Download - Astronomi Agama Hindu.doc

Transcript
Page 1: Astronomi Agama Hindu.doc

Artikel Ajaran Agama Hindu Home

Artikel Agama Hindu, Ajaran atau Pelajaran Tentang Agama Hindu

Bukti Sains Ilmu Pengetahuan di Kitab Weda Agama   Hindu

May 3, 2012

Pustaka Hindu kuno,  memperkirakan Hari Brahma, jangka hidup dari alam semesta kita, menjadi 4.32 milyar tahun. Angka ini dekat dengan perkiraan para astronom kita,  yang menghitungnya menjadi sekitar 4.6 milyar tahun.”

Dr. Carl Sagan ahli astronomi AS terkenal, di dalam bukunya, Cosmos (1980) menjelaskan: “Agama Hindu   adalah satu-satunya agama besar dunia yang mengatakan bahwa Alam Semesta mengalami kelahiran dan kematian tak terukur, tak terbatas. Ia  adalah satu-satunya agama di  mana skala waktunya sesuai dengan skala waktu kosmologi ilmiah modern. Siklusnya berjalan dari hari siang dan malam biasa kita ke suatu siang dan malam Brahma, 8.64 milyar tahun panjangnya. Lebih panjang dibanding usia Bumi atau Matahari dan sekitar separuh waktu sejak Dentuman Besar (Big Bang). Dan masih ada banyak skala waktu yang lebih panjang.”

Suatu ketika Dr. Carl Sagan, melakukan show di sebuah TV di Amerika. Dengan bantuan animasi dan simulasi komputer, Mr. Sagan mempresentasikan semua teori yang dikemukakan oleh Para ahli fisika astronomi saat ini. Dijelaskannya tentang panjang gelombang cahaya galaxy yang terus bertambah, alam semesta mengembang, teori Big Bang, efek Dopler, dan sebagainya. Para pemirsa terkejut, ketika menjelang akhir acaranya Mr. Sagan terlihat berada di India, berdiri di depan sebuah Temple Krishna yang telah berusia ribuan tahun. Mr. Sagan berkata “Para ilmuwan menemukan semua teori yang telah saya paparkan tadi tahun-tahun akhir ini saja, sedangkan di sini, di India, orang sudah mengetahui informasi itu sejak ribuan tahun yang lalu, dari kitab-kitab Weda…” (Danavir Gosvarni, 2002).

“Ketika aku membaca Bhagavad-Gita dan merenung tentang bagaimana Tuhan menciptakan alam semesta ini yang lainnya nampak begitu tidak bermakna.”“Kita berhutang   banyak kepada orang India yang mengajarkan kita bagaimana   menghitung, tanpa itu penemuan yang bermanfaat ilmiah tidak mungkin dilakukan.” ~ Albert Einstein

“Setelah perbincangan tentang Filosofi India, beberapa ide mengenai Fisika Quantum yang tampaknya gila tiba-tiba menjadi lebih masuk akal.” ~ W. Heisenberg (Ahli fisika Jerman, 1901-1976)

“Vedanta dan Sankhya memegang kunci proses hukum-hukum pikiran yang berhubungan dengan Bidang Quantum. Seperti operasi dan distribusi partikel-partikel pada level atom dan

Page 2: Astronomi Agama Hindu.doc

molekul.” ~ Prof. Brian David Josephson (1940 – ) Ahli Fisika Wales, penerima Nobel termuda

Sumber : A Tribute to Hinduism

——————————————————-

Semua kitab-kitab Veda menggunakan bahasa yang Ilmiah. Kenapa disebut bahasa yang ilmiah? Veda menggunakan bahasa Sansekerta. Menurut penelitian NASA (Badan Antariksa Amerika) dalam majalah AI (Artificial Intelligence) yang diterbitkan pada musim semi 1985 hasil penelitian Rick Briggs, Bahasa Sansekerta adalah satu-satunya bahasa yang bisa diterjemahkan secara langsung ke dalam bahasa pemrograman komputer.

Ilmuwan NASA telah membuktikan bahwa Sansekerta adalah satu-satunya bahasa yang dapat mengekspresikan setiap kondisi yang ada di alam semesta dengan jelas. Dengan struktur bahasa yang sempurna, Bahasa Sansekerta dapat dan telah digunakan sebagai Bahasa Kecerdasan Buatan, Artificial Intelligence.

“Seperti yang akan kita lihat, ada bahasa yang digunakan di kalangan komunitas ilmiah kuno yang memiliki penyimpangan nol. Bahasa ini adalah bahasa Sansekerta. ” ~ Rick Briggs (NASA)

——————————————————-

Berikut ini adalah beberapa diantara banyak bukti adanya sains dan ilmu pengetahuan yang terdapat di Kitab-Kitab Agama Hindu yaitu Veda.

ALAM SEMESTA

Tuhan Yang maha Esa dan Maha Besar adalah Brahman, Dewa Wisnu adalah personifikasi Brahman tertinggi.

Page 3: Astronomi Agama Hindu.doc

Ilustrasi : Setiap satu alam semesta yang berbentuk bulat telur,terdiri dari banyak Galaksi, satu Dewa Brahma.

Kāranodakaśāyi Vishnu (Mahā Vishnu): Wisnu yang berbaring dalam lautan penyebab dan Beliau menghembuskan banyak alam semesta. Lautan penyebab (Causal Ocean / Lautan Energi) adalah energi eksternal Tuhan. Sesuai dengan teori fisika terkini dimana energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.

Jadi dari setiap “pori-pori” Kāranodakaśāyi Visnu muncullah Garbhodakaśāyī Visnu yang memunculkan sebuah alam semesta. Dari 1 “pori-pori” memunculkan 1 alam semesta yang terdiri dari jutaan galaksi. Garbhodakaśāyī Visnu dan Dewa Brahma ada di tiap-tiap alam semesta.

Brahma Samhita Sloka 13Benih-benih transendental (anti materi) Sankarsana muncul dari “pori-pori kulit” Maha Visnu dalam bentuk telur emas yang tak terhitung jumlahnya sambil maha-Visnu “berbaring” di lautan penyebab, semua telur tersebut tetap tertutupi oleh unsur material besar.

Secara Ilmiah munculnya alam semesta dari “pori-pori Tuhan” dalam wujud Kāranodakaśāyi Visnu ini merupakan area tempat terjadinya perubahan dari Energi menjadi Materi (penciptaan alam semesta materi), yang merupakan kebalikan dari Pralaya dimana materi berubah menjadi energi (peleburan).

Itulah maka Veda tidak menggunakan istilah kiamat tetapi peleburan, karena semata-mata hanyalah peleburan dari materi menjadi energi (“tenaga”). Ada beberapa tahap Pralaya yang skala waktunya mulai 4,3 milyar tahun (1 hari siang Brahma) sampai 311 triliun tahun bumi (akhir hidup Dewa Brahma). Alam semesta ini sedang berada di tahun ke – 51 Brahma atau 155 triliun tahun Bumi setelah Brahma lahir. Setelah Brahma melewati usia ke – 100, siklus baru dimulai lagi, segala ciptaan yang sudah dimusnahkan diciptakan kembali, begitu seterusnya.

Page 4: Astronomi Agama Hindu.doc

Bhagavad-gita 9.7Wahai putera Kunti, pada akhir jaman, semua manifestasi material masuk ke dalam tenaga-Ku, dan pada awal jaman lain, Aku menciptakannya sekali lagi dengan kekuatan-Ku.

Bhagavad-gita 9.8Seluruh susunan alam semesta di bawah-Ku. Atas kehendak-Ku alam semesta dengan sendirinya diwujudkan berulang kali. Atas kehendak-Ku akhirnya alam semesta dileburkan.

Bhagavad-gita 9.10Alam material ini, salah satu di antara tenaga-tenaga-Ku, bekerja di bawah perintah-Ku, dan menghasilkan semua makhluk baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, wahai putera Kunti. Di bawah hukum-hukum alam material, manifestasi ini diciptakan dan dilebur berulang kali.

Śrīmad Bhāgavatam 5.18.31Ya Tuhan, manifestasi kosmik yang terlihat ini adalah demonstrasi energi kreatif Anda sendiri. Karena bentuk-bentuk yang tak terhitung jumlahnya dalam bentuk manifestasi kosmik hanyalah sebuah layar energi eksternal Anda semata..

Dalam kitab Purana dan Upanisad digambarkan bahwa alam semesta terbentuk secara bertahap dan berevolusi. Penciptaan alam semesta dalam kitab Upanisad diuraikan seperti laba-laba memintal benangnya tahap demi tahap.

——————————————————-“Akhirnya kita sampai pada kesimpulan bahwa alam semesta ini menyerupai sebutir telur akan tetapi informasi ini telah terdapat pada literature Hindu.”(Alan Kogut, NASA)——————————————————-

FISIKA, PLANET, MATAHARI, GALAKSI

Rgveda II.72.4“Aditer dakso ajayata, daksad uaditih pari”.Artinya : Dari aditi (materi) asalnya daksa (energi) dan dari daksa (energi) asalnya aditi (materi). Ternyata teori yang mencengangkan ini telah tersurat di Veda. E = m.c2 Albert Einstein ternyata bukan hal yang baru dalam ilmu pengetahuan Veda.

Rgveda II,11.20“Avartayat suryo na cakram”Matahari berputar seperti sebuah roda pada sumbunya.

Atharwa Weda XII.1.37“Ya apa sarpam vijamana vimrgvari”Artinya: Bumi bergerak berotasi dan bertranslasi

Page 5: Astronomi Agama Hindu.doc

Yajur Weda III.6“Ayam gauh prsnir akramid,asadan mataram purah,pitaram caprayam svah”

Artinya: Bumi yang berbintik-bintik ini ada dan berputar dilangit seperti seorang ibu, ia berjalan mengelilingi matahari sebagai seorang ayah.

Dari sloka tersebut terlihat bahwa selain berotasi atau berputar pada porosnya, bumi juga berevolusi mengelilingi matahari, dari pernyataan ini sangat erat dengan teori heliosentris yang menyatakan bahwa pusat alam semesta adalah matahari. Dan diperjelas lagi oleh kitab Atharwa Weda mengenai pergerakan Bumi. Dalam kitab ini pun juga menjelaskan bahwa bagaimana bumi dapat bertahan di dalam angkasa raya karena gaya tarik-menarik yang lebih superior, ini dalam ilmu fisika telah dijelaskan oleh Newton melalui teori Gravitasi yang sudah dipaparkan di atas.

Atharvaveda XIX.7.1“Citrani sakam divi rocanani sarisrpani bhuvane javani ”Semua konstelasi perbintangan yang bercahya ini berputar sangat kencang.

Atharwa Weda VI.106.3“Suryasya rasmasyah para patanti asumat”Artinya sinar matahari terpancar dengan dengan kecepatan sangat tinggi. Penjelasan : kecepatan cahaya matahari adalah 2,99793 x 108 m/ det.

Yajurveda IX :3“Apam rasam udvayasam surye santam samahitam, apam rasasya yo rasah”Artinya: intisari yang paling halus yang membentuk air ada di matahari. Penjelasan : Matahari sesungguhnya adalah bola gas yang berpijar, dengan komponen utama gas hindrogen dan helium. Hidrogen (H2) dapat bereaksi dengan oksigen (O2) menghasilkan air (H2O). Reaksinya 2H2(g) + O2 (g)a 2 H2O(l).

Atharvaveda XIV.1.2“Somena aditya balinah”Artinya, matahari menghasilkan energi dari soma ( hiderogen). Penjelasan : Di Matahari secara terus menerus terjadi reaksi fusi ( penggabungan) inti-inti atom hydrogen menjadi inti atom helium. Reaksi tersebut disertai dengan pelepasan energi yang sangat besar.

Yajurveda XVIII.40“Susunah suryarasmis candrama-gandharvah”Artinya sinar matahari yang disebut susumna, menerangi bulan.

Regveda II.27.4“Dharayanta adityaso jagat stha”Sinar matahari menopang seluruh alam semesta. Penjelasan : Sinar matahari menopang melalui energi radiasi yang dikandungnya. Sebagai contoh , Bumi menerima supply energi dari matahari sebesar 1,73 x 1017 joule per detik. Energi sebesar itu hanya seperlima puluh milyar dari seluruh

Page 6: Astronomi Agama Hindu.doc

energi yang dipancarkan matahari. Mengingat demikian pentingnya energi matahari , maka matahari disebut sebagai sumber energi pertama dan utama bagi kehidupan di Bumi.

Rig Veda [1.103.2], [1.115.4] dan [5.81.2]: Efek Gravitasi matahari membuat bumi stabil.Rig Veda [10.189.1]: Bulan ini, menjadi satelit bumi, berputar di planet Ibunya (Bumi) dan mengikutinya ber-revolusinya mengitari Matahari, ayah planet yang bercahaya sendiri.Rig Veda [1.169.9], [1.190.7]: Bumi berputar dan mengitari Matahari seperti anak sapi mengikuti Induknya.Rig Veda [1.164.2]: Garis edar bulat lonjong yang dilalui oleh benda angkasa adalah kekal dan tidak berkurangRig Veda [1.164.29]: perputaran bumi tidak berkurang dan bumi terus berputar pada sumbunyaSama Veda [121]: Matahari tidak pernah terbenam ataupun terbit karena bumi yang berotasiRig VedaXXX. IV. V : Bentuk Bumi adalah seperti oblate spheroid (bulat pepat).Markandeya Purana 54,12 : Bumi diratakan/dimampatkan di kutub (bulat pepat).

Brahmana Aitareya (3.44) : “Matahari tidak pernah tenggelam ataupun terbit. Ketika orang berpikir Matahari tenggelam tapi tidaklah demikian. Setelah tiba di penghujung hari, matahari membuat dirinya menghasilkan dua efek yang berlawanan, menghasilkan malam hari untuk apa yang di belahan bawah dan siang hari di belahan lainnya. Setelah sampai di penghujung malam, matahari membuat dirinya menghasilkan dua efek yang berlawanan, menghasilkan siang hari di belahan bawah dan malam hari di belahan lainnya. Pada kenyataannya, Matahari tidak pernah tenggelam.”

Shrimad Bhagwatam : “Setelah pembentukan planet bumi, Brahma menciptakan atmosfer dalam tujuh kelompok, dari formasi tersebut lautan menjadi ada, dan bentuk kehidupan pertama muncul di planet Bumi. Atmosfer diciptkan untuk melindungi kulit Bumi”

Rig Veda 10.149.1 : “Matahari mengikat Bumi dan planet-planet lain melalui daya tarik dan menggerakkan di sekitar dirinya bagaikan seorang pelatih memegang kendali kuda dan bergerak mengelilinginya.” (Gravitasi)

Shrimad Bhagwatam 5.23.5 :Bentuk dari çiçumära memiliki kepala ke bawah dan melingkar tubuhnya. Di ujung ekornya adalah planet dari Dhruva, pada tubuh ekornya adalah planet-planet dari Prajapati dewa, Agni, Indra dan Dharma, dan di dasar ekornya adalah planet-planet dari Dhätä demigods dan Vidhätä. Dimana pinggul mungkin pada çiçumära adalah tujuh orang bijak suci seperti Vasiñöha dan Aìgirä. Tubuh melingkar dari Çiçumära-cakra berubah ke arah sisi kanan, di mana empat belas rasi bintang dari Abhijit untuk Punarvasu berada. Pada sisi kiri adalah empat belas bintang dari Punya untuk Uttaräñäòhä. Jadi tubuhnya yang seimbang karena sisi-sisinya ditempati oleh jumlah yang sama bintang. Di belakang çiçumära adalah kelompok bintang yang dikenal sebagai Ajavéthé, dan di perut adalah seperti sungai Gangga yang mengalir di langit (Milky Way) [Galaksi Bima Sakti].

——————————————————-

KIMIA, BIOLOGI

Page 7: Astronomi Agama Hindu.doc

Atharvaveda III.13.5“Agnisomau bibhrati apa it tah”Air terbentuk dari Agni ( oksigen ) dan soma ( hidrogen)

Rgveda VIII. 72.16“Adhuksat pipyusim isam urjam, suryasya sapta rasmibhih”Tumbuh-tumbuhan memperoleh energi dari cahaya matahari. Penjelasan : Tumbuhan dapat mengubah air dan gas karbondioksida menjadi gula dan gas oksigen dengan adanya zat hijau daun (klorofil) dan bantuan sinar matahari ( sinar biru dan sinar merah). Hal tersebut terjadi melalui proses fotosintesis.

Samaveda 1824“Tam it samanam vaninas ca virudho-antarvatis ca suvate ca vivaha”Tumbuh-tumbuhan memancarkan udara vital yang dinamakan samana ( oksigen) secara teratur. Penjelasannya : Oksigen (O2) merupakan hasil samping reaksi fotosintesis yang sangat bermanfaat bagi kehidupan, termasuk untuk pernafasan.

Atharvaveda VIII.7.10“Ugra ya visa-dhusanih osadhih”Tumbuh-tumbuhan menghancurkan pengaruh atmosfir yang beracun.

Yajuveda :6.22“Ma po mo sadhir himsih”Jangan mencemari air dan jangan menebang pohon.

Yajurveda V.43“Dyam ma lekhir,anariksam ma himsih”Jangan mengganggu langit dan mencemari atmosfir.

——————————————————-

ILMU PENGOBATAN – AYUR VEDIC

Pada halaman 360-70 dari buku World Vedic Heritage, Mr. Oak menyajikan sebuah daftar perbandingan kata-kata antara bahasa Inggris dan Sanskrit. Ini memperlihatkan seberapa banyak kebudayaan barat berasal dari pengetahuan Vedic/Sanskrit di bidang pengobatan begitu juga berapa banyak kata-kata Sanskrit telah diambil ke dalam bahasa Inggris.

English ================> Sanskritfever =================> jwar, kemudian menjadi jever, kemudian feverentrails ================> antralnasal or nose ============> naasherpes ================> serpesgland ==================> granthidrip, drop, drops ==========> drupshydrocephalus ============> andra-kapaalas (otak/kepala ber-uap air)

Page 8: Astronomi Agama Hindu.doc

hiccups ================> hiccamuscle =================> mausal (gemuk)malign, malignant =========> mallenosteomalacia ============> asthi-malashay (kontaminasi tulang)dyspepsia ==============> dush-pachanashay (pencernaan tidak baik)surgeon ================> salya-jan (pemakaian peralatan tajam)fertility ================> falati-lti (menghasilkan buah)anesthesia ==============> anasthashayee (terbaring tidak sadarkan diri)homeopathy =============> Samaeo-pathy (treatment parallel terhadap symptom)allopathy ===============> alag-pathy (treatment yang berbeda dengan symptom)

Dalam buku World Vedic Heritage karya Mr. P.N. Oak menjelaskan : “Apabila kita menyimak lebih dekat tentang terminologi-terminologi allopathi, apakah itu jenis-jenis penyakit, organ-organ fisik, symptom, rehabilitasi, atau peralatannya ternyata bahwa semua itu didasarkan kepada Ayurveda karena semasa dunia masih bersatu di bawah naungan Administrasi Veda hanya ada Ayurveda yang merupakan satu-satunya sistem pengobatan yang dipakai di seluruh dunia.

——————————————————-

MATEMATIKA

Asal angka adalah dari India. angka telah digunakan oleh orang India didalam acuan Matematika mereka pada abad ke-VI. Sistem nomor ini menyebar dari India ke Arab dan dari sana menyebar ke Eropa pada abad ke-XII.Penemuan sistem angka yang modern memiliki nomor berkisar antara 1-9, dan konsep nol (angka nol) telah diakreditasikan terhadap India, simbol 0 berasal dari India. Angka ini telah digunakan dalam astronomi Hindu dan acuan Matematika seperti “Bhakhsali” (300 Masehi), “AryaBhata” (500 M) dan “Panch Sidhantica” (600 M).

Istilah sinus berasal dari India. Dipopulerkan oleh matematikawan dan astronom Aryabhata yang berarti setengah nada, ”ardha-jya” sebelum terus diubah sampai Gerard dari Cremona yang mengalihbahasakan Almagest (ingat: Ptolemy) pada penghujung abad 12, mengganti kata di atas ke dalam bahasa Latin yang artinya lebih-kurang sama, yaitu sinus. Dan adalah Aryabhatta  yang menghitung “phi” sebesar 3,1416. Banyak metode matematika tersebut bertebaran di dalam naskah-naskah seperti Shatapatha Brahmana, Baudhayanasutra, dll.

Sebagaimana dilaporkan dalam Indian Studies in Honor of Charles Rockwell (Harvad University Press, Cambridge, MA Edited by W.E. Clark, 1929), Sebokht menulis bahwa penemuan-penemuan bangsa India dalam bidang astronomi lebih jenius dibandingkan dengan bangsa Yunani atau Babylonia, dan sistem angka (decimal) mereka lebih unggul. (N.S. Rajaram, p.157, 1995)

Penemu pertama Calculus modern adalah orang India bernama Bhaskaracarya, dimana orang-orang mengira itu merupakan kontribusi dari Newton atau Liebnitz. Penggunaan aljabar, trigonometri, kwadrat dan akar pangkat tiga juga pertama kali dimulai di India.

Page 9: Astronomi Agama Hindu.doc

Aryabhatta (497 A.D.) yang menghitung “phi” sebesar 3,1416. Banyak metode matematika tersebut bertebaran di dalam naskah-naskah seperti Shatapatha Brahmana, Baudhayanasutra, dll.

Prof. R.G. Rawlinson menyatakan, “Hampir semua teori, kepercayaan, filsafat, dan matematika, yang diajarkan oleh Pythagoras sudah dikenal di India pada abad keenam B.C”.

Demikianlah sebagian kecil hal yang diungkapkan di dalam kitab suci Weda yang ilmiah, Kitab Suci Agama Hindu yang menjabarkan sains atau ilmu pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan modern saat ini.

berbagai ilmu pengetahuan, sains, agama, filosofi, pengobatan, matematika, ilmu ukur, astronomi, dan banyak lainnya adalah warisan Hindu untuk dunia

Sering kita berpikir bahwa India adalah negeri asal para bintang-bintang Bollywood yang bernuansa gemerlapan dengan segala pernak-pernik dan gerak tari dan musik yang semarak, yang digilai milayaran pirsawan di seluruh dunia. Namun sedikit sekali yang sadar bahwasanya tanpa warisan dari Tanah Barata maka hidup di dunia tidak akan semaju dan secanggih ini. Warisan-warisan tersebut adalah : berbagai ilmu pengetahuan, sains, agama, filosofi, pengobatan, matematika, ilmu ukur, astronomi, dan banyak lainnya. Tanpa sumbangsih India Kuno ke berbagai kawasan Timur Tengah, Mesir, Iraq, Persia (Iran), Eropa, maka dunia yang kita tinggali ini tidak akan seperti ini. Tahukah anda bahwa permainan catur berasal dari India, padahal India sendiri tidak pernah menjadi juara catur dunia.Di masa-masa yang amat silam sewaktu peradaban Indus Kuno (sekarang masuk ke wilayah Pakistan) berkembang ke arah Hindhu Dharma yang bersifat universal, maka para maha resi dari zaman ke zaman pada era-era tersebut telah mencapai berbagai penghayatan dan pemahaman berbagai pengetahuan yang dahsyat, yang melingkupi berbagai bidang diantaranya astronomi, arsitektur, filosofi, obat-obatan, dsb. Semua pengetahuan ini kemudian pada waktunya yang tepat diwariskan ke masyarakat dan selanjutnya mendunia melalui berbagai migrasi manusia. Contoh Cina mempelajari obat-obatan, agama, matematika, astronomi, ilmu ukur bahkan seni bela diri dari India. Sebaliknya Indiapun banyak sekali mendapatkan manfaat dari negara ini, hubungan kedua negara adi-daya di masa itu menghasilkan deklarasi persaudaraan di antara keduanya (disebut Hindhi-Chini Bhai-bhai, yang artinya India-China adalah dua bersaudara kandung). Pada era pra-Islam, maka Hinduisme telah masuk dan menjadi pedoman agama di Iraq, Iran, sampai Afganistan. Begitupun dengan Buddisme pada masa-masa selanjutnya. Menurut Muhammad HedayetullahDARI DHARMA KE AGAMA Page 77dalam bukunya : “Kabir, The Apostle of Hindu-Muslim Unity.” maka : “Para penguasa di Timur-Tengah dan Asia pada masa sebelum Islam telah menjalin kerja-sama yang amat erat dengan India dalam bidang agama, astronomy, arsitektur, sains, dan matematika, dsb.”Di Persia dan seluruh kawasan Timur-Tengah ditemukan sisa-sisa ratusan ribu kuil dan wihara Buddhisme yang kemudian pada masa jayanya Islam, seluruh bangunan-bangunan suci kaum dharma ini dihancurkan secara total. Konon Sultan Harun Al-Rasyid menurut penulis di atas, memperkerjakan puluhan tabib dari India untuk mengobati Sultan, para elite dan masyarakat Iraq kuno dan kemudian para tabib ini mengalihkan pengetahuan-pengetahuan ini ke para ahli setempat. Banyak juga yang kemudian menetap dan menjadi warga setempat.Kuil Hindu dan Wihara Buddhis bertebaran dalam jumlah puluhan ribu, dari Afghanisthan, Baluchistan sampai ke Saudi Arabia (masa itu nama Saudi Arabia belum eksis). Tradisi bersholat, bertasbih, berzikir, berbusana dan bersantap pada saat ini di kawasan-kawasan Timur Tengah dan Asia ini berasal dari

Page 10: Astronomi Agama Hindu.doc

berbagai tradisi Hindhu kuno masa-masa tersebut yang berasal dari pengaruh Hindu-Buddhis masa lalu. Konon pengaruh tersbut telah masuk dari masa-masa pemerintahan Sang Rama, Para Pandawa dan raja-raja lainnya. Menurut Smriti maka berbagai kerajaan ini telah ditaklukkan India pada masa-masa tersebut. Demikian juga dengan berbagai ajaran kaum Sufi baik di India maupun di Timur Tengah.Selain pengaruh budaya dan agama, maka kisah legenda 1001 malam itu sendiri banyak yang terpengaruh oleh legenda-legenda yang terdapat di India sampai sat ini. Kitab-kitab suci kaum Judea (Yahudi) seperti Perjanjian Pertama, Taurat dan Zabur merupakan replika dari berbagai kitab-kitab suci di India seperti Vedanta, Manawa-Dharma-Shastra, kisah-kisah Manu (Nabi Nuh), Parikesit dan Vikramajit (Nabi Sulaeman). Adam adalah Brahma (Versi Weda), Daud mirip dengan Kumara, namun Kumara tidak pernah menikah sedangkan Nabi Daud beristri 99 orang.DARI DHARMA KE AGAMA Page 78Di bawah ini terdapat tulisan-tulisan dari seorang penulis dan peneliti kawakan dari Barat yaitu A.L.Basham, dalam bukunya yang amat disegani oleh kaum cendekiawan di dunia yaitu : “The Wonder That Was India”. Di bawah ini terdapat beberapa cuplikannya:Hutang dunia kepada India“Saya tidak akan menjabarkan akan berbagai pengetahuan yang dimiliki oleh kaum Hindhu…………mereka memiliki berbagai penemuan yang teramat peka mengenai ilmu astronomi, dan sebagainya. Berbagai penemuan dan pengetahuan mereka ini jauh lebih canggih daripada penemuan-penemuan bangsa Yunani dan bangsa Babylonia…..Kaum Hindhu juga telah menemukan berbagai pengetahuan yang amat menakjubkan (di luar kata-kata) untuk diterangkan seperti ; Sistim Matematika yang amat rasional (sistim sembilan symbol), ilmu ukur, dsb. dsb.”-The Syrian astronomer-monk SeverusSebokht (A.D.662).Halaman 479 buku tersebut menambahkan :“Islam tidak menghancurkan India, seperti halnya dengan Persia (Iran) yang hancur lebur total oleh serangan dan pengaruh Islam. Beberapa area di India memang kemudian berubah menjadi daerah-daerah pemukiman Islam, namun kaum Sufi dan para sultan-sultan Islam lebih memilih bekerja –sama dengan kaum Hindu. Akibatnya kemudian, masyarakat Hindhu dan Muslim memilih untuk hidup berdampingan dan seterusnya budaya mereka saling berasimilasi dan mempengaruhi satu dan yang lainnya.”Lebih lanjut Hal.484, mengatakan :“Kebudayaan dan kultur Hindu di India senantiasa menang atas berbagai jenis penjajahan dan pengaruh dari masa ke masa yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Indo-Eropa, Messopotamia, Iran, Yunani, Roma,DARI DHARMA KE AGAMA Page 79Seythian, Turki, Persia, Arab, Portugis, Inggris, dsb. Kaum Hindhu kemudian beradaptasi dengan semua pengaruh dan kultur-kultur tersebut.Sebaliknya kultur budaya Hindu, saya yakin akan senantiasa berinspirasi ke umat manusia. Misalnya Bhagawat-Gita dan berbagai Upanishad, dengan pesan-pesannya yang amat mendalam akan selalu memikat dunia. Umat manusia senantiasa akan tertarik oleh berbagai legenda seperti Mahabrata, Ramayana, Shakuntala, dan Pururawas-Urvasi.”Di Hal.485. Bisham mengatakan :“Hutang dunia ke India adalah seperti berikut ini : Seluruh Asia Tenggara mendapatkan nilai-nilai kultur-budaya dari India, dimulai dari Ceylon (Srilangka) pada abad ke 5 B.C. (Sebelum Masehi). India dan Asia Tenggara secara keseluruhan pada era dahulu disebut HINDIA-BESAR”.“Asia mendapatkan berbagai bentuk budaya, makanan, ilmu-ilmu pengetahuan bahkan permainan catur dari India”.“Kaum Judea, sekte Essenes (kaumnya Jesus Kristus), dipengaruhi oleh ajaran-ajarana Buddhisme. Legenda-legenda yang sama yang terdapat di Old Testament terdapat dalam skripsi-skripsi kuno

Page 11: Astronomi Agama Hindu.doc

berbahasa Pali.”“Ajaran-ajaran mistik Pythagoras ke Plotinus, terpengaruh oleh berbagai ajaran Upanishad (akibat kontak budaya Helenik dan India yang ditenggarai oleh kerajaan Achalmenid, kemudian dilanjutkan oleh Roma, dan para pedagang antara negara-negara tersebut dengan India). Kami tahu bahwa pada zaman tersebut para kaum yogi India sering berkunjung ke Barat. Di Alexandria (Mesir) terdapat koloni kaum pedagang Hindu pada era-era tersebut. Jadi pengaruh Hindu-India ke budaya Neo-platoisme dan Kristen pada masa-masa lalu tidak dapat dipungkiri.”“India dari masa ke masa juga mempengaruhi budaya Eropa melalui berbagai gerakan Theosofi, kaum Buddhist, kaum yogi dari Bengali, oleh Parahamsa Ramakrishna, Swami Vivekananda dan selanjutnya oleh ajaran Mahatma Gandhi, dst.”DARI DHARMA KE AGAMA Page 80“Kita semua tahu bahwasanya Goethe meminjam dramaturgi Afaust” dari India. Goethe dan hampir semua budayawan Barat telah mempelajari dan terpengaruh oleh ajaran monisme India (contoh : Schopenhaner, Fichte, Hegel, Emerson, Thoreau, Walt Whitman, dst. dst.). Pengaruh India terasa di seluruh penjuru dunia dalam berbagai bidang kehidupan manusia, dan lebih terasa lagi setelah India ini merdeka.Dalam Hal.492, buku tersebut mengatakan :“Sistem kalender dunia pada era modern ini juga berawal mula di India (paksa,purniwasya, amawasya, sulapaksa, kresnapaksa, dsb).Terdapat 12 bulan (sistem lunar, rembulan) yang berjumlah 354 hari setahun, yang kemudian setiap 2 atau 3 tahun dilengkapi mirip kalender saat ini. Pada zaman Gupta kalender Surya telah dikenal lengkap dengan semua zodiak-zodiaknya. Berbagai era penting tercatat oleh India kuno seperti era Wikrama (50 B.C.), Era Sulaeman, kemudian Era Saka (A.D.78), Era Gupta (A.D.320), Era Harsa (A.D.606), Era Kalacuri (A.D.248), dst.Selanjutnya dalam Hal. 496, buku tersebut mengatakan :”Sistim desimal dipelajari oleh bangsa Arab dari India. Kaum Arab menyebut matematika dengan nama Hindisat. Kaum ini mempelajari semua ilmu-ilmu ini melalui Iraq, kemudian melalui perdagangan antara India dan Timur-Tengah sebelum hadirnya Islam, dan akhirnya kaum Islam belajar lebih banyak lagi setelah mereka menjajah India melalui Sind,”“Berbagai penemuan-penemuan yang besar di dunia Barat mustahil terjadi tanpa penemuan matematika, sistim numeral, abjad dan tata-bahasa yang berasal dari India. Jadi sebenarnya dunia pada saat ini berhutang ke India dan kaum Hindu untuk semua kemampuan teknologi di dunia ini, karena awal sains dan berbagai ilmu pengetahuan berasal dari India.”“Matematika yang ditemukan di India seperti Brahmagupta (abad ke 7), Mahavira (abad ke 9), dan Bhaskara (abad ke 12), pada era-era tersebut belum dipahami sama sekali oleh dunia Barat. Aryabhata adalah nenek-moyang ilmu matematika modern dewasa ini. Belum lagi ilmu-ilmu sepertiDARI DHARMA KE AGAMA Page 81trigonometri, spherical-geometry, kalkulus, astronomi, dsb. Angka Zero (nol, nil) atau Sunya dan tak terbatas berasal dari kaum Hindu.”Di hal.497, Basham menambahkan :“Istilah ether (akasa) berasal dari Hindhu dan Jainisme, demikian juga istilah atom ( anu), benda terkecil. Kaum Buddhist, Ajivikas, Waisesika sudah amat faham akan ilmu-ilmu tersebut sewaktu dunia Barat masih tertidur.”“Pada abad-abad pertengahan, para tabib India yang pada mulanya mempengaruhi ilmu pengobatan di Timur-Tengah, telah berhasil mempelajari unsur merkuri. Hal yang sama telah dipelajari juga oleh tabib-tabib Arab pada masa tersebut. Dari daratan Arab berbagai pengetahuan ini kemudian bertransmigrasi ke dunia Barat. Demikian juga halnya, berbagai pengetahuan berpindah dari daratan Cina ke Eropa (contoh kecil, spageti berasal dari bakmi).Dalam Hal. 499-500, buku tersebut mengatakan :

Page 12: Astronomi Agama Hindu.doc

“Psikologi dan pengobatan sudah dikenal di India kuno (contoh : Ayur Weda, Caraka dan Susruta, dari abad 1 sampai dengan 4 A.D.). Bahkan operasi Caesar dan berbagai jenis operasi empirik telah mereka pahami. Operasi plastik telah mereka kenali (Contoh, Srikandi yang dioperasi kelaminnya oleh seorang resi yang terkenal). Para dokter di India kuno telah mengenal operasi-operasi seperti memperbaiki hidung, telinga dan bibir. Di samping itu, pengobatan Veterinari bagi faunapun telah lazim dilakukan pada era Hindu kuno.Dalam Hal.503. buku tersebut mengatakan :“Timbangan dan sistim ukuran juga berasal dari India kuno, Manu (manusia pertama) memperkenalkan timbangan emas untuk kaum pandai emas seperti berikut ini :5 raktika = 1 masa16 masa = 1 karsa (atau talaka, suwarna)DARI DHARMA KE AGAMA Page 824 karsa = 1 pala10 pala = 1 dharana, dst. dst.1 pala = 1,5 oz. Atau 37.76 gram)Demikian juga halnya dengan ukuran panjang dan lebar yang dikenal dengan sebutan yava, ansula, dan sebagainya. Sang waktu diukur dengan terminology seperti ; nimesa, kastha, kala, nadika, muhurta, dsb.”Dalam Hal. 506, buku tersebut mengatakan :“Alfabet dan bunyinya berasal dari India kuno. Pada masa tersebut huruf dan kata-katasudah eksisi seperti berikut ini : a, i, u, r, l, e, ai, o, k c, t, p, kh, ch, th, ph, g, j, d, b, gh, jh, da, bh, n, m, y, u, s, dst. Sampai berjumlah 49 kata yang kemudian bertambah terus.Huruf, aksara dan bunyi-bunyinya kemudian bermigrasi ke Timur-Tengah, Asia sampai ke Jepang, Eropa, dst. Baik dalam bentuk abjad, bahasa, maupun dalam bentuk sastra, puisi, prosa, dsb.”Dalam Hal. 512 dan 513, buku tersebut mengatakan :“Kaum gipsi ternyata adalah turunan kaum Hindhu yang berkelana ke berbagai sudut Eropa dan dunia. Pada saat ini mereka terbagi dalam gipsi Eropa, gipsi Rusia, gipsi Hungaria, dsb. Para ahli berpendapat bahwasanya bahasa yang dipakai oleh kaum Gypsi Eropa berasal dari bahasa Indo-Aryan (Hindhu-arya).Penyair terkenal asal Persia (Iran) yang bernama Firdusi (zaman pra Islam), dalam karyanya yang berjudul “Book of kings (Shah-namah) menulis bahwa pada abad V Sasanian, Raja Bahram Gur, mengundang 10.000 pemusik dari India ke kerajaannya ternyata para pemusik India ini kemudian menjadi cikal-bakal musik di Timur-Tengah sampai saat ini.Pada zaman A.D.810, kaum Athinganoi yang berasal dari India Kuno telah menetap di Constantinople, mereka mencari nafkah sebagai ahli sulap dan seniman. Saat ini keturunan mereka disebut Gypsi.”DARI DHARMA KE AGAMA Page 83Inilah sebagian tulisan dari A.L.Basham, seorang penulis Inggris yang jujur dengan masalah-masalah India. Bagaimana dengan pengaruh Hindu di Indonesia, kita semua tentu telah mengetahuinya baik dari sejarah maupun dari berbagai warisan budaya, bahwasanya kita semua atau sebagian besar sebenarnya berasal dari India juga. Kata INDONESIA, menurut Hindhu Vishva, Weda in the World, berasal dari kata INDO-NESUS (HINDU-ISLANDS). Indo sendiri berarti India (bahasa Belandanya Indie) dan pada awalnya Indonesia disebut sebagai Hindia-Belanda. Jadi sesuai dengan berbagai shastra widi di India seperti Ramayana dsb. Maka Indonesia pada masa lalu adalah bagian dari India (Barata-Warsa), bukan jajahan namun lebih merupakan sister-country.Hasil dari pengaruh Hindu ke kemerdekaan kita adalah falsafah hidup PANCASILA, yang lahir dari seorang turunan Hindu di Bali (Soekarno). Tanpa falsafah ini kita mungkin telah terpecah-pecah ke dalam beberapa negara.Walaupun pada saat ini kaum dharma di Indonesia merupakan kaum minoritas, namun dampaknya masih terasa untuk dunia. Borobudur, Prambanan dan Wayang telah dideklarasikan sebagai warisan

Page 13: Astronomi Agama Hindu.doc

budaya dunia, entah apalagi nantinya. Tanpa kita sadari berbagai falsafah dan kebudayaan serta filosofi Hindu-Buddhist telah melandasi dan menghidupi insan Indonesia sampai saat ini.

Diposkan oleh Laporan Praktikum Fisika (ketut Alit Adi Untara) di 01.14

Tidak ada komentar:

Menegakkan Dewasa Ayu pada Ritual di Zaman Modern

Dalam Bhagavata Purana dikisahkan saat Parikesit lahir, para rsi dan muni berkumpul untuk menghitung formasi bintang dan benda-benda angkasa guna mengetahui nasib si bayi yang baru lahir itu. Alhasil, konon dengan perhitungan ilmu Jyotisha, sejak kelahirannya Parikesit sudah diramalkan bakalan meninggal akibat dipatuk ular.

Astrologi dan astronomi dalam khasanah Weda dikenal dengan nama Jyotisha. Jyotisha secara harfiah berarti "Lord of Light" atau "studi tentang cahaya" mencakup terang dari langit maupun dalam "melihat" seseorang. Ini adalah model dari realitas yang menafsirkan kondisi diamati kosmos pada saat acara - seperti kelahiran - dalam rangka untuk memberikan gambaran ke dalam sifat dan peristiwa pada periode selanjutnya.

Jyotisha berdiri di garis depan sistem ramalan India dan dikenal sebagai "mata dari Veda". Veda (pengetahuan) adalah kognisi besar dari Resi kuno (orang bijak) yang merupakan dasar dari budaya India dan filsafat yang menguraikan inti pengetahuan tentang Brahman - roh murni abadi yang mendasari semua makhluk, semua objek dan pengalaman. Jyotisha sendiri adalah Vedanga - salah satu dari enam anggota badan dari Veda yang mendukung dan mempertahankan pengetahuan berharga dan memungkinkan untuk ditekuni terus dari generasi ke generasi.

Jyotisha adalah unik dalam kemampuannya secara umum dan berlaku untuk semua waktu, tempat dan individu. Karena alasan ini bahwa Jyotisha karena itu relevan dalam membimbing setiap orang menuju pemahaman yang lebih luas sehubungan dengan tempat kita di alam semesta, sehingga dapat mengetahui siapa diri kita di bentangan semesta yang maha luas ini. Juga pengetahuan mengenai dari mana kita berasal dan ke mana kita akan pergi. Jyotisha adalah alat yang ampuh dalam menerangi apa yang sebelumnya mungkin telah menjadi misteri dari rantai sebab dan akibat dan dengan demikian memungkinkan seorang individu untuk memahami

Page 14: Astronomi Agama Hindu.doc

dan menemukan keselarasan dengan hidupnya di masa kini.

Seperti semua mata pelajaran klasik India, Jyotisha benar-benar sebuah studi yang indah yang mencakup disiplin ilmu lain dan berkembang pada pengikutnya perpaduan unik dari logika, intuisi, pragmatisme, analisis dan sintesis. Memang, Jyotisha adalah "sadhana", sebuah jalan spiritual yang dapat mengubah kehidupan seseorang secara permanen.

Ala Ayuning Dewasa

Menurut Jyotisha, setiap waktu dipengarhui oleh konfigurasi benda-benda angkasa dan siapa yang lahir pada masa tertentu, maka bakat, watak dan nasibnya dapat dibaca berdasarkan pengaruh kosmos itu. Adalah Karma Phala yang memungkinkan seseorang terlahir pada waktu tertentu sesuai bobot karma yang telah dibuatnya pada masa sebelumnya. Demikian berpengaruhnya konfigurasi planet-planet angkasa, bagi kehidupan di bumi, maka bila hendak memulai suatu aktifitas baru diusahakan memilih waktu yang tepat. Seseorang berpikir untuk memulai usaha-usaha di bidang kebaikan, entah pembangunan, ritual, perjalanan dan sebagainya, maka diusahakan memperoleh dukungan dari energi makrokosmos yang terbaca lewat ilmu Jyotisha. Dan di Bali ilmu ini lumrah dikenal sebagai uger-uger padewasan atau uger-uger ala ayuning dewasa.

Ala ayuning dewasa di Bali menguraikan tentang perhitungan hari – hari yang sangat baik untuk melaksanakan upacara dan dan kegiatan lainnya, serta ada juga hari yang harus dihindari dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Ida Pandita Mpu Nabe Reka Dharmika Sandhiyasa dari Geriya Kayumas Kaja mengatakan, dalam penentuan waktu ritual ada banyak pilihan, karena ketentuannya adalah, wewaran alah dening wuku, wuku alah dening panglong, panglong alah dening sasih, sasih alah dening dauh dan dauh alah dening ning.

Menurut Ida Pandita Mpu Nabe, misalnya dewasa ayu berdasarkan sasih untuk upacara pawiwahan (Pernikahan), maka ketentuannya adalah Sasih Kaso, Karo (Buruk). Sasih Kasa buruk untuk melakukan pernikahan karena “kasengsaran” artinya dalam membangun rumah tangga akan menemui kesengsaraan, anak sakit – sakitan. Kemudian Sasih Karo juga buruk untuk melakukan pernikahan karena “Punggung Tiwas, Nemu Sungsut” artinya dalam membangun rumah tangga akan menemui kesengsaraan.

Sasih Katiga adalah waktu yang baik untuk melakukan pernikahan karena “Akeh Madue Putra” artinya dalam membangun rumah tangga akan banyak memiliki keturunan. Demikian juga pada Sasih Kapat sangat baik untuk melakukan pernikahan karena “Madruwe Artha Brana, Kinasihan Olih Sawitra” artinya dalam membangun rumah tangga akan hidup berlimpah dan dicintai para sahabatnya. Sementara sasih Kalima juga berkategori baik (ayu), untuk melakukan pernikahan karena “Rejeki Akeh” artinya dalam membangun rumah tangga akan berlimpah.

Tapi pada Sasih Kanem hendaknya dihindari untuk melangsungkan pernikahan, karena “Kapunggelan Tresna” artinya cinta kasih yang tidak kesampaian, susah memiliki keturunan. Sasih Kapitu (Baik), Kawulu dan Kasanga (Tidak baik). Sasih Kawulu, tidak baik melakukan pernikahan, karena “Tan Pasangu, Nandang Sengsara” artinya akan menemukan penderitaan. Sedangkan sasih Kasanga disebut “Kelaran, Kaos Tiwas Liglig” artinya akan sengsara dan

Page 15: Astronomi Agama Hindu.doc

miskin selama hidupnya.

Kadasa (Baik) Jyestha dan Sada (Buruk). Sasih Jyestha buruk untuk melakukan pernikahan karena “ngawe uyut” artinya sasih sumber keributan dan kericuhan dalam memulai rumah tangga. Selanjutnya Sasih Sadha dinyatakan buruk untuk melakukan pernikahan karena “ngawe uyut” artinya serba kekurangan dalam memulai rumah tangga. Sedangkan dari perhitungan ingkel yang buruk untuk melangsungkan pernikahan adalah ingkel wong.

Banyak perhitungan jelimet yang harus diperhatikan ketika seorang sulinggih atau pemangku ngelebang dewasa (Memberikan patokan hari baik kepada umat yang hendak menggelar ritual). Selain sasih, wuku, wewaran, ingkel, juga bilamana pada suatu hari memiliki perhitungan baik, seperti, dina jaya, kamajaya, dasamerta, dina kahuripan, panca werdi dan sebagainya.

Caru Pengalang Dina Ala

Seorang umat Hindu (Bali) yang berdomisili di Kalimantan, sebut saja namanya Made Wuku ingin pulang ke Bali untuk melangsungkan pernikahannya. Sayangnya ia terkendala waktu. Cuti hanya tiga hari membuatnya sulit untuk memenuhi kreteria ala ayuning dewasa di dalam menggelar hajatan sakral itu. Tapi, Ida Pandita Mpu Nabe Reka Dharmika Sandhiyasa yang kemudian memuput upacara tersebut dapat mencarikan solusi, sehingga keinginan menggelar ritual bisa berjalan lancar demikian juga swadharma-nya sebagai seorang walaka yang dituntut melakukan Karma Yoga tetap dapat berlangsung. Ida Pandita menjelaskan, ada upakara (bebantenan) yang diperuntukkan untuk pengalang dina ala (tumbal hari buruk), sehingga ‘dewasa ala’ pun masih bisa dilaksanakan yadnya. Untuk pernikahan banten pengalang dina dilakukan upakara di halaman (natar), di bawah tempat tidur (beten rongan) dan di atas tempat tidur. Dan dengan runtutan upakara pengalang dina ala itu, mereka yang melakukan upacara dan ikut terlibat di dalamnya diupayakan pikirannya menjadi ‘ning’. “Sebenarnya yang utama dalam sebuah perhelatan yadnya adalah manah ening, tetapi bagi kita semua kondisi itu sangat sulit dicapai, sehingga masih diperlukan upakara, perhitungan hari baik dan sebagainya guna membuat perasaan nyaman,” tutur Ida Pandita.

Beliau menambahkan, agama Hindu yang dipraktikkan di Bali terkesan rumit, tetapi sesungguhnya semua solusinya sudah disediakan, tinggal bagaimana kita menerima solusi itu sebagai sebuah kewajaran. Jika untuk melakukan upacara harus menunggu sasih tertentu, sementara yang bersangkutan harus segera berangkat bekerja ke kapal pesiar selama berbulan-bulan, apakah upacaranya harus ditunda? Menurut Ida Pandita yang sering muput di Jawa ini, niat baik termasuk beryadnya hendaknya jangan ditunda-tunda. Bilamana waktu yang dianggap baik tidak ada mengingat singkatnya kesempatan libur dan seterusnya, maka selaian ada banten pengalang dewasa ala untuk menetralisir pengaruh buruk hari dimaksud, juga pentingnya memiliki hasrat ketulusikhlasan dan kepasrahan di dalam beryadnya. Lebih-lebih yang bersangkutan hendak pergi menunaikan Karma Yoga (bekerja) yang juga sangat utama sebagai seorang grhastin atau yang bersiap melangkah ke jenjang itu. Ritual bukanlah satu-satunya kewajiban umat Hindu, jalan Karma Yoga sangat utama di zaman ini, karena itu ketentuan lain dari agama Hindu hendaknya mendukung kelancaran Karma Yoga ini, sehingga umat Hindu semakin aktif dan produktif, di mana saja berada dengan tetap berpijak pada sradha

Page 16: Astronomi Agama Hindu.doc

Om Swastiastu, Om Awighnamastu Namo Siddham.Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami terlepas dari kutuk dan neraka.Wariga adalah pengetahuan yang sangat terkenal di masyarakat. Para petani mempelajari wariga untuk mencari masa bercocok tanam. Para pedagang mempelajarinya untuk mencari hari baik mulai berdagang, membuat alat perdagangan dan berbagai bentuk keberuntungan. Para pendeta (Brahmana) mempelajari wariga, untuk menentukan saat-saat berupacara. Oleh karena itu, wariga merupakan pengetahuan yang sangat populer.Pada susunan Wedangga (batang tubuh Weda), wariga disebut dengan “jyotisha”, ilmu tentang cahaya atau perbintangan (jyotir). Dengan demikian, jyotisha diletakkan sebagai mata dari weda-weda. Jika orang tidak mengetahui jyotisha, mereka tidak akan bisa pergi ke mana-mana sebab tidak memiliki mata. Pernyataan ini menunjukkan bahwa “jyotisha” memegang peranan penting dalam weda-weda, sama seperti di Bali.Pada bagian dari wariga terdapat juga tenung-tenung (ramalan). Ramalan tersebut ditentukan berdasarkan wawaran, wuku dan sasih. Ramalan-ramalan berisi tentang jodoh, rejeki dan yang lainnya. Tenung-tenung ini dibedakan menjadi empat jenis (Aryana:2009:10) yaitu tenung pengalihan (menggabungkan urip wawaran), tenung jejinahan (menggunakan uang), tenung palelintangan (menggunakan lintang tertentu, misalnya lintang tangis) dan tenung campuran (menggunakan campuran dari teknik-teknik yang ada).Secara garis besar, wariga sebenarnya terdiri dari berbagai bagian. Bagian-bagian tersebut adalah:

1. Pawintangan (ilmu tentang perbintangan). Perbintangan biasanya digunakan untuk mencari hari-hari bercocok tanam. Berdasarkan wawaran (pancawara dan saptawara) terdapat 35 palalintangan atau gugusan bintang. Berdasarkan lontar Namaning Wintang terdapat 27 gugusan bintang, seperti Naksatra dalam Jyotisha (Lontar Namaning Wintang:Lembar I).

2. Sasih adalah ilmu tentang musim dan peredaran gerak semu matahari mengelilingi bumi dan bulan mengelilingi bumi. Ilmu ini biasanya digunakan untuk mencari masa bercocok tanam dan bulan-bulan yang baik untuk melakukan upacara tertentu. Sasih ini terdiri dari 12 sasih dalam satu tahun, tetapi kurang lebih setiap tiga tahun sekali terjadi penambahan sasih (bulan ke-13), untuk menyesuaikan tahun bulan dengan musim (tahun matahari). Pada satu sasih terdiri dari 30/29 hari (tithi), terbagi menjadi dua bagian yaitu suklapaksa (pananggal, paro terang) yaitu tithi setelah tilem menuju purnama, serta kresnapaksa (panglong, paro gelap) yaitu tithi setelah purnama menuju tilem. Jika satu sasih berumur 29 berarti terjadi pangalihan pada bulan tersebut. Pangalihan tersebut terjadi setiap 63 hari sekali atau setiap sembilan wuku sekali mengikuti rumus Eka Sungsang, Dwi Tambir, Tri Kulawu, Catur Wariga, Panca Pahang, Sad Bala, Sapta Kulantir, Nawa Uye dan Dasa Shinta.

3. Wuku adalah ilmu tentang ruas-ruas kumpulan bintang tertentu yang berporos dari bumi. Wuku berjumlah 30 dari Shinta – Watugunung. Setiap wuku berumur tujuh hari mulai dari redite (minggu) sampai saniscara (sabtu). Ilmu ini biasanya digunakan untuk menentukan saat-saat bercocok tanam, upacara dan hari-hari baik. Wuku berarti ruas, yang bisa dikonotasikan sebagai ruas-ruas jajaran bintang.

Page 17: Astronomi Agama Hindu.doc

4. Wawaran adalah ilmu tentang nama-nama hari yang mana setiap hari memiliki sepuluh nama (dasa nama) yang diwujudkan dengan Eka Wara sampai Dasa Wara. Wawaran biasanya digunakan untuk bercocok tanam, upacara tertentu dan hari-hari baik. Satu wawaran merupakan satu hari yang mulai dari matahari terbit sampai matahari terbit (pagi sampai pagi).

5. Dadauhan adalah ilmu tentang pembagian waktu selama satu hari. Masyarakat Bali mengenal pembagian waktu dalam lima pembagian siang dan malam (24/10) yang disebut dengan Panca Dauh dan delapan pembagian siang dan malam (24/16), yang disebut dengan Asta Dauh. Dauh ini biasanya digunakan untuk mencari saat menanam, bepergian dan melaksanakan upacara tertentu. 

Dalam mencari hari-hari yang terbaik, ahli wariga biasanya menggunakan gabungan dari kelima unsur tersebut. Tetapi terdapat juga rumus sebagai berikut:wawaran alah dening wuku, wuku alah dening tanggal/panglong, tanggal/panglong alah dening sasih, sasih alah dening dauh, dauh alah dening wetu, wetu alah dening Sang Hyang Tri Dasa Sakti (Namayudha:1993:35).Semua itu artinya adalah bahwa wawaran bisa diabaikan karena wuku menyatakan saat itu baik, wuku biasa diabaikan karena tithi (tanggal-panglong) menyatakan itu baik, tithi bisa diabaikan karena sasih menyatakan saat itu adalah saat yang baik, sasih juga biasa diabaikan karena dauh menyatakan itu adalah saat yang baik serta dauh juga bisa diabaikan karena sesuatu itu memang harus terjadi pada saat itu.Dari beberapa pengetahuan tentang wariga tersebut terdapat beberapa pelajaran-pelajaran yang berharga untuk perkembangan manusia. Pelajaran-pelajaran tersebut merupakan pokok-pokok filsafat kehidupan yang bisa digunakan untuk menuntun orang mencapai pembebasan. Ajaran-ajaran tersebut adalah kosmologi yaitu ilmu tentang kesemestaan, ontologi yaitu ilmu tentang esensi kehidupan dalam hubungannya dengan Tuhan dan etik yaitu tuntunan prilaku yang mengatur kehidupan manusia.1.KosmologiKosmologi adalah ilmu pengetahuan tentang alam semesta (Donder:2007:1). Dalam hinduisme, sumber utama kosmologi Hindu adalah Rig Veda 10.129 yang berisi lagu tentang penciptaan yang disebut dengan nâsadâsìya (Bowker:1997). Lagu tentang penciptaan itu berisi kisah sebelum ada apa-apa, Tuhan muncul dengan sendirinya kemudian menciptakan dunia ini. Kosmologi ini serupa dengan kosmologi yang terlihat pada pemaparan tentang mitologi wawaran. Berdasarkan Lontar Medangkumulan dan Lontar Bagawan Garga (Namayudha:1993:36) disebutkan, pada awalnya sebelum ada apapun, sinar suci  melayang-layang. Sinar suci ini disebut sebagai guru sejati yang disebut Sang Hyang Licin. Beliau memiliki wujud sangat gaib dan suci. Beliau memiliki wujud bermacam-macam di dunia ini, seperti Sang Hyang Tuduh. Semua itu adalah beliau yang suci, yang ada pertamakali tanpa ayah dan ibu.Sang Hyang Licin bertapa melahirkan positif dan negatif. Wujud keduanya adalah tunggal, yaitu Sang Hyang Kala yang berwujud dua yaitu Sang Hyang Rahu dan Sang Hyang Ketu. Sang Hyang Rahu menciptakan para kala dan Sang Hyang Ketu menciptakan para dewa dan wawaran. Kutipan lontar Bagawan Garga tersebut adalah sebagai berikut (Namayudha:1993:37):Hana ta dewa anglayang, guru tunggal, ingaranan sang hyang licin, suksma nirmala, endah stananya maring sunya, pantaranya rumawak tuduh, ya ta sang hyang licin, rumaga rama tan sahayebu, mayoga sang hyang licin, hana bagawan bhregu, mayoga bhagawan bhregu hana rwa

Page 18: Astronomi Agama Hindu.doc

mimitan, nga, rahayu mimitan, kala mimitan, rupanya kadi tunggal, nga, dewa kala, rahu mawak ketu lwirnya: sang hyang rahu angadakna, kala kabeh, sang hyang ketu ika hamijil kna dewa kabeh, mwang wawaran.Mitologi kelahiran wawaran ini mengajarkan sesuatu tentang proses penciptaan. Sang Hyang Licin merupakan Tuhan yang ada dengan sendirinya yang dalam weda-weda disebut dengan Swayambu. Sang Hyang Licin bertapa, mengkonsentrasikan diriNya sehingga lahirlah Bhagawan Bhregu yang menjadi ayah daripada para rahu dan ketu. Rahu adalah ayah daripada para kala dan ketu adalah ayah daripada para dewa. Keduanya adalah siang dan malam yang melahirkan kehidupan.Pada fase berikutnya Lontar Bhagawan Garga (Namayudha:1993:39) menceritakan tentang peperangan antara para kala dan dewa ini. Pertarungan ini menghasilkan urip (kekuatan) dari setiap wawaran. Kekuatan ini menimbulkan berbagai ketidakseimbangan, sehingga terus berperang. Peperangan inilah yang menjadi hari baik dan buruk. Untuk memenangkan kebaikan maka para dewa beryoga menciptakan kondisi yang baik di dunia ini. Dengan demikian, saat-saat dewa beryoga merupakan saat yang stabil, yang bisa digunakan untuk melaksanakan hal-hal tertentu.

Mitologi itu memberikan gambaran kosmologi bahwa semesta tercipta melalui proses pertarungan positif dan negatif (proton dan elektron). Tuhan kemudian beryoga untuk menciptakan kestabilan sehingga terlahirlah kehidupan yang di dalam dirinya juga mengandung positif dan negatif sehingga perlu melakukan yoga untuk menstabilkan dirinya. Dengan demikian, secara makrokosmos dewa-dewa beryoga dan secara mikrokosmos manusiapun harus beryoga untuk menstabilkan dirinya. Kosmologi ini mengajarkan manusia memiliki terminal (tempat pemberhentian) untuk mencapai tujuan akhir. Pemberhentian ini tidak mungkin berada dalam gerakkan bumi atau matahari yang terus berputar. Pemberhentian ini hanya ada pada esensi pikiran yang dalam kosmologi disebut sebagai Sang Hyang Licin.Kosmologi ini juga mengajarkan bahwa keteraturan semesta tersebut merupakan proses yoga, yaitu hubungan dengan Tuhan (pusat). Apabila yoga para dewa goyah maka akan timbul ketidakteraturan. Karena itu, proses keselamatan alam semesta ini terletak pada yoga. Yoga itu juga merupakan pertemuan. Konsep inilah yang mengajarkan umat Hindu di Bali untuk mencari pertemuan-pertemuan tertentu dalam menentukan dewasa, misalnya pertemuan sukra umanis nuju purnama disebut dengan purnasuka adalah hari baik untuk melakukan segala pekerjaan (Ananda Kusuma:1979:30).2.OntologiOntologi membicarakan azas-azas rasional dari yang ada, sehingga ontologi berusaha mengetahui esensi dari yang ada (Kattsoff:2004:74). Pada wariga, yang ada tersebut juga diuraikan sebagai Sang Hyang Licin yang menjadikan semuanya. Sang Hyang Licin adalah esensi dari baik dan buruk. Esensi tersebut adalah keadaan beryoga, sehingga untuk menemukan esensi, seseorang harus berada dalam keadaan “yoga”.Berdasarkan esensi seperti itu maka hari baik selalu dihubungkan dengan kondisi dewa beryoga. Hal ini digambarkan dalam Lontar Mertaning Sasih sebagai berikut:…..måtta maúa aran iki, ûaúih måtta paktan tenggala, ne kocap ada munggah, ditu ngajak payogan bhâtârra, bilang ng ûaúih ada payogan bhâtârra, bungan ûaúih to adanña (Lontar Mertaning Sasih:I.a).Kutipan lontar ini mengandung maksud bahwa bulan yang memberikan manfaat yang baik (måtta) adalah saat dewa-dewa beryoga. Pada setiap bulan (ûaúih) terdapat saat-saat seperti itu yang disebut dengan bunganya bulan. Hal ini menunjukkan sebuah esensi daripada hari baik,

Page 19: Astronomi Agama Hindu.doc

yaitu keadaan “yoga”. Kondisi yoga dapat digambarkan sebagai kondisi sâmadhi yang seperti digambarkan dalam Yoga Sutra Rsi Patanjali, serta teks-teks lainnya seperti Bhagavad Gita. Kondisi ini adalah ketenangan, kedamaian dan kesantosaan batin. Saat-saat seperti itu adalah saat dimana atman dan brahman mengalami persatuan. Penyatuan ini adalah kembalinya positif dan negatif (rahu dan ketu) pada esensi semula yakni Sang Hyang Licin (Tuhan).Dengan demikian, esensi dari wariga adalah ketuhanan. Pengetahuan yang terdalam tentang wariga adalah kesadaran tentang ketuhanan. Kesadaran ketuhanan adalah proses pencerahan. Jika orang telah mendapatkan pencerahan maka ia dapat menentukan kebaikan, termasuk hari baik. Karena itu, wariga mengajarkan orang untuk menumbuhkan kebijaksanaan, sehingga bisa menentukan baik dan buruk. Kebijaksanaan ini merupakan penerang dalam perjalanan kehidupan ini. Dengan demikian, pencerahan adalah proses sempurna mencapai moksha (pembebasan).

3.EtikaEtika berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang baik, buruk, kebajikan dan kejahatan. Karena itu, etika adalah pengetahuan tentang norma (Kattsoff:2004:78). Dalam wariga terdapat pelajaran tentang norma-norma yang mesti dilakukan apabila ingin berhasil dalam berbagai pekerjaan. Norma-norma ini berkaitan dengan pengetahuan bahwa setiap hari memiliki unsur baik dan buruk. Pengetahuan seperti ini melahirkan norma bahwa manusia hendaknya senantiasa untuk melakukan “yoga”, berhubungan dengan Tuhan untuk mendapatkan esensi dari segalanya, yaitu kebajikan.Pergulatan rahu dan ketu merupakan pergulatan abadi, tanpa ada yang menjadi pemenang seperti yang tergambar dalam pertarungan barong dan rangda dalam tradisi di Bali. Tetapi manusia tidak berhenti pada pertarungan. Kalah dan menang dalam pertarungan tidaklah penting. Yang terpenting dari pertarungan tersebut adalah bahwa manusia menemukan esensi dari kehidupan ini yaitu Tuhan. Hal ini melahirkan etika untuk selalu memuja Tuhan untuk mendapatkan kebajikan.Hal tersebut sejalan dengan Bhagavad Gita yang mengajarkan setiap manusia untuk meneguhkan dirinya dalam yoga seperti bunyi Bhagavad Gita VIII-27 sebagai berikut:Naite såtì pârtha jânan yogì muhyati kaúcana,Tasmât sarveûu kâleûu yoga-yukto bhavârjunaArtinya:Dengan mengetahui sifat hakiki kedua jalan ini, wahai Pârtha, para yogi tidak pernah bimbang hati, karena itu setiap saat wahai Arjuna teguhkan imanmu dalam ajaran yoga (Pudja:2005:220).Etika ini mendorong pada pemujaan terhadap Tuhan, karena esensi wariga adalah bahwa dauh alah dening Sang Hyang Tryo Dasa Saksi (Tuhan). Dengan demikian, orang yang selalu berada dalam ketuhanan, sama sekali tidak memerlukan pilihan-pilihan hari. Pilihan-pilihan hari hanya perlu bagi orang-orang yang belum mantap. Pilihan hari yang baik akan mendorong kemantapan seseorang dalam yoga. Bagi orang yang mantap, pilihan hari tersebut tidak perlu sebab ia telah menjadi surya (pencerah) itu sendiri.4.Menuju PembebasanKosmologi, ontologi dan etika yang terbangun dari wariga mengajarkan manusia untuk dapat memahami asal-usul “terang”. Asal-usulnya berasal dari Tuhan, sehingga manusia dalam proses rwa bhineda (baik dan buruk) diajarkan untuk menaiki jalan-jalan pencerahan. Pertentangan baik dan buruk hendaknya tidak menurunkan derajat kemanusiaan, tetapi menaikkan derajat kemanusiaan. Menaikkan derajat kemanusiaan ini hanya dapat dilakukan dengan “yoga”. Pada konsep wariga, manusia diajarkan untuk mengetahui posisi para dewa melakukan yoga sebab pada posisi tersebut manusia akan terbantu untuk melakukan yoga.

Page 20: Astronomi Agama Hindu.doc

Ketika dewa melakukan yoga maka manusia akan mendapatkan manfaat (måtta). Manfaat tersebut sesungguhnya adalah keabadian. Måtta berasal dari kata Amåta yang berarti abadi. Keabadian adalah kondisi dimana atman bersatu dengan brahman, yaitu menunggalnya pada esensi hari yaitu Sang Hyang Licin. Ajaran ini menunjukkan bahwa wariga menuntun seseorang untuk mencapai pembebasan yang sempurna, yaitu menjadi cerah. Orang yang telah mencapai pencerahan akan selalu berhasil dalam berbagai usahanya sebab sudah tidak terikat lagi pada rahu dan ketu.Rahu dan ketu berada dalam indrya-indrya atau hanya dapat dirasakan oleh Panca Indra. Jika orang telah melampau hal tersebut maka ia telah mencapai keadaan yang sempurna. Bhagavad Gita II.61 menyatakan sebagai berikut:Tâni sarvâói saýyamya yukta âsìta mat-parah,Vaúe hi yasyendriyâói tasya prajña pratiûþhitâArtinya:Setelah dapat menguasai semua ini, ia harus duduk memusatkan pikiran pada-Ku, sebab yang dapat mengendalikan panca indryanya dinamakan memiliki kebijaksanaan yang teguh (Pudja:2005:70).Pertarungan dewa dan kala merupakan proses untuk mengendalikan indrya. Kala senantiasa harus dikendalikan. Kala adalah indrya yang berada dalam diri. Karena itu, pemilihan hari saja tidak cukup, manusia harus mengendalikan dirinya. Wariga juga mengajarkan manusia harus bersabar dalam melakukan sesuatu. Kesabaran tersebut adalah pelajaran pertama dari pengendalian diri. Misalnya perkawinan biasanya dilaksanakan pada bulan ke empat, kelima dan kesepuluh. Setiap orang sebaiknya memilih hari-hari itu. Manusia hendaknya tidak melaksanakan keinginannya sekehendak itu. Hal itulah yang merupakan pelajaran pertama untuk mencapai pembebasan dalam wariga seperti juga dibenarkan oleh Bhagavad Gita.  Wariga dan Dewasa, merupakan Ilmu astronomi ala Bali Wariga dan dewasa adalah dua istilah yang paling umum diperhatikan oleh umat hindu khususnya di bali bila ingin mencapai kesempurnaan dan keberhasilan. Kedua ilmu itu merupakan salah satu cabang ilmu agama yang dihubungkan dengan ilmu astronomi atau “Jyotisa Sastra” sebagai salah satu wedangga. Walaupun kedua ilmu tersebut sebagai salah satu cabang ilmu weda, namun pendalamannya tidak banyak diketahui kecuali untuk tujuan praktis pegangan oleh para pendeta dalam memberikan petunjuk baik buruknya hari dalam hubungannya untuk melakukan usaha agar supaya berhasil dengan mengingat hari atau waktu dalam sistim sradha hindu yang dipengaruhi oleh unsur kekuatan tertentu dan planet-planet itu.

Dalam lontar yang disebut “Keputusan Sunari” mengatakan bahwa kata wariga berasal dari dua kata, yaitu “wara” yang berarti puncak/istimewa dan “ga” yang berarti terang. Sebagai penjelasan dikemukakan “….iki uttamaning pati lawan urip, manemu marga wakasing apadadang, ike tegesing wariga”. dari penjelasan ini jelas bahwa yang dimaksud dengan wariga adalah jalan untuk mendapatkan ke’terang’an dalam usaha untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan hidup matinya hari.

Disamping masalah itu, penentuan hari baik berdasarkan perhitungan menurut wariga disebut padewasan (dewasa). Jadi dewasa tidak lepas dari ilmu wariga dimana di dalam wariga, urip hari telah terperinci secara baku. Ini harus dipegang sebagai keyakinan kepercayaan. Dasarnya adalah percaya adan inilah agama.

Page 21: Astronomi Agama Hindu.doc

Kata “dewasa” terdiri dari kata; “de” yang berarti dewa guru, “wa” yang berarti apadang/lapang dan “sa” yang berarti ayu/baik. Dengan demikian jelas bahwa dewasa adalah satu pegangan yang berhubungan dengan pemilihan hari yang tepat agar semua jalan atau perbuatan itu lapang jalannya, baik akibatnya dan tiada aral rintangan.

Masalah wariga dan dewasa mencakup pengertian pemilihan hari dan saat yang baik, ada perlu diperhatikan beberapa ketentuan yang menyangkut masalah “wewaran, wuku, tanggal, sasih dan dauh” dimana kedudukan masing-masing waktu itu secara relative mempunyai pengaruh . didalilkan sebagai berikut:

 Wewaran                  dikalahkan oleh wuku  Wuku                         dikalahkan oleh tanggal panglong 

Tanggal panglong     dikalahkan oleh sasih 

Sasih                           dikalahkan oleh dauh 

Dauh                           dikalahkan oleh de Ning (keheningan hati).

Untuk dapat memahami hubungan kesemuanya itu perlu mempelajari arti wewaran dan hubungannya dengan alam ghaib.

WukuDisamping perhitungan hari berdawarkan wara sistim kalender yang dipergunakan dalam wariga dikenal pula perhitungan atas dasar wuku (buku) dimana satu wuku memilihi umur tujuh hari, dimulai hari minggu (raditya/redite). 1 tahun kalender pawukon = 30 wuku, sehingga 1 tahun wuku = 30 x 7 hari = 210 hari.Adapun nama-nama wukunya sebagai berikut;Sita, landep, ukir, kilantir, taulu, gumbreg, wariga, warigadean, julungwangi, sungsang, dunggulan, kuningan, langkir, medangsia, pujut, Pahang, krulut, merakih, tambir, medangkungan, matal, uye, menial, prangbakat, bala, ugu, wayang, klawu, dukut dan watugunung.

WewaranWewaran berasal dari kata “wara” yang dapat diartikan sebagai hari, seperti hari senin, selasa dll. Masa perputaran satu siklus tidak sama cara menghimpunnya. Siklus ini dikenal misalnya dalam sistim kalender hindu dengan istilah bilangan, sebagai berikut;

1. Eka wara; luang (tunggal) 2. Dwi wara; menga (terbuka), pepet (tertutup). 

3. Tri wara; pasah, beteng, kajeng. 

4. Catur wara; sri (makmur), laba (pemberian), jaya (unggul), menala (sekitar daerah). 

Page 22: Astronomi Agama Hindu.doc

5. Panca wara; umanis (penggerak), paing (pencipta), pon (penguasa), wage (pemelihara), kliwon (pelebur). 

6. Sad wara; tungleh (tak kekal), aryang (kurus), urukung (punah), paniron (gemuk), was (kuat), maulu (membiak). 

7. Sapta wara; redite (minggu), soma (senin), Anggara (selasa), budha (rabu), wrihaspati (kamis), sukra (jumat), saniscara (sabtu). Jejepan; mina (ikan), Taru (kayu), sato (binatang), patra ( tumbuhan menjalar), wong (manusia), paksi (burung). 

8. Asta wara; sri (makmur), indra (indah), guru (tuntunan), yama (adil), ludra (pelebur), brahma (pencipta), kala (nilai), uma (pemelihara). 

9. Sanga wara; dangu (antara terang dan gelap), jangur (antara jadi dan batal), gigis (sederhana), nohan (gembira), ogan (bingung), erangan (dendam), urungan (batal), tulus (langsung/lancar), dadi (jadi). 

10. Dasa wara; pandita (bijaksana), pati (dinamis), suka (periang), duka (jiwa seni/mudah tersinggung), sri (kewanitaan), manuh (taat/menurut), manusa (sosial), eraja (kepemimpinan), dewa (berbudi luhur), raksasa (keras)

Disamping pembagian siklus yang merupakan pembagian masa dengan nama-namanya, lebih jauh tiap wewaran dianggap memiliki nilai yang dipergunakan untuk menentuk ukuran baik buruknya suatu hari. Nilai itu disebut “urip” atau neptu yang bersifat tetap. Karena itu nilainya harus dihafalkan.

Tanggal dan PanglongSelain perhitungan wuku dan wewaran ada juga disebut dengan Penanggal dan panglong. Masing masing siklusnya adalah 15 hari. Perhitungan penanggal dimulai 1 hari setelah (H+1) hari Tilem (bulan Mati) dan panglong dimulai 1 hari setelah (H+1) hari purnama (bulan penuh).

SasihSasih secara harafiahnya sama diartikan dengan bulan. Sama sepertinya kalender internasional, sasih juga ada sebanyak 12 sasih selama setahun, perhitungannya menggunakan “perhitungan Rasi” sesuai dengan tahun surya (12 rasi = 365/366 hari) dimulai dari 21 maret. adapun pembagian sasih tersebut adalah;

Kedasa                       = Mesa            = Maret – April. Jiyestha           = Wresaba       = April – Mei.

Sadha              = Mintuna       = Mei – Juni.

Kasa                = Rekata          = Juni– Juli.

Karo                = Singa            = Juli –Agustus.

Ketiga             = Kania           = Agustus – September.

Kapat              = Tula              = September – Oktober.

Page 23: Astronomi Agama Hindu.doc

Kelima             = Mercika        = Oktober – November.

Kenem             = Danuh          = November – Desember.

Kepitu                         = Mekara         = Desember – Januari.

Kewulu           = Kumba         = Januari – Februari.

Kesanga          = MIna            = Februari – Maret.

Dauh/dedauhanMerupakan pembagian waktu dalam satu hari. Sehingga dedauh ini berlaku 1 hari atau satu hari dan satu malam. Berdasarkan dedauhan maka pergantian hari secara hindu adalah mulai terbitnya matahari (5.30 WIB). Inti dauh ayu adalah saringan dari pertemuan panca dawuh dengan asthadawuh, antara lain;

Redite             = Siang; 7.00 – 7.54 dan 10.18 – 12.42,

   malam; 22.18 – 24.42 dan 3.06 - 4.00 

Coma              = Siang; 7.54 – 10.18,

   malam; 24.42 – 3.06 

Anggara         = Siang; 10.00 – 11.30 dan 13.00 – 15.06,

   malam; 19.54 – 22.00 dan 23.30 - 1.00 

Buda               = Siang; 7.54 – 8.30 dan 11.30 – 12.42,

   malam; 22.18 – 23.30 dan 2.30 – 3.06 

Wraspati        = Siang; 5.30 – 7.54 dan 12.42 – 14.30,

   malam; 20.30 – 22.18 dan 3.06 – 5.30 

Sukra              = Siang; 8.30 – 10.18 dan 16.00 – 17.30,

   malam; 17.30 – 19.00 dan 24.42 – 2.30 

Saniscara        = Siang; 11.30 – 12.42,

   malam; 22.18 – 23.30

1.     BAYI LAHIRHari, jam bayi lahir atau orang meninggal dunia. Siang atau malam :

Page 24: Astronomi Agama Hindu.doc

MingguJam, 6-7-11-1-5

SeninJam, 8-10-1-3-5

SelasaJam, 7-10-12-2-5

RabuJam, 7-9-11-2-4

KamisJam, 8-11-1-3-4

JumatJam, 8-10-12-3-4

SabtuJam, 7-9-12-2-4

Keterangan : Karena pengaruh sesuatu, mungkin lebih atau kurang beberapa menit.

2.     TABIAT ANAK YANG LAHIR MENURUT SAPTAWARAMinggu

  Tidak baik melakukan pekerjaan yang penting-penting.  Tidak senang direndahkan  Suka beramal

Upakara pada hari lahirnya, sajen itu diisi emas (lambang Matahari)Senin

  Baik bercocok tanam  Sabar, jujur, dicintai orang  Bebal menyebabkan sering mendapatkan kesusahan

Upakara pada hari lahirnya, sajen itu diisi perak (lambang Bulan)

Selasa  Jangan melakukan pekerjaan yang penting-penting, karena dapat menyebabkan kesusahan  Rajin bekerja yang berat-berat maupun yang ringan-ringan

Upakara pada hari lahirnya, sajen itu diisi gangsa (lambang Api)Rabu

  Hasil pekerjaan sedang  Pikirannya baik, sabar, sopan santun, suka menyimpan  Hatinya agak rusuh

Upakara pada hari lahirnya, sajen itu diisi besi (lambang Tanah)Kamis

  Baik melakukan segala pekerjaan  Adil tegas  Tidak sayang pada miliknya

Upakara pada hari lahirnya, sajen itu diisi perunggu (lambang Guntur)

Jumat  Baik bercocok tanam, pekerjaan yang lain hasilnya sedikit  Berlaku susila, suka bertapa

Page 25: Astronomi Agama Hindu.doc

  MalasUpakara pada hari lahirnya, sajen itu diisi tembaga (lambang Hujan)

Sabtu  Pekerjaannya baik, tapi harus hati-hati  Pandai, cerdik dan jadi pelindung

Upakara pada hari lahirnya, sajen itu diisi timah (lambang Angin)

1.     TABIAT ANAK YANG LAHIR MENURUT ASTHAWARAShri

  Berhati baik  Sentosha  Tidak kekurangan makan dan minum

Indra  Berhati kurang terang  Berpangkat  Beruntung

Guru  Berhati terang  Dihormati  Nasehatnya mendapat perhatian

Yama  Berhati buruk  Suka memfitnah  Suka membuat orang lain susah

Rudra  Berhati pemarah  Sering sakit

Brahma  Berhati sering marah  Tidak senang kalau orang lain mencela

Kala  Berhati loba  Suka melakukan pekerjaan yang menyusahkan

Uma  Berhati cidra  Pendiam  Suka berhati-hati

2.     TABIAT ANAK YANG LAHIR MENURUT SANGAWARADangu

  Bodoh, meskipun rajin belajar  Sukar menjadi  orang pandai

Page 26: Astronomi Agama Hindu.doc

  Lambangnya BatuJangur

  Sombong  Suka berbuat buruk dan bengis  Lambangnya Harimau

Gigis  Suka merendahkan diri  Suka menerima seadanya  Lambangnya Tanah

Nohan  Tenang  Tidak mau membuat huru hara  Lambangnya Bulan

Ogan  Suka kepada milik orang lain  Kalau bisa mengatasi akan menjadi orang baik-baik  Lambangnya Ulat

Erangan  Pandai  Keinginannya sering tidak tercapai akibat dari hatinya yang suka marah  Lambangnya Matahari

Urukung  Cita-citanya jarang tercapai, karena suka marah  Lambangnya Api

Tulus  Cita-citanya sering tercapai  Lambangnya Air

Dadi  Kehendaknya berhasil  Beruntung  Lambangnya Pohon Kayu

3.     TABIAT ANAK YANG LAHIR MENURUT DASHAWARAPandita

  Suka pada kebersihan  Pandai dan cerdik 

Pati  Selalu mengalami suka dan duka

Suka  Sering merasa senang

Dukha  Sering merasa sedih

Shri  Suka menolong  Banyak cintanya

Page 27: Astronomi Agama Hindu.doc

Manuh  Pendiam  Suka menurut kata-kata orang lain

Manusa  Keadaan menderita

Raja  Mempunyai kemampuan untuk memimpin

Dewa  Akhli  Berwibawa

Raksasa  Sifat loba  Keras hati

1.     TABIAT ANAK YANG LAHIR MENURUT TRIWARADora (Pasah)

  Berhati gembira  Suka bercakap  Suka bepergian  Suka memperolok-olok kawannyaPembersihanya mandi dengan 12 mata air

Waya (Beteng)  Tahu berdoaPembersihannya mandi dengan 8 mata air

Byantara (Kajeng)  Suka menyusahkan diri sendiri  Suka bercakap  RoyalPembersihanya mandi dipinggir sungai dengan 18 mata air

2.     TABIAT ANAK YANG LAHIR MENURUT CATURWARAShri

  Suka memuji  Tenang  BersihPembersihannya mandi di laut dengan 12 mata air

Laba  Mempunyai cita-cita yang baik  Rajin berusaha  Banyak bicara  Waspada  Berlaku susilaPembersihannya mandi di halaman dengan 1 mata air

Jaya  Berhati teguh  Berlaku curang asal berhasil

Page 28: Astronomi Agama Hindu.doc

  Sukar mendapat kesenangan                        Pembersihannya mandi dengan 12 mata air di tengah-tengah                        halaman 

Mandala  Suka bersenang-senang  Kurang cerdik  Suka beramal  Berusia pendekPembersihannya mandi dengan 13 mata air di kebon

1.     TABIAT ANAK YANG LAHIR MENURUT PANCAWARAUmanis

  Tabah bercakap-cakap  Suka sewenang-wenang  Royal

Pembersihanya mandi dengan 18 mata air di jalanBeya pada hari lahirnya :Di Kemulan :

  Penek agung 1, dibawah penek diisi uang 55  Ayam putih di panggang  Buah-buahan 5  Tatebus 5  Porosan 5

Di Balai :   Nasi tumpeng 1 pakon  Ikan babi seharga 55 diolah  Sambel dikukus

  Buah-buahan 5 

Paing  Rajin  Sering termenung  Keras hati

Pembersihanya mandi dengan 12 mata air ditengah-tengah lingkaran apiBeya pada hari lahirnya :Di Kemulan :

  Penek agung 1, dibawah penek diisi uang 99  Ayam merah di panggang  Buah-buahan 9  Tatebus 9  Porosan 9

Di Balai :   Nasi tumpeng 1 pakon  Ikan babi seharga 99 diolah  Sayur kacang kara berbumbu asam

Page 29: Astronomi Agama Hindu.doc

  Buah-buahan 9Pon

  Suka bergurau  Suka bergaul

Pembersihanya mandi di laut dengan 8 mata airBeya pada hari lahirnya :Di Kemulan :

  Penek agung 1, dibawah penek diisi uang 77  Ayam putih kuning dengan isinya  Buah-buahan 7  Tatebus 7  Porosan 7

Di Balai :   Nasi tumpeng 1 pakon  Ikan babi seharga 77 diolah  Godoh tumpi 7  Buah-buahan 5  Tatebus 7  Porosan 7

Wage  Suka berbohong  Tidak suka merendahkan diri  Kurang jujur dengan sahabatnya  Suka bekerja

Pembersihanya mandi di halaman dengan 6 mata airBeya pada hari lahirnya :Di Kemulan :

  Tumpeng kusuh berpuncak warna hitam, dibawah penek diisi uang 44  Ayam hitam dipanggang  Balung gagending  Buah-buahan 4  Godoh tumpi 4  Tatebus 4

  Porosan 4 Di Balai :

  Nasi tumpeng 1 pakon, di atas tumpeng diisi bunga teleng biru  Ikan babi seharga 44 diolah  Telur asin  Sambal tanpa garam di kukus  Udang  Buah-buahan 4  Godoh tumpi 4  Tatebus 4  Porosan 4

Keliwon

Page 30: Astronomi Agama Hindu.doc

  Suka membuat rencana dan bersemangatPembersihanya mandi di pinggir sungai dengan 14 mata airBeya pada hari lahirnya :Di Kemulan :

  Penek agung 1, dibawah penek diisi uang 88  Ayam brumbun di panggang  Ketan  Buah-buahan 8  Godoh tumpi 8  Tatebus 8  Porosan 8

Di Balai :   Nasi tumpeng 1 pakon  Ayam yang sedang diolah  Sambel tanpa garam dikukus  Buah-buahan 5  Godoh tumpi 8  Tatebus 8  Porosan 8

1.     TABIAT ANAK YANG LAHIR MENURUT SADWARATungleh

  Suka berbohong  Suka membuat malu  Tidak baik menanam tanaman yang menghasilkan daun

Aryang  Sering lupa  Baik membuat racun  Jangan berburu mencari ikan  Tidak baik menjadi tukang rumah

Urukung  Sering lengah  Baik jadi pemburu tapi jangan merusak hutan

Paniron  Tahu tata susila  Hormat   Baik menjadi pengail

Was  Berlagak  Baik mencari burung di hutan

Mahulu  Pemarah  Baik menjadi petani  Tidak baik menanam pohon buah-buahan yang berbiji

2.     TABIAT ANAK YANG LAHIR MENURUT PRATITI

Page 31: Astronomi Agama Hindu.doc

Tresna  Murah hati, karena itu ia sering kekurangan  Suka mengganggu  Kurang sopan  Tidak mempunyai pengikut  Tidak mendapat kedudukan  Kalau meninggal pada Upadhana

Upadhana  Cukup mendapat kesenangan  Pemberani  Murah hati  Jujur  Kata-katanya menyenangkan hati  Mudah mendapat pekerjaan  Kalau meninggal pada Bhawa

Bhawa  Pemberani  Hingga tua bergaul dengan kaum keluarganya  Sering mendapat kesushan karena angkara  Tidak tetap pendirian  Mempunyai perasaan hati yang gagah  Kalau meninggal dunia pada Jati

Jati  Pemberani  Dicintai oleh tuannya  Apa yang dikatakannya demekian diperbuatnya  Banyak orang yang cinta karena jujur  Lahir dan bathin baik  Kalau meninggal pada Jaramarana

Jaramarana  Pandai  Suka marah  Pemberani  Dicintai oleh keluarganya  Kemana pergi sering mendapat susah  Kalau meninggal pada Awidhya

Awidhya  Mendapat kesenangan   Panjang umur  Kadang menderita buruk tetapi lekas baik  Segala yang dikerjakannya baik  Kalau meninggal pada Samskara

Samskara  Panjang umur  Kaya

Page 32: Astronomi Agama Hindu.doc

  Banyak mempunyai sahabat  Sering menderita kesusahan  Kalau meninggal dunia pada Widnyana

Widnyana  Panjang umur  Dicintai oleh pandita  Berhati iri  Berhati cinta kasih  Pemberani  Tidak pemarah  Apa yang dicita-citai mudah tercapai  Kalau meninggal pada Namarupa

Namarupa  Selamat  Pandai bekerja  Jarang sakit  Banyak mempunyai musuh karena suka menyusahkan orang lain  Bisa jadi orang kaya  Kalau meninggal dunia pada Sadayatana

Sadayatana  Suka berdebat  Pandai berbicara  Mempunyai cita-cita  Kemana pergi mendapat selamat  Jauh daripada penyakit  Kalau meninggal dunia pada Sparsa

Sparsa  Selamat  Suka berbantah  Iri  Bisa kaya  Mempunyai pandangan luas  Kalau meninggal pada Wedhana

Wedhana  Kaya  Akhli bangunan  Tingkah lakunya sopan santun  Bersih  Suka beramal  Kasih sayang kepada sesamanya  Kalau meninggal pada Tresna

1.     MENDIRIKAN BANGUNAN MENURUT SASIH       I.            Shrawana        : Gedung    II.            Bhadrapada     : Dapur III.            Asuji                : Kubu

Page 33: Astronomi Agama Hindu.doc

 IV.            Kartika                        : Balai    V.            Margasirsa       : Balai mujur VI.            Pausya             : LumbungVII.            Magha             : Pondok sawahVIII.            Phalguna         : Tempat ketungan IX.            Cetra               : Pintu halaman    X.            Waisyaka         : Kahyangan XI.            Jyestha                        : TabanXII.            Ashada                        : Tempat lesung

12.MEMBUAT PINTU HALAMAN MENURUT UKURAN DIBAGI 5 DAN 9Yang diukur tembok yang di tempati atau dipakai pintu. Kalau tempat pintu :         Di Timur, tembok itu diukur dari Timur Laut ke Tenggara         Di Selatan, tembok itu diukur dari Tenggara ke Barat Daya         Di Barat, tembok itu diukur dari Barat Daya ke Barat Laut         Di Utara, tembok itu diukur dari Barat Laut ke Timur LautPanjang ukuran itu lalu di bagi 5 atau 9 menurut kesukaan anda. Tiap-tiap bagian terdapat sebagai

berikut :

Di bagi 5       I.            Karta               : Sentosha    II.            Karti                : Baik III.            Kala                 : Buruk IV.            Kali                 : Susah    V.            Sangara           : MenderitaDi bagi 9  Pintu di Timur       I.            Berputera    II.            Sering susah III.            Buruk IV.            Pandai    V.            Kematian VI.            SentoshaVII.            KayaVIII.            Dicela IX.            Beruntung  Pintu di Selatan       I.            Berdosa    II.            Beristri III.            Mendapat pangan IV.            Tercapai cita-citanya    V.            Sederhana VI.            Sering susahVII.            BimbangVIII.            Sentosha IX.            Kecurian

Page 34: Astronomi Agama Hindu.doc

  Pintu di Barat       I.            Sering Sakit    II.            Kedatangan orang tua III.            Berputera IV.            Dikuasai oleh istri    V.            Kecurian VI.            BeruntungVII.            SentoshaVIII.            Berdosa karena anak IX.            Miskin  Pintu di Utara       I.            Mendapatkan uang yang tidak sah    II.            Kaya III.            Berputera IV.            Dihormati sesama    V.            Sering susah VI.            KayaVII.            Kaya karena istriVIII.            Susah karena orang lain IX.            Sering susah

13.MENDIRIKAN BANGUNAN MENURUT SAPTAWARA & SANGAWARASaptawara :         Minggu            → Buruk         Senin               → Baik         Selasa              → Berbantah         Rabu                → Senang         Kamis              → Mendapat makan dan minum         Jumat               → Banyak orang cinta         Sabtu               → Sedih

Sangawara :         Dangu             → Buruk         Jangur              → Buruk         Gigis                → Sering sakit         Nohan             → Janda         Ogan               → Diganggu oleh leluhur         Erangan           → kedatangan pencuri         Urungan          → Tidak berputera         Tulus               → Utama         Dadi                → Tercapai maksudnya

14.AGNI RAWANADilarang mengatapi bangunan :

Hari Pinanggal

Page 35: Astronomi Agama Hindu.doc

 Minggu 12

Senin 11

Selasa 10

Rabu 9

Kamis 8

Jumat 7

Sabtu 6

Menurut Pinanggal   : 2-4-8-11Menurut Panglong    : 3-4-9-13

15.CATUR LABAMenurut Pinanggal & Panglong1        : Yang dikerjakan berhasil2        : Senang dan tidak ada bahaya3        : Yang dicari tidak dapat4        : Tidak berhasil5        : Dapat makan dan minum6        : Tidak mendapat hadiah7        : Sentosha8        : Buruk9        : Berbahaya sekali10    : Sentosha11    : Kemana pergi akan merasa senang12    : Berakibat meninggal13    : Sentosha dan senang14    : Sengsara15    : Dicintai orang

16.ALA AYUNING SASIH       I.            Shrawana  Apabila kawin akan mempunyai keturunan  Bisa kaya   Dicintai  keluarga dan orang lain  Akhirnya miskin  Bernama “Tuwuh Turunan”    II.            Bhadrapada  Mendapat senang  Panjang umur  Tidak mempunyai turunan mungkin minta anak  Sedih  Bernama “Tiwas” III.            Asuji  Mendapat kutuk

Page 36: Astronomi Agama Hindu.doc

  Sangat buruk  Bernama “Loba Corah” IV.            Kartika  Banyak berputera  Sentosha  Setia bersuami istri  Sama melakukan sadhu dharma  Bernama “Suka Sedhana”    V.            Margasirsa  Mempunyai usaha dan mendapat rejeki  Tetapi sering bertengkar  Bernama “Menemui Rejeki” VI.            Pausya  Mendapat rejeki  Rumah tangga tidak tenang  Suka berbantah  Bernama “Bangga”VII.            Magha  Amat buruk  Sering sakit  Bernama “Gering AnglayungVIII.            Phalguna  Amat buruk  Menderita  Bernama “Embuh” IX.            Cetra  Amat buruk  Fitnah merajalela  Banyak orang sakit dan menderita  Bernama “Desti”    X.            Waisyaka  Pemerintah bijaksana  Putera-puteri susila  Banyak orang merasa senang  Bernama “Prabhu Pradnyan” XI.            Jyestha  Sangat buruk  Banyak perselisihan  Yang dharma disangka adharma  Yang susila disangka dursila  Bernama “Sangara”XII.            Ashada  Sangat buruk  Banyak perselisihan  Yang dharma disangka adharma  Yang susila disangka dursila

Page 37: Astronomi Agama Hindu.doc

  Bernama “Sangara” 

17.AMERTA MASABercocok tanam dan melakukan segala pekerjaan :1.      Shrawana        Pinanggal 102.      Bhadrapada     Pinanggal 73.      Asuji                Pinanggal 94.      Kartika                        Pada Purnama5.      Margasirsa       Pada Tilem6.      Pausya             Pinanggal 87.      Magha             Pinanggal 138.      Phalguna         Pinanggal 29.      Cetra               Pinanggal 610.  Waisyaka         Pinanggal 411.  Jyestha             Pinanggal 512.  Ashada            Pinanggal 1

  18.MENANAM PADI

Minggu            → Umanis       → MerakihSenin               → Umanis       → TauluSelasa              → Umanis       → UyeRabu                → Umanis       → JulungwangiKamis              → Umanis       → UguJumat               → Umanis       → LangkirSabtu               → Umanis       → Watugunung

19.HARI-JAM MENANAM TANAMANMinggu

Tebu dan sejenisnya :Baik jam          : 07.30, 12.00Buruk jam       : 10.30, 15.00

SeninUbi Dan sejenisnya :

Baik jam          : 10.30, 15.00Buruk jam       : 07.30, 12.00

SelasaBayam dan sejenisnya :

Baik jam          : 11.00, 15.00Buruk jam       : 07.30, 12.00

RabuMawar dan sejenisnya :

Baik jam          : 13.00, 15.00Buruk jam       : 09.00, 10.30

KamisPadi dan sejenisnya :

Baik jam          : 11.00, 13.30

Page 38: Astronomi Agama Hindu.doc

Buruk jam       : 09.30, 15.00

JumatPisang dan sejenisnya :

Baik jam          : 07.30, 10.00Buruk jam       : 12.00, 15.00

SabtuKacang dan sejenisnya :

Baik jam          : 09.00, 11.00Buruk jam       : 12.00, 15.00

20.PATI-PANTENTidak baik melakukan pekerjaan yang besar :1)      Eka                  → Sungsang    →Indra2)      Dwi                 → Tambir        → Shri3)      Tri                    → Kelawu       → Uma4)      Catur               → Wariga        →Kala5)      Panca               → Pahang       → Yama6)      Sad                  → Bala            → Brahma7)      Sapta               → Kulantir      → Rudra8)      Astha               → Langkir       → Uma9)      Nawa               → Uye            → Guru10)  Dasha              → Sinta           → RudraPinanggal dan panglong 10 dan jumat yang jatuh pada tilem disebut : Panten.

  21.GUNTUR RUMAH

Untuk mendirikan bangunan atau rumah menurut Wuku dan Saptawara :o   Landep                                    → Rabuo   Taulu                           → Rabuo   Medangsia                   → Kamiso   Merakih                       → Kamiso   Medangkungan           → Sabtuo   Ugu                             → Sabtu

22.AMERTA YOGA WUKUUntuk melakukan upacara Manusa Yadnyao   Senin   →Keliwon      →Landepo   Senin   →Umanis        → Tauluo   Senin   →Wage           →Medangsiao   Senin   → Keliwon     → Kruluto   Senin   → Umanis       → Medangkungano   Senin   → Paing          → Menailo   Senin   → Pon             → Uguo   Senin   →Wage           → Dukut

Page 39: Astronomi Agama Hindu.doc

23.TUTUT MASIHMengajar sapi, kerbau, kuda :o   Kamis  → Umanis       → Shintao   Senin   → Paing          → Ukiro   Senin   → Wage          → Julungwangio   Selasa  → Paing          → Sungsango   Senin   → Keliwon     → Kuningano   Selasa  → Pon             → Langkiro   Rabu    → Pon             → Pujuto   Jumat   → Paing          → Pahango   Kamis  → Keliwon     → Merakiho   Selasa  → Keliwon     → Tambiro   Sabtu   → Pon             → Matalo   Selasa  → Keliwon     → Prangbakato   Jumat   → Wage          → Wayang

  24.AMERTA DEWA

Untuk melakukan upacara Dewa Yadnya :Sapta Wara Pinanggal

Minggu 6Senin 7Selasa 3Rabu 2Kamis 5Jumat 1Sabtu 4

25.AMERTA GATIUntuk memulai suatu pekerjaan :

Hari Pinanggal/Panglong

Selasa 2, 3, 5

Kamis 2

Jumat 1

26.SUBHA CARAUntuk memulai belajar ilmu pengetahuan :

Hari Pinanggal/Panglong

Senin 3

Page 40: Astronomi Agama Hindu.doc

Selasa 7, 8

Rabu 2, 3, 6

Kamis 5, 6

Jumat 2, 4

27.SEDHANA YOGAUntuk memulai berdagang :Sapta Wara Pinanggal/Panglong

Minggu 8Senin 3Selasa 7Rabu 2Kamis 4Jumat 6Sabtu 5

28.PACEKANUntuk memulai bekerja di sawah atau di lading :

Sapta Wara Pinanggal/PanglongMinggu 12, 15Senin 11, 15Selasa 10, 15Rabu 9, 15Kamis 8, 15Jumat 7, 15Sabtu 6, 15

Membuat bulih atau mulai menanam hari Kajeng → Mahulu

29.DADIG KARANAHari yang dipandang buruk :Sapta Wara Pinanggal/Panglong

Minggu 2Senin 1Selasa 10Rabu 7Kamis 6Jumat 2, 7Sabtu -

30.JAM MATINYA SAPTAWARA

Page 41: Astronomi Agama Hindu.doc

Sapta Wara JamMinggu 09.00Senin 09.00Selasa 10.00Rabu 12.00Kamis 09.00Jumat 09.00Sabtu 10.00

31.MENCARI REJEKI, MENURUT SAPTAWARAMinggu            : Timur, Selatan           → Hidup                          Utara                                     → Sakit                          Barat                         → MatiSenin               : Selatan                      → Hidup                          Timur, Barat              → Sakit                          Utara                         → MatiSelasa              : Utara                         → Hidup                          Timur, Selatan           → Sakit                          Barat                         → MatiRabu                : Utara, Timur              → Hidup                          Barat                         → Sakit                          Selatan                      → MatiKamis              : Timur, Selatan           → Hidup                          Barat                         → Sakit                          Utara                         → MatiJumat               : Utara                         → Hidup                          Timur, Barat              → Sakit                          Selatan                      → MatiSabtu               : Barat                         → Hidup                          Selatan, Timur           → Sakit                          Utara                         → Mati

32.POTONG RAMBUT  Hari Senin dan Rabu  Hari Kamis → Wage pinanggal 1  Sasih Shrawana pinanggal 1

33.UPACARA BAYIAgar usianya lanjut :  Rabu → Pon pinanggal 10

34.UPACARA DEWA YADNYAAgar usia lanjut dan merasa senang :  Rabu → Wage pinanggal 10

Page 42: Astronomi Agama Hindu.doc

35.PAWIWAHANAgar rukun dan merasa senang :  Senin → Wage pinanggal 1

36.WERDHI LINGGIHUpacara memuja leluhur :  Rabu    → Umanis pinanggal 9

37.GAGAK ANUNGSUNG PATITidak baik melakukan upacara membakar mayat (mengabukan) :  Tiap-tiap pinanggal 9

38.INGKEL HARIMAUUntuk menangkap sapi, kerbau, kuda dan sebagainya :  Kamis → Pon → Warige

39.CORONG KODONGMembuat jaring :  Kamis → Keliwon →Langkir

40.WASMengebiri Hewan :  Beteng, Was

41.KARNA SULADilarang mendirikan bangunan/rumah :

Hari Pinanggal/Panglong

Minggu 12

Senin 11

Kamis 9

  42.RARUNG PAGELANGAN

Tidak baik melakukan upacara Manusa Yadnya :  Kamis pinanggal/panglong 6

43.PAGER WESIUntuk membuat tembok pembatas/penyengker :  Jumat → Paing pinanggal 3

44.TARU NGADEG

Page 43: Astronomi Agama Hindu.doc

Menebang kayu untuk bahan bangunan :  Was Guru

45.ATIWA-ATIWA (Mengabukan Jenazah)Agar suci dan sentosa :  Kamis → Keliwon pinanggal 11  Apratiwa                     : Waya membakar, Bhyantara menganyut  Tandang Manteri         : Bhyantara membakar, patut sehari itu menganyut  Tumandang Manteri    : Bhyantara membakar, lalu nganyut dan lalu mengerorasin.  Itu madya

utamaDilarang atiwa-atiwa, menyebabkan leluhur tidak suci dan sentosha :  Pinanggal 9  Panglong 1, 6, 14

46.GRAHA AYUMulai menempati rumah :  Tiap-tiap Rabu → Keliwon

  47.SEDHANA TIBA

Melakukan upacara Pitra dan Dewa di Sanggah, Ibu/Pemerajan :  Kasmis→Wage pinanggal 7

48.SHRI MURTIUpacara padi di lumbung :  Tiap-tiap Beteng, Shri

49.PANCA AMERTAUntuk hari nikah :  Rabu→Paing pinanggal 5

50.MEMBUAT ALAT-ALAT DAN SENJATA DARI BESI  Aryang, Brahma

51.SEMUT SEDULURTidak baik menguburkan jenazah :  Jumat   →Pon  Sabtu   →Umanis  Minggu→Keliwon

52.KALA GOTONGANTidak baik menguburkan jenazah :  Jumat   →Keliwon  Sabtu   →Umanis  Minggu→Paing

  53.KALA CAPLOKAN

Page 44: Astronomi Agama Hindu.doc

Membuat kail :  Senin→Paing→Merakih

54.KALA ATATMembuat tali atau menganyam :  Rabu→Pon→Watugunung   

55.KALA CEPITANMembuat perangkap :  Senin→Paing→Merakih

56.KALA MANGAPMenyebabkan boros :  Tiap-tiap Minggu Umanis

57.KALA NGERUDAJangan mengerjakan pekerjaan yang penting-penting :  Senin   → Umanis       → Sungsang  Senin   → Paing          → Menail  Minggu→ Pon                        → Dukut

58.KALA MANGAPBaik membuat likah, jaring atau jala, tetapi tidak baik melakukan upacara Manusa Yadnya :

Sapatwara Pancawara Wuku

Senin Pon Ugu

Selasa Keliwon Tambir

Rabu Keliwon Gumreg

- Paing Kuningan

Jumat Wage Uye

Sabtu Wage Julungwangi

- Umanis Pujut

59.KALA DANGASTRATidak baik melakukan segala pekerjaan :

Hari Pinanggal PanglongMinggu 12Senin 11Selasa 10Rabu 9Kamis 8Jumat 7

Page 45: Astronomi Agama Hindu.doc

Sabtu 6Jumat 7Sabtu 6

60.KALA MERTYUHari yang berbahaya, jangan dilanggar :

Saptawara Pancawara WukuMinggu Keliwon MedangkunganSelasa Umanis WayangRabu Keliwon ShintaKamis Wage TauluJumat Keliwon PujutSabtu Wage Medangsia

61.KALA KECIRANMembuat pengiris dan taji :

Hari PinanggalMinggu 2, 4Senin 10Selasa 10Rabu 7Kamis 6Jumat 2Sabtu 8

62.KALA NGADEGMembuat pintu dan sangkar :

Saptawara Pancawara WukuMinggu Wage KrulutSelasa Wage DungulanRabu Paing KuninganJumat Keliwon Watugunung

63.KALA MUNCRATMembuat taji, keris dan tombak :  Senin → Paing → Merakih

64.KALA KILANG-KILUNGBaik untuk menganyam :

Page 46: Astronomi Agama Hindu.doc

  Kamis → Paing → Tambir

65.KALA KATEMUBaik untuk mengadakan rapat atau mencari burung perkutut di hutan :

Pinanggal Asthawara2 Shri3 Uma4 Kala6 Brahma7 Rudra8 Yama9 Guru

66.KALA JENGKANGMengadakan sabungan ayam :  Minggu→ Umanis→ Ukir

67.KALA GEGERMembuat kentongan :  Kamis→ Pon→ Wariga

68.KALA TIMPANGMembuat ranjau :  Jumat→ Pon→ Medangsia

69.KALA JANGKUTMembuat jaring/jala :  Tiapa-tiap Pepet, Kajeng

70.KALA UPAMulai memelihara hewan:  Tiap-tiap Pasah, Paniron

71.KALA GUMARANGHari yang berhati-hati :

Saptawara WukuMinggu PrangbakatJumat Kulantir, TambirRabu Pujut, Watugunung

72.KALA NANGGUNG

Page 47: Astronomi Agama Hindu.doc

Jangan ragu-ragu dan patut waspada :Saptawara Pancawara

Minggu PonSenin PaingRabu UmanisSabtu Wage

73.KALA SUDUKANJangan memindahkan orang sakit pada hari ini :  Minggu, Pond an Rabu, Umanis → Timur dan Barat  Senin, Paing dan Sabtu, Wage → Utara dan Selatan

Penggunaan Pawukon di Bali

by admin on Jul.26, 2012, under Adat, Kitab Suci

Page 48: Astronomi Agama Hindu.doc

Dalam setiap kesempatan yang berhubungan dengan hari baik (biasanya dalam melakukan upacara baik dewa yadnya,manusa yadnya,pitra yadnya,rsi yadnya dan bhuta yadnya, termasuk dalam segi kehidupan sesuai swadharmanya masing-masing), umat Hindu di Bali khususnya selalu berpedoman pada yang namanya padewasan. Salah satu pakem yang menjadi padewasan adalah sistem pawukon yang mirip pengucapannya seperti sistem pawukon di Pulau Jawa. Adapun sejarahnya di Bali seperti dituturkan Ida Bhagawan Dwija sebagai berikut :

Sekitar 1000 tahun sebelum Masehi, Maha Rsi Garga, Maha Rsi Bhaskaracarya, Maha Rsi Waramihira, dan Maha Rsi Sundareswarasrauti, menulis apa yang zaman sekarang disebut sebagai Astronomi dan Astrologi; ilmu itu diperoleh dari penglihatan dan Sabda Ida Sanghyang Widhi Wasa.

Kenyataan yang nampak bahwa pertama-tama ada hari siang dan ada hari malam; lalu ada pergerakan/ peredaran matahari, bulan, bintang terus menerus sepanjang masa. Mulailah manusia mengenal batasan-batasan waktu yang diperhitungkan menurut hari siang/ malam, timbulnya bulan purnama dan bulan gelap, lalu berpengaruh ke musim: panas, hujan, dingin, dsb.

Page 49: Astronomi Agama Hindu.doc

Siklus itu menjadi ukuran waktu minggu, bulan, dan tahun ditulis dalam kitab suci Jyotisa yang tergolong Kitab Suci Wedangga; wedangga berarti “bagian-bagian” yakni alat bantu untuk mempelajari Weda.

Di dalam kitab Jyotisa ditulis nama-nama wuku (mingguan) yang diambil dari nama Raja-raja, Dewa-dewa, dan Planet-planet, yaitu: Sinta s/d Watugunung. Setelah melaksanakan anumana pramana dan mendapat pawisik Ida Sanghyang Widi Wasa, para Maha Rsi tersebut menulis pula dauh/ hari/ wuku yang baik dan buruk untuk tiap-tiap kegiatan, berdasarkan pengaruh letak bintang, garis edar bulan-matahari, dan posisi planet-planet yang lain. Ini dinamakan “dewasa” dan kumpulan dewasa disebutkan dalam “wariga”.

Lontar-lontar wariga di Bali banyak, dan para Pandita tidak selalu berpegang pada lontar yang sama. Lontar tertua yang populer digunakan sekarang berasal dari Rsi Markandeya yang disebarkan di Bali pada tahun 989 (Masehi) di zaman pemerintahan Raja: Sri Ratu Gunapriya Dharmapatni bersama suaminya Dharma Udayana Warmadewa.

Sosialisasi lontar itu pertama kali dilakukan oleh para Mpu yang menjadi Bhagawanta Kerajaan (sekarang disebut Bali-Aga) yakni yang menurunkan para warga Pasek Kayu Selem.

adapun ke-30 (tigapuluh) wuku-wuku tersebut dan bhatara yang menyertainya (lamanya masing-masing wuku adalah satu minggu mulai hari minggu-sabtu) adalah sebagai berikut :

istilah di Jawa, Bali ==>

1. Sinta – Batara Yama2. Landep – Batara Mahadewa

3. Wukir, Ukir – Batara Mahayakti

4. Kurantil, Kulantir – Batara Langsur

5. Tolu, Tulu – Batara Bayu

6. Gumbreg – Batara Candra

7. Wariga alit, Wariga – Batara Asmara

8. Wariga agung, Warigadian – Batara Maharesi

9. Julangwangi, Julungwangi – Batara Sambu

10. Sungsang – Batara Gana Ganesa

11. Galungan, Dungulan – Batara Kamajaya

12. Kuningan – Batara Indra.

13. Langkir – Batara Kala

14. Mandasiya, Medangsia – Batara Brahma

Page 50: Astronomi Agama Hindu.doc

15. Julung pujut, Pujut – Batara Guritna

16. Pahang- Batara Tantra

17. Kuru welut, Krulut – Batara Wisnu

18. Marakeh, Merakih – Batara Suranggana

19. Tambir – Batara Siwa

20. Medangkungan – Batara Basuki

21. Maktal – Batara Sakri

22. Wuye, Uye – Batara Kowera

23. Manahil, Menail – Batara Citragotra

24. Prangbakat – Batara Bisma

25. Bala – Batara Durga

26. Wugu. Ugu – Batara Singajanma

27. Wayang – Batara Sri

28. Kulawu, Kelawu – Batara Sadana

29. Dukut – Batara Sakri. Jika jatuh hari Anggara Kasih, Selasa Kliwon yang dianggap keramat oleh orang Jawa.

30. Watu gunung – Batara Anantaboga. Dalam minggu ini jatuh hari Jumat Kliwon yang dianggap keramat oleh orang Jawa dan hari Saraswati yang dianggap suci oleh orang Bali.

Wedangga

Kitab Wedangga adalah kitab suci Umat Hindu yang merupakan salah satu bagian dari weda smerti, sebagaimana disebutkan dalam sumber kutipan weda, Wedangga disebut juga Sadangga yang terdiri dari enam bidang Weda yaitu:

1. Siksa (Phonetika), isinya memuat petunjuk-petunjuk tentang cara tepat dalam pengucapan mantra serta rendah tekanan suara.

2. Wyakarana (Tata Bahasa), merupakan suplemen batang tubuh Weda dan dianggap sangat penting serta menentukan, karena untuk mengerti dan menghayati Weda Sruti, tidak mungkin tanpa bantuan pengertian dan bahasa yang benar

Page 51: Astronomi Agama Hindu.doc

3. Chanda (Lagu), adalah cabang Weda yang khusus membahas aspek ikatan bahasa yang disebut lagu. Sejak dari sejarah penulisan Weda, peranan Chanda sangat penting. Karena dengan Chanda itu, semua ayat-ayat itu dapat dipelihara turun temurun seperti nyanyian yang mudah diingat.

4. Nirukta, memuat berbagai penafsiran otentik mengenai kata-kata yang terdapat di dalam Weda.

5. Wariga / Jyotisa (Astronomi), merupakan pelengkap Weda yang isinya memuat pokok-pokok ajaran astronomi yang diperlukan untuk pedoman dalam melakukan yadnya, isinya adalah membahas tata surya, bulan dan badan angkasa lainnya yang dianggap mempunyai pengaruh di dalam pelaksanaan yadnya.

6. Kalpa, merupakan kelompok Wedangga (Sadangga) yang terbesar dan penting. Menurut jenis isinya, Kalpa terbagi atas beberapa bidang, yaitu 

o Bidang Srauta, yang memuat berbagai ajaran mengenai tata cara melakukan yajna, penebusan dosa dan lain-lain, terutama yang berhubungan dengan upacara keagamaan.

o Bidang Grhya atau kitab Grhyasutra, memuat berbagai ajaran mengenai peraturan pelaksanaan yajna yang harus dilakukan oleh orang-orang yang berumah tangga.

o Bidang Dharma atau Dharmasutra; membahas berbagai aspek tentang peraturan hidup bermasyarakat dan bernegara.

o Bidang Sulwa atau Sulwasutra, memuat peraturan-peraturan mengenai tata cara membuat tempat peribadatan, misalnya Pura, Candi dan bangunan atau tempat suci lainnya yang berhubungan dengan ilmu arsitektur. 

*** Diposkan 9th June 2012 oleh Bali Tours Guide

Sejarah Hari Raya & Upacara Yadnya di Bali

Pengertian, Simbol & Istilah

Hari Raya | Yadnya | Tetandingan Banten | Piodalan | Tempat Suci | Bali Kuno

Halaman ini ibarat perpustakaan atau taman bacaan untuk umum, laksana ruang suci bagi pikiran, tempat kita semua dapat datang untuk :

Page 52: Astronomi Agama Hindu.doc

berpikir,  belajar &  berbagi pengetahuan dengan orang la

Melukat

Kata Melukat adalah berasal dari bahasa jawa kuno yaitu lukat yang artinya bersih, melukat yang simpel bisa kita laksanakan pada mata air /aliran sungai di laut atau pertemuan laut dan sungai kalau di bali biasanya dekat pura segara atau di beji.

Caru (Tawur)

Caru adalah kurban suci yaitu upacara yadnya yang bertujuan untuk keseimbangan para bhuta sebagai kekuatan bhuwana alit maupun bhuwana agung sebagaimana disebutkan dalam kanda pat butha sehingga dengan adanya keseimbangan tersebut berguna bagi kehidupan ini.

Banten Pejati

Tetandingan Banten Pejati itu terdiri dari :

Daksina Banten Pras. Banten Sodan. Pesucian. Penyeneng.  Sekarang pejati ini diletakkan dalam satu nampan, paling depan daksina, sampingnya Banten Pras, dan dibelakangnya dua tamas sodan serta diatas penyeneng diselipin benang putih .....

Sampyan Nagasari

Sampyan Nagasari adalah perlambang prosesi penyucian inti dari Bhuvana Alit dan Bhuvana Agung. Kata Nagasari terdiri dari kata “Naga” dan “Sari”.

Naga dalam bahasa Sansekerta berarti ular (besar dan baik hati seperti Naga Basuki) dan juga berarti bumi tempat mahluk hidup mengembangkan dirinya.

Galungan

Hari Raya Galungan menurut Parisada Hindu Dharma Indonesia dalam sejarah Hari Raya Galungan, asal kata "Galungan" adalah berasal dari bahasa Jawa Kuna yang artinya menang atau bertarung. Galungan juga sama artinya dengan dungulan, yang juga berarti menang.

Tabel Hari Raya Berdasarkan Pawukon

Tabel Hari Raya Berdasarkan Pawukon

Kutipan Rainan/Hari Suci Umat Hindu di Bali

***

Page 53: Astronomi Agama Hindu.doc

Reringgitan

Peringgitan atau jejahitan adalah ukir - ukiran dedaunan sebagai suatu simbol yang memiliki nilai religius yang tinggi dalam tetandingan banten;

yang dibuat dalam bentuk simbol dan istilah dari Daiwi Wak sebagai bahasa alam yang digunakan pada setiap upakara yadnya (banten); sehingga kita selalu in

Ceper

Ceper adalah simbol dari ardha candra sebagaimana disebutkan Dewi Bulan Sang Hyang Ratih dalam dalam artikel paris sweet home, ceper yang merupakan lambang dari swastika sebagai dasar kekuatan dan kesejahteraan Bhuana Agung atau macrocosmos dan Bhuana Alit atau Microcosmos yang dalam tetandingan ban

Plawa

Plawa adalah lambang tumbuhnya pikiran yang hening dan suci, maksudnya dalam memuja Hyang Widhi

hendaknya berusaha dengan pikiran hening dan suci pula, yang berdasarkan lontar Yajna Prakerti dalam acara agama disebutkan, plawa berasal dari daun tumbuh-tumbuhan, yang juga digunakan sebagai hiasan da

Melasti

Melasti adalah upacara yadnya yang bermakna untuk mensucikan diri secara lahir dan bathin yaitu :

untuk dapat meningkatkan keheningan pikiran, dan juga dilaksanakan untuk kesucian jagat raya ini yang disimbolisasikan dengan labuh gentuh dengan labuhan sesaji ke laut serta, mesucikan seluruh arca, p

Memunjung

Memunjung adalah sarana bhakti anak terhadap guru rupaka yaitu merupakan salah satu tradisi di Bali yang bertujuan untuk :

mempererat tali persaudaraan saling dapat mengingatkan,  bahwa mereka masih bersaudara.

Penampahan Galungan

Page 54: Astronomi Agama Hindu.doc

Penampahan Galungan adalah hari raya yang dilaksanakan di Bali tepatnya pada hari selasa / anggara wage wuku dungulan yaitu sehari sebelum perayaan Galungan.

Dewa Dewi Ilmu Pengetahuan

Dewa Dewi Ilmu Pengetahuan adalah para dewa sebagai sumber pemberi inspirasi, motivasi dan semangat agar kita selalu dapat meningkatkan kecerdasan yang disebutkan yaitu Dewi Saraswati dan Ganesha,

Dewi Saraswati sebagai dewa ilmu pengetahuan bersifat feminim, yaitu kedamaian, keselamatan, kasih, da

Sugihan Bali

Sugihan Bali disebutkan berasal dari kata “wali” yang artinya “bagian dalam”. Secara harfiah, artinya “pembersihan bagian dalam diri manusia” yg artinya pembersihan dari dalam diri sendiri.

Sugihan Jawa

Sugihan Jawa adalah bermakna menyucikan bhuana agung di luar diri manusia.

Arti kata Jawa di sini sama dengan Jaba, artinya luar.

Sugihan Jawa dirayakan pada hari Wrhaspati / Kamis Wage Wuku Sungsang, enam hari sebelum menyongsong perayaan hari raya Galungan.

Sasih

Sasih adalah masa, yang dalam setahun sasih terdiri dari 12 masa atau 12 sasih.

Dalam wariga dan penanggalan saka Bali, beberapa perhitungan sasih ini disebutkan sebagai berikut :

Sasih Wuku : mengikuti jalannya wuku yaitu 2 x 210 hari = 420 hari. Tiap sasih umurnya 35 hari.

Padewasan

Padewasan atau pedewasan adalah cara identifikasi terhadap hari yang baik dan hari yang jelek (ala ayuning dewasa), jelasnya pengetahuan untuk menentukan hari baik dan hari yang jelek. Kata dewasa menunjuk pada harinya pa-dewasa-an menunjuk pada caranya.

Mabayuh Otonan

Matubah; mabayuh otonan | disebutkan memiliki makna untuk menyeimbangkan dualitas dari pengaruh-pengaruh hari kelahiran seorang anak, karena kita menyadari setiap kelahiran

Page 55: Astronomi Agama Hindu.doc

membawa dualitasnya masing-masing, untuk itulah setiap anak-anak yang telah tanggal gigi dibuatkan upacara yadnya mebayuh otona

Upacara Dalam Membangun Rumah Baru

Upacara yadnya dalam membangun / mendirikan rumah dalam asta kosala kosali arsitektur Bali, Fengshui Membangun Bangunan di Bali disebutkan pentingnya ala ayuning dewasa dan tetandingan banten yang terkait yaitu :

Dewasa Membangun Rumah. Dewasa Ngeruwak.

Tumpek

Tumpek adalah perayaan upacara umat hindu yang dirayakan setiap bertemunya hari sabtu atau dina saniscara dengan kliwon ("panca wara"; rumus perhitungan wariga dan dewasa ayu dalam kalender bali) demikian disebutkan dalam kutipan artikel Parisada Hindu Dharma, Tumpek Landep dan Pengertiannya.

Jun29

Nawa Widha Bhakti

Nawa Widha Bhakti adalah 9 jenis bhakti kepada Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari - hari sebagaimana yang disebutkan dalam serba serbi Hindu, Nawawidha Bhakti yang terdiri dari :

Úravaóa, mempelajari keagungan Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa melalui membac

Menek Kelih

Menek Kelih atau (munggah deha; raja sewala) adalah upacara yang dilaksanakan pada anak remaja saat anak menginjak dewasa yang bertujuan untuk memohon kehadapan Hyang Semara Ratih agar diberikan jalan yang baik dan tidak menyesatkan bagi si anak sebagaimana disebutkan upacara ini sebagai upacara men

Metatah

Metatah atau "Mesangih" atau "Mepandes" adalah upacara potong gigi yang disebutkan bagian dari manusa yadnya sebagai simbolis untuk mengendalikan sad ripu dalam diri manusia itu sendiri.

Meketus

Page 56: Astronomi Agama Hindu.doc

Meketus adalah upacara tanggalnya gigi pertama si anak sehingga si anak sudah tidak lagi diasuh Hyang Kumara dan tidak lagi mebanten di pelangkiran Hyang Kumara yang sebgaimana disebutkan makupak dalam kutipan artikel scribd.com, upacara tanggal gigi ini bertujuan untuk mempersiapkan si anak agar mu

Benang

Penggunaan benang sebagai simbol suci tali pengikat dalam proses kehidupan yang pada upacara yadnya dan tetandingan banten sebagaimana disebutkan,

Benang putih, yang diikat di pergelangan tangan kanan saat otonan, sebagai simbol agar hati kita selalu di jalan yang lurus/benar dalam kehidupan ini.

Upacara Tumbuh Gigi

Upacara tumbuh gigi adalah upacara yang dilakukan pada saat si bayi tumbuh gigi yang pertama yaitu mohon berkah keda Ida Sang Hyang Widhi agar gigi si bayi tumbuh dengan baik sebagai bagian dari upacara manusa yadnya yang sarana upacara ngempugin ini dalam kutipan artikel scribd.com, upacara dilengk

Jatakarma Samskara

Jatakarma Samskara adalah upacara untuk menyambut kelahiran seorang anak sebagai cetusan rasa bahagia dan terima kasih dari kedua orang tua atas kelahiran anaknya, kebahagiaannya sebagaimana disebutkan dalam kutipan artikel scribd.com, upacara terutama disebabkan beberapa hal antara lain :

Adanya k

Upacara Kambuhan

Upacara Kambuhan adalah upacara bulan pitung dina (42 hari) yaitu perkenalan pertama si bayi untuk memasuki tempat suci pekarangan rumah khususnya merajan yang upacara kambuhan ini sebagai bagian dari upacara manusa yadnya.

Tatebus

Tatebus (tetebus) berarti lunasi atau tuntaskan yang dalam makna filosofis penggunaan benang tetebus dalam upakara yadnya adalah 

jika kita mengerjakan sesuatu hendaknyalah dilakukan sampai tuntas,  bagaikan memilin benang tetebus yang bercerai-berai dan  kita diwajibkan untuk mempersatukan dan men

Upacara Kepus Puser

Page 57: Astronomi Agama Hindu.doc

Upacara Kepus Puser adalah upacara yang dilakukan pada saat tali pusar bayi lepas untuk memohon kepada Hyang Kumara agar dapat menjaga dan mengasuh si bayi, yang mana upacara kepus puser ini sebagai bagian dari upacara manusa yadnya.

Pangi

Pangi atau juga disebut kluwek adalah lambang atau simbol sarwa pala bungkah yaitu tumbuh - tubuhan yang berbuah sebagai cerminan Sang Hyang Boma sebagaimana disebutkan dalam makna banten artikel Bebantenan's Blog, buah pangi digunakan sebagai kelengkapan tetandingan banten seperti pada daksina dll.

Pagedong - Gedongan

Pagedong - Gedongan adalah upacara pertama kali yang dilaksanakan sejak tercipta sebagai manusia yaitu upacara manusa yadnya pada saat janin dalam kandungan atau masa kehamilan ibu berusia 6 bulan kalender bali.

Manusa Yadnya

Manusa Yadnya adalah sebagai penyucian diri secara spiritual terhadap manusia, yang disebutkan dalam Babad Bali, Manusa yadnya bertujuan untuk menyucikan diri lahir bathin (pamari sudha raga) dan memohon keselamatan dalam upaya peningkatan kehidupan spiritual menuju kebahagian baik di dunia maupun d

Catur Brata Penyepian

Catur Brata Penyepian | empat (4) pantangan yang harus dijalankan saat melaksanakan Hari Raya Nyepi yang dilaksanakan setiap tahun sekali yaitu :

Amati Geni, tidak menyalakan api. Amati Karya, menghentikan aktivitas kerja. Amati Lelanguan, berpantang menghibur diri / menghentikan kesenangan.

Saka

Saka ("isaka"; "caka") adalah perputaran waktu tahun kalender berdasarkan atas rumus perhitungan wariga dan dewasa ayu dalam kalender bali yang bersumber dari beberapa lontar wariga yaitu : 

Lontar Medangkamulan sebagai pedoman dalam melakukan upacara yadnya .

Jun25

Brata

Page 58: Astronomi Agama Hindu.doc

Brata adalah pengendalian dan pantangan indria yang bertujuan untuk melatih kesabaran menuju kehidupan yang lebih baik, seperti yang dilaksanakan,

Saat hari raya nyepi yang dilaksanakan dengan catur brata penyepian dalam amati indria.

Upacara Bebayuhan Weton Sapuh Leger

Upacara Bebayuhan Weton Sapuh Leger disesuaikan dengan apa yang disebutkan dalam beberapa lontar penunjang, khususnya Lelampahan Drama Ritual Wayang Sapuh Leger (atas kelahiran pada tumpek wayang) disamping juga atas petunjuk dan hasil wawancara (baca: Nunasang) pada Ida Pandita Mpu Leger tentang pe

Nyepi

Hari Raya Nyepi adalah perayaan hari raya untuk menyambut tahun baru saka yang dilaksanakan dengan menghentikan seluruh aktivitas dan melakukan puasa yang pada hakekatnya perayaan Nyepi merupakan "renungan suci dalam hal pengendalian diri dan hawa nafsu" yang diatur dengan catur brata penyepian untu

Negara Kertagama

Negara Kertagama ("Nagarakretagama"; "Negara Kerta Gama") adalah sastra kakawin karya pujangga besar Rakawi Mpu Prapanca yang juga bernama Nadendra, seorang Dharmadhyaksa ring Kasaugatan sebagaimana disebutkan dalam artikel Sanggar Bhagaskara » Pelopor Generasi Muda Berbasis Seni Budaya Majapahit »»

Banten Bagia Pula Kerti

Yadnya (Banten) Bagia Pula Kerti ("Bagya Pule Kerti"; Batara Turun Kabeh) disebutkan adalah lambang Bhatara Siwa ("Ketuhanan"; Lontar siwa sasana) sebagai Dewata Nawa Sanga yang diwujudkan dalam banten caru dan beliau dipuja pada,

puja Asta Mahabhaya,  Nawa Ratna, dan  pada kidung, beliau dipuja de

Lontar Bacakan Banten Pati Urip

Lontar Bacakan Banten Pati Urip | lontar yang memuat beberapa hal tentang pelaksanaan upacara yadnya yang berkaitan dengan upacara manusa yadnya seperti : ngerujaki dengan sarana tetandingan banten sesayut satu pajeg lengkap, magedong-gedongan, kepus pungsed, otonan dll.......

Ngerujaki

Ngerujaki adalah upacara yadnya yang dilaksanakan saat wanita mulai ngidam dan dilaksanakan sebelum tiga bulan usia kehamilan yang bertujuan untuk mengharapkan atau mendoakan kepada

Page 59: Astronomi Agama Hindu.doc

Tuhan berserta manifestasinya supaya benih atau janin dalam kandungan kuat atau selamat tidak mengalami keguguran demi

Pagerwesi

Pagerwesi adalah hari raya yang dilaksanakan atas anugrah kesentosaan dan kemajuan yang telah dicapai oleh umat manusia yang dirayakan pada Budha Kliwon wuku Shinta.

Sabuh Mas

Sabuh mas adalah upacara yadnya yang pemujaannya ditujukan kepada Hyang Mahadewa sebagai tanda bersyukur semoga selalu melimpahkan restunya pada harta dan barang-barang berharga termasuk perhiasan dengan mengadakan upacara yadnya widhi widhana, jatuh setiap dina anggara wage wuku sinta, demikian dis

Memuat Sejarah Hari Raya & Upacara Yadnya di Bali. Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.