuk
dengan tujuan sebagai forum untuk mendiskusikan dan
mengkoordinasikan kebijakan persaingan dengan sasaran
mempromosikan terciptanya lingkungan persaingan usaha di wilayah
ASEAN, setelah sebelumnya ASEAN memiliki Asean Consultative Forum
on Competition (ACFC) yang bersifat sukarela.
Untuk lebih memfokuskan kegiatan dalam ruang lingkup yang menjadi
fokus utama AEGC maka dibentuk 3 (tiga) working group yaitu :
a. Forum for competition policy yang ditujukan sebagai sarana
berdiskusi dan berkoordinasi seputar kebijakan persaingan bagi
negara-negara anggota.
b. Training and capacity building, untuk meningkatkan kemampuan
institusi sehingga diperlukan identifikasi permasalahan dan evaluasi
atas pelaksanaan proyek yang bertujuan memberikan dukungan bagi
pengembangan kebijakan persaingan serta sebagai upaya untuk
mempromosikan kepedulian dan dukungan bagi kebijakan
persaingan itu sendiri. Hal ini terkait pula dengan kondisi tahapan
yang berbeda di setiap negara anggota dalam melakukan
pembangunan kebijakan persaingan. Dalam program ini ditujukan
pelatihan untuk semua negara anggota ASEAN, bekerjasama dengan
para mitra dialog, seperti Amerika, OECD dan Jerman. Materi
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 44
pelatihan akan berkisar pada pengembangan kebijakan persaingan,
advokasi dan pelatihan teknik investigasi.
c. Regional Guideline, sebagai best pratice bagi pola pelaksanaan
kebijakan persaingan yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi
regional ASEAN yang didasarkan kepada pengalaman dari masing-
masing negara anggota. Guideline ini nantinya akan menjadi
pegangan bagi semua negara anggota ASEAN dalam menyiapkan
hukum persaingan di negara masing-masing. Guideline itu
diperlukan mengingat hingga saat ini belum semua negara di
kawasan ASEAN memiliki hukum persaingan. Diharapkan, jika
memang pada 2015 kesepakatan belum berhasil tercapai, minimal
untuk beberapa sektor telah memiliki pengaturan hukum persaingan.
Hingga saat ini, negara ASEAN yang telah memiliki hukum
persaingan adalah Indonesia, Singapura, Thailand dan Vietnam.
Diharapkan nantinya guideline tersebut akan membantu proses
lahirnya kebijakan persaingan di tingkat ASEAN. Isi guideline
tersebut diharapkan bisa sejalan dengan kepentingan dunia usaha
ASEAN, sehingga dapat menciptakan suasana persaingan yang sehat
di lingkungan internal ASEAN, yang nantinya akan melahirkan
banyak pengusaha yang siap untuk bersaing di luar ASEAN.
Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan yang dihasilkan dari pertemuan-
pertemuan sebelumnya, diselenggarakanlah pertemuan Asean Expert
Group on Competition (AEGC) ke-1 di Singapura pada tanggal 18-20
Maret 2008. KPPU sebagai otoritas lembaga persaingan Indonesia turut
hadir bersama dengan perwakilan dari negara-negara anggota ASEAN
lainnya, serta perwakilan dari Sekretariat ASEAN. Target dari pertemuan
ini adalah untuk membahas lebih lanjut isu-isu terkait dengan
competition policy di ASEAN.
7. International Competition Network (ICN)
International Competition Network (ICN) merupakan jaringan informal
bagi lembaga persaingan seluruh dunia, didirikan bulan Oktober 2001
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 45
dengan tujuan untuk memfasilitasi kesamaan prosedur dan substansi
dalam penegakan hukum persaingan. Anggota ICN mencapai 100
lembaga persaingan dari 88 negara di seluruh dunia (per 1 April 2007).
ICN terdiri dari Steering Group yang bertanggung jawab untuk
pengambilan keputusan serta berbagai kelompok kerja yang berfokus
pada implementasi kebijakan persaingan dan operasional ICN. Kelompok
kerja ini mengadakan workshop dengan tema tertentu terkait dengan
aktifitas kelompok kerjanya. Melalui aktifitas ini, ICN tidak hanya
menyediakan institusi anggota dengan kesempatan untuk mengangkat
isu persaingan tertentu, namun juga memfasilitasi komunikasi antar
institusi anggota. ICN juga melakukan pertemuan tahunan dimana setiap
kelompok kerja melaporkan kegiatannya selama setahun dan berdiskusi
tentang hukum dan kebijakan persaingan usaha.
Untuk tahun ini, The International Competition Network (ICN) Seventh
Annual Conference yang diprakarsai oleh Japan Fair Trade Commission
(JFTC) bertempat di Kyoto International Conference Center (ICC Kyoto).
Konferensi berlangsung dari tanggal 13 – 17 April 2008. Lebih dari 500
peserta yang berasal dari 70 yurisdiksi, termasuk perwakilan dari
lembaga persaingan dan pengamat independent seperti pengacara
dengan spesialisasi dalam hukum persaingan menghadiri konferensi ini.
Para partisipan berdiskusi tentang hukum persaingan dan kebijakan
persaingan terkini yang diterapkan di berbagai negara.
Pada rangkaian pertemuan ICN, perwakilan KPPU dipercaya sebagai
salah seorang Panelis pada salah satu sesi utama (plenary session),
yaitu pada sesi laporan dan Panelisa pada sesi pisah (breakout session).
Melalui seminar ini, Indonesia melalui KPPU diharapkan dapat semakin
aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan Working Group ICN. Dalam
kesempatan ini, KPPU juga mengajukan proposal untuk menjadi host
country penyelenggara ICN Annual Conference selanjutnya. Selain
Indonesia (KPPU) ada 2 (dua) kandidat negara yang mengajukan
proposal sama yaitu Chinese Taipei dan Turki. Melalui pertimbangan
penilaian kesiapan materi dan teknis operasional serta lokasi
penyelenggaraan ICN tahun ini sudah di negara wilayah Asia maka
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 46
diputuskan bahwa host country penyelenggaraan ICN 2009 oleh negara
Turki.
Dalam tingkat kerjasama bilateral, KPPU telah dan terus membangun
kerjasama yang sudah terbina dengan lembaga persaingan Negara
sahabat. Kerjasama yang telah terjalin tersebut ditujukan untuk
memperkuat posisi KPPU dalam forum internasional. Dalam kerangka
kerjasama tersebut, KPPU telah memperkuat kerjasama dengan
beberapa lembaga persaingan yaitu :
1. Japan Fair Trade Commission (JFTC)
Kerjasama bilateral dengan JFTC telah dibangun sejak awal
berdirinya KPPU tahun 2000 dan terus menunjukkan perkembangan
yang positif. Kegiatan partisipasi KPPU dalam kerangka kerjasama
bilateral tersebut, KPPU aktif mengikuti rangkaian acara The 4th East
Asia Top Officials Meeting on Competition Law and Policy yang
dilaksanakan di Jepang tanggal 16 April 2008 yang dilaksanakan
secara back-to-back dengan pertemuan tahunan ICN yang
disponsori oleh JFTC. Kegiatan ini merupakan pertemuan tahunan
yang diwakili oleh pejabat senior lembaga persaingan negara-negara
Asia Timur.
Pada pertemuan ini, dibahas mengenai perkembangan penegakan
hukum dan kebijakan persaingan di Korea, Taiwan dan Singapura.
Pertemuan ini juga meresmikan pembentukan Technical Assistance
Task-force yang bertujuan untuk memfasilitasi efisiensi bantuan
teknis kebijakan persaingan di Asia Timur, yang mana mencakup
koordinasi antar negara donor, antara negara donor dan negara
penerima. Koordinasi ini mencakup pertukaran informasi dan opini
antar lembaga-lembaga terkait. Anggota dari Technical Assistance
Task-force adalah individu-individu yang bertanggung jawab
terhadap bantuan teknis pada lembaganya masing-masing.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 47
2. Chinese Taipei Fair Trade Commission
Sebagai bentuk kerjasama bilateral, KPPU menghadiri Regional
Seminar on Competition Issues in Retailing yang diselenggarakan di
Bangkok, Thailand pada tanggal 10 – 11 Juli 2008. Seminar ini
diprakarsai oleh Chinese Taipei Fair Trade Commission (Chinese
Taipei FTC) dengan dukungan dari OECD dalam kerangka
International Co-Operation Program on Competition Policy. Seminar
dihadiri oleh berbagai tenaga ahli dari OECD, ACCC (Australia) serta
perwakilan lembaga persaingan dari 11 negara, termasuk Indonesia.
Tema besar yang diambil dalam seminar ini adalah permasalahan
persaingan berkaitan dengan daya beli pembeli (buyer power), jual
rugi (selling below cost) dan perkembangan hipermarket. Agenda
Roundtable diisi dengan topik pengalaman negara delegasi dalam
menangani kasus Buyer Power in Retailing, Below Cost Retailing dan
kasus lain berkaitan dengan penjualan retail di negara masing-
masing.
Delegasi KPPU membawakan materi presentasi tentang daya beli
Hipermart Carrefour dan Supermarket Indomart dalam sektor retail
Indonesia. Kedua peritel ini ditengarai memiliki posisi dominant
dalam posisi mereka sebagai pembeli produk dan jasa. Pada kasus
Carrefour, KPPU menerima laporan dari supplier bahwa Carrefour
menyalahgunakan posisi dominant yang dimilikinya dengan
memberlakukan minus margin. Aturan ini membuat para supplier
tidak dapat memasok ke pesaing Carrefour, yang mana hal ini
sangat memberatkan dan merugikan para supplier. Sedangkan pada
kasus Indomart, KPPU memberikan saran kepada Pemerintah untuk
melakukan perbaikan dan kontrol pada izin pendirian supermarket
agar tidak membunuh usaha ritel tradisional dan membuka
kesempatan berusaha yang sama bagi perusahaan kecil, menengah
dan besar.
Dari keikutsertaan dalam seminar ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa diterapkannya berbagai regulasi di bidang ritel pada negara-
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 48
negara peserta oleh pemerintah masing-masing terkadang justru
berdampak kurang baik bagi persaingan, yaitu dengan membatasi
persaingan itu sendiri. Karena permasalahan retail cukup rumit
(mencakup peritel, pemasok dan konsumen), lembaga persaingan
harus cermat dalam mendalami permasalahan retail yang muncul.
KPPU juga berharap agar seminar dengan tema serupa dapat
diselenggarakan di Indonesia agar pemerintah dan stakeholder
terkait dapat memahami isu retail ini secara lebih mendalam.
3. JICA – BAPPENAS
KPPU dan JFTC, dalam kerangka kerjasama JICA, bekerjasama
mengembangkan Project Phase II on Competition Policy and Law,.
yang dijadwalkan mulai pada bulan April 2009 hingga April 2012
dimana Project Phase I telah berakhir bulan April 2008. Tujuan yang
diharapkan adalah untuk meningkatkan implementasi system
kebijakan dan hukum persaingan di Indonesia. Adapun kegiatan
yang diagendakan mencakup training, seminar/workshop, internship
dan kajian, yang berlokasi baik di Jepang maupun di Indonesia. Dari
aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam proyek ini, output yang
diharapkan adalah meningkatnya kemampuan staff KPPU dalam
menangani dan menegakkan UU No. 5 Th. 1999 serta dalam
kegiatan kerja organisasi sehari-hari.
Saat ini KPPU tengah mengajukan program internship bertempat di
Headquarter of JFTC (Tokyo) and JFTC Regional Office yang akan
diikuti oleh 4 staff KPPU terpilih yang telah menguasai bahasa
Jepang. Tujuan dari proyek internship ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan para partisipan atas undang-undang
hukum dan kebijakan persaingan Jepang, memberi pemahaman atas
tata cara dan tata kerja JFTC, serta best practice JFTC sebagai
lembaga persaingan. Diharapkan, setelah mengikuti masa internship
selama 2 bulan, staff KPPU akan memiliki pemahaman yang lebih
baik tentang tata cara kerja organisasi JFTC dan dapat memetakan
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 49
best practice JFTC sebagai lembaga persaingan yang sekiranya
dapat diaplikasikan di KPPU Indonesia.
Sementara untuk program long term training, diadakan program
beasiswa untuk tingkat Master dan Doctor bertempat di universitas
nasional Jepang. 4 orang pegawai KPPU akan dikirm ke Jepang pada
setiap tahun akademis untuk dapat menimba ilmu dalam bidang
ekonomi, hukum, pembangunan, kebijakan public dan bidang-bidang
lain yang dapat mendukung pengembangan KPPU. Tujuan dari
program ini adalah untuk meningkatkan kapasitas dari pegawai-
pegawai KPPU serta meningkatkan kemampuan pegawai KPPU untuk
mengembangkan kebijakan dan hukum persaingan di Indonesia
selaras dengan perkembangan di tingkat international. Selain
program long term training, juga diadakan In Country Training yang
diselenggarakan di Jakarta. Training ini direncanakan untuk
diselenggarakan sebanyak 4 kali setiap tahunnya, dengan topic dan
tema yang berbeda sesuai dengan kebutuhan KPPU.
Seluruh rencana kegiatan dalam kerangka project competition
policy and law ini dikoordinasikan dengan BAPPENAS selaku instansi
yang berwenang untuk mengkoordinasikan project – project bantuan
lembaga internasional dalam kerangka kerjasama Government to
Government.
4. GTZ Jerman
Terkait dengan kerjasama trilateral KPPU, GTZ-ICL dan MA yang
memasuki phase II yang dimulai bulan Juli 2008 – Desember 2009
telah dilakukan beberapa kegiatan antara lain workshop hakim di
Bandung dan Batam untuk hakim Pengadilan Negeri dan Pengadilan
Tinggi Negeri. Hal ini diperuntukkan sebagai sosialisasi hukum
persaingan untuk tingkat lanjut bagi hakim pengadilan negeri dan
pengadilan tinggi negeri. Sehingga para hakim tersebut dapat
memahami berita acara hokum persaingan dan cara mengatasi
kasus-kasus yang berkaitan dengan praktek monopoly dan
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 50
persaingan usaha tidak sehat. Kemudian kerjasama KPPU dan GTZ-
ICL juga memiliki program beserta I-Radio dalam acara Talkshow
yang membahas perkara-perkara yang berkaitan dengan
pelanggaran UU No. 5 tahun 1999 tentang praktek monopoly dan
persaingan usaha tidak sehat, dengan narasumber dari Komisioner
KPPU. Kegiatan ini dilakukan 2 kali sebulan dengan mengadakan
interaktif dengan para pendengar I-Radio. Kegiatan ini telah
berlangsung 2 kali. Penayangan pertama yaitu pada tanggal 24 Juni
2008 dengan narasumber Bapak Erwin Syahril (Komisioner)
membahas tentang manajemen haji, kemudian tayangan kedua
pada 15 Juli 2008 membahas tentang distribusi LPG di Indonesia.
Tanggapan masyarakat untuk acara ini sangat baik, dengan
demikian KPPU dapat menarik perhatian masyarakat dan
mengembangkan sosialisasinya kepada seluruh masyarakat
Indonesia.
5. Korea Fair Trade Commission (KFTC)
Dalam meningkatkan kredibilitas KPPU memandang perlu untuk
melakukan kerjasama dengan competition agency negara lain, salah
satunya dengan Korea Fair Trade Commission (KFTC). Perumusan
kerjasama secara bilateral tersebut dimulai dengan KPPU
mengajukan proposal dalam penyelenggaraan workshop yang
diagendakan akan diadakan bulan Agustus tahun ini serta pelatihan
di Seoul, Korea pada Maret 2009 nanti. Penyelenggaraan workshop
yang direncanaka di Jakarta bekerjasama dengan expert OECD
dalam pemberian pelatihan dalam meningkatkan pemahaman OECD
Competition Assessment Tool Kit yang diperuntukan untuk staf KPPU
dan beberapa perwakilan instansi terkait lainnya. Kegiatan ini
bertujuan untuk menjalin kerjasama dengan competition agency
yang ada di Korea dan dalam mengembangkan analisis ekonomi
pada saat proses investigasi dan meningkatkan sinergi yang baik
dengan institusi pemerintahan.
Selain penguatan kerjasama tingkat internasional dengan lembaga persaingan
internasional, KPPU juga terus menguatkan kerjasama dengan instansi dan
departemen terkait lainnya di tingkat nasional. Dalam upaya menjalin kerjasama
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 51
baik tersebut, KPPU sebagai pengemban amanat rakyat dalam penegak hukum
persaingan di Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang No. 5
Tahun 1999, KPPU telah mengadakan pertemuan dengan beberapa Menteri
Negara dan Lembaga Negara terkait guna menjalin kerjasama antar lembaga
negara dan pemerintah dalam menjalin sinergi yang baik demi penegakan hukum
persaingan. Mulai dari awal Januari 2008 – July 2008 KPPU telah mengadakan
pertemuan diantaranya:
1. Pertemuan dengan Bappenas (12 Maret 2008)
KPPU meminta pendapat Menteri dalam hal makro, yaitu tentang sikap
pemerintah (dalam hal ini BAPPENAS) atas isu/arah kebijakan persaingan
secara nasional.
2. Pertemuan dengan Wakil Presiden RI (28 Maret 2008)
Selain mengirimkan saran dan pertimbangan ke Presiden, KPPU juga meminta
dukungan langsung dari Wakil Presiden dengan mengadakan pertemuan
langsung KPPU dengan wakil presiden. Dalam pertemuan ini KPPU
menyampaikan hasil kinerja KPPU serta beberapa kasus yang telah dan
sedang ditangani. Serta dalam kesempatan tersebut KPPU meminta dukungan
pemerintah untuk dapat melakukan kerjasama yang baik demi tegaknya
hukum persaingan di Indonesia.
1. Pertemuan dengan Menteri Perekonomian (12 April 2008)
KPPU meminta pendapat Menteri tentang sikap pemerintah (dalam hal ini
Koordinator Bidang Perekonomian) atas isu/arah kebijakan persaingan secara
nasional. Hal ini karena dalam kajian-kajian yang ditangani KPPU tidak
sanggup mencakup seluruh sektor ekonomi yang ada, selain itu dibutuhkan
badan-badan regulator yang juga berkaitan dengan isu persaingan untuk
dapat bekerjasama demi penyelesaian isu persaingan yang dijalani.
2. Pertemuan dengan Menteri Perindustrian (21 April 2008)
Penyampaikan kajian-kajian yang tengah ditangani oleh KPPU yaitu bidang
industri pokok yang sangat berpengaruh pada perekonomian, seperti halnya;
industri gula rafinasi, industri baja, industri tembakau dan industri
pulp/kertas.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 52
3. Pertemuan dengan Menteri Pertahanan (21 Mei 2008)
KPPU menyampaikan beberapa permasalahan industri yang menurut
perspektif KPPU berada di bawah Departemen Pertahanan, seperti contohnya
dalam pengelolaan taxi bandara di wilayah enclave sipil serta industri
strategis yang berkaitan dengan pertahanan. Selanjutnya menyangkut
permasalahan industri barang dan jasa yang bersentuhan dengan
Departemen Pertahanan terkait dengan jaminan supply kebutuhan
Departemen Pertahanan.
4. Pertemuan dengan Menteri Perhubungan (20 Juni 2008)
Pertemuan ini membahas tanggapan Menteri Perhubungan dari beberapa
saran pertimbangan yang telah disampaikan oleh KPPU kepada Departemen
Perhubungan, diantaranya Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 15
Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Tally di pelabuhan,
kesepakatan tarif lini dua pelabuhan tanjung priok, dan pelaksanaan
angkutan kontainer roll on-roll off (RoRo) Batam – Singapura.
Selain pertemuan dengan lembaga negara dan pemerintah, KPPU juga menyusun
formulasi penyusunan Memorandum of Understanding (MoU) atau Nota
Kesepahaman dengan Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo)
tentang penanganan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat pada
industri komunikasi dan informatika dan KAPOLRI RI tentang kerjasama dan
koordinasi dalam penanganan perkara praktek monopoly dan persaingan usaha
tidak sehat. Hal tersebut bertujuan untuk menjalin kerjasama dalam penanganan
perkara yang dihadapi oleh KPPU, karena KPPU dalam menangani kasus tentunya
perlu dukungan dan peran serta dari berbagai pihak termasuk pemerintah dan
lembaga negara terkait. Ruang lingkup dari nota kesepahaman KPPU dengan
Depkominfo tersebut antara lain:
1. Pengkajian dan Monitoring perilaku pelaku usaha di industri komunikasi dan
informatika yang berpotensi melanggar UU No.5/1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, sehingga selanjutnya
dapat menjadi bahan bagi KPPU untuk ditindaklanjuti dalam proses
penegakan hukum;
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 53
2. Harmonisasi kebijakan persaingan dalam industri komunikasi dan informatika
untuk mencapai hasil guna yang diharapkan dalam industri terkait;
3. Akses data, dan atau informasi baik bersifat proaktif, maupun reaktif;
4. Sosialisasi prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat kepada pemangku
kepentingan industri komunikasi dan informatika.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) khususnya Komisi VI yang membidangi sektor
Perindustrian, Perdagangan, koperasi/usaha kecil dan menengah, Badan Usaha
Milik Negara, Investasi dan Badan Standarisasi Nasional sebagai partner penting
bagi KPPU dalam penyampaian aspirasi serta pertanggung jawaban kinerjanya
dalam kurun waktu 7 (tujuh) bulan ini terhitung sejak Januari 2008 - July 2008
telah mengadakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan DPR RI sebanyak 2
(dua) kali. Pada RDP pertama untuk tahun 2008 yaitu pada tanggal 19 Maret
2008 dengan daftar pertanyaan sebagai berikut: Dari hasil RDP tanggal 19 Maret
2008 dihasilkan beberapa kesimpulan antara lain:
1. Berkaitan dengan banyaknya kasus terkait dengan persaingan usaha tidak
sehat Komisi VI DPR RI mendukung langkah-langkah KPPU dalam upaya
meningkatkan fungsi dan peranannya sesuai dengan amanat UU No. 5 Tahun
1999 tentang larangan praktek monopoly dan persaingan usaha tidak sehat.
2. Komisi VI DPR RI meminta kepda pemerintah untuk melakukan harmonisasi
kebijakan sesuai dengan rekomendasi KPPU dan Komisi VI DPR RI meminta
kPPU untuk menyampaikan hasil kajian yang berkaitan dengan regulasi yang
mengarah pada timbulnya praltek monopoly dan persaingan usaha tidak
sehat kepada Komisi VI DPR RI.
3. Dalam upaya menjaga independesi KPPU sebagai lembaga yang menjalankan
amanat UU no. 5 tahun 1999 maka, Komisi VI DPR RI meminta untuk
menyelesaikan satus kesekretariatan KPPU selanjutnya terkait dengan hal ini
Komisi VI juga akan mengadakan dialog denga Menteri Negara terkait
(Menpan, Mensesneg, Menkeu)
Kemudian RDP kedua yaitu pada tanggal 26 Juni 2008 dengan daftar pertanyaan.
Dari pembahasan dan diskusi yang berlangsung selama RDP tersebut telah
dihasilkan kesimpulan sebagai berikut :
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 54
1. Komisi VI mendesak kepada pemerintah cq Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara agar segera menetapkan status pimpinan kesekretariatan
(setingkat eselon 1A) serta meminta kepada Menteri Keungan menetapkan
bagian anggaran sendiri
2. Komisi VI juga meminta kepada pemerintah cq Departemen Keuangan
Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara agar segera
memproses pencairan anggaran KPPU yang dibintangi oleh Ditjen Anggaran
Departemen Keuangan RI
3. Laporan hasil kinerja KPPU beserta dengan hasil putusan perkara yang telah
ditangani maupun penanganan perkara yang sedang ditangani. Kemudian
diskusi seputar permasalahan kelembagaan, terkait didalamnya persoalan
administratif (termasuk didalamnya permaslahan SDM maupun permasalahan
keterbatasan gedung tempat kerja).
4. Komisi VI juga meminta agar KPPU dapat terus meningkatkan kinerjanya
Dari RDP tersebut Komisi VI DPR RI terus mendukung upaya yang telah
dilakukan KPPU dalam menjalankan fungsinya sebagai pengemban amanat UU
No. 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoly dan persaingan usaha
tidak sehat. Serta dari beberapa kajian yang telah dilakukan KPPU Komisi VI
memberikan tanggapan yang positif serta mendorong KPPU untuk terus
melakukan pemantauan terhadap sektor-sektor ekonomi penting yang
melakukan pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 55
IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN
KELEMBAGAAN 5.1. PERMASALAHAN KELEMBAGAAN SEKRETARIAT KPPU
Permasalahan kelembagaan Sekretariat KPPU sampai saat ini masih belum dapat
diselesaikan sesuai dengan harapan dan keinginan KPPU. Walaupun untuk
menangani permasalahan tersebut telah dilakukan pembahasan-pembahasan
tingkat interdep namun hingga semester I tahun 2008 belum dapat diselesaikan.
Dalam setiap pembahasan interdep, hampir semua pihak memahami dan
mengerti tentang permasalahan tersebut dan mendukung upaya KPPU, namun
hanya pihak Kantor Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) yang
sejauh ini masih belum dapat menerimanya. Kondisi ini tentunya menjadi
pertanyaan berbagai pihak, KPPU merasakan bahwa Kantor Menpan masih
Kurang memahami peran dan fungsi KPPU. Hal ini berdampak pada kurangnya
dukungan dalam pengembangan dan penguatan kelembagaan KPPU, sehingga
hal tersebut antara lain berdampak pada kedudukan KPPU dalam
ketatanegaraan, dukungan instansi terkait seperti Depkeu dan BKN, kepastian
karir pegawai, dan remunerasi Komisi dan pegawai KPPU
Sebagaimana dimaklumi bahwa dalam UU No.5 Tahun1999 Pimpinan Sekretariat
KPPU tidak disebut sebagai Sekretaris Jenderal, namun Pimpinan Sekretariat
KPPU diatur sepenuhnya oleh Komisi. Keberadaan dan kedudukan Sekretariat
KPPU tersebut membawa konsekuensi sebagai berikut:
B A B
5
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 56
1. Pimpinan Sekretariat tidak dianggap sebagai jabatan negeri/pegawai negeri
sipil (PNS) dan tidak menjadi kewenangan Menpan untuk mengatur dan
menyetarakan dengan PNS;
2. Selama 8 (delapan) tahun gaji/honorarium pegawai KPPU tidak dapat diatur
dengan baik mengingat pihak Departemen Keuangan (Depkeu) tidak akan
menyetujui pengaturan gaji/honorarium tersebut apabila tidak ada
tanggapan atau rekomendasi terlebih dahulu dari Menpan;
3. Terhambatnya penyusunan gaji/honorarium berdampak pada karir pegawai
KPPU yang tidak jelas dan tidak pasti. Hal tersebut sangat berpengaruh
dalam pengembangan kelembagaan khususnya dalam pelaksanaan tugas
dan fungsi KPPU;
4. Bagian Anggaran KPPU tidak dapat berdiri sendiri, dan untuk itu sampai saat
ini anggaran KPPU masih menginduk pada Departemen Perdagangan
(Depdag) sebagai satuan kerja KPPU;
5. Pembinaan PNS yang dipekerjakan di KPPU terbengkelai mengingat jabatan
di KPPU tidak dapat disetarakan dengan eselonering PNS.
Upaya Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk mendapatkan kejelasan
dan ketetapan atas status kelembagaan Sekretariat KPPU terus dilakukan hingga
memasuki tahun 2008. Dalam semester I tahun 2008, KPPU telah melakukan
berbagai upaya agar permasalahan kelembagaan Sekretariat KPPU dapat segera
dituntaskan sehingga pelaksanaan tugas Sekretariat KPPU dapat dilaksanakan
dengan efektif serta pengembangan kelembagaan, kepegawaian dan keuangan
dapat dilakukan dengan lebih baik.
Adapun upaya yang telah dilakukan KPPU selama kurun waktu semester I tahun
2008 dan proses lainnya terkait antara lain sebagai berikut:
1. Menindaklanjuti pembicaraan terdahulu dengan Menpan (tahun 2007 dan
tahun-tahun sebelumnya), KPPU telah mengirim surat Nomor 34/K/I/2008
tanggal 28 Januari 2008 perihal Status Kelembagaan Sekretariat KPPU
kepada Menpan. Dalam surat dimaksud pada intinya KPPU menyampaikan
hal-hal yang telah dilakukan KPPU dalam penanganan perkara sejak tahun
2000 s.d. 2008, rekomendasi yang telah disampaikan kepada pemerintah,
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 57
keadaan sumber daya organisasi, dan permasalahan kelembagaan
Sekretariat KPPU beserta dampaknya terhadap pelaksanaan tugas
Sekretariat KPPU. Terkait dengan permasalahan kelembagaan sekretariat,
KPPU sangat mengharapkan bantuan Menpan untuk memperkenankan KPPU
memiliki struktur Sekretariat yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal
setara dengan Eselon I. Sambil menunggu proses hingga terbitnya
Keputusan atau Peraturan Presiden, KPPU minta agar Menpan dapat
memberikan persetujuan ”sementara” terhadap organisasi Sekretariat KPPU
yang berjalan saat ini, sehingga keberadaannya dapat ”diakui” oleh semua
pihak.
2. KPPU telah melakukan audiensi dengan Presiden RI pada tanggal 14 Februari
2008. Pada kesempatan tersebut Ketua KPPU menyampaikan permasalahan
terkait dengan kelembagaan Sekretariat KPPU dan mengusulkan bahwa
Pimpinan Sekretariat KPPU adalah Sekretaris Jenderal dengan kedudukan
setingkat Eselon 1 a. Usulan tersebut akan menjadi materi usulan perubahan
Keputusan Presiden Nomor: 75 Tahun1999 tentang Komisi Pengawas
Persaingan Usaha. Adapun arahan Presiden atas usulan KPPU tersebut
kepada Mensekneg dan Seskab adalah agar ditindaklanjuti dan dikoordinasi
oleh Sekneg dan Setkab, dan diminta agar dapat diselesaikan sebelum
berakhirnya masa jabatan Presiden Periode 2004 -2009.
3. KPPU telah beberapa kali mengirim surat kepada Menkeu (2007), yang pada
intinya KPPU mengajukan permohonan sebagai berikut:
a. Agar KPPU dapat mempunyai Bagian Anggaran tersendiri yang terpisah
dari Depdag. Hal tersebut dengan tujuan agar pengelolaan anggaran
KPPU dapat efektif dan efisien;
b. Agar dapat dilakukan penyesuaian remunerasi bagi Anggota Komisi
berkaitan dengan tugas, tanggungjawab dan konsekuensinya;
c. Agar dapat dilakukan penyesuaian remunerasi bagi pegawai KPPU yang
sejak tahun 2000 belum bernah ditinjau kembali. Hal tersebut telah
menghambat karir dan kepastian kerja pegawai.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 58
Adapun jawaban Menkeu (Surat Nomor: S-44/MK.02/2008 tanggal 1 Februari
2008 perihal Permohonan Komisi Pengawas Persaingan Usaha) atas surat KPPU
pada intinya sebagai berikut:
a. KPPU dapat memiliki Bagian Anggaran tersendiri setelah organisasi dan
tatakerja Sekretariat KPPU ditetapkan oleh MenPAN. Hal ini menunjukkan
pentingnya dukungan MenPAN untuk mampu memahami peran dan fungsi
Sekretariat KPPU;
b. Usulan penyesuaian Remunerasi Anggota Komisi sebagaimana diatur dalam
Keppres No.6/2002 tentang Honorarium Komisi disarankan untuk menunggu
hasil kajian Tim Remunerasi Nasional;
c. Usulan penyesuaian remunerasi pegawai KPPU, disarankan menunggu
adanya ketetapan Menpan mengenai organisasi dan tatakerja Sekretariat
KPPU.
Menindaklanjuti permintaan KPPU, Menteri Keuangan telah berkirim surat kepada
Menpan yang intinya minta agar kelembagaan Sekretariat KPPU dapat segera
diselesaikan sehingga ada dasar bagi Menkeu untuk memberikan penetapan
terkait dengan bidang tugasnya.
4. Upaya yang telah dilakukan KPPU serta pembahasan-pembahasan yang
selama ini telah dilakukan KPPU dalam rapat interdep, baik yang
diselenggarakan di Kantor Menpan maupun di KPPU, sepertinya tiada arti
dengan keluarnya surat Menpan Nomor: B/534/M.PAN/02/2008 tanggal 26
Februari 2008 yang menjawab surat KPPU tersebut pada butir 1 di atas.
Pada intinya surat Menpan menyatakan bahwa berdasarkan ketentuan Pasal
34 ayat (4) UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, status kelembagaan Sekretariat KPPU
ditetapkan oleh KPPU yang bersifat independen, sehingga kurang tepat
apabila pemerintah kemudian menetapkan status kelembagaan tertentu
terhadap Sekretariat KPPU. Hal ini dikhawatirkan akan melanggar peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dengan pertimbangan tersebut, Menpan
menyarankan agar dilakukan perubahan terlebih dahulu terhadap ketentuan-
ketentuan kelembagaan dalam UU Nomor 5 Tahun 1999, dan sampai dengan
diadakannya perubahan ketentuan kelembagaan tersebut, maka
kelembagaan Sekretariat KPPU hendaknya dalam keadaan status quo.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 59
5. Rapat koordinasi dengan instansi terkait yang diprakarsai Sekretaris Kabinet
telah dilaksanakan pada tanggal 29 April 2008 dan dihadiri oleh Sekretaris
Kabinet beserta Deputi dan staf, Ketua, Wakil Ketua, dan beberapa
Komissioner serta Direksi KPPU dan wakil-wakil dari Depkeu, Menpan dan
BKN. Rapat membahas beberapa usulan KPPU dan telah menyetujui
beberapa hal sebagai berikut:
a. Untuk sementara waktu Pimpinan Sekretariat KPPU tidak disetarakan
terlebih dahulu dengan eselonering PNS (eselon 1a).
b. KPPU dapat mempunyai Bagian Anggaran tersendiri.
c. Pembinaan PNS yang dipekerjakan di KPPU dilakukan oleh instansi induk
yang bersangkutan.
Hasil kesepakatan tersebut selanjutnya dituangkan dalam rancangan perubahan
Keppres Nomor 75 Tahun 1999 tentang KPPU dan telah disetujui oleh Seskab dan
saat ini dalam proses memintakan paraf persetujuan dari Menkeu, MenPAN dan
Ketua BKN.
5.2. PENGUATAN TUGAS DAN WEWENANG KANTOR PERWAKILAN KPPU
DI DAERAH
KPPU telah mempunyai 5 (lima) Kantor Perwakilan Daerah KPPU (KPD KPPU)
yaitu di: Medan, Surabaya, Makassar, Balikpapan, dan Batam. Keberadaan
kelima KPD KPPU tersebut sangat mendukung pelaksanaan tugas KPPU,
utamanya dalam hal penanganan laporan yang diterima dari wilayah kerja KPD
KPPU serta dalam hal terdapat perkara yang sedang ditangani oleh KPPU dan
perkara tersebut terkait dengan pelaku usaha di wilayah kerja KPD KPPU
bersangkutan. Pemeriksaan maupun penyelidikan terhadap dugaan pelanggaraan
UU No.5/1999 telah dapat dilakukan bertempat di kantor KPD KPPU, termasuk
kegiatan-kegiatan lainnya yang perlu difasilitasi oleh KPD KPPU.
Mengingat bahwa perkembangan perkara yang masuk banyak berasal dari KPD
dengan ini demikian penguatan tugas dan wewenang KPD KPPU perlu dilakukan.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 60
Untuk itu agar pelaksanaan tugas KPD dapat semakin efektif, pada saat ini
sedang dirumuskan penyempurnaan tugas, fungsi, dan wewenang KPD KPPU.
5.3. PENGUATAN SUMBER DAYA MANUSIA SEKRETARIAT KPPU
1. Pada semester I tahun 2008, pegawai Sekretariat KPPU telah bertambah
sebanyak 40 (empat puluh) orang. Dengan demikian jumlah pegawai yang
aktif sampai akhir semester I tahun 2008 sebanyak 252 orang.
2. Penguatan SDM KPPU perlu dilakukan mengingat bahwa peningkatan kualitas
SDM merupakan faktor penting dalam upaya meningkatkan kinerja KPPU
sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 5 Tahun 1999. Untuk itu, KPPU
telah menyiapkan dan melakukan program peningkatan kualitas SDM KPPU,
baik program jangka pendek (dalam bentuk-bentuk pelatihan-pelatihan yang
telah dilakukan selama ini) maupun program pendidikan jangka panjang
(berupa Studi Program Pascasarjana/S2 untuk bidang Ekonomi dan Hukum
bekerja sama dengan Universitas Indonesia).
3. Dengan semakin meningkatnya beban tugas KPPU, maka dalam semester I
tahun 2008, KPPU sedang menyusun jumlah pegawai yang akan direkrut
untuk mengisi dan memenuhi kebutuhan pegawai, utamanya untuk 5 (lima)
KPD KPPU, serta unit-unit di lingkungan Sekretariat KPPU yang masih
dirasakan kekurangan SDM.
4. Selain dengan merencanakan penambahan pegawai, untuk menyiapkan
system kepegawaian yang ideal pada semester I tahun 2008 sedang
dirumuskan dan dilakukan evaluasi atas peraturan-peraturan kepegawaian
KPPU.
5.4. PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA KPPU
Untuk memberikan dukungan bagi pelaksanaan tugas KPPU dan sesuai dengan
permintaan KPPU, pihak Sekretariat Negara telah memberikan/meminjamkan
gedung kantor eks gedung KPK di Jalan Juanda No. 36 Jakarta, lokasi
bersebelahan dengan gedung kantor KPPU yang ada sekarang, untuk masa 2
(dua) tahun dan dapat diperpanjang.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 61
Dengan penyerahan gedung tersebut diharapkan kebutuhan ruangan-ruangan
yang memadai antara lain ruang kerja untuk Anggota Komisi, Direksi dan
pegawai KPPU, ruang pemeriksaan, ruang rapat, ruang pembacaan putusan,
pelaksanaan dengar pendapat, ruang audio visual, ruang perpustakaan, ruang
publik area dan tempat parkir kendaraan akan dapat terpenuhi.
Sampai dengan akhir semester I tahun 2008, upaya renovasi gedung kantor
dimaksud saat ini masih dalam proses untuk mendapatkan calon perencana dan
pelaksana renovasi. Diharapkan dalam semester II tahun 2008 proses renovasi
telah selesai sehingga dengan demikian gedung tersebut telah dapat digunakan
untuk operasional pelaksanaan tugas KPPU dengan efektif dan optimal.
Untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
menunjang pelaksanaan tugas KPPU, saat ini masih dilakukan proses pengadaan
alat pengolah data (computer, laptop, printer), sewa gedung kantor, dan lain-
lainnya.
5.5. ANGGARAN KPPU
Hasil kesepakatan dalam rapat interdep (29 April 2008) yang diprakarsai
Sekretaris Kabinet telah menyepakati bahwa KPPU mempunyai Bagian Anggaran
sendiri yang saat ini sedang diproses dengan telah dirumuskannya rancangan
Perarutran Presiden tentang penyempurnaan Keppres Nomor 75 Tahun 1999.
Dalam rancangan Peraturan Presiden (Perpres) diatur bahwa penyusunan
rencana kerja dan anggaran dikelola oleh Ketua Komisi selaku Pengguna
Anggaran di lingkungan KPPU.
Anggaran KPPU untuk tahun 2008 sebesar Rp. 86.939.963.000,- dan dari jumlah
tersebut anggaran yang masih dibintangi oleh Direktorat Jenderal Anggaran
Departemen Keuangan sebesar Rp. 10.863.872.000,-. Terkait dengan anggaran
KPPU tersebut, hasil kesimpulan rapat dengar pendapat Komisi VI DPR RI dengan
KPPU (26 Juni 2008) menyimpulkan antara lain bahwa dalam upaya menjaga
kemandirian dan independensi KPPU, Komisi VI DPR RI mendesak kepada
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 62
pemerintah c.q. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara RI agar segera
menepatkan status pimpinan kesekretariatan (setingkat eselon Ia.) KPPU
sekaligus meminta pemerintah c.q. Menteri Keuangan menetapkan bagian
anggaran sendiri. Sedangkan berkaitan dengan besarnya anggaran KPPU yang
masih dibintangi tersebut Komisi VI DPR RI meminta kepada pemerintah c.q
Menteri Keuangan dan Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
agar segera memroses pencairan anggaran tersebut sehingga kinerja KPPU
meningkat secara optimal.
Adapun realisasi anggaran KPPU sampai dengan akhir Mei 2008 (semester I),
realisasinya baru mencapai Rp. 15.353.360.826,- atau mencapai 17,66% dari
pagu anggaran. Untuk meningkatkan realisasi anggaran tersebut, dalam
semester II tahun 2008 KPPU akan berusaha meningkatkan kinerjanya sesuai
dengan kebijakan, program dan kegiatan serta target pencapaian yang telah
direncanakan agar dapat terlaksana dengan baik.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 63
RINGKASAN PERKARA, PUTUSAN,
DAN PENETAPAN
1. Putusan Perkara No. 10/KPPU-L/2007 Tender Pekerjaan Lanjutan
Pembangunan/Relokasi Rumah Sakit Umum Daerah Ratu Zalecha
Martapura Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2006
Perkara No. 10/KPPU-L/2007 merupakan perkara yang dilaporkan oleh pelaku usaha
ke KPPU. Dalam perkara tersebut, Majelis Komisi perlu untuk menilai perilaku para
Terlapor, yaitu Panitia Tender Pekerjaan Lanjutan Pembangunan/Relokasi Rumah
Sakit Ratu Zalecha Martapura Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2006 (Terlapor
I), PT (Persero) Adhi Karya (Terlapor II), PT (Persero) Pembangunan Perumahan
(Terlapor III), PT Yurda Adhi Senggara (Terlapor IV), PT Dewanto Cipta Pratama
(Terlapor V) dalam hal persekongkolan horizontal dan menilai apakah telah terjadi
persekongkolan vertikal antara Terlapor II, III, IV dan V dan Terlapor I.
Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan yang telah disampaikan Tim
Pemeriksan dan Tanggapan/Pembelaan yang telah disampaikan oleh para Terlapor,
Majelis Komisi menilai bahwa:
1. Panitia Tender telah melakukan kelalaian karena tidak menuangkan
perubahan sistem kontrak dari sistem kontrak unit harga satuan menjadi
sistem kontrak lump sum dalam berita acara aanwijzing. Kelalaian tersebut
berakibat terjadinya ketidakpastian aturan dan persyaratan tender sehingga
LAMPIRAN
1
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 64
berdampak lanjut pada bervariasinya dokumen penawaran yang disampaikan
pemenang tender.
2. Panitia Tender juga telah melakukan tindakan tidak konsisten dengan
melakukan koreksi aritmatik pada proses tender. Menurut Keppres No. 80
Tahun 2003 dengan sistem kontrak lump sum tidak perlu dilakukan koreksi
aritmatik sebab harga yang mengikat dalam kontrak sistem tersebut adalah
total penawaran harga.
3. Dalam tender tersebut telah terjadi perubahan pada Bill of Quantity akibat
adanya review design. Hal tersebut mengakibatkan adanya perbedaan harga
penawaran dimana peserta tender yang tetap berpatokan pada Bill of
Quantity sebelum perubahan harga penawarannya lebih tinggi dari peserta
tender yang menawarkan dengan Bill of Quantity baru.
4. Kelompok-kelompok yang dokumen penawarannya mirip adalah:
a. PT. Menara Agung Pusaka, PT Nuansa Cipta Pratama Mandiri, PT Sapta
Surya Tosan Talina dan PT Gudang Pembangunan merupakan peserta
tender dengan format penawaran sebagaimana dokumen RKS awal.
b. PT Adhi Karya (Persero), PT Pembangunan Perumahan (Persero), PT
Yurdha Adhi Senggara dan PT Dewanto Cipta Pratama merupakan peserta
tender dengan format penawaran sebagaimana dokumen RKS kedua yaitu
RKS yang dibagikan pada saat berita acara aanwijzing.
c. PT Jaya Wibawaguna, PT Waskita Karya dan PT Nindya Karya merupakan
peserta tender dengan format penawaran yang mengikuti dokumen RKS
kedua, namun dengan perbaikan kesalahan pengetikan.
5. Adanya kemiripan format dokumen pada beberapa peserta tender dalam
tender tersebut menunjukkan adanya akses pada softcopy format dokumen
penawaran. Namun karena softcopy yang digunakan merupakan softcopy
RKS lama mengakibatkan harga penawaran beberapa peserta tender lebih
tinggi daripada peserta lainnya.
6. Adanya pernyataan saksi yang menyatakan permintaan Bupati Banjar saat ini
untuk memenangkan PT Adhi Karya dalam tender tersebut tidak dapat
diabaikan dalam putusan ini, dan perlu dinilai keterkaitannya dengan fakta
hukum yang relevan lainnya.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 65
7. Majelis Komisi tidak menemukan cukup bukti dan relevansi bahwa kemiripan
dokumen antar peserta tender mengarahkan peserta tender tertentu untuk
menjadi pemenang. Hal ini karena adanya versi kemiripan dokumen
penawaran terdapat 3 (tiga) kelompok dokumen penawaran sehingga hal
tersebut menunjukkan bahwa indikasi kerja sama tidak dilakukan oleh
semua peserta tender.
8. Namun Majelis Komisi menilai bahwa tindakan Panitia Tender terkait dengan
perubahan sistem nilai kontrak telah mengakibatkan ketidakpastian
aturan/persyaratan tender yang secara tidak langsung merugikan peserta
tender lain. Tindakan panitia tersebut juga dinilai telah menguntungkan PT
Adhi Karya untuk memenangkan tender.
9. Akan tetapi Majelis Komisi menilai tidak ada bukti kuat adanya interaksi yang
bersifat kerja sama antara Panitia Tender dengan PT Adhi Karya, dengan
tujuan untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender. Hal yang
terjadi adalah upaya aktif dari Panitia Tender yang menginginkan PT Adhi
Karya menjadi pemenang tender dengan cara menfasilitasi untuk menjadi
pemenang tender.
Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Telah terjadi pelanggaran-pelanggaran Keppres No. 80 Tahun 2003 yang
dilakukan Panitia Tender. Pelanggaran-pelanggaran tersebut mengakibatkan
beberapa peserta tender tertentu dirugikan dan PT Adhi Karya (Persero)
diuntungkan karena terfasilitasi menjadi pemenang tender.
2. Panitia telah menggugurkan penawaran terendah dari PT Dewanto Cipta
Pratama dan memenangkan PT Adhi Karya (Persero). PT. Dewanto
digugurkan dengan alasan penawaran tidak ditujukan kepada Panitia Tender
namun kepada Pejabat Pembuat Komitmen. Dengan gugurnya PT. Dewanto
Cipta Pratama yang nilai penawarannya lebih rendah daripada PT Adhi Karya
(Persero), maka negara harus membayar lebih mahal sebesar
Rp.9.286.308.000,- (sembilan milyar dua ratus delapan puluh enam juta tiga
ratus delapan ribu rupiah).
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 66
Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan kepada Komisi hal-hal sebagai
berikut:
1. Meminta kepada atasan langsung atau pejabat yang berwenang untuk
menjatuhkan sanksi administratif kepada Panitia Tender;
2. Meminta kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengambil
tindakan terhadap Panitia Tender dan pihak-pihak terkait antara lain Bupati
Banjar saat ini yang telah mengakibatkan potensi kerugian negara sebesar
Rp.9.286.308.000,- (sembilan milyar dua ratus delapan puluh enam juta tiga
ratus delapan ribu rupiah).
Berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43 ayat (3) dan
Pasal 47 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang telah diuraikan di atas, maka
Majelis Komisi memutuskan :
Menyatakan bahwa Terlapor I: Panitia Tender, Terlapor II: PT. Adhi Karya (Persero),
Terlapor III: PT. Pembangunan Perumahan (Persero), Terlapor IV: PT. Yurda Adhi
Senggara, dan Terlapor V: PT. Dewanto Cipta Pratama, tidak terbukti melanggar
ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 tahun 1999;
2. Putusan Perkara No. 11/KPPU-L/2007 Tender Pekerjaan Peningkatan
Jalan Macoppe, Labessi di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan
Tahun 2006
Perkara ini diawali dengan adanya laporan yang disampaikan ke KPPU. Laporan
tersebut pada prinsipnya mengenai tender pekerjaan peningkatan jalan Macoppe,
Labessi di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan tahun 2006 yang diselenggarakan
oleh Dinas Prasarana Jalan dan Jembatan Kabupaten Soppeng. Terlapor dalam
perkara ini adalah PT Nei Dua Karya Persada (Terlapor I), PT Hospindo Internusa
(Terlapor II), PT Genytov Fajar (Terlapor III), PT Citra Pribumi Teknik Perkasa
(Terlapor IV), CV Hasnur (Terlapor V), Panitia Lelang Pengadaan Barang dan Jasa
Tahun 2006 Kegiatan Pemerliharaan Periodik ruas Macoppe Labessi (Panitia
Lelang/Terlapor VI).
Tender yang dimenangkan oleh Terlapor I dengan nilai penawaran sebesar Rp
5.002.344.000,- (lima milyar dua juta tiga ratus empat puluh empat ribu rupiah),
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 67
pada awalnya diulang karena pada tender pertama tidak ada peserta yang
memenuhi persyaratan administrasi sehingga harus dilakukan tender kedua.
Bahwa Terlapor VI mengulang tender dalam rangka memfasilitasi Terlapor I untuk
mendapatkan keuntungan yang berlebih (excess margin) sebesar Rp 331.003.000,-
(tiga ratus tiga puluh satu juta tiga ribu rupiah), yang merupakan selisih dari
penawaran Terlapor I pada tender pertama dengan tender kedua. Pada tender
kedua, semua peserta tender menurunkan harga penawarannya kecuali Terlapor I.
Berdasarkan hasil penelitian tim, terdapat 2 kelompok peserta yang memiliki
kemiripan dokumen yaitu PT Nei Dua Karya Persada-PT Citra Pribumi Teknik
Perkasa-CV Hasnur (Terlapor I, Terlapor IV, dan Terlapor V), dan PT Hospindo
Internusa-PT Genytov Fajar (Terlapor II dan Terlapor III). Kemiripan dokumen
tersebut mengindikasikan adanya persekongkolan horizontal antar sesama peserta
tender, namun persekongkolan yang dilakukan oleh Terlapor II dan Terlapor III
adalah persekongkolan yang gagal karena tidak didukung oleh Panitia (Terlapor VI).
Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa,
Majelis Komisi menilai bahwa:
a. Dalam mengikuti tender pekerjaan pemeliharaan periodik ruas Maccope, Labessi,
dokumen tender termasuk harga penawaran Terlapor I disiapkan oleh Sjafril Jalil.
Dokumen tender Terlapor V disiapkan oleh Rusli.
b. Pada daftar Hadir pemasukan/pembukaan penawaran tender pertama tertera
Sjafril Jalil mewakili Terlapor I, sedangkan pada pembukaan penawaran tender
kedua Sjafril Jalil menandatangani daftar hadir mewakili Terlapor IV.
c. Selanjutnya, untuk memenangkan Terlapor I dalam tender pekerjaan peningkatan
jalan Macoppe, Labessi di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan tahun 2006,
Sjafril Jalil bekerja sama dengan Rusli menyiapkan dan mengatur dokumen
penawaran milik Terlapor I, Terlapor IV, dan Terlapor V.
d. Pada tender kedua, harga penawaran Terlapor I naik sebesar Rp 331.003.000,-
(tiga ratus tiga puluh satu juta tiga ribu rupiah), sedangkan harga penawaran
milik Terlapor lain justru mengalami penurunan.
e. Terdapat keterangan pada Pemeriksaan Pendahuluan, yaitu Direktur Terlapor I
menyatakan bahwa kenaikan tersebut terjadi karena kenaikan harga aspal. Tetapi
pada Pemeriksaan Lanjutan, Direktur Terlapor I menyatakan tidak mengetahui
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 68
komponen harga yang diubah, sehingga mengakibatkan kenaikan harga
penawaran.
f. Berdasarkan keterangan saksi yang menyatakan bahwa pada saat tender
dilaksanakan di bulan Agustus 2006, harga aspal tidak mengalami kenaikan,
sehingga Tim menilai alasan kenaikan harga yang disampaikan Terlapor I tidak
beralasan. Harga aspal pada bulan Agustus 2006 masih berada di harga Rp
5.100.000,- (lima juta seratus ribu rupiah) per ton.
g. Dokumen internal Terlapor IV dipergunakan untuk mengikuti tender ini tanpa
sepengetahuan Direktur Terlapor IV. Hal ini sesuai dengan surat Terlapor IV
kepada KPPU No. 102/CPT-Perkasa/VI/2007 tanggal 20 Juni 2007 yang pada
pokoknya menyatakan Terlapor IV tidak pernah mengikuti tender pekerjaan
peningkatan jalan Macoppe, Labessi di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan
tahun 2006.
h. Dalam proses evaluasi, Terlapor VI tidak pernah membandingkan dokumen para
peserta tender. Oleh karena itu Terlapor VI tidak mengetahui ada kesamaan
dokumen antara Terlapor I, Terlapor IV, dan Terlapor V.
i. Terlapor VI tidak pernah melakukan klarifikasi terhadap keaslian dokumen
masing-masing peserta tender, yang memungkinkan lolosnya Terlapor IV yang
faktanya tidak pernah mengikuti tender.
j. Terlapor VI sengaja tidak memeriksa personil yang mewakili perusahaan dalam
mengikuti lelang. Hal ini dibuktikan dengan hadirnya Syafril Jalil sebagai wakil
Terlapor I pada saat Pemasukan / Pembukaan Penawaran Harga tender pertama,
dan kemudian Syafril Jalil menjadi wakil Terlapor IV pada saat Pemasukan /
Pembukaan Penawaran Harga tender kedua.
k. Terlapor VI sengaja meluluskan Terlapor I walaupun terdapat kesamaan Metode
Pelaksanaan antara Terlapor I dan Terlapor IV. Hal ini tidak sesuai dengan
pernyataan Terlapor VI pada saat pemeriksaan lanjutan, dimana Terlapor VI tidak
memperbolehkan adanya kesamaan dokumen antara para peserta tender, apabila
Terlapor VI menemukan ada kesamaan dokumen maka hal tersebut berindikasi
peserta tender tersebut berada dalam satu group atau kelompok dan adanya
pengaturan pemenang tender serta Terlapor VI akan membatalkan proses tender.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 69
l. Terlapor VI menyampaikan tanggapan atas Laporan Hasil Pemeriksaan
Pendahuluan yang pada intinya menyatakan bahwa Terlapor VI menolak adanya
dugaan persekongkolan vertikal karena telah melakukan evaluasi pada tender
pertama sesuai dengan ketentuan dalam Keppres No. 80 Tahun 2003. Terlapor VI
melakukan tender kedua karena semua peserta yang memasukkan penawaran
tidak ada yang memenuhi syarat administrasi.
Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Bahwa Terlapor IV tidak mengetahui bahwa salinan dokumen perusahaannya
digunakan oleh Terlapor I dalam mengikuti tender ini;
2. Bahwa Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor V tidak kooperatif dalam
memenuhi panggilan pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa KPPU;
3. Bahwa terdapat kerugian negara sebesar Rp 331.003.000,- (tiga ratus tiga
puluh satu juta tiga ribu rupiah) yang merupakan selisih harga penawaran
Terlapor I pada tender pertama dan tender kedua.
Sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e UU No.
5/1999, maka Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan kepada Komisi
hal-hal sebagai berikut:
1. Merekomendasikan kepada atasan langsung Terlapor VI untuk memberikan
sanksi administratif atas keterlibatan Terlapor VI dalam persekongkolan ini.
2. Merekomendasikan kepada Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan untuk
memeriksa dugaan pemalsuan dokumen perusahaan milik Terlapor IV yang
digunakan untuk mengikuti tender ini.
3. Merekomendasikan kepada Badan Usaha Jasa Konstruksi (BUJK) Departemen
Pekerjaan Umum untuk memasukkan Terlapor I dan Terlapor V dalam Daftar
Hitam BUJK Departemen Pekerjaan Umum selama 2 tahun di Sulawesi
Selatan sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap.
4. Merekomendasikan kepada BUJK Departemen Pekerjaan Umum untuk
memasukkan Terlapor II dan Terlapor III dalam Daftar Hitam BUJK
Departemen Pekerjaan Umum selama 1 tahun di Sulawesi Selatan sejak
putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 70
5. Merekomendasikan kepada BUJK Departemen Pekerjaan Umum untuk
mempublikasikan daftar perusahaan yang masuk ke dalam Daftar Hitam
BUJK Departemen Pekerjaan Umum ke seluruh instansi terkait di Sulawesi
Selatan.
6. Merekomendasikan kepada Kejaksaan Negeri Kabupaten Soppeng untuk
melakukan penyidikan atas dugaan korupsi yang dilakukan oleh Terlapor I
dan Terlapor VI.
Berdasarkan alat bukti yang telah diuraikan di atas, maka Majelis Komisi
memutuskan:
1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor V, dan Terlapor VI terbukti melanggar
ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;
2. Menyatakan Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV tidak terbukti
melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.
3. Menghukum Terlapor I dan Terlapor V untuk tidak mengikuti tender
pengadaan barang dan jasa pemerintah di Provinsi Sulawesi Selatan selama
2 (dua) tahun sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap.
4. Menghukum Terlapor I untuk membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,-
(satu milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran
pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen
Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas
Negara (KPKN Jakarta I) yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19, Jakarta
Pusat melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491
(Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).
3. Putusan Perkara 12/KPPU-L/2007 Alat Kesehatan Penunjang
Puskesmas Kegiatan DAK NON DR Di Dinas Kesehatan Kabupaten
Sukabumi Tahun Anggaran 2006
KPPU selesai melakukan pemeriksaan dan penyelidikan terhadap Perkara No.
12/KPPU-L/2007 tentang dugaan pelanggaran Pasal 22 Undang-undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 71
(selanjutnya disebut UU No. 5/1999), yang dilakukan oleh PT. Karsa Niaga Raya
(Terlapor I), PT. Ramos Jaya Abadi (Terlapor II) dan Panitia Pengadaan Alat
Kesehatan Penunjang Puskesmas Kegiatan Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi
(DAK NON DR) untuk Kesehatan Kabupaten Sukabumi Tahun Anggaran 2006 di
Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi (Terlapor III). Hasilnya, Terlapor I dan
Terlapor II terbukti melanggar Pasal 22 UU No. 5/1999. Selanjutnya kedua pelaku
usaha tersebut diwajibkan membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu
milyar rupiah).
Setelah Tim Pemeriksa melakukan serangkaian pemeriksaan maka Majelis Komisi
menilai bahwa:
1. Adanya kesamaan distributor dan adanya kemiripan-kemiripan dokumen
serta adanya kesamaan harga penawaran sebagian besar item produk antara
Terlapor I dan Terlapor II adalah bukan hal biasa, melainkan suatu tindakan
penyesuaian dokumen administrasi dan pengaturan harga penawaran;
2. Tindakan Terlapor III menggugurkan PT. Bhakti Wira Husada dengan alasan
tidak melampirkan surat keterangan dari pengadilan negeri setempat yang
terbaru adalah tidak tepat dan tidak memiliki dasar yang cukup;
3. Pada pokoknya Majelis Komisi berpendapat meskipun penilaian tersebut tidak
mengubah penilaian akhir namun kesalahan tersebut seharusnya tidak perlu
terjadi, mengingat dokumen jaminan pelayanan purna jual tidak
mencantumkan materi apapun yang layak untuk dinilai lebih selain lamanya
masa jaminan purna jual, sehingga tindakan Terlapor III tersebut tidak dapat
dibenarkan;
Selanjutnya, sebagaimana tugas Komisi yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e UU
No. 5/1999, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk memberikan
saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dan Pihak Terkait, sebagai berikut:
1. Memberikan saran kepada Bupati Kabupaten Sukabumi untuk memberikan
sanksi kepada Terlapor III karena lalai dalam menjalankan tugasnya sebagai
Panitia Pengadaan Alat Kesehatan Penunjang Puskesmas Kegiatan DAK NON
DR untuk Kesehatan Kabupaten Sukabumi Tahun Anggaran 2006 di Dinas
Kesehatan Kabupaten Sukabumi;
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 72
2. Memberikan saran kepada Bupati Kabupaten Sukabumi untuk lebih
memperhatikan kompetensi panitia pengadaan barang dan/atau jasa dalam
melaksanakan kegiatan pengadaan di lingkungan Pemerintahan Kabupaten
Sukabumi;
3. Memberikan saran kepada Bupati Kabupaten Sukabumi untuk melarang
keikutsertaan perusahaan-perusahaan yang terafiliasi dengan Terlapor I dan
Terlapor II dalam kegiatan pengadaan di lingkungan Pemerintahan
Kabupaten Sukabumi selama kurun waktu 2 (dua) tahun sejak Putusan ini
memiliki kekuatan hukum yang tetap.
Akhirnya, berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43
ayat (3) dan Pasal 47 UU No. 5/1999 yang telah diuraikan di atas, maka Majelis
Komisi memutuskan:
1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, dan Terlapor III terbukti secara sah dan
meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
2. Menghukum Terlapor I dan Terlapor II tidak boleh mengikuti tender di
seluruh instansi Pemerintah di Propinsi Jawa Barat selama 2 (dua) tahun
sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;
3. Menghukum Terlapor I dan Terlapor II membayar denda masing-masing
sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar Rupiah) yang harus disetorkan ke
Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang
persaingan usaha Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan
Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan
kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha), apabila Terlapor I dan Terlapor II melanggar butir 2
(dua) amar putusan ini.
4. Putusan Perkara 13/KPPU-L/2007 Pengadaan Bibit Kelapa Sawit
dalam Polibeg di Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Selatan
Dalam perkara dugaan pelanggaran Pasal 22 UU No. 5/1999 tentang pengadaan
bibit kelapa sawit dalam polibeg, ada empat Terlapor yang diperiksa oleh KPPU,
yaitu CV Borneo Interprises Native (Terlapor I), CV Amarta Jaya Teknik (Terlapor II),
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 73
CV Putra Pratama (Terlapor III), dan Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas
Perkebunan Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006, (Terlapor IV).
Setelah Tim Pemeriksa melakukan serangkaian pemeriksaan maka Majelis Komisi
menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Terlapor I CV Borneo Interprises Native, Terlapor II CV Amarta Jaya Teknik,
dan Terlapor III CV Putra Pratama telah melakukan kerjasama untuk
mengatur dan/atau menentukan Terlapor I CV Borneo Interprises Native
sebagai pemenang tender pengadaan bibit kelapa sawit dalam polibeg di Dinas
Perkebunan Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006, sehingga melanggar
Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Bahwa Terlapor IV Panitia
Tender tidak terbukti mengatur dan/atau menentukan Terlapor I CV Borneo
Interprises Native sebagai pemenang tender pengadaan bibit kelapa sawit
dalam polibeg di Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006,
sehingga tidak melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
2. Untuk keperluan usaha pembibitan atau penangkaran kelapa sawit, Dinas
Perkebunan Propinsi Kalimantan Selatan selalu menerbitkan Surat Persetujuan
Penyaluran Benih Kelapa Sawit (SP2B-KS) dengan kuota tertentu. Pihak-pihak
yang menerima SP2B-KS tersebut yang biasa disebut penangkar adalah
Terlapor I CV Borneo Interprises Native, PT Topaz Borneo Utama dan
beberapa koperasi. Hanya para penangkar tersebut yang dapat menyalurkan
dan membuat usaha pembibitan kelapa sawit di Propinsi Kalimantan Selatan,
dan hanya PT Topaz Borneo Utama dan Terlapor I CV Borneo Interprises
Native yang diperbolehkan mengikuti tender pengadaan bibit kelapa sawit di
Propinsi Kalimantan Selatan. Pada tahun 2006, tidak ada satupun penangkar
yang mempunyai kuota untuk bibit sawit lebih dari 200.000 (dua ratus ribu)
batang, termasuk PT Topaz Borneo Utama dan Terlapor I CV Borneo
Interprises Native.
Selanjutnya, sebagaimana tugas Komisi yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e UU
No. 5/1999, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk memberikan
saran dan pertimbangan kepada Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan, sebagai
berikut:
1. Melakukan evaluasi ulang pelaksana tender, sehingga semua pelaksana
tender memenuhi kualifikasi yang ditentukan;
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 74
2. Melakukan evaluasi pemberian SP2B-KS agar penerima adalah benar-benar
pelaku usaha yang kompeten, serta memberikan kesempatan yang sama
kepada para penangkar tersebut untuk dapat mengikuti tender pengadaan
bibit kelapa sawit;
3. Meninjau kembali pemberian SP2B-KS kepada Koperasi Karya Bersama untuk
mencegah munculnya conflict of interest dalam pengadaan bibit kelapa sawit
di Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Selatan;
4. Melakukan upaya sungguh-sungguh agar dalam pelaksanaan tender di
lingkungan Prop Kalsel tidak terjadi ‘tindakan pinjam bendera’ dan/atau
peserta pendamping, agar terjadi persaingan usaha yang sehat;
Akhirnya, dalam mengambil putusan terhadap perkara ini, Majelis Komisi telah
mempertimbangkan hasil pemeriksaan termasuk keterangan dari seluruh Terlapor
dan saksi-saksi, pembelaan dari para Terlapor dan dokumen-dokumen terkait.
Majelis Komisi kemudian memutuskan:
1. Menyatakan Terlapor I CV Borneo Interprises Native, Terlapor II CV Amarta
Jaya Teknik, dan Terlapor III CV Putra Pratama terbukti melanggar
ketentuan Pasal 22 UU No. 5/1999;
2. Menyatakan Terlapor IV Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Perkebunan
Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 tidak terbukti melanggar ketentuan
Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;
3. Menghukum Terlapor I CV Borneo Interprises Native untuk membayar denda
sebesar Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke
Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang
persaingan usaha Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran
Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN Jakarta I) yang beralamat di
Jalan Ir. H. Juanda Nomor 19, Jakarta Pusat melalui bank Pemerintah dengan
kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha);
4. Menghukum Terlapor II CV Amarta Jaya Teknik dan Terlapor III CV Putra
Pratama untuk membayar denda masing-masing sebesar Rp 50.000.000,-
(lima puluh juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai
setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 75
Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan
dan Kas Negara (KPKN Jakarta I) yang beralamat di Jalan Ir. H. Juanda
Nomor 19, Jakarta Pusat melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan
423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
5. Putusan Perkara No. 14/KPPU-L/2007 Tender Pekerjaan Multi Years
Tahun Anggaran 2006, 2008 Kabupaten Siak, Propinsi Riau
Perkara No. 14/KPPU-L/2007 merupakan perkara yang dilaporkan oleh pelaku usaha
ke KPPU. Terlapor dalam perkara ini adalah Ir. H. Aulia Azis, BE, M.M sebagai Kepala
Dinas Pekerjaan Umum, Permukiman dan Prasarana Wilayah Kabupaten
Siak (Terlapor I); Ir. Irving Kahar Arifin, M.E., sebagai Ketua Panitia Pengadaan
Barang/Jasa Sub Dinas Prasarana Jalan Dinas Pekerjaan Umum Permukiman dan
Prasarana Wilayah Kabupaten Siak Tahun Anggaran 2006 (Multi Years) (Ketua
Panitia/Terlapor II); PT Perwita Karya (Terlapor III); PT Bhina Citra Nusa Konstruksi
(Terlapor IV); PT Wahana Jaya Prima (Terlapor V); PT Deltamarga Adyatama
(Terlapor V); PT Trifa Abadi (Terlapor VII); PT Tamako Raya Perdana (Terlapor
VIII); PT Budi Graha Perkasa (Terlapor IX); PT Pelita Nusa Perkasa (Terlapor X); PT
Pembangunan Perumahan (Persero) (Terlapor XI); Bupati Kabupaten Siak, Propinsi
Riau (Terlapor XII); Asrul Adham (Terlapor XIII); dan Riky Hariansyah (Terlapor
XIV).
Dalam perkara ini, Majelis Komisi perlu untuk menilai perilaku para pelaku usaha
terutama dalam hal persekongkolan horizontal, sedangkan untuk Terlapor I dan
Terlapor II Majelis Komisi perlu menilai apakah pelaksanaan tender telah dilakukan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tidak mengarah pada peserta tender
tertentu.
Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa,
Majelis Komisi menilai bahwa:
1. Tujuan pemecahan paket pekerjaan Multi Years Tahun 2006 yang dilakukan
oleh Terlapor I dan Terlapor XII memberikan peluang yang lebih besar bagi
perusahaan-perusahaan yang berminat untuk mengikuti tender dan terdapat 35
(tiga puluh lima) perusahaan yang memasukkan Dokumen Prakualifikasi untuk
seluruh paket pekerjaan sehingga pemecahan paket pekerjaan Multi Years
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 76
Tahun 2006 tidak ditujukan untuk memfasilitasi perusahaan tertentu untuk
mengikuti tender;
2. Terlapor II tidak memberikan kesempatan kepada peserta tender yang
digugurkan Terlapor II untuk melengkapi persyaratan tambahan atau dokumen
pendukung, padahal tahap prakualifikasi belum merupakan ajang kompetisi
sebagaimanan diatur dalam Bab V huruf A angka 3 Keppres No. 80 Tahun 2003,
dengan demikian Terlapor II telah lalai dalam menjalankan tugasnya sehingga
menghilangkan asas kompetisi dan mengurangi jumlah peserta tender yang
dapat bersaing dalam Tender Multi Years Kabupaten Siak;
3. Terlapor II mensyaratkan setiap peserta tender untuk melampirkan sertifikat
ISO 9001, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi perusahaan usaha non
kecil, tetapi Terlapor II ternyata menggunakan sertifikat OHSAS, tidak cukup
hanya K3, dalam melakukan evaluasi prakualifikasi, dengan demikian Terlapor II
telah lalai dalam menjalankan tugasnya sehingga mengurangi jumlah peserta
tender yang dapat bersaing dalam tender paket pekerjaan multi years;
4. Terlapor II tidak mempertimbangkan kesalahan penulisan jabatan Direktur
Utama Terlapor X yang ditulis sebagai Direktur Utama Terlapor IX pada
dokumen kualifikasi Terlapor X formulir 1 huruf (g), (h), dan (i) dan tetap
diloloskan ke tahap selanjutnya, dengan demikian Terlapor II telah lalai dalam
mengevaluasi Dokumen Prakualifikasi Terlapor IX dan Terlapor X sehingga lolos
dalam evaluasi Prakualifikasi Tender Multi Years Kabupaten Siak;
5. Terlapor II meloloskan beberapa peserta tender (Terlapor III, VII, VIII)
meskipun tidak memenuhi syarat dalam kelengkapan alat, dengan demikian
Terlapor II telah lalai dalam menjalankan tugasnya dengan meloloskan Terlapor
III, Terlapor VII dan Terlapor VIII dalam dalam evaluasi Kualifikasi Tender Multi
Years Kabupaten Siak;
6. Terlapor II mengugurkan beberapa peserta tender sebelum melakukan
klarifikasi kelengkapan alat, dengan demikian Terlapor II lalai dalam
menjalankan tugasnya sehingga mengurangi jumlah peserta tender yang dapat
bersaing dalam Tender Multi Years Kabupaten Siak;
7. Terlapor I dan Terlapor XII telah menjalankan tugas dan wewenangnya dalam
pelaksanaan Tender Multi Years Kabupaten Siak;
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 77
8. Adanya kesamaan sertifikat OHSAS dan ISO Enviromental Management System
tersebut di atas adalah hal yang wajar dalam mempersiapkan kelengkapan
dokumen guna mengikuti tender serta tidak ditemukan bukti yang cukup adanya
komunikasi dan kerjasama antara Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor
V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX, dan Terlapor X dalam
rangka mengatur dan memenangkan Tender Multi Years Kabupaten Siak;
9. Adanya hubungan keluarga, kesamaan sertifikat OHSAS dan ISO Enviromental
Management System antara Terlapor III dan Terlapor VI tidak menunjukkan
adanya komunikasi dan kerjasama antara Terlapor III dengan Terlapor VI
dalam rangka mengatur dan memenangkan Tender Multi Years Kabupaten Siak;
10. Adanya hubungan kerjasama antara Terlapor IX dan Terlapor X berdasarkan
kesalahan penulisan jabatan Direktur Utama Terlapor X yang ditulis sebagai
Direktur Utama Terlapor IX menunjukan persaingan semu di antara Terlapor IX
dengan Terlapor X dalam mengikuti proses Tender Multi Years Kabupaten Siak;
11. Penawaran yang besarannya di antara 93,76% - 95,55% tidak merupakan bukti
yang cukup kuat terjadinya pengaturan harga antara Terlapor III, Terlapor IV,
Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX, Terlapor X dan
Terlapor XI dalam menentukan pemenang Tender Multi Years Kabupaten Siak.
Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Terlapor IX dan Terlapor X tidak kooperatif selama pemeriksaan di KPPU;
2. Dalam proses pelaksanaan Tender Multi Years Kabupaten Siak terdapat berbagai
kesalahan dan kelalaian yang dilakukan oleh Terlapor II;
Sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e UU No.
5/1999, maka Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan kepada Komisi
hal-hal sebagai berikut:
1. Meminta atasan Terlapor II untuk mengambil sanksi administratif atas
kesalahan-kesalahan Terlapor II sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
2. Meminta Terlapor XII untuk menginstruksikan kepada instansi dibawahnya
untuk membuat dan melaksanakan aturan tender sesuai ketentuan yang
berlaku dengan memperhatikan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 78
3. Meminta Terlapor XII untuk mengawasi pelaksanaan proses tender di seluruh
instansi pemerintah Kabupaten Siak.
Berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43 ayat (3) dan
Pasal 47 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang telah diuraikan di atas, maka
Majelis Komisi memutuskan:
1. Menyatakan Terlapor II, Terlapor IX dan Terlapor X terbukti secara sah dan
meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
2. Menyatakan Terlapor I, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI,
Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor XI, Terlapor XII, Terlapor XIII dan
Terlapor XIV tidak terbukti melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat;
3. Menghukum Terlapor IX dan Terlapor X membayar denda secara tanggung
renteng sebesar Rp 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah) yang harus
disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di
bidang persaingan usaha Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal
Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah
dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha);
4. Melarang Terlapor IX dan Terlapor X untuk mengikuti tender yang
dilaksanakan Pemerintah selama 2 (dua) tahun di Kabupaten Siak, Propinsi
Riau terhitung sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum.
6. Putusan Perkara No. 15/KPPU-L/2007 Lelang Pembangunan Mall di
Kota Prabumulih Tahun 2006
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melalui Majelis Komisi telah selesai
melakukan pemeriksaan dan penyelidikan terhadap Perkara No. 15/KPPU-L/2007
tentang dugaan pelanggaran Pasal 22 UU No. 5/1999 yang dilakukan oleh PT. Prabu
Makmur (Terlapor I), PT. Sungai Musi Perdana (Terlapor II), PT. Putra Prabu
(Terlapor III), PT. Makassar Putra Perkasa (Terlapor IV), PT. Alexindo Sekawan
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 79
(Terlapor V), PT. Lematang Sentana (Terlapor VI), Ketua Panitia Lelang Barang/Jasa
Pembangunan Mall Kota Prabumulih (Terlapor VII).
Pada pokoknya ditetapkan bahwa hasil lelang pembangunan Mall Prabumulih
dibatalkan dan seluruh peserta tender kecuali PT. Lematang Sentana terbukti
melanggar pasal 22 UU No. 5/1999.
Berdasarkan rangkaian pemeriksaan perkara tersebut yang telah dilakukan oleh Tim
Pemeriksa, maka Majelis Komisi menilai bahwa:
1. Tindakan Terlapor I memasukkan ketiga perusahaannya dan dua
perusahaan lainnya dengan maksud untuk dapat memenuhi persyaratan sah
jumlah peserta yang mendaftar (minimal 5 perusahaan) adalah bentuk
persekongkolan tender yaitu menciptakan persaingan semu antar peserta;
2. Tindakan Terlapor I yang bekerja sama dengan Terlapor V untuk
mendapatkan dokumen penawaran Terlapor VI sehingga dapat
mendaftarkan dan memasukkan dokumen penawaran Terlapor VI tanpa
sepengetahuan direkturnya adalah bentuk persekongkolan tender yaitu
melakukan manipulasi persyaratan teknis dan administratif;
3. Tindakan Ferry Sulisthio (Direktur dan pemilik PT. Prabu Makmur) yang
menghubungi Plt. Walikota untuk meminta ijin melakukan pemaparan baik di
kantor Pemerintah Kota Prabumulih dan DPRD Kota Prabumulih dan
melakukan pemaparan baik di kantor Pemerintah Kota Prabumulih dan DPRD
Kota Prabumulih merupakan upaya melakukan pendekatan dan
kesepakatan-kesepakatan dengan penyelenggara sebelum pelaksanaan
tender adalah bentuk persekongkolan tender;
Menimbang bahwa sebagaimana tugas Komisi yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf
e UU No. 5/1999, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk
memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dan Pihak Terkait, sebagai
berikut:
1. Meminta atasan Terlapor VII untuk memberikan sanksi administratif atas
kesalahan-kesalahan Terlapor VII sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku;
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 80
2. Meminta atasan Terlapor VII untuk merekrut panitia lelang berbasis kompetensi
dan memahami peraturan lelang yang berlaku dan prinsip-prinsip tata kelola
pemerintahan yang baik (Good Governance).
Akhirnya, berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43
ayat (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi memutuskan:
1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, dan
Terlapor VII terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
2. Menyatakan Terlapor VI tidak terbukti melanggar Pasal 22 Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat;
3. Membatalkan hasil lelang pembangunan Mall di Kota Prabumulih tahun 2006;
4. Menghukum Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, dan Terlapor V
untuk tidak mengikuti tender di seluruh instansi Pemerintah Kota Prabumulih
selama 2 (dua) tahun sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;
5. Menghukum Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, dan Terlapor V
untuk membayar denda masing-masing sebesar Rp1.000.000.000,- (satu
milyar rupiah) apabila melanggar butir 4 (empat) amar Putusan ini, yang
harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda
pelanggaran di bidang persaingan usaha, Departemen Perdagangan
Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha
melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan
Denda pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).
7. Putusan Perkara No. 16/KPPU-L/2007 Tender Pengadaan Pupuk PMLT
(Pupuk Majemuk Lengkap Tablet), Herbisida, dan Bibit Karet di Dinas
Perkebunan Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan Tahun 2006
KPPU melalui Majelis Komisi melakukan pemeriksaan dan penyelidikan terhadap
Perkara No. 16/KPPU-L/2007 tentang dugaan pelanggaran Pasal 22 UU No. 5/1999
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 81
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, yang
dilakukan oleh:
1. Ketua Panitia Tender Pengadaan Pupuk, Herbisida dan Bibit Karet di Dinas
Perkebunan Kabupaten Banjar (Terlapor I)
2. CV Irma (Terlapor II)
3. CV Yunita (Terlapor III)
4. CV Bina Karya (Terlapor IV)
5. CV Lili (Terlapor V)
6. CV Alya (Terlapor VI)
7. CV Pinang Sandiki (Terlapor VII)
8. CV Sonakarya Perdana (Terlapor VIII)
9. CV Tanjung Makmur (Terlapor IX)
10. CV Mahkota Niaga (Terlapor X)
11. CV Linda (Terlapor XI)
12. CV Dimasona Jaya (Terlapor XII).
Perkara No. 16/KPPU-L/2007 merupakan perkara yang dilaporkan oleh pelaku usaha
ke KPPU. Dalam perkara ini, Majelis Komisi perlu untuk menilai perilaku para pelaku
usaha (Terlapor II - XII) terutama dalam hal persekongkolan horizontal, sedangkan
untuk Terlapor I Majelis Komisi perlu menilai apakah persyaratan dalam RKS
(Rencana Kerja dan Syarat) dan proses evaluasi penentuan pemenang mengarah
pada Terlapor II, III dan IV selaku pemenang tender.
Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa,
Majelis Komisi menilai bahwa:
1. Tidak terbukti persekongkolan vertikal antara Terlapor I dengan Terlapor II,
Terlapor III, dan Terlapor IV;
2. Pada Paket Pengadaan PMLT telah terjadi pengaturan harga dan pengaturan
pemenang diantara Terlapor II, V, VI, VII, dan VIII untuk memenangkan
Terlapor II;
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 82
3. Pada Paket Pengadaan Herbisida telah terjadi pengaturan harga dan
pengaturan pemenang diantara Terlapor III, VI, XI, dan XII untuk
memenangkan Terlapor III;
4. Pada Paket Pengadaan Bibit Karet telah terjadi pengaturan harga dan
pengaturan pemenang yang dilakukan oleh Terlapor IV dengan dibantu
Terlapor IX dan Ir Taufikuryadin untuk memenangkan Terlapor IV;
5. Persekongkolan horizontal yang dilakukan para Terlapor dalam Tender
Pengadaan PMLT, Herbisida dan Bibit Karet mengakibatkan hilangnya
persaingan sehat diantara peserta tender. Dengan hilangnya persaingan
sehat tersebut mengakibatkan Dinas Perkebunan Kabupaten Banjar tidak
mendapatkan harga yang kompetitif.
Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Bahwa peranan perantara yaitu Mahdiyat, Dedi dan Ir. Taufikuryadin dalam
tender pengadaan PMLT, Herbisida dan Bibit Karet memperpanjang rantai
transaksi yang menambah biaya sehingga mengakibatkan harga penawaran
para peserta tender bukan harga kompetitif;
2. Bahwa perantara juga telah berperan dalam peminjaman perusahaan, saling
menukar dokumen penawaran, pengaturan harga penawaran dan pengaturan
pemenang.
Sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf UU No.
5/1999, maka Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan kepada Komisi
hal-hal sebagai berikut:
1. Meminta kepada Dinas Perkebunan Kabupaten Banjar untuk menertibkan
peran perantara dalam setiap pelaksanaan tender pengadaan barang dan
jasa di lingkungan Dinas Perkebunan Kabupaten Banjar;
2. Meminta kepada Dinas Perkebunan Kabupaten Banjar meningkatkan
kapasitas sumber daya manusia dalam pengadaan barang dan jasa.
Berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43 ayat (3) dan
Pasal 47 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang telah diuraikan di atas, maka
Majelis Komisi memutuskan:
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 83
1. Menyatakan Terlapor I dan Terlapor X tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
2. Menyatakan Terlapor II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, XI dan XII terbukti
melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
3. Menghukum Terlapor II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, XI dan XII tidak
mengikuti tender pengadaan barang dan jasa di lingkungan Dinas
Perkebunan Kabupaten Banjar selama 2 (dua) tahun semenjak putusan ini
memiliki kekuatan hukum tetap;
4. Jika keputusan ini telah memiliki kekuatan hukum tetap dan para pihak tidak
melaksanakan putusan sebagaimana dimaksud dalam angka 3 amar putusan
ini, maka Terlapor II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, XI dan XII dikenakan denda
masing-masing sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) yang harus
disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di
Bidang Persaingan Usaha Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal
Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah
dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha).
8. Putusan Perkara No. 17/KPPU-L/2007 Lelang Saham PT Dharmala Sakti
Sejahtera Tbk di PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia
Perkara yang berawal dari adanya laporan telah melalui proses Pemeriksaan
Pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 23 Agustus 2007 - 3 Oktober 2007,
dilanjutkan dengan Pemeriksaan Lanjutan sampai dengan 16 Januari 2008, serta
Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan yang berakhir pada tanggal 28 Februari 2008.
Terlapor dalam perkara ini adalah sebagai berikut:
1. The Manufacturers Life Insurance Company sebagai Terlapor I;
2. PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia sebagai Terlapor II;
3. Ari Ahmad Effendi sebagai Terlapor III;
4. International Finance Corporation sebagai Terlapor IV;
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 84
5. PT Balai Lelang Batavia sebagai Terlapor V;
6. PT Graha Karya Reksatama sebagai Terlapor VI; dan
7. Kusmartono sebagai Terlapor VII.
Pada penanganan kasus diketahui bahwa lelang 40% atau setara 1800 lembar
saham PT Dharmala Sakti Sejahtera (selanjutnya disebut ”PT DSS”) di PT Asuransi
Jiwa Manulife Indonesia (selanjutnya disebut ”PT AJMI”) dimenangkan oleh Terlapor
I dengan nilai sebesar Rp 170 Milyar (seratus tujuh puluh lima milyar rupiah).
Selanjutnya dugaan pelanggaran dalam perkara ini adalah :
a. Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV diduga bersepakat untuk
menentukan Terlapor I sebagai pemenang lelang;
b. Bahwa Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV bersekongkol dengan
Terlapor V dan Terlapor VII untuk memuluskan MLIC sebagai pemenang lelang;
b. Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV dan Terlapor VI diduga
bersekongkol dalam menentukan nilai saham yang dinilai tidak wajar.
Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa,
Majelis Komisi menilai bahwa:
a. Bahwa pelelangan saham PT DSS yang ada di Terlapor II adalah pelelangan
umum sehingga termasuk dalam ruang lingkup yang dapat diperiksa
berdasarkan UU No. 5/1999. Dengan demikian KPPU memiliki yurisdiksi untuk
memeriksa perkara a quo;
b. Bahwa Terlapor IV dapat diperiksa oleh yurisdiksi yang berkompeten di wilayah
dimana Terlapor IV memiliki kantor berdasarkan Article 6 Section 3 dalam
Articles of Agreement of International Finance Corporation, The United Nations
Convention of The Privileges and Immunities of the Specialized Agencies. Majelis
Komisi berpendapat, IFC adalah suatu lembaga nirlaba namun pada saat IFC
melakukan penyertaan saham atau penyertaan modal di Indonesia, maka IFC
telah melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam UU No. 5/1999.
Dengan demikian KPPU memiliki yurisdiksi terhadap Terlapor IV dalam perkara a
quo;
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 85
c. Bahwa Terlapor I adalah badan usaha yang tidak didirikan berdasarkan hukum
Indonesia dan tidak berkedudukan di Indonesia. Bahwa dalam perkara a quo,
Terlapor I tercatat sebagai salah satu pemegang saham di Terlapor II sehingga
mempunyai hak suara dalam menentukan kebijakan perusahaan dan susunan
Direksi serta secara langsung ikut menikmati keuntungan atau menanggung
kerugian atas kegiatan usaha yang dilakukan PT Terlapor II. Bahwa sebelum
pelelangan berlangsung, Terlapor I memiliki 51% saham PT Terlapor I.
d. Bahwa setelah menjadi pemenang lelang, kepemilikan saham Terlapor I menjadi
91%, Saat ini, Terlapor I memiliki 95% saham di Terlapor II. Dengan demikian
Terlapor I melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia melalui kepemilikan saham di Terlapor III sehingga Majelis Komisi
berkesimpulan bahwa KPPU memiliki yurisdiksi terhadap Terlapor I dalam
perkara a quo (perkara tersebut);
e. Bahwa Tindakan Terlapor III menunjuk Terlapor V sebagai penyelenggara jasa
pra lelang, tindakan Terlapor VII sebagai Pejabat Lelang dalam melaksanakan
lelang, dan tindakan PT Terlapor V dalam melaksanakan jasa pra lelang adalah
bukan dalam rangka meluluskan Terlapor I sebagai pemenang lelang;
f. Bahwa Tindakan Terlapor VI dalam menentukan nilai saham adalah bukan dalam
rangka mengatur Terlapor I sebagai pemenang lelang;
g. Bahwa Tindakan tersebut bukan merupakan bentuk persekongkolan yang
dilakukan untuk memenangkan Terlapor I dalam lelang saham PT DSS di
Terlapor II, sehingga unsur bersekongkol untuk mengatur dan atau menentukan
pemenang tender, tidak terpenuhi;
h. Bahwa tindakan pelelangan saham PT DSS di Terlapor II telah sesuai dengan
aturan dalam UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dan UU
Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan;
i. Bahwa pelelangan 40% atau setara dengan 1.800 lembar saham PT DSS di
Terlapor II dengan nilai nominal Rp 1.000.000 per lembar, yang dilelang pada
tanggal 26 Oktober 2000 tidak melanggar ketentuan Pasal 22 UU No. 5/1999.
j. Bahwa Sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi dalam putusannya
merekomendasikan kepada Komisi untuk memberikan saran dan pertimbangan
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 86
kepada Pemerintah dan pihak terkait, dalam hal ini kepada Menteri Hukum dan
HAM, Menteri Keuangan dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), agar
mengatur keikutsertaan badan-badan internasional yang menjadi pemegang
saham di perusahaan-perusahaan Indonesia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah diuraikan di atas, maka Majelis
Komisi memutuskan: Menyatakan Terlapor I The Manufacturers Insurance
Company, Terlapor II PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, Terlapor III Kurator Ari
Ahmad Effendi, Terlapor IV International Finance Corporation, Terlapor V PT Balai
Lelang Batavia, Terlapor VI PT Graha Karya Reksatama dan Terlapor VII Pejabat
Lelang Kusmartono tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1999.
9. Putusan Perkara 18/KPPU-L/2007 Tender Paket Pengadaan TV
Pendidikan dan Perlengkapannya di Dinas Pendidikan Propinsi
Sumatera Utara Tahun Anggaran 2006
Perkara ini muncul setelah KPPU menerima laporan dari pelaku usaha tentang
adanya dugaan pelanggaran terhadap UU No. 5/1999 berkaitan dengan Tender
Paket Pengadaan TV Pendidikan dan Perlengkapannya di Dinas Pendidikan propinsi
Sumatera Utara Tahun Anggaran 2006. Pelanggaran terhadap UU No.5/1999
tersebut dilakukan oleh :
1. Panitia Pengadaan Barang/Jasa Tahun Anggaran 2006 Dinas Pendidikan
Propinsi Sumatera Utara (Terlapor I)
2. PT. Auna Rahmat (Terlapor II)
3. PT. Hari Maju (Terlapor III)
Berdasarkan hasil rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa,
Majelis Komisi menilai dan menyimpulkan bahwa:
1. Mengenai Kesamaan Dokumen Penawaran Terlapor II dengan
Terlapor III;
a. Kesamaan format dan susunan Dokumen Penawaran, kesamaan proses
pengurusan dokumen administrasi dalam Dokumen Penawaran
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 87
menunjukkan adanya kerja sama antara Terlapor II dengan Terlapor III
dalam mempersiapkan Dokumen Penawaran.;
b. Adanya kesalahan melampirkan data/informasi dalam Dokumen
Penawaran menunjukkan komunikasi dan hubungan kuat antara
Terlapor II dengan Terlapor III dalam mengikuti proses tender.
2. Mengenai kesamaan tanda tangan pada Daftar Hadir Rekanan;
a. Bahwa Terlapor II dan Terlapor III adalah 2 (dua) entitas perusahaan
yang berbeda, yang seharusnya berkompetisi dalam tender ini;
b. Bahwa dengan adanya kesamaan tanda tangan orang yang
memasukkan Dokumen Penawaran menunjukkan adanya koordinasi
dan hubungan kerjasama antara Terlapor II dengan Terlapor III dalam
mempersiapkan Dokumen Penawaran dan mengikuti proses tender.
3. Mengenai kesalahan Terlapor I dalam melaksanakan proses tender;
a. Bahwa menurut ketentuan Pasal 18 (3) Keppres 80 Tahun 2003,
seharusnya dengan sistem 2 Sampul, harga penawaran yang termasuk
dalam Sampul 2 tidak perlu dibuka oleh Terlapor I apabila peserta tidak
lulus evaluasi Sampul 1;
b. Bahwa seharusnya Terlapor I melakukan survei pasar mengenai harga
TV dan Perlengkapannya di Propinsi Sumatera Utara dengan tujuan
untuk mendapatkan harga yang wajar dalam penyusunan HPS;
c. Bahwa seharusnya Terlapor I mengumumkan nilai HPS agar peserta
tender dapat mengajukan harga penawaran yang wajar;
d. Bahwa seharusnya Terlapor I tidak perlu melakukan tahapan evaluasi
teknis terhadap peserta yang tidak lulus evaluasi administrasi, dan tidak
perlu melakukan evaluasi harga terhadap peserta yang tidak lulus
evaluasi teknis;
e. Bahwa kesalahan proses evaluasi yang dilakukan oleh Terlapor I
menguntungkan Terlapor II dan Terlapor III yang seharusnya sudah
gugur di tahap administrasi dan teknis;
f. Bahwa tindakan Terlapor I tersebut di atas merupakan tindakan
memfasilitasi Terlapor II dan III untuk menjadi Pemenang dan
Cadangan Pemenang pada Tender Paket Pengadaan TV Pendidikan dan
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 88
Perlengkapannya di Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Utara Tahun
Anggaran 2006;
Sebelum memutuskan, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan (LHPL) dari Tim Pemeriksa
dan alat bukti yang diperoleh dalam proses pemeriksaan, maka Majelis Komisi
menemukan hal-hal yang pada pokoknya sebagai berikut:
1. Mengenai Pelanggaran Terlapor I;
• Bahwa telah terjadi pelanggaran Keppres Nomor 80 Tahun 2003 yang
dilakukan oleh Terlapor I dalam proses tender Paket Pengadaan TV
Pendidikan dan Perlengkapannya di Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera
Utara Tahun Anggaran 2006;
• Bahwa tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh Terlapor I bertujuan
untuk menjadikan Terlapor II dan Terlapor III sebagai Pemenang dan
Cadangan Pemenang tender;
2. Mengenai ketidakhadiran Terlapor II dan Terlapor III selama proses
pemeriksaan;
• Bahwa selama proses pemeriksaan yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa,
Terlapor II dan Terlapor III tidak pernah menghadiri pemeriksaan tanpa
alasan yang jelas;
• Bahwa Majelis Komisi menilai ketidakhadiran Terlapor II dan Terlapor III
selama proses pemeriksaan telah menghambat proses pemeriksaan;
3. Mengenai pendapat atau pembelaan para Terlapor atas LHPL;
• Bahwa pada saat Sidang Majelis, para Terlapor telah diberikan
kesempatan untuk menyampaikan pendapat atau pembelaannya secara
tertulis paling lambat pada tanggal 24 Maret 2008;
• Bahwa Terlapor I menyampaikan pendapat atau pembelaannya secara
tertulis pada tanggal 31 Maret 2008;
• Bahwa Majelis Komisi tidak mempertimbangkan pendapat atau
pembelaan Terlapor I karena telah melewati jangka waktu yang telah
ditentukan;
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 89
• Bahwa Terlapor II dan Terlapor III tidak memberikan pendapat atau
pembelaan atas LHPL yang disampaikan oleh Tim Pemeriksa;
• Bahwa Majelis Komisi menilai dengan tidak adanya tanggapan/pembelaan
dari para Terlapor menunjukan para Terlapor tidak menggunakan haknya
untuk menyampaikan pendapat atau pembelaan atas tuduhan
persekongkolan sebagaimana diuraikan dalam LHPL;
Bahwa sesuai dengan tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35
huruf e UU No. 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi merekomendasikan kepada
Komisi berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan oleh Terlapor I terhadap
Keppres Nomor 80 Tahun 2003, hal-hal sebagai berikut:
1. Meminta kepada atasan langsung atau pejabat yang berwenang untuk
menjatuhkan sanksi administratif kepada Terlapor I;
2. Meminta Gubernur Propinsi Sumatera Utara untuk menginstruksikan kepada
Kepala Dinas Pendidikan berikut instansi dibawahnya untuk membuat dan
melaksanakan aturan tender sesuai ketentuan yang berlaku dengan
memperhatikan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat;
3. Meminta Gubernur Propinsi Sumatera Utara untuk mengawasi pelaksanaan
proses tender di seluruh instansi pemerintah Propinsi Sumatera Utara;
Berdasarkan alat bukti, fakta, serta hasil penilaian, dan mengingat Pasal 43 Ayat
(3) dan pasal 47 UU. No. 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi memutuskan:
1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III terbukti secara sah
dan meyakinkan melanggar Pasal 22 UU No. 5/1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
2. Menghukum Terlapor II membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,-
(satu milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai
Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha,
Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi
Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode
penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha);
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 90
3. Menghukum Terlapor III membayar denda sebesar Rp 300.000.000,-
(tiga ratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai
Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha,
Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi
Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode
penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha);
4. Melarang Terlapor II dan Terlapor III untuk mengikuti tender yang
dilaksanakan Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara selama 2 (dua)
tahun terhitung sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;
10. Putusan Perkara No. 19/KPPU-L/2007 Penguasaan Pasar dan
Persekongkolan yang Dilakukan oleh EMI Music South East Asia, EMI
Indonesia, Arnel Affandy, S.H, Dewa 19, dan Iwan Sastrawijaya
Perkara ini adalah perkara persaingan usaha yang terkait dengan pembayaran ganti
rugi serta persekongkolan dalam hal rahasia perusahaan. Dugaan pelanggaran
tersebut dilakukan oleh EMI Music South East Asia (Terlapor I), PT EMI Indonesia
(Terlapor II), Arnel Affandy, S.H (Terlapor III), Dewa 19 (Terlapor IV), dan Iwan
Sastrawijaya (Terlapor V). Berdasarkan hukum maka jika pelaku usaha yang
bersangkutan mengajukan ganti rugi, maka identitas Pelapor dalam perkara ini tidak
dirahasiakan oleh Majelis Komisi. Identitas pelapor, yaitu PT Aquarius Musikindo
diperlukan sebagai keterangan yang cukup jelas kepada siapa para Terlapor akan
membayar ganti rugi.
Terkait dengan perkara ini maka PT. Aquarius Musikindo melaporkan terjadinya
dugaan pelanggaran Pasal 23 UU No. 5/1999 yang dilakukan oleh adalah EMI Music
South East Asia, PT EMI Indonesia, Arnel Affandi, SH, dan Dewa 19. Selanjutnya,
sejalan dengan proses pemeriksaan maka dari hasil pemeriksaan lanjutan
direkomendasikan untuk menjadikan Iwan Sastrawijaya sebagai Terlapor V.
Alasannya adalah karena Tim Pemeriksa menemukan bukti awal yang cukup
mengenai keterlibatan Iwan Sastrawijaya dalam perkara ini.
Inti dari perkara ini adalah terjadinya perpindahan Dewa 19 dari PT Aquarius
Musikindo ke EMI Music South East Asia yang melibatkan PT EMI Indonesia, Arnel
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 91
Affandi, SH (yang menjabat sebagai General Manager ASIRI pada saat itu), dan
Iwan Sastrawijaya yang mengakibatkan kerugian PT Aquarius Musikindo sebesar Rp
4,2 milyar lebih, walaupun KPPU memiliki perhitungan tersendiri kerugian PT
Aquarius Musikindo.
Pada pemeriksaan lanjutan, Tim Pemeriksa telah memeriksa sejumlah saksi dan ahli
yang juga berprofesi sebagai pengamat musik untuk mendapatkan keterangan yang
tepat. Selanjutnya, dalam Pemeriksaan Lanjutan Tim Pemeriksa menemukan bukti
yang cukup terjadinya pelanggaran Pasal 23 UU No.5/1999 yang dilakukan oleh para
Terlapor.
Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan (LHPL) dan tanggapan/pembelaan
dari para Terlapor tersebut, Majelis Komisi melakukan musyawarah dan memutuskan
perkara ini dalam amar sebagai berikut:
1. Menyatakan EMI Music South East Asia (Terlapor I), PT EMI Indonesia
(Terlapor II), Arnel Affandi, S.H. (Terlapor III), Dewa 19 (Terlapor IV) dan
Iwan Sastra Wijaya (Terlapor V) secara sah dan meyakinkan terbukti
melanggar ketentuan Pasal 23 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;
2. Memerintahkan Arnel Affandi, S.H. (Terlapor III), Dewa 19 (Terlapor IV) dan
Iwan Sastrawijaya (Terlapor V) untuk tidak lagi melakukan persekongkolan
dalam bentuk pembocoran informasi rahasia perusahaan yang dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat;
3. Menetapkan EMI Music South East Asia (Terlapor I) dan PT EMI Indonesia
(Terlapor II) untuk membayar ganti rugi kepada PT Aquarius Musikindo
sebesar Rp 3.814.749.520,- (tiga milyar delapan ratus empat belas juta tujuh
ratus empat puluh sembilan ribu lima ratus dua puluh rupiah);
4. Menghukum EMI Music South East Asia (Terlapor I) dan PT EMI Indonesia
(Terlapor II) untuk membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu
milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran
pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen
Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan
Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755
(Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 92
Perilaku persaingan tidak sehat yang dilakukan oleh perusahaan industri rekaman
sebagaimana tersebut di atas, merupakan tindakan pelanggaran UU No.5/1999.
KPPU selaku lembaga pengawas UU No.5/1999 mempunyai wewenang untuk
mengawasi terjadinya persaingan usaha tidak sehat dan bertujuan menjamin
kepastian hukum agar perilaku serupa tidak terjadi baik dalam industri rekaman
maupun sektor industri lainnya.
11. Putusan Perkara No. 20/KPPU-L/2007 Pengadaan Alat Kesehatan RSUD
Brebes Tahun Anggaran 2006
Perkara ini muncul setelah KPPU menerima laporan tentang adanya dugaan
pelanggaran terhadap UU No. 5/1999 berkaitan dengan Tender Pengadaan Alat
Kesehatan RSUD Brebes Tahun Anggaran 2006. Pelanggaran terhadap UU
No.5/1999 tersebut dilakukan oleh :
1. dr. Sudjai Sosrodjojo, Pejabat Pembuat Komitmen Lelang Pengadaan Alat
Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Brebes (Terlapor I)
2. Bambang Murahiyanto, Edy Kusmartono, Ziza Tritura Ananda, Moh. Slamet
Fajari merupakan Sekretaris dan Anggota Panitia Lelang Pengadaan Alat
Kesehatan Kabupaten Brebes Sumber Dana Belanja Daerah Kabupaten
Brebes Tahun Anggaran 2006 (Terlapor II)
3. PT. Candi Prambanan (Terlapor III)
4. CV. Usaha Lima Saudara (Terlapor IV)
5. PT. Samudra Citra Persada (Terlapor V)
6. PT. Pamiko Cipta Husada (Terlapor VI)
7. PT. Graha Ismaya (Terlapor VII)
Berdasarkan hasil rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa
dan pembelaan dari para Terlapor, Majelis Komisi menilai dan menyimpulkan
terdapat gabungan persekongkolan horizontal dan vertikal antara sesama peserta
tender dengan pihak lain, dalam bentuk sebagai berikut:
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 93
1. Persekongkolan Vertikal yang dilakukan Terlapor I dr. Sudjai Sosrodjojo dan
Terlapor II yaitu Bambang Murahiyanto, Drs. Edy Kusmartono, Ziza Tritura
Ananda, S.H., Kn dan Moh. Slamet Fajari, Amd., untuk mengatur dan atau
menentukan Terlapor III sebagai pemenang tender.
2. Persekongkolan Horizontal yang dilakukan oleh Terlapor III dengan Terlapor
IV, Terlapor V, Terlapor VI, dan Terlapor VII, berupa kerjasama penyusunan
dokumen penawaran untuk memenangkan Terlapor III:
Bahwa sebagaimana tugas Komisi yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e Undang-
undang No. 5 Tahun 1999, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk
memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dan Pihak Terkait, sebagai
berikut:
1. Memberikan saran kepada Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Brebes untuk
memberikan sanksi kepada Bambang Murahiyanto dan Moh. Slamet Fajari,
Amd. San karena menyalahgunakan jabatannya sebagai Panitia Pengadaan
Alat Kesehatan Kabupaten Brebes Sumber Dana Belanja Daerah Kabupaten
Brebes Tahun Anggaran 2006 yang mengatur agar Terlapor III ditetapkan
sebagai pemenang tender.
2. Memberikan saran kepada Bupati Brebes untuk memberikan sanksi kepada
Drs. Edy Kusmartono dan Ziza Tritura Ananda, S.H., Kn karena
menyalahgunakan jabatannya dalam menjalankan tugasnya sebagai Panitia
Pengadaan Alat Kesehatan Kabupaten Brebes Sumber Dana Belanja Daerah
Kabupaten Brebes Tahun Anggaran 2006 yang mengatur agar Terlapor III
ditetapkan sebagai pemenang tender.
3. Memberikan saran kepada Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Brebes untuk
lebih memperhatikan kompetensi panitia pengadaan barang dan/atau jasa
dalam melaksanakan kegiatan pengadaan di lingkungan Rumah Sakit Umum
Daerah Brebes.
Sebelum memutuskan, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa selama proses pemeriksaan yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa
Lanjutan, Terlapor II tidak pernah menghadiri pemeriksaan Lanjutan.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 94
2. Bahwa Majelis Komisi menilai ketidakhadiran Terlapor II selama proses
Pemeriksaan Lanjutan telah menghambat proses pemeriksaan.
Berdasarkan alat bukti, fakta, serta hasil penilaian, dan mengingat Pasal 43 Ayat (3)
dan pasal 47 UU No. 5 /1999, maka Majelis Komisi memutuskan:
1. Menyatakan Terlapor II secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat;
2. Menyatakan Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, dan Terlapor VII
secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat;
3. Menghukum Terlapor III membayar ganti rugi sebesar Rp. 100.000.000,-
(seratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran
Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen
Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan
Usaha melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan
Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
4. Menghukum Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI membayar ganti rugi masing-
masing sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) yang harus
disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di
Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal
Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah
dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha);
5. Menghukum Terlapor VII membayar ganti rugi sebesar Rp. 250.000.000,- (dua
ratus lima puluh juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai
Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha,
Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas
Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755
(Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 95
12. Putusan Perkara No. 21/KPPU-L/2007 Tender Pengadaan Pipa Polyvinyl
Chloride (PVC) dan High Density Polyethylene (HDPE) oleh Panitia
Pengadaan Barang/Jasa Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT)
Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Propinsi Kepulauan Riau
Tahun Anggaran 2007
Perkara ini muncul setelah KPPU menerima laporan tentang adanya dugaan
pelanggaran terhadap UU No. 5/1999 berkaitan dengan Tender Pengadaan Pipa PVC
oleh Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan, dan Energi Provinsi Kepulauan Riau.
Pelanggaran terhadap UU No.5/1999 tersebut dilakukan oleh:
1. PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi sebagai Terlapor I.
2. PT Harapan Widyatama Pertiwi sebagai Terlapor II.
3. Panitia Pengadaan Barang/Jasa SNVT Pengembangan Kinerja Pengelolaan
Air Minum Propinsi Kepulauan Riau Tahun Anggaran 2007 sebagai Terlapor
III.
Dalam perkara ini, Majelis Komisi perlu untuk menilai perilaku peserta tender
terutama dalam hal persekongkolan horizontal, sedangkan untuk Panitia Tender
Majelis Komisi perlu menilai apakah pelaksanaan tender telah dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan tidak mengarah pada peserta tender tertentu
(indikasi persekongkolan vertikal).
Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa,
Majelis Komisi menilai bahwa:
1. Tindakan Panitia Tender yang meluluskan PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi
meskipun tidak melampirkan Jadwal Pelaksanaan Pabrikan adalah bentuk
tindakan memfasilitasi PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi sebagai pemenang
tender;
2. Tindakan Panitia Tender yang menerima tambahan dokumen dari PT Alfatama
Sari Albaqi adalah tindakan post bidding yang bertujuan untuk memfasilitasi PT
Alfatama Sari Albaqi menjadi pemenang tender;
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 96
3. Kesalahan Panitia Tender dalam melaksanakan proses klarifikasi/kualifikasi dan
verifikasi telah menguntungkan PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi yang
penawarannya lebih tinggi dari PT Harapan Widyatama Pertiwi, PT Tirta
Masindo Nusantara dan PT Karya Bintan, karena dengan gugurnya ketiga
perusahaan tersebut mengakibatkan PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi menjadi
satu-satunya peserta tender yang lulus dan akhirnya dinyatakan sebagai calon
pemenang;
4. Panitia Tender telah melakukan kesalahan karena menerapkan evaluasi dengan
persyaratan yang tidak dicantumkan dalam RKS dan Dokumen Addenda yang
mengakibatkan gugurnya peserta tender;
5. Dengan evaluasi sistem gugur, peserta tender yang tidak memenuhi
persyaratan administrasi dan teknik harus digugurkan sehingga tidak perlu
dievaluasi pada tahap selanjutnya sehingga menilai Panitia Tender telah salah
dalam melakukan evaluasi sistem gugur pada proses tender;
6. Perbedaan tanggal Surat Undangan Klarifikasi yang diterima oleh
Tim Pemeriksa dari Saksi dengan dari Panitia Tender menunjukkan kesalahan
fatal Panitia Tender dalam menjalankan administrasi pelaksanaan tender;
7. Panitia Tender telah melakukan kesalahan karena tidak menjalankan
kewajibannya untuk menyusun HPS sesuai dengan harga pasar;
8. Kesamaan beberapa dokumen dalam Dokumen Penawaran PT Alfatama
Anugrah Sari Albaqi dengan PT Harapan Widyatama Pertiwi bukan dalam
rangka mengatur dan atau menentukan PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi
sebagai pemenang tender dan tidak ditemukan bukti yang cukup adanya
kerjasama antara PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi dengan PT Harapan
Widyatama Pertiwi dalam rangka mengatur dan atau menentukan pemenang
tender.
Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Panitia Tender telah melakukan kesalahan dalam proses tender yang
mengakibatkan gugurnya beberapa peserta tender yang nilai penawarannya
lebih rendah dari PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 97
2. Panitia Tender melakukan kesalahan karena tidak melakukan survey harga
pasar untuk mendapatkan harga yang wajar dalam menyusun HPS
mengakibatkan tingginya nilai HPS yang dijadikan acuan oleh para peserta
tender dalam menyusun harga penawaran.
3. Kesalahan yang dilakukan oleh Panitia Tender berpotensi merugikan negara
kurang lebih sebesar Rp 505.000.000,00 (lima ratus lima juta rupiah) yang
merupakan selisih antara penawaran PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi sebesar
Rp 1.956.664.600,- (satu milyar sembilan ratus lima puluh enam juta enam
ratus enam puluh empat ribu enam ratus rupiah) dengan penawaran PT Bunga
Ayu Pertiwi yang merupakan penawar terendah sebesar Rp 1.451.476.000,-
(satu milyar empat ratus lima puluh satu juta empat ratus tujuh puluh enam
ribu rupiah.
Atas kesalahan yang dilakukan oleh Panitia Tender sebagaimana diuraikan pada
angka 1 sampai 3 di atas, Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan
kepada Komisi (sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35
huruf e Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999) meminta kepada atasan langsung
dan/atau pejabat yang berwenang agar menjatuhkan sanksi administratif kepada
Panitia Tender sesuai dengan peraturan dan atau ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43 ayat (3) dan
Pasal 47 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang telah diuraikan di atas, maka
Majelis Komisi memutuskan:
1. Menyatakan PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi (Terlapor I) dan Panitia Tender
(Terlapor III) terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat;
2. Menyatakan PT Harapan Widyatama Pertiwi (Terlapor II) tidak terbukti
melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
3. Menghukum PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi (Terlapor I) membayar denda
sebesar Rp 505.000.000,00 (lima ratus lima juta rupiah) yang harus disetorkan
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 98
ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja
Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode
penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan
Usaha).
13. Putusan Perkara No. 22/KPPU-L/2007 Dugaan Monopoli Jasa Kargo di
Bandara Hasanuddin Makassar - Sulawesi Selatan
Perkara ini muncul setelah KPPU menerima laporan tentang adanya dugaan
pelanggaran terhadap UU No. 5/1999 berkaitan dengan monopoli jasa kargo di
Bandara Hasanuddin Makassar-Sulawesi Selatan. Pelanggaran terhadap UU
No.5/1999 tersebut dilakukan oleh PT Angkasa Pura I (Persero) (selanjutnya disebut
“PT AP I”).
Pemeriksaan Pendahuluan telah dilakukan pada tanggal 25 September 2007 – 5
November 2007, dilanjutkan Pemeriksaan Lanjutan sampai dengan 20 Februari
2008. Dalam proses pemeriksaan, ditemukan fakta bahwa PT AP I memiliki
kewenangan untuk memonopoli pengelolaan jasa pelayanan kargo di setiap bandara
di bawah naungan PT AP I. Selanjutnya, PT AP I membentuk Strategic Unit Business
(SBU) yaitu Speed and Secure (SSC) Warehousing untuk mengelola jasa pelayanan
kargo di Bandara Hasanuddin, Makassar Sulawesi Selatan. SBU didirikan PT AP I
dengan tujuan menambah sumber pendapatan PT AP I.
Fakta lain yang ditemukan dalam proses pemeriksaan adalah seluruh pengguna jasa
SSC Warehousing tidak puas akan pelayanan dan keamanan yang diberikan oleh
SSC Warehousing. Para EMPU (Ekspedisi Muatan Pesawat Udara) dan PT POS
Indonesia juga diwajibkan membayar jasa pelayanan SSC Warehousing, namun baik
EMPU dan PT POS Indonesia tidak mendapatkan nilai tambah (value added) dari
pelayanan SSC Warehousing.
Ditemukan pula fakta bahwa SSC Warehousing pada tahun 2005 hingga tahun 2007
membukukan tingkat keuntungan yang tinggi dan pada tahun 2007 memiliki Return
on Investment (ROI) dan Return On Equity (ROE) yang sangat besar, namun
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 99
pendapatan yang begitu besar tidak sebanding dengan mutu pelayanan dan jaminan
keamanan yang diberikan oleh pihak SSC Warehousing.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang disampaikan Tim Pemeriksa, Majelis Komisi
menilai sebagai berikut:
1. Bahwa dengan peraturan perundangan yang ada, PT AP I berhak untuk
memonopoli jasa pelayanan kargo di Bandara Hasanuddin Makassar Sulawesi
Selatan.
2. Bahwa PT AP I melalui SSC Warehousing berkaitan dengan pelayanan kargo di
Bandara Hasanuddin Makassar tidak memberikan pelayanan dan keamanan yang
sesuai dengan tarif yang dikenakan kepada pengguna jasa dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Bahwa PT AP I melalui SSC Warehousing menikmati tingkat keuntungan yang
tinggi namun tidak diimbangi dengan pelayanan yang baik sehingga SSC
Warehousing tidak memberikan nilai tambah kepada pengguna jasanya.
4. Bahwa beroperasinya SSC Warehousing hanyalah salah satu strategi PT AP I
untuk menambah keuntungan perseroan, namun mengabaikan pelayanan dan
tanggung jawab keamanan dan keselamatan penerbangan sebagaimana
diwajibkan dalam peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan tugas yang dimiliki, KPPU melalui Majelis Komisi memberikan saran dan
pertimbangan sebagai berikut, yaitu:
1. Administrator Bandara Hasanuddin lebih meningkatkan pengawasan di Bandara
Hasanuddin umumnya dan khususnya di wilayah terminal kargo sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
2. Bahwa perlu adanya koordinasi antara Departemen Perhubungan dan
Kementrian BUMN mengenai pelayanan kebandarudaraan dan kewajiban PT AP I
dalam mencari keuntungan.
Bahwa berdasarkan fakta-fakta dan penilaian diatas, Majelis Komisi memutuskan :
1. Menyatakan PT AP I secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 17 Ayat 1
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.
2. Menyatakan PT AP I secara sah dan meyakinkan tidak melanggar Pasal 19
huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 100
3. Menyatakan PT AP I secara sah dan meyakinkan tidak melanggar Pasal 25
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.
4. Memerintahkan PT AP I untuk meningkatkan pelayanan dan keamanan dalam
jasa pelayanan kargo di Bandara Hasanuddin Makassar selambat-lambatnya
1 (satu) bulan semenjak keputusan ini memiliki kekuatan hukum tetap.
5. Memerintahkan PT AP I untuk menghitung ulang kembali tarif jasa pelayanan
kargo sesuai dengan harga tingkat keuntungan yang wajar.
6. Memerintahkan PT AP I membayar denda sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu
milyar rupiah) yang disetor Kas Negara sebagai setoran pendapatan dengan
pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Perdagangan
Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui
Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda
Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).
14. Putusan Perkara No. 23/KPPU-L/2007 Dugaan Persekongkolan dalam
Pembangunan Kembali Pasar Melawai Blok M
Perkara ini muncul setelah KPPU menerima laporan tentang adanya dugaan
pelanggaran terhadap UU No. 5/1999 berkaitan dengan persekongkolan dalam
pembangunan kembali pasar Melawai Blok M. Pelanggaran terhadap UU No.5/1999
tersebut dilakukan oleh :
1. Perusahaan Daerah Pasar Jaya (PD. Pasar Jaya) sebagai Terlapor I.
2. PT. Melawai Jaya Realty sebagai Terlapor II.
3. PT. Wijaya Wisesa sebagai Terlapor III.
4. PT. Cipta Gemilang Sejahtera sebagai Terlapor IV.
5. PT. Santika Tirtautama sebagai Terlapor V.
Terlapor III, Terlapor IV, dan Terlapor V menjadi peserta tender pemilihan calon
developer Pembangunan/ Peremajaan Pasar Melawai Blok M Perusahaan Daerah
Pasar Jaya tahun 2005. Untuk itu Majelis Komisi perlu untuk menilai perilaku para
pelaku usaha (Terlapor III, Terlapor IV, dan Terlapor V) dan peranan Terlapor I dan
Terlapor II dalam persekongkolan tersebut.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 101
Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa,
Majelis Komisi menilai bahwa:
1. Terlapor I telah melakukan kelalaian dan kesalahan prosedur dengan tetap
memilih Terlapor III sebagai calon developer untuk Pembangunan Pasar
Melawai Blok M meskipun Terlapor III tidak menyerahkan garansi bank;
2. Majelis Komisi sependapat dengan Tim Pemeriksa yang tidak menemukan
bukti adanya persekongkolan horizontal diantara para calon developer.
Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Bahwa Majelis Komisi berpendapat aturan atau mekanisme pemilihan calon
investor atau pihak ketiga untuk bekerjasama dengan PD Pasar Jaya adalah SK
Gubernur DKI No. 39 Tahun 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan Kerjasama
Perusahaan Daerah Provinsi DKI Jakarta dengan Pihak Ketiga;
2. Bahwa Majelis Komisi berpendapat SK Gubernur DKI No. 39 Tahun 2002 tidak
memberi ruang bagi persaingan usaha yang sehat kepada PD Pasar Jaya dalam
memilih calon investor atau pihak ketiga;
3. Bahwa Majelis Komisi berpendapat pada tahun 2007, Pemerintah telah
menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah yang dalam Pasal 38 ayat 1
huruf b menyebutkan “kerjasama pemanfaatan barang milik daerah dilaksanakan
dengan ketentuan sebagai berikut: (b) mitra kerjasama pemanfaatan ditetapkan
melalui tender/lelang dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5(lima)
peserta/peminat, kecuali untuk kegiatan yang bersifat khusus dapat dilakukan
penunjukan langsung”;
4. Majelis Komisi berpendapat, SK Gubernur DKI No. 39 Tahun 2002 harus dicabut
dan disesuaikan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah sehingga pemilihan
calon investor atau pihak ketiga yang akan melakukan kerjasama dengan PD
Pasar Jaya dilakukan melalui proses tender/lelang;
Sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi dalam putusannya
merekomendasikan kepada Komisi hal-hal sebagai berikut:
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 102
Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk meminta kepada
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan DPRD DKI Jakarta untuk mencabut SK
Gubernur DKI No. 39 Tahun 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan Kerjasama
Perusahaan Daerah Provinsi DKI Jakarta dengan Pihak Ketiga dan menerbitkan
peraturan baru sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun
2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Berdasarkan alat bukti yang telah diuraikan di atas, maka Majelis Komisi
memutuskan :
Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV dan Terlapor V tidak
terbukti melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
15. Putusan Perkara No. 24/KPPU-L/2007 Tender Kegiatan Peningkatan
Jalan di Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Banyuasin Sumber
Dana APBD 2006-2008
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melalui Majelis Komisi yang terdiri dari
H. Yoyo Arifardhani, SH, MM, LLM (Ketua), Prof. Dr. Ir. H. Ahmad Ramadhan
Siregar, MSc dan Ir. H. Mohammad Iqbal, masing-masing sebagai Anggota, telah
selesai melakukan pemeriksaan dan penyelidikan terhadap Perkara No. 24/KPPU-
L/2007 tentang dugaan pelanggaran Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 yang dilakukan
oleh Panitia Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan Kegiatan Tahun Jamak di
Lingkungan Dinas PU Bina Marga Kabupaten Banyuasin Sumber Dana APBD 2006-
2008 (Terlapor I), PT Chandratex Indo Artha (Terlapor II), PT Anugrah Artha Abadi
Nusa (Terlapor III) dan Kepala Dinas PU Bina Marga Kabupaten Banyuasin, Ir.
Firmansyah M.Sc. (Terlapor IV). Hasilnya, Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III
terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang No. 5
Tahun 1999, dan Terlapor II dikenakan denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu
milyar rupiah), Terlapor III dikenakan denda sebesar Rp 1.200.000.000,- (satu
milyar dua ratus juta rupiah).
Setelah Tim Pemeriksa melakukan serangkaian pemeriksaan maka Majelis Komisi
menilai bahwa:
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 103
1. Alasan mengugurkan PT Amen Mulia karena tidak dicantumkannya tanggal
dan tempat pelaksanaan aanwijzing pada Surat Jaminan Penawaran PT Amen
Mulia tidak substansial karena Surat Jaminan Penawaran PT Amen Mulia
yang dikeluarkan oleh PT Asuransi Parolamas adalah sah dan dapat diklaim
bila terjadi wanprestasi dari PT Amen Mulia.
2. Alasan Terlapor I mengugurkan PT Amen Mulia dengan menyatakan PT
Amen Mulia akan gugur dalam evaluasi teknis meskipun lulus dalam evaluasi
adminitratif adalah bentuk tindakan yang tidak relevan, karena PT Amen
Mulia sudah dinyatakan tidak lulus dalam evaluasi administrasi sehingga
Terlapor I terbukti mencari-cari kesalahan untuk menggugurkan PT Amen
Mulia.
3. Terlapor I lalai dalam meneliti dokumen personel inti Terlapor II dan Terlapor
III.
4. Tindakan Terlapor I untuk menggugurkan PT Amen Mulia dan lalai dalam
meneliti adanya kesalahan pada dokumen personil inti Terlapor II dan
Terlapor III menunjukkan bahwa Terlapor I terlibat dalam persekongkolan
vertikal untuk memenangkan Terlapor II dan Terlapor III.
5. Majelis Komisi sependapat dengan hasil Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan
(LHPL) yang menyatakan tidak ditemukan bukti yang cukup keterlibatan
Terlapor IV dalam persekongkolan tender untuk memenangkan Terlapor II
dan Terlapor III.
6. Berdasarkan bukti Bukti Acara Pemeriksaan (BAP) Terlapor II, Terlapor II
mengakui penggunaan fasilitas kantornya oleh Terlapor III.
7. Berdasarkan bukti BAP Terlapor III, Terlapor III mengakui meminta bantuan
karyawan Terlapor II dalam penyusunan dokumen penawaran tender, hal ini
diperkuat adanya bukti dokumen penawaran tender Terlapor II dan Terlapor
III tentang Daftar Personalia Inti yang sama, dan personil yang sama dalam
mendaftarkan perusahaan Terlapor II dan Terlapor III dalam Daftar Hadir
Pendaftaran Pasca Kualifikasi dan Daftar Hadir Pembukaan Dokumen
Penawaran Tender.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 104
8. Hubungan kekeluargaan antara Direktur Terlapor II dan Terlapor III
sebagaimana dicantumkan pada LHPL tidak menjadi pertimbangan untuk
menunjukkan ada atau tidak adanya persekongkolan.
9. Tidak lulusnya Terlapor II pada Tender Peningkatan Jalan Pangkalan Balai -
Pangumbuk karena jadwal pelaksanaan pekerjaan tidak memenuhi syarat
dan tidak lulusnya Terlapor III pada Tender Peningkatan Sp. Rambutan -
Mendal Mendil karena alasan yang sama menunjukkan adanya pengaturan
antara Terlapor II dan Terlapor III dalam bentuk persaingan semu.
10. Adanya peminjaman kantor Terlapor II oleh Terlapor III, adanya kesamaan
daftar personil inti antara Terlapor II dan Terlapor III, adanya personil yang
sama dalam menyusun dokumen penawaran tender serta adanya personil
yang sama dalam mengahidiri proses tender membuktikan adanya kerjasama
antar Terlapor II dan Terlapor III dalam mengikuti tender.
11. Terlapor II dan Terlapor III telah melakukan persekongkolan horizontal untuk
memenangkan kedua paket tender.
Berdasarkan tugas yang dimiliki, KPPU melalui Majelis Komisi memberikan saran dan
pertimbangan sebagai berikut, yaitu:
1. Kepada Atasan Terlapor I untuk memberikan sanksi administratif kepada
Terlapor I atas kelalaian dan keterlibatan dalam persekongkolan tender.
2. Kepada Bupati Banyuasin untuk memperhatikan prinsip-prinsip persaingan
usaha yang sehat dalam pelaksanaan pengadaan barang dan atau jasa di
lingkungan Kabupaten Banyuasin.
Akhirnya, berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43
ayat (3) dan Pasal 47 UU No. 5/1999 yang telah diuraikan di atas, maka Majelis
Komisi memutuskan :
1. Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III terbukti secara sah dan meyakinkan
melanggar Pasal 22 Undang-undang No. 5 Tahun 1999.
2. Menyatakan bahwa Terlapor IV tidak terbukti melanggar Pasal 22 Undang-
undang No. 5 Tahun 1999.
3. Terlapor II membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)
yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai sebagai Setoran Pendapatan
Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 105
Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui
bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda
Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).
4. Terlapor III membayar denda sebesar Rp 1.200.000.000,- (satu milyar dua
ratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai sebagai
Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha,
Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi
Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode
penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan
Usaha).
16. Putusan Perkara No. 26/KPPU-L/2007 Kartel SMS
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan
dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 26/KPPU-L/2007 yaitu dugaan
pelanggaran terhadap Pasal 5 UU No. 5/1999. Dugaan pelanggaran tersebut adalah
penetapan harga SMS off-net (short message service antar operator) yang dilakukan
oleh para operator penyelenggara jasa telekomunikasi pada periode 2004 sampai
dengan 1 April 2008.
Perkara ini muncul setelah KPPU menerima laporan tentang adanya dugaan
pelanggaran terhadap UU No. 5/1999 berkaitan dengan penetapan harga SMS off-
net. Pelanggaran tersebut dilakukan oleh PT Excelkomindo Pratama, Tbk (Terlapor
I), PT Telekomunikasi Selular (Terlapor II), PT Indosat, Tbk (Terlapor III), PT
Telkom, Tbk (Terlapor IV), PT Huchison CP Telecommunication (Terlapor V), PT
Bakrie Telecom (Terlapor VI), PT Mobile-8 Telecom (Terlapor VII), Tbk, PT Smart
Telecom (Terlapor VIII), dan PT Natrindo Telepon Seluler (Terlapor IX).
Melalui proses pemeriksaan yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa KPPU, diperoleh
fakta-fakta antara lain:
1. Pada periode 1994 – 2004 hanya terdapat tiga operator telekomunikasi
seluler di Indonesia dan berlaku satu tarif SMS sebesar Rp 350,-. Namun
demikian tidak ditemukan adanya kartel diantara operator pada saat itu
karena tarif yang terbentuk terjadi karena struktur pasar yang oligopoli.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 106
2. Pada periode 2004 – 2007 industri telekomunikasi seluler ditandai dengan
masuknya beberapa operator baru dan mewarnai situasi persaingan harga.
Namun demikian harga SMS yang berlaku untuk layanan SMS off-net hanya
berkisar pada Rp 250-350,-. Pada periode ini Tim Pemeriksa menemukan
beberapa klausula penetapan harga SMS yang tidak boleh lebih rendah dari
Rp 250,- dimasukkan ke dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS) Interkoneksi
antara operator sebagaimana dalam Matrix Klausula.
3. Pada bulan Juni 2007, berdasarkan hasil pertemuan BRTI (Badan Regulasi
Telekomunikasi Indonesia) dengan Asosiasi Telepon Seluler Indonesia
(ATSI), ATSI mengeluarkan surat untuk meminta kepada seluruh anggotanya
untuk membatalkan kesepakatan harga SMS yang kemudian ditindaklanjuti
oleh para operator. Namun demikian Tim Pemeriksa melihat tidak terdapat
perubahan harga SMS off-net yang signifikan di pasar.
4. Pada periode 2007 sampai sekarang, dengan harga yang tidak berubah Tim
Pemeriksa menilai kartel harga SMS masih efektif terjadi sampai dengan April
2008 ketika terjadi penurunan tarif dasar SMS off-net di pasar.
Matrix Klausula Penetapan Tarif SMS dalam PKS Interkoneksi
Operator XL Telkomsel Indosat Telkom Hutchison Bakrie Mobile-8 Smart NTS STI
XL - - √
(2005)
√
(2004)
√
(2003)
√
(2006)
√
(200
1)
-
Telkomsel - - √
(2002)
- √
(2004)
- √
(2007)
√
(200
1)
-
Indosat - - - - - - - - -
Telkom - √
(2002)
- - - - - - -
Hutchison √
(2005)
- - - - - - - -
Bakrie √ √ - - - - - - -
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 107
Berdasarkan fakta-fakta hasil pemeriksaan tersebut Majelis Komisi kemudian melihat
terdapat kerugian konsumen yang dihitung berdasarkan selisih penerimaan harga
kartel dengan penerimaan harga kompetitif SMS off-net setidak-tidaknya sebesar Rp
2.827.700.000.000,- dengan perincian masing-masing operator sebagai berikut:
Tabel 3. Perhitungan Kerugian Konsumen
Berdasarkan Proporsi Pangsa Pasar Operator Pelaku (dalam Milyar Rupiah)
Tahun Telkomsel XL M-8 Telkom Bakrie SMART Total
2004 311,8 53,4 2,6 12,2 5,8 385,8
2005 446,3 62,4 10,2 30,6 7,8 557,4
2006 615,5 93,7 15,9 59,3 17,5 801,9
2007 819,4 136,4 23,6 71,2 31,8 0,1 1.082,5
Total 2.193,1 346,0 52,3 173,3 62,9 0,1 2.827,7
Namun demikian Majelis Komisi tidak pada posisi berwenang untuk menjatuhkan
sanksi ganti rugi untuk konsumen. Majelis Komisi kemudian memperhitungkan hal-
hal yang memberatkan dan meringankan dari masing-masing operator yang
melakukan kartel harga SMS off-net dalam menjatuhkan besaran denda. Denda yang
dijatuhkan bervariasi dari maksimal Rp 25 milyar sampai dengan Smart yang
berdasarkan pertimbangan Majelis Komisi tidak layak untuk dikenakan denda.
Dengan tidak adanya regulasi khusus mengenai SMS mengakibatkan operator
mengambil tindakan untuk mengatur keseimbangan traffic (lalu lintas) SMS antar
(2004) (2004)
Mobile-8 √
(2003)
- - - - - - - -
Smart √
(2006)
√
(2007)
- - - - - - -
NTS √
(2001)
√
(2001)
- - - - - - -
STI - - - - - - - - -
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 108
operator melalui instrumen harga sehingga menimbulkan kerugian bagi konsumen,
maka Majelis Komisi merekomendasikan kepada KPPU untuk memberikan saran dan
pertimbangan kepada Pemerintah dan pihak terkait untuk segera menyusun
peraturan mengenai interkoneksi SMS yang tidak merugikan konsumen.
Bahwa berdasarkan fakta-fakta dan keseluruhan penilaian di atas, Majelis Komisi
memutuskan:
1. Menyatakan bahwa Terlapor I: PT Excelkomindo Pratama, Tbk., Terlapor II: PT
Telekomunikasi Selular, Terlapor IV: PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.,
Terlapor VI: PT Bakrie Telecom, Terlapor VII: PT Mobile-8 Telecom, Tbk.,
Terlapor VIII: PT Smart Telecom terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar
Pasal 5 UU No 5 / 1999;
2. Menyatakan bahwa Terlapor III: PT Indosat, Tbk, Terlapor V: PT Hutchison CP
Telecommunication, Terlapor IX: PT Natrindo Telepon Seluler tidak terbukti
melanggar Pasal 5 UU No 5 / 1999;
3. Menghukum Terlapor I: PT Excelkomindo Pratama, Tbk. dan Terlapor II: PT
Telekomunikasi Selular masing-masing membayar denda sebesar Rp
25.000.000.000,00 (dua puluh lima milyar rupiah) yang harus disetor ke Kas
Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan
usaha Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi
Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan
423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
4. Menghukum Terlapor IV: PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. membayar denda
sebesar Rp 18.000.000.000,00 milyar (delapan belas milyar rupiah) yang harus
disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang
persaingan usaha Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja
Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode
penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan
Usaha);
5. Menghukum Terlapor VI: PT Bakrie Telecom, Tbk. membayar denda sebesar Rp
4.000.000.000,00 (empat milyar rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara
sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha
Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 109
Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755
(Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
6. Menghukum Terlapor VII: PT Mobile-8 Telecom, Tbk. membayar denda sebesar
Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara
sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha
Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas
Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755
(Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
17. Putusan Perkara No. 28/KPPU-L/2007 Jasa Pelayanan Taksi di Batam
yang Dilakukan oleh Pelaku Usaha Taksi dan Pengelola Wilayah
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan
dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 28/KPPU-I/2007 yaitu dugaan
pelanggaran terhadap Pasal 5, Pasal 9, Pasal 17, dan Pasal 19 huruf (a) dan (d) UU
No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat (UU No. 5/1999). Dugaan pelanggaran tersebut adalah Persaingan Usaha
Tidak Sehat dalam Jasa Pelayanan Taksi di Batam yang dilakukan oleh Pelaku Usaha
Taksi dan Pengelola Wilayah.
Berdasarkan pemeriksaan, maka pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran
adalah:
1. Koperasi Karyawan Otorita Batam (Terlapor I);
2. Koperasi Pandu Wisata Batam (Terlapor II) ;
3. Koperasi Pengusaha Taksi Domestik Sekupang (KPTDS) (Terlapor III) ;
4. Badan Otorita Batam (Terlapor IV);
5. PT Senimba Bay Resort (Terlapor V);
6. PT Nongsa Terminal Bahari (Terlapor VI);
7. PT Indotri Terminal Batam (Terlapor VII);
8. PT Indodharma Corpora (Terlapor VIII);
9. PT Synergi Tharada (Terlapor IX);
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 110
10. PT Citra Tritunas (Terlapor X);
11. Koperasi Harbour Bay (Terlapor XI);
12. Koptiba (Terlapor XII);
13. Koperasi Primkoppol (Terlapor XIII);
14. Koperasi Citra Wahana (Terlapor XIV);
15. Kopti (Terlapor XV);
16. Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi (KBWPT) (Terlapor XVI);
17. PT. Pinki (Terlapor XVII);
18. PT Barelang Taxi (Terlapor XVIII);
19. CV. Barelang Express (Terlapor XIX);
20. Koperasi Primkopad (Terlapor XX);
21. Koperasi Komegoro (Terlapor XXI);
22. Koperasi Pengayoman Pegawai Departemen Kehakiman (KPPDK PN Batam)
(Terlapor XXII);
23. Kopeba (Koperasi Pengemudi Batam) (Terlapor XXIII);
24. Koperasi Metro (Terlapor XXIV);
25. Koperasi Bima (Terlapor XXV);
26. PT. Win Transport Utama (Terlapor XXVI);
27. Koptis (Koperasi Pengemudi Taksi Internasional Sekupang) (Terlapor XXVII);
28. Koperasi Primkopal (Terlapor XXVIII).
Setelah Tim Pemeriksa melakukan serangkaian pemeriksaan, maka Majelis Komisi
menilai:
1. Bahwa terdapat bukti yang cukup terjadinya pembagian wilayah operasional
taksi di Batam yang dilakukan oleh koperasi taksi di masing-masing wilayah,
yaitu di Bandara Hang Nadim, Pelabuhan Internasional Sekupang, Pelabuhan
Harbour Bay, Pelabuhan Batam Center, Pelabuhan Telaga Punggur, Pelabuhan
Domestik Sekupang, Pelabuhan Marina City dan Pelabuhan Nongsa Pura;
2. Bahwa terdapat bukti yang cukup terjadi penetapan tarif taksi di beberapa
wilayah sebagai berikut:
a. Pelabuhan Internasional Sekupang, antara Primkoppol, Primkopad, PT Win
Transport Utama dan Koptis;
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 111
b. Pelabuhan Harbour Bay, antara Koperasi Citra Wahana, PT Pinki, CV
Barelang Express, Koperasi Pandu Wisata, PT Barelang Taksi, KBWPT, PT
Win Transport Utama, Koptiba, Kopeba, Koperasi Pengayoman, Kopti,
Koptis;
c. Pelabuhan Batam Center, antara Koptiba, Primkoppol, PT Citra Wahana,
Kopti, Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi, PT Pinki, PT Barelang Taksi,
CV Barelang Express, Primkopad, Koperasi Mega Gotong Royong, Koperasi
Pengayoman dan Kopeba;
d. Pelabuhan Telaga Punggur, antara Primkoppol, Primkopad, Primkopal dan
PT Citra Wahana.
3. Bahwa terdapat bukti yang cukup terjadinya hambatan masuk yang dilakukan
oleh koperasi taksi dan pengelola wilayah di masing-masing wilayah yaitu di
Bandara Hang Nadim, Pelabuhan Internasional Sekupang, Pelabuhan Batam
Center, Pelabuhan Telaga Punggur dan Pelabuhan Domestik Sekupang;
4. Bahwa terdapat bukti yang cukup terjadinya diskriminasi yang dilakukan oleh
pengelola wilayah di Bandara Hang Nadim;
5. Bahwa terdapat bukti awal yang cukup terjadinya praktek monopoli yang
dilakukan oleh:
a. Koperasi Karyawan Otorita Batam di Bandara Hang Nadim;
b. Koperasi Pengusaha Taksi Domestik Sekupang di Pelabuhan Domestik
Sekupang;
c. Koperasi Pandu Wisata di Pelabuhan Marina City.
Selanjutnya, sebagaimana tugas Komisi yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e UU
No. 5/1999, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk memberikan
saran dan pertimbangan kepada pemerintah dan pihak terkait, sebagai berikut:
1. Pemerintah Kota Batam wajib melaksanakan Undang-undang Nomor 14
Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan khususnya
Keputusan Walikota Batam Nomor KPTS.228/HK/IX/2001 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Umum di Jalan Kota
Batam beserta peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. Kepolisian Kota Besar (Poltabes) Batam wajib melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 112
a. Penertiban terhadap mobil pribadi yang difungsikan sebagai angkutan
umum sejenis taksi;
b. Mendukung dan mengamankan pelaksanaan Undang-undang Nomor 14
Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan khususnya
Keputusan Walikota Batam Nomor KPTS.228/HK/IX/2001 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Umum di Jalan
Kota Batam beserta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya, berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43
ayat (3) dan Pasal 47 UU No. 5/1999 yang telah diuraikan di atas, maka Majelis
Komisi memutuskan :
1. Menyatakan Terlapor XII (Koptiba), Terlapor XIII (Koperasi Primkoppol),
Terlapor XIV (Koperasi Citra Wahana), Terlapor XV (Kopti), Terlapor XVI
(Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi), Terlapor XVII (PT Pinki),
Terlapor XVIII (PT Barelang Taksi), Terlapor XIX (CV Barelang Ekspress),
Terlapor XX (Koperasi Primkopad), Terlapor XXI (Koperasi Komegoro),
Terlapor XXII (Koperasi Pengayoman), Terlapor XXIII (Koperasi
Pengemudi Batam), Terlapor XXVI (PT Win Transport Utama), Terlapor
XXVII (Koperasi Pengemudi Taksi Pelabuhan Internasional Sekupang) dan
Terlapor XXVIII (Koperasi Primkopal) secara sah dan meyakinkan
melanggar Pasal 5 UU No. 5 / 1999;
2. Menyatakan Terlapor I (Koperasi Karyawan Otorita Batam) selaku pelaku
usaha taksi di Bandara Hang Nadim, Terlapor II (Koperasi Pandu Wisata
Batam) selaku pelaku usaha taksi di Pelabuhan Marina City, Terlapor III
(Koperasi Pengusaha Taksi Domestik Sekupang) selaku pelaku usaha
taksi di Pelabuhan Domestik Sekupang dan Terlapor XI (Koperasi Harbour
Bay) selaku pengelola taksi di Pelabuhan Harbour Bay, secara sah dan
meyakinkan tidak melanggar Pasal 5 UU No. 5 / 1999;
3. Menyatakan Terlapor I (Koperasi Karyawan Otorita Batam), Terlapor II
(Koperasi Pandu Wisata Batam), Terlapor III (Koperasi Pengusaha Taksi
Domestik Sekupang), Terlapor XII (Koptiba), Terlapor XIII (Koperasi
Primkoppol), Terlapor XIV (Koperasi Citra Wahana), Terlapor XV (Kopti),
Terlapor XVI (Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi), Terlapor XVII (PT
Pinki), Terlapor XVIII (PT Barelang Taksi), Terlapor XIX (CV Barelang
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 113
Ekspress), Terlapor XX (Koperasi Primkopad), Terlapor XXI (Koperasi
Komegoro), Terlapor XXII (Koperasi Pengayoman), Terlapor XXIII
(Koperasi Pengemudi Batam), Terlapor XXVI (PT Win Transport Utama),
Terlapor XXVII (Koperasi Pengemudi Taksi Pelabuhan Internasional
Sekupang) dan Terlapor XXVIII (Koperasi Primkopal) secara sah dan
meyakinkan melanggar Pasal 9 UU No. 5 / 1999;
4. Menyatakan Terlapor I (Koperasi Karyawan Otorita Batam), Terlapor II
(Koperasi Pandu Wisata Batam) dan Terlapor III (Koperasi Pengusaha
Taksi Domestik Sekupang) secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal
17 UU No. 5 / 1999;
5. Menyatakan Terlapor IV (Badan Otorita Batam), Terlapor VII (PT Indotri
Terminal Batam), Terlapor VIII (PT Indodharma Corpora), Terlapor IX
(PT Synergi Tharadha), Terlapor XII (Koptiba), Terlapor XIII (Koperasi
Primkoppol), Terlapor XIV (Koperasi Citra Wahana), Terlapor XV (Kopti),
Terlapor XVI (Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi), Terlapor XVII (PT
Pinki), Terlapor XVIII (PT Barelang Taksi), Terlapor XIX (CV Barelang
Express), Terlapor XX (Koperasi Primkopad), Terlapor XXI (Koperasi
Komegoro), Terlapor XXII (Koperasi Pengayoman), dan Terlapor XXIII
(Koperasi Pengemudi Batam) secara sah dan meyakinkan melanggar
Pasal 19 huruf (a) UU No. 5 / 1999;
6. Menyatakan Terlapor I (Koperasi Karyawan Otorita Batam) selaku pelaku
usaha taksi di Bandara Hang Nadim, Terlapor II (Koperai Pandu Wisata
Batam) selaku pelaku usaha taksi di Pelabuhan Marina City, Terlapor III
(Koperasi Pengusaha Taksi Domestik Sekupang) selaku pelaku usaha
taksi di Pelabuhan Domestik Sekupang, Terlapor V (PT Senimba Bay
Resort) selaku pengelola Pelabuhan Marina City, Terlapor VI (PT Nongsa
Terminal Bahari) selaku pengelola Pelabuhan Nongsa Pura, Terlapor X
(PT Citra Tritunas) selaku pengelola Pelabuhan Harbour Bay, Terlapor XI
(Koperasi Harbour Bay) selaku pelaku usaha taksi di Pelabuhan Harbour
Bay, Terlapor XXVI (PT Win Transport Utama) selaku pelaku usaha taksi
di Pelabuhan Harbour Bay, Terlapor XXVII (Koperasi Pengemudi Taksi
Internasional Sekupang) selaku pelaku usaha taksi di Pelabuhan
Internasional Sekupang, Terlapor XXVIII (Koperasi Primkopal) selaku
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 114
pelaku usaha taksi di Pelabuhan Telaga Punggur secara sah dan
meyakinkan tidak melanggar Pasal 19 huruf (a) UU No. 5 / 1999;
7. Menyatakan Terlapor IV (Badan Otorita Batam) secara sah dan
meyakinkan melanggar Pasal 19 huruf (d) UU No. 5 / 1999;
8. Menyatakan Terlapor V (PT Senimba Bay Resort) selaku pengelola
Pelabuhan Marina City, Terlapor VI (PT Nongsa Terminal Bahari) selaku
pengelola Pelabuhan Nongsa Pura, Terlapor VII (PT Indotri Terminal
Batam) selaku pengelola Pelabuhan Telaga Punggur, Terlapor VIII (PT
Indodharma Corpora) selaku pengelola Pelabuhan Internasional
Sekupang, Terlapor IX (PT Synergi Tharada) selaku pengelola Pelabuhan
Batam Center, Terlapor X (PT Citra Tritunas) selaku pengelola Pelabuhan
Harbour Bay secara sah dan meyakinkan tidak melanggar Pasal 19 huruf
(d) UU No. 5 /1999;
9. Memerintahkan kepada Terlapor XII (Koptiba), Terlapor XIII (Koperasi
Primkoppol), Terlapor XIV (Koperasi Citra Wahana), Terlapor XV (Kopti),
Terlapor XVI (Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi), Terlapor XVII (PT
Pinki), Terlapor XVIII (PT Barelang Taksi), Terlapor XIX (CV Barelang
Ekspress), Terlapor XX (Koperasi Primkopad), Terlapor XXI (Koperasi
Komegoro), Terlapor XXII (Koperasi Pengayoman), Terlapor XXIII
(Koperasi Pengemudi Batam), Terlapor XXVI (PT Win Transport Utama),
Terlapor XXVII (Koperasi Pengemudi Taksi Pelabuhan Internasional
Sekupang) dan Terlapor XXVIII (Koperasi Primkopal) untuk mencabut
tarif taksi yang berlaku dan memberlakukan tarif taksi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
10. Memerintahkan Terlapor I (Koperasi Karyawan Otorita Batam), Terlapor
II (Koperasi Pandu Wisata Batam), Terlapor III (Koperasi Pengusaha
Taksi Domestik Sekupang), Terlapor XII (Koptiba), Terlapor XIII
(Koperasi Primkoppol), Terlapor XIV (Koperasi Citra Wahana), Terlapor
XV (Kopti), Terlapor XVI (Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi),
Terlapor XVII (PT Pinki), Terlapor XVIII (PT Barelang Taksi), Terlapor XIX
(CV Barelang Ekspress), Terlapor XX (Koperasi Primkopad), Terlapor XXI
(Koperasi Komegoro), Terlapor XXII (Koperasi Pengayoman), Terlapor
XXIII (Koperasi Pengemudi Batam), Terlapor XXVI (PT Win Transport
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 115
Utama), Terlapor XXVII (Koperasi Pengemudi Taksi Pelabuhan
Internasional Sekupang) dan Terlapor XXVIII (Koperasi Primkopal) untuk
menghentikan kesepakatan pembagian wilayah operasi taksi di Kota
Batam sejak putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;
11. Memerintahkan kepada Terlapor I (Koperasi Karyawan Otorita Batam),
Terlapor II (Koperasi Pandu Wisata Batam) dan Terlapor III (Koperasi
Pengusaha Taksi Domestik Sekupang) untuk menghentikan praktek
monopoli dalam pengelolaan taksi di Bandara Hang Nadim, Pelabuhan
Domestik Sekupang dan Pelabuhan Marina City sejak putusan ini memiliki
kekuatan hukum tetap;
12. Memerintahkan kepada Terlapor IV (Badan Otorita Batam) selaku
pengelola Bandara Hang Nadim dan Pelabuhan Domestik Sekupang,
Terlapor VII (PT Indotri Terminal Batam) selaku pengelola Pelabuhan
Telaga Punggur, Terlapor VIII (PT Indodharma Corpora) selaku pengelola
Pelabuhan Internasional Sekupang untuk membuka kesempatan usaha
taksi bagi pelaku usaha taksi lainnya selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
terhitung sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;
13. Menghukum Terlapor IV (Badan Otorita Batam) selaku pengelola Bandara
Hang Nadim dan Pelabuhan Domestik Sekupang, Terlapor VII (PT Indotri
Terminal Batam) selaku pengelola Pelabuhan Telaga Punggur, Terlapor
VIII (PT Indodharma Corpora) selaku pengelola Pelabuhan Internasional
Sekupang untuk membayar denda masing-masing sebesar Rp
1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas
Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan
Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank pemerintah
dengan kode penerimaan 423755 (pendapatan denda pelanggaran di
bidang persaingan usaha), apabila tidak melaksanakan diktum Putusan
nomor 12 (dua belas) tersebut di atas;
14. Memerintahkan kepada Terlapor XII (Koptiba), Terlapor XIII (Koperasi
Primkoppol), Terlapor XIV (Koperasi Citra Wahana), Terlapor XV (Kopti),
Terlapor XVI (Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi), Terlapor XVII (PT
Pinki), Terlapor XVIII (PT Barelang Taksi), Terlapor XIX (CV Barelang
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 116
Express), Terlapor XX (Koperasi Primkopad), Terlapor XXI (Koperasi
Komegoro), Terlapor XXII (Koperasi Pengayoman), dan Terlapor XXIII
(Koperasi Pengemudi Batam) secara bersama-sama dengan Terlapor IX
(PT Synergi Tharada) selaku pengelola Pelabuhan Batam Center untuk
membuka jasa pelayanan taksi bagi pelaku usaha taksi lainnya selambat-
lambatnya 6 (enam) bulan terhitung sejak Putusan ini memiliki kekuatan
hukum tetap;
15. Menghukum Terlapor XII (Koptiba), Terlapor XIII (Koperasi Primkoppol),
Terlapor XIV (Koperasi Citra Wahana), Terlapor XV (Kopti), Terlapor XVI
(Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi), Terlapor XVII (PT Pinki),
Terlapor XVIII (PT Barelang Taksi), Terlapor XIX (CV Barelang Express),
Terlapor XX (Koperasi Primkopad), Terlapor XXI (Koperasi Komegoro),
Terlapor XXII (Koperasi Pengayoman), dan Terlapor XXIII (Koperasi
Pengemudi Batam) secara bersama-sama dengan Terlapor IX (PT Synergi
Tharada) selaku pengelola Pelabuhan Batam Center untuk membayar
denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) secara tanggung
renteng, yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran
Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha,
Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi
Pengawas Persaingan Usaha melalui bank pemerintah dengan kode
penerimaan 423755 (pendapatan denda pelanggaran di bidang
persaingan usaha), apabila tidak melaksanakan diktum Putusan nomor 14
(empat belas) tersebut di atas;
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 117
PERKEMBANGAN PENANGANAN LAPORAN
PERIODE JANUARI – JUNI 2007
Tabel Perkembangan Penanganan Laporan
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
1 Pernyataan sikap
atas
Pembangunan
Pasar Modern di
lahan Terminal
Kota Prabumulih
Pelapor menyampaikan pernyataan sikap berkaitan dengan
rencana pembangunan pasar modern (mall) di lahan
Terminal Kota Prabumulih Palembang.
Pelapor menolak pembangunan pasar modern dengan alasan
sebagai berikut:
1. Mall yang akan dibangun berhadapan langsung dengan
pasar tradisional.
2. Pembangunan mall melanggar SK Menperindag No.
420/MPP/Kep/10/1997 tentang pedoman penataan
pembinaan pasar dan pertokoan.
3. Melanggar SK Menperindag No. 261/MPP/Kep/7/1997
tentang pembentukan tim penataan pembinaan pasar
Penelitian
Sekretariat
Bukan
Laporan
LAMPIRAN
2
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 118
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
dan pertokoan.
2 Dugaan
persekongkolan
dengan cara
melawan hukum
Pelapor menduga telah terjadi persekongkolan dengan cara
melawan hukum yaitu;
1. Pelapor mempunyai lahan kosong di Kec. Margahayu,
Bandung dan mengajukan permohonan izin mendirikan
SPBU kepada PT Pertamina.
2. Pada saat yang sama, ada pihak lain (Agus Sadikin)
mengajukan permohonan izin mendirikan SPBU dekat
lahan Pelapor.
3. PT Pertamina menolak kedua permohonan tersebut,
tetapi memberi izin kepada Pihak Ketiga diatas lahan
Agus Sadikin.
Penelitian
Sekretariat
Persekongko
lan tender
3 Dugaan
persekongkolan
tender
pengadaan Alat
Penguji
Kendaraan
Bermotor di
Dinas
Perhubungan
Kabupaten
Labuhan Batu,
Sumatera Utara
Pelapor menyampaikan telah terjadi persekongkolan dalam
tender pengadaan Alat Penguji Kendaraan Bermotor di Dinas
Perhubungan Kabupaten Labuhan Batu, dengan indikasi
sebagi berikut;
b. Peserta lelang yang memenuhi syarat hanya 3
perusahaan.
c. Harga yang ditawarkan ketiga perusahaan tersebut
hanya memiliki selisih yang tidak signifikan dan tidak
jauh dari pagu.
d. Persyaratan lelang memuat harus ada dukungan pabrik
dan ketiga peserta tender tersebut didukung oleh pabrik
yang sama.
Nilai proyek tender adalah 2 Milyar
Persekongko
lan tender
4 Dugaan
persekongkolan
dalam lelang
Pengadaan Bibit
tanaman hutan
dan buah-buahan
di BP DAS
Pelapor menyampaikan telah terjadi persekongkolan dalam
lelang pengadaan bibit tanaman hutan dan buah-buahan,
dengan indikasi sebagai berikut;
a. Kepala DAS Cimanuk Citanduy dan Panitia lelang
membuat persyaratan lelang yang mengada-ada.
b. Sebelum lelang telah terjadi persekongkolan karena
paket-paket tertentu diberi syarat khusus yaitu untuk
Persekongk
olan tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 119
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
Cimanuk
Citanduy
satu kabupaten/kota bibitnya sama tetapi sertifikatnya
berbeda-beda.
c. Panitia lelang bersama-sama Kepala DAS Cimanuk
Citanduy merubah sebagian dari isi Dokumen Lelang.
Tender dibagi dengan 15 Paket senilai 10 Milyar.
5 Dugaan
persekongkolan
tender
pengadaan Oil
Boom, Oil
Dispersant dan
CCTV di
Direktorat
Pemasaran &
Niaga PT
Pertamina
Pelapor menyampaikan telah terjadi persekongkolan
pengadaan Oil Boom, Oil Dispersant dan CCTV di Direktorat
Pemasaran & Niaga PT Pertamina, dengan indikasi sebagai
berikut;
1. Pada pengumuman tender dan saat Penjelasan
Prakualifikasi tidak menyebutkan tentang merek,
spesifikasi dan lain-lain.
2. Setelah lulus prakualifikasi para peserta membeli
dokumen tender dan dalam Dokumen Tender telah
mencamtumkan brand/merk (acceptable brands) yang
mengacu pada suatu produk tertentu.
Persekongko
lan tender
6 Dugaan
persekongkolan
dalam
pelaksanaan
lelang
dibeberapa
instansi
pemerintah di
Propinsi
Sumatera Barat
Pelapor menyampaikan ada dugaan persekongkolan dalam
beberapa tender yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah
di Prop. Sumatera Barat pada Tahun 2006.
1. Tender Pengadaan Alat Kesehatan di RSUD Dr. Muh. Zein
Painan, dengan indikasi sbb;
a. Pemenang tender adalah yang memiliki harga
penawaran lebih tinggi.
b. Sole agent memberikan peryaratan teknis yang
berbeda-beda antara pemenang lelang dan rekanan
lain.
2. Tender Pengadaan alat laboratorium SMP dan SMA di
Dinas Pendidikan, dengan indikasi;
3. Bahwa Pelapor digugurkan dengan alasan perusahaan
Pelapor tidak memiliki pengalaman selama 3 tahun.
4. Tender pengadaan Komputer SMA dan SMK di Dinas
Pendidikan, dengan indikasi; bahwa Pelapor digugurkan
oleh Panitia saat pembukaan dokumen penawaran karena
Persekongko
lan tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 120
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
sampul dokumen pelapor tidak di lak.
5. Tender Pengadaan dan Pendistribusian Pakaian, Sepatu,
Tas, BUku, dll untuk Sekolah Dasar Minoritas Terbelakang
dan Tidak Mampu di Dinas Pendidikan, dengan indikasi
bahwa sampai sekarang pemenang lelang belum
diumumkan baik secara tertulis maupun tidak tertulis.
6. Tender Pengadaan HPCL (High Performance Liquid
Chromathography dan Gas Chromathography di Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikulkura, dengan
indikasi; bahwa pemenang adalah peserta lelang yang
memiliki penawaran yang jauh lebih tinggi.
7. Tender Pengadaan Bantuan (Ternak/Sapi) untuk Usaha
Ekonomi Produktif (UEP) Fakir Miskin sebanyak 300 KK di
Kabupaten Solok, Limapuluh Kota dan Pasaman di Dinas
Sosial, dengan indikasi;
a. Bahwa peserta yang lulus adalah peserta yang
menawarkan harga diatas 6 milyar.
b. Adanya beberapa peserta yang merekayasa
pengalaman kerja.
7 Dugaan
persekongkolan
dalam
pelaksanaan
tender
pengadaan Bibit
Kelapa Sawit di
Dinas
Perkebunan
Kalimantan
Selatan
Pelapor menyampaikan telah terjadi persekongkolan untuk
memenangkan CV Borneo Interprise Native sebagai
pemenang lelang dengan indikasi sebagai berikut;
1. Pelapor digugurkan dengan alasan SPEK Teknis tergabung
dalam proposal teknis padahal sistem evaluasi yang
digunakan Panitia adalah Merit Point.
2. CV Borneo Interprise Native sebagai pemenang lelang
mendapat Jaminan Supply dalam bentuk kerjasama dari
Koperasi Karya Bersama yang merupakan Koperasi
Karyawan PNS Dinas Perkebunan Prop. Kal. Selatan.
3. Dalam RKS telah ditetapkan syarat teknis yaitu ukuran
polibeg minimal ukuran 30 cm, namun fakta dilapangan
ukuran polibeg pemenang (CV Borneo Interprise Native)
tidak memenuhi syarat minimal tersebut.
4. Adanya kekeliruan dan kejanggalan dari surat yang
dikeluarkan oleh Panitia yaitu nomor surat sama tetapi
Persekongko
lan tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 121
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
tanggal berbeda.
Nilai HPS tender tersebut adalah Rp. 4.404.892.800,-
8 Laporan
persaingan tidak
sehat pada
tender di Propinsi
Bangka Belitung.
Pelapor menyampaikan adanya penghadangan oleh
sekelompok orang didepan pintu masuk ruangan Pemasukan
Penawaran Pelelangan Proyek Paket Peningkatan Jalan dan
Jembatan di Propinsi Bangka Belitung APBN 2007.
Persekongko
lan tender
9 Dugaan adanya
rekayasa pada
lelang di Bagian
Kontrak-Jasrum
PT Pertamina UP
V Balikpapan
Pelapor menduga telah terjadi rekayasa dalam menentukan
pemenang dalam pelaksanaan tender-tender di Bagian
Kontrak Jasrum PT Pertamina UP V Balikpapan.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;
1. pada pelaksanaan lelang panitia dinilai tidak mengikuti
ketentuan SK Dirut Pertamina No. 036/C0000/2004-S0.
2. Panitia memungut biaya penggantian dokumen yang
nilainya bervariasi tergantung dari nilai proyek.
3. sistem evaluasi yang dilakukan tidak jelas dan tidak
mengacu pada Keppres 80/2003 dan SK No.
036/C00000/2004/S0.
Penelitian
sekretariat
Persekongko
lan tender
10 Dugaan
persekongkolan
pada
pelaksanaan
lelang Pengadaan
Pupuk dan Bibit
Karet di Dinas
Perkebunan Kab.
Banjar Martapura
Pelapor menduga telah terjadi persekongkolan pada
pelaksanaan lelang pengadaan pupuk tablet, herbisida dan
bibit karet okulasi di Dinas Perkebunan Kab. Banjar
Martapura.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;
1. Terdapat kesepakatan bersama untuk menentukan
pemenang yang dibuat dua hari sebelum pemasukan
dokumen. Kesepakatan tersebut adalah sebagai berikut;
a. Paket Pupuk dimenangkan oleh CV IRMA;
b. Paket Herbisida dimenangkan oleh CV Yunita;
c. Paket Bibit Karet Okulasi dimenangkan oleh CV Bina
Karya
2. Pertemuan dilakukan di RM Lesehan di pinggir irigasi
Penelitian
sekretariat
Persekongko
lan tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 122
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
kab. Banjar dengan dimoderatori oleh Ir. Suyadi seorang
PNS di Kab. Banjar. Pertemuan tersebut juga
menyepakati pembagian uang kompensasi kepada
peserta yang tidak lolos sebesar 5% dari total nilai
kontrak dan seluruh pemenang adalah perusahaan yang
berdomisili di Kab. Banjar.
3. Panitia pada saat memasukan dokumen penawaran tidak
menyediakan kotak penawaran. Baru pada saat waktu
pemasukan penawaran berakhir panitia baru
mengeluarkan kotak penawaran yang sudah berisi
penawaran dari para peserta yang sebelumnya telah
bersepakat.
4. Pelapor tidak dapat memasukan dokumen penawaran
karena dihadang oleh sekelompok orang dan kotak
penawaran tidak tersedia.
5. Setelah pemasukan penawaran selesai, Sdr. Ardiansyah
Direktur CV Yunita membagikan uang Rp. 825.000
kepada para peserta yang terdaftar.
11 Tender
pengadaan dan
instalasi UPS di
PT Geo Dipa
Energy
Pelapor menduga telah terjadi pelanggaran Pasal 22 UU No.
5 tahun 1999 pada proses pelelangan pengadaan dan
instalasi UPS di PT Geo Dipa Energy tahun 2006.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;
1. Panitia tidak menjelaskan pagu dana maupun harga
perkiraan sendiri dari UPS yang diminta.
2. Pada saat pembukaan dokumen penawaran, panitia tidak
melibatkan saksi dari peserta. Semua dokumen diperiksa
oleh panitia sendiri.
3. Panitia mengesahkan penawaran dari peserta yang
menawarkan barang merk AMITEK tetapi surat dukungan
dari ATPM merk lain.
4. Panitia memperlambat penyampaian pengumuman
pemenang dengan alasan no fax pelapor salah. Sehingga
pelapor tidak dapat melakukan sanggahan karena waktu
sanggah sudah lewat.
Penelitian
laporan
Persekongko
lan tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 123
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
5. PT Erico selaku pemenang lelang hanya merupakan
perusahaan yang dipinjam oleh Sdr. Sudarsono.
12 Pengaduan
perihal
pemblokiran
permohonan
bantuan
Pengaduan dari Yayasan Soaraja Botto Cempaka Kec. Dua
Pitue Kab. Sidenreng Rappang Prop Sulawesi Selatan perihal
dugaan adanya pemblokiran terhadap permohonan bantuan
dana.
Laporan
tidak
lengkap
Bukan
Kewenangan
KPPU
13 Lelang saham
Manulife
Pelapor menduga telah terjadi pelanggaran Pasal 22 UU No.
5 tahun 1999 oleh PT Dharmala Sakti Sejahtera dalam
proses pelelangan Saham PT Asuransi Jiwa Manulife
Indonesia (AJMI).
Indikasi pelanggaran yang disampaikan adalah sebagai
berikut:
1. Pengumuman lelang isinya bertolak belakang dengan isi
risalah lelang. Didalam risalah lelang disebutkan bahwa
permintaan lelang diajukan oleh Ari Ahmad Effendi
selaku kurator, namun dalam pengumuman di Harian
Suara Pembaruan lelang dilakukan atas permintaan
RUPS PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia.
2. Jangka waktu pelaksanaan lelang dengan pengumuman
lelang di media massa hanya satu minggu, sehingga
dianggap terlalu singkat untuk melakukan due diligent.
3. Peserta lelang hanya satu yaitu The Manufactur Life
Insurance Company (MILC) dengan nilai penawaran Rp.
170.000.000.000,-
4. PT AJMI dan MLIC diketahui telah memperoleh
persetujuan dari Departemen Keuangan atas
permohonan pengambilalihan saham PT Dharmala Sakti
Sejahtera dua minggu sebelum lelang diumumkan.
Penelitian
Sekretariat
Persekongko
lan tender
14 Tender pekerjaan
jasa kebersihan
Angkasa Pura II
Pelapor menduga telah terjadi persaingan tidak sehat pada
pelaksanaan lelang Pekerjaan Jasa Kebersihan Terminal II
Bandara Soekarno Hatta Cengkareng tahun 2006.
Laporan
tidak
lengkap
Persekongko
lan tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 124
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;
a. Pemenang lelang adalah peserta yang telah menang
dalam 4 tahun terakhir.
b. Nilai penawaran pemenang dianggap tidak masuk akal,
karena menurut perhitungan pelapor, pemenang tender
tidak akan sanggup mengerjakan sesuai ketentuan di
RKS.
15 Distribusi Gula
Impor
Dugaan praktek monopoli pada usaha distribusi gula impor di
Sulawesi Tengah. Indikasi yang disampaikan adalah sebagai
berikut:
1. PT PN XI selalu membongkar gula impor untuk propinsi
Sulawesi Tengah sebanyak 4.000 Ton di Pelabuhan
Soekarno–Hatta Makassar, bukan di Pelabuhan Pantoloan
Palu.
2. PTPN XI hanya memberikan informasi mengenai batas
waktu pembayaran tahap I sebesar 40% dari total harga
tebusan hanya kepada PT Padi Mas Prima Makassar.
Perusahaan distributor gula di Palu yang
direkomendasikan oleh Dinas Perindagkop Propinsi
Sulawesi Tengah.
Penelitian
Sekretariat
Monopoli
16 Tender konsultan
Study Master
Plan Sistem
Sumatera di PLN
P3B Sumatera
Pelapor menduga proses prakualifikasi tender konsultan
pekerjaan studi master plan sistem sumatera yang dilakukan
di PT PLN P3B Sumatera tidak kompetitif.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;
1. Konsultan APS dari Malaysia diduga telah memberikan
“service” kepada pejabat PLN pada saat berkunjung ke
Malaysia.
2. Diduga Konsultan APS juga merupakan pemenang tender
konsultan untuk Studi Interkoneksi Jawa–Bali.
3. PT PLN akan melakukan penunjukkan langsung untuk
jasa konsultan perorangan di PLN Pusat dimana
Penelitian
sekretariat
Persekongko
lan tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 125
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
beberapa bagian pekerjaannya sama dengan lingkup
pekerjaan interkoneksi Jawa - Bali.
17 Persaingan usaha
tidak sehat oleh
PT Dinamika
Indonusa Prima
Pelapor menduga PT Dinamika Indonusa Prima (DIP) telah
melakukan praktek persaingan usaha tidak sehat. PT DIP
adalah produsen kasur pegas merk AIRLAND.
Pelapor adalah supplier kasur pegas untuk kebutuhan PT
Badak Natural Gas Liquefaction. Sesuai dengan Purchase
Order No. 004/BM40/2007-412 perihal pemesanan 190 unit
kasur pegas merk Airland dengan ketentuan kesamaan dan
kesetaraan (silent or equal).
Pelapor kemudian membeli tunai kasur pegas merk Koala by
Airland kepada PT DIP. Tetapi oleh PT Badak ditolak dengan
alasan produk yang diserahkan bukan merk Airland
sebagaimana dalam Purchase Order.
Penelitian
sekretariat
Persekongko
lan tender
18 Permohonan
Tanggapan atas
Sengketa Bisnis
PT Starcom
Solusindo
dengan PT
Telkom
Indonesia
Pelapor menyampaikan bahwa telah terjadi sengketa bisnis
antara Pelapor dengan PT Telekominikasi Indonesia, dengan
permasalahan sebagai berikut;
1.Bahwa pelapor adalah pelaku usaha yang bergerak
dibidang multimedia berbasiskan internet protocol yang
salah satunya menyediakan broadband internet kepada
operator luar negeri.
2.Bahwa pelapor dengan PT Telkom Indonesia telah
menandatangani Surat Kontrak Berlangganan Sambungan
Telekomunikasi Model Tel-2.
Penelitian
Sekretariat
19 Dugaan
Persekongkolan
tender dalam
145 Paket
Pekerjaan pada
Dinas Pendidikan
KPD Medan menyampaikan resume laporan Dugaan
Persekongkolan tender dalam 145 Paket Pekerjaan pada
Dinas Pendidikan Nasional Propinsi Sumatera Utara.
Indikasi persekongkolan adalah;
1. Tender terdiri dari 145 paket yang diumumkan pada
tanggal 21 Oktober 2006 yang merupakan hari
Penelitian
Sekretariat
Persekongko
lan tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 126
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
Nasional Propinsi
Sumatera Utara
libur/sabtu bukan diumumkan pada hari kerja.
2. Panitia tender menginapkan dokumen penawaran selama
3 hari sejak penutupan penyerahan dokumen sehingga
menyebabkan ada dugaan potensi post bidding.
3. Dari informasi yang diperoleh telah terjadi pinjam-
meminjam perusahaan hal ini dibuktikan dengan alamat
perusahaan yang berbeda-beda.
Nilai pekerjaan adalah Rp. 70.264.459.000,-
20 Persaingan usaha
Tidak Sehat
dalam ekspor
Labi-Labi di
Kalimantan
Timur
Pelapor menyampaikan bahwa telah terjadi persaingan usaha
tidak sehat dalam ekspor Labi-labi di Kalimantan Timur
dengan indikasi sebagai berikut :
1. Bahwa kuota ekspor labi-labi ditentukan oleh SK
Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi
Agro Asia Tunggal yang berlaku sejak tanggal 1 Jan
2006 s/d 31 Des 2006.
2. Bahwa pelapor menduga adanya monopoli ekspor
labi-labi yang dilakukan Ting Ham (CV. Agro Asia
Tunggal).
3. Adanya dugaan bahwa CV Agro Asia Tunggal
menghalangi masuknya UD Daisa Sagena sebagai
pesaing dalam ekspor labi-labi.
Penelitian
Sekretariat
Monopoli
21 Laporan
Pembatalan
lelang
Pelapor menyampaikan adanya kejanggalan-kejanggalan
dalam proses lelang pekerjaan jasa borongan untuk kegiatan
implementasi rehabilitasi gedung pendidikan pasca gempa
bumi di Prop. Jawa tengah dan pengembangan Poliklinik. PMI
Cabang Klaten antara lain:
1. Pengumuman pendaftaran dilakukan pada tanggal 5-8
Feb 2007 dan aanwizjing dilakukan pada tanggal 8 Feb
2007.
2. Panitia tidak melakukan aanwizjing untuk peninjauan
lapangan.
Penelitian
Sekretariat
Persekongko
lan tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 127
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
22 Laporan dugaan
pelanggaran
terhadap UU No.
5 Tahun 1999
yang dilakukan
EMI Music South
East Asia, EMI
Indonesia, Arnel
Affandy
Pelapor menyampaikan ada dugaan pelanggaran UU No. 5
Tahun 1999 yang dilakukan EMI Music South East Asia, EMI
Indonesia, Arnel Affandy, antara lain;
a. EMI Asia, EMI Indonesia dibantu oleh Arnel Affandy
melakukan pengambilalihan pengelolaan eksklusif
(pembajakan) artis Dewa 19 dan upaya-upaya untuk
membajak Arri Lasso.
b. EMI Asia dan EMI Indonesia secara bersama-sama
melakukan tindakan anti persaingan raising rival cost
untuk menghalang-halangi Aquarius untuk melakukan
kegiatan yang sama dalam pasar bersangkutan.
c. EMI Asia, EMI Indonesia dan Arnel Affandy bersekongkol
untuk mendapatkan informasi tentang segala hal terkait
dengan kerjasama diantara artis-artis khususnya Dewa
19, Ari Lasso dengan Aquarius.
Penelitian
Sekretariat
Penguasaan
Pasar
23 Laporan
pelanggaran
pasal 19 UU No.
5 Tahun 1999
yang dilakukan
oleh PT Krakatau
Lampung
Tourism
development
Pasal 19 UU No 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh PT
Krakatau Lampung Tourism development dengan indikasi
bahwa;
i. Pembatalan dan penghalangan pembangunan jaringan
listrik PLN menuju usaha Pelapor.
ii. Pihak PT Krakatau Lampung Tourism Development dan
pemda keberatan keberatan dengan pembangunan
jaringan listrik karena sebagian besar lahan belum
dibebaskan.
Penelitian
seketariat
Penguasaan
pasar
24 Penunjukan
langsung Rehab
Gedung SD di
SUMUT
Pelapor menduga telah terjadi pelanggaran UU No. 5 tahun
1999 pada proses pelaksanaan proyek Rehabilitasi 46
Gedung SD di Propinsi Sumatera Utara tahun 2006.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut:
a. Proyek dilaksanakan dengan sistem penunjukan
langsung padahal anggarannya adalah Rp. 7 milyar
lebih.
b. Proses penunjukan langsung tidak dilakukan dengan
Penelitian
Sekretariat
Persekongko
lan tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 128
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
cara yang transparan.
c. Diduga dari 46 perusahaan yang mendapat
pekerjaan, hanya 7 yang Sertifikat Badan Usahanya
terdaftar di LPJK Sumut, 6 perusahaan dipertanyakan
SBUnya dan 33 perusahaan tidak memiliki SBU.
25 Persaingan tidak
sehat pada
Tender Badak
Catering and
Room Services di
PT Vico
Indonesia Kaltim
Pelapor menduga telah terjadi persaingan usaha tidak sehat
pada tender Badak Catering and room services.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;
1. Pelapor telah mendaftar sebagai peserta tetapi tidak
diundang dalam pre-bid meeting.
2. Panitia kemudian melakukan re-tender atas
keberatan pelapor.
3. Namun kemudian panitia membatalkan re-tender
tersebut dan menunjuk PT Anugerah Jasa Caterindo
sebagai penyedia jasa untuk jangka waktu 3 bulan.
4. Kemudian dilakukan tender baru dimana pelapor
awalnya sebagai pemenangnya, tetapi kemudian
pelapor didiskualifikasi dikarenakan tidak
menyertakan certifikat dari tenaga ahli padahal para
peserta lainnya tidak diharuskan untuk menyertakan
certifikat dari tenaga ahli.
5. Adanya dugaan bahwa panitia melakukan
diskriminasi terhadap pelapor serta dugaan adanya
persekongkolan antara panitia dengan PT Anugrah
Jasa Caterindo.
Buku Daftar
Penghentian
Pelaporan
Persekongko
lan tender
26 Jabatan rangkap
pada PT. Medan
Andalas dan PT.
Sumatera Raya
di Jakarta.
Pelapor menyampaikan bahwa telah terjadi pelanggaran UU
No. 5 tahun 1999 mengenai jabatan rangkap dan pemilikan
saham di PT. Medan Andalas dan PT. Sumatera Raya, yang
didirikan di Jakarta.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Pada tanggal 5 November tahun 2001 didirikan PT.
Penelitian
Sekretariat
Jabatan
Rangkap
dan
Pemilikan
Saham
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 129
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
Medan Andalas di Jakarta yang bergerak di bidang
transportasi angkutan penumpang umum taksi
dengan nama Family Taksi. Di sini terlapor
berkedudukan sebagai pemilik saham dan Direktur
PT. Medan Andalas.
2. Pada tanggal 25 Februari tahun 2005 didirikan PT.
Sumatera Raya di Jakarta yang bergerak di bidang
yang sama, yaitu bidang transportasi angkutan
penumpang umum taksi. Di sini terlapor I
berkedudukan sebagai pemilik saham dan Komisaris
Utama PT. Sumatera Raya, sementara terlapor II
berkedudukan sebagai pemilik saham dan Direktur
PT. Sumatera Raya.
27 Persekongkolan
untuk merebut
pesanan
terhadap T.B
Oloan Lubis.
Pelapor menyampaikan bahwa telah terjadi persekongkolan
antara terlapor dengan pihak tertentu di jajaran pemerintah
Kabupaten Labuhan Batu.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Pelapor telah mendapatkan pesanan alat peraga dan
buku-buku sekolah yang bersumber dari Dana
Alokasi Khusus (DAK), yang telah ditandatangani
oleh beberapa kepala sekolah dan komite sekolah di
Kabupaten Labuhan Batu.
2. Namun pesanan tersebut tidak terlaksana karena
adanya intervensi dari terlapor yang disinyalir
mempunyai hubungan khusus dengan orang-orang
tertentu di jajaran pemerintah Kabupaten Labuhan
Batu, dimana terlapor memaksa beberapa Kepala
Sekolah untuk mengalihkan sumber dana DAK ke
rekening terlapor.
Penelitian
Sekretariat
Persekongko
lan tender
28 Dugaan
persekongkolan
tender
pengadaan mobil
Pelapor menduga telah terjadi persekongkolan pada proses
pengadaan 3 mobil Puskesmas Keliling pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Bondowoso tahun 2007 senilai Rp. 591.750.000,-
Penelitian
Sekretariat
Persekongko
lan tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 130
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
puskesmas di
Dinas Kesehatan
Bondowoso
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;
1. Diduga tidak dilakukan pengumuman pelelangan.
2. Tidak dilakukan melalui pelelangan umum.
29 Permohonan
Tanggapan dari
MenPAN
Surat dari Deputi Bidang Pengawasan Menteri PAN perihal
permohonan untuk menanggapi surat pengaduan dari Sdr.
Ichwan yang telah disampaiakan ke Tromol POS 5000.
Sekretariat telah menjawab surat permohonan tersebut.
Laporan
tidak
lengkap
Bukan
Laporan
30 Dugaan
Pelanggaran UU
No. 5 tahun 1999
pada
pembangunan
kembali Pasar
Melawai Blok M
Pelapor menduga telah terjadi persaingan usaha tidak sehat
pada proses penunjukan langsung Pengembang Pasar
Melawai Blok M.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;
1. Penunjukan PT Melawai Jaya Realty sebagai pengembang
tidak transparan.
2. Modal yang disetor PT MJR sebesar Rp. 400 juta
sedangkan proyek yang dilaksanakan sebesar Rp. 494
Milyar.
3. PT MJR sebelumnya bernama PT Inter Buana Semesta
yang berdiri 4 bulan sebelum pasar Melawai terbakar.
4. PT MJR didirikan 4 hari sebelum PD Pasar Jaya
mengumumkan peremajaan Pasar Melawai.
5. Dua setengah bulan setelah ditetapkan sebagai
pengembang, PT Mega Kirana Sentosa selaku pemilik
saham PT MJR menjual semua sahamnya ke PT Sunter
Agung dan PT Wijaya Wisesa.
Penelitian
Sekretariat
Persekongko
lan tender
31 Monopoli ekspor
Kulit Reptil
Pelapor menduga Indonesian Reptile and Ampibie Trade
Association (IRATA) telah melakukan monopoli ekspor kulit
reptil di Indonesia.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;
Penelitian
Sekretariat
Monopoli
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 131
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
1. Dirjen Sumber daya alam dan hutan departemen
kehutanan setiap bulan maret mengeluarkan kuota
ekspor kulit reptil.
2. Saat ini hampir 80% dari kuota tersebut dikuasai oleh
sebagian kecil anggota IRATA.
3. Kelompok tersebut adalah teman-teman George Saputra
selaku ketua IRATA.
32 Dugaan
persekongkolan
pada tender
peningkatan
jalan di Kab.
Banyuasin
Sumatera Barat
Pelapor menduga telah terjadi persekongkolan pada proses
pelelangan kegiatan peningkatan jalan di Dinas Pekerjaan
Umum Kab. Banyuasin Sumatera Selatan. Paket Pekerjaan
yang ditenderkan adalah;
Lubuk Lancang – Teluk Betung – Tanah Kering;
Pangkalan Balai – Pengumbuh;
Pangkalan Balai – Lubuk Saung;
Sp Tanjung Beringin – Rimba Alai dan
Sp. Rambutan Mendal – Mendil.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;
1. Pelapor sebagai penawar terendah digugurkan pada
3 paket.
2. Terdapat beberapa peserta yang digugurkan pada
satu paket tetapi menjadi pemenang pada paket
yang lain.
3. Pelapor tidak pernah diklarifikasi.
4. Panitia tidak memiliki alasan yang jelas dalam
menggugurkan pelapor.
Penelitian
Sekretariat
Persekongko
lan tender
33 Dugaan
pelanggaran UU
No. 5 tahun 1999
Pelapor menduga telah terjadi pelanggaran Pasal 19 dan 25
UU No. 5 tahun 1999 oleh PT Inti Cemerlang Agung pada
kegiatan usaha pengelolaan air bersih dan IKK di Kompleks
Perumahan Kemang Pratama Bekasi.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;
1. Terlapor melarang semua warga RW 36 mengelola
Penelitian
Sekretariat
penguasaan
pasar
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 132
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
sendiri air bersih dan Keamanan.
2. Terlapor merupakan satu-satunya pengelola air
bersih dan keamanan di Perumahan Kemang
Pratama.
34 Usulan kepada
Bappenas
berkaitan dengan
Keppres 80 th
2003
Usulan dari H. Nandang Suhdana perihal revisi Keppres No.
80 tahun 2003 kepada Kepala BAPPENAS.
Laporan
tidak
lengkap
Bukan
Laporan
35 Tender Alat
Kesehatan di
RSUD Brebes
dana ABT APBD
Kab. Brebes
tahun 2006
Pelapor menduga telah terjadi persekongkolan pada
pelaksanaan tender pengadaan alat kesehatan di RSUD
Brebes Tahun Anggaran 2006. sumber dana dari ABT APBD
Kab. Brebes senilai Rp. 2.183.000.000.-.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Dokumen lelang tidak dibuat oleh Panitia melainkan telah
disiapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan dibantu
oleh staf dari PT Graha Ismaya.
2. Data mengenai HPS diduga dibuat oleh staf PT Graha
Ismaya kemudian dikirim ke PPK melalui fax.
3. PT Graha Ismaya juga mengirimkan draf iklan
pengumuman lelang kepada PPK.
Panitia mengugurkan penawaran CV ULS, PT Pamiko dan PT
Samudera karena tidak mencantumkan kalimat ”masa
berlaku penawaran 30 hari kerja sejak pemasukan
penawaran”. Akan tetapi panitia meloloskan PT Candi
Prambanan (pemenang) meskipun memiliki kekurangan yang
sama.
Persekongko
lan tender
36 Tender
Peningkatan
Jalan di
Kalimantan Barat
Pelapor menduga terjadi permasalahan dalam pelaksanaan
tender peningkatan jalan paket Nanga Tepuai–Putussibu
tahun 2007 di Proyek Satker Non Vertikal Tertentu
Pembangunan Jalan dan Jembatan Perbatasan Kalimantan
Barat, Dirjen Bina Marga DPU.
Penelitian
Sekretariat
Persekongko
lan tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 133
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;
1. Panitia menggugurkan pelapor dengan alasan nilai
Kemampuan Dasar tidak mencukupi. Pelapor menilai
perhitungan panitia salah karena menurut pelapor
nilai KD telah mencukupi.
37 Penolakan
Pembangunan
Carefour Ciledug
Pelapor menolak rencana pembangunan pasar modern
Carefour di Central Business District (CBD) Ciledug karena
hanya berjarak +/- 100 m dari Plaza Baru Ciledug.
Penelitian
Sekretariat
Bukan
Laporan
38 Persaingan Tidak
Sehat di
Pengadaan
Asuransi
PT Telkom
Pelapor menduga terjadi persaingan tidak sehat pada proses
tender asuransi di PT Telkom Tbk.
PT Sarana Janesia Utama yang merupakan anak perusahaan
PT Telkom diduga memperoleh keistimewaan tertentu
sehingga memenangkan tender tersebut.
Laporan
tidak
lengkap
Persekongko
lan tender
39 Penyimpangan
Proses Lelang di
PT PLN (Persero)
Pelapor menduga telah terjadi penyimpangan pada proses
pelelangan di PT PLN (Persero) W.S2JB tahun 2007 untuk
pekerjaan paket 005, 006 dan
007.RKS/P3BJN/W.S2JB/2007.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;
1. Dokumen lelang tidak ditanda-tangani General Manager
PLN.
2. Berita Acara Penjelasan tidak sah karena dibuat dan
ditandatangani tanggal 23 Maret 2007 tetapi
pelaksanaannya tanggal 26 Maret 2007.
3. Terdapat persyaratan yang tidak dicantumkan dan
ditambah-tambahkan.
4. Panitia melakukan diskriminasi.
5. Diduga terjadi kolusi.
Penelitian
Sekretariat
Persekongko
lan tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 134
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
40 Tanggapan surat
pengaduan
Sekretariat menerima surat tembusan perihal pengaduan
dari Sdr. Haerul S. Aminoto dari Koperasi UKM Cempaka
Pratama
Laporan
tidak
lengkap
Bukan
Laporan
41 Permoho
nan Perlin
dungan Hukum
Pelapor menduga terjadi praktek monopoli di Kab. Mentawai
berkaitan dengan adanya nota kesepakatan bersama antara
Pemkab. Kepulauan Mentawai dengan Mentawai Marine
Tourism Association (MMTA).
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;
1. pada tanggal 11 Des 2006, Bupati, Ketua DPRD Kab.
Mentawai dan Sdr. Anom Suheri (pelaku usaha)
mengeluarkan deklarasi Simakang, yang intinya
membuat suatu asosiasi pariwisata bahari di Kab.
Kepulauan Mentawai dengan nama Mentawai Marine
Tourism Association (MMTA).
2. Anggota utama MMTA adalah lima badan hukum yang
belum memiliki ixin resort dan tidak memiliki kapal.
3. Keanggotaan dibagi menjadi dua. Anggota utama yang
terdiri dari 5 pelaku usaha dan Anggota Biasa.
4. Untuk menjadi anggota MMTA, pelaku usaha membayar
Rp. 2 juta dan retribusi Rp. 15 juta untuk 3 bulan
pertama. Pelaku usaha yang mendaftar seharusnya
memperoleh sertifikat keanggotaan tetapi pada
kenyataanya tidak.
5. MMTA diduga akan menentukan pelaku usaha mana yang
bisa beroperasi dan yang tidak. Sehingga dapat
menghambat pelaku usaha lain.
6. MMTA hanya melindungi kepentingan anggota utama.
Penelitian
Sekretariat
Monopoli
42 Persekongkolan
Tender di Maluku
Utara
Pelapor menduga adanya praktek persekongkolan tender
oleh Kantor Dinas Kimpraswil Wilayah Maluku Utara dalam
pelelangan pekerjaan pembuatan reservoir 500M3.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut :
Penelitian
Sekretariat
Persekongko
lan tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 135
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
Pelapor sebagai penawar terendah tidak dimenangkan.
43 Penunjukan
Langsung pada
Proyek Pipanisasi
Rewulu-Teras
Pelapor menduga adanya praktek penunjukan langsung yang
dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero), BPKP, dengan PT.
Meta Epsi Engineering dalam hal penyelesaian kontrak dalam
Penyelesaian Pekerjaan Proyek Pipanisasi Rewulu–Teras
Termasuk Pembangunan Depot Teras milik PT. Pertamina.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;
1. PT. Meta Epsi Engineering sebagai kontraktor utama
telah melakukan WAN Prestasi dari isi kontrak
sebelumnya (SPB 266 / C00000 / 2002 – S5) tanggal 10
April 2002, dengan tidak terselesainya proyek pada 09
Oktober 2004. dengan indikasi kerugian oleh Pertamina
sebesar @ Rp. 19 milyar dan equivalen sampai tahun
2007 sebesar Rp. 40 milyar.
2. Kontrak sisa pekerjaan ( 10,28%) yang ditinggalkan
oleh PT. Meta Epsi Engineering tidak diadakan lelang
terbuka (beauty contest, penawaran harga dan due
diligence.
3. Hal ini dilakukan dengan alasan; agar cepat familiar dan
beradaptasi serta pihak PT. Meta Epsi Engineering dapat
bertanggung jawab, walau mengorbankan kerugian
korporasi PT. Pertamina (Persero) dan menyepelekan
peraturan dari perundang-undangan yang berlaku.
4. Adanya penambahan nilai proyek sebesar Rp.
29.764.539.414 dan US$ 2,153,389 tanpa diadakannya
tender terbuka. Dan diindikasikan sebagai
persekongkolan tender secara jelas dan meyakinkan
melanggar UU No. 5/1999 Pasal 22.
Penelitian
Sekretariat
Persekongko
lan tender
44 Persekongkolan
pada Tender
Pengadaan Pipa
PVC di Kepulauan
Riau
Laporan atas dugaan pelanggaran Pasal 22 UU No. 5 Tahun
1999. Dalam tender Pengadaan Pipa PVC 6”, 4”, 2” oleh
Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi Provinsi
Kepulauan Riau.
Laporan dugaan ini disampaikan oleh Kepala KPD Batam atas
Penelitian
Sekretariat
Persekongko
lan tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 136
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
laporan dari PT. Mitratama Daya Alam Bintan.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;
1. Pada saat pembukaan dokumen penawaran, hanya ada
3(tiga) peserta tender yang lulus administrasi, teknis dan
kualifikasi, yaitu PT. Mitratama Daya Alam Bintan, PT.
Sumber Alam Sejahtera, PT. Flopen Sejahtera.
2. Pihak yang seharusnya menang adalah PT. Mitratama
Daya Alam Bintan dengan penawaran terendah sebesar
Rp. 1.887.583.000,- pada kenyataannya yang
dimenangkan oleh panitia tender adalah PT. Alfatama
Anugrah Sari Albaqi.
3. Panitia tender diduga telah melakukan persekongkolan
dengan PT. Alfatama Anugrah Sari Albaqi yang secara
sah tidak lulus dalam evaluasi teknis dan kualifikasi.
45 Monopoli
pasokan listrik
oleh Pengelola
ITC Surabaya
Mega Grosir
Laporan disampaikan oleh Asosiasi Pedagang ITC Surabaya
Mega Grosir yang telah diteruskan oleh KPD Surabaya
dengan isu awal yaitu adanya dugaan monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat dalam pengelolaan ITC
Surabaya Mega Grosir.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Asosiasi pelapor adalah asosiasi pedagang yang
menempati Upper Ground di ITC Surabaya Mega Grosir
dengan sistem sewa selama 25 tahun.
2. Upper Ground berdasarkan perjanjian sewa dan product
knowledge ITC diperuntukkan untuk penjualan garmen,
moeslem,wears batik dan textils. Pengelola ITC secara
konsisten mengatur hal itu sehingga setiap penyewa kios
di lantai ini harus menjual produk sesuai peruntukkan.
3. Pengelola secara sepihak mengalihperuntukkan lower
ground ITC yang semula merupakan lantai untuk kios-
kios produk sepatu, bank, mainan dan jasa menjadi kios-
kios komoditas barang-sebagaimana pedagang di kios
Penelitian
Sekretariat
Monopoli
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 137
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
Upper ground.
4. Para pedagang lower ground dibebaskan dari sewa
kios/stan sehingga terbebas dari fixed cost sebagaimana
yang sudah ditanggung oleh Upper Ground, secara diam-
diam PT. Citra Agung Tirta Jatim membuat perjanjian
dengan pedagang lower ground.
5. Setiap bulannya para pedagang, membayar retribusi
listrik dan service charge, sesuai perjanjan yang dibuat
antara para pedagang dan PT. Citra Agung Tirta Jatim,
jika terlambat pembayarannya dikenakan denda 3%.
6. Pasokan listrik dimonopoli oleh PT. Citra Agung Tirta
Jatim, dengan tarif yang mencekik leher, yang
seharusnya dibayar langsung ke PLN, tetapi dibayar
lewat rekening tagihan pada PT. Citra Agung Tirta Jatim.
7. Adanya penambahan biaya jaminan kunci sebesar Rp.
2.000.000,- per kios, yang pengelolaan atau
penempatan uangnya tidak jelas dikemanakan.
46 Persaingan usaha
tidak sehat pada
Proyek
Outsourcing Roll
Out CMS pada PT
PLN Distribusi
Jawa Timur
Pelapor menduga telah terjadi persaingan usaha tidak sehat
pada proses implementasi customer management system di
PT PLN Distribusi Jawa Timur.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;
1. PT PLN Disjatim melakukan penunjukan langsung kepada
PT Altelindo Karya Mandiri sebagai kontraktor yang
mengerjakan proyek implementasi CMS.
2. PT Altelindo bekerja sama dengan PT Netway Utama
dalam melakukan pengerjaan proyek tersebut.
3. Diduga praktek yang pernah dilakukan di PLN Disjaya
dan telah dihukum oleh KPPU dilakukan lagi di PLN
Disjatim
Penelitian
laporan
Penguasaan
pasar
47 Persaingan usaha
tidak sehat oleh
Interface Heuga
Pelapor menduga Interface Heuga Singapore Ptd Ltd telah
melakukan persaingan usaha tidak sehat pada penjualan
karpet merk Interface dan Heuga.
Penelitian
sekretariat
Penguasaan
pasar
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 138
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
Singapore Ltd.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;
1. Pelapor adalah distributor dari Interface Heuga Singapore
Ltd. di Indonesia sejak tahun 1992 untuk memasarkan
produk karpet merk Interface dan Heuga.
2. Bahwa kemudian PT Kencana Arind Murni juga menjual
karpet merk Interface dan Heuga di Indonesia.
3. Bahwa praktek paralel import yang dilakukan oleh PT
Kencana tersebut mengakibatkan posisi Pelapor sebagai
distributor tunggal di Indonesia terganggu.
4. Bahwa Interface Heuga Singapore Ptd Ltd kemudian
lebih memberikan dukungna kepada PT Kencana dari
pada Pelapor. Terbukti dalam beberapa tender Interface
Heuga Singapore Ptd Ltd memberikan dukungan kepada
PT Kencana dan meminta Pelapor untuk mundur.
48 Monopoli jasa
kargo di Bandara
Hasanudin
Makassar
Pelapor menduga PT Angkasa Pura melalui anak
perusahaannya telah melakukan praktek monopoli pada jasa
kargo di Bandara Hasanudin Makassar.
Penelitian
sekretariat
Monopoli
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 139
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
49 Persekong
kolan dalam
pelelangan Susu
dan Biskuit TA
2006
Pelapor menduga terjadi persekongkolan PT Sekawan
Pangan Jaya dengan panitia Pengadaan Barang dan Jasa
Dinas Kesehatan Kab. Tangerang dalam pelelangan Paket
Susu dan Biskuit TA 2006.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Pemenang lelang, PT Sekawan Pangan Jaya (PT SPJ)
adalah distributor PT Nestle;
2. Pada Bagian spesifikasi barang dari dokumen lelang/RKS
yang harus ditawarkan oleh peserta lelang:
a. Telah diarahkan pada prosuk dari PT Nestle, yaitu
Susu Lactogen 2 dan biskuit Bayi nestle;
b. Terlalu detil, mengingat peruntukan Susu dan Biskuit
ini adalah untuk penanggulangan kurang gizi pada
balita.
3. Apabila mengacu pada dokumen lelang dan aanwijzing 5
September 2006, seharusnya penawaran PT SPJ
dinyatakan gugur, namun PT SPJ tetap dimenangkan
walaupun:
a. Jaminan Penawaran kurang dari kurun waktu yang
ditentukan, yaitu 45 hari kerja;
PT SPJ juga melampirkan jaminan yang belum
berlaku, karena penawarannya berlaku mulai tanggal
15 September 2006, sedangkan pembukaan
penawaran pada tanggal 12 September 2006.
b. Masa berlaku surat penawaran kurang dari waktu
yang disyaratkan yaitu 45 hari kerja, karena surat
penawaran PT SPJ hanya berlaku selama 30 hari
kerja.
Penelitian
sekretariat
Persekongko
lan tender
50 Persaingan usaha
tidak sehat pada
pelelangan
pengadaan
barang di BKKBN
Pusat
Laporan tentang adanya indikasi persekongkolan pada
lelang/tender di BKKBN Pusat.
Dengan indikasi sebagai berikut:
1. Spesifikasi barang yang diminta mengarah pada produk
pabrikan tertentu, seperti produk ADS, implant,
Penelitian
sekretariat
Persekongko
lan tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 140
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
suntikan, Pil KB;
2. Pabrikan hanya memberi dukungan pada perusahaan
tertentu, dan tidak memberikan dukungan pada peserta
tender lainnya, yang bisa dilihat pada SPK dan berita
acara pelelangan pengadaan tersebut;
3. Pada pengadaan barang tertentu, pabrikan ikut masuk
ke dalam tender, seperti pengadaan Pil KB dsb;
4. Panitia dalam membuat RKS tender barang ADS,
memasukkan kriteria E8 WHO, padahal kode tersebut
untuk kategori imunisasi. Dan yang digunakan untuk ibu-
ibu yang menerima ADS, suntikan KB adalah kategori
therapy dengan kode E 13;
5. Dalam RKS pelelangan panitia tidak mencantumkan
syarat Kemampuan Dasar (KD), padahal hal ini wajib
sesuai Keppres No. 80 Tahun 2003 sebagai syarat
mengikuti tender berkategori SIUP Non Kecil harus
memiliki kemampuan Dasar = 5 NPT (Nilai Perolehan
Tertinggi);
6. Tidak efisiennya penawaran harga di setiap pelelangan
barang-barang tersebut, sehingga menyebabkan
kerugian negara mencapai minimal 30 Miliyard;
7. Pengadaan ADS, barang yang digunakan adalah Onejack,
meskipun barang Onejack ini muatan lokal produksi
dalam negeri akan tetapi harganya lebih mahal dari
barang import dari Amerika yaitu BIDY. Padahal barang
lokal tidak dikenakanbiaya distribusi antar negara dan
tidak dikenakan biaya bea masuk barang import dari
pabean;
8. Pengadaan alat dan obat dengan spesifikasi 3 ml sudah
tidak direferensikan oleh WHO, seharusnya hal ini tidak
lagi dicantumkan dalam program BKKBN, tetapi ternyata
BKKBN Pusat masih mengalokasikan dana dari APBN
untuk pembelian alat suntikan tersebut.
51 Persekong
kolan dalam
Adanya laporan dugaan persekongkolan tender alat
kesehatan RSUD Sam Ratulangi, dengan indikasi sebagai
Penelitian
sekretariat
Persekongko
lan tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 141
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
tender alat
kesehatan RSUD
Sam Ratulangi
Tondano
Minahasa di
Tondano
berikut:
1. Pada tanggal 20 April 2007, telah diadakan aanwijsing
ulang oleh panitia tender di aula RSUD Tondano, karena
tender pertama telah diadakan penundaan pada saat
pembahasan RKS tentang spesifikasi, karena spesifikasi
telah diprotes oleh peserta/rekanan pengusaha dimana
item spesifikasi terarah pada produk tertentu dan
disupply oleh distributor tertentu. Dan hal ini telah diakui
oleh panitia sehingga panitia telah menskors dan
menunda rapat aanwijsing tersebut;
2. Pada pelaksanaan re-aanwijsing ulangan tanggal 20 April
2007, ternyata spesifikasi baru dalam RKS yang telah
dijanjikan panitia hanya dirubah dengan menghapus
beberapa item dalam setiap spesifikasi. Spesifikasi alat
tersebut masih seperti RKS yang lama karena mengarah
pada produk dan suplier/distributor tertentu;
3. Pelapor berpendapat telah terjadi persekongkolan antara
panitia dan pihak ke-3 dengan cara panitia memaksakan
spesifikasi tersebut dengan spesifikasi alat tertentu
sehingga perlu adanya penelusuran dan pemeriksaan
adanya dugaan pelanggaran UU No. 5/1999, Pasal 22.
52 Persekong
kolan tender
APBN pada Dinas
Kimprarwil
Propinsi Jambi
Adanya dugaan persekongkolan dalam menentukan
pemenang tender APBN pada Dinas Kimpraswil Propinsi
Jambi, dengan indikasi :
1. Jumlah peserta lelang yang mengambil dokumen dan
mengikuti aanwijzing sangat jauh berbeda jika
dibandingkan dengan jumlah peserta yang memasukkan
penawaran. Tindakan pelanggaran tersebut dikoordinir
oleh oknum tertentu yang telah bekerja sama dengan
oknum panitia.
2. Pada saat pelaksanaan tender tanggal 2 maret 2007 di
Dinas Kimpraswil Propinsi jambi telah terjadi tindakan
penghadangan terhadap peserta lelang yang akan
memasukkan penawaran oleh sekelompok orang-orang
dengan cara-cara premanisme.
Penelitian
sekretariat
Persekongko
lan tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 142
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
3. Angka penawaran yang masuk dengan pagu dana yang
disediakan pemerintah adalah harga yang tidak bersaing
secara sehat.
53 Persaingan usaha
tidak sehat pada
pelelangan
proyek pekerjaan
jasa pemborong
di Dinas
Pekerjaan Umum
Cilacap, Jawa
Tengah
Pelapor menduga bahwa pelelangan proyek pekerjaan jasa
pemborong dengan No.602.1/1801/35/2007 di Dinas
Pekerjaan Umum Jl.MT.Haryono No.167 Cilacap Jawa Tengah
dilaksanakan secara tidak sehat dan di monopoli antara
sesama rekanan jasa pemborong. Dengan indikasi :
1. Telah terjadi penjagaan ketat oleh oknum tertentu yang
melarang seluruh peserta penyedia barang/jasa untuk
masuk ke instansi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Cilacap untuk mendaftar.
2. Peserta lelang yang ingin ikut mendaftar diajak ke salah
satu kantin untuk dibayar uang mundur sebesar
Rp.500.000,- tiap perusahaan.
Penelitian
sekretariat
Persekongko
lan tender
54 Persekongkolan
dalam pelelangan
tender
pembongkaran
gedung
PT.Matahari
Putra Prima,Tbk
Laporan dugaan persekongkolan dalam menentukan
pemenang tender pekerjaan pembongkaran gedung
PT.Matahari Putra Prima,Tbk dengan indikasi sebagai berikut
:
1. Pihak PT.Matahari Putra Prima,Tbk membatalkan
perusahaan pemenang tender secara sepihak dan
melakukan tender ulang.
2. Pemenang tender bukan merupakan peserta lelang serta
tidak memenuhi syarat-syarat dan ketentuan lelang yaitu
belum berbadan hukum dan atau terdaftar di
SISMINBAKUM Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI.
3. Pelelangan ulang yang diadakan PT.Matahari Putra Prima
Tbk tidak sah dan tidak berbadan hukum karena Panitia
Lelang tidak konsisten dalam menerapkan syarat-syarat
dan ketentuan lelang.
Penelitian
Sekretariat
Persekongko
lan Tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 143
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
55 Penunjukan
Pemenang
Pelaksana
Pekerjaan ”Jasa
Katering” CNNOC
SES, Ltd
Pelapor menduga telah terjadi penghentian kontrak
perjanjian secara sepihak yang dilakukan oleh pihak CNNOC
SES Ltd. Indikasinya adalah sebagai berikut :
1. CNNOC SES Ltd secara tiba-tiba menghentikan
penyediaan jasa katering sebelum berakhirnya masa
kontrak tanpa suatu alasan jelas ataupun peringatan-
peringatan sebelumnya.
2. Diduga penghentian yang terkesan mendadak tersebut
telah dipersiapkan sangat terencana, terlihat dengan
tanggal penghentian yang sangat singkat dan telah ada
perusahaan jasa katering pengganti tanpa memalui
proses tender yang transparan.
3. Pelapor meminta Manajemen CNNOC SES Ltd untuk
membatalkan kontrak jasa katering pada perusahaan
jasa yang baru dan segera melakukan tender ulang,
serta tetap meneruskan penyediaan jasa katering yang
sekarang sedang bekerja sampai dengan proses tender
ulang selesai.
Penelitian
Sekretariat
56 Penyampaian
Hasil Demo
Pelapor menyampaikan hasil demo damai aspirasi rakyat
bagian timur Sidrap-Sulawesi Selatan. Tema tersebut antara
lain terkait dengan :
- Penolakan atau pembatalan perencanaan pihak lain atau
sekelompok orang untuk memindahkan pasar lama ke
tempat lain.
- Keberatan atas adanya pihak lain yang mengklaim dan
mengakui bahkan memagar pasar sentral Tanru Tedong
yang sama sekali tidak memiliki bukti yang visibel
sehingga menghambat pembangunan pasar dan
perekonomian masyarakat sekitar. Pelapor meminta
Eksekutif dan Legislatif serta Yudikatis segera
memberikan tindakan hukum yang tegas
- Segera dan secepatnya melaksanakan pasar sentral
Tanru Tedong sesuai komitmen awal.
- Menjamin keamanan pemerintah dan proyek yang telah
menjadi pemenang tender dalam pembangunan pasar
Penelitian
Sekretariat
Bukan
Kewenangan
KPPU
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 144
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
Tanru Tedong.
- Memohon kepada DPRD untuk segera menyampaikan
kepada Pemerintah agar memberikan respon dan doktrin
secara tertulis atas aspirasi rakyat bagian timur.
57 Surat Sanggahan
dari Consulting
Engineer kepada
Panitia
Pengadaan
Barang dan Jasa
Bapenas
1. Berdasarkan Hasil Evaluasi Teknis yang telah
diumumkan oleh Panitia pada 3 Mei 2007 diperoleh hasil
sewaktu pembukaan dokumen teknis yang diketahui
bersama bahwa PT. Azimuth Utama Consultant di Form
Tenaga Ahli tidak dibubuhi materai, dimana hal tersebut
menjadi persyaratan mutlak yang tercantum dalam RKS.
2. Menurut pemahaman Pelapor seharusnya PT. Azimuth
Utama Consultant dinyatakan gugur.
Penelitian
Sekretariat
Persekongko
lan Tender
58 Pengaduan Atas
Pemaksaan
Keikutsertaan
Asuransi
Pelapor mengadukan adanya pemaksaan keikutsertaan
asuransi atas unit kondominium yang telah dibeli oleh
Pelapor.
1. Sesuai aturan perbankan yang berlaku unit tersebut
harus diasuransikan dan telah diasuransikan melalui
Asuransi Lippo General sejak Desember 2006.
2. Secara fakta, unit tersebut tidak lagi dikuasai oleh
manajemen pengelola gedung sehingga mereka tidak
lagi memiliki hak untuk mengasuransikan unit
kondominium yang telah dibeli oleh Pelapor.
3. Pengelola gedung tidak bersedia untuk mengembalikan
premi asuransi kolektif yang didebit dari setoran deposit
biaya Service Charge bulanan pemakainya.
Penelitian
Sekretariat
Bukan
Kewenangan
KPPU
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 145
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
59 Rekayasa
Pelelangan yang
Merugikan
Negara Milyaran
Rupiah
Laporan dugaan persekongkolan dalam menentukan
pemenang tender yang harga penawarannya sangat tinggi.
Pelapor menyampaikan surat sanggahan yang telah
dikirimkan oleh tiga rekanan atau peserta lelang yang merasa
dirugikan oleh Pejabat Panitia Lelang maupun Kuasa
Pengguna Anggaran atas Pelelangan Umum Pengadaan
Barang Atau Jasa yang dibiayai dari dana APBD di Dinas
Pekerjaan Umum Pertambangan dan Energi Provinsi
Kepulauan Riau.
1. Tiga peserta lelang merasa tidak pernah dipanggil untuk
verifikasi dan klarifikasi serta sampai saat ini belum
pernah menerima balasan surat sanggahan, padahal
ketiga peserta lelang tersebut sudah membuat surat
sanggahan kepada panitia lelang maupun kuasa
pengguna anggaran.
2. Dengan adanya surat pengaduan dari ketiga peserta
lelang tersebut, pelapor menilai bahwa pejabat panitia
lelang Dinas Pekerjaan Umum Pertambangan dan Energi
Provinsi Kepulauan Riau tidak konsekuen.
3. Pelapor meragukan keseluruhan paket pekerjaan proyek
pelelangan (31 paket) dan adanya penyelewengan
prosedur dimana harga penawaran terendah digugurkan.
Penelitian
Sekretariat
Persekongko
lan Tender
60 Pelanggaran UU
Nomor 5/1999
dan Keppres
83/2003 serta
Pelanggaran
Fatal tentang
Fakta Integritas
Laporan dugaan persekongkolan tender untuk memenangkan
peserta tender tertentu di Kalimantan Barat.
Pelapor dihalang-halangi oleh pihak panitia lelang dalam
membeli atau menebus dokumen lelang melalui preman
yang sengaja disewa oleh panitia lelang sedangkan pelapor
merasa telah memenuhi persyaratn dan kualifikasi seperti
yang ada dalam pengumuman lelang.
Penelitian
Sekretariat
Persekongko
lan Tender
61 Dugaan
Penyimpangan
dalam Proyek
Pengadaan DAK
Dinas Pendidikan
Laporan dugaan penyimpangan dalam Proyek Pengadaan
Buku dan Alat Peraga Sekolah Dasar di Dinas Pendidikan
Kabupaten Labuhan Batu pada tahun anggaran 2006.
1. Pelapor bermaksud untuk ikut berpartisipasi dalam
pekejaan pengadaan Buku dan Alat Peraga Pendidikan
Penelitian
Sekretariat
Persekongko
lan Tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 146
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
Kabupaten
Labuhan Batu
Tahun Anggaran
2006
tersebut, dan telah mendapat rekanan untuk pengadaan
barang yang sesuai spesifikasi yang dimaksud, yaitu PT.
GEORAI.
2. Pelapor kemudian melakukan promosi ke beberapa
Kepala Sekolah. Dari hasil kegiatan promosi tersebut
pelapor telah mendapatkan surat pemesanan barang dari
15 sekolah dari 52 sekolah yang ada di Kabupaten
Labuhan Batu. Surat pemesanan tersebut kemudian
dikirimkan ke PT. GEORAI.
3. Tetapi pelapor tidak dapat merealisasikan pesanan
tersebut karena:
- Kepala Dinas Kecamatan dari beberapa Kepala
Sekolah yang sudah memesan ke Pelapor diancam
akan dicopot jabatannya oleh Istri Pengusahah Toko
Buku ANPU (selaku Skretris PKK Kabupaten Labuhan
Batu) jika tidak memesan ke Toko Buku ANPU.
- Pada saat pencaiaran dana, para Kepala Sekolah
dipaksa oleh Kacabdis dan Toko Buku ANPU untuk
langsung mentransfer dana pembelian barang tersbut
ke rekening Toko Buku ANPU.
- Sampai saat ini, pajak-pajak yang berkenaan dengan
pekerjaan pengadaan barang tersebut belum
disetorkan oleh Toko Buku ANPU ke kas Negara.
62 Persaingan
Usaha tidak
Sehat oleh PT.
(Persero)
Angkasa Pura II
dan Taksi
Puskopau di
Riau, Pekanbaru
Pelapor menyampaikan dugaan pelanggaran yang dilakukan
oleh PT. (Persero) Angkasa Pura II dan Taksi Puskopau.
1. PT. (Persero) Angkasa Pura II hanya menunjuk 1 (satu)
perusahaan taksi argometer yaitu Taksi Puskopau untuk
melayani penumpang yang ada di bandara tersebut.
2. PT. (Persero) Angkasa Pura II tidak mengizinkan taksi
manapun termasuk taksi milik pelapor untuk masuk dan
beroperasi di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru
3. Pelapor menilai bahwa alasan yang diberikan PT.
(Persero) Angkasa Pura II terkait hal tersebut di atas
yaitu karena adanya keterbatasan lapangan parkir, tidak
masuk akal.
Penelitian
Sekretariat
Monopoli,
Penguasaan
Pasar, dan
Posisi
Dominan
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 147
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
4. Tindakan PT. (Persero) Angkasa Pura II dinilai
membatasi konsumen dalam menentukan pilihan
transportasi, di samping juga menunjukkan indikasi
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat antar
sesama Angkutan Taksi Argometer.
63 Pelelangan di
Balai Besar
Penelitian dan
Pengembangan
Bioteknologi dan
Sumberdaya
Genetik
Pertanian
Pelapor menduga pelelangan tidak sesuai dengan Keppres
80/2003 karena panitia meminta peserta membayar Rp.
1.500.000 saat mengambil dokumen. Panitia juga melarang
peserta yang belum mendaftar untuk mengikuti aanwijzing.
Penelitian
sekretariat
Persekongko
lan tender
64 Monopoli proyek
dan perilaku
anak pejabat di
Sulawesi Utara
Pelapor menduga telah terjadi persekongkolan dalam tender
pengadaan barang/jasa di Dinas Praskim dan Balai Sungai
Wilayah I Sulawesi Utara.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;
1. Terdapat satu kontraktor yang memenagkan 8 paket
pekerjaan dengan nilai masing-masing Rp. 1 milyar
lebih.
2. PT Soilex memenangkan pekerjaan jasa konsultan di
Dinas cipta karya untuk pekerjaan kulaifikasi Besar,
Menengah dan Kecil.
3. Beberapa pekerjaan dimenangkan oleh perusahaan yang
”dibawa” oleh anak pejabat.
Penelitian
sekretariat
Persekongko
lan tender
65 Monopoli
distribusi dan
penjualan
minuman
beralkohol di
Irian Jaya Barat
Pelapor menduga terjadi praktek monopoli pada
perdagangan, distribusi dan penjualan minuman beralkohol
di daerah Papua Barat (Irian Jaya Barat).
Indikasi yang disampaikan pelapor adalah sebagai berikut:
1. Surat Gubernur No. 503/157/GIJB/2007 tanggal 9 maret
2007 kepada Bupati Sorong menyatakan bahwa
Penelitian
sekretariat
Monopoli
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 148
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
perusahaan yang tidak mendapat rekomendasi dari
Gubernur tidak diizinkan memasok minuman beralkohol.
2. Bahwa dengan adanya surat tersebut mengakibatkan
perusahaan yang tidak mendapat rekomendasi dari
Gubernur menjadi tertutup untuk berusaha dibidang
tersebut.
66 Memo Kepala
KPD Balikpapan
perihal
pengadaan
komputer dan
printer di Dinas
Pendidikan Kota
Balikpapan
Kepala KPD Balikpapan menyampaikan adanya laporan dari
pelaku usaha mengenai dugaan adanya persaingan usaha
tidak sehat pada Tender Pengadaan Komputer dan Printer di
Dinas Pendidikan Kota Balikpapan tahun 2007 senilai Rp.
4.334.000.000.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Surat penawaran pemenang tidak ditujukan kepada
panitia kegiatan.
2. Pemenang menawar harga lebih mahal (Rp.
4.007.300.000) dari pelapor (Rp. 3.341.415.000).
Penelitian
Sekretariat
Persekongk
olan tender
67 Dugaan
persekongkolan
tender
pembangunan
saluran irigasi di
Pematang
Siantar
Pelapor menduga terjadi kecurangan pada proses pelelangan
pekerjaan pembangunan saluran irigasi pedesaan di
pematang siantar. Indikasi yang disampaiakan adalah
adanya perampasan dokumen lelang oleh orang yang tidak
dikenal dan hal ini didiamkan oleh panitia, padahal
kejadiannya di ruangan panitia.
Penelitian
Sekretariat
Persekongk
olan tender
Tender Dipasena Pelapor menduga terjadi kecurangan dalam pelaksanaan
Program Penjualan Aset Kredit dan Saham Grup Dipasena
dengan Pengamanan Revitalisasi yang dilaksanakan oleh PT
Perusahaan Pengelola Aset (Persero).
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Bukti kemampuan Keuangan Konsorsium Neptune hanya
berupa bilyet giro, sehingga tidak sesuai dengan TOR.
2. Konsorsium Neptune sebagai pemenang lelang diduga
Penelitian
Sekretariat
Persekongk
olan tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 149
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
tidak memenuhi syarat administrasi sehingga seharusnya
tidak diperkenankan mengikuti proses tender.
68 Hambatan
berusaha oleh
Asosiasi
Perawatan
Bangunan
Indonesia
Pelapor menduga telah terjadi persaingan usaha tidak sehat
oleh DPP Asosiasi Perawatan Gedung Indonesia pada bidang
usaha perawatan gedung di Samarinda, Kalimantan Timur.
Indikasi pelanggaran yang disampaikan adalah sebagai
berikut;
1. DPP APBI Kaltim mencabut keanggotaan dan Sertifikat
Badan Usaha pelapor tanpa mekanisme sesuai AD/ART.
2. Pencabutan dialami juga oleh CV. Sepakat Permai, CV
Perwira Karya. CV Sungai Mahakam dan CV Byrastio.
3. Selain itu DPP APBI Kaltim juga tidak mengeluarkan SBU
bagi badan usaha yang telah memenuhi syarat
administrasi dan kewajiban keuangan.
Penelitian
Sekretariat
Diskriminas
i
69 Tender Kabel
Laut Transmisi
Kepulauan Seribu
Pelapor menduga terjadi persaingan usaha tidak sehat pada
proses prakualifikasi proyek pengadaan kabel bawah laut
untuk transmisi listrik ke kepulauan seribu pada dinas
pertambangan provinsi DKI Jakarta tahun 2007.
Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Pelapor telah digugurkan oleh panitia karena dianggap
tidak memenuhi persyaratan, padahal sebenarnya telah
memiliki persyaratan tersebut.
2. Terdapat peserta yang tidak memenuhi persyaratan
prakualifikasi tetapi diluluskan oleh panitia.
3. Diduga terjadi pengaturan spesifikasi kabel sehingga
hanya dapat dipenuhi oleh produsen kabel tertentu.
Penelitian
sekretariat
Persekongk
olan tender
70 Memo DKP
Tender
Pekerjaan
Perawatan
Pelapor menduga terjadi persaingan usaha tidak sehat pada
proses Tender Pekerjaan Perawatan Kebersihan Gedung di
Biro Umum dan Humas Depkominfo tahun 2007.
Penelitian
Sekretariat
Persekongk
olan tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 150
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
Kebersihan
Gedung di Biro
Umum dan
Humas
Depkominfo
Indikasi yang disampaikan adalah:
1. Terdapat perbedaan antara lampiran dokumen lelang
yang diterima dengan lampiran dokumen lelang yang
dijelaskan panitia lelang;
2. Panitia pelelangan hanya melampirkan lampiran 2
dokumen lelang (rincian biaya) dan tidak ada lampiran 1
dokumen lelang (contoh surat penawaran) yang
dijelaskan pada saat aanwijzing
71 Tender
Pemeliharaan
Jalan dan
Jembatan Dinas
Pekerjaan
Umum,
Pertambangan
dan Energi
Provinsi
Kepulauan Riau
Tanjung Pinang
Pelapor menduga terjadi persaingan usaha tidak sehat pada
proses Tender Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Dinas
Pekerjaan Umum Pertambangan dan Energi Provinsi
Kepulauan Riau Tanjung Pinang tahun 2007.
Indikasi yang disampaikan:
1. Beberapa peserta tender tidak pernah dipanggil untuk
verifikasi dan klarifikasi;
2. Terdapat peserta yang tidak memenuhi persyaratan
(tidak melampirkan Kerja Sama Operasi) tetapi
dinyatakan sebagai pemenang;
Penelitian
Sekretariat
Persekongk
olan tender
72 Tender
Pengadaan
Barang dan Jasa
Kegiatan
Peningkatan
Jalan Pekerjaan
Pemeliharaan
Periodik Ruas
Jalan Gekbrong,
Tegallega.
Cianjur.
Pelapor menduga terjadi persaingan usaha tidak sehat pada
proses Tender Pengadaan Barang dan Jasa Kegiatan
Peningkatan Jalan Pekerjaan Pemeliharaan Periodik Ruas
Jalan Gekbrong, Tegallega. Cianjur tahun 2007.
Indikasi yang disampaikan:
Pelapor mempunyai nilai penawaran terendah namun
ditetapkan sebagai Pemenang Cadangan I atau Pemenang
Kedua.
Penelitian
Sekretariat
Persekongk
olan tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 151
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
73 Tender pekerjaan
infrastruktur
tahun jamak di
lingkungan
pemprov
Sumatera
Selatan (APBD th
anggaran 2005-
2008)
Pelapor menduga/ mengIndikasikan telah terjadi
persekongkolan tender pada pekerjaan infrastruktur tahun
jamak di lingkungan pemprov Sumatera Selatan (APBD th
anggaran 2005-2008)
Indikasi yang disampaikan:
- Panitia tender hanya mengumumkan tender di Koran
Rakyat merdeka yang tidak beredar di Palembang (16
Agustus 2005)
- Pelaksanan tender hanya 2 hari sebelum liburan nasional
lebaran
Penelitian
Sekretariat
Persekongk
olan tender
74 Penetapan harga
jual tarif di
pelabuhan
Sorong yang
disepakati
bersama sesama
perusahaan
ekspedisi
(Gabungan
perusahaan
Forwarder dan
Ekspedisi
Indonesia-
GAFEKSI)
Pelapor menduga telah terjadi pelanggaran terhadap UU no
5/99 dengan adanya kesepakatan harga jual antara sesama
perusahaan ekspedisi di Pelabuhan Sorong
Terlampir surat perubahan harga yang berlaku tertanggal 12
Mei 2007
Penelitian
Sekretariat
75 Tarif SMS
(BRTI & ATSI)
Himbauan untuk tidak melakukan kesepekatan, himbauan
atau apapun yg menyangkut penetapan tarif (price fixing)
terhadap tarif SMS
Penelitian
Sekretariat
penetapan
tarif (price
fixing)
76 Pelanggaran
penggunaan
dana BOS dan
rekayasa proses
penjualan buku
sekolah
Indikasi terjadinya pelanggaran KEPMEN no 11 tahun 2005
dan KKN teroganisir dalam pelaksanaan penggunaan dana
BOS tahun 2006 sejumlah Rp. 84.000.000.000 di Prop.
Lampung
Penelitian
Sekretariat
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 152
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
77 Dugaan monopoli
dalam
penyusunan
kebijakan
penyelenggaraan
aplikasi CIS PLN
2006 (Cek lap.
No 590)
Pelapor menduga telah terjadi persaingan usaha tidak sehat
(Pasal 25)pada proses penyelenggaraan aplikasi Customer
Information System (CIS) PLN 2006 yang akan digunakan
untuk melakukan roll out ke seluruh wilayah Indonesia
Penelitian
Sekretariat
Posisi
dominan
78 Laporan dan
permohonan
bantuan oleh
sekretariat
bersama
Pedagang Pasar
Tanah Abang yg
salah satunya
tentang tender
pelaksanaan
pembangunan
Pasar Tanah
Abang Blok B, C,
D, E
Pelapor menduga telah terjadi beberapa pelanggaran dalam
pembangunan Pasar Tanah Abang.
Indikasi:
Penunjukkan langsung tanpa tender PT. Priamanaya Djan
Int’l selaku developer untuk membangun kembali Blok A
PT. Priamanaya Djan Int’l hingga saat ini tetap bertindak
sebagai pengelola pasar yang seharusnya dilakukan oleh PD
Pasar Jaya
Penelitian
Sekretariat
Persekongk
olan tender
79 Pengaduan
monopoli pasar
kaos kaki melalui
pendaftaran
merk dagang dan
design industri
oleh pemilik
merek MUNDO
Pelapor manduga telah terjadi usaha penguasaan pasar kaos
kai oleh pemilik merek dagang MUNDO dengan
mendaftarkan design kaos kaki ke dirjen HAKI sedangkan
menurut pelapor desaign seperti yang dipublikasikan di
KOMPAS tersebut telah ada sejak adanya mesin kaos kaki
Penelitian
Sekretariat
Penguasaa
n Pasar
80 Perlakuan
diskriminasi pada
pelelangan ban
Pelapor mengindikasikan bahwa telah terjadi diskriminasii
pada pelalangan pengadaan ban RTG, head truck dan chasis
di Terminal Petikemas Koja.
Penelitian
Sekretariat
Persekongk
olan tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 153
NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI
LAPORAN
di TPK Koja
Indikasi yang disampaikan:
Dicoretnya perusahaan pelapor dari daftar peserta pendaftar
pelelangan tanpa disertai alaasan yang jelas
81 Korupsi dan
penyalahgunaan
wewenang
jabatan yang
dilakukan oleh
oknum pejabat
PT. Angkasa Pura
(persero)
Pelapor mengindikasikan telah terjadi persekongkolan dan
rekayasa pada pelaksanaan tender atas pengelolaan reklame
di Bandara Juanda oleh PT Angkasa Pura I
Indikasi yang disampaikan:
Setelah adanya pengumuman pemenang lelang, ternyata
ditemukan titik lokasi reklame yang strategis yang tidak
ditenderkan (penunjukkan langsung) dengan harga sewa
yang lebih murah dari harga sewa sewajarnya yang berarti
merugikan negara.
Persekongk
olan tender
82 Pengaduan
Pelanggaran
Prosedur
Pelelangan
Pembangunan
Gedung Arsip
BATAN
Pelapor mengindikasikan telah terjadi persekongkolan dalam
Pelelangan Pembangunan Gedung Arsip BATAN
Indikasi yang disampaikan:
PT. Satria Guna Utama dimenangkan padahal syarat
administratif dalam dokumen penawarannya tidak lengkap.
Sedangkan PT. Mugapes tetap dikalahkan karena tidak
melampirkan dokumen spesifikasi teknis, meskipun nilai
penawarannya lebih rendah
Persekongk
olan tender
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 154
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 155
RESUME SARAN DAN PERTIMBANGAN KPPU
PERIODE JANUARI – JUNI 2008 No,/T
gl.
Surat
/
Tujuan Surat
Sumber, Materi
Kebijakan, dan
Isu Persaingan
Usaha
Isi Saran Pertimbangan Keterangan
1 2 3 4
1. Surat No
427/K/XII/2
007 Tanggal
6 Desember
2007
Perihal:
Saran &
Pertimbang
an Terhadap
Kebijakan
Pengelolaan
Taksi
Dalam pengelolaan
taksi bandara, pada
perkembangannya
telah terjadi
monopoli
pengelolaan oleh
pelaku usaha
tertentu dengan
potensi
penyalahgunaan
kekuatan monopoli
di dalamnya melalui
Mencermati
perkembangan
pengelolaan taksi bandara
yang memiliki
kecenderungan tetap
monopoli serta minimnya
langkah nyata yang
dilakukan beberapa
instansi terkait dalam
upaya pembenahan
pengelolaan taksi bandara
menuju pelayanan yang
Tidak terdapat
tanggapan resmi
dari Pemerintah.
LAMPIRAN
3
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 156
No,/T
gl.
Surat
/
Tujuan Surat
Sumber, Materi
Kebijakan, dan
Isu Persaingan
Usaha
Isi Saran Pertimbangan Keterangan
1 2 3 4
Bandar
Udara
tarif yang tinggi dan
kualitas pelayanan
yang
memprihatinkan.
Sementara itu, hasil
kajian KPPU
memeprlihatkan
bahwa model
persaingan yang
terbuka
sesungguhnya dapat
diimplementasikan
dalam pengelolaan
taksi bandara denga
memberikan
kesempatan kepada
pelaku usaha yang
memiliki kompetensi
dalam pengelolaan
taksi bandara.
lebih baik dengan harga
yang kompetitif, KPPU
memandang perlu adanya
langkah konkrit yang
dapat dilakukan
Pemerintah untuk
mengambil kebijakan yang
mengedepankan
implementasi nilai-nilai
persaingan usaha yang
sehat dalam sektor taksi
bandara. Apabila
Pemerintah berkenan
untuk mendapatkan
penjelasan yang lebih
komprehensif dari KPPU,
maka KPPU bersedia untuk
melakukan audiensi terkait
hal tersebut.
2. Surat No
38/K/I/2008
Tanggal 31
Januari
2008
Perihal:
Saran dan
Pertimbang
an KPPU
terhadap
Kesepakata
Dalam pengelolaan
pelabuhan
Indonesia,
keterlibatan
Pemerintah masih
diperlukan terutama
ketika persaingan
belum
diimplementasikan
secara sempurna.
Meskipun
Terhadap rencana
kebijakan penetapan tarif
di lini 2, KPPU memberikan
saran dan pertimbangan
sebagai berikut :
1. kesepakatan tarif yang
dilakukan oleh pelaku usaha
dalam hal ini asosiasi
bertentangan dengan UU No.
5 Tahun 1999
Terdapat
beberapa
tanggapan
terhadap saran
pertimbangan lini
2 ini. berikut
penjelasannya.
1. Terdapat tanggapan
di media massa
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 157
No,/T
gl.
Surat
/
Tujuan Surat
Sumber, Materi
Kebijakan, dan
Isu Persaingan
Usaha
Isi Saran Pertimbangan Keterangan
1 2 3 4
n Tarif
Impor LCL
Lini 2
Tanjung Priok
pengelolaan telah
berubah menjadi
kompetisi, tetapi
praktek monopoli
yang muncul dalam
bentuk tarif tinggi
dan kualitas layanan
yang rendah
berpotensi besar
terjadi. Kondisi
inilah yang menjadi
permasalahan
utama pelabuhan
Indonesia. Berbagai
pihak memunculkan
kekecewaan
terhadap kinerja
jasa penunjang
pelabuhan
Indonesia, terutama
tarif dan kualitas
pelayanan.
2. pemerintah sebaiknya
memperbaiki kebijakan
dengan mencabut
kewenangan kepada pelaku
usaha untuk menetapkan tarif
berdasarkan kesepakatan.
Pemerintah harus
melaksanakan fungsi
regulator, dimana
Pemerintahlah yang
menetapkan kebijakan tarif
sepenuhnya, pelaku usaha
diposisikan sebagai pemberi
masukan
3. memperhatikan kondisi
pentarifan di lini 2, untuk
menghindari eksploitasi
konsumen dengan tetap
memberikan ruang yang
besar kepada persaingan,
KPPU memandang perlu
Pemerintah melakukan
intervensi kebijakan dengan
menetapkan formula tarif
yang rinci serta menetapkan
kebijakan batas atas tarif
4. terkait dengan upaya
meningkatkan kinerja jasa
pelayanan lini 2, di samping
kebijakan tarif, KPPU
menyarankan agar
yang dikemukakan
oleh Menteri
Perhubungan
Jusman Syafei
Djamal. Tanggapan
tersebut berisi yaitu
Pemerintah
siap untuk
mengambil alih
penentuan tarif lini
2, dengan
membicarakannya
dengan pihak-pihak
terkait termasuk
para pelaku usaha.
2. Kemudian terdapat
tanggapan
berikutnya di media
massa (Bisnis
Indonesia).
Tanggapan tersebut
menyebutkan
bahwa Pemerintah
menargetkan
penetapan tarif lini
2 Pelabuhan
Tanjung Priok pada
bulan Juni 2008 ini.
Pemerintah hanya
akan menetapkan
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 158
No,/T
gl.
Surat
/
Tujuan Surat
Sumber, Materi
Kebijakan, dan
Isu Persaingan
Usaha
Isi Saran Pertimbangan Keterangan
1 2 3 4
pemerintah menetapkan
kebijakan standar kualitas
minimum pelayanan disertai
dengan ketegasan penegakan
peraturannya.
komponen tarif
yang diberlakukan,
dan tidak sampai
pada penetapan
besaran tarif lini 2.
3. Surat No
39/K/I/2008
Tanggal 31
Januari
2008 Perihal
: Saran
&Pertimban
gan KPPU
terhadap
Program
Restrukturis
asi PT
Pengerukan
Indonesia
oleh
Kementrian
BUMN
Kinerja keuangan PT
Rukindo yang
terpuruk dalam
beberapa tahun
terakhir
mengakibatkan
BUMN melakukan
upaya penyehatan
oleh Kementrian
Negara BUMN.
Upaya penyehatan
dilakukan melalui
pemberian
pekerjaan oleh PT
Pelindo I, PT Pelindo
II, PT Pelindo III,
dan PT Pelindo IV
kepada PT Rukindo.
Dalam perspektif
persaingan usaha,
pemberian pekerjaan
kepada PT Rukindo praktis
menutup pasar bagi
pelaku usaha selain PT
Rukindo. Oleh karena itu,
upaya penyehatan yang
dilakukan oleh Kementrian
Negara BUMN telah
menjadi entry barrier bagi
pelaku usaha pengerukan
selain PT Rukindo.
Berkaitan dengan hal
terset, KPPU memberikan
masukan sabagai berikut :
1. Bahwa Kementrian Negara
BUMN dapat mencari alternatif
lain dalam upaya penyehatan
PT Rukindo yang lebih selaras
dengan prinsip-prinsip
persaingan usaha yang sehat
serta mampu menuntaskan
Sampai saat ini
belum ada
tanggapan resmi
dari Pemerintah
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 159
No,/T
gl.
Surat
/
Tujuan Surat
Sumber, Materi
Kebijakan, dan
Isu Persaingan
Usaha
Isi Saran Pertimbangan Keterangan
1 2 3 4
akar permasalahan dari
kinerja buruk PT Rukindo.
2. Apabila Kementrian Negara
BUMN berketetapan untuk
memilih bentuk penyehatan
yang dibebankan kepada PT
Pelindo I,
PT Pelindo II, PT Pelindo III,
dan PT Peindo IV, maka
hendaknya hal tersebut
dilandasi oleh dasar hukum
yang kuat sehingga tidak
bertentangan dengan
peraturan perundangan yang
berlaku, termasuk UU No. 5
Tahun 1999.
4. 50.
101/K/III/2
008Tanggal
17 Maret
2008 Perihal
: Saran &
Pertimbang
an KPPU
terhadap
Keputusan
Menteri
Perhubunga
Penyelenggaraan
tally di pelabuhan
telah menimbulkan
kontoversi karena
potensi ekonomi
biaya tinggi di
dalamnya.
Keberadaan
Kepmenhub No. 15
tahun 2007
ditujukan untuk
mendorong hadirnya
Terkait dengan
keberadaan tally
independen untuk
mendapatkan data
kepelabuhanan, KPPU
memandang penting
upaya pengaturan lintas
departemen. Hal ini
dikarenakan permasalahan
data pelabuhan
seharusnya menjadi tugas
lintas departemen, yaitu
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 160
No,/T
gl.
Surat
/
Tujuan Surat
Sumber, Materi
Kebijakan, dan
Isu Persaingan
Usaha
Isi Saran Pertimbangan Keterangan
1 2 3 4
n No.15
Tahun 2007
tentang
Penyelengg
araan dan
Pengusahaa
n Tally di
Pelabuhan
perusahaan tally
independen, yang
dijalankan oleh
badan hukum
tersendiri, sesuai
dengan UU No. 12
tahun 1992 tentang
Pelayaran. Tujuan
dari keberadaan
tally independen
adalah untuk
mendapatkan data
kepelabuhanan,
terutama data
keluar masuk
barang dari/ke
kapal, yang akurat
serta terhindar dari
proses manipulasi.
Tetapi kemudian
muncul potensi
inefisiensi sebagai
akibat hadirnya
pelaku usaha tally.
Tally independen ini
menjadi perusahaan
tersendiri dengan
pendapatan
tersendiri yang
akhirnya akan
dikonversi menjadi
biaya yang harus
antara Departemen
Perhubungan dengan
Departemen Keuangan,
Departemen Perdagangan,
Departemen Perindustrian,
BAPPENAS, serta instansi
pengguna data lainnya.
Pengaturan yang
mengedepankan
kepentingan instansi
tertentu akan berpotensi
menimbulkan aturan yang
tumpang tindih dan
menimbulkan inefisiensi.
Seharusnya hanya ada
satu data resmi
Pemerintah di pelabuhan
yang dikelola melalui
sistem yang terintegrasi
dan lintas instansi.
Selain itu, KPPU
menyarankan agar
Pemerintah mencabut
Kepmenhub No. 15 tahun
2007 dan mengembalikan
pengelolaan kegiatan tally
seperti sebelumnya.
_____________________________________________________________________
Halaman Laporan Tahun 2007 161
No,/T
gl.
Surat
/
Tujuan Surat
Sumber, Materi
Kebijakan, dan
Isu Persaingan
Usaha
Isi Saran Pertimbangan Keterangan
1 2 3 4
ditanggung
pengguna jasa
kepelabuhanan.
Pengaturan
perusahaan tally
menciptakan biaya
baru di industri
kepelabuhanan.
Top Related