BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori ini di gagas pertama kali oleh madeleine Leininger yang di inspirasi oleh
pengalaman dirinya sewaktu bekerja sebagai perawat spesialis anak di Midwestern United
States pada tahun 1950. Saat itu ia melihat adanya perbedaan perilaku di antara anak yang
berasal dari budaya yang berbeda. Fenomena ini membuat leininger menelaah kembali
profesi keperawatan. Ia mengidentifikasi bahwa pengetahuan perawat untuk memahami
budaya anak dalam layanan keperawatan ternyata masih kurang.
Pada tahun 1960, leinger pertama kali menggunakan kata transclutural nursing,
ethnonursing, dancross-cultural nursing. Akhirnya, pada tahun 1985, leininger
memublikasikan teory nya untuk pertama kali, sedangkan ide-ide dan teoriny sudah di
presentasikan pada tahun 1988. Teory leininger kemudian di sebut sebagai cultural care
dieversity and universality. tetapi para ahli lebih sering menyebutnyatranscultural nursing
theory atau teori keperawatan transcultural
Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam keperawatan yang
berfokus pada study komparatif dan analisis tentang budaya dan sub budaya yang berbeda di
dunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, niai-nilai, keyakinan tentang
sehat sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of knowladge
yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada budaya tertentu
dan budaya universal (Marriner-Tomey, 1994). Teori keperawatan transkultural ini
menekankan pentingnya peran keperawatan dalam memahami budaya klien
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu,
keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock maupun
culture imposition.Cultural shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau
beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien) sedangkan culture
imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-diam
mauoun terang-terangan memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku
1
yang dimilikinya pda individu, keluarga, atau kelompok dari budaya lain karena mereka
meyakini bahwa budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain.
Teory keperawatan transkultural matahari terbit, sehinnga di sebut juga sebagai sunrise
modelmatahari terbit (sunrise model ) ini melambangkan esensi keperawatan dalam
transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada
klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus
mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview) tentang dimensi dan
budaya serta struktur sosial yang, bersyarat dalam lingkungan yang sempit.
Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut menurut Leininger di pengaruhi oleh tujuh
faktor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan,
Peran perawatan pada transcultural nursing teory ini adalah menjebatani antara sistem
perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional melalui
asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh leininger.oleh
karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan
yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika di sesuaikan dengan proses keperawatan, hal
tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana teori model keperawatan transcultural ?
2) Bagimana asuhan keperawatan pada keluarga dengan menggunakan pendekatan
transcultural ?
1.3 Tujuan Masalah
1) Untuk mengetahui model keperawatan transcultural.
2) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada keluarga dengan menggunkan pendekatan
transcultural.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Teori Model Keperawatan Transcultural in Nursing
2.1.1 Model Keperawatan Transcultural in Nursing
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya padaproses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dankesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkanpada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakanuntuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budayakepada manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensidari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakankeperawatan.
Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalammemberikan
dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinyadiberikan kepada
manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,masa pertahanan sampai
dikala manusia itu meninggal. Human caring secaraumum dikatakan sebagai segala
sesuatu yang berkaitan dengan dukungan danbimbingan pada manusia yang utuh. Human
caring merupakan fenomena yanguniversal dimana ekspresi, struktur dan polanya
bervariasi diantara kultur satutempat dengan tempat lainnya.
2.1.2 Konsep dalam Transcultural Nursing
1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yangdipelajari, dan
dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak danmengambil keputusan.
2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau
sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu danmelandasi
tindakan dan keputusan.
3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yangoptimal dari
pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinanvariasi pendekatan
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhanbudaya yang menghargai
nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakantermasuk kepekaan terhadap
3
lingkungan dari individu yang datang danindividu yang mungkin kembali lagi
(Leininger, 1985).
4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggapbahwa
budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimilikioleh orang lain.
5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya
yangdigolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan padamendiskreditkan asal
muasal manusia.
7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologipada
penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkankesadaran yang
tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskandasar observasi untuk
mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan salingmemberikan timbal balik
diantara keduanya.
8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,dukungan
perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadianuntuk memenuhi
kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkankondisi dan kualitas
kehidupan manusia.
9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaanyang nyata atau
antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupanmanusia.
10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui
nilai,kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing,
mendukungatau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok
untukmempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidupdalam
keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatanuntuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lainkarena percaya
bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
4
2.1.3 Paradigma Transcultural Nursing
Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagaicara
pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhankeperawatan
yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsepsentral keperawatan
yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrewand Boyle, 1995).
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilaidan
norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan danmelakukan
pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memilikikecenderungan untuk
mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapundia berada (Geiger and
Davidhizar, 1995).
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam
mengisikehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan
suatukeyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan
untukmenjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasidalam
aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang samayaitu ingin
mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yangadaptif (Andrew and
Boyle, 1995).
3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhiperkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan
dipandangsebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya
salingberinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik.
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia
sepertidaerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah
didaerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada
mataharisepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial
yangberhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke
dalammasyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu
harusmengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan
5
tersebut.Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol
yangmenyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,riwayat
hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktikkeperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar
belakangbudayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu
sesuaidengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan
keperawatanadalah perlindungan/mempertahankan budaya,
mengakomodasi/negoasiasibudaya dan mengubah/mengganti budaya klien
(Leininger, 1991).
a. Cara I : Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangandengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan
diberikansesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien
sehinggaklien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya,misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
b. Cara II : Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untukmembantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang
lebihmenguntungkan kesehatan. Perawat membantu klienagar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatankesehatan, misalnya
klien sedang hamil mempunyai pantang makan yangberbau amis, maka ikan dapat
diganti dengan sumber protein hewani yanglain.
c. Cara III : Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimilikimerugikan
status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gayahidup klien yang
biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencanahidup yang dipilih
biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengankeyakinan yang dianut.
2.1.4 Proses keperawatan Transcultural Nursing
6
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskanasuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahariterbit (Sunrise
Model) seperti yang terdapat pada gambar 1. Geisser (1991)menyatakan bahwa proses
keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagailandasan berfikir dan memberikan solusi
terhadap masalah klien (Andrew andBoyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan
dilaksanakan dari mulai tahappengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasimasalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger andDavidhizar,
1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang adapada “Sunrise Model”
yaitu :
a. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih ataumendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanankesehatan. Perawat perlu
mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaanberobat atau mengatasi masalah
kesehatan, alasan mencari bantuankesehatan, alasan klien memilih pengobatan
alternatif dan persepsi kliententang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk
mengatasipermasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yangamat
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yangsangat kuat
untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya
sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawatadalah : agama yang dianut,
status pernikahan, cara pandang klienterhadap penyebab penyakit, cara
pengobatan dan kebiasaan agama yangberdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : namalengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, danhubungan klien dengan kepala
keluarga.
7
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkanoleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-normabudaya adalah
suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbataspada penganut budaya
terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi dan jabatan yang dipegang
oleh kepala keluarga, bahasa yangdigunakan, kebiasaan makan, makanan yang
dipantang dalam kondisisakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari
dan kebiasaanmembersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segalasesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhankeperawatan lintas budaya
(Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikajipada tahap ini adalah : peraturan dan
kebijakan yang berkaitan denganjam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang
boleh menunggu, carapembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumbermaterial
yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.Faktor ekonomi
yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaanklien, sumber biaya
pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,biaya dari sumber lain
misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantoratau patungan antar anggota
keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalammenempuh
jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggipendidikan klien maka
keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibuktiilmiah yang rasional dan
individu tersebut dapat belajar beradaptasiterhadap budaya yang sesuai dengan
kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat
pendidikan klien, jenispendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif
mandiritentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
2.1.5 Diagnosa keperawatan
8
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakangbudayanya yang
dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensikeperawatan. (Giger and
Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosakeperawatan yang sering ditegakkan dalam
asuhan keperawatan transkulturalyaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan
dengan perbedaan kultur,gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
danketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
2.1.6 Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalahsuatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalahsuatu proses memilih
strategi yang tepat dan pelaksanaan adalahmelaksanakan tindakan yang sesuai
denganlatar belakang budaya klien (Gigerand Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang
ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
mempertahankanbudaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengankesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurangmenguntungkan
kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yangdimiliki klien bertentangan dengan
kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan
dan perawatan bayi
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural careaccomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan kliendan standar etik
c. Cultual care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yangdiberikan dan
melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budayakelompok
9
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatanyang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan. Perawat dan
klien harus mencoba untuk memahami budayamasingmasing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan danperbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya
sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akanterganggu.
Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilanmenciptakan
hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
2.1.7 Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadapkeberhasilan klien
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengankesehatan, mengurangi budaya klien
yang tidak sesuai dengan kesehatan atauberadaptasi dengan budaya baru yang mungkin
sangat bertentangan denganbudaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui
asuhankeperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
10
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus :
An.A usia 7 tahun mengalami penyakit epilepsi atau biasa disebut dengan ayan, keluarga
menganggap bahwa penyakit ini diakibatkan karena adanya roh halus yang merasuki di dalam
tubuh anaknya diakibatkan karena anaknya telah mandi di sungai belakang rumah mereka karena
sungai tersebut dianggap sangat keramat oleh keluarga. Keluarga hanya melakukan pengobatan
ke orang pintar saja karena mereka meyakini bahwa orang pintar dapat menyembuhkan penyakit
anaknya tersebut. Disana disarankan untuk minum air putih saat penyakit anaknya tersebut
kambuh dimana air putih tersebut sudah diberi doa atau mantra yang diyakini dapat
menghilangkan roh halus di dalam tubuh anaknya tersebut, selain itu juga diberikan ramuan
tradisional yang diminumkan sebanyak 2 kali sehari kepada An.B tersebut. Keluarga tidak mau
melakukan pengobatan ke dokter atau petugas kesehatan lain, karena keluarga menganggap jika
berobat ke dokter dapat semakin memperparah keadaan anaknya.
3.1 Pengkajian
1) Faktor teknologi
Keluarga menganggap bahwa dirinya sehat apabila ia mampu melakukan aktivitasnya
sehari-hari, dan menganggap bahwa dirinya sakit apabila tubuhnya terasa lemas dan hanya
bisa terbaring di tempat tidur. Apabila ada keluarga yang sakit mereka hanya berobat di
orang pintar yang dianggap dapat menyembuhkan penyakitnya tersebut. Disana diberikan
ramuan-ramuan tradisional serta doa atau mantra yang diyakini dapat menyembuhkan
penyakit. Keluarga menganggap bahwa berobat di dokter membuat penyakitnya semakin
parah.
2) Faktor agama dan falsafah hidup
Agama yang dianut oleh keluarga adalah agama islam, di dalam keluarga terdapat ayah,
ibu dan satu orang anak, Ny.A menganggap bahwa penyakit anaknya itu merupakan karena
adanya roh ghaib yang merasuki tubuh anaknya karena dahulu anaknya tersebut pernah
11
mandi di sungai belakang rumahnya yang dianggap keramat oleh keluarganya. Keluarga
banyak berdzikir jika penyakit anaknya tersebut kambuh.
3) Faktor sosial dan keterikatan keluarga
Nama Suami : Tn. A
Panggilan : Tn. A
Usia : 30 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Kawin
Nama Istri : Ny. A
Panggilan : Ny. A
Usia : 30 tahun
Jenis kelamin :Perempuan
Status : Kawin
Nama Anak : An. B
Panggilan : An.B
Usia : 7 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum kawin
Tipe keluarga yaitu “Nuclear family” atau keluarga inti adalah suatu rumah tangga yang
terdiri dari suami, istri dan anak kandung. Suami sebagai pengambil keputusan dalam
keluarga.Tn.A adalah seorang ayah dalam keluarga tersebut. Hubungan antar keluarga
cukup baik.
4) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup
12
Posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga adalah petani, bahasa yang
digunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa, keluarga biasa makan sebanyak 3x sehari dengan
menu sangat sederhana karena penghasilan Tn.A tidak mencukupi untuk membeli makanan
yang enak-enak. An.B memiliki pantangan makan ikan laut dikarenakan alergi terhadap
makanan tersebut.
Jika penyakit An.B kambuh, biasanya Ny.A diberikan minum air putih dan tubuh An.B
diberi cipratan air yang sudah di doakan oleh orang pintar. Selain itu An.B juga diberikan
ramuan tradisional yang diminumkan sebanyak 2 kali sehari. Semenjak An.B sakit, Ny.A
biasa memandikannya dengan air kembang yang diakui dapat menghilangkan roh halus yang
ada dalam tubuh anaknya tersebut.
5) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku
Tn.A menetapkan peraturan kepada seluruh anggota keluarga bahwa tidak boleh keluar
rumah setelah menjelang waktu maghrib karena keluarga beranggapan jika keluar rumah
setelah menjelang maghrib akan diculik oleh makhluk ghoib dan dibawa ke alamnya. Selain
itu, tidak boleh ada keluarga yang melakukan aktivitas apapun di sungai belakang rumahnya,
karena sungai tersebut dianggap sangat keramat oleh keluarga.
6) Faktor ekonomi
Tn. A bekerja sehari-hari sebagai petani, untuk menambah penghasilan Ny.A mencari
kayu bakar untuk dijual. Kelurga berobat ke orang pintar dengan biaya pengobatan
seikhlasnya saja. Keluarga tidak memiliki tabungan karena penghasilannya hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja.
7) Faktor pendidikan
Tn. A dan Ny. S berpendidikan hanya sampai SD saja, sedangkan An.K sedang menjalani
pendidikan SD kelas 1.
13
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1.
2.
DS:
- Ny.A mengatakan
bahwa jika penyakit
anaknya kambuh, ia
memberikan minum
air putih kepada
anaknya yang sudah
didoakan oleh orang
pintar.
DO:
- Tampak Ny.A
memberikan minum
air putih saat penyakit
anaknya kambuh.
DS:
- Ny.A mengatakan
jika sakit melakukan
pengobatan ke orang
pintar dan
menggunakan obat-
obatan tradisional.
- Ny.A mengatakan
bahwa An.B diberi
minum ramuan
tradisional yang
diberikan oleh orang
Keluarga meyakini bahwa
memberikan minum air
putih yang sudah didoakan
dapat menyingkirkan roh
halus yang menempel di
tubuh anaknya tersebut.
Keluarga meyakini bahwa
dengan mantra atau doa
yang dibacakan oleh orang
pintar, dapat menyembuhkan
penyakit anaknya.
Ketidakmampuan
pemeliharaan kesehatan
Ketidakpercayaan
keluarga terhadap
pengobatan medis
14
pintar sebanyak 2 kali
sehari.
DO:
- Tampak Ny.A
memberi minum
kepada An.B ramuan
tradisional yang
diberikan oleh orang
pintar.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakmampuan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan keyakinan nilai budaya
yang diyakini.
2. Ketidakpercayaan keluarga terhadap pengobatan medis berhubungan dengan keyakinan
yang dimiliki
3.3 Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Ketidakmampuan
pemeliharaan
kesehatan
berhubungan dengan
keyakinan nilai
budaya yang
diyakini.
Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
selama 1 hari
diharapkan
keluarga mampu
memelihara
kesehatan
KH :
- Keluarga tidak
memberikan
makanan atau
a. Identifikasi perbedaan
persepsi antara keluarga dan
perawat
b. Beritahu keluarga tentang
proses penyakit yang dialami
An.B
c. Ajarkan keluarga mengenai
cara penatalaksanaan yang
benar saat penyakit An.B
kambuh.
d. Reconstruction :
Beritahu agar keluarga tidak
15
2 Ketidakpercayaan
keluarga terhadap
pengobatan medis
berhubungan dengan
keyakinan yang
dimiliki
minuman
apapun saat
penyakit An.B
kambuh.
- Keluarga
mengerti cara
pentalaksanaa
n yang benar.
Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
selama 1 hari
diharapkan
percaya terhadap
pengobatan
medis
KH :
- Keluarga mau
membawa
An.B untuk
berobat ke
rumah sakit
memberi makanan atau
minuman apapun saat
penyakit An.B kambuh
karena dapat menyebabkan
makanan atau minuman
tersebut masuk ke dalam
saluran pernapasannya.
1. Beri penjelasan tentang
proses penyakit yang
dialami
2. Beritahu keluarga tentang
pentingnya menjalani
pengobatan medis secara
rutin.
3. Negotiation :
Perbolehkan keluarga tetap
berobat ke orang pintar
selama tidak bertentangan
dengan kesehatannya, tetapi
juga berobat ke rumah sakit
3.4 Implementasi Keperawatan
No. Tanggal Implementasi Pelaksana
16
Dx
1.
2.
21 Oktober
2013
21 Oktober
2013
1. Mengidentifikasi perbedaan persepsi
antara keluarga dan perawat.
2. Memberitahu keluarga tentang proses
penyakit yang dialami An.B.
3. Mengajarkan keluarga mengenai cara
penatalaksanaan yang benar saat
penyakit An.B kambuh.
4. Memberitahu agar keluarga tidak
memberi makanan atau minuman
apapun saat penyakit An.B kambuh
karena dapat menyebabkan makanan
atau minuman tersebut masuk ke
dalam saluran pernapasannya.
1. Memberi penjelasan tentang proses
penyakit yang dialami
2. Memberitahu keluarga tentang
pentingnya menjalani pengobatan
medis secara rutin
3. Melakukan negosiasi dengan
memperbolehkan keluarga tetap
berobat ke tabib, tetapi juga berobat
ke rumah sakit
Zulfida
Zulfida
17
3.5 Evaluasi Keperawatan
No No Diagnosa Catatan perkembangan Pelaksana
1. Tanggal
22 Oktober
2013
S :
- Ny.A mengatakan bahwa ia telah
mengerti cara penatalaksanaan yang
benar saat penyakit anaknya kambuh.
- Ny.A mengatakan sudah tidak
memberikan minuman apapun saat
penyakit anaknya kambuh.
O :
- Ny.A dapat melakukan cara
penatalaksanaan yang benar saat penyakit
anaknya kambuh.
- Ny.A sudah tidak memberikan minuman
apapun saat penyakit anaknya tersebut
kambuh.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Zulfida
2. 21 Oktober 2013 S :
- Ny.A mengatakan bahwa ia masih belum
membawa anaknya untuk pergi ke dokter
atau petugas kesehatan.
- Ny.A mengatakan masih membawa
anaknya berobat ke orang pintar dan
Zulfida
18
masih memberi minuman kepada
anaknya ramuan tradisional yang diberi
oleh orang pintar sebanyak 2 kali sehari.
O :
- Tampak Ny.A memberi minum kepada
anaknya ramuan tradisional yang
diberikan oleh orang pintar.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Transcultural nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuan budaya pada proses
belajar dan keperawatan yangh fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara udaya
dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
keoercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khussnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Model
konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan
dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (sunrise model) seperti
yang terdapat pada gambar 1. Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawaqtan ini
digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah
klien (Andrew & Boyle, 1995).
Pengkajian pada model transkultural in nursing meliputi, faktor teknologi (technological
factors), faktor agama dan falsafah hidup (religious & philosopical factors), faktir sosial dan
keterkaitan kekeluargaan (kinship & sosial factors), faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup
(cultural values & lifeways), faktor kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku
(political & legal factors), faktorekonomi (economical factors), faktor pendidikan
(educational factors).
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transcultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilh strategi
yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar
belakang budaya klien (Gigerand Daviddhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang yang dimiliki
20
klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya kien
bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya
yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
4.2 Saran
Peran perawatan pada transcultural nursing teory ini adalah menjebatani antara sistem
perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional melalui
asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh leininger.oleh
karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan
yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika di sesuaikan dengan proses keperawatan, hal
tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, M.M. (1998). Family Nursing : Research, Theory and Practice. (4th Ed.). Norwalk CT
: Alpleton & Lange.
http://widantivirgian.wordpress.com/2013/03/29/konsep-keperawatan-keluarga/ (diakses pada
tanggal 25 September 2013; 19.00 WIB)
http://okfridacanismutputri.blogspot.com/p/pengkajian-transkultural.html (diakses pada tanggal
25 September 2013; 19.00 WIB)
22
Top Related