ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. I G1P0A0
UMUR 24 TAHUN DENGAN INDUKSI ATAS INDIKASI
SEROTINUS DI RSU ASSALAM GEMOLONG
SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh:
Normawati
NIM B13030
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARATA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny. I
G1P0A0 Umur 24 Tahun Dengan Induksi Atas Indikasi Serotinus Di RSU
Assalam Gemolong”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk
memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D
III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Proposal Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S. Kep., Ns., M. Kep selaku Ketua STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah, SST.M.Keb selaku Ketua Program Studi D III
Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Deny Eka Widyastuti, SST., M.Kes, selaku Dosen Penguji I.
4. Ibu Arista Apriani, SST., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
5. Ibu dr. Wiwiek Irawati, M.Kes selaku Kepala Bidang Medis RSU Assalam
Gemolong yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam
melakukan Studi Kasus.
6. Ny. I yang bersedia menjadi responden dalam pengambilan studi kasus.
7. Seluruh Dosen dan Staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikanKarya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan
penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Surakarta, Juni 2016
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016
Normawati
B13030
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. I G1P0A0
UMUR 24 TAHUN DENGAN INDUKSI ATAS INDIKASI
SEROTINUS DI RSU ASSALAM GEMOLONG
SRAGEN
xi + 113 halaman + 13 lampiran
INTISARI
Latar Belakang :Angka kejadian kehamilan lewat waktu adalah sekitar 3,14-14%
atau rata-rata 10% meningkatkan resiko kesakitan dan kematian perinatal
(Prawirohardjo, 2011). Komplikasi yang sering terjadi pada kasus ini adalah letak
defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu, dan fetal disstres (Lalage, 2013).
pada ibu dapat menyebabkan kekhawatiran menghadapi persalinan, perdarahan
post partum akibat dari bayi besar dan ruptur uteri (Prawirohardjo, 2011). Dari
studi pendahuluan di RSU Assalam Gemolong Sragen pada bulan Oktober 2014 –
Oktober 2015 tercatat dari 1.272 persalinan seluruhnya, persalinan normal 494
(39%), persalinan patologi 778 (61%) dengan jumlah persalinan Serotinus 79
(10,1%).
Tujuan Studi Kasus : Mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata dan dapat
memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan proses
manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney pada ibu bersalin dengan
induksi atas indikasi serotinus.
Metodologi Penelitian : Jenis studi kasus ini adalah laporan studi kasus dengan
metode deskriptif. Lokasi di RSU Assalam Gemolong. Subyek seorang ibu
bersalin Ny. I. Waktu studi kasus tanggal 4 Juni 2016. Instrumen yang digunakan
adalah format asuhan kebidanan ibu bersalin menurut Varney. Teknik
pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder. Alat dan bahan yang
digunakan yaitu pedoman wawancara.
Hasil Studi Kasus : Hasil yang diperoleh adalah : Keadaan umum baik, TD :
100/70 mmHg, N : 84 x/menit, R : 20 x/menit, S :36,6 oC. Bayi lahir spontan
pukul 19.50 WIB, jenis kelamin laki - laki, BB: 3200 gram, PB : 49 cm, LK/LD :
33/34 cm, anus berlubang, cacat (-), APGAR SCORE : 8-9-10, plasenta lahir
spontan pukul 20.02 WIB, selaput ketuban utuh, kotiledon lengkap, insersi
sentralis, panjang tali pusat ± 40 cm, perdarahan ± 80 cc, kontraksi uterus keras,
TFU 1 jari dibawah pusat, terjadi laserasi perinium derajat II, keadaan bayi
normal, keadaan ibu baik, jumlah darah yang keluar dari kala I – IV ± 220 cc,
kandung kemih kosong dan diagnosa potensial tidak terjadi.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil studi kasus yang telah dilakukan didapatkan
kesenjangan antara teori dengan praktik dilahan yaitu pada pengkajian dan pada
langkah cara induksi.
Kata Kunci : Asuhan kebidanan, ibu bersalin, induksi, serotinus
Kepustakaan : 28 literatur (tahun 2007 s/d 2015)
MOTTO
1. Sesungguhnya setiap kesulitan itu pasti disertai dengan kemudahan.
2. Kesuksesan bisa diraih dengan segala upaya, usaha disertai dengan doa
3. Awali semua dengan doa dan senyum.
4. Apa yang telah berlalu, sudah berlalu dan apa yang telah pergi tidak akan
kembali. Oleh karena itu jangan pikirkan apa yang telah berlalu, karena
sesungguhnya ia telah pergi dan tidak akan kembali.
5. Beri satu kunci untuk mengenal hidup, jadikan setiap langkah kita sebagai
ibadah insya allah kita akan tahu tujuan hidup yang sesungguhnya.
PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan :
1. Ayah dan bunda tercinta terima kasih atas doa restunya dan cinta kasihnya
selama ini.
2. Adikku tercinta, Indra Robi yang selalu memberikan support setiap
langkahku.
3. Dosen pembimbing akademikku Ibu Deny Eka Widyastuti yang selalu
memberikan masukan dan selalu memberikan waktu luang nya setiap saat.
4. Dosen pembimbing KTI sekaligus Wali kelasku Ibu Arista Apriani yang
selalu sabar membimbing saya sampai menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Dosen pembimbing proposal Ibu Riadini Wahyu Utami yang mengajarkan
saya banyak hal ketika awal membuat tugas akhir ini.
6. Teman-teman yang telah berpartisipasi dalam pembuatan karya tulis ilmiah
ini: Nita, Fatimah, Viany, Devi, Trisna dan teman – teman yang lain.
7. Almamater tercinta.
CURICULUM VITAE
Nama : Normawati
Tempat/Tanggal Lahir : Nanga Letuh, 03 Mei 1995
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Nanga Letuh RT 004/002, Karya Mandiri, Hulu Gurung,
Kalimantan Barat
Riwayat Pendidikan
1. SDN 07 Nanga Letuh LULUS TAHUN 2007
2. SMPN 02 Hulu Gurung LULUS TAHUN 2010
3. SMAN 01 Hulu Gurung LULUS TAHUN 2013
4. D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada ANGKATAN TAHUN 2013
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
INTISARI ....................................................................................................... vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii
CURICULUM VITAE ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................. 2
C. Tujuan Studi Kasus ................................................................... 3
D. Manfaat Studi Kasus ................................................................. 4
E. Keaslian Studi Kasus ................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis .............................................................................. 8
1. Persalinan ............................................................................ 8
a. Pengertian Persalinan ................................................... 8
b. Macam – macam Persalinan ......................................... 8
c. Sebab Mulainya Persalinan .......................................... 9
d. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Persalinan ......... 11
e. Tahapan Persalinan ....................................................... 12
f. Tanda – tanda Persalinan .............................................. 14
g. Mekanisme Persalinan .................................................. 16
h. Penatalaksanaan Persalinan .......................................... 19
2. Serotinus ............................................................................. 22
a. Pengertian ..................................................................... 22
b. Etiologi ......................................................................... 22
c. Diagnosis ...................................................................... 23
d. Manifestasi Klinis Dalam Persalinan ........................... 24
e. Penatalaksanaan ............................................................ 25
3. Induksi ................................................................................ 28
a. Pengertian Induksi Persalinan ...................................... 28
b. Indikasi ......................................................................... 29
c. Kontraindikasi .............................................................. 29
d. Komplikasi .................................................................... 30
e. Metode Induksi ............................................................. 30
f. Langkah – langkah Mengakhiri Kehamilan lewat bulan 32
B. Teori Manajemen Kebidanan Menurut Varney ........................ 33
C. Landasan Hukum ...................................................................... 60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus ...................................................................... 61
B. Lokasi Studi Kasus ................................................................... 61
C. Subjek Studi Kasus ................................................................... 62
D. Waktu Studi Kasus ................................................................... 62
E. Instrument Studi Kasus ............................................................. 62
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 63
G. Alat – alat yang dibutuhkan ...................................................... 66
H. Jadwal Penelitian ...................................................................... 67
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus .......................................................................... 68
B. Pembahasan ............................................................................... 100
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 110
B. Saran .......................................................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Jadwal Penyusunan KTI (dalam bentuk tabel)
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5. Surat Balasan Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent)
Lampiran 8. Lembar Pedoman Wawancara (Format ASKEB)
Lampiran 9. Lembar Observasi Kemajuan Persalinan
Lampiran 10. Partograf
Lampiran 11. Dokumentasi
Lampiran 12. Foto Copy Buku KIA
Lampiran 13. Lembar Konsultasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang cukup bulan (37 – 42
minggu), lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala, disusul
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban dari tubuh ibu, tanpa komplikasi
baik ibu maupun janin (Nurasiah dkk, 2014). Serotinus adalah kehamilan
yang telah berlangsung selama 42 minggu (294 hari) atau lebih, pada siklus
haid teratur rata-rata 28 hari dan hari pertama haid terakhir diketahui dengan
pasti (Nugroho, 2012). Angka kejadian kehamilan lewat waktu ini adalah
sekitar 3,4-14% atau rata-rata 10% meningkatkan resiko kesakitan dan
kematian perinatal (Prawirohardjo, 2011).
Komplikasi yang sering terjadi pada kasus ini adalah letak defleksi,
posisi oksiput posterior, distosia bahu dan fetal disstres (Lalage, 2013). Pada
ibu, kehamilan lewat waktu dapat menyebabkan kekhawatiran dalam
menghadapi persalinan, perdarahan post partum akibat dari bayi yang besar
dan ruptur uteri (Prawirohardjo, 2011).
Pengelolaan kehamilan lewat waktu adalah dengan menilai
kematangan serviks untuk dilakukan induksi persalinan (Prawirohardjo,
2011). Induksi persalinan adalah suatu tindakan merangsang uterus untuk
memulai terjadinya persalinan (Saiffudin, 2010).
Dari studi pendahuluan di RSU Assalam Gemolong pada bulan
Oktober 2014 - Oktober 2015 tercatat dari 1.272 persalinan seluruhnya.
Persalinan normal 494 (39%) persalinan, persalinan patologi 778 (61%) yang
terdiri dari : persalinan KPD 92 (11,8%) persalinan, persalinan Pre Eklampsia
Berat 83 (10,7%) persalinan, persalinan serotinus 79 (10,1%) persalinan,
persalinan presentasi bokong 76 (9,8%) persalinan, persalinan Pre Eklampsia
Ringan 70 (9,0%) persalinan, persalinan prematur 67 (8,6%) persalinan,
persalinan letak lintang 63 (8,1%) persalinan, persalinan kala II lama 59
(7,6%) persalinan, persalinan retensio plasenta 55 (7,1%) persalinan,
persalinan eklamsia 50 (6,4%) persalinan, persalinan gemelli 49 (6,3%),
persalinan dengan kasus lain 35 (4,5%) persalinan. Persalinan dengan
serotinus merupakan komplikasi yang masih cukup tinggi di RSU Assalam
Gemolong.
Berdasarkan angka kejadian serotinus yang banyak memberi dampak
tehadap bayi dan ibu bersalin, maka penulis tertarik mengambil judul
“Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin pada Ny. I G1P0A0 Umur 24 Tahun dengan
Induksi Atas Indikasi Serotinus di RSU Assalam Gemolong”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat didapat perumusan masalah
tentang “Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Ny. I G1P0A0 Umur 24
Tahun dengan Induksi Atas Indikasi Serotinus di RSU Assalam Gemolong
dengan pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney ?”
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat pengalaman nyata dan dapat memberikan
asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan proses manajemen
kebidanan menurut 7 langkah Varney pada ibu bersalin dengan induksi
atas indikasi serotinus.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu :
1) Melakukan pengkajian dengan menyimpulkan semua data yang
diperlukan ibu bersalin pada Ny. I G1P0A0 dengan induksi atas
indikasi serotinus.
2) Menginterpretasi data yang meliputi diagnosa kebidanan,
masalah, kebutuhan pada ibu bersalin Ny. I G1P0A0 dengan
induksi atas indikasi serotinus.
3) Membuat diagnosa potensial pada ibu bersalin Ny. I G1P0A0
dengan induksi atas indikasi serotinus.
4) Menentukan dan melakukan tindakan segera pada ibu bersalin
Ny. I G1P0A0 dengan induksi atas indikasi serotinus.
5) Merencanakan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan
pengkajian data pada ibu bersalin Ny. I G1P0A0 dengan induksi
atas indikasi serotinus.
6) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana tindakan pada ibu
bersalin Ny. I G1P0A0 dengan induksi atas indikasi serotinus.
7) Melakukan evaluasi tindakan yang sudah diberikan pada ibu
bersalin Ny. I G1P0A0 dengan induksi atas indikasi serotinus.
b. Mahasiswa mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan
kasus nyata di lapangan termasuk faktor pendukung dan
penghambat dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu
bersalin Ny. I G1P0A0 dengan induksi atas indikasi serotinus.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam penanganan
atau pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan induksi atas
indikasi serotinus.
2. Bagi Profesi
Dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan kebidanan khususnya
dalam menangani kasus pada ibu bersalin dengan induksi atas indikasi
serotinus sesuai dengan standart kebidanan dan sesuai dengan manjemen
kebidanan menurut Varney.
3. Bagi Institusi dan Instansi
a. RSU Assalam Gemolong
Dapat di gunakan sebagai acuan dan meningkatkan mutu pelayanan
kebidanan pada ibu bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus.
b. Pendidikan
Dapat digunakan bahan referensi untuk studi lebih lanjut tentang
pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan induksi atas
indikasi serotinus.
E. Keaslian Studi Kasus
Asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan serotinus, pernah dilakukan oleh:
1. Istiqomah (2013), Universitas Sebelas Maret, dengan judul “Asuhan
Kebidanan Ibu Bersalin pada Ny. S dengan Induksi Atas Indikasi
Kehamilan Serotinus di RSUD Karanganyar”. Ibu datang dengan keluhan
merasa kenceng-kenceng, gerakan janin berkurang, hari pertama haid
terakhir pada tanggal 7 Juni 2012 dan perkiraaan lahir pada tanggal 14
Maret 2013. Didapat hasil pemeriksaan KU: Baik, Kesadaran:
Composmentis, TD: 120/80 mmHg, Suhu: 36,7oC, Nadi: 83 x/menit,
Respirasi: 22 x/menit, Kontraksi: 2x dalam 10 menit lama 15 detik,
Leopold I: TFU 3 jari dibawah proxecus xifoideus. Fundus uteri teraba
bulat, lunak, tidak melenting (Bokong), Leopold II: bagian kanan teraba
bagian-bagian terkecil janin (Ekstremitas), bagian kiri teraba keras dan
memanjang seperti papan (Punggung), Leopold III: bagian bawah teraba
bulat, keras, melenting (Kepala), Leopold IV: bagian terbawah sudah
masuk PAP 3/5 bagian, TFU: 31 cm, TBJ: (31-11) x 155 = 3100 gram,
Auskultasi: DJJ (+), Punctum Maximum: di sebelah kiri perut bawah
pusat, Frekuensi teratur: 136 x/menit, VT: Vulva membuka, portio tebal,
pembukaan 1 cm, ketuban (+), presentasi kepala, posisi UUK jam 12.00,
penurunan hodge I. Metode studi kasus dengan teknik pengumpulan data
melalui wawancara, observasi dan laporan dokumentasi rekam medic.
Adapun penanganannya dengan induksi misoprostol (cytotec) ¼ tablet
sesuai advise dokter, sebanyak tiga kali hingga timbul tanda – tanda
persalinan. Bayi lahir spontan pervaginam pukul 09.15 WIB, jenis
kelamin perempuan, gerakan aktif, warna kulit kemerahan, anus
berlubang, cacat (-), kontraksi uterus kuat, TFU 2 jari dibawah pusat,
perdarahan kurang lebih 150 cc dengan asfiksia sedang sehingga
dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak.
2. Ratri (2015), Kusuma Husada Surakarta, dengan judul “Asuhan
Kebidanan Ibu Bersalin Dengan Induksi Atas Indikasi Serotinus di RSU
Assalam Gemolong”. Ibu datang dengan keluhan merasa kenceng-
kenceng, gerakan janin berkurang, hari pertama haid terakhir pada
tanggal 22 Agustus 2014 dan perkiraaan lahir pada tanggal 29 Mei 2015.
Didapat hasil pemeriksaan KU: Baik, Kesadaran: Composmentis, TD:
120/80 mmHg, Suhu: 36,3oC, Nadi: 80 x/menit, Respirasi: 22 x/menit,
Kontraksi: 2x dalam 10 menit lama 20 detik, Leopold I: TFU 3 jari
dibawah proxecus xifoideus. Fundus uteri teraba bulat, lunak, tidak
melenting (Bokong), Leopold II: bagian kanan teraba bagian-bagian
terkecil janin (Ekstremitas), bagian kiri teraba keras dan memanjang
seperti papan (Punggung), Leopold III: bagian bawah teraba bulat, keras,
melenting (Kepala), Leopold IV: bagian terbawah sudah masuk PAP 3/5
bagian, TFU: 32 cm, TBJ: (32-11) x 155 = 3255 gram, Auskultasi: DJJ
(+), Punctum Maximum: di sebelah kiri perut bawah pusat, Frekuensi
teratur: 146 x/menit, VT: Vulva membuka, portio tebal, pembukaan 2
cm, ketuban (+), presentasi kepala, posisi belum dapat ditentukan,
penurunan hodge I. Metode studi kasus dengan teknik pengumpulan data
melalui wawancara, observasi dan laporan dokumentasi. Adapun
penanganannya dengan induksi Oxytocin: infus RL 500 ml+oxytocin
drip 5 IU dengan kecepatan 20 tetes per menit. Pantau his tiap 30 menit
dan denyut jantung janin tiap 30 menit. Maka: bayi lahir spontan tanggal
13 Juni 2015 pukul 21.30 WIB, jenis kelamin laki-laki, menagis kuat,
gerakan aktif, warna kulit kemerahan dan keriput, anus berlubang, cacat
(-), kontraksi uterus kuat, TFU 2 jari dibawah pusat, perdarahan kurang
lebih 100 cc.
Persamaan studi kasus yang penulis lakukan dengan keaslian diatas
adalah jenis studi kasus, sedangkan perbedaannya adalah waktu, subjek,
asuhan yang diberikan dan hasil studi kasus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Persalinan
a. Pengertian persalinan
1) Proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu) lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Marmi, 2012).
2) Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu, dimulai dengan kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada
serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2007).
b. Macam-macam persalinan
Menurut (Kuswanti dan Meilina, 2014), macam-macam persalinan,
adalah :
1) Persalinan spontan : Persalinan yang berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
2) Persalinan buatan : Persalinan yang dibantu dari luar misalnya
vaccum ekstraksi, forceps, SC.
3) Persalinan anjuran : Terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk
hidup diluar, tetapi tidak sedemikian besarnnya sehingga
menimbulkan kesulitan dalam persalinan, misal dengan induksi
persalinan.
c. Jenis persalinan menurut usia kehamilan
Jenis persalinan menurut usia kehamilan menurut (Johariyah dan
Ningrum, 2012), antara lain :
1) Abortus : terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi
sebelum mampu hidup diluar kandungan, umur kehamilan
sebelum 28 minggu, dan berat janin kurang dari 1000 gram.
2) Persalinan prematuritas : persalinan pada umur kehamilan 28 -
36 minggu dan berat janin kurang 2.499 gram.
3) Persalinan aterm : persalinan antara umur kehamilan 37 – 42
minggu dan berat janin ≥ 2500 gram.
4) Persalinan serotinus : persalinan melampaui umur kehamilan
42 minggu.
5) Persalinan presipitatus : persalinan yang berlangsung cepat
kurang lebih 3 jam.
d. Sebab mulainya persalinan
Sebab-sebab mulainya persalinan menurut (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2013) meliputi :
1) Teori penurunan hormon : saat 1 – 2 minggu sebelum proses
melahirkan dimulai, terjadi penurunan kadar estrogen dan
progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot – otot
polos rahim, jika kadar progesteron turun akan menyebabkan
tegangnya pembuluh darah dan manimbukan his.
2) Teori plasenta menjadi tua : seiring matangnya usia kehamilan,
villi chorialis dalam plasenta mengalami beberapa perubahan,
hal ini menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron
yang mengakibatkan tegangnya pembuluh darah sehingga akan
menimbulkan kontraksi uterus.
3) Teori distensi rahim : otot rahim mempunyai kemampuan
meregang dalam batas tertentu, setelah melewati batas tersebut,
akhirnya terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
4) Teori iritasi mekanis : di belakang serviks terletak ganglion
servikalis (fleksus frankenhauser), bila ganglion ini digeser dan
ditekan (misalnya oleh kepala janin), maka akan timbul
kontraksi uterus.
5) Teori oksitosin : menurunnya konsetrasi progesteron keran
matangnya usia kehamilan menyebabkan oksitosin
meningkatkan aktivitasnya dala merangsang otot rahim untuk
berkontraksi dan akhirnya persalinan dimulai.
6) Teori hipotalamus – pituitari dan glandula suprarenalis :
glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan,
teori ini menunjukan pada kehamilan dengan bayi anensefalus
sering terjadi kelambatan persalinan keran tidak terbentuknya
hipotalamus.
7) Teori prostaglandin : prostaglandin yang dihasilkan oleh
desidua disangka sebagai salah satu sebab permulaan
persalinan, hal ini juga disokong dengan adanya kadar
prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah
perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan atau selama proses
persalinan.
8) Induksi persalinan : persalinan dapat ditimbulkan dengan
gagang laminaria (dengan cara laminaria dimasukkan ke dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus
frankenhauser), aminotomi (pemecahan ketuban), oksitosin
drip (pemberian oksitosin menurut tetesan per infus).
e. Fakto-faktor yang mempengaruhi persalinan
Menurut (Marmi, 2012) faktor-faktor yang mempengaruhi
persalinan antara lain :
1) Passenger (janin dan plasenta) adalah keadaan kepala janin,
presentasi, letak, sikap, posisi janin, dan karena plasenta juga
harus melewati jalan lahir, maka dianggap sebagai bagian dari
passenger yang menyertai janin.
2) Passage (jalan lahir) adalah keadaan jalan lahir terdiri dari
panggul ibu, yaitu bagian tulang padat, dasar panggul, vagina
dan introitus (lubang luar vagina).
3) Power (kekuatan) adalah kekuatan yang mendorong janin
keluar dalam persalinan ialah his, kontraksi otot –otot perut,
kontraksi diafragma dan aksi dari ligamen, dengan kerja sama
yang baik dan sempurna.
4) Psikologis adalah keadaan psikologis ibu yang mempengaruhi
proses persalinan dengan adanya dukungan dari pasangannya,
orang terdekat, keluarga, penolong, fasilitas dan lingkungan
tempat bersalin, serta bayi yang dikandung merupakan bayi
yang diharapkan atau tidak ( Nurasiah dkk, 2014).
5) Pysician (penolong) adalah memantau dengan seksama dan
memberikan dukungan serta kenyamanan pada ibu baik dari
segi emosi atau perasaan maupun fisik.
f. Tahapan persalinan
Tahapan persalinan menurut (Nurasiah dkk, 2014) dibagi menjadi
4 kala, yaitu :
1) Kala I (pembukaan)
Dimulai sejak adanya his yang teratur dan meningkatkan
(frekuensi dan kekuatannya) yang menyebabkan pembukaan,
sampai serviks membuka lengkap (10 cm). Kala 1 terdiri dari 2
fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
a) Fase laten : dimulai sejak awal kontraksi yang
menyebabkan pembukaan sampai pembukaan 3 cm, pada
umumnya berlangsung 8 jam.
b) Fase aktif
Fase aktif dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
(1) Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm.
(2) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan
serviks berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
(3) Fase deselerasi : pembukaan serviks menjadi lambat,
dalam waktu 2 jam dari pembukaan 9 cm menjadi 10
cm.
Pada primipara, berlangsung selama 12 jam dan pada multipara
sektar 8 jam. Kecepatan pembukaan serviks 1 cm/jam
(primipara) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
2) Kala II (pengeluaran janin)
Persalinan kala 2 dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi
a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan atau vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
e) Meningkatkan pengeluaran lendir darah
3) Kala III (pengeluaran plasenta)
Persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan
berakhir dengan lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Tanda lepasnya plasenta
yaitu :
a) Perubahan bentuk dan tinggi uterus.
b) Tali pusat memanjang.
c) Semburan darah mendadak dan singkat.
4) Kala IV (pengawasan)
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plsenta sampai 2
jam post partum.
g. Tanda-tanda persalinan
Tanda-tanda persalinan menurut (Rohani dkk, 2011) yaitu :
1) Terjadi Lightening : menjelang minggu ke-36 pada
primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala
bayi sudah masuk pintu atas panggul. Menurunnya bagian
terbawah bayi ke pelvis terjadi sekitar 2 minggu menjelang
persalinan sehingga ibu akan merasa tidak nyaman, selain
napas pendek ketidaknyamanan disebabkan karena adanya
tekanan bagian terbawah pada struktur daerah pelvis, maka
akan mengalami :
a) Kandung kemih tertekan sedikit, menyebabkan peluang
untuk melakukan ekspansi berkurang, sehingga frekuensi
berkemih meningkat.
b) Meningkatnya tekanan oleh sebagian besar bagian janin
pada syaraf yang melewati foramen obturator yang
menuju kaki, menyebabkan sering terjadi kram kaki.
c) Meningkatnyan tekanan pada pembuluh darah vena
menyebabkan terjadinya oedema karena bagian terbesar
dari janin menghambat darah yang kembali dari bagian
bawah tubuh.
2) Terjadinya his permulaan
Sifat his permulaan (palsu) adalah sebagai berikut :
a) Rasa nyeri ringan di bagian bawah.
b) Datang tidak teratur.
c) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda.
d) Durasi pendek.
e) Tidak bertambah bila beraktivitas.
3) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
4) Perasaan sering atau susah buang air kecil karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin
5) Serviks menjadi lembek, mulai datar dan sekresinya
bertambah, kadang bercampur darah (bloody show). Engan
mendekatnya persalinan, maka serviks menjadi matang dan
lembut, serta terjadi obliterasi serviks dan kemungkinan
sedikit dilatasi.
h. Tanda dan gejala inpartu :
Tanda dan gejala inpartu menurut (Ningrum dan Johariyah,2012)
yaitu :
1) Kontraksi uterus yang semakin lama semakin sering dan teratur
dengan jarak kontraksi yang pendek, yang mengakibatkan
perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit).
2) Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina.
3) Pada pemeriksaan dalam, dapat ditemukan :
a) Pelunakan serviks
b) Penipisan dan pembukaan serviks
4) Dapat disertai ketuban pecah.
i. Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan menurut (Oxorn dan William, 2010) yaitu :
1) Turunnya kepala
Penurunan yang meliputi engagementpada diameter obliqua
kanan panggul, berlangsung terus selama persalinan normal
pada waktu janin melalui jalan lahir.
2) Flexi
Sebelum persalinan mulai sudah terjadi flexi sebagian oleh
karena ini merupakan sikap alamiah janin dalam uterus.
Tahanan terhadap penurunan kepala menyebabkan
bertambahnya flexi. Occiput turun mendahului sinciput, UUK
lebih rendah daripada bregma dan dagu janin mendekati
dadanya. Biasanya ini terjadi di PAP, tetapi mungkin pula baru
sempurna setelah bagian terendah mencapai dasar panggul.
3) Putaran paksi dalam
Kepala janin yang masuk PAP pada diameter tranversa atau
obliquaharus berputar kediameter anteroposterior supaya dapat
lahir.
4) Extensi
Semakin turunnya kepala terjadilah penonjolan perineum
diikuti dengan kepala membuka pintu (Crowning). Occiput
lewat melalui PAP perlahan – lahan dan tengkuk menjadi titik
putar di angulus subpubicus. Kemudian proses extensi yang
cepat sinciput menelurus sepanjang sacrum dan berturut – turut
lahirlah bregma, dahi, hidung, mulut dan dagu melalui
perineum.
5) Restitusi
Pada waktu kepala mencapai dasar panggul maka bahu
memasuki panggul. Oleh karena panggul tetap berada pada
diameter obliqua sedangkan kepala berputar kedepan, maka
leher ikut berputar. Begitu kepala dilahirkan dan bebas dari
panggul maka leher berputar kembali dan kepala mengadakan
restitusi kembali 45o sehingga hubungannya dengan bahu dan
kedudukannya dalam panggul menjadi normal kembali.
6) Putaran paksi luar
Pada waktu bahu mencapai dasar panggul bahu depan yang
lebih rendah berputar kedepan di bawah symphysis dan
diameter bisacromialis berputar dari diameter obliqua kiri
menjadi diameter anteroposterior panggul. Dengan begini maka
diameter memanjang bahu dapat sesuai dengan diameter
memanjang PBP.
7) Mekanisme bahu
Kontraksi uterus dan hejan perut oleh ibu mendororng janin
kebawah. Bahu depan mencapai dasar panggul pertama – tama
dan berputar ke depan di bawah symphysis. Berputarnya bahu
kedepan berlawanan arah dengan putaran kepala ke depan.
Bahu depan lahir di bawah symphysis pubis dan menjadi titik
putaran di sana. Kemudian bahu belakang lahir melalui
perineum dengan gerakan flexi lateral.
8) Kelahiran badan dan anggota
Setelah bahu dilahirkan maka bagian tubuh janin lainnya lahir
dengan hejan perut ibu tanpa mekanisme yang khusus dan
tanpa kesulitan.
9) Kelahiran plasenta
His mempunyai amplitudo yang kira – kira sama tingginya,
hanya frekuensinya yang berkurang. Akibat his ini uterus akan
mengecil sehigga perlekatan plasenta dengan dinding uterus
terlepas. Melepasnya plasenta dari dinding uterus dapat dimulai
dari tengah, pinggir, kombinasi. Umunya kala III berlangsung
selama 15 menit. Tinggi fundus uteri setelah kala III kira – kira
jari di bawah pusat (Prawirohardjo, 2011).
10) Kontrol perdarahan
Setelah plasenta dilepas, retraksi menyebabkan pemendekan
serabut otot uterus yang permanen. Ini menekan , memutar dan
menutup arteriolae dan venulae seperti ikatan yang hidup.
Aliran darah ketempat plasenta dengan efektif ditutup dan
perdarahan dapat berhenti.
j. Penatalaksanaan persalinan
Penatalaksanaan persalinan menurut (JNPK, 2008) antara lain :
1) Kala I
a) Persiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi :
mempersiapkan ruangan yang hangat, bersih, sirkulasi
udara yang baik, terlindung dari tiupan angin, sumber air
bersi dan mengalir untuk memandikan ibu,
b) Persiapkan perlengkapan, bahan-bahan yang diperlukan
serta dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan
kelahiran bayi.
c) Persiapan rujukan apabila terjadi penyulit dalam persalinan.
d) Berikan asuhan sayang ibu.
e) Pengurangan rasa sakit dengan menghadirkan klelurga,
suami maupun teman terdekat ibu.
f) Dukungan emosional.
g) Mengatur posisi.
h) Evaluasi His setiap 30 menit sekali dan pembukaan setiap 4
jam sekali.
i) Pemberian cairan dan nutrisi.
j) Kamar mandi.
k) Pencegahan infeksi.
l) Persiapan persalinan.
2) Kala II
a) Anjurkan agar ibu selalu di dampingi oleh keluarganya
selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
b) Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya
meminta ibu berganti posisi, melakukan rangsangan taktil,
memberikan makanan dan minuman, teman bicara, dan
memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan
melahirkan bayinya.
c) Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan
semangat kepada ibu dan anggota keluarganya dengan
menjelaskan tahap dan kemajuan persalinan atau kelahiran
bayi kepada mereka.
d) Tentramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala
II persalinan.
e) Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran.
f) Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran
apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran.
Jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan
menahan napas.
3) Kala III
a) Melakukan manajemen aktif kala III.
b) Pemberian suntikan oksitosin.
c) Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
4) Kala IV
a) Memperkirakan kehilangan darah.
b) Memeriksa perdarahan dari perineum.
c) Pencegahan infeksi.
d) Pemantauan keadaan umum ibu selama 2 jam postpartum.
2. Kehamilan Serotinus
a. Pengertian
1) Serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42
minggu lengkap. Diagnosa kehamilan didapatkan dari
perhitungan seperti rumus neagle atau dengan tinggi fundus
uteri serial (Sujiyatini, 2009).
2) Kehamilan postterm atau serotinus adalah kehamilan yang
berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung
dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Neagele dengan
siklus haid rata-rata 28 hari (Prawirohardjo, 2011).
b. Etiologi
Menurut (Nugroho, 2012) penyebab terjadinya kehamilan
lewat bulan pada umumnya tidak diketahui secara pasti, beberapa
faktor yang diduga sebagai penyebab antara lain :
1) Cacat bawaan : an encefalus.
2) Defisiensi sulfatase plasenta.
3) Pemakaian obat-obatan yang berpengaruh pula sebagai
tokolitik anti prostaglandin : albutamol, progestin, asam
mefenamat, dan sebagainya.
4) Tidak diketahui penyababnya.
Hal ini juga bisa disebabkan karena :
1) Penurunan kadar estrogen, pada kehamilan normal umumnya
tinggi.
2) Pada kasus insufisensi plasenta/adrenal janin, hormone
prokusor yaitu isoandrosteron sulfat diekskresikan dalam cukup
tinggi konversi menjadi estradiol dan secara langsung
estrioldidalam plasenta, contoh klinik mengenai defisiensi
prekusor estrogen adalah anensefalus.
3) Faktor hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun
walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan
uterus terhadap oksitosin berkurang.
4) Faktor lain adalah hereditas, karena post matur/serotinus,
sehingga dijumpai pada suatu keluarga tertentu.
c. Diagnosis
Menurut (Norma dan Dwi, 2013) diagnosis serotinus tidak
seberapa sulit apabila siklus haid teratur dari haid pertamahaid
terakhir diketahui pasti. Dalam menilai apakah kehamilan matur
atau tidak, beberapa pemerikasaan dapat dilakukan :
1) Berat badan ibu turun dan lingkar perut mengecil dan air
ketuban berkurang.
2) Pemeriksaan rontgenologik : dengan pemeriksaan ini pada
janin matur dapat ditemukan pusat osifikasi pada oscubuid,
bagian distal femus dan bagian proksimal tubia,
diameterbiparental kepala 9.8 cm lebih. Keberatan
pemeriksaan ini adalah kemungkinan pengaruh tidak baik sinar
rontgen terhadap janin.
3) Pemeriksaan dengan USG : dengan pemeriksaan ini diameter
biparental kepala janin dapat diukur dengan diteliti tanpa
bahaya. Pemeriksaan menurut ginekologik.
4) Pemeriksaan sitologi liquoramni : Aminoskopi dan periksa pH-
nya dibawah 7,20 dianggap sebagai tanda gawat janin.
5) Pemeriksaan sitologik vagina untuk menentukan infusiesi
plasenta dinilai berbeda-beda.
d. Manifestasi klinis dalam serotinus
Manifestasi klinis kehimilan serotinus menurut (Nugroho, 2012)
yaitu :
1) Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang
jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali/20 menit atau
secara obyektif dengan kardiotokografi kurang dari 10 kali/20
menit.
2) Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang
terbagi menjadi :
a) Stadium I : kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi
maserasi sehingga kulit kering, rapuh, dan mudah
mengelupas.
b) Stadium II : seperti stadium satu disertai pewarnaan
mekonium (kehijauan) dikulit.
c) Stadium III : seperti stadium satu disertai pewarnaan
kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Pudiastuti, 2012) yaitu :
1) Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau
amniotomi (tes tanpa tekanan dinilai apakah reaktif atau tidak
ada tes tekanan oksitosin).
2) USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat
maturitas plasenta.
3) KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.
4) Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik.
f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut (Norma dan Dwi, 2013) yaitu :
1) Setelah usia kehamilan >40 minggu yang penting adalah
monitoring janin sebaik-baiknya.
2) Apabila tidak ada tanda-tanda insufiensi plasenta, persalinan
spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
3) Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan
serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan
dengan atau tanpa amniotomi.
4) Bila (a) riwayat kehamilan yang lalu ada kehamilan janin
dalam rahim (b) terdapat hipertensi, pre eklamsi dan (c)
kehamilan ini adalah anak pertama karena iinfertilitas, atau (d)
pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu, maka ibu dirawat di
rumah sakit.
5) Tindakan operasi Sectio Cesarea dapat dipertimbangkan pada :
a) Insufiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang.
b) Pembukaan yang belum lengkap.
c) Persalinan lama.
d) Terjadi tanda gawat janin.
e) Primigravida tua.
f) Kematian janin dalam kandungan.
g) Pre Eklamsia.
h) Hipertensi menahun.
i) Infertilitas.
j) Kesalahan letak janin.
6) Pelaksanaan induksi
Pelaksanaan induksi pada ibu bersalin dengan serotinus
menurut (Nugroho, 2012) yaitu :
a) Pasien dievaluasi secara menyeluruh, khususnya mengenai
kesejahteraan janin (fetal wellbeing). Janin yang tidak
sejahtera adalah kontraindikasi mutlak untuk induksi
persalinan, demikian pula apabila dalam induksi terjadi
penurunan kesejahteraan janin (yang terlihat dari hasil
pemantauan bunyi jantung janin)
b) Berikan tablet Misoprostol / Cytotec 25 – 50 mcg (1/8 – 1/4
tablet) yang diletakkan di forniks posterior serap 6 – 8 jam
hingga dicapai his/kontraksi yang memadai sesuai dengan
tahap persalinan.
c) Setelah pemberian 3 kali berturut – turut belum ada
kontraksi yang memadai, lakukan evaluasi menyeluruh.
Jika semua dalam keadaan baik, pasien di istirahatkan
selama 24 jam dan kemudian prosedur di atas pada butir 1
dapat diulangi kembali dan dilakukan seri kedua.
d) Induksi persalinan di anggap gagal bila setelah seri kedua
tidak terjadi kontraksi yang memadai untuk persalinan atau
tidak tercapai skor bioshop >5.
e) Bila skor bioshop >5, dapat dilanjutkan dengan
augmentasi/akselerasi secara titrasi larutan Oksitosin 2,5 –
5 IU dalam Dekstrose 5% 500 ml (1 cc = 20 tetes makro, 1
tetes mengandung 0,5 mU). Dosis dan kecepatan inisial:
(1) Hamil aterm : 2 mU / menit = 4 tetes / menit
(2) Hamil preterm : 4 mU / menit = 8 tetes / menit
Dosis ditingkatkan tiap 15 menit dengan 2 mU / menit = 4
tetes / menit, sampai tercapai kontrasi yang baik : his
dengan interval 2 – 3 menit (4 – 5 kali dalam 10 menit),
lama 50 – 60 detik.
f) Selama proses pemacuan maupun induksi ini, semua
prosedur pengawasan terhadap kehamilan di atas harus
tetap dilakukan dengan baik. Perhitungan tetesan dapat pula
menggunakan mesin khusus untuk titrasi tersebut secara
otomatis.
g) Bila his / kontraksi telah memadai untuk tahap persalinan
tertentu, maka tetesan dipertahankan dan tidak perlu
ditingkatkan lagi.
h) Tidak jarang setelah persalinan mulai, uterus menjadi lebih
sensitif terhadap oksitosin eksogen sehingga tetesan perlu
dikurangi atau bahkan di stop sama sekali.
i) Bila tidak terjadi kontraksi yang berarti setelah pemberian 2
botol larutan Oksitosin tersebut, maka augmentasi dianggap
gagal dan pasien disiapkan untuk SC.
j) Demikian pula jika dengan 2 jam his baik ternyata tidak ada
kemajuan persalinan, dilakukan tindakan SC. Penilaian
kemajuan persalinan di dasarkan pada 3 kriteria, namun
cukup 1 unsur saja yang perlu untuk menilai majunya
persalinan, yakni :
(1) Pembukaan (dilatasi) serviks
(2) Penurunan (ststion) kepala janin
(3) Perputaran (rotasi) kepala janin
3. Induksi Persalinan
a. Pengertian induksi persalinan
1) Induksi persalinan adalah merangsang uterus untuk memulai
terjadinya persalinan (Prawirohardjo, 2011).
2) Induksi persalinan adalah tindakan/langkah untuk memulai
persalinan yang sebelumnya belum terjadi, bisa secara mekanik
maupun kimiawi (farmakologik) menurut (Nugroho, 2012).
b. Indikasi
Indikasi untuk induksi menurut Nugroho (2012), yaitu :
1) Penyakit hipertensi pada kehamilan.
2) Diabetes mellitus.
3) Ketuban pecah dini, janin viabel.
4) Chorioamnionitis.
5) Gangguan pertumbuhan intrauterine.
6) Isoimunisasi.
7) Kematian janin dalam kandungan.
8) Usia kehamilan ≥41 minggu.
c. Kontraindikasi
Kontraindikasi absolut menurut Nugroho (2012), yaitu :
1) Insisi uterus klasik sebelumnya.
2) Infeksi herpes genetalis aktif.
3) Plasenta atau vasa previa.
4) Prolapsed tali pusat.
5) Malpresentasi fetus, misalnya melintang.
6) Riwayat operasi myomektomi intramural.
d. Komplikasi
Komplikasi menurut (Nugroho, 2012), yaitu :
1) Kontraksi yang hipertonik (hiperstimulasi) dan gawat janin :
His dengan interval kurang dari 2 menit, lama lebih dari 60
detik, kuat dengan denyut jantung janin kurang dari 120/menit
atau lebih dari 160/menit.
2) Intoksikasi air, yang ditandai dengan : sakit kepala, mual,
muntah, bingung, konvulsi, dan kematian.
e. Metode induksi
Metode yang digunakan untuk induksi persalinan (Nugroho, 2012),
yaitu :
1) Metode induksi secara farmakologis meliputi : prostaglandin
(PGE1 : misoprostol) dan oksitiosin. Misoprostol dapat
diberikan lewat vaginal, oral (buccal), atau sublingual.
Misoprosol tidak dapat digunakan untuk stimulasi, dan tidak
boleh digunakan untuk induksi persalinan dengan riwayat
operasi sesar (SC).
2) Titrasi/drip Oksitosin dosis rendah
Titrasi oksitosin 2,5-5 IU dalam Dekstrose 5% 500 mL,
diberikan secara drip sampai maksimal 2 botol (1000 mL). Bila
setelah 3 botol belum terjadi kontraksi atau belum tercapai
skor bishop >5, maka induksi dapat disebut gagal.
3) Insersi Foley Catheter Intruterine
Memasukkan foley catheter no. 14F-16F melewati canalis
servikalis, ditempatkan di atas ostium uteri internus, bila terus
dilatasi, maka balon akan ekspulsi. Kemudian balon diisi air
sebanyak 25-50 cc, lalu dibiarkan 12-24 jam. Tujuannya : agar
terjadi dilatasi serviks. Setelah itu jika skor bioshop >5 dapat
dilanjutkan dengan drip oksitosin.
4) Stimulasi dengan Amniotomi dan Stripping
a) Amniotomi/ARM (artifical rupture of the membranes)
dikerjakan apabila penderita benar-benar sudah dalam
persalinan, kepala janin telah masuk panggul dan
pembukaan sekurang-kurangnya 2-3 cm, dengan selaput
ketuban dilukai/dirobek dengan menggunakan separuh
klem kocher (ujung yang bergigi tajam), steril, dimasukkan
ke kanalis servikalis dengan perlindungan jari-jari tangan.
b) Stripping/sweeping yaitu melepaskan/memisahkan selaput
kantong ketuban dari segmen bawah uterus dapat dengan
cara :
(b) Manual : dengan jari tengah/telunjuk dimasukkan ke
dalam kanalis servikalis, hingga diatas os. Uteri
Internum dan bergerak melingkar untuk melepaskan
selaput ketuban dari segmen bawah rahim, teknik ini
diharapkan dapat menstimulasi keluarmya
prostaglandin endogen.
(c) Dengan balon kateter foley yang dipasang di dalam
segmen bawah uterus melalui kanalis servikalis, diisi
cairan (dapat sampai 100 cc pada foley no. 24)
diharapkan akan mendorong selaput ketuban di daerah
segmen bawah uterus sampai terlepas (bukan untuk
dilatasi serviks).
f. Langkah-langkah untuk mengakhiri kehamilan lewat bulan
Menurut (Nugroho, 2012), yaitu :
1) Memastikan diagnosa kehamilan lewat bulan, dengan :
a) Riwayat haid : hari pertama hari terakhir.
b) Riwayat pemeriksaan antenatal.
c) Pemeriksaan USG.
d) Pemeriksaan foto rontgen.
e) Pemeriksaan cairan amnion.
2) Pemeriksaan kesejahteraan janin dan keadaan plasenta dapat
dilakukan dengan :
a) NST dan CST.
b) Denyut jantung janin.
c) USG : grading plasenta, infark plasenta, keadaan dan
jumlah air ketuban.
d) Pemeriksaan kadar estriol darah.
e) Pemeriksaan Human Placental Lactogen.
3) Skor nilai pelvik menurut Bioshop : apakah servik telah
matang atau belum.
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan
dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus pada klien. Manajemen kebidanan terdiri dri
beberapa langkah yang berurutan, dimulai dengan pengumpulan data
dasar dan berakhir dengan evaluasi, langkah-langkah tersebut
membentuk kerangka yang lengkap sehingga dapat di aplikasikan
dalam semua situasi, akan tetapi setiap langkah tersebut bisa dipecah-
pecah sehingga sesuai dengan kondisi pasien (Varney, 2007).
2. Proses manajemen asuhan kebidanan
a. Langkah I : Pengkajian Data
Data yang diperoleh dari berbagai sumber, baik sumber primer
(pasien) maupun sumber sekunder (anggota keluarga atau tenaga
kesehatan lain) menurut (Sari, 2012).
1) Anamnesa (data subjektif)
Biodata yang mencakup identitas pasien (Sulistyawati, 2009),
yang meliputi :
a) Identitas pasien
Identitas pasien menurut (Astuti, 2012).
(1) Nama
Untuk mengetahui nama klien dan suami berguna untuk
memperlancar komunikasi dalam asuhan sehingga tidak
terlihat kaku dan lebih akrab.
(2) Umur
Untuk mengetahui apakah klien dalam keadaan yang
beresiko atau tidak dilihat dari umur.
(3) Agama
Untuk mengetahui informasi yang dapat menuntun ke
suatu diskusi tentang pentingnya agama dalam
kehidupan klien, tradisi keagamaan dalam kehamilan
dan kelahiran.
(4) Suku bangsa
Untuk mengetahui ras, etnis, dan keturunan yang harus
diidentifikasi dalam rangka memberikan perawatan
yang peka budaya kepada klien.
(5) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nanti akan
membantu klien dalam memahami dan memberi
gambaran dalam memberikan pendidikan kesehatan.
Pekerjaan
Untuk mengetahui pekerjaan klien atau bahaya dari
lingkungan kerja terhadap kondisi klien dan janin.
(6) Alamat
Alamat rumah klien perlu diketahui bidan untuk lebih
memudahkan saat pertolongan persalinan dan untuk
mengetahui jarak rumah dengan tempat rujukan.
b) Keluhan utama
Keluhan utama adalah alasan pasien datang
kefasilitas kesehatan (Sulistyawati, 2009).Pada kasus ibu
bersalin dengan serotinus adalah pasien belum merasakan
adanya tanda – tanda persalinan setelah umur kehamilan
42 minggu (Pudiastuti, 2012).
c) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui kapan mulainya menstruasi,
siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya
menstruasi, keluhan-keluhan yang dirasakan saat
menstruasi dan disminorhoe (Astuti, 2012).Pada kasus ibu
bersalin dengan serotinus kadang terjadi kesalahan dalam
menetukan tanggal haid terakhir atau akibat menstruasi
abnormal (Prawirohardjo, 2011).
d) Riwayat perkawinan
Untuk mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah
tangga pasangan (sulistyawati, 2009).
e) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
(1) Kehamilan
Untuk mengetahui berapa umur kehamilan ibu
dan hasil pemeriksaan kehamilan. Pada kehamilan
serotinus dapat terjadi makrosomia dan tulang
tengkorak menjadi lebih keras (Prawirohardjo, 2011).
(2) Persalinan
Untuk mengetahui proses persalinan spontan atau
buatan, lahir aterm atau prematur, ada perdarahan atau
tidak, waktu persalinan ditolong oleh siapa, dimana
tempat melahirkan. Pada persalinan serotinus
pemasalahan yang akan terjadi adalah distosia
persalinan, partus lama, meningkatkan tindakan
obstetrik dan perdarahan akibat bayi besar
(Prawirohardjo, 2011).
(3) Nifas
Untuk mengetahui hasil akhir persalinan (abortus,
lahir hidup, apakah dalam kesehatan yang baik)
apakah terdapat komplikasi atau intervensi pada masa
nifas dan apakah ibu tersebut mengetahui
penyebabnya.
(4) Laktasi
Apakah ibunya pernah menyusui sampai bayinya
berumur 2 tahun atau belum pernah menyusui.
f) Riwayat kehamilan sekarang
Menurut Astuti (2012), riwayat hamil sekarang meliputi :
(1) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
Dapat digunakan untuk mengetahui tanggal hari
pertama dari menstruasi terakhir pasien untuk
memperkirakan kapan kira-kira bayi akan dilahirkan.
Pada kehamilan serotinus, umur kehamilan lebih dari
42 minggu.
(2) Hari Perkiraan Lahir (HPL)
Untuk membantu penetapan tanggal perkiraan
kelahiran. Menggunakan rumus neagle : tanggal
HPHT di tambah 7 dan bulan di kurangi 3 dan tahun
di tambah 1.
(3) Keluhan
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan pada
kehamilan trimester I-III.
(4) Ante Natal Care (ANC)
Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak
teratur, sejak hamil beberapa minggu, tempat ANC,
berapa kali melakukan ANC selama hamil.
(5) Penyuluhan yang pernah didapat
Untuk mengetahui penyuluhan dan pengetahuan apa
yang pernah didapatkan pasien serta kegunaan bagi
kehamilannya.
(6) Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)
Untuk mengetahui apakah pasien sudah pernah
mendapatkan imunisasi TT. Imunisasi TT diperlukan
untuk melindungi bayi terhadap penyakit tetanus
neonatorum.
g) Riwayat Keluarga Berencana (KB)
Untuk mengetahui metode apa yang pernah di gunakan,
berapa lama dan apakah pasien mempunyai masalah saat
menggunkan alat kontrasepsi (Astuti, 2012).
h) Riwayat kesehatan
Data ini digunakan sebagai “penanda” akan adanya
penyulit dan perubahan fisik maupun fisiologis yang
melibatkan seluruh sistem dalam tubuh sehingga perlu
diketahui apakah pasien pernah atau sedang menderita
penyakit seperti jantung, diabetes melitus (DM), ginjal,
hipertensi dan hepatitis (Sulistyawati, 2009).
i) Kebiasaan sehari-hari
(1) Nutrisi
Untuk mengetahui jenis makanan yang biasa di
konsumsi oleh pasien apakah mengandung zat besi,
asam folat, kalori, protein, vitamin, dan garam
mineral (Astuti, 2012).
(2) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui kebiasaan yang dilakukan
pasien dalam perawatan kebersihan diri di antaranya
mandi, keramas, ganti baju dan celana dalam serta
kebersihan kuku. Bagaimanapun juga hal ini akan
mempengaruhi kesehatan pasien dan bayinya
(Sulistyawati, 2009).
(3) Eliminasi
Hal ini dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAB dan
BAK yang meliputi frekuensi, warna, dan masalah
(Astuti, 2012).
(4) Aktifitas
Dikaji untuk mengetahui aktivitas sehari-hari pasien
karena dapat memberikan gambaran tentang seberapa
berat aktifitas yang biasa dilakukan pasien dirumah
dikhawatirkan dapat menimbulkan penyulit selama
hamil serta dapat menyebabkan abortus dan
persalinan prematur (Sulistyawati, 20012).
(5) Istirahat/tidur
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien,
berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur
misal membaca, mendengarkan musik, kebiasaan
mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, dan
penggunaan waktu luang (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
(6) Psikososial
Menurut Sulistyawati (2009), yang di kaji antara lain :
(a) Respon ibu terhadap kehamilan ini
Dalam mengkaji data ini kita dapat menanyakan
langsung pada pasien bagaimana perasaannya
terhadap kehamilannnya.
(b) Respon ayah terhadap kehamilan ini
Data mengenai respon ayah ini sangat penting
karena dapat dijadikan sebagai satu acuan
mengenai bagaimana pola kita dalam
memberikan asuhan kepada pasien.
(c) Adat istiadat setempat yang berkaitan dengan
masa hamil
Hal penting yang biasanya mereka anut berkaitan
dengan masa hamil yaitu pantangan makanan
yang berasal dari telur, daging, ikan dan goreng-
gorengan karena dipercaya akan menyebabkan
kelainan janin. Adat ini sangat merugikan pasien
dan janin karena hal tersebut justru akan
membuat pertumbuhan janin tidak optimal.
(d) Penggunaan obat-obatan
Untuk mengetahui apakah pasien memakai obat-
obatan resep, obat bebas dan alergi obat yang
dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembang
janin (Astuti, 2012). Pada kasus ibu bersalin
dengan serotinus apakah pasien mengosumsi obat
– obatan tokolitik anti prostaglandin seperti :
albutamol, progestin, asam mefenamat, dan
sebagainya (Nugroho, 2012).
2) Data obyektif
Data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan khusus kebidanan dan data penunjang yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium (seperti
pemeriksaan radio diagnostik atau USG) yang dilakukan sesuai
dengan beratnya masalah (Sari,2012).
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan (Sulistyawati,
2009).pada ibu bersalin dengan serotinus keadaan
umumnya baik (Pudiastuti, 2012).
b) Kesadaran
Menurut Sulistyawati (2009), untuk menendapatkan
gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat melakukan
pengkajian tingkat tingkat kesadaran mulai dari keadaan
compos mentis (kesadaran maksimal) sampai dengan
koma (pasien dalam keadaaan tidak sadar).
Menurut Astuti (2012), tingkat kesadaran dibedakan
menjadi :
(a) Compos Mentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya
(b) Apatis : keadaan yang segan berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
(c) Delirium : gelisah, disorientasi (orang, tempat,
waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi,
kadang berhayal.
(d) Somnolen : kesadaran menurun, respon
psikomotorik yang lambat, mudah tertidur, namun
kesadaran dapat pulih bila dirangsang tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memberikan jawaban verbal.
(e) Stupor (soporo koma) : keadaan seperti tertidur lelap,
tetapi ada respon terhadap nyeri.
(f) Coma : tidak bisa dibangunkan, tidak ada
respon terhadap terhadap rangsangan apapun.
Pada ibu bersalin dengan serotinus, keadaan umumnya
composmentis (Pudiastuti, 2012).
c) Tanda vital
(a) Tekanan darah : untuk mengetahui tekanan darah
normal, sistolik antara 110-140 mmHg dan diastolik
antara 70-90 mmHg serta hipertensi jika tekanan
sistolik sama dengan atau lebih 140 mmHg dan
hipotensi jika tekanan diastolik sama dengan atau
kurang dari 70 mmHg (Astuti, 2012).
(b) Nadi : untuk mengetahui nadi normal
berkisar antara 60-80 x/menit. (Ambarwati dan
Wulandari, 2010)
(c) Pernafasan : untuk mengetahui pernafasan harus
berada dalam rentang yang normal yaitu sekitar 16-
24x/menit. (Astuti, 2012).
(d) Suhu : untuk mengetahui keadaan normal
suhu badan berkisar 36,7- 37,2 OC (Astuti,2012).
(e) Tinggi badan : Pemeriksaan tinggi badan dilakukan
saat pertama kali ibu melakukan pemeriksaan untuk
mengethui ukuran panggul ibu tinggi badan ibu hamil
normalnya ≥ 145 cm (Astuti, 2012).
(f) Berat badan : Kenaikan berat badan selama hamil
yang mendadak dapat merupakan tanda bahaya
komplikasi kehamilan, kenaikan berat badan selama
hamil normalnya ± 11 kg (Astuti, 2012). Pada kasus
ibu bersalin dengan serotinus berat badan ibu turun
(Nugroho, 2012).
(g) Lingkar lengan atas (LILA) : Untuk mendapatkan
gambaran status gizi klien, LILA normal 23,5 cm
(Astuti, 2012).
d) Pemeriksaan sistematis
(1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi dengan
menggunakan mata (Priharjo, 2007). Pemeriksaannya
menurut (Astuti, 2012) dan (Sulistyawati, 2009) yaitu:
(a) Kepala : meliputi pemeriksaan warna
rambut, kebersihan, dan mudah rontok atau tidak.
(b) Muka : meliputi pemeriksaan oedema dan
cloasma gravidarum.
(c) Mata : meliputi pemeriksaan conjungtiva,
sclera, kebersihan, kelainan, gangguan
penglihatan (rabun jauh/dekat).
(d) Hidung : meliputi pemeriksaan secret dan
benjolan.
(e) Telinga : meliputi pemeriksaan tanda infeksi,
seruman dan kesimetrisan.
(f) Mulut : meliputi pemeriksaan keadaan
bibir, stomatitis, epulsi, karies dan lidah.
(g) Leher : untuk mengetahui pemeriksaan
kelenjar limfe, pembesaran kelenjar tyroid, dan
tumor.
(h) Dada dan axilla : untuk mengetahui pembesaran,
simetris, areola, putting, kolostrum, tumor,
retraksi pembesaran kelenjar limfe ketiak, massa
dan nyeri tekan.
(i) Perut : ada bekas operasi atau tidak, ada
kelainan atau tidak. Pada kasus ibu bersalin
dengan serotinus lingkaran perut mengecil
(Nugroho, 2012).
(j) Ekstremitas : untuk mengetahui ada
gangguan/kelainan, bentuk, oedema, dan varices
pada tangan dan kaki.
(k) Genetalia : apakah oedema atau tidak,
pengeluaran pervaginam, ada kelainan atau tidak.
(l) Anus : untuk mengatahui adanya
hemorhoid atau kelainan.
(2) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan
atau rabaan, metode ini dikerjakan untuk
mendeterminasi ciri-ciri jaaringan atau organ
(Priharjo, 2007).
Pemeriksaan palpasi menurut (Astuti, 2012) yaitu :
Abdomen : menggunakan teknik Leopold.
Leopold I : untuk mengetahui tinggi fundus
uteri dan bagian lain yang terdapat pada bagian
fundus uteri. Pada kasus ibu bersalin dengan serotinus
TFU biasanya tidak mengalami penambahan tinggi
fundus bahkan mengalami penurunan.
Leopold II : untuk menetukan punggung dan
bagian kecil janin di sepanjang sisi maternal.
Leopold III : untuk membedakan bagian
presentasi dari janin dan sudah masuk dalam pintu
panggul.
Leopold IV : untuk mengetahui sejauh mana
bagian presentasi sudah masuk pintu atas panggul.
TBJ : taksiran ini hanya berlaku untuk janin
dengan presentasi kepala. Rumusnya adalah sebagai
berikut : (TFU (cm)-n x 155 = berat (gram). Bila
kepala belum masuk panggul maka n-12, jika kepala
sudah masuk panggul maka n-11.
(3) Perkusi
Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara
mengetuk. Tujuan perkusi adalah menentukan batas-
batas organ atau bagian tubuh dengan cara merasakan
vibrassi yang di timbulkan akibat adanya gerakan
yang diberikan ke bawah jaringan (Priharjo, 2007).
Pada kasus ibu bersalin dengan serotinus dilakukan
pemeriksaan reflek patella kanan dan kiri negative
atau positif (Wiknjosatro, 2007).
(4) Auskultasi
Auskultasi merupakan metode pengkajian yang
menggunakan stetoskop untuk memperjelas
pendengaran (Priharjo, 2007). Pada kasus ibu bersalin
dengan serotinus janin mengalamin fetal disstres
dengan tanda DJJ <120x/menit atau >160x/menit.
e) VT (pemeriksaan dalam) : untuk mengetahui keadaan
vagina, portio keras atau lunak, pembukaan serviks,
UUK dan untuk mendeteksi panggul normal atau tidak.
Pada ibu bersalin dengan serotinus syarat induksi bila
serviks telah matang (dinilai dengan skor Bioshop > 5)
dan kulit ketuban utuh (Prawirohardjo, 2011).
f) Pemeriksaan penunjang
Untuk mengetahui kadar Hb, hematokrit, kadar leukosit,
dan golongan darah (Sulistyawati, 2009).
Menurut Nugroho (2012), pada kasus persalinan
serotinus pada hasil USG menunjukkan :
(1) Jumlah dan kekeruhan air ketuban
(2) Derajat maturitas plasenta
(3) Besarnya janin
(4) Keadaan janin
b. Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis,
masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar
atas data-data yang telah dikumpulkan (Sulistyawati, 2009).
Interpretasi data dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut :
1) Diagnosa Kebidanan
Diagonsa dapat di tegakkan yang berkaitan dengan Para,
Abortus, Anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).
Diagnosa :
Ny. ... Umur ... Tahun, G... P... A... hamil ...minggu, janin
tunggal / kembar, hidup / mati, Intrauterin / extrauterin, letak
memanjang / melintang, punggung kanan / kiri, presentasi
kepala / bokong, inpartu kala... fase...
Data Dasar
a) Data Subyektif
Mengetahui data subyektif dari pasien meliputi :
(1) Ibu mengatakan bernama Ny...
(2) Ibu mengatakan berumur ...
(3) Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke ... dan
keguguran ...
(4) Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir pada tanggal
(5) Ibu mengatakan umur kehamilannya melebihi perkiraan
lahir (> 42 minggu).
(6) Ibu mengatakan gerakan janin kurang dari 7 kali / 20
menit.
(7) Ibu mengatakan belum ada tanda-tanda persalinan
b) Data Obyektif
Menurut Prawirohardjo (2011), pada kasus persalinan
dengan kehamilan serotinus didapat data :
(1) KU : pada kasus ibu bersalin dengan
serotinus keadaan umumnya baik.
(2) TTV : pada ibu bersalin dengan serotinus
TTV meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi
pasien normal.
(3) Palpasi : Leopold I, II, III, IV normal. Pada
kehamilan serotinus tinggi fundus tidak mengalami
penurunan.
(4) Auskultasi : pada kasus ibu bersalin dengan
serotinus, janin bisa mengalami fetal disstres dengan
tanda DJJ <120x/menit atau >160x/menit.
(5) Vaginal toucher : pada kasus ibu bersalin dengan
serotinus belum terjadi pembukaan, portio tebal atau
tipis, kulit ketuban +/-, presentasi apa, ubun-ubun apa,
penurunan kepala di hodge berapa, lender darah ada
atau tidak.
(6) Data penunjang
Menurut Nugroho (2012), pada kasus persalinan
serotinus pada hasil USG menunjukkan :
(a) Jumlah dan kekeruhan air ketuban
(b) Derajat maturitas plasenta
(c) Besarnya janin
(d) Keadaan janin
2) Masalah
Masalah adalah kesenjangan yang diharapkan dengan
fakta/kenyataan. Selain itu sudah terpikirkan perencanaan yang
dibutuhkan terhadap masalah (Sari, 2012). Masalah pada
kehamilan serotinus adalah cemas (Prawirohardjo, 2011).
3) Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menetukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati, 2009).
Kebutuhan ibu bersalin dengan serotinus dalam menghadapi
persalinan adalah informasi dan edukasi tentang kehamilan
serotinus dan penatalaksanaannya, serta support mental dari
keluarga dan tenaga kesehatan (Manuaba, 2012).
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Pada langkah ini diidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini
membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan
menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-
benar terjadi (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus ibu
bersalin dengan serotinus diagnosa potensialnya adalah :
1) Pada bayi terjadi fetal disstres dan IUFD
2) Pada ibu terjadi rupture uteri atau partus lama
d. Langkah IV : Tindakan Segera
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera
oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai
kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Antisipasi pada
ibu bersalin dengan serotinus adalah kolaborasi dengan dokter
SpOG untuk penanganan induksi persalinan dengan oksytosin drip,
mulai 8 tetes selama 15 menit dinaikkan dengan interval 15 menit
sebanyak 4 tetes, sampai mencapai kontraksi maksimal. Tetesan
maksimal 40 tetes, jumlah cairan seluruhnya 500cc (Nugroho,
2012).
e. Langkah V : Rencana Tindakan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perancanaan yang dibuat
harus berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan,
teori yang up to date, perawatan berdasarkan bukti (evidance based
care), serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang
diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien (Sulistyawati, 2009).
Perencanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan serotinus
antara lain :
1) Kala I :
a) Penatalaksanaan persalinan menurut (JNPK, 2008) antara
lain :
(1) Persiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi
: mempersiapkan ruangan yang hangat, bersih, sirkulasi
udara yang baik, terlindung dari tiupan angin, sumber
air bersi dan mengalir untuk memandikan ibu.
(2) Persiapkan perlengkapan, bahan-bahan yang diperlukan
serta dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan
dan kelahiran bayi.
(3) Persiapan rujukan apabila terjadi penyulit dalam
persalinan.
(4) Berikan asuhan sayang ibu.
(5) Pengurangan rasa sakit dengan menghadirkan klelurga,
suami maupun teman terdekat ibu.
(6) Dukungan emosional.
(7) Mengatur posisi.
(8) Evaluasi His setiap 30 menit sekali dan pembukaan
setiap 4 jam sekali.
(9) Pemberian cairan dan nutrisi.
(10) Kamar mandi.
(11) Pencegahan infeksi.
(12) Persiapan persalinan.
b) Persalinan serotinus
(1) Pasang infus dengan oksytosin drip, mulai 8 tetes
selama 15 menit dinaikkan dengan interval 15 menit
sebanyak 4 tetes, sampai mencapai kontraksi maksimal.
Tetesan maksimal 40 tetes, jumlah cairan seluruhnya
500cc.
(2) Evaluasi His setiap 30 menit sekali dan pembukaan
setiap 4 jam sekali.
2) Kala II :
a) Anjurkan agar ibu selalu di dampingi oleh keluarganya
selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
b) Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya
meminta ibu berganti posisi, melakukan rangsangan taktil,
memberikan makanan dan minuman, teman bicara, dan
memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan
melahirkan bayinya.
c) Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan
semangat kepada ibu dan anggota keluarganya dengan
menjelaskan tahap dan kemajuan persalinan atau kelahiran
bayi kepada mereka.
d) Tentramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala
II persalinan.
e) Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran.
f) Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran
apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran.
3) Kala III
a) Melakukan manajemen aktif kala III.
b) Pemberian suntikan oksitosin.
c) Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
4) Kala IV
a) Memperkirakan kehilangan darah.
b) Memeriksa perdarahan dari perineum.
c) Pencegahan infeksi.
d) Pemantauan keadaan umum ibu selama 2 jam postpartum.
f. Langkah VI : Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana
sebelumnya, baik terhadap masalah pasien maupun diagnosa yang
ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara
mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya (Sari,
2012).
1) Kala I :
a) Penatalaksanaan persalinan menurut (JNPK, 2008) antara
lain :
(a) Persiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi
: mempersiapkan ruangan yang hangat, bersih, sirkulasi
udara yang baik, terlindung dari tiupan angin, sumber
air bersi dan mengalir untuk memandikan ibu.
(b) Persiapkan perlengkapan, bahan-bahan yang diperlukan
serta dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan
dan kelahiran bayi.
(3) Persiapan rujukan apabila terjadi penyulit dalam
persalinan.
(4) Berikan asuhan sayang ibu.
(5) Pengurangan rasa sakit dengan menghadirkan klelurga,
suami maupun teman terdekat ibu.
(6) Dukungan emosional.
(7) Mengatur posisi.
(8) Evaluasi His setiap 30 menit sekali dan pembukaan
setiap 4 jam sekali.
(9) Pemberian cairan dan nutrisi.
(10) Kamar mandi.
(11) Pencegahan infeksi.
(12) Persiapan persalinan.
b) Persalinan serotinus
(1) Pasang infus dengan oksytosin drip, mulai 8 tetes
selama 15 menit dinaikkan dengan interval 15 menit
sebanyak 4 tetes, sampai mencapai kontraksi maksimal.
Tetesan maksimal 40 tetes, jumlah cairan seluruhnya
500cc.
(2) Evaluasi His setiap 30 menit sekali dan pembukaan
setiap 4 jam sekali.
2) Kala II :
a) Anjurkan agar ibu selalu di dampingi oleh keluarganya
selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
b) Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya
meminta ibu berganti posisi, melakukan rangsangan taktil,
memberikan makanan dan minuman, teman bicara, dan
memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan
melahirkan bayinya.
c) Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan
semangat kepada ibu dan anggota keluarganya dengan
menjelaskan tahap dan kemajuan persalinan atau kelahiran
bayi kepada mereka.
d) Tentramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala
II persalinan.
e) Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran.
f) Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran
apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran.
3) Kala III
a) Melakukan manajemen aktif kala III.
b) Pemberian suntikan oksitosin.
c) Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
4) Kala IV
a) Memperkirakan kehilangan darah.
b) Memeriksa perdarahan dari perineum.
c) Pencegahan infeksi.
d) Pemantauan keadaan umum ibu selama 2 jam postpartum.
g. Langkah VII : Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni
dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan
yang dilakukan oleh bidan (Sari, 2012).
Evaluasi pada ibu bersalin dengan serotinus menurut (Manuaba,
2010) adalah :
1) Keadaan umum dan tanda – tanda vital (tensi, nadi, suhu,
respirasi) normal.
2) Input dan out put cairan seimbang.
3) Induksi persalinan behasil.
4) Terjadinya kemajuan persalinan.
5) Bayi lahir dengan selamat.
6) Ibu sehat, plasenta lahir lengkap, tidak terjadi perdarahan.
h. Data Perkembangan
Berdasarkan evaluasi selanjutnya rencana suhan dituliskan
dalam catatan perkembangan yang menggunakan SOAP. SOAP
merupakan urutan langkah yang dapat mengatur pola pikir kita dan
memberikan asuhan yang menyeluruh (Mangkuji dkk, 2012).
S : Subjektif
Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesis.
O : Objektif
Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan diagnostic lain.
A : Assessment
Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) data
subjektif dan objektif, meliputi diagnosis/masalah,
diagnosis/masalah potensial, antisipasi diagnosis/masalah
potensial/tindakan segera.
P : Planning
Pendokumentasian tindakan (I) dan evaluasi (E) meliputi asuhan
mandiri, kolaborasi, tes diagnostik/laboratorium, konseling, dan
tindak lanjut (follow up).
C. Landasan Hukum
Bidan dalam menjalankan prakteknya berlandaskan pada Permenkes
Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktek Bidan dalam memberikan Pelayanan persalinan normal yaitu
Episiotomi, Penjahitan luka jalan lahir tingkat I, II, Penanganan kegawat-
daruratan, dilanjutkan dengan perujukan Fasilitas/bimbingan, inisiasi
menyusui dini (IMD), promosi air susu ibu (ASI) eksklusif dan Pemberian
uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
D. Teori Medis
4. Persalinan
k. Pengertian persalinan
3) Proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu) lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Marmi, 2012).
4) Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu, dimulai dengan kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada
serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2007).
l. Macam-macam persalinan
Menurut (Kuswanti dan Meilina, 2014), macam-macam persalinan,
adalah :
4) Persalinan spontan : Persalinan yang berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
5) Persalinan buatan : Persalinan yang dibantu dari luar misalnya
vaccum ekstraksi, forceps, SC.
6) Persalinan anjuran : Terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk
hidup diluar, tetapi tidak sedemikian besarnnya sehingga
menimbulkan kesulitan dalam persalinan, misal dengan induksi
persalinan.
m. Jenis persalinan menurut usia kehamilan
Jenis persalinan menurut usia kehamilan menurut (Johariyah dan
Ningrum, 2012), antara lain :
6) Abortus : terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi
sebelum mampu hidup diluar kandungan, umur kehamilan
sebelum 28 minggu, dan berat janin kurang dari 1000 gram.
7) Persalinan prematuritas : persalinan pada umur kehamilan 28 -
36 minggu dan berat janin kurang 2.499 gram.
8) Persalinan aterm : persalinan antara umur kehamilan 37 – 42
minggu dan berat janin ≥ 2500 gram.
9) Persalinan serotinus : persalinan melampaui umur kehamilan
42 minggu.
10) Persalinan presipitatus : persalinan yang berlangsung cepat
kurang lebih 3 jam.
n. Sebab mulainya persalinan
Sebab-sebab mulainya persalinan menurut (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2013) meliputi :
9) Teori penurunan hormon : saat 1 – 2 minggu sebelum proses
melahirkan dimulai, terjadi penurunan kadar estrogen dan
progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot – otot
polos rahim, jika kadar progesteron turun akan menyebabkan
tegangnya pembuluh darah dan manimbukan his.
10) Teori plasenta menjadi tua : seiring matangnya usia kehamilan,
villi chorialis dalam plasenta mengalami beberapa perubahan,
hal ini menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron
yang mengakibatkan tegangnya pembuluh darah sehingga akan
menimbulkan kontraksi uterus.
11) Teori distensi rahim : otot rahim mempunyai kemampuan
meregang dalam batas tertentu, setelah melewati batas tersebut,
akhirnya terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
12) Teori iritasi mekanis : di belakang serviks terletak ganglion
servikalis (fleksus frankenhauser), bila ganglion ini digeser dan
ditekan (misalnya oleh kepala janin), maka akan timbul
kontraksi uterus.
13) Teori oksitosin : menurunnya konsetrasi progesteron keran
matangnya usia kehamilan menyebabkan oksitosin
meningkatkan aktivitasnya dala merangsang otot rahim untuk
berkontraksi dan akhirnya persalinan dimulai.
14) Teori hipotalamus – pituitari dan glandula suprarenalis :
glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan,
teori ini menunjukan pada kehamilan dengan bayi anensefalus
sering terjadi kelambatan persalinan keran tidak terbentuknya
hipotalamus.
15) Teori prostaglandin : prostaglandin yang dihasilkan oleh
desidua disangka sebagai salah satu sebab permulaan
persalinan, hal ini juga disokong dengan adanya kadar
prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah
perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan atau selama proses
persalinan.
16) Induksi persalinan : persalinan dapat ditimbulkan dengan
gagang laminaria (dengan cara laminaria dimasukkan ke dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus
frankenhauser), aminotomi (pemecahan ketuban), oksitosin
drip (pemberian oksitosin menurut tetesan per infus).
o. Fakto-faktor yang mempengaruhi persalinan
Menurut (Marmi, 2012) faktor-faktor yang mempengaruhi
persalinan antara lain :
6) Passenger (janin dan plasenta) adalah keadaan kepala janin,
presentasi, letak, sikap, posisi janin, dan karena plasenta juga
harus melewati jalan lahir, maka dianggap sebagai bagian dari
passenger yang menyertai janin.
7) Passage (jalan lahir) adalah keadaan jalan lahir terdiri dari
panggul ibu, yaitu bagian tulang padat, dasar panggul, vagina
dan introitus (lubang luar vagina).
8) Power (kekuatan) adalah kekuatan yang mendorong janin
keluar dalam persalinan ialah his, kontraksi otot –otot perut,
kontraksi diafragma dan aksi dari ligamen, dengan kerja sama
yang baik dan sempurna.
9) Psikologis adalah keadaan psikologis ibu yang mempengaruhi
proses persalinan dengan adanya dukungan dari pasangannya,
orang terdekat, keluarga, penolong, fasilitas dan lingkungan
tempat bersalin, serta bayi yang dikandung merupakan bayi
yang diharapkan atau tidak ( Nurasiah dkk, 2014).
10) Pysician (penolong) adalah memantau dengan seksama dan
memberikan dukungan serta kenyamanan pada ibu baik dari
segi emosi atau perasaan maupun fisik.
p. Tahapan persalinan
Tahapan persalinan menurut (Nurasiah dkk, 2014) dibagi menjadi
4 kala, yaitu :
5) Kala I (pembukaan)
Dimulai sejak adanya his yang teratur dan meningkatkan
(frekuensi dan kekuatannya) yang menyebabkan pembukaan,
sampai serviks membuka lengkap (10 cm). Kala 1 terdiri dari 2
fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
c) Fase laten : dimulai sejak awal kontraksi yang
menyebabkan pembukaan sampai pembukaan 3 cm, pada
umumnya berlangsung 8 jam.
d) Fase aktif
Fase aktif dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
(4) Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm.
(5) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan
serviks berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
(6) Fase deselerasi : pembukaan serviks menjadi lambat,
dalam waktu 2 jam dari pembukaan 9 cm menjadi 10
cm.
Pada primipara, berlangsung selama 12 jam dan pada multipara
sektar 8 jam. Kecepatan pembukaan serviks 1 cm/jam
(primipara) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
6) Kala II (pengeluaran janin)
Persalinan kala 2 dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi
f) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
g) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan atau vaginanya.
h) Perineum menonjol.
i) Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
j) Meningkatkan pengeluaran lendir darah
7) Kala III (pengeluaran plasenta)
Persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan
berakhir dengan lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Tanda lepasnya plasenta
yaitu :
d) Perubahan bentuk dan tinggi uterus.
e) Tali pusat memanjang.
f) Semburan darah mendadak dan singkat.
8) Kala IV (pengawasan)
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plsenta sampai 2
jam post partum.
q. Tanda-tanda persalinan
Tanda-tanda persalinan menurut (Rohani dkk, 2011) yaitu :
1) Terjadi Lightening : menjelang minggu ke-36 pada
primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala
bayi sudah masuk pintu atas panggul. Menurunnya bagian
terbawah bayi ke pelvis terjadi sekitar 2 minggu menjelang
persalinan sehingga ibu akan merasa tidak nyaman, selain
napas pendek ketidaknyamanan disebabkan karena adanya
tekanan bagian terbawah pada struktur daerah pelvis, maka
akan mengalami :
a) Kandung kemih tertekan sedikit, menyebabkan peluang
untuk melakukan ekspansi berkurang, sehingga frekuensi
berkemih meningkat.
b) Meningkatnya tekanan oleh sebagian besar bagian janin
pada syaraf yang melewati foramen obturator yang
menuju kaki, menyebabkan sering terjadi kram kaki.
c) Meningkatnyan tekanan pada pembuluh darah vena
menyebabkan terjadinya oedema karena bagian terbesar
dari janin menghambat darah yang kembali dari bagian
bawah tubuh.
2) Terjadinya his permulaan
Sifat his permulaan (palsu) adalah sebagai berikut :
a) Rasa nyeri ringan di bagian bawah.
b) Datang tidak teratur.
c) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda.
d) Durasi pendek.
e) Tidak bertambah bila beraktivitas.
3) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
4) Perasaan sering atau susah buang air kecil karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin
5) Serviks menjadi lembek, mulai datar dan sekresinya
bertambah, kadang bercampur darah (bloody show). Engan
mendekatnya persalinan, maka serviks menjadi matang dan
lembut, serta terjadi obliterasi serviks dan kemungkinan
sedikit dilatasi.
r. Tanda dan gejala inpartu :
Tanda dan gejala inpartu menurut (Ningrum dan Johariyah,2012)
yaitu :
5) Kontraksi uterus yang semakin lama semakin sering dan teratur
dengan jarak kontraksi yang pendek, yang mengakibatkan
perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit).
6) Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina.
7) Pada pemeriksaan dalam, dapat ditemukan :
a) Pelunakan serviks
b) Penipisan dan pembukaan serviks
8) Dapat disertai ketuban pecah.
s. Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan menurut (Oxorn dan William, 2010) yaitu :
11) Turunnya kepala
Penurunan yang meliputi engagementpada diameter obliqua
kanan panggul, berlangsung terus selama persalinan normal
pada waktu janin melalui jalan lahir.
12) Flexi
Sebelum persalinan mulai sudah terjadi flexi sebagian oleh
karena ini merupakan sikap alamiah janin dalam uterus.
Tahanan terhadap penurunan kepala menyebabkan
bertambahnya flexi. Occiput turun mendahului sinciput, UUK
lebih rendah daripada bregma dan dagu janin mendekati
dadanya. Biasanya ini terjadi di PAP, tetapi mungkin pula baru
sempurna setelah bagian terendah mencapai dasar panggul.
13) Putaran paksi dalam
Kepala janin yang masuk PAP pada diameter tranversa atau
obliquaharus berputar kediameter anteroposterior supaya dapat
lahir.
14) Extensi
Semakin turunnya kepala terjadilah penonjolan perineum
diikuti dengan kepala membuka pintu (Crowning). Occiput
lewat melalui PAP perlahan – lahan dan tengkuk menjadi titik
putar di angulus subpubicus. Kemudian proses extensi yang
cepat sinciput menelurus sepanjang sacrum dan berturut – turut
lahirlah bregma, dahi, hidung, mulut dan dagu melalui
perineum.
15) Restitusi
Pada waktu kepala mencapai dasar panggul maka bahu
memasuki panggul. Oleh karena panggul tetap berada pada
diameter obliqua sedangkan kepala berputar kedepan, maka
leher ikut berputar. Begitu kepala dilahirkan dan bebas dari
panggul maka leher berputar kembali dan kepala mengadakan
restitusi kembali 45o sehingga hubungannya dengan bahu dan
kedudukannya dalam panggul menjadi normal kembali.
16) Putaran paksi luar
Pada waktu bahu mencapai dasar panggul bahu depan yang
lebih rendah berputar kedepan di bawah symphysis dan
diameter bisacromialis berputar dari diameter obliqua kiri
menjadi diameter anteroposterior panggul. Dengan begini maka
diameter memanjang bahu dapat sesuai dengan diameter
memanjang PBP.
17) Mekanisme bahu
Kontraksi uterus dan hejan perut oleh ibu mendororng janin
kebawah. Bahu depan mencapai dasar panggul pertama – tama
dan berputar ke depan di bawah symphysis. Berputarnya bahu
kedepan berlawanan arah dengan putaran kepala ke depan.
Bahu depan lahir di bawah symphysis pubis dan menjadi titik
putaran di sana. Kemudian bahu belakang lahir melalui
perineum dengan gerakan flexi lateral.
18) Kelahiran badan dan anggota
Setelah bahu dilahirkan maka bagian tubuh janin lainnya lahir
dengan hejan perut ibu tanpa mekanisme yang khusus dan
tanpa kesulitan.
19) Kelahiran plasenta
His mempunyai amplitudo yang kira – kira sama tingginya,
hanya frekuensinya yang berkurang. Akibat his ini uterus akan
mengecil sehigga perlekatan plasenta dengan dinding uterus
terlepas. Melepasnya plasenta dari dinding uterus dapat dimulai
dari tengah, pinggir, kombinasi. Umunya kala III berlangsung
selama 15 menit. Tinggi fundus uteri setelah kala III kira – kira
jari di bawah pusat (Prawirohardjo, 2011).
20) Kontrol perdarahan
Setelah plasenta dilepas, retraksi menyebabkan pemendekan
serabut otot uterus yang permanen. Ini menekan , memutar dan
menutup arteriolae dan venulae seperti ikatan yang hidup.
Aliran darah ketempat plasenta dengan efektif ditutup dan
perdarahan dapat berhenti.
t. Penatalaksanaan persalinan
Penatalaksanaan persalinan menurut (JNPK, 2008) antara lain :
5) Kala I
m) Persiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi :
mempersiapkan ruangan yang hangat, bersih, sirkulasi
udara yang baik, terlindung dari tiupan angin, sumber air
bersi dan mengalir untuk memandikan ibu,
n) Persiapkan perlengkapan, bahan-bahan yang diperlukan
serta dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan
kelahiran bayi.
o) Persiapan rujukan apabila terjadi penyulit dalam persalinan.
p) Berikan asuhan sayang ibu.
q) Pengurangan rasa sakit dengan menghadirkan klelurga,
suami maupun teman terdekat ibu.
r) Dukungan emosional.
s) Mengatur posisi.
t) Evaluasi His setiap 30 menit sekali dan pembukaan setiap 4
jam sekali.
u) Pemberian cairan dan nutrisi.
v) Kamar mandi.
w) Pencegahan infeksi.
x) Persiapan persalinan.
6) Kala II
g) Anjurkan agar ibu selalu di dampingi oleh keluarganya
selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
h) Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya
meminta ibu berganti posisi, melakukan rangsangan taktil,
memberikan makanan dan minuman, teman bicara, dan
memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan
melahirkan bayinya.
i) Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan
semangat kepada ibu dan anggota keluarganya dengan
menjelaskan tahap dan kemajuan persalinan atau kelahiran
bayi kepada mereka.
j) Tentramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala
II persalinan.
k) Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran.
l) Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran
apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran.
Jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan
menahan napas.
7) Kala III
d) Melakukan manajemen aktif kala III.
e) Pemberian suntikan oksitosin.
f) Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
8) Kala IV
e) Memperkirakan kehilangan darah.
f) Memeriksa perdarahan dari perineum.
g) Pencegahan infeksi.
h) Pemantauan keadaan umum ibu selama 2 jam postpartum.
5. Kehamilan Serotinus
g. Pengertian
3) Serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42
minggu lengkap. Diagnosa kehamilan didapatkan dari
perhitungan seperti rumus neagle atau dengan tinggi fundus
uteri serial (Sujiyatini, 2009).
4) Kehamilan postterm atau serotinus adalah kehamilan yang
berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung
dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Neagele dengan
siklus haid rata-rata 28 hari (Prawirohardjo, 2011).
h. Etiologi
Menurut (Nugroho, 2012) penyebab terjadinya kehamilan
lewat bulan pada umumnya tidak diketahui secara pasti, beberapa
faktor yang diduga sebagai penyebab antara lain :
5) Cacat bawaan : an encefalus.
6) Defisiensi sulfatase plasenta.
7) Pemakaian obat-obatan yang berpengaruh pula sebagai
tokolitik anti prostaglandin : albutamol, progestin, asam
mefenamat, dan sebagainya.
8) Tidak diketahui penyababnya.
Hal ini juga bisa disebabkan karena :
5) Penurunan kadar estrogen, pada kehamilan normal umumnya
tinggi.
6) Pada kasus insufisensi plasenta/adrenal janin, hormone
prokusor yaitu isoandrosteron sulfat diekskresikan dalam cukup
tinggi konversi menjadi estradiol dan secara langsung
estrioldidalam plasenta, contoh klinik mengenai defisiensi
prekusor estrogen adalah anensefalus.
7) Faktor hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun
walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan
uterus terhadap oksitosin berkurang.
8) Faktor lain adalah hereditas, karena post matur/serotinus,
sehingga dijumpai pada suatu keluarga tertentu.
i. Diagnosis
Menurut (Norma dan Dwi, 2013) diagnosis serotinus tidak
seberapa sulit apabila siklus haid teratur dari haid pertamahaid
terakhir diketahui pasti. Dalam menilai apakah kehamilan matur
atau tidak, beberapa pemerikasaan dapat dilakukan :
6) Berat badan ibu turun dan lingkar perut mengecil dan air
ketuban berkurang.
7) Pemeriksaan rontgenologik : dengan pemeriksaan ini pada
janin matur dapat ditemukan pusat osifikasi pada oscubuid,
bagian distal femus dan bagian proksimal tubia,
diameterbiparental kepala 9.8 cm lebih. Keberatan
pemeriksaan ini adalah kemungkinan pengaruh tidak baik sinar
rontgen terhadap janin.
8) Pemeriksaan dengan USG : dengan pemeriksaan ini diameter
biparental kepala janin dapat diukur dengan diteliti tanpa
bahaya. Pemeriksaan menurut ginekologik.
9) Pemeriksaan sitologi liquoramni : Aminoskopi dan periksa pH-
nya dibawah 7,20 dianggap sebagai tanda gawat janin.
10) Pemeriksaan sitologik vagina untuk menentukan infusiesi
plasenta dinilai berbeda-beda.
j. Manifestasi klinis dalam serotinus
Manifestasi klinis kehimilan serotinus menurut (Nugroho, 2012)
yaitu :
3) Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang
jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali/20 menit atau
secara obyektif dengan kardiotokografi kurang dari 10 kali/20
menit.
4) Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang
terbagi menjadi :
d) Stadium I : kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi
maserasi sehingga kulit kering, rapuh, dan mudah
mengelupas.
e) Stadium II : seperti stadium satu disertai pewarnaan
mekonium (kehijauan) dikulit.
f) Stadium III : seperti stadium satu disertai pewarnaan
kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.
k. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Pudiastuti, 2012) yaitu :
5) Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau
amniotomi (tes tanpa tekanan dinilai apakah reaktif atau tidak
ada tes tekanan oksitosin).
6) USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat
maturitas plasenta.
7) KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.
8) Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik.
l. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut (Norma dan Dwi, 2013) yaitu :
7) Setelah usia kehamilan >40 minggu yang penting adalah
monitoring janin sebaik-baiknya.
8) Apabila tidak ada tanda-tanda insufiensi plasenta, persalinan
spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
9) Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan
serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan
dengan atau tanpa amniotomi.
10) Bila (a) riwayat kehamilan yang lalu ada kehamilan janin
dalam rahim (b) terdapat hipertensi, pre eklamsi dan (c)
kehamilan ini adalah anak pertama karena iinfertilitas, atau (d)
pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu, maka ibu dirawat di
rumah sakit.
11) Tindakan operasi Sectio Cesarea dapat dipertimbangkan pada :
k) Insufiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang.
l) Pembukaan yang belum lengkap.
m) Persalinan lama.
n) Terjadi tanda gawat janin.
o) Primigravida tua.
p) Kematian janin dalam kandungan.
q) Pre Eklamsia.
r) Hipertensi menahun.
s) Infertilitas.
t) Kesalahan letak janin.
12) Pelaksanaan induksi
Pelaksanaan induksi pada ibu bersalin dengan serotinus
menurut (Nugroho, 2012) yaitu :
k) Pasien dievaluasi secara menyeluruh, khususnya mengenai
kesejahteraan janin (fetal wellbeing). Janin yang tidak
sejahtera adalah kontraindikasi mutlak untuk induksi
persalinan, demikian pula apabila dalam induksi terjadi
penurunan kesejahteraan janin (yang terlihat dari hasil
pemantauan bunyi jantung janin)
l) Berikan tablet Misoprostol / Cytotec 25 – 50 mcg (1/8 – 1/4
tablet) yang diletakkan di forniks posterior serap 6 – 8 jam
hingga dicapai his/kontraksi yang memadai sesuai dengan
tahap persalinan.
m) Setelah pemberian 3 kali berturut – turut belum ada
kontraksi yang memadai, lakukan evaluasi menyeluruh.
Jika semua dalam keadaan baik, pasien di istirahatkan
selama 24 jam dan kemudian prosedur di atas pada butir 1
dapat diulangi kembali dan dilakukan seri kedua.
n) Induksi persalinan di anggap gagal bila setelah seri kedua
tidak terjadi kontraksi yang memadai untuk persalinan atau
tidak tercapai skor bioshop >5.
o) Bila skor bioshop >5, dapat dilanjutkan dengan
augmentasi/akselerasi secara titrasi larutan Oksitosin 2,5 –
5 IU dalam Dekstrose 5% 500 ml (1 cc = 20 tetes makro, 1
tetes mengandung 0,5 mU). Dosis dan kecepatan inisial:
(1) Hamil aterm : 2 mU / menit = 4 tetes / menit
(2) Hamil preterm : 4 mU / menit = 8 tetes / menit
Dosis ditingkatkan tiap 15 menit dengan 2 mU / menit = 4
tetes / menit, sampai tercapai kontrasi yang baik : his
dengan interval 2 – 3 menit (4 – 5 kali dalam 10 menit),
lama 50 – 60 detik.
p) Selama proses pemacuan maupun induksi ini, semua
prosedur pengawasan terhadap kehamilan di atas harus
tetap dilakukan dengan baik. Perhitungan tetesan dapat pula
menggunakan mesin khusus untuk titrasi tersebut secara
otomatis.
q) Bila his / kontraksi telah memadai untuk tahap persalinan
tertentu, maka tetesan dipertahankan dan tidak perlu
ditingkatkan lagi.
r) Tidak jarang setelah persalinan mulai, uterus menjadi lebih
sensitif terhadap oksitosin eksogen sehingga tetesan perlu
dikurangi atau bahkan di stop sama sekali.
s) Bila tidak terjadi kontraksi yang berarti setelah pemberian 2
botol larutan Oksitosin tersebut, maka augmentasi dianggap
gagal dan pasien disiapkan untuk SC.
t) Demikian pula jika dengan 2 jam his baik ternyata tidak ada
kemajuan persalinan, dilakukan tindakan SC. Penilaian
kemajuan persalinan di dasarkan pada 3 kriteria, namun
cukup 1 unsur saja yang perlu untuk menilai majunya
persalinan, yakni :
(4) Pembukaan (dilatasi) serviks
(5) Penurunan (ststion) kepala janin
(6) Perputaran (rotasi) kepala janin
6. Induksi Persalinan
g. Pengertian induksi persalinan
3) Induksi persalinan adalah merangsang uterus untuk memulai
terjadinya persalinan (Prawirohardjo, 2011).
4) Induksi persalinan adalah tindakan/langkah untuk memulai
persalinan yang sebelumnya belum terjadi, bisa secara mekanik
maupun kimiawi (farmakologik) menurut (Nugroho, 2012).
h. Indikasi
Indikasi untuk induksi menurut Nugroho (2012), yaitu :
9) Penyakit hipertensi pada kehamilan.
10) Diabetes mellitus.
11) Ketuban pecah dini, janin viabel.
12) Chorioamnionitis.
13) Gangguan pertumbuhan intrauterine.
14) Isoimunisasi.
15) Kematian janin dalam kandungan.
16) Usia kehamilan ≥41 minggu.
i. Kontraindikasi
Kontraindikasi absolut menurut Nugroho (2012), yaitu :
7) Insisi uterus klasik sebelumnya.
8) Infeksi herpes genetalis aktif.
9) Plasenta atau vasa previa.
10) Prolapsed tali pusat.
11) Malpresentasi fetus, misalnya melintang.
12) Riwayat operasi myomektomi intramural.
j. Komplikasi
Komplikasi menurut (Nugroho, 2012), yaitu :
3) Kontraksi yang hipertonik (hiperstimulasi) dan gawat janin :
His dengan interval kurang dari 2 menit, lama lebih dari 60
detik, kuat dengan denyut jantung janin kurang dari 120/menit
atau lebih dari 160/menit.
4) Intoksikasi air, yang ditandai dengan : sakit kepala, mual,
muntah, bingung, konvulsi, dan kematian.
k. Metode induksi
Metode yang digunakan untuk induksi persalinan (Nugroho, 2012),
yaitu :
5) Metode induksi secara farmakologis meliputi : prostaglandin
(PGE1 : misoprostol) dan oksitiosin. Misoprostol dapat
diberikan lewat vaginal, oral (buccal), atau sublingual.
Misoprosol tidak dapat digunakan untuk stimulasi, dan tidak
boleh digunakan untuk induksi persalinan dengan riwayat
operasi sesar (SC).
6) Titrasi/drip Oksitosin dosis rendah
Titrasi oksitosin 2,5-5 IU dalam Dekstrose 5% 500 mL,
diberikan secara drip sampai maksimal 2 botol (1000 mL). Bila
setelah 3 botol belum terjadi kontraksi atau belum tercapai
skor bishop >5, maka induksi dapat disebut gagal.
7) Insersi Foley Catheter Intruterine
Memasukkan foley catheter no. 14F-16F melewati canalis
servikalis, ditempatkan di atas ostium uteri internus, bila terus
dilatasi, maka balon akan ekspulsi. Kemudian balon diisi air
sebanyak 25-50 cc, lalu dibiarkan 12-24 jam. Tujuannya : agar
terjadi dilatasi serviks. Setelah itu jika skor bioshop >5 dapat
dilanjutkan dengan drip oksitosin.
8) Stimulasi dengan Amniotomi dan Stripping
c) Amniotomi/ARM (artifical rupture of the membranes)
dikerjakan apabila penderita benar-benar sudah dalam
persalinan, kepala janin telah masuk panggul dan
pembukaan sekurang-kurangnya 2-3 cm, dengan selaput
ketuban dilukai/dirobek dengan menggunakan separuh
klem kocher (ujung yang bergigi tajam), steril, dimasukkan
ke kanalis servikalis dengan perlindungan jari-jari tangan.
d) Stripping/sweeping yaitu melepaskan/memisahkan selaput
kantong ketuban dari segmen bawah uterus dapat dengan
cara :
(b) Manual : dengan jari tengah/telunjuk dimasukkan ke
dalam kanalis servikalis, hingga diatas os. Uteri
Internum dan bergerak melingkar untuk melepaskan
selaput ketuban dari segmen bawah rahim, teknik ini
diharapkan dapat menstimulasi keluarmya
prostaglandin endogen.
(c) Dengan balon kateter foley yang dipasang di dalam
segmen bawah uterus melalui kanalis servikalis, diisi
cairan (dapat sampai 100 cc pada foley no. 24)
diharapkan akan mendorong selaput ketuban di daerah
segmen bawah uterus sampai terlepas (bukan untuk
dilatasi serviks).
l. Langkah-langkah untuk mengakhiri kehamilan lewat bulan
Menurut (Nugroho, 2012), yaitu :
4) Memastikan diagnosa kehamilan lewat bulan, dengan :
f) Riwayat haid : hari pertama hari terakhir.
g) Riwayat pemeriksaan antenatal.
h) Pemeriksaan USG.
i) Pemeriksaan foto rontgen.
j) Pemeriksaan cairan amnion.
5) Pemeriksaan kesejahteraan janin dan keadaan plasenta dapat
dilakukan dengan :
f) NST dan CST.
g) Denyut jantung janin.
h) USG : grading plasenta, infark plasenta, keadaan dan
jumlah air ketuban.
i) Pemeriksaan kadar estriol darah.
j) Pemeriksaan Human Placental Lactogen.
6) Skor nilai pelvik menurut Bioshop : apakah servik telah
matang atau belum.
E. Teori Manajemen Kebidanan
3. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan
dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus pada klien. Manajemen kebidanan terdiri dri
beberapa langkah yang berurutan, dimulai dengan pengumpulan data
dasar dan berakhir dengan evaluasi, langkah-langkah tersebut
membentuk kerangka yang lengkap sehingga dapat di aplikasikan
dalam semua situasi, akan tetapi setiap langkah tersebut bisa dipecah-
pecah sehingga sesuai dengan kondisi pasien (Varney, 2007).
4. Proses manajemen asuhan kebidanan
a. Langkah I : Pengkajian Data
Data yang diperoleh dari berbagai sumber, baik sumber primer
(pasien) maupun sumber sekunder (anggota keluarga atau tenaga
kesehatan lain) menurut (Sari, 2012).
1) Anamnesa (data subjektif)
Biodata yang mencakup identitas pasien (Sulistyawati, 2009),
yang meliputi :
a) Identitas pasien
Identitas pasien menurut (Astuti, 2012).
(1) Nama
Untuk mengetahui nama klien dan suami berguna untuk
memperlancar komunikasi dalam asuhan sehingga tidak
terlihat kaku dan lebih akrab.
(2) Umur
Untuk mengetahui apakah klien dalam keadaan yang
beresiko atau tidak dilihat dari umur.
(3) Agama
Untuk mengetahui informasi yang dapat menuntun ke
suatu diskusi tentang pentingnya agama dalam
kehidupan klien, tradisi keagamaan dalam kehamilan
dan kelahiran.
(4) Suku bangsa
Untuk mengetahui ras, etnis, dan keturunan yang harus
diidentifikasi dalam rangka memberikan perawatan
yang peka budaya kepada klien.
(5) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nanti akan
membantu klien dalam memahami dan memberi
gambaran dalam memberikan pendidikan kesehatan.
Pekerjaan
Untuk mengetahui pekerjaan klien atau bahaya dari
lingkungan kerja terhadap kondisi klien dan janin.
(6) Alamat
Alamat rumah klien perlu diketahui bidan untuk lebih
memudahkan saat pertolongan persalinan dan untuk
mengetahui jarak rumah dengan tempat rujukan.
b) Keluhan utama
Keluhan utama adalah alasan pasien datang
kefasilitas kesehatan (Sulistyawati, 2009).Pada kasus ibu
bersalin dengan serotinus adalah pasien belum merasakan
adanya tanda – tanda persalinan setelah umur kehamilan
42 minggu (Pudiastuti, 2012).
c) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui kapan mulainya menstruasi,
siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya
menstruasi, keluhan-keluhan yang dirasakan saat
menstruasi dan disminorhoe (Astuti, 2012).Pada kasus ibu
bersalin dengan serotinus kadang terjadi kesalahan dalam
menetukan tanggal haid terakhir atau akibat menstruasi
abnormal (Prawirohardjo, 2011).
d) Riwayat perkawinan
Untuk mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah
tangga pasangan (sulistyawati, 2009).
e) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
(1) Kehamilan
Untuk mengetahui berapa umur kehamilan ibu
dan hasil pemeriksaan kehamilan. Pada kehamilan
serotinus dapat terjadi makrosomia dan tulang
tengkorak menjadi lebih keras (Prawirohardjo, 2011).
(2) Persalinan
Untuk mengetahui proses persalinan spontan atau
buatan, lahir aterm atau prematur, ada perdarahan atau
tidak, waktu persalinan ditolong oleh siapa, dimana
tempat melahirkan. Pada persalinan serotinus
pemasalahan yang akan terjadi adalah distosia
persalinan, partus lama, meningkatkan tindakan
obstetrik dan perdarahan akibat bayi besar
(Prawirohardjo, 2011).
(3) Nifas
Untuk mengetahui hasil akhir persalinan (abortus,
lahir hidup, apakah dalam kesehatan yang baik)
apakah terdapat komplikasi atau intervensi pada masa
nifas dan apakah ibu tersebut mengetahui
penyebabnya.
(4) Laktasi
Apakah ibunya pernah menyusui sampai bayinya
berumur 2 tahun atau belum pernah menyusui.
f) Riwayat kehamilan sekarang
Menurut Astuti (2012), riwayat hamil sekarang meliputi :
(1) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
Dapat digunakan untuk mengetahui tanggal hari
pertama dari menstruasi terakhir pasien untuk
memperkirakan kapan kira-kira bayi akan dilahirkan.
Pada kehamilan serotinus, umur kehamilan lebih dari
42 minggu.
(2) Hari Perkiraan Lahir (HPL)
Untuk membantu penetapan tanggal perkiraan
kelahiran. Menggunakan rumus neagle : tanggal
HPHT di tambah 7 dan bulan di kurangi 3 dan tahun
di tambah 1.
(3) Keluhan
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan pada
kehamilan trimester I-III.
(4) Ante Natal Care (ANC)
Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak
teratur, sejak hamil beberapa minggu, tempat ANC,
berapa kali melakukan ANC selama hamil.
(5) Penyuluhan yang pernah didapat
Untuk mengetahui penyuluhan dan pengetahuan apa
yang pernah didapatkan pasien serta kegunaan bagi
kehamilannya.
(6) Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)
Untuk mengetahui apakah pasien sudah pernah
mendapatkan imunisasi TT. Imunisasi TT diperlukan
untuk melindungi bayi terhadap penyakit tetanus
neonatorum.
g) Riwayat Keluarga Berencana (KB)
Untuk mengetahui metode apa yang pernah di gunakan,
berapa lama dan apakah pasien mempunyai masalah saat
menggunkan alat kontrasepsi (Astuti, 2012).
h) Riwayat kesehatan
Data ini digunakan sebagai “penanda” akan adanya
penyulit dan perubahan fisik maupun fisiologis yang
melibatkan seluruh sistem dalam tubuh sehingga perlu
diketahui apakah pasien pernah atau sedang menderita
penyakit seperti jantung, diabetes melitus (DM), ginjal,
hipertensi dan hepatitis (Sulistyawati, 2009).
i) Kebiasaan sehari-hari
(1) Nutrisi
Untuk mengetahui jenis makanan yang biasa di
konsumsi oleh pasien apakah mengandung zat besi,
asam folat, kalori, protein, vitamin, dan garam
mineral (Astuti, 2012).
(2) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui kebiasaan yang dilakukan
pasien dalam perawatan kebersihan diri di antaranya
mandi, keramas, ganti baju dan celana dalam serta
kebersihan kuku. Bagaimanapun juga hal ini akan
mempengaruhi kesehatan pasien dan bayinya
(Sulistyawati, 2009).
(3) Eliminasi
Hal ini dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAB dan
BAK yang meliputi frekuensi, warna, dan masalah
(Astuti, 2012).
(4) Aktifitas
Dikaji untuk mengetahui aktivitas sehari-hari pasien
karena dapat memberikan gambaran tentang seberapa
berat aktifitas yang biasa dilakukan pasien dirumah
dikhawatirkan dapat menimbulkan penyulit selama
hamil serta dapat menyebabkan abortus dan
persalinan prematur (Sulistyawati, 20012).
(5) Istirahat/tidur
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien,
berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur
misal membaca, mendengarkan musik, kebiasaan
mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, dan
penggunaan waktu luang (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
(6) Psikososial
Menurut Sulistyawati (2009), yang di kaji antara lain :
(b) Respon ibu terhadap kehamilan ini
Dalam mengkaji data ini kita dapat menanyakan
langsung pada pasien bagaimana perasaannya
terhadap kehamilannnya.
(b) Respon ayah terhadap kehamilan ini
Data mengenai respon ayah ini sangat penting
karena dapat dijadikan sebagai satu acuan
mengenai bagaimana pola kita dalam
memberikan asuhan kepada pasien.
(c) Adat istiadat setempat yang berkaitan dengan
masa hamil
Hal penting yang biasanya mereka anut berkaitan
dengan masa hamil yaitu pantangan makanan
yang berasal dari telur, daging, ikan dan goreng-
gorengan karena dipercaya akan menyebabkan
kelainan janin. Adat ini sangat merugikan pasien
dan janin karena hal tersebut justru akan
membuat pertumbuhan janin tidak optimal.
(d) Penggunaan obat-obatan
Untuk mengetahui apakah pasien memakai obat-
obatan resep, obat bebas dan alergi obat yang
dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembang
janin (Astuti, 2012). Pada kasus ibu bersalin
dengan serotinus apakah pasien mengosumsi obat
– obatan tokolitik anti prostaglandin seperti :
albutamol, progestin, asam mefenamat, dan
sebagainya (Nugroho, 2012).
2) Data obyektif
Data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan khusus kebidanan dan data penunjang yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium (seperti
pemeriksaan radio diagnostik atau USG) yang dilakukan sesuai
dengan beratnya masalah (Sari,2012).
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan (Sulistyawati,
2009).pada ibu bersalin dengan serotinus keadaan
umumnya baik (Pudiastuti, 2012).
b) Kesadaran
Menurut Sulistyawati (2009), untuk menendapatkan
gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat melakukan
pengkajian tingkat tingkat kesadaran mulai dari keadaan
compos mentis (kesadaran maksimal) sampai dengan
koma (pasien dalam keadaaan tidak sadar).
Menurut Astuti (2012), tingkat kesadaran dibedakan
menjadi :
(a) Compos Mentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya
(b) Apatis : keadaan yang segan berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
(c) Delirium : gelisah, disorientasi (orang, tempat,
waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi,
kadang berhayal.
(d) Somnolen : kesadaran menurun, respon
psikomotorik yang lambat, mudah tertidur, namun
kesadaran dapat pulih bila dirangsang tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memberikan jawaban verbal.
(e) Stupor (soporo koma) : keadaan seperti tertidur lelap,
tetapi ada respon terhadap nyeri.
(f) Coma : tidak bisa dibangunkan, tidak ada
respon terhadap terhadap rangsangan apapun.
Pada ibu bersalin dengan serotinus, keadaan umumnya
composmentis (Pudiastuti, 2012).
c) Tanda vital
(a) Tekanan darah : untuk mengetahui tekanan darah
normal, sistolik antara 110-140 mmHg dan diastolik
antara 70-90 mmHg serta hipertensi jika tekanan
sistolik sama dengan atau lebih 140 mmHg dan
hipotensi jika tekanan diastolik sama dengan atau
kurang dari 70 mmHg (Astuti, 2012).
(b) Nadi : untuk mengetahui nadi normal
berkisar antara 60-80 x/menit. (Ambarwati dan
Wulandari, 2010)
(c) Pernafasan : untuk mengetahui pernafasan harus
berada dalam rentang yang normal yaitu sekitar 16-
24x/menit. (Astuti, 2012).
(d) Suhu : untuk mengetahui keadaan normal
suhu badan berkisar 36,7- 37,2 OC (Astuti,2012).
(e) Tinggi badan : Pemeriksaan tinggi badan dilakukan
saat pertama kali ibu melakukan pemeriksaan untuk
mengethui ukuran panggul ibu tinggi badan ibu hamil
normalnya ≥ 145 cm (Astuti, 2012).
(f) Berat badan : Kenaikan berat badan selama hamil
yang mendadak dapat merupakan tanda bahaya
komplikasi kehamilan, kenaikan berat badan selama
hamil normalnya ± 11 kg (Astuti, 2012). Pada kasus
ibu bersalin dengan serotinus berat badan ibu turun
(Nugroho, 2012).
(g) Lingkar lengan atas (LILA) : Untuk mendapatkan
gambaran status gizi klien, LILA normal 23,5 cm
(Astuti, 2012).
d) Pemeriksaan sistematis
(1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi dengan
menggunakan mata (Priharjo, 2007). Pemeriksaannya
menurut (Astuti, 2012) dan (Sulistyawati, 2009) yaitu:
(m) Kepala : meliputi pemeriksaan warna
rambut, kebersihan, dan mudah rontok atau tidak.
(n) Muka : meliputi pemeriksaan oedema dan
cloasma gravidarum.
(o) Mata : meliputi pemeriksaan conjungtiva,
sclera, kebersihan, kelainan, gangguan
penglihatan (rabun jauh/dekat).
(p) Hidung : meliputi pemeriksaan secret dan
benjolan.
(q) Telinga : meliputi pemeriksaan tanda infeksi,
seruman dan kesimetrisan.
(r) Mulut : meliputi pemeriksaan keadaan
bibir, stomatitis, epulsi, karies dan lidah.
(s) Leher : untuk mengetahui pemeriksaan
kelenjar limfe, pembesaran kelenjar tyroid, dan
tumor.
(t) Dada dan axilla : untuk mengetahui pembesaran,
simetris, areola, putting, kolostrum, tumor,
retraksi pembesaran kelenjar limfe ketiak, massa
dan nyeri tekan.
(u) Perut : ada bekas operasi atau tidak, ada
kelainan atau tidak. Pada kasus ibu bersalin
dengan serotinus lingkaran perut mengecil
(Nugroho, 2012).
(v) Ekstremitas : untuk mengetahui ada
gangguan/kelainan, bentuk, oedema, dan varices
pada tangan dan kaki.
(w) Genetalia : apakah oedema atau tidak,
pengeluaran pervaginam, ada kelainan atau tidak.
(x) Anus : untuk mengatahui adanya
hemorhoid atau kelainan.
(2) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan
atau rabaan, metode ini dikerjakan untuk
mendeterminasi ciri-ciri jaaringan atau organ
(Priharjo, 2007).
Pemeriksaan palpasi menurut (Astuti, 2012) yaitu :
Abdomen : menggunakan teknik Leopold.
Leopold I : untuk mengetahui tinggi fundus
uteri dan bagian lain yang terdapat pada bagian
fundus uteri. Pada kasus ibu bersalin dengan serotinus
TFU biasanya tidak mengalami penambahan tinggi
fundus bahkan mengalami penurunan.
Leopold II : untuk menetukan punggung dan
bagian kecil janin di sepanjang sisi maternal.
Leopold III : untuk membedakan bagian
presentasi dari janin dan sudah masuk dalam pintu
panggul.
Leopold IV : untuk mengetahui sejauh mana
bagian presentasi sudah masuk pintu atas panggul.
TBJ : taksiran ini hanya berlaku untuk janin
dengan presentasi kepala. Rumusnya adalah sebagai
berikut : (TFU (cm)-n x 155 = berat (gram). Bila
kepala belum masuk panggul maka n-12, jika kepala
sudah masuk panggul maka n-11.
(3) Perkusi
Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara
mengetuk. Tujuan perkusi adalah menentukan batas-
batas organ atau bagian tubuh dengan cara merasakan
vibrassi yang di timbulkan akibat adanya gerakan
yang diberikan ke bawah jaringan (Priharjo, 2007).
Pada kasus ibu bersalin dengan serotinus dilakukan
pemeriksaan reflek patella kanan dan kiri negative
atau positif (Wiknjosatro, 2007).
(4) Auskultasi
Auskultasi merupakan metode pengkajian yang
menggunakan stetoskop untuk memperjelas
pendengaran (Priharjo, 2007). Pada kasus ibu bersalin
dengan serotinus janin mengalamin fetal disstres
dengan tanda DJJ <120x/menit atau >160x/menit.
e) VT (pemeriksaan dalam) : untuk mengetahui keadaan
vagina, portio keras atau lunak, pembukaan serviks,
UUK dan untuk mendeteksi panggul normal atau tidak.
Pada ibu bersalin dengan serotinus syarat induksi bila
serviks telah matang (dinilai dengan skor Bioshop > 5)
dan kulit ketuban utuh (Prawirohardjo, 2011).
f) Pemeriksaan penunjang
Untuk mengetahui kadar Hb, hematokrit, kadar leukosit,
dan golongan darah (Sulistyawati, 2009).
Menurut Nugroho (2012), pada kasus persalinan
serotinus pada hasil USG menunjukkan :
(5) Jumlah dan kekeruhan air ketuban
(6) Derajat maturitas plasenta
(7) Besarnya janin
(8) Keadaan janin
b. Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis,
masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar
atas data-data yang telah dikumpulkan (Sulistyawati, 2009).
Interpretasi data dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut :
4) Diagnosa Kebidanan
Diagonsa dapat di tegakkan yang berkaitan dengan Para,
Abortus, Anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).
Diagnosa :
Ny. ... Umur ... Tahun, G... P... A... hamil ...minggu, janin
tunggal / kembar, hidup / mati, Intrauterin / extrauterin, letak
memanjang / melintang, punggung kanan / kiri, presentasi
kepala / bokong, inpartu kala... fase...
Data Dasar
c) Data Subyektif
Mengetahui data subyektif dari pasien meliputi :
(8) Ibu mengatakan bernama Ny...
(9) Ibu mengatakan berumur ...
(10) Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke ... dan
keguguran ...
(11) Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir pada
tanggal
(12) Ibu mengatakan umur kehamilannya melebihi
perkiraan lahir (> 42 minggu).
(13) Ibu mengatakan gerakan janin kurang dari 7 kali /
20 menit.
(14) Ibu mengatakan belum ada tanda-tanda persalinan
d) Data Obyektif
Menurut Prawirohardjo (2011), pada kasus persalinan
dengan kehamilan serotinus didapat data :
(7) KU : pada kasus ibu bersalin dengan
serotinus keadaan umumnya baik.
(8) TTV : pada ibu bersalin dengan serotinus
TTV meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi
pasien normal.
(9) Palpasi : Leopold I, II, III, IV normal. Pada
kehamilan serotinus tinggi fundus tidak mengalami
penurunan.
(10) Auskultasi : pada kasus ibu bersalin
dengan serotinus, janin bisa mengalami fetal disstres
dengan tanda DJJ <120x/menit atau >160x/menit.
(11) Vaginal toucher : pada kasus ibu bersalin
dengan serotinus belum terjadi pembukaan, portio tebal
atau tipis, kulit ketuban +/-, presentasi apa, ubun-ubun
apa, penurunan kepala di hodge berapa, lender darah
ada atau tidak.
(12) Data penunjang
Menurut Nugroho (2012), pada kasus persalinan
serotinus pada hasil USG menunjukkan :
(e) Jumlah dan kekeruhan air ketuban
(f) Derajat maturitas plasenta
(g) Besarnya janin
(h) Keadaan janin
5) Masalah
Masalah adalah kesenjangan yang diharapkan dengan
fakta/kenyataan. Selain itu sudah terpikirkan perencanaan yang
dibutuhkan terhadap masalah (Sari, 2012). Masalah pada
kehamilan serotinus adalah cemas (Prawirohardjo, 2011).
6) Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menetukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati, 2009).
Kebutuhan ibu bersalin dengan serotinus dalam menghadapi
persalinan adalah informasi dan edukasi tentang kehamilan
serotinus dan penatalaksanaannya, serta support mental dari
keluarga dan tenaga kesehatan (Manuaba, 2012).
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Pada langkah ini diidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini
membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan
menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-
benar terjadi (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus ibu
bersalin dengan serotinus diagnosa potensialnya adalah :
3) Pada bayi terjadi fetal disstres dan IUFD
4) Pada ibu terjadi rupture uteri atau partus lama
d. Langkah IV : Tindakan Segera
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera
oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai
kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Antisipasi pada
ibu bersalin dengan serotinus adalah kolaborasi dengan dokter
SpOG untuk penanganan induksi persalinan dengan oksytosin drip,
mulai 8 tetes selama 15 menit dinaikkan dengan interval 15 menit
sebanyak 4 tetes, sampai mencapai kontraksi maksimal. Tetesan
maksimal 40 tetes, jumlah cairan seluruhnya 500cc (Nugroho,
2012).
e. Langkah V : Rencana Tindakan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perancanaan yang dibuat
harus berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan,
teori yang up to date, perawatan berdasarkan bukti (evidance based
care), serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang
diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien (Sulistyawati, 2009).
Perencanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan serotinus
antara lain :
5) Kala I :
c) Penatalaksanaan persalinan menurut (JNPK, 2008) antara
lain :
(13) Persiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran
bayi : mempersiapkan ruangan yang hangat, bersih,
sirkulasi udara yang baik, terlindung dari tiupan angin,
sumber air bersi dan mengalir untuk memandikan ibu.
(14) Persiapkan perlengkapan, bahan-bahan yang
diperlukan serta dalam keadaan siap pakai pada setiap
persalinan dan kelahiran bayi.
(15) Persiapan rujukan apabila terjadi penyulit dalam
persalinan.
(16) Berikan asuhan sayang ibu.
(17) Pengurangan rasa sakit dengan menghadirkan
klelurga, suami maupun teman terdekat ibu.
(18) Dukungan emosional.
(19) Mengatur posisi.
(20) Evaluasi His setiap 30 menit sekali dan pembukaan
setiap 4 jam sekali.
(21) Pemberian cairan dan nutrisi.
(22) Kamar mandi.
(23) Pencegahan infeksi.
(24) Persiapan persalinan.
d) Persalinan serotinus
(3) Pasang infus dengan oksytosin drip, mulai 8 tetes
selama 15 menit dinaikkan dengan interval 15 menit
sebanyak 4 tetes, sampai mencapai kontraksi maksimal.
Tetesan maksimal 40 tetes, jumlah cairan seluruhnya
500cc.
(4) Evaluasi His setiap 30 menit sekali dan pembukaan
setiap 4 jam sekali.
6) Kala II :
g) Anjurkan agar ibu selalu di dampingi oleh keluarganya
selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
h) Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya
meminta ibu berganti posisi, melakukan rangsangan taktil,
memberikan makanan dan minuman, teman bicara, dan
memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan
melahirkan bayinya.
i) Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan
semangat kepada ibu dan anggota keluarganya dengan
menjelaskan tahap dan kemajuan persalinan atau kelahiran
bayi kepada mereka.
j) Tentramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala
II persalinan.
k) Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran.
l) Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran
apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran.
7) Kala III
d) Melakukan manajemen aktif kala III.
e) Pemberian suntikan oksitosin.
f) Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
8) Kala IV
e) Memperkirakan kehilangan darah.
f) Memeriksa perdarahan dari perineum.
g) Pencegahan infeksi.
h) Pemantauan keadaan umum ibu selama 2 jam postpartum.
f. Langkah VI : Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana
sebelumnya, baik terhadap masalah pasien maupun diagnosa yang
ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara
mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya (Sari,
2012).
5) Kala I :
c) Penatalaksanaan persalinan menurut (JNPK, 2008) antara
lain :
(a) Persiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi
: mempersiapkan ruangan yang hangat, bersih, sirkulasi
udara yang baik, terlindung dari tiupan angin, sumber
air bersi dan mengalir untuk memandikan ibu.
(b) Persiapkan perlengkapan, bahan-bahan yang diperlukan
serta dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan
dan kelahiran bayi.
(13) Persiapan rujukan apabila terjadi penyulit dalam
persalinan.
(14) Berikan asuhan sayang ibu.
(15) Pengurangan rasa sakit dengan menghadirkan
klelurga, suami maupun teman terdekat ibu.
(16) Dukungan emosional.
(17) Mengatur posisi.
(18) Evaluasi His setiap 30 menit sekali dan pembukaan
setiap 4 jam sekali.
(19) Pemberian cairan dan nutrisi.
(20) Kamar mandi.
(21) Pencegahan infeksi.
(22) Persiapan persalinan.
d) Persalinan serotinus
(3) Pasang infus dengan oksytosin drip, mulai 8 tetes
selama 15 menit dinaikkan dengan interval 15 menit
sebanyak 4 tetes, sampai mencapai kontraksi maksimal.
Tetesan maksimal 40 tetes, jumlah cairan seluruhnya
500cc.
(4) Evaluasi His setiap 30 menit sekali dan pembukaan
setiap 4 jam sekali.
6) Kala II :
g) Anjurkan agar ibu selalu di dampingi oleh keluarganya
selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
h) Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya
meminta ibu berganti posisi, melakukan rangsangan taktil,
memberikan makanan dan minuman, teman bicara, dan
memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan
melahirkan bayinya.
i) Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan
semangat kepada ibu dan anggota keluarganya dengan
menjelaskan tahap dan kemajuan persalinan atau kelahiran
bayi kepada mereka.
j) Tentramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala
II persalinan.
k) Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran.
l) Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran
apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran.
7) Kala III
d) Melakukan manajemen aktif kala III.
e) Pemberian suntikan oksitosin.
f) Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
8) Kala IV
e) Memperkirakan kehilangan darah.
f) Memeriksa perdarahan dari perineum.
g) Pencegahan infeksi.
h) Pemantauan keadaan umum ibu selama 2 jam postpartum.
g. Langkah VII : Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni
dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan
yang dilakukan oleh bidan (Sari, 2012).
Evaluasi pada ibu bersalin dengan serotinus menurut (Manuaba,
2010) adalah :
1) Keadaan umum dan tanda – tanda vital (tensi, nadi, suhu,
respirasi) normal.
2) Input dan out put cairan seimbang.
3) Induksi persalinan behasil.
4) Terjadinya kemajuan persalinan.
5) Bayi lahir dengan selamat.
6) Ibu sehat, plasenta lahir lengkap, tidak terjadi perdarahan.
h. Data Perkembangan
Berdasarkan evaluasi selanjutnya rencana suhan dituliskan
dalam catatan perkembangan yang menggunakan SOAP. SOAP
merupakan urutan langkah yang dapat mengatur pola pikir kita dan
memberikan asuhan yang menyeluruh (Mangkuji dkk, 2012).
S : Subjektif
Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesis.
O : Objektif
Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan diagnostic lain.
A : Assessment
Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) data
subjektif dan objektif, meliputi diagnosis/masalah,
diagnosis/masalah potensial, antisipasi diagnosis/masalah
potensial/tindakan segera.
P : Planning
Pendokumentasian tindakan (I) dan evaluasi (E) meliputi asuhan
mandiri, kolaborasi, tes diagnostik/laboratorium, konseling, dan
tindak lanjut (follow up).
F. Landasan Hukum
Bidan dalam menjalankan prakteknya berlandaskan pada Permenkes
Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktek Bidan dalam memberikan Pelayanan persalinan normal yaitu
Episiotomi, Penjahitan luka jalan lahir tingkat I, II, Penanganan kegawat-
daruratan, dilanjutkan dengan perujukan Fasilitas/bimbingan, inisiasi
menyusui dini (IMD), promosi air susu ibu (ASI) eksklusif dan Pemberian
uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum.
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. I G1P0A0
UMUR 24 TAHUN DENGAN INDUKSI ATAS INDIKASI
SEROTINUS DI RSU ASSALAM GEMOLONG
SRAGEN
Ruang : VK
Tanggal masuk: 4 Juni 2016
No. Register : 064366
I. TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUAMI
a. Nama : Ny. I Nama : Tn. M
b. Umur : 24 Tahun Umur : 23 Tahun
c. Agama : Islam Agama : Islam
d. Suku Bangsa: Jawa,Indonesia Suku Bangsa :Jawa,Indonesia
e. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
g. Alamat : Duwet RT 06/01 Sumberejo, Mondokan
2. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)
Tanggal : 4 Juni 2016 Pukul 13.00 WIB
a. Alasan utama pada waktu masuk : Ibu mengatakan datang tanggal 4
Juni 2016 pukul 13.00 WIB, rujukan dari bidan dikarena kehamilan
sudah melebihi Hari Perkiraan Lahir dan belum ada pembukaan.
b. Tanda – tanda persalinan
1) Kontraksi sejak tanggal 4 Juni 2016 pukul 05.00 WIB
2) Frekuensi 2x setiap 10 menit, lamanya 25 detik
3) Kekuatan sedang, lokasi nyeri pada perut bagian bawah
c. Riwayat menstruasi
1) Menarche : Ibu mengatakan haid pertama kali umur
12 tahun.
2) Siklus : Ibu mengatakan jarak haidnya 28 hari.
3) Lama : Ibu mengatakan lama haidnya 7 hari.
4) Banyaknya : Ibu mengatakan ganti pembalut 2–
3x/hari.
5) Teratur / tidak teratur : Ibu mengatakan haidnya teratur.
6) Sifat darah : Ibu mengatakan darahnya encer kadang –
kadang terdapat gumpalan, warna merah.
7) Dismenorhoe : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan
nyeri saat haid.
d. Riwayat perkawinan
1) Status perkawinan : Sah Kawin : 1 kali
2) Kawin : umur 22 tahun, dengan suami umur 21 tahun
Lamanya : 2 tahun
e. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
N
O
TGL/THN
PARTUS
TEMPAT
PARTUS
U
K
JENIS
PARTUS
PENO
LONG
ANAK NIFAS KEADAAN
ANAK
SEKARANG
JK BB PB KE
AD
LAK
TASI
1 HAMIL SEKARANG
f. Riwayat hamil ini
1) HPHT : 11 Agustus 2015
2) HPL : 18 Mei 2016
3) Keluhan – keluhan pada :
Trimester I : Ibu mengatakan sering mual.
Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
Trimester III : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
4) ANC : 10 kali, teratur
Trimester I : 2 kali (6 minggu, 10 minggu)
Trimester II : 2 kali (16 minggu, 22 minggu)
Trimester III : 6 kali (28 minggu, 32 minggu, 36 minggu,
39 minggu, 41 minggu, 42 minggu)
5) Penyuluhan yang pernah didapat : Ibu mengatakan pernah
mendapatkan penyuluhan tentang gizi ibu hamildan tablet FE
6) Imunisasi TT : Ibu mengatakan pernah mendapatkan imunisasi
TT 1 kali
TT I : ibu mengatakan saat umur kehamilan 16 minggu tahun
2016
g. Riwayat Keluarga Berencana
1) Metode yang pernah dipakai : Ibu mengatakan belum pernah
menggunakan KB apapun.
h. Riwayat Penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang : Ibu mengatakan saat ini tidak
sedang mendeita penyakit apapun seperti batuk, pilek dan
demam.
2) Riwayat penyakit sistemik
a) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri dan
sakit pada dada bagian kiri saat beraktivitas, tidak mudah
lelah.
b) Ginjal : Ibu mengatakan tidak merasa nyeri tekan pada
pinggang kanan maupun kiri dan tidak sakit saat BAK.
c) Asma : Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas.
d) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk
berkepanjangan lebih dari 2 minggu disertai batuk darah.
e) Hepatitis: Ibu mengatakan pada bagian muka, kuku dan kulit
tidak pernah berwarna kuning.
f) DM : Ibu mengatakan tidak pernah haus yang hebat,
berat badan tidak turun drastis, tidak sering merasakan lapar
dan BAK pada malam hari.
g) Hipertensi : Ibu mengatakan tekanan darahnya tidak pernah
lebih dari 140/90 mmHg, tidak pusing menetap dan tengkuk
tidak terasa pegal.
h) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang sampai keluar
busa dari mulut.
i) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit lain
seperti HIV/AIDS, sifilis.
3) Riwayat penyakit keluarga :
Ibu mengatakan dari keluarganya maupun keluarga suaminya
tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit menurun seperti
asma, jantung, DM, hipertensi, dan tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit menular seperti hepatitis, TBC, HIV/AIDS.
4) Riwayat keturunan kembar :
Ibu mengatakan baik dari keluarganya maupun suaminya tidak
ada yang mempunyai riwayat keturunan kembar.
5) Riwayat operasi :
Ibu mengatakan belum pernah operasi apapun
i. Pola kebiasaan sehari – hari
1) Nutrisi
a) Makan dan minum terakhir pukul : Ibu mengatakan makan
terakhir pukul 18.00 WIB dan minum terakhir pukul 19.10
WIB
b) Jenis makanan dan minuman : Ibu mengatakan makan nasi,
sayur, lauk dengan porsi sedang dan minum teh hangat.
2) Personal hygiene
Ibu mengatakan mandi 2 kali/hari, ganti pakaian 2 kali/hari,
gosok gigi 2 kali/hari dan keramas 3 kali/minggu.
3) Eliminasi
a) BAB terakhir pukul : Ibu mengatakan BAB terakhir pukul
16.00 WIB, konsistensi lembek, warna kuning kecokelatan.
b) BAK terakhir pukul : Ibu mengatakan BAK terakhir pukul
16.00 WIB, warna kuning jernih dan bau khas urine.
4) Aktivitas
Ibu mengatakan selama hamil mengurangi aktivitasnya dan
dibantu suami.
5) Istirahat/tidur
Ibu mengatakan jarang tidur siang dan tidur malam ± 8 jam.
6) Psikososial budaya
a) Perasaan menghadapi persalinan ini : Ibu mengatakan
khawatir dalam menghadapi persalinan ini.
b) Kehamilan ini direncanakan atau tidak : Ibu mengatakan
kehamilan ini direncanakan.
c) Jenis kelamin yang diharapkan : Ibu mengatakan laki – laki
maupun perempuan sama saja.
d) Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini : Ibu mengatakan
suaminya maupun keluarga sangat mendukung terhadap
kehamilannya ini.
e) Keluarga lain yang tinggal serumah : Ibu mengatakan tinggal
serumah dengan suami dan anaknya.
f) Pantangan makanan : Ibu mengatakan tidak ada pantangan
makanan apapun.
g) Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan : Ibu mengatakan
dalam keluarganya ada adat istiadat dalam kahamilan yaitu
mitoni.
7) Penggunaan obat – obatan, jamu/rokok
Ibu mengatakan selama hamil hanya mengonsumsi obat – obatan
yang diberikan oleh bidan, ibu tidak mengkonsumsi jamu dan
ibu tidak merokok.
3. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)
a. Status generalis
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV : TD : 110/80 mmHg N : 84 x/menit
R : 22 x/menit S : 36,4 oC
4) TB : 158 cm
5) BB sebelum hamil : 50 kg
6) BB sekarang : 61 kg
7) LILA : 25 cm
b. Pemeriksaan sistematis
1) Kepala
a) Rambut : Warna hitam, tidak rontok, bersih
b) Muka : Tidak oedema, tidak pucat
c) Mata
(1) Oedema : Tidak oedema
(2) Conjungtiva : Merah muda
(3) Sklera : Putih
d) Hidung : Bersih, tidak ada benjolan dan
sekret
e) Telinga : Simetris, tidak ada serumen
f) Mulut/gigi/gusi : Mulut tidak stomatitis, gigi tidak
caries dan gusi tidak berdarah
2) Leher
a) Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran
b) Tumor : Tidak ada benjolan
c) Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
3) Dada dan Axilla
a) Dada : Simetris, tidak ada retraksi dada
b) Mammae
(1) Membesar : Normal
(2) Tumor : Tidak ada benjolan
(3) Simetris : Simetris kiri dan kanan
(4) Areola : Hyperpigmentasi
(5) Puting susu : Bersih, menonjol
(6) Kolostrum : Belum keluar
c) Axilla
(1) Benjolan : Tidak ada benjolan
(2) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
4) Ekstremitas
a) Atas : Simetris, tidak oedema, terpasang
infus pada tangan kanan
b) Bawah
(1) Varices : Tidak ada varices
(2) Oedema : Tidak oedema
(3) Reflek patella : Tidak dilakukan
(4) Kuku : Tidak pucat
c. Pemeriksaan Khusus Obstetri (Lokalis)
1. Abdomen
a) Inspeksi
(1) Pembesaran perut : Sesuai umur kehamilan
(2) Bentuk perut : Memanjang
(3) Linea alba/nigra : Linea alba
(4) Strie albican/livide : Strie livide
(5) Kelainan : Tidak ada kelainan
(6) Pergerakan janin : Terlihat pergerakan janin
b) Palpasi
(1) Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : Lebih dari
10 kali.
(2) Kontraksi : 2x dalam 10 menit lamanya 25
detik
(3) Leopold I : TFU 3 jari dibawah processus
xyphoideus. Bagian fundus teraba bulat, lunak
(bokong).
(4) Leopod II :
Kanan : Teraba bagian – bagian terkecil janin
(ekstremitas)
Kiri : Teraba panjang, keras seperti papan
(punggung)
(5) Leopold III : Bagian bawah teraba bulat, keras,
melenting (kepala). Tidak bisa digoyangkan (sudah
masuk PAP).
(6) Leopold IV : Kedua tangan tidak dapat menyatu
(divergen). Penurunan 3/5 bagian.
(7) TFU Mc. Donald: 34 cm
(8) TBJ : (34 – 11) x 155 = 3565 gram
c) Auskultasi
(1) DJJ : Punctum maximum : bagian kiri abdomen
dibawah umbilicus
(2) Frekuensi : 142 x/menit
(3) Teratur/tidak : Teratur
2. Pemeriksaan panggul
a) Kesan panggul : Tidak dilakukan
b) Distantia spinarum : Tidak dilakukan
c) Distantia kristarum : Tidak dilakukan
d) Conjugata eksterna (boudeloque) : Tidak dilakukan
e) Lingkar panggul : Tidak dilakukan
3. Anogenital
a) Vulva vagina
(1) Varices : Tidak ada varices
(2) Luka : Tidak ada luka
(3) Kemerahan :Tidak ada kemerahan
(4) Nyeri :Tidak ada nyeri
(5) Pengeluaran pervaginam : Lendir darah
b) Perinium
(1) Bekas luka : Tidak ada bekas luka
(2) Lain – lain : Tidak ada
c) Anus
(1) Haemorhoid : Tidak ada
(2) Lain – lain : Tidak ada
d) Inspekulo
(1) Vagina : Tidak dilakukan
(2) Portio : Tidak dilakukan
e) Vaginal Toucher
(1) Vulva vagina : Tenang
(2) Portio : Tipis
(3) Pembukaan : 3 cm
(4) Kulit ketuban : utuh
(5) Presentasi : Kepala
(6) Posisi : UUK Jam 12
(7) Penurunan : Hodge II
d. Pemeriksaaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium : dilakukan pada tanggal 4
Juni 2016 dan hasilnya :
a) Hb : 11,8 gr/dL
b) Leukosit : 13,5 ribu/ul
c) Trombosit : 208 ribu/ul
d) HbsAg : Negatif
e) Golongan Darah : B
2) Pemeriksaan penunjang lain : Tidak dilakukan
B. INTERPRETASI DATA
Tanggal :4 Juni 2016 Pukul 13.15 WIB
1. DIAGNOSA KEBIDANAN
Ny. I G1P0A0 umur 24 tahun, umur kehamilan 42+3
minggu, janin
tunggal, hidup, intrauterine, letak memanjang, punggung kiri, presentasi
kepala, penurunan Hodge I, inpartu kala I fase laten dengan kehamilan
serotinus.
Data Dasar :
DS :
a. Ibu mengatakan bernama Ny. I dan berumur 24 tahun.
b. Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama dan belum pernah
keguguran.
c. Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 11 Agustus
2015.
d. Ibu mengatakan hari perkiraan lahir tanggal 18 Mei 2016.
e. Ibu mengatakan perutnya kenceng – kenceng dan
mengeluarkan lendir darah pada tanggal 4 Juni 2016.
DO :
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 110/80 mmHg N : 84 x/menit
R : 22 x/menit S : 36,4 oC
d. Ektremitas atas : Tangan kanan terpasang infus
e. Kontraksi : 2x dalam 10 menit lamanya 25 detik
f. Leopold I : TFU 3 jari dibawah processus
xyphoideus. Bagian fundus teraba bulat, lunak (bokong).
g. Leopod II :
Kanan : Teraba bagian – bagian terkecil janin (ekstremitas)
Kiri : Teraba panjang, keras seperti papan (punggung)
h. Leopold III : Bagian bawah teraba bulat, keras,
melenting (kepala). Tidak bisa digoyangkan atau sudah
masuk PAP.
i. Leopold IV : Kedua tangan tidak dapat menyatu .
Penurunan 3/5 bagian.
j. TFU Mc. Donald: 34 cm
k. TBJ : (34 - 11) x 155 gram = 3565 gram
l. DJJ : 142 x/menit
m. Vaginal Toucher : Vulva vagina tenang, portio tipis,
pembukaan 3 cm, kulit ketuban utuh, presentasi kepala,
posisi ubun – ubun kecil jam 12, penurunan hodge II.
2. MASALAH
Ibu mengatakan cemas karena kehamilannya sudah melewati perkiraan
lahir.
3. KEBUTUHAN
Memberi support mental kepada ibu agar tidak cemas dalam
menghadapi persalinan.
C. DIAGNOSA POTENSIAL
1. Fetal distress dan IUFD
2. Partus lama dan rupture uteri
D. TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi :
1. Infus RL 20 tpm
2. Induksi oxy drip 5 IU dengan tetesan 20 tpm
E. PERENCANAAN
Tanggal : 4 Juni 2016 Pukul 13.25 WIB
1. Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan.
2. Anjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman.
3. Anjurkan ibu untuk menarik napas panjang dari hidung dan
mengeluarkan dari mulut saat ada kontraksi.
4. Anjurkan ibu untuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap.
5. Anjurkan keluarga untuk memberikan ibu makan dan minum saat tidak
ada HIS.
6. Anjurkan salah satu keluarga untuk mendampingi ibu.
7. Siapkan partus set, heating set, alat resusitasi, pakaian ibu dan pakaian
bayi.
8. Observasi kemajuan persalinan
9. Berikan terapi sesuai advis dokter dengan mengganti cairan infus drip
oxy 5 IU saat cairan infus habis.
10. Observasi DJJ dan kontraksi setiap 30 menit sekali sebelum mengganti
cairan infus yang kedua dan setiap 15 menit sekali setelah cairan infus
pertama diganti.
F. PELAKSANAAN
Tanggal : 4 Juni 2016 Pukul 13.30 WIB
1. Pukul 13.31 WIB : Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
bahwa saat ini pembukaan 3 cm dan belum ada tanda – tanda kemajuan
persalinan serta keadaan ibu dan janin dalam keadaan baik.
2. Pukul 13.33 WIB : Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang
nyaman seperti miring kiri dan kanan, atau jalan – jalan.
3. Pukul 13.36 WIB : Menganjurkan ibu untuk menarik napas panjang
dari hidung dan mengeluarkan dari mulut saat ada kontraksi tujuannnya
untuk mengurangi rasa nyeri.
4. Pukul 13.38 WIB : Menganjurkan ibu untuk tidak meneran sebelum
pembukaan agar jalan lahir tidak bengkak dan tenaga ibu bisa habis
sebelum bayi lahir.
5. Pukul 13.42 WIB : Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu
makan dan minum saat tidak ada HIS sebagai penambah energi agar
kuat saat meneran.
6. Pukul 13.45 WIB : Menganjurkan salah satu keluarga (suami atau
orang tua) untuk mendampingi agar ibu merasa nyaman dan mendapat
dukungan dari orang terdekat.
7. Pukul 13.47 WIB : Menyiapkan partus set, heating set, alat resusitasi,
pakaian ibu dan pakaian bayi :
a. Parus set :
1) 2 klem tali pusat
2) ½ kocher
3) Gunting tali pusat
4) Pinset
5) Kassa steril
6) Umbilical klem
7) Kateter
b. Heating set :
1) Jarum steril
2) Benang steril
3) Kassa steril
4) Kom dan betadine
5) Pinset anatomis
c. Alat resusitasi :
1) Penghisap lendir
2) Sungkup
3) Tabung
d. Pakaian ibu :
1) Jarik
2) Pakaian bersih
3) Celana dalam
4) Pembalut
e. Pakaian bayi :
1) Popok
2) Baju
3) Bedong
4) Topi
5) Sarung tangan dan kaki bayi
8. Pukul 14.00 WIB : Mengobservasi kemajuan persalinan meliputi :
Nadi, respirasi, suhu setiap 30 menit sekali dan tekanan darah,
pembukaan serviks setiap 4 jam sekali.
9. Pukul 14.03 WIB : Memberikan terapi sesuai advis dokter dengan
mengganti cairan infus drip oxy 5 IU setelah cairan infus yang pertama
habis (20 tpm).
10. Pukul 14.05 WIB : Mengobservasi DJJ dan kontraksi setiap 30 menit
sekali sebelum mengganti cairan infus yang kedua.
11. Pukul 14.08 WIB : Mengobservasi DJJ dan kontraksi setiap 15 menit
sekali setelah setelah cairan infus pertama diganti.
12. Pukul 17.00 WIB : Melakukan pemeriksaan dalam yang kedua.
13. Pukul 19.30 WIB : Melakukan pemeriksaan dalam yang ketiga.
G. EVALUASI
Tanggal 4 Juni 2016 Pukul 19.35 WIB
1. Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Ibu sudah memilih posisi yang nyaman yaitu miring kiri.
3. Ibu bersedia untuk menarik napas panjang dari hidung dan
mengeluarkan dari mulut saat ada kontraksi.
4. Ibu bersedia untuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap.
5. Ibu sudah makan dan minum pukul 18.00 WIB dengan jenis makanan :
Nasi, sayur, lauk dan minum teh hangat pada sela – sela HIS.
6. Ibu sudah didampingi oleh suami.
7. Telah disiapkan partus set, heating set, alat resusitasi, pakaian ibu dan
pakaian bayi.
8. Telah dilakukan observasi kemajuan persalinan dan didapatkan hasil :
(hasil terlampir).
9. Telah diberikan terapi sesuai advis dokter dengan mengganti cairan
infus drip oxy 5 IU pada pukul 14.03 WIB.
10. Telah dilakukan observasi DJJ, kontraksi dan didapatkan hasil : (hasil
terlampir).
11. Telah dilakukan pemeriksaan dalam yang kedua pada pukul 17.00 WIB
dengan hasil vulva vagina tenang, portio tipis, pembukaan 6 cm, kulit
ketuban utuh, presentasi kepala, posisi UUK jam 12, penurunan hodge
III.
12. Telah dilakukan pemeriksaan dalam yang ketiga pukul 19.30 WIB
dengan hasil vulva vagina tenang, portio tidak teraba, pembukaan 10
cm, ketuban sudah pecah warna jernih, presentasi kepala, posisi UUK
jam 12, penurunan hodge IV.
DATA PERKEMBANGAN I
KALA II
Tanggal 4 Juni 2016 Pukul 19.31 WIB
S : Subyektif
1. Ibu mengatakan perutnya kenceng – kenceng semakin kuat.
2. Ibu mengatakan ingin meneran.
3. Ibu mengatakan merasa ingin BAB.
O : Obyektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Keasadara : Composmentis
3. TTV : TD : 110/70 mmHg N : 88 x/menit
R : 24 x/menit S: 36,6 oC
4. HIS : 5 x setiap 10 menit, lamanya 50 detik
5. DJJ : 146 x/menit
6. Inspeksi pemeriksaan tanda gejala kala II :
a. Perinium menonjol
b. Vulva membuka
c. Ada tekanan dari anus
d. Dorongan ingin meneran
7. Pemeriksaan dalam
a. Vulva vagina : tenang
b. Portio : tidak teraba
c. Pembukaan : 10 cm
d. Ketuban : sudah pecah, warna jernih
e. Presentasi : kepala
f. Posisi : UUK Jam 12
g. Penurunan : Hodge IV
8. Ekstremitas kanan atas terpasang infus RL + drip oxy 5 IU dengan
tetesan 20 tpm
A : Assesment
Ny. I G1P0A0 umur 24 tahun, umur kehamilan 42+3
minggu, inpartu kala II
dengan induksi atas indikasi serotinus.
P : Planning
Tanggal: 4 Juni 2016 Pukul 19.32 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah lengkap.
2. Memeriksa kembali kelengkapan partus set.
3. Mengatur posisi ibu yaitu kaki ditekuk, kedua tangan pada lipatan
paha, tarik sampai dada dan buka yang lebar.
4. Mengajarkan ibu cara meneran yang benar yaitu saat ada kontraksi
ibu meneran dengan menunduk, dagu menepel pada dada, gigi saling
dirapatkan, meneran tidak mengeluarkan suara, dan membuka mata.
5. Mengobservasi DJJ setiap setelah kontraksi.
6. Melakukan pertolongan persalinan kala II :
a. Menggunakan APD (celemek)
b. Mencuci tangan
c. Meletakkan kain bersih diatas perut ibu
d. Meletakkan underpadpada bawah bokong ibu
e. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
f. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 – 6 cm membuka
vulva maka lindungi perineum dengan tangan kanan yang dilapisi
dengan kain bersih
g. Melahirkan kepala bayi, tangan kiri berada di vertek untuk
mencegah terjadinya defleksi maksimal pada kepala bayi dan
membantu lahirnya kepala, menganjurkan ibu untuk meneran
perlahan atau bernafas cepat dan dangkal
h. Memeriksa lilitan tali pusat
i. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luara secara
spontan
j. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tangan penolong
pada posisi biparental yaitu tangan yang terkuat (tangan kanan)
berada diatas dan tangan kiri berada di bawah, dengan lembut
gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan kearah atas
dan distal untuk melahirkan bahu belakang
k. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan kanan kearah perineum ibu
untuk menyangga kepala, lengan dan siku bawah
l. Gunakan tangan kiri untuk menelusuri dan memegang siku, bahu,
tangan atas, punggung, bokong, tungkai dan kaki kemudian
pegang kedua mata kaki (masukkan jari telunjuk diantara kaki dan
pegang masing – masing mata kaki, ibu jari dan jari – jari lainnya)
m. Menilai bayi dengan memposisikan kepala 15o lebih rendah dari
badan bayi untuk menilai tangisan, warna kulit dan gerakan
n. Meletakkan bayi diatas perut ibu dan mengeringkan bayi mulai
dari muka, kepala, dan bagian tubuh lain kecuali telapak tangan,
kemudian ganti kain yang basah dengan kain yang kering serta
posisikan bayi dalam kondisi mantap diatas perut ibu
o. Mengecek fundus untuk memastikan janin tunggal
Evaluasi
Tanggal: 4 Juni 2016 Pukul 19.40 WIB
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah
lengkap
2. Partus set sudah di cek dan sudah lengkap
3. Posisi ibu sudah diatur
4. Ibu sudah mengerti dan paham tentang cara meneran yang benar
5. Telah di observasi DJJ saat setelah kontraksi
6. Telah dilakukan pertolongan persalinan kala II, bayi lahir spontan
pukul 19.50 WIB, jenis kelamin laki – laki gerak aktif, usaha nafas
baik, langsung menangis, warna kulit kemerahan, APGAR SCORE 8.
DATA PERKEMBANGAN II
KALA III
Tanggal: 4 Juni 2016 Pukul 19.51 WIB
S : Subyektif
1. Ibu mengatakan perutnya masih mules – mules
2. Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya
O : Obyektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Keasadara : Composmentis
3. TTV : TD : 110/70 mmHg N : 88 x/menit
R : 22 x/menit S : 36,6 oC
4. Palpasi uterus : Tidak teraba janin kedua
5. Kontraksi uterus : Keras
6. Inspeksi tanda – tanda pelepasan plasenta :
a. Semburan darah tiba – tiba
b. Tali pusat bertambah panjang
c. Uterus globuler
A : Assesment
Ny. IG1P0A0 umur 24 tahun, inpartu kala III
P : Planning
Tanggal: 4 Juni 2016 Pukul 19.52 WIB
1. Menyuntikan oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha atas bagian
distal lateral secara IM dalam waktu kurang dari 1 menit setelah bayi
lahir, sebelumnya ibu diberikan penjelasan mengenai tujuan dari
tindakan penyuntikan oksitosin ini agar uterus berkontraksi dengan
baik dan ari – ari ibu cepat lahir
2. Memastikan tanda – tanda pelepasan plasenta
3. Membantu pertolongan plasenta :
a. Memindahkan klem 5 – 10 cm di depan vulva dengan tangan kiri
berada di tepi atas simfisis
b. Tangan kanan menegangkan tali pusat sejajar lantai dengan
menggenggam klem diantara jari telunjuk dan jari tengah dengan
posisi telapak tangan menghadap keatas
c. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah
sambil tangan kiri mendorong uterus kearah belakang – atas
(dorso - kranial) secara hati – hati (untuk mencegah inversio
uteri)
d. Lakukan penegangan dan dorso – kranial hingga plasenta lepas,
minta ibu meneran sambil penolong menegangkan tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas mengikuti
poros jalan lahir (tetap melakukan dorso kranial)
e. Jika tali pusat bertambah panjang pindahkan klem 5 – 10 cm di
depan vulva
f. Lakukan penegangan tali pusat kembali saat ada kontraksi
g. Setelah plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan, pegang dan putar plasenta searah jarum
jam hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada tempat yang disediakan
h. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, meletakkan
telapak tangan di fundus dan melakukan masase uterus dengan
gerakan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus teraba keras) selama 15 detik
i. Memeriksa kelengkapan plasenta
j. Menempatkan plasenta [ada tempat plasenta (kendil)
4. Memeriksa kemungkinan laserasi pada jalan lahir
EVALUASI
Tanggal: 4 Juni 2016 Pukul 20.00 WIB
1. Ibu sudah di berikan suntikan oksitosin 10 IU pada paha kanan
2. Telah terlihat adanya tanda – tanda pelepasan plasenta yaitu
semburan darah tiba – tiba, tali pusat bertambah panjang.
3. Telah di lakukan pertolongan persalinan kala III dan didapat hasil :
Plasenta lahir spontan pukul 20.02 WIB, selaput ketuban utuh,
kotiledon lengkap, insersi sentralis, panjang tali pusat ± 40 cm,
perdarahan ± 80 cc, kontraksi keras, TFU 1 jari dibawah pusat.
4. Terdapat laserasi derajat II
DATA PERKEMBANGAN III
KALA IV
Tanggal: 4 Juni 2016 Pukul 20.03 WIB
S : Subyektif
1. Ibu mengatakan perutnya masih mules.
2. Ibu mengatakan lega karena bayi dan ari – arinya sudah lahir.
O : Obyektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : TD : 100/70 mmHg N : 84 x/menit
R : 20 x/menit S : 36,6 oC
4. Kontraksi Uterus: Keras
5. TFU : 1 jari dibawah pusat
6. Perdarahan : ± 80 cc
7. Lochea : Rubra
8. Perinium : Ada laserasi derajat II
9. Ekstremitas kanan atas terpasang infus RL + drip Oxy 5 IU dengan
tetesan 20 tpm
A : Assesment
Ny. I P1A0 umur 24 tahun, inpartu kala IV
P : Planning
Tanggal: 4 Juni 2016 Pukul 20.05 WIB
1. Mengobservasi keadaan umum ibu.
2. Menjahit laserasi jalan lahir dengan teknik jelujur.
3. Membersihkan ibu dari air ketuban dan darah dengan menggunakan
air DTT, mengganti pakaian dan menyelimuti ibu dengan jarik.
4. Melakukan pengukukuran antropometri pada bayi.
5. Mengobservasi TD, Nadi, TFU, Kontraksi, kandung kemih,
Perdarahan setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama dan setiap 30
menit pada jam kedua dan Suhu setiap 1 jam sekali pada 2 jam
pertama.
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan massase uterus sendiri agar
kontraksi uterus keras.
7. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini yang diawali dengan miring
ke kanan, miring ke kiri, duduk, berdiri, jalan-jalan dilakukan secara
bertahap dan hati – hati.
8. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk mengembalikan
tenaga yang sudah hilang dan menambah energi.
9. Mengganti infus RL + drip Oxy dengan cairan infus RL jika sudah
habis.
10. Memindahkan ibu ke bangsal nifas setelah 2 jam.
Evaluasi
Tanggal: 4 Juni 2016 Pukul 20.10 WIB
1. Telah dilakukan observasi KU ibu dan didapat hasil :
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 100/70 mmHg N : 84 x/menit
: R : 20 x/menit S : 36,6 oC
2. Perinium sudah dijahit dengan teknik jelujur.
3. Ibu sudah dibersihkan, pakaian sudah diganti dengan yang bersih dan
sudah diselimuti dengan jarik.
4. Hasil pengukuran antropometri pada bayi :
BB : 3200 gram LK/LD : 33/34 cm
PB : 49 cm LILA : 12 cm
5. Telah dilakukan observasi TD, Nadi, Suhu, TFU, Kontraksi, Kandung
Kemih, Perdarahan, dan didapat hasil :
Jam
ke
Waktu
Tekanan
Darah
Nadi
Suhu
Tinggi Fundus
Uteri
Kontraksi
Uterus
Kandung
Kemih
Perdarahan
I
20.10 110/70 84 36,6 1 jari dibawah pusat Keras Kosong ± 20 cc
20.25 110/70 82 1 jari dibawah pusat Keras Kosong ± 10 cc
20.40 110/70 80 1 jari dibawah pusat Keras Kosong ± 10 cc
20.55 110/70 84 1 jari dibawah pusat Keras Kosong ± 10 cc
II
21.25 110/70 84 36,5 2 jari dibawah pusat Keras Kosong ± 5 cc
21.55 110/70 80 2 jari dibawah pusat Keras Kosong ± 5 cc
6. Ibu sudah bisa memasase uterus sendiri.
7. Ibu sudah mobilisasi dini dengan miring ke kiri lalu kekanan, duduk.
8. Ibu sudah makan dan minum dengan jenis nasi, lauk dan minum teh
hangat.
9. Infus RL + Oxy sudah diganti dengan infus RL.
10. Ibu sudah dipindahkan ke bangsal pada pukul 22.00 WIB.
II. PEMBAHASAN
Pada pengkajian ini penulis akan membandingkan antara hasil studi kasus
dengan teori – teori. Teori yang disajikan dapat mendukung atau bertentangan
dengan kasus di lahan. Sehingga dari hal itu penulis dapat mengetahui
kelebihan dan kekurangan atau kesenjangan tersebut menggunakan langkah –
langkah manajemen kebidanan yaitu pengkajian, interpretasi data, diagnosa
potensial, tindakan segera, rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Menurut teori Pengkajian adalah data yang diperoleh dari berbagai
sumber, baik sumber primer (pasien) maupun sumber sekunder (anggota
keluarga atau tenaga kesehatan lain) (Sari, 2012).
Pada data subyektif didapatkan keluhan utama ibu bersalin dengan
serotinus menurut teori adalah belum merasakan adanya tanda – tanda
persalinan setelah umur kehamilan 42 minggu (Pudiastuti, 2012). Pada
kasus Ny. I, didapatkan ibu mengeluh merasa kenceng – kenceng pada
perut bagian bawah dan sudah melebihi Hari Perkiraan Lahir. Pada
langkah ini tidak terdapat kesenjang antara teori dan praktik dilahan.
Pada riwayat menstruasi menurut teori kadang terjadi kesalahan
dalam menentukan tanggal haid terakhir atau akibat menstruasi abnormal
(Prawirohardjo, 2011). Pada kasus Ny. I tidak terjadi kesalahan dalam
menentukan haid terakhir dan menstruasinya normal. Jadi pada riwayat
menstruasi terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilahan yaitu
dalam menetukan haid terakhir dan menstruasinya normal.
Pada hari perkiraan lahir (HPL) menurut teori umur kehamilan
lebih dari perkiraan yaitu lebih dari 42 minggu (Prawirohardjo, 2011).
Pada kasus Ny. I umur kehamilan lebih dari 42 minggu. Pada hari
perkiraan lahir tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik dilahan.
Pada data obyektif menurut teori pada kasus bersalin dengan
serotinus dari hasil pemeriksaan umum didapatkan keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, berat badan turun (Nugroho, 2012). Pada kasus
Ny. I keadaan umum baik, kesadaran composmentis, berat badan tidak
mengalami penurunan. Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori
dan praktik dilahan yaitu berat badan tidak turun.
Pada pemeriksaan sistematis menurut (Nugroho, 2012) didapatkan
lingkaran perut mengecil, TFU mengalami penurunan, DJJ <120x/menit
atau >160x/menit. Pada kasus Ny. I lingkaran perut tidak mengecil, TFU
tidak mengalami penururnan, DJJ dalam keadaan normal. Pada langkah ini
terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik dilahan yaitu lingkaran
perut tidak mengecil, TFU tidak mengalami penurunan dan DJJ dalam
keadaan normal yaitu 142x/menit.
Pada pemeriksaan penunjang menurut teori dilakukan pemeriksaan
USG (Nugroho, 2012). Pada kasus Ny. I tidak dilakukan pemeriksaan
USG. Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik
dilahan yaitu tidak dilakukan pemeriksaan USG.
B. Interpretasi Data
Identifikasi terhadap diagnosis, masalah dan kebutuhan pasien
berdasarkan interpretasi yang benar atas data – data yang telah
dikumpulkan (Sulistyawati, 2009).
Diagnosa kebidanan kasus bersalin dengan serotinus : Ny. X
berumur...tahun, G... P... A..., hamil ... minggu, janin tunggal/kembar,
hidup/mati, intrauterin/extrauterin, letak memanjang/melintang, punggung
kanan/kiri, presentasi kepala/bokong, inpartu kala... fase... Masalah yang
mungkin timbul pada ibu bersalin dengan serotinus adalah cemas
(Prawirohardjo, 2011). Kebutuhan ibu bersalin dengan serotinus adalah
informasi dan edukasi tentang kehamilan serotinus dan
penatalaksanaannya serta support mental dari keluarga dan tenaga
kesehatan (Manuaba, 2012).
Dari data yang diperoleh saat penulis melakukan pengkajian dapat
ditegakkan diagnosa kebidanan yaitu Ny. I G1P0A0 umur 24 tahun, hamil
42+3
minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin, letak memanjang, punggung
kiri, presentasi kepala, inpartu kala I fase laten dengan kehamilan
serotinus. Masalah dari kasus Ny. I adalah ibu merasa cemas karena
kehamilannnya sudah melewati hari perkiraan lahir. Kebutuhan yang
diperlukan Ny. I yaitu memberi support mental kepada ibu agar ibu tidak
cemas dalam menghadapi persalinan. Pada langkah ini tidak ada
kesenjangan antara teori dengan kasus.
C. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini diidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan
antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan
bersiap – siap apabila hal tersebut benar – benar terjadi (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
Berdasarkan teori yang ada diagnosa potensial yang ditemukan
pada kasus ibu bersalin dengan induksi atas indikasi kehamilan serotinus,
pada ibu akan terjadi rupture uteri atau partus lama, pada bayi terjadi fetal
distress dan IUFD (Prawirohardjo, 2011).
Pada kasus Ny. I dengan kehamilan serotinus diagnosa potensial
pada ibu rupture uteri atau partus lama, pada bayi terjadi fetal distress dan
IUFD.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan
antara teori dan kasus dilahan.
D. Tindakan Segera
Pada langkah ini mengidentifiksi dan menetapkan perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi
pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Menurut teori tindakan segera pada ibu bersalin dengan serotinus
adalah kolaborasi dengan dokter SpOG untuk penanganan induksi
persalinan dengan Oxytosin drip, mulai 8 tetes selama 15 menit dinaikkan
dengan interval 15 menit sebanyak 4 tetes sampai mencapai kontraksi
maksimal. Tetesan maksimal 40 tetes, jumlah cairan seluruhnya 500 cc
(Nugroho, 2012).
Pada kasus Ny. I tindakan segera yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya komplikasi adalah melakukan pemantauan keadaan ibu dan
janin setiap 15 menit dan kemajuan persalinan setiap 4 jam. Melakukan
kolaborasi dengan dokter SpOG dan melakukan induksi persalinan drip
RL 500 ml + 5 IU oxytosin per drip 20 tpm.
Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik
dilahan yaitu induksi persalinan drip RL 500 ml + 5 IU oxytosin tetesan
20 tpm.
E. Rencana Tindakan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perancanaan yang dibuat harus
berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori yang up
to date, perawatan berdasarkan bukti (evidance based care), serta
divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan tidak
diinginkan oleh pasien (Sulistyawati, 2009).
Rencana asuhan yang diberikan dalam kasus bersalin dengan
serotinus adalah pada kala I persalinan serotinus dilakukan : Persiapkan
ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi : mempersiapkan ruangan
yang hangat, bersih, sirkulasi udara yang baik, terlindungan dari tiupan
angin, sumber air bersih dan mangalir untuk memandikan ibu, pastikan
bahwa perlengkapan serta bahan – bahan yang diperlukan dalam keadaan
siap pakai, persiapan rujukan apabila terjadi penyulit dalam persalinan,
berikan asuhan sayang ibu : memberikan dukungan emosional, membantu
pengaturan posisi ibu, memberikan cairan dan nutrisi, pencegahan infeksi,
pengyranagan rasa sakit dengan menghadirkan keluarga, suami maupun
teman terdekat ibu, evaluasi HIS dan DJJ setiap 30 menit sekali,
pembukaan setiap 4 jam sekali, persipan persalinan, pasang infus dengan
oxytosin drip, mulai 8 tetes selama 15 menit dinaikkan dengan interval 15
menit sebanyak 4 tetes sampai mencapai kontraksi maksimal. Tetesan 40
tetes, jumlah cairan seluruhnya 500 cc. Evaluasi HIS dan DJJ setiap 15
menit sekali, pembukaan setiap 4 jam sekali. Kala II : Membimbing ibu
untuk meneran, mengatur posisi ibu saat meneran, menolong kelahiran
bayi, posisi ibu saat melahirkan, melahirkan kepala, periksa tali pusat pada
leher, melahirkan bahu, melahirkan seluruh tubuh bayi. Kala III :
pemberian suntikan oksitosin, melakukan manajemen aktif kala III,
melakukan penegangan tali pusat terkendali, lahirkan plasenta. Kala IV :
memperkirakan kehilangan darah, periksa robekan pada jalan lahir, periksa
perdarahan dari perinium, pencegahan infeksi, pemantauan keadaan ibu
selama 2 jam postpartum (JNPK, 2008).
Pada Dalam perencanaan asuhan pada kasus Ny. I bersalin dengan
induksi pada kehamilan serotinus pada kala I : kolaborasi dengan dokter
SpOG, mengobservasi KU dan vital sign ibu. Mengobservasi HIS dan DJJ
janin setiap 30 menit, melakukan induksi persalinan dengan RL +
Oxytosin 5 IU per drip 20 tpm, memberitahu ibu cara relaksasi yang benar,
menganjurkan ibu untuuk meneran saat pembukaan sudah lengkap dan
menyiapkan partus set, heating set, pakaian ibu dan pakaian bayi. Kala II :
melakukan pertolongan persalinan. Kala III : melakukan MAK III. Kala
IV : mengobservasi TD, Nadi, TFU, Kontraksi, Perdarahan dan kandung
kemih setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit
sekali pada 1 jam kedua dan suhu setiap 1 jam sekali pada 2 jam pertama.
Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik
dilahan yaitu induksi persalinan drip RL 500 ml + 5 IU oxytosin per drip
sebanyak 20 tpm, mengevaluasi HIS dan DJJ setiap 30 menit sekali.
F. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana
sebelumnya, baik terhadap masalah pasien maupun diagnosa yang
ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri
maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya (Sari, 2012).
pelaksanaan asuhan yang diberikan dalam kasus bersalin dengan
serotinus adalah pada kala I persalinan serotinus dilakukan : Persiapkan
ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi : mempersiapkan ruangan
yang hangat, bersih, sirkulasi udara yang baik, terlindungan dari tiupan
angin, sumber air bersih dan mangalir untuk memandikan ibu, pastikan
bahwa perlengkapan serta bahan – bahan yang diperlukan dalam keadaan
siap pakai, persiapan rujukan apabila terjadi penyulit dalam persalinan,
berikan asuhan sayang ibu : memberikan dukungan emosional, membantu
pengaturan posisi ibu, memberikan cairan dan nutrisi, pencegahan infeksi,
pengyranagan rasa sakit dengan menghadirkan keluarga, suami maupun
teman terdekat ibu, evaluasi HIS dan DJJ setiap 30 menit sekali,
pembukaan setiap 4 jam sekali, persipan persalinan, pasang infus dengan
oxytosin drip, mulai 8 tetes selama 15 menit dinaikkan dengan interval 15
menit sebanyak 4 tetes sampai mencapai kontraksi maksimal. Tetesan 40
tetes, jumlah cairan seluruhnya 500 cc. Evaluasi HIS dan DJJ setiap 15
menit sekali, pembukaan setiap 4 jam sekali. Kala II : Membimbing ibu
untuk meneran, mengatur posisi ibu saat meneran, menolong kelahiran
bayi, posisi ibu saat melahirkan, melahirkan kepala, periksa tali pusat pada
leher, melahirkan bahu, melahirkan seluruh tubuh bayi. Kala III :
pemberian suntikan oksitosin, melakukan manajemen aktif kala III,
melakukan penegangan tali pusat terkendali, lahirkan plasenta. Kala IV :
memperkirakan kehilangan darah, periksa robekan pada jalan lahir, periksa
perdarahan dari perinium, pencegahan infeksi, pemantauan keadaan ibu
selama 2 jam postpartum (JNPK, 2008).
Pada Dalam penatalaksanaan asuhan pada kasus Ny. I bersalin
dengan induksi pada kehamilan serotinus pada kala I : kolaborasi dengan
dokter SpOG, mengobservasi KU dan vital sign ibu. Mengobservasi HIS
dan DJJ janin setiap 30 menit, melakukan induksi persalinan dengan RL +
Oxytosin 5 IU per drip 20 tpm, memberitahu ibu cara relaksasi yang benar,
menganjurkan ibu untuuk meneran saat pembukaan sudah lengkap dan
menyiapkan partus set, heating set, pakaian ibu dan pakaian bayi. Kala II :
melakukan pertolongan persalinan. Kala III : melakukan MAK III. Kala
IV : mengobservasi TD, Nadi, TFU, Kontraksi, Perdarahan dan kandung
kemih setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit
sekali pada 1 jam kedua dan suhu setiap 1 jam sekali pada 2 jam pertama.
Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik
dilahan yaitu induksi persalinan drip RL 500 ml + 5 IU oxytosin per drip
sebanyak 20 tpm, mengevaluasi HIS dan DJJ setiap 30 menit sekali.
G. Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni
dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang
dilakukan oleh bidan (Sari, 2012).
Pada teori evaluasi menurut Manuaba (2010) dengan induksi pada
kehamilan serotinus adalah : Keadaan umum dan tanda – tanda vital (tensi,
nadi, suhu, respirasi) normal, input dan out put cairan seimbang, induksi
persalinan berhasil, terjadinya kemajuan persalinan, bayi lahir dengan
selamat, ibu sehat, plasenta lahir lengkap, tidak terjadi perdarahan.
Pada kasus bersalin dengan serotinus evaluasi dilakukan secara
sistematis untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan.
Hasil yang diperoleh adalah : Keadaan umum Ny. I baik, TD : 100/70
mmHg, N : 84 x/menit, R : 20 x/menit, S :36,6 oC. Bayi lahir spontan
pukul 19.50 WIB, jenis kelamin laki - laki, BB: 3200 gram, PB : 49 cm,
LK/LD : 33/34 cm, anus berlubang, cacat (-), APGAR SCORE : 8-9-10,
plasenta lahir spontan pukul 20.02 WIB, selaput ketuban utuh, kotiledon
lengkap, insersi sentralis, panjang tali pusat ± 40 cm, perdarahan ± 80 cc,
kontraksi uterus keras, TFU 1 jari dibawah pusat, terjadi laserasi perinium
derajat II, keadaan bayi normal, keadaan ibu baik, jumlah darah yang
keluar dari kala I – IV ± 220 cc, kandung kemih kosong.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara
teori dan praktik dilahan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan
manajemen kebidanan 7 langkah varney meliputi : pengkajian,
interpretasi data, diagnosa potensial, tindakan segera, rencana
tindakan, pelaksanaan, evaluasi dan data perkembangan SOAP. Pada
kasus ibu bersalin Ny. I dengan induksi atas indikasi kehamilan
serotinus di RSU Assalam Gemolong dan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengkajian data pada Ny. I bersalin dengan induksi atas indikasi
kehamilan serotinus, pada data subyektif didapatkan keluhan utama
Ny. I merasa kenceng – kenceng pada perut bagian bawah dan
sudah melebihi Hari Perkiraan Lahir, tidak terjadi kesalahan dalam
menentukan haid terakhir dan menstruasinya normal, umur
kehamilan lebih dari 42 minggu. Sedangkan pada data obyektif
keadaan umum baik, kesadaran composmentis, berat badan tidak
mengalami penurunan, lingkaran perut tidak mengecil, TFU tidak
mengalami penururnan, DJJ dalam keadaan normal yaitu
142x/menit, pemeriksaan laboratorium Hb : 11,8 gr/dL, Leukosit :
13,5 ribu/ul, Trombosit : 208 ribu/ul, HbsAg : Negatif, golongan
darah : B, tidak dilakukan pemeriksaan USG.
2. Interpretsai data pada kasus Ny. I didapatkan diagnosa kebidanan
yaitu Ny. I G1P0A0 umur 24 tahun, hamil 42+3
minggu, janin
tunggal, hidup, intrauterin, letak memanjang, punggung kiri,
presentasi kepala, inpartu kala I fase laten dengan kehamilan
serotinus. Masalah dari kasus Ny. I adalah Ny. I merasa cemas
karena kehamilannnya sudah melewati hari perkiraan lahir.
Kebutuhan yang diperlukan Ny. I yaitu memberi support mental
kepada Ny. I agar tidak cemas dalam menghadapi persalinan.
3. Diagnosa potensial pada kasus Ny. I dengan kehamilan serotinus
pada ibu rupture uteri atau partus lama, pada bayi terjadi fetal
distress dan IUFD.
4. Tindakan segera yang dilakukan pada kasus Ny. I untuk mencegah
terjadinya komplikasi adalah melakukan pemantauan keadaan ibu
dan janin setiap 15 menit dan kemajuan persalinan setiap 4 jam.
Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dan melakukan
induksi persalinan drip RL 500 ml + 5 IU oxytosin per drip 20 tpm.
5. Perencanaan asuhan pada kasus Ny. I bersalin dengan induksi pada
kehamilan serotinus pada kala I : kolaborasi dengan dokter SpOG,
mengobservasi KU dan vital sign ibu. Mengobservasi HIS dan DJJ
janin setiap 30 menit, melakukan induksi persalinan dengan RL +
Oxytosin 5 IU per drip 20 tpm, memberitahu ibu cara relaksasi
yang benar, menganjurkan ibu untuuk meneran saat pembukaan
sudah lengkap dan menyiapkan partus set, heating set, pakaian ibu
dan pakaian bayi. Kala II : melakukan pertolongan persalinan. Kala
III : melakukan MAK III. Kala IV : mengobservasi TD, Nadi,
TFU, Kontraksi, Perdarahan dan kandung kemih setiap 15 menit
sekali pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit sekali pada 1 jam
kedua dan suhu setiap 1 jam sekali pada 2 jam pertama.
6. Pelaksanaan tindakan pada kasus Ny. I bersalin dengan induksi atas
indikasi kehamilan serotinus sesuai dengan rencana tindakan yang
telah dilakukan.
7. Evaluasi pada kasus bersalin dengan serotinus dilakukan secara
sistematis untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan. Hasil yang diperoleh adalah : Keadaan umum Ny. I baik,
TD : 100/70 mmHg, N : 84 x/menit, R : 20 x/menit, S :36,6 oC.
Bayi lahir spontan pukul 19.50 WIB, jenis kelamin laki - laki, BB:
3200 gram, PB : 49 cm, LK/LD : 33/34 cm, anus berlubang, cacat
(-), APGAR SCORE : 8-9-10, plasenta lahir spontan pukul 20.02
WIB, selaput ketuban utuh, kotiledon lengkap, insersi sentralis,
panjang tali pusat ± 40 cm, perdarahan ± 80 cc, kontraksi uterus
keras, TFU 1 jari dibawah pusat, terjadi laserasi perinium derajat
II, keadaan bayi normal, keadaan ibu baik, jumlah darah yang
keluar dari kala I – IV ± 220 cc, kandung kemih kosong dan
diagnosa potensial tidak terjadi.
8. Pada kasus bersalin Ny. I dengan induksi atas indikasi kehamilan
serotinus, penulis menemukan kesenjangan antara teori dengan
praktik dilahan pada pengkajian, pelaksanaan dan evaluasi yaitu
pada data obyektif berat badan tidak mengalami penurunan, pada
pemeriksaan sistematis lingkaran perut tidak mengecil, TFU tidak
mengalami penurunan dan DJJ dalam keadaan normal yaitu
142x/menit, tidak dilakukan pemeriksaan USG dan pada langkah
induksi persalinan drip RL 500 ml + 5 IU oxytosin per drip 20 tpm.
B. Saran
1. Bagi Pasien
Diharapkan pada ibu hamil supaya rutin dalam pemeriksaan
kehamilan (ANC) dengan tujuan apabila ada masalah / kelainan
bisa mendapat penanganan secara cepat dan tepat.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat meningkatkan penatalaksanaan masalah kebidanan khusunya
pada persalinan dengan kehamilan serotinus yang diberikan lebih
optimal dan berkualitas tinggi.
3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan untuk meningkatkan kualitas yang diberikan rumah
sakit, dan memberikan asuhan kebidanan yang sesuai dengan
standar operasional prosedur. Khususnya pasien – pasien dengan
kasus serotinus dapat tertangani dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina. 2015. Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Dengan Induksi Atas Indikasi
Kehamilan Serotinus di RSU Assalam Gemolong Sragen. Surakarta :
Kusuma Husada Surakarta
Astuti, H. P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta:
Rohima Press
APN, 2008. Asuhan Persalinan Normal, Asuhan Esensial Persalinan. Jakarta:
JHIPEGO
Erna. 2014. Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Dengan Induksi Atas Indikasi
Kehamilan Serotinus di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Surakarta:
Kusuma Husada Surakarta
Hidayat, A. A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis
Data.Jakarta: Salemba Medika
Johariyah, E.dan W. Ningrum. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan
dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: TIM
Kuswanti, I. Dan F. Melina. 2014. Askeb II Persalinan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Lalage, Z. 2013. Menghadapi Persalinan Beresiko Tinggi. Klaten: Abata Press
Manuaba, I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:
EGC
Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Norma, N, dan M. Dwi. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Nuha
Medika
Notoatmodjo, S, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Nugroho, T. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Nurasiah A. A. Rukmawati. D. L. Badriah. 2014. Asuhan Persalinan Normal Bagi
Bidan. Bandung: Refika Aditama
Oxorn. H. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta:
YEM
Priharjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC
Pudiastuti, R. D, 2012. Asuhan Kebidanan pada Hamil Normal dan Patologi.
Yogyakarta: Nuha Medika
Rohani. R. Saswita. Marisah. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan.
Jakarta: Salemba Medika
Saifuddin. B. A. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sari, R. N. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Setiawan, A dan Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1
dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika
Siwi, E. 2014. Materi Ajar Lengkap Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Pustaka
Baru
Sujiyatini. Mufdlilah. A. Hidayat. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika
Sulistyawati. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba
Medika
Sulistyawati, A.dan E. Nugraheny. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.
Jakarta: Salemba Medika
Varney. H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC
Wiknjosastro, H, 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Top Related