8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
1/63
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
System integumen adalah suatu sistem yang vital bagi kehidupan seluruh
manusia yang terletak pada organ tubuh terluar, melindungi bagian dalam
tubuh, luas 1,5-2 m2, berat 15 % BB, yang merupakan cermin kehidupan, dapat
dilihat, diraba, dan hidup, sebagai penampilan & kepribadian. Tapi bagaimana,
apabila kulit kita mengalami gangguan, tentu saja ini akan mempengaruhi dari
sistem kerja lapisan kulit lainnya dan membuat penampilan yang terkesan jelek.
Dan salah satu dari penyakit yang menyerang sistem integumen yang disebabkan
oleh infeksi mikotik.
Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada
manusia. Penyakit yang disebabkan jamur pada manusia disebut mikosis, yaitu
mikosis superficial dan mikosis systemic. Mikosis superficial merupakan mikosisyang menyerang kulit, kuku, dan rambut terutama disebabkan oleh 3 genera
jamur, yaitu Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton. Sedangkan
mikosis sistemik merupakan mikosis yang menyerang alat-alat dalam, seperti
jaringan sub-cutan, paru-paru, ginjal, jantung, mukosa mulut, usus, dan vagina.
Contoh jamur yang sering menyerang manusia adalah dermatofit. Jamur ini dapat
menyebabkan kelainan sistemik.
Parasit adalah organisme yang hidup dari makhluk hidup lainnya. Manusia
adalah tuan rumah bagi banyak parasit, yang dapat hidup di dalam tubuh atau
pada kulit. Parasit ini menggunakan tubuh manusia untuk mendapatkan makanan
dan untuk mereproduksi, dan dalam tawar-menawar menyebabkan masalah
kesehatan manusia yang terinfeksi. Parasit terdapat di seluruh dunia dan banyak
orang menderita infeksi parasit kulit. Sebagai contoh, sekitar 6 untuk 12 juta
orang di seluruh dunia mendapatkan kutu setiap tahun dan di Amerika Serikat.
Banyak penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit contohnya yaitu scabies.
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
2/63
2
Skabies adalah penyakit pada kulit yang disebabkan oleh kuman Sarcotes
scabie yaitu seperti tungau yang memparasitkan diri pada kulit manusia yang
mengakibatkan rasa gatal pada kulit dan menimbulkan papul, vesikel bahkan
menyebabkan ulkus dan erosi pada kulit. Insidensnya di Indonesia masih cukup
tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa Barat. Amiruddin dkk.,
dalam penelitian skabies di Rumah Sakir Dr. Soetomo Surabaya, menunjukkan
insidens penderita skabies selama 2008-2010 adalah 2,7%. Abu A dalam
penelitiannya di RSU Dadi Ujung Pandang mendapatkan insidens skabies
0,6% pada tahun 1995-1998.
Perawat merupakan bagian dari tim kesehatan yang memiliki lebih banyak
kesempatan untuk melakukan intervensi kepada pasien, sehingga fungsi dan peran
perawat dapat dimaksimalkan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
penderita seperti memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kesehatan fisik,
perawat juga dapat melakukan pendekatan spiritual, psikologis dan
mengaplikasikan fungsi edukatornya dengan memberikan penyuluhan kesehatan
terhadap penderita sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan
penderita dan keluarga yang nantinya diharapkan dapat meminimalisir resiko
maupun komplikasi yang mungkin muncul dari skabies tersebut.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat materi Tinea pedis dan
Skabies dalam penulisan makalah ilmiah.
B. Tujuan
a) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan tinea dan skabies
b) Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu Menjelaskan pengertian tinea pedis dan skabies
2. Mahasiswa mampu mendiskripsikan macam-macam tinea
3. Menjelaskan etiologi tinea pedis dan skabies.
4. Menjelaskan manifestasi klinis tinea pedis dan skabies.
5. Menjelaskan patofisiologi tinea pedis dan skabies.
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
3/63
3
6. Menjelaskan penatalaksanaan medis dan keperawatan tinea pedis dan
scabies
7. Menjelaskan Pemeriksaan penunjang pada tinea pedis dan skabies
8. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan tinea pedis dan
skabies.
C. Manfaat Penulisan
Agar mahasiswa dapat membuat asuhan keperawatan pada klien dengan
tinea pedis dan scabies.
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
4/63
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinea
Pedis
1. Definisi
Dermatofitosis adalah adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat
tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang
disebabkan golongan jamur dermatofita.(Adhi Djuanda, Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin, 2000:90)
Tinea adalah salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur.Jamur
yang berperan dalam penyakit tinea adalah dermatofita. Dermatopita
merupakan sekelompok jamur miselium yang menginfeksi keratin stratum
korneum, rambut, dan kuku. (chadrasoma,2006).
Tinea pedis merupakan infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai
sela jari dan telapak kaki sedangkan yang terdapat pada bagian dorsal pedis
dianggap sebagai tinea korporis. Keadaan lembab dan hangat pada sela jari
kaki karena bersepatu dan berkaos kaki disertai daerah tropis yang lembab
mengakibatkan pertumbuhan jamur makin subur. Efek ini lebih nyata pada
sela jari kaki keempat dan kelima, dan lokasi ini paling sering terkena.
Kenyataaannya, tinea pedis jarang ditemukan pada populasi yang tidak
menggunakan sepatu. Sinonim dari tinea pedis adalah foot ringworm, athlete
foot, footmycosis.
2.
Klasifikasi Tinea
a) Tinea Kapitis
Tinea Kapitis adalah kelainan kulit pada daerah kepala berambut
yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita.
Tinea Kapitis adalah .kelainan pada kulit dan rambut kepala, alis,
dan bulu mata.
b) Tinea korporis
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
5/63
5
Merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut
(glabrous skin) di daerah muka, badan, lengan , dan glutea.
c) Tinea Favosa
Tinea Favosa adalah infeksi jamur kronis, terutama oleh
T.schoenleini, T.violaceum, dan M.gypseum. Penyakit ini merupakan
bentuk lain dari tinea kapitis, yang ditandai oleh skutula berwarna
kekuningan dan bau seperti tikus pada kulit kepala. Biasanya, lesinya
menjadi sikatrik alopesia permanen. Kadang, kulit halus dan kuku dapat
terkena.
d) Tinea Imbrikata
Tinea Imbrikata adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
jamur dermatofita yang memberikan gambaran khas berupa kulit bersisik
dengan sisik yang melingkar-lingkar dan terasa gatal.
e) Tinea Kruris
Tinea kruris adalah penyakit infeksi jamur dermatofita di daerah
liptan paha, genitalia, dan sekitar anus, yang dapat meluas ke bokong dan
perut bagian bawah.
Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipatan paha, daerah
perineum, dan sekitar anus.
f) Tinea Pedis
Tinea pedis adalah infeksi deformitas pada kaki, terutama di sela
jari dan telapak kaki terutama yang memakai kaus dan sepatu yang tetutup.
Keadaan lembab dan panas merangsang pertumbuhan jamur. Tinea
manum adalah dermatofitosit. Semua bentuk di kaki dapat terjadi pada
tangan.
g) Tinea Unguinum
Tinea Unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi
jamur dermatofita.
Tinea Unguium adalah kelainan lempeng kuku yang disebabkan
oleh invasi/ infeksi jamur dermatofit.
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
6/63
6
3. Etiologi
Jamur penyebab tinea pedis yang paling umum ialah Trichophyton rubrum
(paling sering), T. interdigitale, T. tonsurans (sering pada anak) dan
Epidermophyton floccosum. T. rubrum lazimnya menyebabkan lesi yang
hiperkeratotik, kering menyerupai bentuk sepatu sandal (mocassinlike) pada
kaki; T.mentagrophyteseringkali menimbulkan lesi yang vesikular dan lebih
meradang sedangkan E. floccosumbisa menyebabkan salah satu diantara dua
pola lesi diatas.
4.
Manifestasi klinis
Gambaran klinis dari tinea pedis dapat dibedakan berdasarkan tipe:
a) Interdigitalis
Bentuk ini adalah yang tersering terjadi pada pasien tinea pedis. Di antara
jari IV dan V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan
ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain.
Oleh karena daerah ini lembab, maka sering terdapat maserasi. Aspek
klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian kulit yang mati
ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga
telah diserang oleh jamur. Jika perspirasi berlebihan (memakai sepatu
karet/boot, mobil yang terlalu panas) maka inflamasi akut akan terjadi
sehingga pasien terasa sangat gatal. Bentuk klinis ini dapat berlangsung
bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan sama sekali.
Kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi
selulitis, limfangitis dan limfadenitis
b)
Moccasin foot(plantar)
Tinea pedis tipe moccasinatau Squamous-Hyperkeratotic Type umumnya
bersifat hiperkeratosis yang bersisik dan biasanya asimetris yang disebut
foci. Seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit
menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada
bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
7/63
7
kadang vesikel.Tipe ini adalah bentuk kronik tinea yang biasanya resisten
terhadap pengobatan.
c) Lesi Vesikobulosa
Bentuk ini adalah subakut yang terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-
kadang bula yang terisi cairan jernih. Kelainan ini dapat mulai pada daerah
sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Setelah
pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran yang
disebut koleret. Keadaan tersebut menimbulkan gatal yang sangat hebat.
Infeksi sekunder dapat terjadi juga pada bentuk selulitis, limfangitis dan
kadang-kadang menyerupai erisipelas. Jamur juga didapati pada atap
vesikel.
d) Tipe Ulseratif
Tipe ini merupakan penyebaran dari tipe interdigiti yang meluas ke dermis
akibat maserasi dan infeksi sekunder (bakteri); ulkus dan erosi pada sela-
sela jari; dapat dilihat pada pasien yang imunokompromais dan pasien
diabetes
5.
Patofisiologi
Jamur superfisial harus menghadapi beberapa kendala saat menginvasi
jaringan keratin. Jamur harus tahan terhadap efek sinar ultraviolet, variasi
suhu dan kelembaban, persaingan dengan flora normal, asam lemak
fungistatik dan sphingosines yang diproduksi oleh keratinosit. Setelah proses
adheren, spora harus tumbuh dan menembus stratum korneum dengan
kecepatan lebih cepat daripada proses proses deskuamasi. Proses penetrasi ini
dilakukan melalui sekresi proteinase, lipase, dan enzim musinolitik, yang juga
memberikan nutrisi. Trauma dan maserasi juga membantu terjadinya
penetrasi. Mekanisme pertahanan baru muncul setelah lapisan epidermis yang
lebih dalam telah dicapai, termasuk kompetisi dengan zat besi oleh transferin
tidak tersaturasi dan juga penghambatan pertumbuhan jamur oleh progesteron.
Di tingkat ini, derajat peradangan sangat tergantung pada aktivasi sistem
kekebalan tubuh.
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
8/63
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
9/63
9
digunakan berupa ampisillin, golongan beta laktam ataupun golongan
kuinolon.
b) Tinea Ungium
Tinea ungium merupakan infeksi jamur yang menyerang kuku dan
biasanya dihubungkan dengan tinea pedis. Seperti infeksi pada tinea pedis,
T. rubrum merupakan jamur penyebab tinea ungium. Kuku biasanya
tampak menebal, pecah-pecah, dan tidak berwarna yang merupakan
dampak dari infeksi jamur tersebut.
c) Dermatofid
Dermatofid juga dikenal sebagai reaksi id, merupakan suatu penyakit
imunologik sekunder tinea pedis dan juga penyakit tinea lainnya. Hal ini
dapat menyebabkan vesikel atau erupsi pustular di daerah infeksi sekitar
palmaris dan jari-jari tangan. Reaksi dermatofid bisa saja timbul
asimptomatis dari infeksi tinea pedis. Reaksi ini akan berkurang setelah
penggunaan terapi antifungal. Komplikasi ini biasanya terkena pada pasien
dengan edema kronik, imunosupresi, hemiplegia dan paraplegia, dan juga
diabetes. Tanpa perawatan profilaksis penyakit ini dapat kambuh kembali.
7. Diagnosis banding
a) Dermatitiskontak
Tinea pedis harus dibedakan dengan dermatitis, yang biasanya batasnya
tidak jelas, bagian tepi tidak lebih aktif daripada bagian tengah.
Predileksinya pada bagian yang kontak dengan dengan sepatu, kaos kaki,
bedak kaki dan sebagainya. Adanya riwayat pengunaan sepatu baru. Tidak
ditemukan jamur pada kultur tetapi hanya tanda-tanda peradangan.
Dermatitis kontak akan memberikan tes tempel positif, sedangkan pada
tinea pedis hasilnya negative.
b) Pomfolix
Pomfolix umumnya terjadi pada dorsum jari-jari kaki pada anak-anak,
agak kronik, sering pada musim dingin, sangat gatal dan ada riwayat
keluarga yang atopi. Kulit di dorsum pedis tidak ditemukan jamur.
http://www.medicinenet.com/fungal_nails/article.htmhttp://www.medicinenet.com/fungal_nails/article.htmhttp://www.aafp.org/afp/2003/0101/p101.htmlhttp://www.aafp.org/afp/2003/0101/p101.htmlhttp://emedicine.medscape.com/article/1049216-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1049216-overviewhttp://www.aafp.org/afp/2003/0101/p101.htmlhttp://www.medicinenet.com/fungal_nails/article.htm8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
10/63
10
c) Psoriasis
Mengenai telapak kaki; jarang terdapat pustul, menebal, lesi yang batas
jelas; psoriasis dapat ditemukan pada bagian tubuh yang lain dan pada
psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner. Tidak
didapatkan jamur pada pemeriksaan kulit
d) Hiperhidrosis pada kaki
Lesi dapat memburuk dan berwarna putih, erosi disertai maserasi pada
telapak kaki dan bau yang sangat busuk.
8. Penatalaksanaan
a) Secara umum penatalaksanaan tinea pedis didasarkan atas klasifikasi dan
tipenya
Tabel 1. Klasifikasi jenis Tinea Pedis dan pengobatannya (3,4)
Tipe Organisme
Penyebab
Gejala Klinis Pengobatan
Moccasin Trichophyton
rubrum
Epidermophyton
floccosum
Scytalidium
hyalinum
S. dimidiatum
Hiperkeratosis yang
difus, eritema dan
retakan pada
permukaan telapak
kaki; pada
umumnya sifatnya
kronik dan sulit
disembuhkan;
berhubungan
dengan defisiensi
Cell Mediated
Immunity(CMI)
Antifungal
topikal disertai
dengan obat-
obatan keratolitik
asam salisilat,
urea dan asam
laktat untuk
mengurangi
hiperkeratosis;
dapat juga
ditambahkan
dengan obat-
obatan oral
Interdigital T.
mentagrophytes
Tipe yang paling
sering; eritema,
krusta dan maserasi
Obat-obatan
topikal; bisa juga
menggunakan
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/psoriasis.htmlhttp://medicastore.com/penyakit/812/Keringat_Berlebihan_Hiperhidrosis_.htmlhttp://medicastore.com/penyakit/812/Keringat_Berlebihan_Hiperhidrosis_.htmlhttp://medicastore.com/penyakit/812/Keringat_Berlebihan_Hiperhidrosis_.htmlhttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/psoriasis.html8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
11/63
11
(var. interdigitale)
T. rubrum
E. floccosum
S. hyalinum
S. dimidiatum
Candida spp.
yang terjadi pada
sela-sela jari kaki,
obat-obatan oral
dan pemberian
antibiotik jika
terdapat infeksi
bakteri; kronik :
ammonium
klorida
hexahidrate 20 %
Inflamasi /
VesikobulosaT.mentagrophytes
(var.
mentagrophytes)
Vesikel dan bula
pada pertengahan
kaki; berhubungan
dengan reaksi
dermatofit
Obat-obatan
topikal biasanya
cukup pada fase
akut, namun
apabila dalam
keadaan berat
maka indikasi
pemberian
glukokortikoid
Ulseratif T. rubrum
T.
mentagrophytes
E. floccosum
Eksaserbasi pada
daerah interdigital;
Ulserasi dan erosi;
biasanya terdapat
infeksi sekunder
oleh bakteri;
biasanya terdapat
pada pasien
imunokompromais
dan pasien diabetes
Obat-obatan
topikal; antibiotik
digunakan
apabila terdapat
infeksi sekunder
b) Antifungal Topikal
Obat topikal digunakan untuk mengobati penyakit jamur yang terlokalisir.
Efek samping dari obat-obatan ini sangat minimal, biasanya terjadi
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
12/63
12
dermatitis kontak alergi, yang biasanya terbuat dari alkohol atau
komponen yang lain.
1. Imidazol Topikal. Efektif untuk semua jenis tinea pedis tetapi lebih
cocok pada pengobatan tinea pedis interdigitalis karena efektif pada
dermatofit dan kandida.
a) Klotrimazole 1 %. Antifungal yang berspektrum luas dengan
menghambat pertumbuhan bentukyeastjamur. Obat dioleskan dua
kali sehari dan diberikan sampai waktu 2-4 minggu. Efek samping
obat ini dapat terjadi rasa terbakar, eritema, edema dan gatal.
b) Ketokonazole 2 % krim merupakan antifungal berspektrum luas
golongan Imidazol; menghambat sintesis ergosterol, menyebabkan
komponen sel yang mengecil hingga menyebabkan kematian sel
jamur. Obat diberikan selama 2-4 minggu.
c) Mikonazol krim, bekerja merusak membran sel jamur dengan
menghambat biosintesis ergosterol sehingga permeabilitas sel
meningkat yang menyebabkan keluarnya zat nutrisi jamur hingga
berakibat pada kematian sel jamur. Lotion 2 % bekerja pada
daerah-daerah intertriginosa. Pengobatan umumnya dalam jangka
waktu 2-6 minggu.
2. Tolnaftat 1% merupakan suatu tiokarbamat yang efektif untuk
sebagian besar dermatofitosis tapi tidak efektif terhadap kandida.
Digunakan secara lokal 2-3 kali sehari. Rasa gatal akan hilang dalam
24-72 jam. Lesi interdigital oleh jamur yang rentan dapat sembuh
antara 7-21 hari. Pada lesi dengan hiperkeratosis, tolnaftat sebaiknya
diberikan bergantian dengan salep asam salisilat 10 %.
3. Piridones Topikal merupakan antifungal yang bersifat spektrum luas
dengan antidermatofit, antibakteri dan antijamur sehingga dapat
digunakan dalam berbagai jenis jamur.
a) Sikolopiroksolamin. Pengunaan kliniknya untuk dermatofitosis,
kandidiasis dan tinea versikolor. Sikolopiroksolamin tersedia
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
13/63
13
dalam bentuk krim 1 % yang dioleskan pada lesi 2 kali sehari.
Reaksi iritatif dapat terjadi walaupun jarang terjadi.
4. Alilamin Topikal. Efektif terhadap berbagai jenis jamur. Obat ini juga
berguna pada tinea pedis yang sifatnya berulang (seperi hiperkeratotik
kronik).
a) Terbinafine (Lamisil), menurunkan sintesis ergosterol, yang
mengakibatkan kematian sel jamur. Jangka waktu pengobatan 1
sampai 4 minggu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa
terbinafine 1% memiliki keefektifan yang sama dengan terbinafine
10% dalam mengobati tine pedis namun dalam dosis yang lebih
kecil dan lebih aman.
5. Antijamur Topikal Lainnya
a) Asam benzoat dan asam salisilat. Kombinasi asam benzoat dan
asam salisilat dalam perbandingan 2 : 1 (biasanya 6 % dan 3 %) ini
dikenal sebagai salep Whitfield. Asam benzoat memberikan efek
fungistatik sedangkan asam salisilat memberikan efek keratolitik.
Asam benzoat hanya bersifat fungistatik maka penyembuhan baru
tercapai setelah lapisan tanduk yang menderita infeksi terkelupas
seluruhnya. Dapat terjadi iritasi ringan pada tempat pemakaian,
juga ada keluhan yang kurang menyenangkan dari para
pemakainya karena salep ini berlemak.
b) Asam Undesilenat. Dosis dari asam ini hanya menimbulkan efek
fungistatik tetapi dalam dosis tinggi dan pemakaian yang lama
dapat memberikan efek fungisidal. Obat ini tersedia dalam bentuk
salep campuran yang mengangung 5 % undesilenat dan 20% seng
undesilenat.
c) Haloprogin. Haloprogin merupakan suatu antijamur sintetik,
berbentuk kristal kekuningan, sukar larut dalam air tetapi larut
dalam alkohol. Haloprogin tersedia dalam bentuk krim dan larutan
dengan kadar 1 %.
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
14/63
14
c) Antifungal Sistemik
Pemberian antifungal oral dilakukan setelah pengobatan topikal gagal
dilakukan. Secara umum, dermatofitosis pada umumnya dapat diatasi
dengan pemberian beberapa obat antifungal di bawah ini antara lain :
1.
Griseofulvin merupakan obat yang bersifat fungistatik. Griseofulvin
dalam bentuk partikel utuh dapat diberikan dengan dosis 0,5 1 g
untuk orang dewasa dan 0,25 - 0,5 g untuk anak-anak sehari atau 10-25
mg/kg BB. Lama pengobatan bergantung pada lokasi penyakit,
penyebab penyakit, dan imunitas penderita. Setelah sembuh klinis
dilanjutkan 2 minggu agar tidak residif. Dosis harian yang dianjurkan
dibagi menjadi 4 kali sehari. Di dalam klinik cara pemberian dengan
dosis tunggal harian memberi hasil yang cukup baik pada sebagian
besar penderita. Griseofulvin diteruskan selama 2 minggu setelah
penyembuhan klinis. Efek samping dari griseofulvin jarang dijumpai,
yang merupakan keluhan utama ialah sefalgia yang didapati pada 15 %
penderita. Efek samping yang lain dapat berupa gangguan traktus
digestivus yaitu nausea, vomitus dan diare. Obat tersebut juga dapat
bersifat fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi hepar.
2. Ketokonazole. Obat per oral, yang juga efektif untuk dermatofitosis
yaitu ketokonazole yang bersifat fungistatik. Kasus-kasus yang resisten
terhadap griseofulvin dapat diberikan obat tersebut sebanyak 200 mg
per hari selama 10 hari 2 minggu pada pagi hari setelah makan.
Ketokonazole merupakan kontraindikasi untuk penderita kelainan
hepar.
3. Itrakonazole. Itrakonazole merupakan suatu antifungal yangdapat
digunakan sebagai pengganti ketokonazole yang bersifat hepatotoksik
terutama bila diberikan lebih dari sepuluh hari. Itrakonazole berfungsi
dalam menghambat pertumbuhan jamur dengan mengahambat
sitokorm P-45 yang dibutuhkan dalam sintesis ergosterol yang
merupakan komponen penting dalam sela membran jamur. Pemberian
obat tersebut untuk penyakit kulit dan selaput lendir oleh penyakit
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
15/63
15
jamur biasanya cukup 2 x 100-200 mg sehari dalam selaput kapsul
selama 3 hari. Interaksi dengan obat lain seperti antasida (dapat
memperlambat reabsorpsi di usus), amilodipin, nifedipin (dapat
menimbulkan terjadinya edema), sulfonilurea (dapat meningkatkan
resiko hipoglikemia). Itrakonazole diindikasikan pada tinea pedis tipe
moccasion.
4. Terbinafin. Terbinafin berfungsi sebagai fungisidal juga dapat
diberikan sebagai pengganti griseofulvin selama 2-3 minggu, dosisnya
62,5 mg250 mg sehari bergantung berat badan. Mekanisme sebagai
antifungal yaitu menghambat epoksidase sehingga sintesis ergosterol
menurun. Efek samping terbinafin ditemukan pada kira-kira 10 %
penderita, yang tersering gangguan gastrointestinal di antaranya
nausea, vomitus, nyeri lambung, diare dan konstipasi yang umumnya
ringan. Efek samping lainnya dapat berupa gangguan pengecapan
dengan presentasinya yang kecil. Rasa pengecapan hilang sebagian
atau seluruhnya setelah beberapa minggu makan obat dan bersifat
sementara. Sefalgia ringan dapat pula terjadi. Gangguan fungsi hepar
dilaporkan pada 3,3 % - 7 % kasus.(1)Terbinafin baik digunakan pada
pasien tinea pedis tipe moccasion yang sifatnya kronik. Pada suatu
penelitian ternyata ditemukan bahwa pengobatan tinea pedis dengan
terbinafine lebih efektif dibandingkan dengan pengobatan griseofulvin.
Penatalaksanaan Keperawatan
a.
Menganjurkan untuk menjaga kebersihan kaki.
b. Melakukan perawatan luka steril.
c. Menjaga suasana kaki tetap lembab.
d. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan antifungi.
e. Menganjurkan agar tidak menggaruk kaki.
f. Menganjurkan untuk memotong kuku.
g. Menganjurkan agar tidak menggunakan saleb kulit sembarangan
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
16/63
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
17/63
17
kecuali pada tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum sp.
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum kulit di daerah tersebut dikerok untuk
mengetahui lebih jelas daerah yang terinfeksi.
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
18/63
18
11.Pathway
Pemakaian sepatu tertutup yang lama
Suhu kaki menjadi panas, basah, & lembab
Media yang baik untuk perkembangan jamur
Infeksi jamur(Trikhophiton)
Tinea pedis
Kurangnya informasi Pengeluaran Kreatinase
Tentang penyakit & pengobatan
Kurang Pengetahuan Merusak keratin pada lapisan
Stratum Korneum
Reaksi antigen antibody Menimbulkan skuamaRuam-ruam kulit
Pengeluaran mediator kimia
Merangsang ujung-ujung saraf Sensasi gatal
Dipersepsikan ke otak Gangguan Rasa Nyaman Adanya garukan
Rasa terbakar&Nyeri Lesi pada kulit
Nyeri Akut Rusaknya barrier pertahanan tubuh Primer
Resiko Infeksi
Kerusakan integritas kulit
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
19/63
19
B. Skabies
1. Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan
sensitisasi (kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. Humini.s (Adhi
Djuanda. 2007).
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang
mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau
sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Marufi,
Soedjajadi K, Hari B N, 2005).
Scabies adalah penyakit zoonosisyang menyerang kulit, mudah menular
dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat
mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh
tungau (kutu atau mite)Sarcoptes scabiei(Buchart, 1997).
Jadi menurut kelompok scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan
oleh infeksi kuman parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular manusia
ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua
ras dan golongan yang ada dimuka bumi ini. Skabies adalah penyakit kulit
yang disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei
varian hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the
itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan
penyakit menular oleh kutu tuma gatal Sarcoptes scabeitersebut, kutu tersebut
memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan
lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
2. Etiologi
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara
morfologik sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata berwarna putih kotor dan
tidak memiliki mata. Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum
corneum dan lucidummembuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
20/63
20
terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur
tersebut menetas menjadi hypopi yakn i sarcoptes muda. Akibat terowongan
yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit
itu, penderita mengalami rasa gatal.(Keperawatan Medikal Bedah, 2002).
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, super famili
Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scbiei var. hominis. Kecuali itu
terdapat S. Scabieiyang lain, misalnya kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna puith
kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450
mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240
mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2
pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat, dan 2 pasang kaki kedua
pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki
ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup
beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang
telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan
2-3 mm sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai
mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup
sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi
nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki.
Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu antara 8-12 hari.
Faktor resiko dari skabies ini adalah :
1. Skabies pada bayi dan anak
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
21/63
21
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk
seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi
infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang
ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka.
2.
Skabies yang ditularkan oleh hewan
Sarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia yang
pekerjaanya berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak
dan gembala. Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul
terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak. Dan akan
sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.
3. Skabies incognito
Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan
tanda skabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan
dengan steroid toikal yang lama dapat menyebabkan lesi bertambah hebat.
Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respon imun seluler.
4. Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di
tempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
Cara penularan (transmisi) :
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan,
tidur bersama dan hubungan seksual.
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dan lain-lain.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabieibetina yang sudah dibuahi
atai kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var.
animalisyang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka
yang banyak memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.
3. Manifestasi Klinis
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
22/63
22
1. Pruritus (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada
suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu
pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian
besar tetangga yang berdekatan akan diserang tungau tersebut.
3. Kunikulus (adanya terowongan) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorfi
(pustula, ekskoriasi, dll). Tempat predileksi biasanya daerah dengan
stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, peregelangan tangan
bagian volar, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola
mammae (wanita) dan lipatan glutea, umbilikus, bokong, genitalia
eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang
telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada
remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
4.
Terdapat agen parasitik satu atau lebih stadium hidup agen parasitik ini,
merupakan hal yang paling diagnostik.
5. Pada pasien yang menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit
sehingga diagnosis kadangkala sangat sulit ditegakkan.
4. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan
tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau
bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi
timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan leh sensitisasi
terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan
setelah infestasi. Pada saat it kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi,
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
23/63
23
ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi
dapat lebih luas dari lokasi tungau.
5. Diagnosis Banding
Ada pendapat mengatakan penyakti skabies ini merupakan the great
immator karena dapat menyerupai penyakit kulit dengan keluhan gatal.
Sebagai diagnosis banding ialah : pitriaris rosea, tinea versikolor, pedikulosis
korporis, prurigo, dermatitis, liken planus dan berbagai penyakit kulit lainnya
dengan keluhan gatal.
6. Komplikasi
Bila skabies tidak di obati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul
a) Dermatitis akibat garukan
b) Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, limfangitis, folikulitis,
dan furunkel.
c) Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat
menimbul komplikasi pada ginjal, yaitu glomerulonefritis.
d)
Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies
yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu
sering.
7. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan
Penatalaksanaan Medis
Jenis obat topikal:
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20 %dalam bentuk salep atau
krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak
sangat aman efektif. Kekurangannya ialah pemakaian tidak boleh kurang
dari tiga hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau,
mengotori pakaian, dan dapat menimbulkan iritasi.
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
24/63
24
2. Emulsi benzil-benzoat 20-25 % efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering
memberi iritasi, dan kadang-kadang semakin gatal setelah dipakai.
3. Gama benzena heksaklorida (gameksan=gammexane) 1 % dalam
bentuk krim atau losio tidak berbau dan tidak berwarna, termasuk obat
pilihan karena efektif terhadap semua stdium, mudah digunakan, dan
jarang memberi iritasi. Pemberiannya hanya cukupt sekali setiap 8 jam.
Jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian. Pengguanaan yang
berlebihan dapat menimbulkan efek pada sistem saraf pusat. Pada bayi dan
anak-anak jika digunakan berlebihan , dapat menimbulkan neurotoksisitas.
Obat ini tidak aman digunaka untuk ibu menyusui dan wanita hamil.
4. Benzilbenzoat (krotamiton) Tersedia 10 % dan 25% dalam krim atau
losio mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus
dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim (eurax) hanya efektif pada
50-60 % pasien. Digunakan selama 2 malam beruturut-turut dan
dibersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir, kemudian digunakan lagi 1
minggu kemudian. Obat ini disapukan ke badan dari leher ke bawah.
Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan iritasi. Bila digunakan untuk
bayi dan anak-anak harus di tambahkan air 2-3 bagian.
5. Permethrin. Dalam bentuk krim 5 % sebagai dosis tunggal.
Pengguanaanya selama 8-12 jam dan kemudian dicuci bersih-bersih.
Merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat mematikan
untuk parasit S. Scabiei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
Pengobatan pada skabies krustosa sama dengan skabies klasik, hanya perlu
ditambahkan salep keratolitik. Skabies subungual susah diobati. Bila
didapatkan infeksi sekunder perlu diberikan antibiotik sistemik.
Penatalaksanaan Keperawatan
a) Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus,
handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya
hingga kering.
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
25/63
25
b) Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
c)
Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi
untuk memutuskan rantai penularan.
d) Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa-sisa kulit
yang mengelupas dan kemudian kulit dibiarkan kering.
e) Gunakan pakaian dan sprei yang bersih, semua perangkat tidur, handuk
dan pakaian yang habis dipakai harus dicuci dengan air yang sangat panas
kalau perlu direbus dan dikeringkan dengan alat pengering panas.
f) Cegah datangnya lagi skabies dengan menjaga lingkungan agar tetap
bersih dan sehat, ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena sinar
matahari serta menjaga kebersihan diri anggota keluarga dengan baik.
Jika pencegahan tidak dilakukan dengan baik dan efektif, maka dapat
dilakukan penatalakasanaan medis.
Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak
menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak
atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan murah. Cara pengobatannya
ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk penderita yang
hiposesitisasi).
8. Pencegahan
Yang paling utama adalah menjaga kebersihan badan dengan mandi secara
teratur, menjemur kasur, bantal dan sprei secara teratur serta menjaga
lingkungan di dalam rumah agar tetap mendapat sinar matahari yang cukup,
tidak lembab, dan selalu dalam keadaan bersih.
Tindakan yang sangat penting untuk pengobatan penyakit scabies ini
adalah memutus mata rantai penularan. Sehingga pengobatan penyakit
scabies biasanya dilakukan secara masal agar mata rantai penularan dapat
dibasmi secara cepat dan tuntas.
9.
Pemeriksaan penunjang
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
26/63
26
Diagnosa skabies dilakukan dengan membuat kerokan kulit pada daerah
yang berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan
sebaiknya dilakukan agak dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena
sarcoptes betina bermukim agak dalam di kulit dengan membuat terowongan.
Untuk melarutkan kerak digunakan larutan KOH 10 persen selanjutnya hasil
kerokan tersebut diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 10-40 kali.
Cara lain adalah dengan meneteskan minyak immersi pada lesi, dan epidermis
diatasnya dikerok secara perlahan-lahan.
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
27/63
27
10.Pathway
Kontak langsung & Lingkungan Yang Padat Kebersihan diri kurang
Tidak langsung
Penyebaran telur sarcoptes Sanitasi Buruk
Pada orang sehat
Keadaan Lembab & Panas
Resevoir sarcoptes
Terbentuknya terowongan Timbul Vesikel
Menimbulkan Rasa gatal
TIdak Nyaman Istrahat
Gangguan Pola tidur Respon tubuh Menggaruk
Ulcus, Erosi
Gangguan Citra Tubuh Barrier Kulit Rusak Kerusakan
Integritas Kulit
Memudahkan Invasi Patogen
Resiko Infeksi
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
28/63
28
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. TINEA PEDIS
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : Tn. M
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Alamat : Bilalang
Suku/bangsa : mongondow
Perkerjaan : Sopir
Tanggal MRS : 7 feb 2013 Jam 07.00
Ruang/ Kamar : Interna Pria
Tanggal dan jam pengkajian : 7 Februari 2014Jam 08.00
Diagnose medis : Tinea Pedis
Penanggung Jawab
Nama : Ny. K
Umur : 32 thn
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Hubungan dgn pasien : Istri
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama: Klien mengatakan gatal pada sela-sela jari kaki kanan dan
kiri
Keluhan tambahan : luka pada sela jari dan terasa nyeri apabila digaruk
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
29/63
29
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang ke RSDB dengan keluhan gatal padasela-sela jari kaki kanan
dan kiri. Keluhan dirasakan sejak 1 minggu SMRS. Menurut klien gatal-
gatal ini muncul setelah tempat tinggalnya mengalami banjir, kemudian
setelah itu klien mengeluh gatal pada sela-sela jari kaki kanan dan kiri.
Karena setiap hari terasa semakin gatal, klien sering menggaruk-garuk sela
jari sampai akhirnya timbul luka. Selain itu menurut pasien setiap bekerja
pasien selalu menggunakan sepatu yang tertutup tanpa menggunakan kaos
kaki sehingga keluhan dirasakan semakin bertambah parah.
3. Riwayat penyakit dahulu
Klien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya, keluhan
Asma dan DM disangkal. Klien memiliki riwayat penyakit HT sejak 3
tahun lalu dan klien mengkonsumsi captopril untuk mengontrol tekanan
darah
4. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga klien dalam satu rumah yang mengalami
keluhan serupa
5.
Riwayat Sosial Ekonomi
Klien adalah seorang karyawan swasta yang bekerja sebagai pengemudi
Taksi. Setiap bekerja klien menggunakan sepatu tanpa menggunakan kaos
kaki dan tempat tinggal klien merupakan tempat tinggal yang sering
mengalami banjir.
6. Riwayat Alergi
Menurut klien, klien memiliki alergi terhadap ikan dan telur. Klien tidak
memiliki riwayat alergi terhadap obat maupun cuaca.
7. Riwayat Pengobatan
Menurut klien sebelum klien MRS klien sempat berobat di klinik
perusahan tempat pasien bekerja dan diberikan salep tetapi belum ada
perubahan
c. Pemeriksaan fisik
a.
Keadaan umum: tampak luka pada kedua sela-sela jari kaki klien
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
30/63
30
b. Kesadaran : Compos mentis
E (eyes) Membuka mata dengan spontan (4)
V ( Verbal) Orientasi Baik (5)
M (Motorik) Gerakan sesuai perintah (6)
GCS : 15
c. Tanda-tanda Vital
TD=130/80 mmHg
SB=36,70c
R=22x/mnt ,
N=90x/mnt ,
d. Kulit
Warna kulit putih, tidak ada gannguan pada kulit, turgor kulit
cukup, tidak ada lesi, tidak ada edema, suhu badan 36,70C
e. Kepala
Bentuk kepala mesochepal, ukuran normal, tidak ada alopesia,
tidak ada lesi, kulit kepala bersih tidak berketombe, warna rambut hitam,
kuantitas rambut tidak mudah rontok tidak da nyeri tekan dan edema pada
kepala
f. Wajah
Wajah simetris, klien tampak lemah, tidak ada edema, tidak ada
yeri tekan.
g. Mata
Alis mata simetris kiri dan kanan, bulu mata terdistribusi normal
sepanjang kelopak mata, tidak ada pembengkakan pada palpebra,
konjungtiva merah mudah, sclera tidak ikterik,pupil bulat dan sama
ukurannya, saat disinari cahaya pupil mengecil, visus mata tidak dikaji
h. Telinga
Bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan
serumen, membrane timpani normal warna putih keabu-abuan seperti
mutiara saat disinari cahaya, klien dapat mendengar dengan baik.
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
31/63
31
i. Hidung
Bentuk hidung simetris, nasal septum tegak lurus berada ditengah,
muosa kering, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan,perdarahan, tidak
ada sumbatan, tidak ada polip dan tidak ada nyeri tekan.
j.
Mulut
Kondisi bibir kering, tidak ada lesi, mukosa pucat, tidak ada lesi,
gusi normal merah mudah, tidak ada edema, tidak ada perdarahan, jumlah
gigi lengkap, tidak ada karies, tidak ada gigi berlubang.
k. Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid, integritas kulit baik, nadi
karotis kiri dan kanan teraba, tidak ada nyeri saat menelan.
l. Dada Paru
Bentuk dada normal chest, ekspansi dada simetris kiri dan kanan,
nafas teratur, suara nafas vesikuler
m. Dada Jantung
Tekanan darah 130/80 mmHg, CRT
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
32/63
32
bahwa kesehatan merupakan suatu keadaan dimana dia dapat melakukan
aktifitas tanpa disertai gangguan pada tubuh dan persaannya (rohani).
b. Pola latihan dan aktivitas
Aktivitas latihan selama sakit
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi di tempat tidur
Keterangan
0 : Mandiri
1 : Dengan menggunakan alat bantu
2 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktivitas
c.
Pola Personal Hygiene
Sebelum Sakit : Klien mandi 2x sehari, diwaktu pagi dan sore hari dengan
menggunakan sabun mandi dan shampho untuk mencuci rambut,
serta menggosok gigi setelah makan.
Saat Dikaji : Klien mandi menggunakan sabun 1x sehari dan gosok gigi
pada pagi hari dan sore hari.
d.
Pola nutrisi dan metabolic
Nutrisi
Sebelum sakit : Klien mengatkan bahwa sebelum sakit pasien makan 3x
sehari dengan porsi 1 piring yang isinya nasi, sayur, tempe, tidak,
makanan pantangan klien alergi telur dan ikan.
Saat Sakit : Klien makan nasi dan sayur 3xsehari, Porsi makan Porsi
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
33/63
33
Cairan
Sebelum Sakit : Klien minum setiap kali merasa haus, jenis minuman air
putih kurang lebih 6-8 gelas/ hari
Saat sakit : Klien mengatakan minum kurang lebih 3-4 gelas/ hari
jenis minuman air putih hangat.
e. Pola eliminasi
Sebelum sakit : BAB 2x sehari dengan konsisten warna kuning
kecoklatan, Bau khas feses, lembek. BAK 4-5x sehari
Saat dikaji : BAB 1x sehari warna agak kecoklatan, lembek, BAK 2-3x
sehari warna dan bau dipengaruhi oleh obat-obatan.
f. Pola istrahat dan tidur
Sebelum Sakit : Klien mengatakan istrahat pada siang hari kurang lebih
2jam pada pukul 13.00-15.00, dan pada malam hari 8 jam
pada pukul 22.00-06.00, dalam sehari klien istrahat 10 jam
Saat dikaji : klien mengatakan tidak dapat istrahat pada siang dan
malam hari karena sakit yang dideritanya.
g.
Pola kognitif dan perceptual
Sebelum Sakit : Klien sadar, bicara tidak ada kelainan dan bahasa yang
diginakan adalah bahasa daerah.
Saat dikaji : Klien terlihat tegang, cemas, gelisah
h. Konsep diri
Sebelm sakit : Klien selalu menganggap dirinya baik-baik saja
Saat dikaji :Klien menyadari bahwa kondisi dirinya tidak dalam
keadaan stabil.
i. Pola Koping
Sebelum Sakit : Klien mengatakan dapat menyelesaikan setiap masalah
yang dihadapi, pandangan klien optimis, pengambil
keputusan klien adalah suami klien sendiri.
Saat dikaji : Klien Nampak Gelisah dan bertanya-tanya tentang
penyakitnya
10. Pola seksual dan reproduksi selama masuk rumah sakit: -
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
34/63
34
11. Pola peran dan berhubungan
Sebelum Sakit : Klien mengatakan hubungan dengan tetangga maupun
dengan orang lain baik
Saat dikaji : Hubungan klien dengan tetangga maupun keluarga
Nampak baik, hubungan klien dengan perawat baik
12. Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit : Klien beragama islam dan melakukan sholat berjamaah
setiap magrib dan isyah
Saat dikaji : Klien hanya terbaring dan berdoa untuk kesembuhan
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
35/63
35
2. Analisa Data
No Data fokus Etiologi Problem
1 Ds: - Klien mengatakan tidak bias
tidur akibat rasa gatal pada
kakinya
- Klien mengatakan gatal pada
sela-sela jari kaki kanan dan kiri
Do:
- Tampak luka pada sela-sela jari
kaki
Pruritus Gangguan Pola tidur
2 Ds: Klien mengatakan nyeri pada sela-
sela jari kaki apabila digaruk dengan
berlebihan
Do: P: Luka pada sela-sela jari kaki
Q: Nyeri seperti terbakar
R: Sela-sela jari kaki kanan dan kiri
S: nyeri skala 5
T: Nyeri apabila digaruk berlebihan
TD=130/80 mmHg
SB=37,9oC
R=16x/mnt ,
N=80x/mnt ,
Lesi pada kulit Nyeri akut
3 Ds: - Klien mengatakan sering
menggaruk sela sela jari kaki
akibat gatal
Do: - Tampak luka pada sela sela jari
kaki klien
TD=130/80 mmHg
SB=36,7oC
Rusaknya barrier
pertahanan tubuh
primer
Resiko infeksi
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
36/63
36
R=22x/mnt ,
N=90x/mnt
Ds: - Klien mengatakan Luka pada
sela-sela jari kaki kanan dan kiri
akibat garuk
Do: Tampak luka pada sela-sela jari
kaki klien
Lesi akibat efek dari
garuk
Kerusakan integritas
kulit
4 Ds: Klien mengatakan tidak megerti
dengan penyakit dan cara
pengobatan penyakitnya
Do: Klien tampak cemas
-
Klien sering bertanya tentang
penyakitnya
Kurangnya informasi
tentang penyakit dan
pengobatan
Kurang pengetahuan
3. Diagnosa Keperawatan
1.
Gagguan pola tidur b/d Pruritus & nyeri
2.
Nyeri akut b/d adanya lesi
3. Resiko infeksi b/d adanya lesi
4. Kerusakan integritas kulit b/d lesi akibat efek dari garuk
5.
Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang penyalit dan
pengobatan
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
37/63
37
4. Intervensi
No Hari/tgl Diagnosa keperawatan Tujuan/KH Intervensi Rasional
1 Rabu
7 Feb 2014
Gangguan pola tidur b/d
pruritus/nyeri ditandai dengan
Ds: - Klien mengatakan gatal
pada sela-sela jari kaki
kanan dan kiri
- Klien mengatakan tidak
bias tidur akibat rasa gatal
pada kakinya
Do: - Tampak luka pada sela-sela
jari kaki
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan klien dapat istrahat,
klien dapat menjelaskan dan
mampu menerapkan tehnik
untuk mempermudah tidur
denganKH:
- Klien mengatakan rasa gatal
berkurang
- Klien bias istrahat
1. Identifikasi faktor-faktor
penyebab tidak bisa
tidur
2.
Beri penjelasan pada
klien dan keluarga
penyebab gangguan pola
tidur
3.
Anjurkan klien mandi air
hangat sebelum tidur dan
mengoleskan obat salep
(sesuai terapi) pada
daerah lesi
4.
Kolaborasikan dengan
tim medis dalam
pemberian
antihistamin/antigatal
1. Untuk mengetahui
penyebab klien
tidak bisa tidur.
2.
Agar klien mengerti
dengan pola tidur
klien
3.
Agar perkembangan
jamur terhenti
4.
Untuk membantu
proses
penyembuhan.
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
38/63
38
2 Rabu
7 Feb 2014
Nyeri akut b/d lesi pada kulit
ditandai dengan:
Ds: Klien mengatakan nyeri pada
sela-sela jari kaki apabila digaruk
dengan berlebihan
Do: P: Luka pada sela-sela jari
kaki
Q: Nyeri seperti terbakar
R: Sela-sela jari kaki kanan
dan kiri
S: nyeri skala 5
T: Nyeri apabila digaruk
berlebihan
TD=130/80 mmHg
SB=36,70c
R=22x/mnt ,
N=90x/mnt ,
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan nyeri berkurang
dengan KH
- Klien mengatakan nyeri
berkurang
-
Skala nyeri 1-3
- TTV dalam batas
normal
1.
Kaji Tanda tanda vital
2.
Kaji intensitas nyeri
3.
Anjurkan teknik relaksasi
dan distraksi
4.
Jelaskan penyebab nyeri
1.
Untuk menentukan
asuhan keperawatan
dan terapi
kolaborasi yang
sesuai
2.
Untuk mengetahui
sejauh mana nyeri
yang dirasakan
klien
3.
Untuk mengurangi
nyeri
4.
Pengetahuan pasien
terhadap nyeri
dapat membuat
pasien lebih patuh
pada pengobatan
5.
Dapat meredahkan
nyeri
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
39/63
39
3 Rabu
7 Feb 2014
Resiko infeksi b/d proses
inflamasi ditandai dengan
Ds: - Klien mengatakan sering
menggaruk sela sela jari
kaki akibat gatal
Do: - Tampak luka pada sela sela
jari kaki klien
TD=130/80 mmHg
SB=36,7oC
R=22x/mnt ,
N=90x/mnt
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
dengan diharapkan tidak terjadi
infeksi dengan kreteria hasil:
- Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi
-
Klien dapat
mempertahankan Suhu
tubuh
5.
Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
terapi analgetik
1.
Kaji tanda-tanda vital
2.
Observasi tanda-tanda
infeksi dan peradangan
3. Lakukan Perawatan luka
dengan teknik aseptic
4. Kolaborasi pemberian
antibiotik
1.
Untuk mengetahui
keadaan umum
klien
2.
Demam dapat
terjadi karena
adanya infeksi
3.
Untuk mempercepat
proses
penyembuhan
4.
Pencegahan
terjadinya infeksi
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
40/63
40
4 Rabu
7 Feb 2014
Kerusakan integritas kulit b/d lesi
akibat efek dari garuk ditandai
dengan
Ds: - Klien mengatakan Luka
pada sela-sela jari kaki
kanan dan kiri akibat garuk
Do: Tampak luka lembab pada
sela-sela jari kaki
Setelah dilakukakan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan kondisi klien
menunjukkan kemajuan dalam
perbaikan integritas kulit
dengan
Kriteria hasil : Area terbebas
dari infeksi lanjut dan kulit
bersih, kering, dan tidak lembab
1.
Kaji keadaan kulit
2.
Pertahankan agar area
luka tetap bersih dan
kering
3.
Anjurkan klien untuk
memakai pakaian ( baju,
celana, dalam, kaus kaki)
yang mudah menyerap
keringat
4.
Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian terapi
1.
Untuk mengetahui
kondisi dan keadan
umum klien
2.
Untuk mencegah
terjadinya infeksi
3.
Untuk memodifikasi
lingkungan untuk
mempercepat proses
penyembuhan klien
4.
Agar terapi dan
pengobatan dapat
memberi perubahan
pada kondisi yang
dialami klien
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
41/63
41
5 Rabu
7 Feb 2014
Kurang pengetahuan b/d
kurangnya informasi tentang
penyalit dan pengobatan
Ds: Klien mengatakan tidak
megerti dengan penyakit dan cara
pengobatan penyakitnya
Do: Klien tampak cemas
Klien sering bertanya tentang
penyakitnya
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1x24 jam klien
dan atau keluarga bertambah
(mengerti dan memahami
tentang penyakit, program
perawatan dan pengobatan)
dengan KH
S : klien dan atau keluarga tidak
sering bertanya lagi
O : - Ekspresi wajah tidak
bingung
-
Klien dan keluarga dapat
mengungkapkan kembali
apa yang telah dijelaskan
-
Klien kooperatif dalam
pengobatan.
1.
Kaji tingkat pengetahuan
klien dan keluarga
tentang penyakit klien
2.
Berikan informasi yang
tepat dengan keadaan
individu
3.
Berikan informasi tanda
dan gejala penyakit yang
diderita klien
4.
Jelaskan tentang
pentingnya pembatasan
kunjungan klien dan
pentingnya nutrisi bagi
pertahanan tubuh klien
5.
Jelaskan kepada klien
setiap
pemeriksaan/tindakan
yang akan dilakukan.
1.
Untuk mengetahui
pengetahuan klien
tentang penyakit
2.
Untuk mengurangi
kecemasan klien
3.
Agar klien
mengerti tentang
penyakitnya
4. Dengan membatasi
pengunjung dan
meningkatkan
nutrisi bagi klien
dapat
mempermudah
proses
penyembuhan
5.
Klien mengerti dan
mengetahui
tentang tindakan
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
42/63
42
5.
Anjurkan klien untuk
mengungkapkan kembali
apa yang telah dijelaskan
serta anjurkan untuk
bertanya bila ada yang
tidak jelas
keperawatan dan
pemeriksaan yang
akan dilakukan.
5.
Dengan
mengungkapkan
kembali apa yang
telah dijelaskan
maka klien mengerti
tentang apa yang
telah disampaikan
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
43/63
43
5. Evaluasi
No Hari/tgl Dx Kep Implementasi Evaluasi
1 Rabu
7 feb
2014
J 10.00
I 1. Mengidentifikasi faktor-faktor
penyebab tidak bisa tidur dan
penunjang keberhasilan tidur dengan
hasil faktor penyebab klien tidak bisa
tidur akibat rasa gatal pada luka
2. Memberi penjelasan pada klien dan
keluarga penyebab gangguan pola
tidur dengan hasil klien dan keluarga
mengerti dengan penjelasan perawat
3. Menganjurkan klien mandi air hangat
sebelum tidur dan mengoleskan obat
salep (sesuai terapi) pada daerah lesi
dengan hasil klien mengikuti anjuran
perawat
4.
Mengkolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian
antihistamin/antigatal
S: Klien mengatakan rasa gatal
berkurang
- Klien mengatakan bias
istrahat
O: - Masih tampak luka pd
sela-sela jari kaki klien
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
2 Rabu
7 feb
2014
J 10.15
II 1. Mengkaji Tanda tanda vital dengan
hasil
TD=130/80 mmHg
SB=36,7oC
R=22x/mnt
N=90x/mnt
. Mengkaji intensitas nyeri dengan hasil
P: Luka pada sela-sela jari kaki
Q: Nyeri seperti terbakar
R: Sela-sela jari kaki kanan dan kiri
S: nyeri skala 5
S: Klien mengatakan nyeri
berkutang
O: Nyeri skala 3
TTV
TD : 120/80mmhg
SB :370C
N: 80x/mnt
R: 20x/Mnt
A: Masalah Teratasi sebagian
P: lanjutkan Intervnsi
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
44/63
44
T: Nyeri apabila digaruk berlebihan
3. Menganjurkan teknik relaksasi dan
distraksi dengan hasil klien mengikuti
anjuran perawat
4. Menjelaskan penyebab nyeri dengan
hasil klien mendengarkan dan
memahami penjelasan perawat
5. Mengkolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian terapi analgetik
3 Rabu
7 feb
2014
J 10.30
III 1. Mengkaji tanda-tanda vital dengan
hasil
TD=130/80 mmHg
SB=37,9oC
R=16x/mnt ,
N=80x/mnt
2.
Mengobservasi tanda-tanda infeksidan peradangan
3. Melakukan Perawatan luka dengan
teknik aseptic
4. Mengkolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian antibiotik
S:
O: Tampak luka mulai
mongering
- Tidak ada tanda-tanda
peradangan
-
TTVTD=120/80 mmHg
SB=37oC
R=16x/mnt ,
N=80x/mnt
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
4 Rabu7 feb
2014
J 10.45
IV 1.
Mengkaji keadaan kulit dengan hasiltampak lesi pada sela jari-jari kaki
kanan dan kiri klien
.
Memperertahankan agar area luka
tetap bersih dan kering
. Menganjurkan klien untuk memakai
pakaian ( baju, celana, dalam, kaus
kaki) yang mudah menyerap keringat
S: Klien mengatakan luka
pada sela-sela jari kaki
kanan dan kiri
O: Tampak luka bersih, dan
sedikit lembab
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
45/63
45
dengan hasil klien mengikuti anjuran
perawat
.
Mengkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi
5 Rabu
7 feb
2014
J 11.00
V 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien
tentang penyakit denganhasil klien
tidak mengerti tentang penyakitnya
2. Memberikan informasi yang tepat
dengan keadaan individu dengan
hasil klien mengerti tentang
penjelasan perawat
3. Memberikan informasi tanda dan
gejala penyakit yang diderita klien
dengan hasil klien mendengarkan
penjelasan perawat
5. Menjelaskan tentang pentingnya
pembatasan kunjungan klien dan
pentingnya nutrisi bagi pertahanan
tubuh klien dengan hasil klien
mengerti dengan penjelasan perawat
6. Menjelaskan kepada klien setiap
pemeriksaan/tindakan yang akan
dilakukan
7.
Menganjurkan klien untuk
mengungkapkan kembali apa yang
telah dijelaskan serta anjurkan untuk
bertanya bila ada yang tidak jelas
dengan hasil klien dapat
mengungkapkan sebagian dari
penjelasan perawat
S: .- Klien tidak sering
bertanya lagi
- Klien mengerti tentang
penyakit
O : - Ekspresi wajah tidak
bingung
- Klien dapt
mengungkapkan
kembali sebagian apa
yang telah dijelaskan
- Klien kooperatif dalam
pengobatan
A.Masalah teratasi
P. Intervensi dihentikan
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
46/63
46
B. Skabies
1. Pengkajian
a.
Identitas pasien
Nama : Tn. M
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Alamat : Bilalang
Suku/bangsa : mongondow
Perkerjaan : Sopir
Tanggal MRS : 7 feb 2013 Jam 07.00
Ruang/ Kamar : Interna Pria
Tanggal dan jam pengkajian : 7 Februari 2013 Jam 08.00
Diagnose medis : Skabies
Penanggung Jawab
Nama : Ny. K
Umur : 32 thn
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Hubungan dgn pasien : Istri
b.
Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama: Terdapat lesi dikulit bagian punggung dan merasakan
gatal terutama pada malam hari.
2.
Riwayat kesehatan sekarang
Klien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi edema
karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat
3.
Riwayat penyakit dahulu: Klien pernah masuk Rs karena alergi
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
47/63
47
4. Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga klien ada yang menderita penyakit seperti yang klien
alami yaitu kurap, kudis
5. Riwayat Alergi
Menurut klien, klien memiliki alergi terhadap ikan dan telur. Klien tidak
memiliki riwayat alergi terhadap obat maupun cuaca.
8. Riwayat Pengobatan
Menurut klien sebelum klien MRS klien sempat berobat di Puskesmas
terdekat dan diberikan salep tetapi belum ada perubahan
e. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: Tampak luka lesi akibat garukan pada punggung klien
b.
Kesadaran : Compos mentis
E (eyes) Membuka mata dengan spontan (4)
V ( Verbal) Orientasi Baik (5)
M (Motorik) Gerakan sesuai perintah (6)
GCS : 15
c.
Tanda-tanda Vital
TD=130/80 mmHg
SB=36,5oC
R=16x/mnt ,
N=80x/mnt ,
d. Kulit
Warna kulit putih, turgor kulit cukup, terdapat lesi akibat garukan
pada punggung klien, teapatr edema, suhu badan 36,50C
e. Kepala
Bentuk kepala mesochepal, ukuran normal, tidak ada alopesia,
tidak ada lesi, kulit kepala bersih tidak berketombe, warna rambut hitam,
kuantitas rambut tidak mudah rontok tidak da nyeri tekan dan edema pada
kepala
f.
Wajah
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
48/63
48
Wajah simetris, klien tampak lemah, tidak ada edema, tidak ada
yeri tekan.
g.
Mata
Alis mata simetris kiri dan kanan, bulu mata terdistribusi normal
sepanjang kelopak mata, tidak ada pembengkakan pada palpebra,
konjungtiva merah mudah, sclera tidak ikterik,pupil bulat dan sama
ukurannya, saat disinari cahaya pupil mengecil, visus mata tidak dikaji
h. Telinga
Bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan
serumen, membrane timpani normal warna putih keabu-abuan seperti
mutiara saat disinari cahaya, klien dapat mendengar dengan baik.
i.
Hidung
Bentuk hidung simetris, nasal septum tegak lurus berada ditengah,
muosa kering, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan,perdarahan, tidak
ada sumbatan, tidak ada polip dan tidak ada nyeri tekan.
j. Mulut
Kondisi bibir kering, tidak ada lesi, mukosa pucat, tidak ada lesi,
gusi normal merah mudah, tidak ada edema, tidak ada perdarahan, jumlah
gigi lengkap, tidak ada karies, tidak ada gigi berlubang.
k. Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid, integritas kulit baik, nadi
karotis kiri dan kanan teraba, tidak ada nyeri saat menelan.
l. Dada Paru
Bentuk dada normal chest, ekspansi dada simetris kiri dan kanan,
nafas teratur, suara nafas vesikuler
m. Dada Jantung
Tekanan darah 130/80 mmHg, CRT
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
49/63
49
Bentuk abdomen simetris, Peristaltik usus 6-12x/mnt, tidak ada lesi
tidak ada nyeri tekan pada hepar, lien dan ginjal, bunyi tympani.
o.
Pemeriksaan genitalia dan anus
Tidak ada kelainan, dan tidak ada hemoroid
p. Ekstremitas atas: Tidak ada edema dan fraktur
Ekstremitas Bawah: tidak ada edema dan fraktur
f. Pola fungsi kesehatan
a.
Pola persepsi - pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan bahwa sakit adalah suatu rasa tidak enak pada
badan yang membuat kita menjadi tidak nyaman dan pasien mengatakan
bahwa kesehatan merupakan suatu keadaan dimana dia dapat melakukan
aktifitas tanpa disertai gangguan pada tubuh dan persaannya (rohani).
b. Pola latihan dan aktivitas
Aktivitas latihan selama sakit
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi di tempat tidur
Keterangan
0 : Mandiri
1 : Dengan menggunakan alat bantu
2 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktivitas
c. Pola Personal Hygiene
Sebelum Sakit : Klien mandi 2x sehari, diwaktu pagi dan sore hari dengan
menggunakan sabun mandi dan shampho untuk mencuci rambut,
serta menggosok gigi setelah makan.
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
50/63
50
Saat Dikaji : Klien mandi menggunakan sabun 1x sehari dan gosok gigi
pada pagi hari dan sore hari.
d.
Pola nutrisi dan metabolic
Nutrisi
Sebelum sakit : Klien mengatkan bahwa sebelum sakit pasien makan 3x
sehari dengan porsi 1 piring yang isinya nasi, sayur, tempe, tidak,
makanan pantangan klien alergi telur dan ikan.
Saat Sakit : Klien makan nasi dan sayur 3xsehari, Porsi makan Porsi
Cairan
Sebelum Sakit : Klien minum setiap kali merasa haus, jenis minuman air
putih kurang lebih 6-8 gelas/ hari
Saat sakit : Klien mengatakan minum kurang lebih 3-4 gelas/ hari
jenis minuman air putih hangat.
e.
Pola eliminasi
Sebelum sakit : BAB 2x sehari dengan konsisten warna kuning
kecoklatan, Bau khas feses, lembek. BAK 4-5x sehari
Saat dikaji : BAB 1x sehari warna agak kecoklatan, lembek, BAK 2-3x
sehari warna dan bau dipengaruhi oleh obat-obatan.
f. Pola istrahat dan tidur
Sebelum Sakit : Klien mengatakan istrahat pada siang hari kurang lebih
2jam pada pukul 13.00-15.00, dan pada malam hari 8 jam
pada pukul 22.00-06.00, dalam sehari klien istrahat 10 jam
Saat dikaji : klien mengatakan tidak dapat istrahat pada siang dan
malam hari karena rasa gatal akibat penyakit yang dideritanya.
g. Pola kognitif dan perceptual
Sebelum Sakit : Klien sadar, bicara tidak ada kelainan dan bahasa yang
diginakan adalah bahasa daerah.
Saat dikaji : Klien terlihat tegang, cemas, gelisah
h. Konsep diri
Sebelm sakit : Klien selalu menganggap dirinya baik-baik saja
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
51/63
51
Saat dikaji :Klien menyadari bahwa kondisi dirinya tidak dalam
keadaan stabil.
i.
Pola Koping
Sebelum Sakit : Klien mengatakan dapat menyelesaikan setiap masalah
yang dihadapi, pandangan klien optimis, pengambil
keputusan klien adalah suami klien sendiri.
Saat dikaji : Klien Nampak Gelisah dan bertanya-tanya tentang
penyakitnya
10. Pola seksual dan reproduksi selama masuk rumah sakit: -
11. Pola peran dan berhubungan
Sebelum Sakit : Klien mengatakan hubungan dengan tetangga maupun
dengan orang lain baik
Saat dikaji : Hubungan klien dengan tetangga maupun keluarga
Nampak baik, hubungan klien dengan perawat baik
12. Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit : Klien beragama islam dan melakukan sholat berjamaah
setiap magrib dan isyah
Saat dikaji : Klien hanya terbaring dan berdoa untuk kesembuhan
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
52/63
52
2. Analisa data
No Data Focus Etiologi Problem
1 Ds: Klien mengatakan tidak
bias tidur akibat rasa gatal
yang diderita
- Klien mengatakan
nyeri apabila digaruk
dengan berlebihan
Do: - Mata klien tampak
bengkak akibat kurang
tidur
-
Terdapat lesi pada
punggung Klien
Pruritus/nyeri Gangguan Pola tidur
2 Ds: Klien mulai merasakan
gatal yang memanas karena
garukan akibat rasa gatal
yang sangat hebat
Do: Tampak erosi akibat
garukan klien
- Tampak edema pada
luka
Adanya erosi Kerusakan integritas
kulit
3 Ds: -Klien mengatakan sering
menggaruk luka di punggung
akibat rasa gatal yang
berlebihan
Do: Terdapat luka lesi pada
punggung klien
TTV:
Erosi/lesi pada kulit Resiko Infeksi
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
53/63
53
TD=130/80 mmHg
SB=36,5oC
R=16x/mnt ,
N=80x/mnt ,
4 Ds: Klien mengatakan malu
terhadap orang lain akibat
penyakitnya
-
Klien mengatakan tidak
bias menerima
penyakitnya
Do: Ekspresi klien tampak
cemas
Perubahan struktur kulit Gangguan citra tubuh
3. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola tidur b/d Pruritus/nyeri
2.
Kerusakan integritas kulit b/d adanya erosi
3.
Resiko infeksi b/d erosi/lesi pada kulit
4. Gangguan citra tubuh b/d perubahan struktur kulit
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
54/63
54
4. Intervensi
No Hari/tgl Dx Keperawatan Tujuan/KH Intervensi Rasional
1 Gangguan pola tidur b/d
pruritus/nyeri ditandai dengan
Ds: Klien mengatakan tidak
bias tidur akibat rasa gatal
yang diderita
- Klien mengatakan nyeri
apabila digaruk dengan
berlebihan
Do: - Mata klien tampak
bengkak akibat kurang
tidur
-
Terdapat lesi pada
punggung Klien
Setelah dilakukan tindakan
2x24 jam diharapkan
Kebutuhan istirahati tidur
klien dapat terpenuhi dengan
kreteria hasil:
- Klien mencapai tidur
yang nyenyak
Rasa gatal berkurang
b. Lakukan pengkajian masalah
gangguan tidur klien,
krakteristik, penyebab
gangguan tidur
c.
Beri penjelasan pada klien
dan keluarga penyebab
gangguan pola tidur
d. Siapkan tempat tidur, batal
dan selimut yang nyaman dan
bersih
e. Hindari minuman yang
mengandung kafein
menjelang tidur
f.
Kolaborasi pemberian obat
antihistamin
g. Memberikan informasi
dasar dalam
menentukan intervensi
keperawatan
h.
Agar klien mengerti
dengan pola tidur klien
i. Meningkatkan
kenyamanan saat tidur
j. Kafein menghilangkan
rasa ngantuk
k.
Mengurangi rasa gatal
2 Kerusakan integritas kulit b/d Setelah dilakukan tindakan 1.
Anjurkan kepada klien untuk 1.
Menggaruk bisa
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
55/63
55
adanya erosi/luka
Ds: Klien mulai merasakan
gatal yang memanas karena
garukan akibat rasa gatal
yang sangat hebat
Do: Tampak erosi akibat
garukan klien
- Tampak edema pada
luka
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan
Klien dapat mempertahankan
Integritas kulit dengan
criteria hasil:
-
kulit membaik
-
Tidak tampak terjadinya
erosi
- Luka tampak kering
berhenti menggaruk
. Anjurkan klien agar kuku
selalu dipotong
.
Anjurkan klien menjaga
kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering
.
Kolaborasi pemberian obat
topical
menyebabkan erosi
pada kulit
2. Pemotongan kuku
akan mengurangi
kerusakan kulit karena
garukan
3.
Untuk mempercepat
proses penyembuhan
4. Menghilangkan erosi
pada kulit
3 Resiko infeksi b/d erosi/lesi
pada kulit ditandai dengan
Ds:
Do: Terdapat luka lesi pada
punggung klien
TTV:
TD=130/80 mmHg
SB=36,5oC
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam dengan diharapkan tidak
terjadi infeksi dengan
kreteria hasil:
Tidak terjadi infeksi dengan
tidak adanya tanda-tanda
infeksi
. Kaji tanda-tanda vital
.
Observasi tanda-tanda infeksi
dan peradangan
.
Lakukan pemakaian kompres
basah seperti yang
diprogramkan untuk
5. Untuk mengetahui
keadaan umum klien
6.
Demam dapat terjadi
karena adanya infeksi
7.
Kompres basah akan
menghasilkan
pendinginan lewat
pengisapan yang
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
56/63
56
R=16x/mnt ,
N=80x/mnt ,
mengurangi intensitas
inflamasi
. Kolaborasi pemberian
antibiotik
menimbulka
vasokonstriksi
pembuluh darah kulit
dengan demikian akan
mengurangi eritema
8.
Pencegahan terjadinya
infeksi
4 Gangguan citra tubuh b/d
perubahan struktur kulit
Ds: Klien mengatakan malu
terhadap orang lain akibat
penyakitnya
- Klien mengatakan tidak
bias menerima
penyakitnya
Do: Ekspresi klien tampak
cemas
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
diharapkan Tidak terjadi
gangguan citra tubuh dengan
kreteria hasil:
- klien dapat menerima
keadaan dirinya
-
klien tidak malu
bersosialisasi dengan
orang lain
1. Kaji psikososial
perkembangan klien
2. Berikan kesempatan kepada
klien untuk mengungkapkan
tentang perubahan citra tubuh
1. Terdapat hubungan
antara psikososial
perkembangan, citra
diri, reaksi, serta
pemahaman klien
terhadap kondisi
kulitnya
2.
Pasien memerlukan
pengalaman
didengarkan dan
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
57/63
57
-
Ekspresi wajah rileks
3.
dukung upaya klien untuk
memperbaiki citra diri
4.
Beri nasehat kepada klien
mengenai cara-cara
perawatan kosmetik untuk
menyembuyikan kondisi
kulit yang abnormal,
mendorong sosialisai dengan
orang lain, dan bantu pasien
kearah penerimaan diri
dipahami
3.
Meningkatkan
penerimaan klien
terhadap dirinya
4. Pendekatan dan
sasaran yang positif
sering kali membantu
klien dalam
peningkatan
penerimaan diri dan
sosialisasi
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
58/63
58
5. Evaluasi
No Hari/tgl Dx. Kep Implementasi Evaluasi
1 I 1. Mengkaji masalah gangguan tidur
klien, krakteristik, penyebab
gangguan tidur dengan hasil klien
tidak bias tidur nyenyak akibat rasa
gatal
2.
Memberi penjelasan pada klien dan
keluarga penyebab gangguan pola
tidur dengan hasil klien mengerti
dan mendengarkan penjelasan
perawat
3. Menyiapkan tempat tidur, batal dan
selimut yang nyaman dan bersih
agar klien bias istrahat
4. Menganjurkan klien agar
menghindari minuman yang
mengandung kafein menjelang
tidur dengan hasil klien mengikuti
anjuran perawat
5. Mengkolaborasi pemberian obat
antihistamin
S: - Klien mengatakan bias
istrahat dengan nyenyak
-
Klien mengatakan
rasa gatal bekurang
O: - Mata klien tidak bengkak
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
2 II 1. Menganjurkan kepada klien untuk
berhenti menggaruk dengan hasil
klien mengikuti anjuran perawat
2.
Menganjurkan klien agar kuku
selalu dipotong dengan hasil klien
mengikuti anjuran perawat
3.
Menganjurkan klien menjaga
kebersihan kulit agar tetap bersih
S: klien mengatakan rasa
gatal berkurang
O: Tampak luka lesi mulai
mengering
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
59/63
59
dan kering dengan hasil klien
mengikuti anjuran perawat
4. Mengkolaborasi pemberian obat
topical
3 1.
Mengkaji tanda-tanda vital dengan
hasil
TD=130/80 mmHg
SB=36,5oC
R=16x/mnt ,
N=80x/mnt
2. Mengobservasi tanda-tanda infeksi
dan peradangan dengan hasil
belum terdapat tanda-tanda infeksi
3. Melakukan pemakaian kompres
basah seperti yang diprogramkan
untuk mengurangi intensitas
inflamasi
4.
Mengkolaborasi dalam pemberian
antibiotik
S:
O: Belum terdapat tanda-
tanda infeksi
A: Masalah teratasi
P: lanjutkan Intervensi
4 IV 1. Mengkaji psikososial
perkembangan klien
2. Memberikan kesempatan kepada
klien untuk mengungkapkan
tentang perubahan citra tubuh
3.
Memberikan dukungan upaya klien
untuk memperbaiki citra diri
4. Memberi nasehat kepada klien
mengenai cara-cara perawatan
kosmetik untuk menyembuyikan
kondisi kulit yang abnormal,
S: - klien menerima keadaan
dirinya
- klien mengatakan tidak
malu bersosialisasi
dengan orang lain
O: Ekspresi wajah rileks
A: Masalah teratasi
P:-
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
60/63
60
mendorong sosialisai dengan orang
lain, dan bantu pasien kearah
penerimaan diri
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
61/63
61
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tinea pedis merupakan infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela
jari dan telapak kaki. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada laki-laki usia dewasa
dan jarang pada perempuan dan anak-anak. Keadaan lembab dan hangat pada sela
jari kaki karena bersepatu dan berkaos kaki disertai berada di daerah tropis yang
lembab mengakibatkan pertumbuhan jamur makin subur. Jamur penyebab tinea
pedis yang paling umum ialah Trichophyton rubrum (paling sering), T.
interdigitale, T. tonsurans(sering pada anak)danEpidermophyton floccosum.
Gambaran klinis dapat dibedakan berdasarkan tipe interdigitalis, moccasion
foot, lesi vesikobulosa, dan tipe ulseratif. Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan adalah pemeriksaan KOH dan pemeriksaan lampu Wood dan
ditemukan adanya hifa double counture, dikotomi dan bersepta. Diagnosis
banding dapat berupa dermatitis kontak, pemfolix, psoriasis, dan hiperhidrosis
pada kaki. Penatalaksanaan disesuaikan berdasarkan tipe tinea pedis. Pengobatan
dapat berupa antifungal topikal maupun oral dan apabila ditemukan infeksi
sekunder maka indikasi penggunaan antibiotik. Salah satu pencegahan terhadap
reinfeksi tinea pedis yaitu menjaga agar kaki tetap dalam keadaan kering dan
bersih, hindari lingkungan yang lembab dan pemakaian sepatu yang terlalu lama
Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal
sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum,
membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai
1,2 centimeter.
Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang
disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya
0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan
ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk
kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
62/63
62
kawin. Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur
yang bercabang.
B. Saran
a) Untuk Perawat
Perawat harus bisa memahami bagaimana cara menangani klien dengan
penyakit Tinea pedis dan skabies dan melakukan pengkajian.
b) Untuk instansi
Untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal sebaiknya proses
keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan.
c) Untuk klien dan keluarga
Perawatan tidak kalah pentingnya dibanding dengan pengobatan, sebab
bagaimanapun teraturnya pengobatan yang diberikan tanpa perawatan yang
sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak akan tercapai. oleh
sebab itu perlu adanya penjelasan baik pada klien maupun keluarganya
mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.
d) Untuk Mahasiswa.
Mahasiswa harus bisa mengetahui konsep dasar penyakit tinea pedis dan
skabies dan asuhan keperawatan untuk menangani dan mencegah.
e)
Masyarakat
Agar masyarakat bisa memahami gejala dan pencegahan pada penyakit tinea
pedis dan skabies
8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies
63/63
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda A. 1993. IlmuPenyakitKulit Dan KelaminEdisi 2. Jakarta
:FakultasKedokteranUI.S
Harahap, Marwali. 2000. Ilmu penyakit Kulit, Cet. 1.Jakarta : Hipokrates.
Hartanto, Hurawati.2009.Kamus Saku Mosby.Jakarta. EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Ed. III. Jil. 2. Jakarta : MediaAesculapius.
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Proses Penyakit II.
Ed. 6, Cet. 1 : Jil. IIJakarta: EGC.
Rahariyani, Loetfia Dwi. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Integumen. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Bukur Ajar Keperawatan Medikal Bedah III, ed. 8,
Cet 2, jil. III. Jakarta : EGC.
Top Related