Download - Askeb Typhoid Fever

Transcript
Page 1: Askeb Typhoid Fever

ASUHAN KEBIDANAN

Pada Ny.M dengan Typhoid fever

Di Ruang Anyelir RSUD Abdoel Moeloek

Bandar Lampung

Disusun Oleh :

Fienta Augusta S

1109031

AKADEMI KEBIDANAN PANCA BHAKTI

BANDARLAMPUNG

2012

Page 2: Askeb Typhoid Fever

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.M DENGAN TYPHOID FEVER

DI RUANG ANYELIR RSUD ABDOEL MOELOEK

BANDAR LAMPUNG

Oleh :

Fienta Augusta S

1109031

Mengetahui

Koordinator PKPKD Pembimbing

(Rini Deska, S.ST) (Herliana, S.ST)

Direktur Akademi Kebidanan Panca Bhakti

Bandar Lampung

(Elvi Era Liesmayani, M.Keb)

Page 3: Askeb Typhoid Fever

KATA PENGANTAR

Puji syukur Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat

menyelesaikan Asuhan Kebidanan, adapun penugasan ini disusun untuk

menyelesaikan praktek kebidanan dasar.

Dalam menyusun tugas ini tentunya penulis tidak menyelesaikan sendiri, oleh

karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua yang telah membantu dukungan moril dan materil.

2. Ibu Elvi Era Liesmayani, M.Keb selaku direktur Akademi Kebidanan

Panca Bhakti Bandarlampung.

3. Ibu Rini Deska, S.ST selaku koordinator PKPKD Akademi Kebidanan

Panca Bhakti Bandarlampung.

4. Ibu Herliana, S.ST selaku dosen pembimbing yang dengan penuh

ketekunan dan kesabaran membimbing penulis dalam pembuatan

asuhan kebidanan ini.

5. Teman-teman yang telah memberikan dorongan dan semangat

sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan ini.

Penulis sadar bahwa dala, pembuatan asuham kebidanan ini masih kurang

sempurna sehingga penulis mengharapkan kritik dan sarannya agar asuhan

kebidanan ini bisa menjadi lebih baik lagi.

Akhirnya penulis tetap berharap semoga asuham kebidanan ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca.

Bandarlampung, 12 Agustus 2012

Penulis

Page 4: Askeb Typhoid Fever

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Typhoid Fever adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan

kuman Salmonella typhi dengan gejala demam lebih dari satu minggu,

gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Sumber

penularan penyakit typhoid fever dapat melalui makanan atau minuman

yang terkontaminasi oleh salmonella typhi. Salmonella typhi dapat

menyebar melalui  tangan penderita, lalat dan serangga lain. Infeksi dapat

terjadi secara langsung maupun tidak secara langsung.

Penyakit ini termasuk penyakit menular endemik yang dapat menyerang

banyak orang dan masih merupakan masalah kesehatan di daerah tropis

terutama di negara-negara sedang berkembang. Demam tifoid atau

typhoid fever endemik di Indonesia. Penyakit ini terpencar-pencar disuatu

daerah dan jarang terjadi lebih dari satu kasus pada orang-orang yang

tinggal dalam satu rumah. Di Indonesia typhoid fever dapat ditemukan

sepanjang tahun dan insiden tertinggi pada daerah endemik terjadi pada

anak-anak. Di daerah endemik pencemaran terjadi melalui air yang

tercemar oleh salmonela typhi, sedangkan makanan yang tercemar oleh

karier merupakan sumber penularan tersering di daerah nonendemik.

Penyakit typhoid fever banyak menyerang pada anak usia 12-13 tahun

(70% – 80%), pada usia 30-40 tahun (10%-20%) dan diatas usia pada

anak 12-13 tahun sebanyak (5%-10%). Angka kesakitan typhoid fever

yang tertinggi terdapat pada golongan umur 3-19 tahun, suatu golongan

masyarakat yang terdiri dari anak-anak usia sekolah.

Page 5: Askeb Typhoid Fever

Penyakit ini termasuk penyakit menular endemik yang dapat menyerang

banyak orang dan masih merupakan masalah kesehatan di daerah tropis

terutama di negara-negara sedang berkembang (Parry et al 2002).

Sedikitnya ada 16 juta kasus baru TF (Typhoid Fever) yang terjadi di

seluruh dunia setiap tahun. Komplikasi TF yang paling mematikan yaitu

perforasi ileum dan pendarahan usus.

II. TUJUAN

1. Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian terhadap pasien

typhoid fever.

2. Agar mahasiswa mampu menganalisa data-data yang diperoleh dan

menentukan diagnosa pada klien dengan typhoid fever.

3. Agar mahasiswa mampu memberikan perencanaan dan evaluasi

terhadap klien dengan typhoid fever.

Page 6: Askeb Typhoid Fever

BAB II

TINJAUAN TEORI

I. PENGERTIAN

Typhoid fever atau yang dikenal sebagai tifus, merupakan suatu penyakit

yang terjadi mendadak yang disebabkan oleh salmonella typhosa. Kuman

tersebut masuk melalui saluran pencernaan, setelah berkembang biak

kemudian dapat menembus dinding usus menuju saluran limfe, masuk ke

pembuluh darah dalam waktu 24-72 jam. Kemudian dapat terjadi

pembiakan di sistem retikuloendothelial dan menyebar kembali ke

pembuluh darah yang kemudian menimbulkan berbagai gejala klinis.

II. ETIOLOGI

Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi (S. typhi), basil gram

negatif, berflagel, anaerob dan tidak berspora. Bakteri tersebut memasuki

tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan manusia merupakan

sumber utama infeksi yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab

penyakit saat sedang sakit atau dalam pemulihan. Kuman ini dapat hidup

dengan baik sekali pada tubuh manusia maupun pada suhu yang lebih

rendah sedikit, namun mati pada suhu 70°C maupun oleh antiseptik.

(Soedarto, 1996).

Salmonella typhi memiliki tiga macam antigen yaitu:

- antigen O (somatik) merupakan polisakarida yang sifatnya spesifik

untuk grup Salmonella dan berada pada permukaan organisme dan

juga merupakan somatik antigen yang tidak menyebar

- antigen H (flagela) terdapat pada flagella dan bersifat termolabil

Page 7: Askeb Typhoid Fever

- antigen Vi berupa bahan termolabil yang diduga sebagai pelapis tipis

dinding seli kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.

(Mansjoer et, al 2008).

Salmonella typhi biasanya ditularkan oleh unggas yang terkontaminasi,

daging merah, telur, dan susu yang tidak dipasteurisasi. Juga ditularkan

melalui kontak dengan hewan peliharaan yang terinfeksi seperti kura-

kura, reptil. (Marlane 2008).

III. EPIDEMIOLOGI

Demam tifoid dan paratifoid merupakan salah satu penyakit infeksi

endemik di Asia, Afrika, Amerika Latin, Karibia dan Oceania, termasuk

Indonesia. Penyakit ini tergolong penyakit menular yang dapat

menyerang banyak orang melalui makanan dan minuman yang

terkontaminasi. Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut data pada

tahun 2003 sekitar 16 juta per tahun, 600.000 di antaranya menyebabkan

kematian. Di Indonesia prevalensi 91% kasus demam tifoid terjadi pada

umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah umur 5 tahun. Ada dua

sumber penularan Salmonella typhi yaitu pasien yang menderita demam

tifoid dan yang lebih sering dari carrier yaitu orang yang telah sembuh

dari demam tifoid namun masih mengeksresikan Salmonella typhi dalam

tinja selama lebih dari satu tahun.

IV. PATOFISIOLOGI

Infeksi Salmonella typhi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap di

usus halus kemudian melalui pembuluh limfe masuk ke peredaran darah

sampai di organ-organ terutama hati dan limpa. Basil yang tidak

dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ

tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil

Page 8: Askeb Typhoid Fever

masuk kembali ke dalam darah (bakteremia) dan menyebar ke seluruh

tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak

pada mukosa diatas plak peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan

perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin

yang dieksresikan oleh basil Salmonella typhi sedangkan gejala pada

saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.

V. MANIFESTASI KLINIK

a. Masa Inkubasi

Dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 10-12

hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyait tidaklah khas,

berupa:

- Anoreksia

- Rasa melas

- Sakit kepala bagian depan

- Nyeri otot

- Lidah kotor

- Gangguan perut

b. Gambaran klasik demam typhoid (gejala khas)

Biasanya jika gejala khas itu yang tampak, diagnosis kerja pun bisa

langsung ditegakkan. Yang termasuk gejala khas demam typhoid

adalah sebagai berikut:

- Minggu pertama (awal terinfeksi)

Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu

pada awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain seperti

demam tinggi berkepanjangan yaitu setinggi 39º C hingga 40º C,

sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk,

nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah, pernafasan

semakin cepat dengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung

dan merasa tidak enak, sedangkan diare dan sembelit silih berganti.

Page 9: Askeb Typhoid Fever

Pada akhir minggu pertama, diare lebih sering terjadi. Khas lidah

pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta

bergetar atau termor.

Episteksis dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan

terasa kering dan beradang. Jika penderita ke dokter pada periode

tersebut, akan menemukan demam dengan gejala-gejala di atas

yang bisa saja terjadi pada penyakit-penyakit lain juga. Ruam kulit

(rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan terbatas pada

abdomen disalah satu sisi dan tidak merata, bercak-bercak roseola

berlangsung 3-5 hari, kemudian hilang dengan sempurna. Roseola

terjadi terutama pada penderita golongan kulit putih yaitu berupa

makula merah tua ukuran 2-4 mm, berkelompok, timbul paling

sering pada kulit perut, lengan atas atau dada bagian bawah,

kelihatan memucat bila ditekan.

- Minggu kedua

Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat

setiap hari, yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian

meningkat pada sore atau malam hari. Karena itu, pada minggu

kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan tinggi

(demam). Suhu badan yang tinggi dengan penurunan sedikit pada

pagi hari berlangsung. Terjadi perlambatan relatif nadi penderita.

Yang semestinya nadi meningkat bersama dengan peningkatan

suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat dibandingkan peningkatan

suhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai dengan

keadaan penderita yang mengalami delirium. Gangguan

pendengaran umumnya terjadi. Lidah tampak kering dan merah

mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun,

sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang

berwarna gelap akibat terjadi perdarahan, pembesaran hati dan

limpa, perut kembung dan sering berbunyi, gangguan kesadaran,

Page 10: Askeb Typhoid Fever

mengantuk terus menerus, mulai kacau jika berkomunikasi dan

lain-lain.

- Minggu ketiga

Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir

minggu. Hal itu terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila

keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatur

mulai turun. Meskipun demikian justru pada saat ini komplikasi

perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya

kerak dari ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk,

dimana toksemia memberat dengan terjadinya tanda-tanda khas

berupa delirium atau stupor, otot-otot bergerak terus, inkontinensia

alvi dan inkontinensia urin. Meteorisme dan timpani masih terjadi,

juga tekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri

perut. Penderita kemudian mengalami kolaps. Jika denyut nadi

sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokal maupun umum,

maka hal ini menunjukkan telah terjadinya perforasi usus

sedangkan keringat dingin, gelisah, sukar bernapas dan kolaps dari

nadi yang teraba denyutnya memberi gambaran adanya perdarahan.

Degenerasi miokardial toksik merupakan penyebab umum dari

terjadinya kematian penderita demam tifoid pada minggu ketiga.

- Minggu keempat

Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini

dapat dijumpai adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena

femoralis.

VI. RELAPS

Relaps atau kambuh merupakan keadaan berulangnya gejala penyakit

tifus abdominalis, akan tetapi berlangsung lebih ringan dan lebih singkat.

Biasanya terjadi dalam minggu kedua setelah suhu badan normal kembali.

Page 11: Askeb Typhoid Fever

VII.DIAGNOSIS

Menegakkan diagnosis demam tifoid merupakan hal yang tidak mudah

mengingat gejala dan tanda- tanda yang tidak khas.1 Diagnosis demam

tifoid dapat dibuat dari anamnesis berupa demam, gangguan

gastrointestinal dan mungkin disertai perubahan atau gangguan

kesadaran. Untuk memastikan diagnosis tersangka demam tifoid maka

perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium sebagai berikut :1,4

1. Darah tepi

- Anemia, pada umumnya terjadi karena supresi sumsum tulang,

defisiensi Fe, atau perdarahan usus.

- Leukopenia, namun jarang kurang dari 3000/uL.

- Limfositosis relatif dan anaeosinofilia pada permulaan sakit.

- Trombositopeni terutama pada demam tifoid berat.

2. Pemeriksaan serologi

- Serologi Widal : untuk membuat diagnosis yang diperlukan adalah

titer terhadap antigen O dengan kenaikan titer 1/200 atau kenaikan 4

kali titer fase akut ke fase konvalesens.

- Kadar Ig M dan Ig G (Typhi-dot).

3. Biakan Salmonela

- Biakan darah terutama pada minggu I perjalanan penyakit.

- Kultur tinja terutama pada minggu II perjalanan penyakit.

VIII.KOMPLIKASI

1. Komplikasi Intestinal

o Pada usus halus

Umumnya jarang terjadi, tetapi bila terjadi sering fatal.

a. Perdarahan usus

Page 12: Askeb Typhoid Fever

Bila sedikit, hanya dilakukan pemeriksaan tinja dengan

benzidin. Jika perdarahan banyak terjadi melena, dapat disertai

nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.

b. Perforasi usus

Biasanya timbul pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi

pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai dengan

peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga

peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara

diantara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang

dibuat dalam keadaan tegak.

c. Peritonitis

Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa

perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri

perut yang hebat dan dinding abdomen tegang.

o Komplikasi di luar usus

Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia) yaitu

meningitis, koleosistisis, ensefalopati. Terjadi karena infeksi

sekunder, yaitu bronkopneumonia.

2. Komplikasi Ekstra Intestinal

a. Kardiovaskuler:

Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis,

trombosis, dan tromboflebitis.

b. Darah:

Anemia hemolitik, tromboritopenia, sindrom uremia hemolitik.

c. Paru:

Pneumoni, empiema, pleuritis.

d. Hepar dan kandung empedu:

Hipertitis dan koleosistisis.

e. Ginjal:

Glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.

Page 13: Askeb Typhoid Fever

f. Tulang:

Oetoemielitis, periostisis, epondilitis, dan arthritis.

g. Neuropsikiartik:

Delirium, meningiemus, meningitis, polineuritis, perifer, sindrom

Guillan-Barre, psikosis, dan sindrom katatonia.

h. Pada anak-anak dengan deman paratyphoid, komplikasi lebih

jarang terjadi. Komplikasi sering terjadi pada keadaan tokremia

berat dan kelemahan umum terutama bila perawatan pasien kurang

sempurna.

(Rahmat Juwono, 1996)

IX. PENATALAKSANAAN

1. Perawatan umum

Pasien demam tifoid perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi,

observasi dan pengobatan. Paasien harus tirah baring absolut sampai

minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari.

Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi

perdarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi pesien harus

dilakukan secara bertahap,sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.

Pasien dengan kesadaran menurun, posisi tubuhnya harus diubah-

ubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi

pneumonia hipostatik dan dekubitus.

Pengobatan suportif dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan

penderita, misalnya pemberian cairan, elektrolit, bila terjadi gangguan

keseimbangan cairan, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan oleh

tubuh dan kortikosteroid untuk mempercepat penurunan demam.

Page 14: Askeb Typhoid Fever

2. Diet

- Pada masa lampau, pasien demam tifoid diberi bubur saring,

kemudian bubur kasar dan akhirnya diberi nasi.

- Penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini,

yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran

dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada pasien

demam tifoid.

- Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi

protein, tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang

maupun menimbulkan banyak gas.

3. Obat

1. Antibiotik

- Kloramfenikol (drug of choice) 50-100 mg/kgBB/hari, oral atau

iv, dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari.

- Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari, oral selama 10 hari.

- Kotrimoksazol 6 mg/kgBB/hari, oral. Dibagi dalam 2 dosis

selama 10 hari.

- Seftriakson 80 mg/kgBB/hari, iv atau im, sekali sehari selama 5

hari.

- Sefiksim 10 mg/kgBB/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis selama 10

hari.

2. Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan

kesadaran.

- Deksametason 1-3 mg/kgBB/hari iv, dibagi 3 dosis hingga

kesadaran membaik.

3. Antipiretik seperlunya.

4. Vitamin B kompleks dan vitamin C.

Page 15: Askeb Typhoid Fever

X. PENCEGAHAN

1. Vaksinasi menggunakan vaksin T.A.B (mengandung basil tifoid dan

paratifoid A dan B yang diberikan SC 2 atau 3 kali pemberian dengan

interval 10 hari merupakan tindakan yang praktis untuk mencegah

penularan demam typhoid.

2. Minumlah air yang telah dimasak, masak air sekurang-kurangnya 50

menit. Buat es batu juga harus menggunakan air matang.

3. Gunakan sendok dan garpu bersih untuk mengambil makanan. Buah-

buahan hendaklah dikupas dan dibilas sebelum dimakan.

4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum dan sesudah

menyediakan/memakan makanan, membuang sampah, atau setelah

buang air besar.

5. Pemberantasan lalat.

6. Pengawasan terhadap rumah-rumah dan penjual makanan.

7. Pendidikan kesehatan pada masyarakat hygiene sanitasi, personal

hygiene.

Page 16: Askeb Typhoid Fever

BAB III

TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN

A. DATA SUBJEKTIF

1. Identitas

Nama : Ny. M

Tanggal lahir : 1 Januari 1993

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status perkawinan : Menikah

Suku bangsa : Sunda

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Teluk Bone Kota Karang

Telukbetung Bandarlampung

Tanggal masuk RS : 28 Juni 2012

No. Register : 694836

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. S

Umur : 21 tahun

Hub dengan pasien : Suami

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Jl. Teluk Bone Kotakarang

Telukbetung Bandarlampung

Page 17: Askeb Typhoid Fever

3. Anamnesis

Pada tanggal : 4 Juli 2012 Pukul : 16.30 WIB

Oleh : FIENTA AUGUSTA S

a. Keluhan Utama : Hipertermi 40.3º C

b. Riwayat Sekarang

1. Pola Makan : 3x1 dengan menghabiskan ¼ porsi setiap

kali makan.

Nafsu makan: kurang baik

2. Pola Eliminasi : BAB : tidak menentu, BAK : 3-4x/hari

a. BAB = konsistensi: padat

warna : kuning

bau : khas feses

b. BAK = warna : kuning

bau : khas amoniak

3. Pola Aktifitas Sehari-hari

a. Pola istirahat dan tidur

- Tidur siang : 1-2 jam/hari

- Tidur malam : 3-4 jam/hari

b. Pekerjaan

Klien hanya berbaring di tempat tidur, aktifitas dibantu oleh

keluarga.

c. Riwayat Kesehatan Pasien

1. Riwayat penyakit yang pernah diderita:

Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap makanan atau obat-

obatan, klien juga tidak menderita penyakit turunan seperti

DM, jantung, asma, dll.

2. Perilaku kesehatan:

Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah mengkonsumsi

minuman beralkohol dan tidak pernah merokok.

Page 18: Askeb Typhoid Fever

d. Riwayat Sosial

a. Psikologi

Dalam menyelesaikan suatu masalah, klien selalu

menyelesaikan masalahnya bersama-sama dalam keluarga

sehingga masalah dapat terselesaikan dengan baik.

b. Sosial

Hubungan klien dengan keluarga dan interaksi klien dengan

masyarakat sekitar cukup baik dan ramah.

c. Spiritual

Dalam beribadah, klien selalu dibantu oleh keluarganya karena

pada saat ini kondisi klien masih lemah.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang menderita

penyakit yang sama seperti yang diderita klien (Typhoid fever) dan

penyakit turunan seperti: DM, asma, hepatitis, jantung, dll.

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : lemah

b. Postur tubuh : baik

c. Sikap tubuh : normal

d. Ekspresi wajah : meringis

e. Tinggi badan : 165 cm

Berat badan : 48 kg

2. Tanda-tanda Vital:

a. TD : 110/70 mmHg

b. Suhu : 40.3º C

c. Nadi : 108x/menit

d. RR : 40x/menit

Page 19: Askeb Typhoid Fever

3. Pemeriksaan Fisik

Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.

a. Kulit

Warna kulit merata, tidak terdapat luka, turgor kulit kurang elastis,

tidak ada oedema.

b. Kepala

Bentuk kepala simetris, rambut lurus dan berwarna hitam, terdapat

kerontokan tapi tidak berlebihan, tidak ada luka pada kulit kepala,

kulit kepala kotor, tidak ada benjolan pada kepala.

c. Mata

Bentuk mata simetris kanan dan kiri, konjungtiva anemis, sklera

anikterik, pupil mengecil (miosis) saat diberi cahaya, lapang

pandang baik, tidak ada oedema pada palpebra mata pasien.

d. Hidung

Kedua lubang hidung dipisahkan oleh septum nasal, kebersihan

hidung pasien baik, mukosa hidung lembab, fungsi penciuman

baik, tidak ada benjolan saat di palpasi seperti sinusitis (radang

hidung), dan polip (penyumbatan/benjolan pada hidung).

e. Bibir dan Mulut

Bibir pasien pucat dan kering, tidak terdapat karies dan lubang gigi,

lidah tampak kotor, ujung lidah dan bagian tepi berwarna

kemerahan dan bila lidah dijulurkan tampak tremor, tidak terdapat

stomatitis (sariawan), gusi berwarna merah, tidak ada pembesaran

tonsil.

f. Telinga

Kebersihan telinga baik, bentuk telinga normal, simetris kanan dan

kiri, ukuran telinga normal, kebersihan liang telinga baik, warna

Page 20: Askeb Typhoid Fever

kulit pada telinga merata, terdapat serumen tapi tidak berlebihan,

membran timpani memantulkan refleks cahaya, pendengaran

telinga baik.

g. Leher

Tidak terdapat lesi (perlukaan pada leher), warna leher pada kulit

merata, tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid, tidak ada

pembesaran pada vena jugularis, tidak ada pembesaran pada

kelenjar limfa (getah bening), dan tidak ada kaku kuduk.

h. Wajah

Bentuk wajah ovale, ekspresi wajah lemah, tidak ada jerawat dan

cloasma (bintik hitam pada wajah), tidak terdapat oedema pada

wajah.

i. Thorax dan Payudara

Bentuk dada (payudara) normal, simetris kanan dan kiri, warna

kulit pada dada merata, tidak ada lesi (perlukaan), tidak ada retraksi

pada payudara, tidak ada benjolan pada daerah payudara, dan tidak

ada nyeri tekan pada daerah payudara.

a. Jantung : suara jantung normal (lup dup)

b. Paru-paru : suara nafas pada daerah paru-paru normal.

j. Abdomen

Bentuk perut simetris, tidak ada bekas luka dan bekas operasi,

warna kulit merata, tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen, perut

pasien kembung saat diketuk, terdengar bising usus.

k. Genetalia

Terdapat keputihan tapi tidak berlebihan, tidak berbau, konsistensi

cair, berwarna bening, dan tidak gatal.

Page 21: Askeb Typhoid Fever

l. Rektum

Kebersihan baik, tidak terdapat perdarahan, tidak terdapat

hemorroid.

m. Ekstremitas

Tidak terjadi kelemahan otot, tidak terdapat luka, tidak terjadi

fraktur, jumlah jari tangan dan kaki lengkap, tidak ada varices,

kuku bersih, warna kuku merah muda, refleks patella (+), refleks

babinski (+), tidak ada oedema.

4. Pemeriksaan Penunjang

- Kimia darah (29 Juni 2012)

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

SGOT

SGPT

Gula darah sewaktu

Natrium

Kalium

Calsium

Clorida

13

6

82

135

2.9

8.8 mg/dl

109

♀: 6-25 u/l ♂: 6-30 u/l

♀: 6-35 u/l ♂: 6-45 u/l

70-200 mg/dl

135-150 mmo/L

3.5-5.5 mmo/L

Dws: 8.8-10.5 Ank: 8.8-12

9.8-110 mmo/L

- Imunologi dan Serologi (29 Juni 2012)

Tes Widal Hasil Titer

Page 22: Askeb Typhoid Fever

Typhi H Antigen

Typhi O Antigen

Paratyphi A-O Antigen

Paratyphi B-O Antigen

-

+

-

+

(-)

1/80

(-)

1/40

- Hematologi (29 Juni 2012)

Pemeriksaan Hasil Normal/Satuan

Hemoglobin

LED

Leukosit

Basophil

Eusinophil

Batang

Begmen

Limposit

Monosit

9.5

80

18.900

0

2

0

79

11

8

♂: 13.5-18 gr/dl ♀: 12-16 gr/dl

♂: 0-10 mm/jam ♀: 0-20 mm/jam

4500-10.700/ul

0-1%

1-3%

2-6%

50-70%

20-40%

2-8%

Malaria (-) / Belum ditemukan

- Urine lengkap (29 Juni 2012)

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Warna Kuning Kuning

Kejernihan Jernih Jernih

Berat jenis 1015 1005-1030

pH 6 5-8

Leukosit/Lesis + (100/ul) Negatif (10 leuko/ul)

Nitrit + Negatif

Protein - Negatif (<30 mg/dl)

Page 23: Askeb Typhoid Fever

Glukosa - Negatif (<30 mg/dl)

Keton + (1mg) Negatif (<50 mg/dl)

Urobilinogen + (150 mg/dl) Negatif (<1 mg/dl)

Bilirubin - (1mg) Negatif (<2 mg/dl)

Darah Samar + (50/ul) Negatif (<10 Ery/ul)

Sedimen

Leukosit 10-15

10/LPB

Eritrosit 10-20 5/LPB

Epitel

Bakteri

Kristal

Silinder

Lain-lain

+

-

-

-

-

II. IDENTIFIKASI MASALAH, DIAGNOSA dan KEBUTUHAN

Diagnosa : Typhoid fever

Masalah : Hipertermi (suhu badan tinggi) 40.3ºC

Lidah tampak kotor, ujung lidah dan bagian tepi berwarna

kemerahan dan bila lidah dijulurkan tampak tremor.

Kebutuhan :

- Kompres hangat pada daerah kening, ketiak, dan lipatan paha.

Rasional: menyebabkan pori-pori kulit terbuka sehingga panas dalam

tubuh dapat keluar dan keadaan panas dalam tubuh pasien

menghilang.

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL DAN DIAGNOSA LAIN

Tidak ada

Page 24: Askeb Typhoid Fever

IV. IDENTIFIKASI, KOLABORASI dan TINDAKAN SEGERA

Tidak ada

V. PERENCANAAN

1. Mengkaji tanda-tanda vital klien.

Rasional: Untuk mengetahui keadaan klien.

2. Anjurkan klien untuk mengompres daerah kening, ketiak, dan lipatan

paha dengan menggunakan kompres hangat.

Rasional: Menyebabkan pori-pori kulit terbuka sehingga panas dalam

tubuh dapat keluar dan keadaan panas dalam tubuh pasien

menghilang.

3. Anjurkan klien untuk meminum air hangat.

Rasional: Minum yang banyak dapat membantu menurunkan demam

dan menggantikan cairan tubuh yang hilang.

4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antpiretik dan

antibiotik, dan terapi cairan infus.

Rasional: Antipiretik untuk menurunkan demam, antibiotik untuk

mengatasi infeksi dan cairan infus berguna untuk

memenuhi kebutuhan cairan yang ada di dalam tubuh.

VI. PELAKSANAAN

1. Mengkaji tanda-tanda vital klien seperti tekanan darah, nadi, suhu, dan

pernapasan.

2. Menganjurkan klien untuk mengompres pada bagian badan, punggung,

kening, ketiak, tengkuk, lipatan paha dan mengganti kompres jika

sudah teraba hangat.

3. Menganjurkan klien untuk meminum air yang cukup.

4. Memberikan antibiotic: tablet paracetamol 500 mg 3x sehari

amoxicillin 500 mg 3x sehari

Page 25: Askeb Typhoid Fever

5. Mengganti cairan infus klien Ringer Laktat 20 tetes/menit

VII.EVALUASI

1. Pemeriksaan tanda-tanda vital telah dilakukan.

a. TD : 120/80

b. Suhu : 38.5º C

c. Nadi : 85x/menit

d. RR : 28x/menit

2. Telah dilakukan pengompresan hangat pada klien.

3. Klien sudah meminum cukup air.

4. Antibiotik telah diberikan yaitu tablet paracetamol dengan dosis 500

mg 3x sehari dan amoxicillin 500 mg 3x sehari.

5. Cairan infus telah diganti dengan Ringer Laktat 20 tetes/menit.

Page 26: Askeb Typhoid Fever

BAB IV

PENUTUP

I. KESIMPULAN

Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran

pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan

pencernaan, dan gangguan kesadaran.

Penyakit typhoid fever banyak menyerang pada anak usia 12-13 tahun

(70% – 80%), pada usia 30-40 tahun (10%-20%) dan diatas usia pada anak

12-13 tahun sebanyak (5%-10%). Angka kesakitan typhoid fever yang

tertinggi terdapat pada golongan umur 3-19 tahun, suatu golongan

masyarakat yang terdiri dari anak-anak usia sekolah.

Gejala yang timbul pada demam typhoid yaitu :

1. panas badan selama 7-10 hari, biasanya mulai demam tang makin hari

makin tinggi sehingga pada minggu kedua panas tinggi terus menerus,

erutama malam hari. Siang hari panas agak turun, tidak pernah

mencapai normal.

2. Pada fase awal timbul gejala lemah, sakit kepala, infeksi tenggorokan,

rasa tidak enak di perut, dan terkadang sulit buang air besar dan lidah

kotor.

3. Pada keadaan yang berat, penderita bertambah sakit dan kesadaran

mulai menurun.

Page 27: Askeb Typhoid Fever

II. SARAN

Diharapkan keluarga yang mendapatkan salah seorang anggota

keluarganya dengan kasus typhoid fever untuk tidak berkecil hati karena

masih ada cara pengobatan yang dapat dilakukan. Pengobatan tersebut

dapat membantu untuk proses penyembuhannya dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Azimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:

Salemba Medika

Juwono, Rahmat. 1996. Ilmu Penyakit Dalam Edisi 3. Jakarta: FKUI

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media

Aesculapius

Marlane, Hurst. 2008. Hurst Review: Pathophysiology Review. McGraw

Hill.

Soeparman. 1997. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

http://puskesmassimpangempat.wordpress.com/2009/06/29/kumpulan-

artikel-tentang-demam-typhoid-atau-tifus/

idmgarut.wordpress.com/2009/01/23/demam-tifoid-thypoid-fever/

paullayaulfa.wordpress.com/2012/05/06/typhoid-fever/