Assessment of Classroom-Level
Impact of JICA Piloting(Studi Observasi terhadap Guru Matematika
Ex-piloting dan Non-piloting
di SMP dan SMA)
Oleh: Ade Rohayati
Tujuan:
1. Meneliti apakah para guru yang telah terlibat
dalam kegiatan piloting (ex-piloting) dalam
pengajarannya telah mempraktekan inovasi yang
dikembangkan oleh IMSTEP (aktif, praktis,
menyenangkan, dan efektif)?
2. Apakah penampilan mereka lebih baik
dibandingkan dengan guru non-piloting di dalam
melaksanakan pembelajaran yang aktif, praktis,
menyenangkan, dan efektif?
Metode
1. Strategi dan Disain Studi
a. Strategi
Membandingkan proses dan outcome
performance pengajaran matematika
untuk SMP dan SMA antara guru ex-
piloting dan non-piloting.
b. Disain
Kelas yang Observasi & Perekaman Postes
diajar oleh Pengajaran (Ex-piloting)
guru ex-piloting (Guru ex-piloting)
Analisis pedagogik mengenai Perbandingan
tindakan guru
Kelas yang Observasi & Perekaman Postes
Diajar oleh Pengajaran (Non-piloting)
Guru non-piloting
Tempat dan Subjek
Sekolah Guru
Ex-piloting
Guru
Non-piloting
SMPN 12
Bandung
Matematika Kelas 1 -
SMPN 22
Bandung
- Matematika Kelas 1
SMAN 1
Lembang
Matematika Kelas 1 -
SMPN 15
Bandung
- Matematika Kelas 1
3. Instrumen
a) Pedoman observasi, memuat 16 item general teaching skill, 8
item pedagogical content knowledge, dan 8 item students
response.
b) Skala sikap untuk siswa, memuat 10 pertanyaan yang bersifat
pendapat (judgement questions) terutama untuk hal-hal yang
terkait dengan kesenangan dan efektivitas yang dirasakan oleh
siswa selama mengikuti pembelajaran.
c) Tes, untuk mengukur pemahaman siswa terhadap konsep-
konsep inti yang telah diajarkan.
d) an masalah yang ditemukan di lapangan dalam rangka
mengaplPedoman wawancara untuk guru ex-piloting, menanyakan
tentang pengalaman para guru selama mereka mengikuti kegiatan
piloting, respon para siswa selama piloting, kontinuitas dan usaha
pemecahikasikan hasil-hasil piloting.
e) Pedoman wawancara untuk guru non-piloting, menanyakan pengalaman dalam in-service training yang telah mereka dapatkan, ide-ide tentang metode mengajar yang mereka gunakan, dsb.
4. Teknik Pengumpulan Data
a) Melakukan pengamatan secara langsung dan
perekaman dengan menggunakan audio-video
terhadap proses pembe lajaran selama2 jam pelajaran
(90 menit) baik untuk guru ex-piloting maupun non-
piloting.
b) Melaksanakan tes skala sikap (attitude scale) dan
materi yang telah diberikan dalam pembelajaran
(content knowledge) bagi siswa selama 30 menit.
c) Melaksanakan wawancara kepada guru selama 20
menit.
5. Analisis Data
a) Membuat pemetaan untuk masing-masing kegiatan pedagogik guru dan membuat perbandingan antara guru ex-piloting dan non-piloting pada subjek dan level yang sama.
b) Membuat pemetaan mengenai tingkat penguasaan siswa pada konsep-konsep inti dan membuat perbandingan antara guru ex-piloting dan non-piloting pada subjek dan level yang sama.
c) Membuat pemetaan terhadap pendapat siswa yang terkait dengan proses belajar mengajar yang baru saja dialaminya.
d) Membuat kesimpulan dari wawancara guru.
Temuan Hasil Observasi Pengajaran
Mat. Dan Hasil Tes di SMP
Aspek yang Diamati Kelas yang Diajar oleh Guru
Ex- Piloting Non-piloting
Generic T. Skills M =2,75; s = 0,447 M =2,25; s = 0,775
C. Knowledge M =2,50; s = 0,441 M =1,80; s = 0,886
Pedagogical C. K M =2,13 s = 0,835 M =1,88; s = 0,835
Student Response M =2,13; s = 0,641 M =2,00; s = 0,756
Learning
Achievement
n = 36
M =4,89; s = 1,652
n = 42
M =3,36; s = 1,322
Temuan Hasil Observasi Pengajaran
Mat. Dan Hasil Tes di SMAAspek yang Diamati Kelas yang Diajar oleh Guru
Ex- Piloting Non-piloting
Generic T. Skills M =2,81; s = 0,403 M =2,56; s = 0,629
C. Knowledge M =2,50; s = 0,441 M =1,70; s = 1,889
Pedagogical C. K M =2,75; s = 0,463 M =2,13; s = 0,835
Student Response M =2,50; s = 0,535 M =2,38; s = 0,518
Learning
Achievement
n = 37
M =3,38; s = 0,681
n = 35
M =3,37; s = 0,843
Temuan
1. Guru Ex-piloting dan Non-piloting SMP
a) Secara umum guru ex-piloting dalam
melaksanakan proses pembelajarannya
menggunakan metode yang lebih bervariasi
tidak didominasi oleh ceramah, dan lebih
terpusat pada siswa.
b) Pemahaman materi pelajaran oleh siswa lebih
baik dibandingkan dengan siswa yang diajar
oleh guru non piloting.
b) Performance Guru ex-piloting dalam melaksanakan proses pembelajarannya lebih bersifat praktis, interaktif, ilustratif, dan konkrit sehingga lebih memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak. Berdasarkan hasil wawancara, bahwa metode yang digunakan tersebut merupakan aplikasi dari metode yang dikembangkan dalam piloting.
c) Berdasarkan hasil tes skala sikap siswa mengenai metode yang digunakan oleh guru ex-piloting menyatakan bahwa metode tersebut menyenangkan, menarik, konkrit, mengaktifkan siswa, dan dapat dipahami.
2. Guru Ex-piloting dan Non-piloting SMA
a) Guru ex-piloting, dalam proses pembelajarannya tampak berusaha untuk mengaitkan konsep yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari maupun dalam menunjang bidang keilmuan lainnya. Menggunakan metode penemuan, membuat siswa lebih aktif, hands on activity siswa lebih berkembang, dan menggunakan poster yang terbuat dari kertas manila sebagai visualisasi dari bentuk konkrit yang mudah didapat dan murah (low cost material).
b) Performance Guru ex-piloting dalam
melaksanakan proses pembelajarannya:
- lebih bersifat praktis, interaktif, ilustratif,
dan lebih konkrit lebih menekankan pada
proses dan terpusat pada siswa.
- Aktivitas di dalam kelas sebagian besar
dilaksanakan oleh siswa, sementara
guru hanya bertindak sebagai fasilitator
c) Metode yang digunakan guru ex-pioting
sangat menyenangkan, menarik, lebih
konkrit, mengaktifkan siswa, dan dapat
dipahami.
Kesimpulan
1) Keterlibatan di dalam kegiatan piloting
IMSTEP, mendorong para guru untuk
memiliki kemampuan dalam menciptakan
pembelajaran yang terpusat pada siswa,
menyenangkan, dan efektif.
2) Guru-guru yang terlibat dalam kegiatan-
kegiatan piloting IMSTEP senantiasa
mengembangkan metode mengajar yang
inovatif dengan menggunakan alat
peraga/ media pembelajaran sederhana dan
digunakan dalam mengajar sehari-hari.
Implikasi
1) Keestablisan sustainability kolaborasi antara
universitas-sekolah di daerah dalam rangka
pengembangan guru-guru yang professional
merupakan faktor kunci untuk memperbaiki
pembelajaran sain dan matematika di sekolah.
2) Pengadaan atau penerbitan buku panduan
untuk memantapkan (establishing) dan
mengelola kolaborasi universitas-sekolah
di daerah dengan mengacu pada
pengalaman IMSTEP merupakan cara
strategis untuk mengakselerasi
peningkatan kualitas sekolah.
3) Pemerintah daerah dan pusat
hendaknya memberikan dukungan
terhadap terlaksananya kolaborasi
universitas-sekolah di daerah.
Top Related