Download - ASKEP HIPERTENSI

Transcript

BAB I

BAB I

KONSEP DASAR

A. Penyakit Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg. Atau apabila pasien memakai obat anti hipertensi. (Arif Mansjoer, 1999 : 5/8).

Pengukuran dilakukan rata-rata dua atau lebih pada waktu yang berbeda ( Engram, 1998 : 368 ). Pada populasi lansia, batasan hipertensi pada tekanan sistolik diatas 160 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg ( Boughman dan Hackley, 2000 : 216 ). Tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan darah didalam arteri, Secara umum hipertensi suatu keadaan dimana tanpa gejala dimana tekanan abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan meningkatkan resiko terhadap resiko Aenurisma, gagal jantung, serangan dan kerusakan ginjal (www.medisostore.com. Sabtu, 13 Agustus 2005, 09.30 pm).

Berdasarkan definisi diatas penulis dapat mengambil kesimpulan mengenai definisi hipertensi. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal, diukur pada dua waktu yang berbeda, untuk usia dewasa tekanan darah lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg. Untuk usia lanjut adalah lebih dari atau sama dengan 160/90 mmHg, tanpa gejala didalam arteri menyebabkan meningkatkan resiko terhadap resiko aneurisma, gagal jantung dan kerusakan ginjal.

2. Etiologi

Menurut (Arif Mansjoer, 1999 : 518) berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu pertama hipertensi esensial atau primer, tidak diketahui penyebabnya terdapat sekitar 95 % kasus. Faktor-faktor yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan (stres, kurang olah raga, abesitas). Hiperaktifitas susunan saraf simpatis, sistem renin angiotensin, detek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca Infraseluler. Faktor dari hipertensi primer meliputi usia paling tinggi pada 30-40 tahun, jenis kelamin komplikasi meningkat pada laki-laki, renin lipid, diet tinggi sodium, lemak dan kalori serta merokok. Depkes RI (1996 : 194 )

Kedua hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spisifisiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi, vaskular renal, hiperal deronisme primer dan sindrom cushing, pembuluh darah terjadi hipertrofi dinding, sedangkan pada jantung terjadi penebalan dinding Intraventrikuler (Slamet, 2003 : 456 ).

Garam merupakan hal yang sangat sentral dalam patofisioligi. Pengaruh asupan garam, terhadap individu menimbulkan hipertensi primer, terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Faktor faktor lingkungan seperti stres plikososial, obesitas, kurang olah raga juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi primer. Berdasarkan penyelidikan epidemiologis dibuktikan bahwa kegemukan merupakan ciri khas pada populasi hipertensi. Dibuktikan bahwa curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas lebih tinggi. Stres mempengaruhi aktivitas saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten, pada gilirannya melemah dan merusak pembuluh darah, menyediakan tempat bagi mengendapnya lipid sehingga terbentuk plak kholesterol. Akhirnya lumen menyempit tahanan perifer meningkat dan tekanan darah naik, vertical menebal sehingga memerlukan banyak oksigen. Stres emosional meningkat produksi epinephrine yang menyebabkan tukhikardi dan kardiak output sehingga tekanan darah meningkat. Oleh raga banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi karena olah raga teratur dan Isotonik dapat menurunkan tahanan perifer, sehingga menurunkan tekanan darah (Price dan Wilson, 1995 : 534 ; Slamet, 2003 : 457 459).

Merokok tergantung pada jumlah yang diisap setiap hari. Yang menjadi penyebab adalah nikotin dan karbonmonoksida. Nikotin merupakan Vasokonstriktor yang menyebabkan arteri menyempit oleh atherosclerous. Nikotin juga membebaskan katekolamin yang mempunyai efek terhadap ujung saraf adrenergik yang menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Keadaan ini cenderung terjadi pada penderita lansia dengan penyakit arteri dimana saja. Kafein dalam minuman kopi, teh dan coklat dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan terjadinya kardiak discritmia, takhikardi dan ekstrasystole.

( Depkes RI, 1996 : 62 67 ; Price dan Wilson 1995 : 534 ).

Penggunaan alkohol jangka lama menyebabkan perubahan Sclerosis, fibrosis dalam arteri kecil yang dapat menunjukan adanya mikro Infark, dimana alkohol juga menyebabkan pengentalan Lipoprotein (Depkes RI, 1996 : 67).

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I. Converting Enzyme ( ACE ). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi dihati. Selanjutnya oleh hormon, renin ( diproduksi oleh ginjal ) akan diubah menjadi angitensin I. Oleh ACE yang terdapat diparu-paru. Angiotensin I diubah menjadi II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikan tekanan darah melalui dua aksi utama .Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH ) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus ( kelenjar pituitary ) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urine. Dengan meningkatkan ADH .Sangat sedikit hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas. Dan hipertensi sekunder yang penyebabnya boleh dikatakan telah pasti, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral dan terganggunya keseimbangan hormon yang nerupakan faktor pengatur tekanan darah. Pada tanggal 13 Agustus 2005, 09.30 WIB didapatkan dari (www.depkes.go.id /Indek. php?Option = artides & tack = viewartide & artid =20 & Itemid = 3)

3. Patofisiologi

Peran faktor genetic terhadap hipertensi primer dibuktikan dengan berbagai kenyataan yang dijumpai. Adanya bukti bahwa kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot dari pada heterozigot pada tahap awal hipertensi primer, curah jantung meninggi sedangkan tahanan normal. Curah jantung meningkat terjadi konstriksi perifer prekapiler, yang mengakibatkan penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer kelainan hemodinamis tersebut diikuti pula kelainan struktural mengenai urine yang diekskresikan keluar tubuh ( antidiurisis ), sehingga menjadi pekat tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari kortek adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume ekstra seluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi Na Cl ( garam ) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah ( www Depkes.go.id / indek. php.sabtu, 13 Agustus 2005, 09.30 WIB )

Sistem renin anglotensin dan aldosteron diketahui berperan terhadap timbulnya hipertensi. Produksi renin dipengaruhi berbagai hal antara lain stimulasi saraf simpatis. Renin berperan pada konversi angiotensin I menjadi angiotensin II yang mempunyai efek vasokontriksi. Dengan adanya Angiotensin II, sekresi aldosteron meningkat, menyebarkan retensi natrium dan air mempengaruhi terjadinya hipertensi (Slamet, 2003 : 458)

4. Tanda dan Gejala

Peninggalan tekanan darah kadang kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdenging rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang, kesemutan pada ekstremitas, penglihatan kabur, ayunan langkah tidak mantap, nokturia, pembengkakan ( Corwin, 2000 : 359 ; Engram, 1998 : 370; Arif Mansjoer, 1999 : 518 ).

Gejala dari hipertensi antara lain pusing. Muka merah sakit kepala, epistaksis, tengkuk terasa pegal. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah diotak, serta kelumpuhan. (www, Depkes. go.id / Indek..Php 16 Agustus 2005, pukul 21.00 pm)

5. Penatalaksanaan

Menurut ( Arif Mansjoer 1999 : 519 520 ) tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan Diastolik 90 mmHg dan mengontrol faktor resiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja atau dengan obat anti hipertensi. Langkah langkah yang dianjurkan antara lain : menurunkan berat badan jika ada kelebihan berat badan, membatasi konsumsi alkohol, meningkatkan aktifitas olah raga + 30 40 menit perhari, mengurangi asupan natrium mempertahankan asupan Kalsium yang adekuat, mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat, berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan. Penatalaksanaan dengan obat anti hipertensi bagi sebagian besar penderita dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan umur dan kebutuhan. Beberapa obat yang dimaksud adalah Diuretik, Inhibitor ACE ( Angiotensin Converting Enzim ), Alpha, Beta dan Alphabeta Adrenergic Blocker, Calcium Chanel Blocker (Bangun, 2002 : 22 23).

B. Keperawatan Keluarga

1. Pengertian Keperawatan Keluarga

Perawatan kesehatan keluarga (Family Health Nursing) adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakaat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan dan perawatan sebagai penyalur (Bailon & Maglaya, 1994:4).

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu ragkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan dengan sasaran keluarga (Suprajitno, 2005 : 27).

Asuhan keperawatan keluarga adalah rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan pada keluarga untuk membantu penyelesaian masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (Depkes, RI : 1998). Berdasarakan pengertian diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa perawatan kesehatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan dan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

2. Pengkajian Fokus Terkait Kasus

Pengkajian Keluarga dari Friedman ( 1998 : 549 562). Terdiri dari :

a. Mengidentifikasi Data

Data dasar yang menggambarkan keluarga dalam istilah istilah dasar meliputi identitas kepala keluarga, komposisi menggunakan genogram menurut Slamet (1998 : 457 459) dikaji pula genetik atau keturunan, faktor utama timbulnya hipertensi, tipe bentuk keluarga, latar berlakang atau etnis hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada orang berkulit putih (Tambayong, 2000 : 95). Identifikasi religius, status kelas sosial, aktifitas rekreasi atau waktu luang, kurangnya olehraga atau aktifitas fisik yang berkaitan erat dengan peningkatan tekanan darah ( Slamet, 2003 : 458). Faktor seperti pendidikan, penghasilan, dan faktor pola hidup lain telah diteliti tanpa hasil yang jelas penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh stres agaknya berhubungan dengan insiden hipertensi yang lebih tinggi (Tambayong, 200 : 95).

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Dengan meningkatnya umur, hipertensi menjadi masalah pada lanjut usia (Wahyudi, 2000 : 50), dan insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia (Tambayong, 2000 : 95). Pada lanjut usia yang sangat tua memang akan terlihat penurunan kinerja yang baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Penurunan itu bersifat wajar sesuai perubahan organ organ biologis ataupun perubahan yang sifatnya patologis. Dalam pelayanan kesehatan jiwa lanjut usia mereka perlu diberikan latihan latihan ketrampilan untuk tetap mempertahankan kinerja (http//www.dilibrary.net/images/topics / pendekatan - pgf: Rabu, 17 Agustus 2005, 21.30 pm). Penurunan fungsi afektif nampak jelas pada usia lanjut yang sangat (diatas 90 tahun). Penurunan tersebut sering diikuti oleh tingkah laku regresi, misalnya mengumpulkan segala macam barang kedalam tempat tidur. Pada umur tersebut sering terjadi fungsi mentalnya semakin buruk dan sering tidak tertolong dengan upaya terapi. Ada juga yang mengatakan 5 tahun terakhir pada usia lanjut yang sangat tua tersebut sering terjadi tragedi penurunan segala fungsi mental yang semakin memburuk dan sering tidak tertolong dalam upaya terapi (http//www.dilibrary.net/ images/topics/pendekatan-pgf:rabu, 17 Agustus 2005, 21.30 pm).

c. Data Lingkungan

Pada pencegahan primer menganjurkan perawatan sendiri lingkungan keluarga yang menuntut bahwa keluarga harus secara akurat mampu merasakan kerentanan terhadap kecelakaan, luka atau sakit. Peningkatan kesadaran keluarga akan masalahmasalah yang utama, memberikan informasi yang faktual, menganjurkan cara bagi keluarga untuk memperbaiki tingkat keamanan kesejahteraan merupakan tujuan bagi perawat, yaitu bagaimana mencegah kasus jatuh dengan mengatur perabot begitu macam sehingga tidak menimbulkan halangan, memasang pegangan tangga pada tangga, menempatkan kabel-kabel listrik peralatan elektronik jauh dari daerah tempat jalan memasang penerangan memadai pada tempat lalu lalang khususnya tangga singkirkan potongan kain-kain licin dari anak tangga, pasang pegangan pada bak mandi dan pancuran, gunakan bahan kasar yang tidak licin untuk bak mandi dan kamar mandi dan tempatkan pasangan lampu yang bisa dihidupkan dan dimatikan dari tempat tidur dan tidak meraba-raba dalam kegelapan dapat dihindari ( Friedman, 1998 : 222).

d. Struktur Keluarga

Meliputi pola pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, nilai atau norma budaya (Santun, 23005 : 73). Meliputi pola pola komunikasi dalam mengobservasi keluarga secara keseluruhan dan atau rangkaian hubungan dari keluarga, tentang komunikasi fungsional dan disfungsional sehingga menemukan ketidakmampuan keluarga, struktur kekuasaan, struktur keluarga, struktur peran dan nilai keluarga yang sangat berpengaruh pada pengambilan keputusan (Friedman, 1998 : 555).

e. Fungsi Keluarga

Terdiri dari fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi keperawatan, kesehatan yang berisi tentang keyakinan nilai dari perilaku keluarga yang sehat dan tingkat pengetahuan keluarga, status kesehatan keluarga, praktek diet keluarga merupakan salah satu pencetus hipertensi seperti asupan garam dan kolesterol tinggi, kebiasaan tidur dan istirahat latihan dan rekreasi, kebiasan (merokok, minum alkohol, meningaktkan tekanan darah ( Slamet, 2003 : 458-459).

f. Koping Keluarga

Berisi tentang stressor-stresor (jangka pendek dan jangka panajang) reaksi terhadap stressor psikososial, strategi koping adaptif, disfungsonal (Friedman, 1998: 589-599). Stressor jangka pendek adalah stressor yang dialami keluarga dan memerlukan penyelesaian lebih kurang 6 bulan. Stresor jangka panjang stressor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu penyelesaian lebih dari 6 bulan (Suprajitno, 2005 : 37).

3. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada orang dengan hipertensi adalah nyeri kepala, intoleransi aktifitas, koping individu inefektif kurang pengetahuan, (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan, perubahan perfusi jaringan, perubahan volume cairan (Dengoes, 1999 : 42-48).

Perumusan diagnosis keperawatan dapat diarahkan kepada sasaran individu dan atau keluarga. Komponen diagnisis keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi) dan atau tanda (sign).

Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati, terdiri dari :

1. Masalah (Problem, P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota (individu), keluarga

2. Penyebab (Etiologi, E) adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu kepala lima tugas keluarga, yaitu mengenang masalah, mengambil keputusan yang tepat merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan atau memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Tanda (Sign, S) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau yang mendukung masalah dan penyebab (Suprajitno,2005 : 42-43).

Menentukan penyebab atau etiologi dalam perumusan diagnosa keperawatan dengan modal Single diagnosis diangkat dari lima tugas antara lain :

a. Ketidak mempuan keluarga mengenal msalah kesehatan.

b. Ketidakmampuan kelaurga mengambil keputusan

c. Ketidakmampuan keluarga merawata anggota keluarga

d. Ketidak mempuan kelaurga memodofikasi li9ngkungan

e. Ketidakmempuan keluaragha memmanfatkan fasilitas kesehatan yang ada ( Santun,2000 :52).

4. Fokus Intervensi pada penyakit hipertensi .

Fokus intervensi keperawatan keluarga meliputi pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer meliputi peningkatan kesehatan dan perlindungan umum serta khusus terhadap penyakit tertentu. Adapun rencana tindakan yang dapat dilakukan sebelum terjadi komplikasi adalah perbaikan dan peningkatan gizi meliputi makan-makanan yang bergizi minum air putih sedikitnya 6-18 gelas perhari mengurangi asupan makanan yang mengandung natrium, mempertahankan kalsium dan magnesium yang adekuat, mengurangi makanan yang berlemak dan berkolesterol tinggi, daging, dan lain-lain. Mengurangi asupan garam mengurangi kopi, hindari alkohol dan rokok, perbaikan pemeliharaan lingkungan beri pendidikan kesehatan olah raga secara teratur, kontrol tekanan darah secara teratur, timbang berat badan secara teratur, jangan sampai kegemukan, istirahat yang cukup, perubahan gaya hidup, untuk menghindari stress.

Pencegahan sekunder merupakan tingkat pencegahan dengan penegakan diagnosis secara dini dan pengobatan secara tepat dan tepat, merupakan usaha yang dilakukan waktu sakit, rencana tindakannya adalah mencari kasus sedini mungkin melakukan pemeriksaan kesehatan pengawasan selektif, terhadap penyakit tertentu, misal gagal ginjal, meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita ( Careholding ), memberikan pengobatan yang tepat pada setiap permulaan harus memberikan perlindungan dan situasi yang nyaman bebas sakit.

Pencegahan tersier merupakan pembatasan kesehatan, yang intervensinya antara lain : penyempurnaan dan intervensi pengobatan lanjutan agar terarah dan tidak menimbulkan komplikasi lanjut, pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif, memodifikasi lingkungan, ciptakan lingkungan yang tenang dan teratur pada anggota keluarga yang mengalami pandangan kabur, ciptakan lingkungan yang aman pencahayaan cukup, lantai tidak licin, rumah tertata dengan baik dan jauh dari benda benda tajam, penyuluhan dan usaha-usaha dan kelanjutan yang harus tetap dilakukan setelah sembuh, menyadarkan masyarakat atau keluarga untuk menerima kembali, klien dengan memberikan dukungan moral (Friedman, 1998 : 222 ; Slamet, 2003, 458-450).

Konsep Pengobatan Tradisional

Jus Wortel

Wortel banyak mengandung vitamin A, disamping vitamin-vitamin lainya, seperti Vitamin A,B,C,D,E,G dan K. sari buah atau jus sangat enak dan sangat berhasiat bagi kesehatan. Menurut penelitian, zat besi dan kalsium yang terdapat didalam wortel dapat diasimilasikan didalam tubuh. Jus wortel berisi hampir semua mineral dan vitamin yang dibutuhkan tubuh. Disamping itu wortel berisi belerang, khlor dan fosfor. Bahkan, wortel merupakan sumber kalsium terbaik, sehingga jika diminum setiap hari secara kontinu akan lebih besar nilainya dalam tubuh (Bangun, 2002 : 40). Wortel juga mengandung betakaroten yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi pada penderita tekanan darah tinggi, sari buah wortel diminum pagi hari kalau bisa dengan ampasnya (Dr.Adnil. Basha.spjp// www.pjnhk.go.id/artikel 22 htm. Sabtu 13 Agustus 2005, pukul 11.00 pm)

BAB II

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengkajian

1. Identitas Keluarga

Nama Kepala Keluarga adalah Tn. M berusia 80 tahun, tidak sekolah. Pekerjaan buruh, dengan alamat Jatinegara Rt 03 Rw 04 Sempor. Istri Tn.M adalah Ny.P usia 75 tahun, tidak sekolah, pekerjaan berdagang baju keliling. Keluarga Tn.M hanya berdiri 2 orang ( Tn.M dan Ny.P ) merupakan Nuclear Family, kedelapan anaknya sudah berkeluarga dan sudah berpisah rumah semua. Keluarga Tn.M adalah suku Jawa dan beraga Islam.

Genogram

Keterangan

( / ( : Laki-laki / Perempuan

( / (: Identifikasi klien sakit

( / (: Meninggal

( ( : Menikah

.: Tinggal satu rumah

Data Fokus

Keluarga Tn.M Khususnya Ny.P mengatakan setiap hari merasa pusing atau sakit kepala leher belakang terasa kaku, kadang-kadang telinga berdenging sering BAK malam hari + 3 kali kadang mata berkunang kunang kadang pinggang merasa pegal. Ny.P mengatakan kalau dirinya mudah kaget, dan Ny.P mengatakan jika lelah nafas menjadi sesak, dan Ny.P mengatakan masih suka minum kopi, teh dan kadang kadang masih suka makan-makanan asin. Ny.P terlihat meraba daerah yang sakit pada dada dan memegang kepalanya saat pusing dan juga leher belakangnya. Ny.P mengatakan penglihatan kabur jika melihat orang dengan jarak + 3 meter remang-remang dan Ny. P mengatakan jika hendak keluar rumah jarang memakai sandal dan juga dan juga jarang sikat gigi.

Pada saat observasi didapatkan data lingkungan sebagai berikut : rumah permanen, lantai dapur masih berupa tanah, ventilasi dan pencahayaan cukup, penataan perabotan atau barang-barang kurang tepat pada tempatnya, limbah rumah tangga dibuang pada selokan terbuka, sampah dibuang ditempat sampah terbuka dan lantai kotor.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan data : Tanggal 5 Agustus 2005 Tekanan Darah : 180/90 mmHg, Nadi 80 kali / menit, Respirasi Rate : 20 kali / menit, suhu : 365 0C, Berat Badan : 65 Kg, Tinggi Badan : 153 Cm. Tanggal 6 Agustus didapatkan data Tekanan Darah : 160/90 mmHg, tanggal 7 Agustus 2005 didapatkan data Tekanan Darah 160/80 mmHg, Tanggal 8 Agustus didapatkan data Tekanan Darah 160/90 mmHg, Nadi 80 kali / menit, Respirasi Rate: 80 kali / menit, Suhu : 36 0C. pendengaran Tn.M dan Ny.P sudah berkurang sedangkan penglihatan Tn.M dan Ny.P kabur. Kulit Tn.M dan Ny.P sudah keriput. Dan saat ditanya Tn.M. tidak mempunyai keluhan pasing kalau sakit akan sembuh dengan sendirinya dengan beristirahat.

Untuk fungsi perawatan kesehatan, keluarga Tn.M mengatakan kurang tahu tentang darah tinggi dan cara perawatannya, keluarga Tn.M berusaha megobati penyakitnya ke Dokter terdekat. Keluarga Tn.M kurang tahu cara memodifikasi lingkungan untuk penyakit darah tinggi, Keluarga Tn.M mengatakan bahwa masih kurang begitu menyadari akan pentingnya lingkungan dan kebersihan diri.

Untuk stressor, keluarga Tn.M khawatir dengan sakit kepala yang diderita Ny.P karena tidak dapat bekerja. Keluarga Tn.M pada tahap perkembangan keluarga usia lanjut. Tn.M dan Ny.P menerima apa adanya dengan adanya penurunan penghasilan.

Dan pada tanggal 5 Agutus 2005, Ny.P berobat kedokter terdekat didapatkan Diagnosa Hipertensi dengan terapi Captropil 2x12,5 mg, Neurodex 2x500mg, Furosmid 1x20 mg Reliswid 3x500 mg.

Analisa Data

Data yang didapatkan dari pengkajian meliputi : Keluarga Tn.M khususnya Ny.P mengatakan bahwa setiap harinya merasa pusing atau sakit kepala, leher belakang masih terasa kaku-kaku telinga kadang-kadang berdengun dan Ny.P mengatakan jika habis beraktifitas terlalu lelah nafas menjadi sesak, dan Ny.P mengatakan sering BAK malam hari + 3 kali, Ny.P mengatakan masih suka minum kopi, teh dan makan-makanan asin, dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti Tekanan Darah Tinggi. Keluarga Tn.M mengatakan jika penyakitnya kambuh segera memeriksakannya ke Dokter terdekat. Keluarga Tn.M mengatakan bahwa mereka belum mengetahui secara lengkap mengenai penyakit Darah Tinggi dan perawatannya dan Ny.P mengatakan kalau hendak keluar rumah jarang memakai sandal. Ny.P mengatakan matanya berkunang-kunang, mudah kaget. Sedangkan data objektifnya tekanan darah Ny.P pada tanggal 5 Agustus 2005 adalah 180/90 mmHg, tanggal 6 Agustus 2005 160/90 mmHg, tanggal 7 Agustus 2005 160/80 mmHg, tanggal 8 Agustus 2005 60/90 mmHg Ny.P terlihat meraba dadanya dan memegang kepala dan leher belakang Ventilasi dan pencahayaan cukup, perabotan kurang tertata pada tempatnya, pembuangan sampah ditempat terbuka dan pembuangan limbah diselokan terbuka. Berdasarkan data subjektif dan objektif diatas diagnosa keperawatan yang muncul adalah perubahan perfusi jaringan serebral pada keluarga Tn.M khususnya Ny.P berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi.

Data subjektif meliputi : Ny.P mengatakan + 3 tahun yang lalu Ny.P pernah jatuh dari kamar mandi karena pusing sehabis jongkok, Ny.P dan Tn.M pendengarannya kurang jelas dan Ny.P mengatakan penglihatannya kabur jika melihat orang dalam hjarak kurang lebih 3 meter terlihat remang-remang, dan penglihatan Tn.M juga sudah kabur. Data objektifnya diantaranya : usia Tn.M 80 tahun, usia Ny.P 75 tahun, Ny.P dan Tn M kulitnya sudah keriput, ventilasi dan perabotan kurang tertata pada tempatnya, pencahayaan cukup., lanlai rumah kotor, lantai dapur terlihat masih tanah dan peralatan dapur kurang tertata. Berdasarkan data subjektif dan objektif diatas diagnosa perawatan yang muncul adalah Resiko cidera pada keluarga Tn M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan lansia.

Data subjektif didapatkan Ny.P menyatakan kalau membuang sampah ditempat sampah terbuka, Ny P mengatakan kalau hendak keluar rumah jarang memakai sandal, dan Ny.P jarang sikat gigi. Keluarga Tn.M mengatakan kurang begitu tahu pentingnya kebersihan diri dan lingkungan. Data objektifnya : untuk pembuangan limbah rumah tangga dibuang diselokan terbuka, untuk pembuangan sampah ditempat sampah terbuka lantai rumah kotor jarak sumur dengan septic tang + 2 meter, terlihat Ny p dan Tn.M malas untuk membersihkan rumahnya. Berdasarkan data subjektif dan objektif diatas, didapatkan diagnosa keperawatan yang muncul adalah resiko terjadi penyakit akibat sanitasi diri dan lingkungan pada keluarga Tn M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal dan merawat pentingnya kebersihan diri dan lingkungan.

B. Diagnosa

1. Perubahan Perfusi Jaringan Serebral pada keluarga Tn M khususnya Ny.P berhubungan dengan tidak kemampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi.

2. Resiko cidera pada keluarga Tn.M berhubungan dengan ketidakmapuan keluarga merawat anggota keluarga dengan lansia.

3. Resiko timbulnya penyakit pada keluarga Tn M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal dan merawat pentingnya kebersihan diri dan lingkungan.

C. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

Untuk mengatasi masalah tersebut penulis merencanakan sebagai berikut: tujuan jangka panjangnya adalah setelah dilakukan pertemuan 3 x 30 menit diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan hipertensi sedangkan tujuan jangka pendeknya setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 30 menit diharapkan keluarga mampu mengenal hipertensi terutama pengertian penyebab, tanda dan gejala, kombinasi cara perawatan cara memodifikasi lingkungan fasilitas kesehatan yang bisa digunakan. Keluarga mampu mendemonstrasikan ramuan tradisional untuk menurunkan Tekanan Darah.

D. Implementasi

Adapun tindakan yang dilakukan penulis adalah menggali dan mengkaji pengetahuan keluarga tentang pengertian darah tinggi, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi serta mengkaji bagaimana cara perawatan anggota keluarga yang mengalami hipertensi ( untuk mengetahui sejauh mana keluarga mengerti tentang pengertian dan cara perawatan ), menjelaskan kepada kelauarga tentang pengertian hipertensi, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, cara memodifikasi lingkungan serta fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk pemeriksaan dan pengobatan hipertensi. Selain itu penulis mendemonstrasikan cara mambuat ramuan tradisional dari wortel ( Bangun, 2002 : 40 : Dr.Adnil Basha. SPJP // www.Pjnhk.go.id / artikel 22 htm). Untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Selanjutnya penulis memberi kesempatan pada keluarga untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum dimengerti supaya tidak terjadi keragu-raguan dan keluarga lebih yakin tentang hal-hal yang telah dijelaskan. Menanyakan kembali tentang hal hal yang sudah dijelaskan dan memberikan kesempatan pada keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara pembuatan ramuan tradisional untuk mengetahui sejauh mana keluarga menerima penjelasan dari penulis. Memberikan reinforcement positif ( pujian ) atas jawaban dan demonstrasi yang dilakukan dengan benar untuk menghargai atas usaha keluarga untuk belajar.

E. Evaluasi

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1x 30 menit keluarga mengenal pengertian, penyebab, tanda dan gejala komplikasi, cara perawatan anggota keluarga yang menderita hipertensi ini dibutuhkan keluarga dapat menyebutkan pengertian hipertensi secara sederhana, 4 9 penyebab hipertensi,4 9 tanda dan gejala, 2 4 komplikasi hipertensi, 3 7 cara perawatan dan menyebutkan cara memodifikasi lingkungan, fasilitas kesehatan yang dapat digunakan serta dapat mendemonstrasikan kembali cara membuat ramuan tradisional dari wortel. ( Bangun, 2002 : 40 : Dr. Adnil Basha.SPJP // www.pjnhk.go.id / artikel 22.htm, 13 Agustus 2005, pukul 11.00 pm).

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan dan demonstrasi, masalah ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi dapat teratasi. Adapun rencana tindak lanjutnya yaitu menganjurkan keluarga untuk selalu periksa ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan jika ada keluhan, dan mengontrol tekanan darah secara rutin, untuk mengatur diet sesuai yang dianjurkan, berolahraga ( misal : jalan pagi secara teratur ), membuat ramuan tradisional dari wortel.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Penulis melakukan pengkajian pertama pada tanggal 5 Agsutus 2005 pada pukul 10.00 wib sampai tanggal 8 Agusutus 2005 dirumah Tn.M Desa Jatinegara. Pada tahap pengkajian ini didapatkan data dari hasil observasi langsung terhadap keadaan keluarga, wawancara dan pemeriksaan fisik pada Tn.M dan Ny.P. dalam pengambilan data pada tahap pengkajian ini, penulis tidak banyak mengalami kesulitan dan hambatan. Hambatan yang dijumpai penulis adalah sudah berkurangnya pendengaran Tn.M dan Ny.P, sedangkan untuk faktor pendukung adalah keluarga Tn.M mau bekerja sama dengan baik. Alternatif pemecahan masalah pada tahap ini dengan sudah berkurangnya pendengaran Tn.M dan Ny.P adalah dalam berbicara memberikan penjelasan pada Tn.M dan Ny.P dengaran mengeraskan suara, mengatur jarak dengar penulis dan terapetik.

Dalam pengkajian didapatkan usia Ny.P 75 tahun, dari banyak penelitian epidemologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur dan tekanan darah meninggi. Hipertensi menjadi masalah pada lanjt usia karena sering ditemukan dan menjadi faktor utama trooke, payah jantung, penyakit jantung koroner. Lebih dari setengah kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrofaskuler (Wahjudi,2000 : 50).

Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikan insiden penyakit arterikoroner dan kematian premature (tambayong, 2000 : 95). Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi dari wanita namun pada usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita mulai meningkat, sehingga pada usia diatas 65 tahun, insiden pada wanita lebih tinggi (Tambayong, 2000 : 95). Ditinjau dari perbandingan antara wanita dan pria, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi (Slamet, 2003 : 455). Obesitas dipandang sebagai faktor resiko utama bila berat badannya turun, tekanan darahnya sering turun menjadi normal (Tambayong, 2000 : 95). Obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi (Slamet, 2003 : 458). Minum kopi atau teh dapat meningkatkan denyat jantung dan tekanan darah (Bangun, 2002 : 31).

B. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan perfusi jaringan serebral pada keluarga Tn.M khususnya Ny.P berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi.

Perubahan perfusi jaringan serebral adalah keadaan dimana individu mengalami atau beresiko tinggi mengalami penurunan nutrisi dan pernafaasan pada tingkat seluler karena penurunan suplai darah kapiler ( Carpenito, 1998 : 967). Hal ini didukung dengan adanya data bahwa Ny.P mengatakan sering pusing, leher belakang kaku, telinga berdenging jika banyak beraktifitas nafas menjadi sesak. Tanggal 5 Agustus 2005 tekanan darah 180/190 mmHg, nadi 80x /menit, respirasi red 20 x/menit, suhu 360C. Perbandiangan antara wanita dan pria wanita lebih banyak menderita hipertensi, didapatkan hasil laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka Prevalensi 6,0 % pada pria dan 11,6 pada wanita. Laporan dari Sumatra Barat menunjukan 18,6% pada pria dan 17,4% pada wanita. Didaerah perkotaan didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita sedangkan didaerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6% pada pria dan 13,7 % pada pria (Slamet, 2003 : 455). Hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 1995 menunjukan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 perseribu anggota rumah tangga. Pada umumya perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan pria (http:/www.depkes.go.id/Indek. php ? Option = articles & task = viewarticle & artid = 20 & itemid = 3, Sabtu 13 Agustus 2003 , 09.30 pm ). Batasan umur untuk individu dewasa diatas umur 18 tahun, tidak dalam pemgobatan antihipertensi, dan tidak dalam keadaan sakit mendadak. Dikatakan hipertensi jika pada dua kali atau lebih kunjungan yang berbeda waktu didapatkan tekanna darah rata-rata dari dua atau pengukuran setiap kunjuangan, diastolik 90 mmHg atau lebih atau sistolik 140 mmHg atau lebih. (Slamet,2003 : 454). Penyelidikan epidemiology membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi. Juga dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan timbulnya hipertensi dikemudian hari (Slamet,2003 ; 458). Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis hipertensi, pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah, peningkatan asupan garam ini akan diikuti oleh peninggian ekskresi garam (Slamet, 2003 : 457-458). Minum kopi atau teh dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah untuk sementara akibat terjadinya penurunan perfusi jaringan keotak dapat terjadi hipotermi, sianosis, dispnea, sesak nafas. Peningkatan tekanan intrakranial menyebabkab timbulnya nyeri kepala didukung data yaitu Ny.P mengatakan suka makan asin, minum kopi, teh dan dalam keluarga tidak ada yang menderita tekanan darah tinggi, hal ini sesuai dengan faktor resiko terjadinya hipertensi primer yaitu konsumsi garam berlebihan, kopi, teh, .rokok, alkohol, obesitas, oleh raga, keturunan (Bangun, A.P,2002 : 31).

Dari pengkajian didapatkan data bahwa keluarga Tn.M kurang begitu mengenal tentang hipertensi dan cara perawatanya. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan yang muncul yaitu perubahan perfusi jaringan serebral pada keluarga Tn.M (khususnya Ny..P berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga, merawat anggota keluarga dengan hipertensi.

2. Resiko Cidera pada kelaurga Tn.M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan usia lanjut.

Resiko tinggi terhadap cidera adalah suatu kondisi dimana individu mempunyai resiko yang merugikan yang disebabkan devisit resepsi atau visiologis, kurangnya kesadaran terhadap bahaya, atau usia maturasi (Carpenito,1998 : 554). Berdasarkan dari pengkajian bahwa keluarga Tn.M cepat lelah saat bekerja, Tn.M dan Ny.P penglihatan kabur, usia Tn.M 80 Tahun dan Ny.P 75 tahun dan didapatkan data pada saat observasi Tn.M dan Ny.P kulitnya keriput, perabotan tidak tertata pada tempatnya, pencahayaan yang cukup di dalam rumah serta lingkungannya yang kotor. Didukung konsep bahwa pada lansia mempunyai faktor resiko jantung karena terjadi penurunan fungsi pada sistem sensorik, diantaranya terjadi gangguan pada pendengaran, menurunnya fungsi penglihatan dan berkurangnya luas pandangan, sistim saraf rusak, kognitif dan musculoskeletal (Wahjudi, 2000 : 34-35). Pada usia lanjut kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian dipengaruhi oleh fungsi pendengarannya. Dalam pelayanan terhadap usia lanjut agar tidak timbul salah paham sebaiknya dilakukan kontak mata : saling memandang. Dengan kontak mata mereka dapat membaca bibir lawan bicaranya, sehingga penurunan pendengarannya dapat diatas dan mudah memahami maksud orang lain pada lanjut usia yang sangat tua memang akan terlihat penurunan kinerja baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pada usaia lanjut usia masalah-masalah yang dihadapi tentu semakin banyak banyak hal yang dahulunya dengan mudah dapat dipecahkan menjadi terhambat karena terjadi penurunan fungsi indra pada usia lanjut. Hambatan yang lain dapat berasal dari penurunan daya ingat, pemahaman yang berakibat bahwa pemecahan masalah menjadi lebih lama. Dalam menyikapi hal ini maka dalam pendekatan pelayanan kesehatan jiwa lanjut usia perlu diperhatikan ratio petugas kesehatan pasien dan lanjut usia. Pada lanjut usia umumnya dorongan dan kemauan masih kuat, akan tetapi kadang-kadang realisasinya tidak dapat dilaksanakan karena membutuhkan organ atau fungsi tubuh yang siap atau mampu melaksanakannya. Misalnya usia lanjut yang ingin sekali untuk dapat memenuhi kebutuhan dirinya (Activity daily living) tanpa bantuan orang lain. Ia ingin dapat makan cepat, keluar masuk kamar mandi sendiri. Namun keinginan tersebut yang tanpa mengingat kondisi dirinya yang sudah menurun justru akan sering meninmbulkan kecelakaan pada usia lanjut (http://www.dilibrary.net /images/topik/pendekatan-pdf: Rabu, 17 Agustus 2005, 21.30 pm). Peningkatan kesehatan keluarga akan masalah-masalah kecelakaan yang utama memberikan informasi yang aktual menganjurkan cara-cara bagi keluarga untuk memperbaiki tingkat keamanan kesejahteraan merupakan tujuan bagi perawat, yaitu bagaiman mencegah kasus jatuh dengan mengatur perabot begitu macam sehingga tidak menimbulkan halangan. (misal memasang pegangan pada tangga, pemasangan penerangan memadai pada tempat lalu lalang, khususnya tangga singkirkan potongan kain-kain licin dari anak-anak tangga, gunakan bahan kasar yang tidak licin untuk bak mandi dan kamar mandi (Friedman, 1998 : 222). Dari data tersebut diambil diagnosa keperawatan resiko cidera pada keluarga Tn.M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan lanjut usia.

3. Resiko terjadinya penyakit akibat sanitasi diri dan lingkungan pada keluarga Tn.M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal dan merawat pentingnya kebersihan diri dan lingkungan.

Berdasarkan data yaitu bahwa Ny.P mengatakan kalau membuang sampah ditempat sampah terbuka dan Ny.P mengatakan kalau hendak keluar rumah jarang memakai sandal dan jarang sikat gigi dan didapatkan hasil observasi bahwa pembuangan limbah rumah tangga diselokan terbuka, ventilasi dan pencahayaan dalam rumah cukup. Dan jarak sumur dengan septic tang kurang lebih dua meter. Hal ini sesuai dengan keterangan menurut Dainur (1995 : 7) bahwa ada tiga unsur yang dapat menimbulkan penyakit yaitu agen, seperti mikroba, lingkungan, dalam hal ini lingkungan fisik kurangnya cahaya dan perputaran udara dan pejamu yaitu manusianya sendiri. Kesehatan lingkungan biasanya menentukan sering atau tidaknya seseorang berhubungan dengan bakteri, virus dan parasit, yang menyebabkan kematian. Jika fasilitas air dan selokan mudah didapat, namun penduduk tidak tahu pangaruh lingkungan tehadap timbulnya penyakit maka tidak dapat diharapkan penggunaan fasilitas tersebut dengan cara baik. Sedangkan penanganan serta pembuangan kotoran manusia yang tidak semestinya akan mencemari persediaan air tanah serta perumahan dengan kuman-kuman penyakit, (Dainur, 1995 : 21). Air comberan atau air bekas pakai rumah tangga banyak mengandung bahan-bahan organik sehingga meerupakan media agen penyakit (Dainur, 1995 : 310. karena interaksi tiga hal tersebut penyakit dapat timbul didukung faktor lansia (usia Tn.M 80 tahun, Ny.P 75 tahun), dimana imunitas tubuh pada lansia sudah menurun (Wahjudi, 2000 : 13). Keluarga Tn.M mengatakan tidak begitu mengetahui tentang pentingnya kebersihan diri dan lingkungan bagi mereka. Dari data tersebut diambil diagnosa keperawatan resiko terjadinya penyakit akibat sanitasi diri dan lingkungan pada keluarga Tn.M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal pentingnya kebersihan diri dan lingkungan. Penulis mengganti diagnosa yang semula resiko timbulnya penyakit menjadi terjadinya penyakit akibat sanitasi diri dan lingkungan karena pada saat pengkajian penyakit belum timbul tapi resiko terjadi dilihat dari data yang ada diatas.

Perubahan perfusi jaringan serebral pada Tn.M khususnya Ny.P dijadikan prioritas utama karena keluarga (Tn.M merupakan orang pertama yang memberi respon terhadap keadaan sakit yang dialami oleh Ny.P sehingga merupakan keadaan tidak sehat ditandai dari respon subjektif keluarga. Ny.P mengatakan setiap harinya pusing kaku leher, sesak sehabis beraktifitas. Kemungkinan masalah untuk diubah mudah karena setiap merasa penyakitrnya kambuh Ny.P memeriksakannya ke dokter terdekat dan tidak memikirkan biaya walau penghasilan tidak mencukupi, jarak ke tempat pengobatan kurang lebih satu kilo. Potensi masalah untuk disegah tinggi penyakit hipertensi Ny.P sudah berat karena hampir setiap hari merasakan pusing tindakan selama ini untuk mengatasi masalah Ny.P selalu memeriksakan kedokter terdekat, dan Ny.P mengatakan sudah mengurangi makanan asin, kopi, teh. Menonjolnya masalah, masalah berat harus segera ditangani karena pusing yang dirasakan Ny.P sangat mengganggu aktifitas sehari-hari.

Resiko cidera pada keluarga Tn.M khususnya Ny.P dijadikan prioritas kedua karena, sifat masalah adalah ancaman. Kesehatan adaanya resiko cidera karena usia lanjut dan pernah riwayat jatuh dari kamar mandi karena pusing habis jongkok. Kemungkinan masalah dapat diubah hanya sebagian. Karena pengetahuan akan konsep lansia masih kurang, sumber dana masih bisa dibantu anak-anaknya, akan tetapi biaya untuk menata lingkungan kembali belum ada. Potensi masalah untuk dicegah adalah cukup adanya kelompok resiko tinggi yaitu keluarga Tn.M yang berusia lanjut, dan factor penataan tempat dan perabot yang kurang tapi kelaurga mencoba untuk memperbaikinya. Menonjolnya masalah, ada masalah yang tidak perlu segera ditangani, keluarga Tn.M menganggap hal ini berkaitan dengan proses menua.

Resiko timbulnya penyakit pada keluarga Tn.M dijadikan prioritas ketiga karena sifat masalah tersebut adalah resiko kemungkinan terjadinya penularan penyakit akibat dari kebiasaan keluarga, sanitasi lingkungan yang jelek dan kebiasaan kebersihan perorangan kurang, tidak memakai alas kaki ( Bailon dan Maglaya, 1994 : 48). Kemungkinan masalah untuk diubah, hanya sebagian karena pengetahuan akan pentingnya kebersiahn lingkungan dan diri masih kurang, faktor usia, dan butuh adanya motifasi, potensi masalah untuk dicegah cukup, pemberian informasi tentang pentingnya kebersihan diri dan lingkungan yang cukup akan mendorong Tn.M untuk berubah. Menonjolnya masalah tidak dirasakan oleh keluarga karena menurut keluarga Tn.M selama ini tidak ada penyakit yang timbul karena lingkungan dan kebiasaan.

C. Rencana Tindakan

Sesuai dengan prioritas masalah yang muncul maka penulis, akan memberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi dan perawatan, dengan tujuan merubah perilaku menuju perilaku sehat. Untuk terciptanya perubahan perilaku, sebelumnya didahului dengan peningkatan pengetehuan tentang kesehatan. Dengan pendidikan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan keluarga tentang kesehatan sehingga perubahan perilaku menuju perilaku sehat dapat terwujud. Perilaku sehat dapat berupa emosi, pengetahuan, pikiran, keinginan, tindakan nyata dari individu, keluarga, masyarakat (Suhan, 2002 : 14)

Adapun langkah-langkahnya yaitu menggali tingkat pengetahuan keluarga tentang pengertian penyebab, tanda dan gejala. Komplikasi cara perawatan hipertensi tindakan tersebut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga tentang penyakit hipertensi dan perawatannya. Dengan metode ceramah digunakan pada sifat sasaran sebagai berikut, sasaran belajar mempunyai perhatian yang selektif, sasaran belajar mempuanyai lingkup perhatian yang terbatas, sasaran belajar memerlukan informasi yang kategoris atau sistematis, sasaran belajar perlu menyimpan informasi, sasaran belajar perlu menggunakan informasi yang diterima (Suhan dkk, 2002 : 21). Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang pengertian, penyebeb, tanda dan gejala, komplikasi, cara perawatan, cara memodifikasi lingkungan, serta memotifasi keluarga untuk menggunakan fasilitas kesehatan dengan menggunkan lembar balik, sedangkan leaflet yang disediakan tidak bisa digunakan karena kemampuan keluarga Tn.M dalam membaca berkurang.

Penulis memberikan penjelasan kepada keluarga yang sifatnya melengkapi dan membenarkan jika ada hal-hal yang salah. Dengan metode tanya jawab (diskusi) perawat memberikan kesempatan kepada keluarga dengan diharapkan dapat saling mengemukakan pendapat, dapat megenal dan mengolah problem kesehatan yang dihadapi, mengharapkan suasana informal, diperoleh pendapat dari orang-orang yang tidak suka berbicara, agar problem kesehatan yang dihadapi lebih menarik untuk dibahas (Suhan, 2002 : 22). Memberikan kesempatan pada keluarga untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum jelas, supaya tidak terjadi keragu-raguan dan keluarga lebih yakin tentang hal-hal yang sudah dijelaskan. Selanjutnya, penulis menanyakan kembali hal-hal yang sudah dijelaskan. Untuk mengetahui sejauh mana keluarga menerima dari penulis. Memberikan reinforcement positif atas jawaban yang benar untuk menghargai atas usaha anggota keluarga untuk menjawab dan lebih bermotifasi untuk merubah perilaku.

Dengan metode demonstrasi, digunakan jika memerlukan contoh prosedur atau tugas dengan benar, tersedia alat-alat peraga, untuk mengetahui serrta melihat kebenaran sesuatu, bila berhubungan dengan mengetahui sesuatu dan proses mengerjakan atau menggunakan sesuatu (Suhan, 2002 : 26). Dengan keunggulan dapat membuat prose pembelajaran menjadi lebih jelas dan kongkret, lebih mudah memahami sesuatu, menarik, dirangsang untuk mengamati, menyesuaikan teori dengan kenyataan dan dapat melakukan sendiri.

Selain itu penulis juga mendemonstrasikan cara membuat ramuan tradisional dari wortel (Bangun, 2002 : 40, Dr.Adnil Basha.Spjp// www. pjnhk. go.id/artikel 22.htm tanggal 13 Agustus 2005 pukul 11.00 pm), untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penjelasan, memberikan keterampilan kepada keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara pembuatan ramuan tradisional untuk mengetahui sejauh mana penerimaan keluarga atas latihan yang diberikan.

D. Implementasi

Penulis telah melaksanakan delapan rencana tindakan pada tanggal 9 Agustus 2005.Pukul 10.30 wib dirumah Tn M,yaitu mengkaji pengetahuan keluarga tentang pengetahuan darah tinggi, penyebab, tanda dan gejala serta mengkaji bagaimana cara perawatan anggota keluarga yang mengalami hipertensi. Menjelaskan kepada keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, cara perawat agar keluarga mengetahui cara perawatannya, komplikasi hipertensi, cara memodifikasi lingkungan yang aman, fasilitas kesehatan yang dapat digunakan. Selanjutnya penulis memberikan kesempatan kepada keluarga untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas. Menanyakan kembali kepada keluarga tentang hal-hal yang sudah dijelaskan. Memberikan reinforcement positif atas jawaban yang benar, dan penulis juga mendemonstrasikan cara membuat ramuan tradisional jus wortel untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Memberi kesempatan pada keluarga untuk memperagakan kembali cara pembuatan ramuan tradisional. Wortel banyak mengandung vit A, B, C, D, E, K kandungan zat besi dan kalsium dapat diasimilasikan didalam tubuh. Selain itu wortel juga mengandung belerang, khlor, fosfor dan kalsium, sehingga jika diminum setiap hari secara kontinue akan lebih besar nilainya dalam membangun tubuh (Bangun, 2002 : 40). Jus wortel mengandung betakaroten yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi pada penderita tekanan darah tinggi. Sari buah wortel diminum pagi hari kalau bisa dengan ampasnya (Dr.Adnil Basha.spjp.//www.pjnhk.go.id/artikel 22.htm. sabtu, 13 Agustus 2005 11.00 pm).

Meskipun pada perencanaan dan tahap selanjutnya yang terdokumentasi adalah masalah utama, namun demikian untuk perencanaan dan tahap selanjutnya dalam mengatasi masalah-masalah resiko cidera pada keluarga Tn.M sudah terintegrasi dalam pendidikan kesehatan tentang hipertensi dan perawatan khususnya pada cara memodifikasi lingkungan yang aman (menata perabotan rumah dengan rapi, penerangan yang baik, lantai tidak licin, lingkungan yang tenang serta pegangan untuk berjalan) yang mengarah untuk mencegah cedera (Friedman, 1998 : 222).

Faktor pendukung dalam pelaksanaan yaitu keluarga bersifat terbuka, mau diajak bekerjasama, dan sangat berantusias terhadap pendidikan kesehatan yang diberikan. Sedangkan faktor penghamabat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan adalah berkurangnya pendengaran Tn.M dan Ny.P dan penglihatan Tn.M dan Ny.P yang sudah kabur. Penulis memberikan pendidikan kesehatan dengan madia flip chart dan papan dengan gambar cukup besar, mengatur jarak sehingga dapat terliat oleh keluarga Tn.M dan mengeraskan suara sehingga dapat terdengar oleh Tn.M dan Ny.P. Selain itu penulis melakukan pendidikan kesehatan dengan menggunakan bahasa yang mduah dimengerti keluarga Tn.M yaitu bahasa Jawa.

E. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus 2005 pada pukul 11.00 wib dengan hasil keluarga dapat menyebutkan pengertian hipertensi secara sederhana, menyebutkan 4-9 penyebab hipertensi, 4-9 tanda dan gejala hipertensi, 2-4 komplikasi hipertensi, 3-7 cara perawatan dan menyebutkan cara memodifikasi lingkungan. Fasilitas kesehatan yang bisa digunakan serta dapat mempraktekan kembali cara membuat ramuan tradisional dari wortel (Bangun, 2002 : 40, Dr.Adnil Basha.Spjp//www.rjnhk.go.id/artikel 22.htm 13 Agustus 2005 pukul 11.00 pm).

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan dan demonstrasi cara pembuatan ramuan tradisional, masalah ketidakmampauan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi dapat teratasi. Pelaksanaan asuhan keperawatan anggota keluarga Tn.M yaitu memandirikan keluarga agar dapat melaksanakan tugas kesehatan keluarga maka diperlukan rencana tindak lanjut. Tugas kesehatan yang telah dapat dilaksanakan keluarga Tn M adalah mengenal masalah kesehatan, dalam hal ini masalah hipertensi dan merawat anggota keluarga dengan hipertensi. Ny.P telah dapat menghindari faktor resiko hipertensi yaitu minum kopi. Penulis menganjurkan kepada keluarga untuk selalu memeriksakan diri ke dokter karena Ny.P tidak cocok berobat ke Puskesmas jika merasakan keluhan dan memeriksakan tekanan darah secara teratur, mengatur diet/makan sesuai aturan, selalu berolahraga secara teratur seperti jalan-jalan pagi, menganjurkan untuk mencoba meminum jus wortel secara rutin.

80 th

75