8/19/2019 Ardi Yanto_ Kajian Filsafat
1/39
3/3/2016 Ardi Yanto: Kajian Filsafat
http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html 1/39
Followers
Join this site
with Google Friend Connect
Members (4)
Already a member? Sign in
Translate any textdocument as you type
23 Desember, 2009
Kajian Filsafat
PENGANTAR KAJIAN FILSAFAT
A. Dasar-Dasar Kefilsafatan
Beberapa konsep penting tentang dasar kef ilsafatan yang
akan dijelaskan dalam sub bab ini adalah: Pengertian
filsafat; Ruang lingkup atau Cabang-cabang filsafat;
Kegunaan atau manfaat mempelajari filsafat; Fungsi filsafat;
Beberapa aliran filsafat; Filsafat sebagai suatu pendekatan;
Metode kefilsafatan; dan Etika. Penjelasan tentang dasar-
dasar kefilsafatan tersebut di atas bukan dimaksudkan untuk
memberikan suatu uraian yang sangat komprehensif atau
menyeluruh, akan tetapi penjelasannya lebih menekankan
pada konsep-konsep kunci, yang diharapkan para mahasiswa
atau peminat studi filsafat ilmu memperoleh gambaran awal
yang cukup membekali dalam melakukan kajian-kajian lebih
lanjut dan mendalam tentang hakikat filsafat dari sumber-
sumber ilmiah lainnya.
1. Pengertian Filsafat
Ketika orang berbicara tentang filsafat, nampak kesan awalatau anggapan yang muncul adalah ‘membicarakan sesuatu
yang abstrak, yang sulit dicermati, transendental, fantasi,
renungan yang mendalam, imajinasi dan sesuatu yang serba
sulit dan luas (universal)’. Apabila dicermati dengan
sungguh-sungguh tentang makna filsafat, maka sejatinya
pandangan tersebut di atas tidak semuanya benar, karena:
(a) objek kajian filsafat sejatinya menyangkut hal-hal yang
abstrak dan juga hal-hal yang kongkrit atau hal-hal yang
bersifat idea dan praktis; dan (b) ruang lingkup kajian ilmu
filsafat juga berkaitan dengan kehidupan individual dan
kolektif manusia sehari-hari, misalnya: keluarga, lembaga
pendidikan; partai politik, pemerintahan dan beragam bentuk
aktivitas kelompok lainnya.
Dalam beberapa literatur filsafat telah dijumpai beragam
pengertian tentang filsafat. Keberagaman tersebut
disebabkan oleh perbedaan sudut pandang yang dijadikan
sebagai dasar orientasinya (Johnstone, 1968; Driyarkara, N.
1977). Dari beragam karya tulis tentang filsafat, penulis
dapat merangkum sebagai berikut: Pertama, pengertian
filsafat dari segi arti kata, yaitu ‘Filsafat’ berasal dari bahasa
Yunani terdiri dari kata ‘philein’ yang berarti cinta dan
‘sophia’ yang berarti kebijaksanaa n. Atau berasal dari kata
‘philosophia’ yang berarti ‘cinta akan kebijaksanaan atau love
of wisdom’. Jadi, pengertian filsafat dari arti kata adalah
‘cinta pada kebijaksanaan’. Kedua, pengertian fils afat ‘secaraumum’, yaitu ‘suatu ilmu pengetahuan yang melakukan
penyelidikan atau kajian tentang hakikat dari segala sesuatu
dengan sungguh-sungguh (penuh kecintaan) untuk
memperoleh kebenaran atau kebijaksanaan’. Jadi, jawaban-
jawaban yang diberik an oleh fils afat tentang hakikat
About Me
Ardie182
Lihat profil
lengkapku
Blog Archive
► 2010 (35)
▼ 2009 (40)▼ Desember (29)
Penguasaan IPTEK Adalah
Sebuah Keharusan
Kajian Filsafat Ilmu
Kajian Filsafat
Kajian Logika Material
Kajian Logika Formal
SEMANGAT ZAMAN III:
Korupsi, Nasionalisme
dan Pera...
Khasiat Teh
Rencana Tuhan Itu Indah
Ada Kehidupan Setelah
Kematian...Karena Hidup Hanya
Sekali...
Muliakan Aku Dengan
Maafmu
Bila Harus Kehilangan...
Bicara Yang Baik atau
Diam...
Mengenal Diri
Stop Dreaming Start Action,
Aktualisasikan Dirimu!...
Deskripsi Seabad
Perjalanan Pendidikan di
Indonesi...
Paradigma Gerakan
Mahasiswa SyaratRevolusi Massa
Penindasan Negara
Terhadap Umat Islam
“Fight For” dan “Fight
Against”
Cak Nur; Cendekiawan
yang Rendah Hati
Kontroversi Haramnya
Golput
Mahasiswa dan Identitas
Intelektualitasnya
Kemerdekaan Manusia
(Ikhtiar) dan Keharusan
Univer...
Pengertian - PengertianDasar Tentang
Kemanusiaan
Dasar - Dasar Kepercayaan
Mahasiswa Sebagai Agen
Perubahan Sosial
Ekonomi Liberal dan
0 Lainnya Blog Berikut» [email protected] Dasbor Keluar
Ardi Yanto
I Wanna Live Life, And Be Good To You..
http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/deskripsi-seabad-perjalanan-pendidikan.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/muliakan-aku-dengan-maafmu.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/karena-hidup-hanya-sekali.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/ada-kehidupan-setelah-kematian.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/rencana-tuhan-itu-indah.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/khasiat-teh.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/semangat-zaman-iii-korupsi-nasionalisme.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-logika-formal.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/penguasaan-iptek-adalah-sebuah.htmlhttp://ardie182.blogspot.com/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html?widgetType=BlogArchive&widgetId=BlogArchive1&action=toggle&dir=close&toggle=YEARLY-1230742800000&toggleopen=MONTHLY-1259600400000http://ardie182.blogspot.co.id/search?updated-min=2009-01-01T00:00:00%2B07:00&updated-max=2010-01-01T00:00:00%2B07:00&max-results=40http://ardie182.blogspot.co.id/http://ardie182.blogspot.com/logout?d=https://www.blogger.com/logout-redirect.g?blogID%3D7142321220098145653%26postID%3D527243865155581477https://www.blogger.com/homehttps://www.blogger.com/next-blog?navBar=true&blogID=7142321220098145653https://www.blogger.com/http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/ekonomi-liberal-dan-ekonomi-kerakyatan.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/mahasiswa-sebagai-agen-perubahan-sosial.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/dasar-dasar-kepercayaan.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengertian-pengertian-dasar-tentang.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/kemerdekaan-manusia-ikhtiar-dan.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/mahasiswa-dan-identitas.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/kontroversi-haramnya-golput.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/cak-nur-cendekiawan-yang-rendah-hati.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/fight-for-dan-fight-against.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/penindasan-negara-terhadap-umat-islam.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/paradigma-gerakan-mahasiswa-syarat.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/deskripsi-seabad-perjalanan-pendidikan.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/stop-dreaming-start-action.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/mengenal-diri.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/bicara-yang-baik-atau-diam.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/bila-harus-kehilangan.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/muliakan-aku-dengan-maafmu.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/karena-hidup-hanya-sekali.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/ada-kehidupan-setelah-kematian.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/rencana-tuhan-itu-indah.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/khasiat-teh.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/semangat-zaman-iii-korupsi-nasionalisme.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-logika-formal.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-logika-material.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat-ilmu.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/penguasaan-iptek-adalah-sebuah.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009_12_01_archive.htmlhttp://ardie182.blogspot.com/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html?widgetType=BlogArchive&widgetId=BlogArchive1&action=toggle&dir=close&toggle=MONTHLY-1259600400000&toggleopen=MONTHLY-1259600400000http://ardie182.blogspot.co.id/search?updated-min=2009-01-01T00:00:00%2B07:00&updated-max=2010-01-01T00:00:00%2B07:00&max-results=40http://ardie182.blogspot.com/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html?widgetType=BlogArchive&widgetId=BlogArchive1&action=toggle&dir=close&toggle=YEARLY-1230742800000&toggleopen=MONTHLY-1259600400000http://ardie182.blogspot.co.id/search?updated-min=2010-01-01T00:00:00%2B07:00&updated-max=2011-01-01T00:00:00%2B07:00&max-results=35http://ardie182.blogspot.com/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html?widgetType=BlogArchive&widgetId=BlogArchive1&action=toggle&dir=open&toggle=YEARLY-1262278800000&toggleopen=MONTHLY-1259600400000https://www.blogger.com/profile/13592423079937864046https://www.blogger.com/profile/13592423079937864046https://www.blogger.com/profile/13592423079937864046http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html
8/19/2019 Ardi Yanto_ Kajian Filsafat
2/39
3/3/2016 Ardi Yanto: Kajian Filsafat
http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html 2/39
fenomena hidup (sesuatu) harus bersifat mendalam atau
mencapai tingkat kebenaran yang lebih universal. Ketiga,
pengertian filsafat ‘secara khusus’, yaitu ‘suatu ilmu
pengetahuan yang menyelidiki tentang hakikat sesuatu untuk
memperoleh kebenaran menurut aliran filsafat tertentu’.
Dalam filsafat terdapat beragam aliran, misalnya: aliran
idealisme, aliran positivisme, aliran materialisme, aliran
hedonisme, aliran stoicisme dan sebagainya. Jadi, pengertian
hakikat sesuatu menurut aliran idealisme tentunya tidak
sama dengan hakikat sesuatu menurut aliran positivisme,
hedonisme, materialisme dan stoicisme (Langeved, 1961;Sunoto, 1982). Beragam aliran filsafat tersebut akan
dijelaskan secara garis besar atau prinsip-prinsip pokok pada
pembahasan berikutnya.Dari pengertian singkat tentang
filsafat tersebut di atas, konsep penting yang perlu dipahami
tentang hakikat makna filsafat antara lain: (a) filsafat adalah
mendorong manusia untuk berpikir secara kritik; (b) berpikir
filsafat adalah berpikir dalam bentuk yang sistematis; (c)
filsafat harus menghasilkan sesuatu yang runtut; (d) berpikir
filsafat adalah berpikir secara rasional dan logis; dan (e)
proses berpikir filsafat harus bersifat mendalam dan
komprehensif (Beerling, 1966; Kattsoff, L. 1996). Oleh
karena itu filsafat mempunyai peran yang sangat sentral
dalam pengembangan semua disiplin ilmu pengetahuan,
sehingga filsafat diharapkan dijadikan sebagai pemimpin
(orientation) dalam pengembangan semua ilmu pengetahuan
atau filsafat berkedudukan sebagai induknya ilmu
pengetahuan (Driyarkara, N. 1978).
1. Ruang Lingkup, dan Cabang-Cabang Filsafat
Ruang lingkup kajian filsafat sangatlah luas, karena filsafat
mengkaji tentang ‘hakikat segala sesuatu’, disamping itu
filsafat merupakan ‘induk segala ilmu pengetahuan’
(Beerling, 1966; Gazalba, 1973; Drijarkara, 1978).
Sedangkan pembagian cabang-cabang filsafat yang
dikemukakan para ahli atau para filosof sangat beragam,
tergantung sudut pandang yang diyakininya. Berikut ini
beberapa pembagian cabang-cabang filsafat menurut para
ahli antara lain:
Pertama, Plato, membedakan filsafat menjadi tiga, yaitu: (1)
Dialektika (filsafat tentang ide-ide atau pengertian-
pengertian umum); (2) Fisika (filsafat tentang dunia
material); dan (3) Etika (filsafat tentang kebaikan atau
kesusilaan).
Kedua, Aristoteles, membedakan filsafat menjadi empat,
yaitu: (1) Logika (tentang bentuk susunan pikiran); (2)Filosofis teoritika, yang terbagi menjadi: (a) fisika (tentang
dunia material); (b) matematika; (c) metafisika (tentang
hakikat ‘ada’); (3) Filosofia praktika (tentang hakikat hidup
kesusilaan), yang terbagi menjadi: (a) etika (tentang
kesusilaan dalam hidup perseorangan); (b) ekonomia
(tentang kesusilaan dalam hidup berkeluarga); (c) politika
(tentang kesusilaan dalam hidup bernegara); dan (4)
Filosofia poeletika (filsafat kesenian (Drijarkara, 1978).
Ketiga, Kattsoff, L., lebih rinci dalam membagi cabang-
cabang filsafat, yaitu: (1) Logika, yaitu membicarakan
tentang hukum-hukum penyimpulan secara benar; (2)
Metodologi, yaitu membicarakan tentang teknik atau caramelakukan penelitian ilmiah; (3) Metafisika, yaitu
membicarakan tentang segala sesuatu yang ada, atau
membahas hakekat ‘ada’; (4) Ontologi, yaitu membicarakan
tentang hakikat segala sesuatu yang ada, atau hakikat ‘objek’
dari segala sesuatu; (5) Kosmologi, yaitu membicarakan
Ekonomi Kerakyatan
Kronologis Kasus Bank
Century
Analisa Kasus Bank Century
► November (2)
► Oktober (9)
Clock
Valuta Asing
http://ardie182.blogspot.co.id/2009_10_01_archive.htmlhttp://ardie182.blogspot.com/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html?widgetType=BlogArchive&widgetId=BlogArchive1&action=toggle&dir=open&toggle=MONTHLY-1254330000000&toggleopen=MONTHLY-1259600400000http://ardie182.blogspot.co.id/2009_11_01_archive.htmlhttp://ardie182.blogspot.com/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html?widgetType=BlogArchive&widgetId=BlogArchive1&action=toggle&dir=open&toggle=MONTHLY-1257008400000&toggleopen=MONTHLY-1259600400000http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/analisa-kasus-bank-century.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/kronologis-kasus-bank-century.htmlhttp://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/ekonomi-liberal-dan-ekonomi-kerakyatan.html
8/19/2019 Ardi Yanto_ Kajian Filsafat
3/39
3/3/2016 Ardi Yanto: Kajian Filsafat
http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html 3/39
tentang segala sesuatu yang ada yang serba teratur; (6)
Epistemologi, yaitu membahas tentang hakikat kebenaran;
(7) Filsafat biologi, yaitu membicarakan tentang hakikat
hidup; (8) Filsafat psikologi, yaitu membicarakan tentang
hakikat jiwa manusia; (9) Filsafat antropologi, yaitu
membicarakan tentang hakikat budaya manusia; (10) Filsafat
sosiologi, yaitu membicarakan tentang hakikat masyarakat
dan negara; (11) Etika, yaitu membicarakan tentang hakikat
baik dan buruk; (12) Estetika, yaitu membicarakan tentang
hakikat indah atau keindahan; (13) Filsafat agama, yaitu
membicarakan tentang hakikat agama atau kepercayaan(Kattsoff, 1996).
Dalam perkembangan studi filsafat berikutnya muncul
cabang-cabang filsafat, sebagai konsekwensi dari beragam
spesifikasi kehidupan, sehingga selain beragam cabang
filsafat yang telah diuraikan di atas adalah muncul: (1)
Filsafat politik, yang secara khusus membicarakan tentang
hakikat kekuasaan, wewenang, pemerintahan, demokrasi
dan sebagainya; (2) Filsafat hukum, yang secara khusus
membicarakan tentang: dasar-dasar hukum, idea hukum,
kaidah hukum, tujuan hukum, rahasia-rahasia hukum,
peraturan perundang-undangan; (3) Filsafat pendidikan, yang
membicarakan tentang hakikat pendidikan dan pengajaran,
fungsi pendidikan, peran orang tua-masyarakat dan negara
dalam pendidikan, hakikat proses pembelajaran budaya, dan
sebagainya; (4) Filsafat sejarah, yang secara khusus
membicarakan tentang: makna sejarah, proses historis,
kaidah ilmu sejarah, subjektivitas dan objektivitas sejarah,
fungsi sejarah, dan sebagainya (Ankersmit, 1987).
1. Kegunaan atau Manfaat Filsafat
Pada hakikatnya setiap manusia dalam hidupnya, baik
disadari atau tidak disadari telah melakukan aktifitas berpikir
yang merupakan bagian dari berpikir filsafat. Hal ini
disebabkan setiap manusia dengan kadar kemampuan
berpikir masing-masing sepanjang hidupnya selalu berusaha
untuk mencari makna kebahagiaan dan kebajikan hidup, baik
untuk lingkup kehidupan pribadi atau kehidupan sosial.
Sedangkan ukuran seseorang telah meraih bahagia atau
tidak bahagia adalah berdasarkan pada ‘suatu pandangan
hidup yang diyakininya’
Bekaitan dengan upaya manusia dalam meraih hakikat
kebahagiaan dan kebajikan hidup itulah, maka belajar filsafat
mempunyai nilai manfaat yang cukup banyak, dan diantara
kegunaan atau manfaat mempelajari filsafat tersebut antara
lain:
1. Dengan berfilsafat individu akan lebih menjadi manusia,
karena dengan mempelajari filsafat seseorang akan terus
melakukan perenungan dan menganalisis tentang hakikat
jasmani dan hakikat rohani manusia dalam hidup di dunia
untuk bertindak bijaksana.
2. Dengan berfilsafat seseorang dapat memahami makna
hakikat hidup manusia, baik dalam lingkup pribadi maupun
sosial. Dengan berfilsafat seseorang akan mampu memberi
arti terbaik, unggul dan integral terhadap makna hidup, dan
akan sanggup memahami keunggulan dan kelemahan diri,
sehingga dapat memperkokoh kepribadian diri.
3. Kebiasaan menganalisis segala sesuatu dalam hidupseperti yang diajarkan dalam metode berfilsafat, akan
menjadikan seseorang cerdas, kritis, sistematis, dan objektif
dalam melihat dan memecahkan beragam problema
kehidupan, sehingga individu akan mampu meraih kualitas,
keunggulan dan kebahagiaan hidup.
8/19/2019 Ardi Yanto_ Kajian Filsafat
4/39
3/3/2016 Ardi Yanto: Kajian Filsafat
http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html 4/39
4. Dengan berfilsafat manusia selalu dilatih, dididik untuk
berpikir secara universal, multidimensional, komprehensif,
dan mendalam. Dengan terlatihnya seseorang dalam melihat
dan menganalisis hakikat segala sesuatu secara koprehensif
dan mendalam, maka seseorang akan mampu meminimalisir
kecenderungan mentalitas negatif, misalnya egoistis,
individualistis, parsialis, dan diskriminatif. Beragam problem
sosial akan bermunculan ketika mentalitas negatif tersebut
mendominasi setiap proses-proses sosial sehari-hari dalam
kelompok.
5. Belajar filsafat akan melatih seseorang untuk mampumeningkatkan kualitas berpikir secara mandiri, mampu
membangun pribadi yang berkarakter, tidak mudah
terpengaruh oleh faktor eksternal, tetapi disisi lain tetap
mampu mengakui harkat martabat orang lain, mengakui
keberagaman dan keunggulan orang lain. Jadi, belajar
filsafat akan mendorong tumbuhnya sikap mental kompetitif
secara sehat dan berkualitas.
6. Belajar filsafat akan memberikan dasar-dasar semua
bidang kajian pengetahuan, memberikan pandangan yang
sintesis atau pemahaman akan hakikat kesatuan semua
pengetahuan, dan hidup manusia akan dipimpin oleh
pengetahuan yang baik. Karena berpikir filsafat akan selalu
mendorong seseorang untuk membangun keterbukaan
berpikir, ketelitian dan analisis terdalam, dan selalu
terdorong untuk melakukan inovasi berdasarkan penemuan
terbaru (invention) (Johnstone,H.W. 1968; Tafsir, 2004;
Sudiarja, dkk. 2006).
Uraian tentang kegunaan melakukan studi filsafat tersebut
membuktikan bahwa: (a) hakikatnya setiap manusia tidak
bisa melepaskan diri dari persoalan filsafat hidup, bahkan
bisa dikatakan bahwa orang yang tidak mempedulikan
persoalan filsafat hidupnya dapat diasumsikan ‘proses
kehidupannya kurang berarti’; dan (b) dengan selalu
memahami nilai-nilai filosofis yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat atau bangsa, dan setiap individu konsisten untuk
mengaplikasikan dan mengembangkan secara dinamik dalam
kehidupan sehari-hari, maka beragam aspek kehidupan di
masyarakat akan tampil dalam potret ‘khasanah peradaban’
hidup.
1. Filsafat Sebagai Suatu Pendekatan
Ditinjau dari aspek ruang lingkup kajiannya, maka studi
filsafat mempunyai jangkauan yang sangat luas karena
menyangkut hakikat segala sesuatu secara mendalam dan
universal. Disisi lain filsafat merupakan induknya segala ilmu
pengetahuan. Filsafat melatih, mendorong seseorang untukmampu berpikir secara: kritis, logis, sistematis, rasional,
objektif dan mendalam dalam menganalisis hakikat segala
sesuatu tentang fenomena kehidupan ini, kesemuanya
dilakukan dalam rangka memperoleh kebenaran dan
mencapai tujuan yaitu menjadi manusia yang bijaksana.
Filsafat sebagai suatu pendekatan mempunyai makna, bahwa
‘memahami hakikat segala sesuatu dalam kehidupan ini
untuk meraih kebenaran dan kebijakan diperlukan
pemahaman tentang beberapa cara atau metode, langkah,
dan strategi yang baik untuk mencapai kebenaran terdalam
tentang hakikat segala sesuatu tersebut’. Ada beberapa
pendekatan filosofis dalam memahami hakikat segalasesuatu terdalam dalam kehidupan ini, antara lain: Pertama,
pendekatan ontologik, artinya untuk mempelajari suatu objek
filsafat tertentu (misalnya: filsafat hukum, filsafat
pendidikan, filsafat Pancasila, filsafat agama, filsafat
sejarah, filsafat politik, filsafat ilmu, filsafat seni dan
8/19/2019 Ardi Yanto_ Kajian Filsafat
5/39
3/3/2016 Ardi Yanto: Kajian Filsafat
http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html 5/39
sebagainya), atau untuk mencari hakikat realitas yang
terdalam, atau mencari hakikat objek terdalam dari segala
sesuatu; Kedua, pendekatan kosmologik, artinya dalam
mempelajari suatu filsafat tertentu (seperti contoh di atas)
adalah mencari kebenaran segala sesuatu terdalam yang
bekaitan dengan hakikat ruang, waktu dan dinamika atau
gerak dari hakikat segala sesuatu itu’; Ketiga, pendekatan
logika, artinya dalam mempelajari suatu filsafat tertentu
adalah dengan mencari hakikat kebenaran dari segala
sesuatu secara mendalam dengan menggunakan logika
deduktif atau logika formal dan menggunakan logika induktif atau logika material; Keempat, pendekatan teologis, artinya
dalam mempelajari suatu filsafat tertentu adalah dengan
selalu mengkaitkan antara fenomena rasional, empiris dan
kekuatan supra natural (Tuhan). Hakikat kebenaran itu
sejatinya adalah terbagi dalam kategori kebenaran science
(ilmu), kebenaran filosofis (filsafat), dan kebenaran religious
(kebanaran Agama), ketiganya saling mengkait. Jadi,
pendekatan teologis meletakkan kebenaran agama sebagai
kebenaran absolut (kebenaran mutlak), sedangkan
kebenaran filsafat dan kebenaran ilmu bersifat relatif, oleh
karena itu ketika manusia ingin meraih hakikat kebenaran
(kebenaran mutlak) maka manusia harus taat kepada ajaran
agamanya.
Kelima pendekatan etika, artinya dalam mempelajari suatu
filsafat tertentu adalah dengan selalu mengkaitkan antara
kajian hakikat dari segala sesuatu terdalam dengan prinsip-
prinsip nilai-norma sosial-budaya yang berlaku di
masyarakat, atau bagaimana kajian hakikat dari segala
sesuatu itu mempunyai makna aksiologis atau nilai
pragmatis, nilai fungsional dan mampu membentuk
keunggulan etika manusia dalam proses kehidupan di
sepanjang usia hidupnya di masyarakat (Sunoto, 1982;
Sudiarja, dkk. 2006). Jadi, dalam pendekatan etika, manusia
atau setiap individu dianggap bermakna atau punya arti bagi
kehidupan ketika seluruh pola perilaku sehari-hari individu
tersebut berdasarkan nilai-norma sosial budaya yang
berlaku, sehingga hakikat sesuatu dianggap baik atau benar
ketika sesuatu itu merujuk pada nilai dan norma yang
berlaku.
1. Metafisika
Istilah metafisika berasal dari kata ‘meta’ yang berarti
sesudah atau sebaliknya, dan dari kata ‘fisika’ yang berarti
alam atau nyata. Jadi, ‘metafisika’ adalah sesudah atau
sesuatu dibalik alam atau setelah fisika. Berdasarkan
pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa ‘metafisika‘adalah ‘ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang
hakikat sesuatu yang terdalam, atau ilmu yang mengkaji
hakikat dibalik alam nyata’ (Johnstone, 1968). Menurut para
ahli filsafat, bahwa metafisika merupakan filsafat pertama.
Istilah metafisika sebagai cabang ilmu filsafat pertama
dipergunakan oleh Andronicus dari Rhodes tahun 70 S.M
(Sunoto, 1982).
Menurut Aristoteles, metafisika merupakan cabang ilmu
filsafat teoritis yang membahas tentang ‘masalah hakikat
segala sesuatu’, sehingga metafisika oleh para ahli dianggap
sebagai ‘inti dari filsafat’. Persoalan metafisika merupakan
sesuatu yang paling mendasar (fundamental) dalam proseskehidupan manusia (Langeved, 1961; Drijarkoro, 1977). Bagi
filosof idealisme, metafisika merupakan sesuatu yang sangat
fundamental. Hakikat dunia dengan segala isinya ini tidak
bisa hanya dipahami dari apa yang nampak, justru dibalik
yang nampak adalah terdapat makna yang essensial,
8/19/2019 Ardi Yanto_ Kajian Filsafat
6/39
3/3/2016 Ardi Yanto: Kajian Filsafat
http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html 6/39
mencari makna hakikat dibalik yang nyata adalah hal yang
fundamental (infrastruktur). Sedangkan bagi filosof yang
menganut aliran empirisme, mengatakan bahwa ‘metafisika
adalah sesuatu yang tidak mungkin’, karena yang mungkin
dalam hidup ini adalah ‘sesuatu yang empiris’. Pandangan
dari kaum empirisme tentang metafisika banyak ditentang
oleh para ahli idealisme. Filosof Immanuel Kant, tetap
mengakui eksistensi metafisika, dan Kant membagi
metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan
metafisika khusus.
Cabang-cabang metafisika sebagai inti dari ilmu filsafat
menurut para ahli antara lain: (1) Menurut Kattsoff, cabang
metafisika adalah: (a) Ontologi (membicarakan tentang:
‘ada’, ‘eksistensi ’, ‘substansi’, ‘realita’. Atau hakikat ada, atau
hakikat objek); dan (b) Kosmologi (membicarakan tentang:
‘ruang’, ‘waktu’, atau ‘gerakan’); (2) Menurut Taylor , cabang
metafisika adalah: (a) Ontologi; (b) Kosmologi; dan (c)
Psikologi yang rasional (mengkaji tentang fenomena jiwa dan
pikiran manusia); (3) Menurut Christian Wolff, cabang
metafisika adalah: (a) Ontologi; (b) Kosmologi; (c) Psikologi;
dan (d) Teologi (mengkaji tentang filsafat Ketuhanan yang
bertitik tolak kepada kejadian alam); (4) Menurut The
American College Dictionary, cabang metafisika adalah: (a)
Ontologi (ilmu pengetahuan tentang ada, tentang objek); (b)
Kosmologi (ilmu pengetahuan tentang struktur alam
semesta); dan (c) Epistemologi (filsafat pengetahuan); dan
(5) Menurut The Colombia Encyclopedia, cabang metafisika
adalah: (a) Ontologi, (b) Teologi, (c) Psikologi, (d)
Epistemologi, dan (e) Kosmologi (Sunoto, 1982).
Dalam pembahasan berikut ini, uraian tentang cabang
metafisika hanya menjelaskan tiga hal yaitu: Ontologi;
Kosmologi; dan Teologi, sedangkan epistemologi (filsafat
ilmu pengetahuan) akan dibahas pada bab kelima, yang
khusus mengkaji tentang hakikat filsafat ilmu.
Pertama, ontologi. Istilah ontologi pertama dipopulerkan oleh
Christian Wolff (1679-1714). Ontologi adalah ‘cabang filsafat
metafisika yang mempelajari tentang hakikat ada, atau
hakikat suatu objek, atau hakikat suatu eksistensi, atau
ajaran tentang yang ‘berada’ (Kattsoff, 1996). Karena yang
dikaji dalam ontologi adalah mempelajari tentang hakikat
suatu eksistensi, atau hakikat sesuatu objek, atau hakikat
suatu fenomena, maka muncullah suatu pertanyaan,
misalnya: Apakah hakikat jiwa itu?; Apakah hakikat materi
itu?; Apakah hakikat sesuatu yang namanya baik itu?;
Apakah hakikat ide itu?; Apakah hakikat sesuatu atom itu?;
Apakah hakikat bahagia itu; Apakah hakikat agama itu?;Apakah hakikat manusia?: dan sebagainya. Dari beragam
pertanyaan ontologis tersebut, akhirnya muncullah beberapa
paham atau aliran filsafat untuk menjelaskan tentang hakikat
sesuatu yang dipertanyakan di atas, yaitu: Aliran idealisme;
Aliran positivisme; Aliran materialisme; Aliran vitalisme;
Aliran realisme; Aliran pluralisme; Aliran hedonisme, Aliran
humanisme; Aliran pragmatisme; Aliran sekulerisme, dan
sebagainya.
1. Aliran idealisme, beberapa asumsi pokok aliran ini dalam
memandang hakikat segala sesuatu atau hakikat objek
adalah: (a) hakikat segala sesuatu dalam hidup ini
ditentukan oleh jiwa atau pikiran seseorang; (b) semua yangbersifat benda atau materi di alam ini sangat ditentukan oleh
jiwa, pikiran seseor ang, oleh karena hakikat ‘ada’ adalah
ditentukan oleh jiwa dan pikiran individu; (c) hakikat benar,
baik, buruk, bahagia dalam hidup adalah sangat tergantung
oleh kualitas jiwa, pikiran dan spiritual individu; (d) idea-
8/19/2019 Ardi Yanto_ Kajian Filsafat
7/39
3/3/2016 Ardi Yanto: Kajian Filsafat
http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html 7/39
idea atau pikiran adalah infra struktur (penentu atau
fundamen) kehidupan, sedangkan benda, perbuatan,
pekerjaan, jabatan adalah supra struktur (penjelmaan atau
implementasi dari jiwa sebagai infra struktur); dan (e) idea-
idea menjadi penggerak, pendorong semua aktivitas manusia
dalam hidup, bahkan seluruh aktivitas kehidupan manusia
sepanjang usianya, baik kaitannya dengan hubungan dengan
sesama dan dengan lingkungan alamnya ditentukan oleh ide.
Jadi, ketika menjawab pernyataan apakah hakikat segala
sesuatu?, maka menurut aliran idealisme adalah ‘hakikat
segala sesuatu berasal atau ditentukan oleh idea’ (Langeved.1961; Beerling, 1966; Durkheim, E. 1974; Mutahhari, M.
1997).
1. Aliran positivisme, tokoh utama aliran positivisme adalah
Auguste Comte (1798-1857), diantara pokok-pokok pikiran
dari aliran positivisme antara lain: Pertama, hakikat ilmu
pengetahuan dan filsafat itu harus mendasarkan kepada
fakta-fakta yang nyata (realitas empirik). Positivisme
menolak paham metafisika (yang mengakui hakikat segala
sesuatu dibalik realitas empirik). Comte mengemukakan
teori atau hukum perkembangan menjadi tiga tahap; dan
Kedua, bagi Comte, hakikat perkembangan hidup manusia
(termasuk pengetahuan dan budayanya) adalah melalui tiga
tahap atau tiga jaman yang berlangsung secara evolusionis,
yaitu:
1. Tahap teologis, tahap ini mempunyai ciri-ciri antara lain:
(1) manusia percaya akan adanya kekuatan adikodrati
(supranatual) yang mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia; (2) pada tahap ini pola keyakinan atau
kepercayaan seseorang diawali dengan kepercayaan
Animisme (roh leluhur mempunyai pengaruh bagi kehidupan
manusia) atau Dinamisme (benda-benda tertentu dianggap
mempunyai kekuatan atau jiwa yang dapat mempengaruhi
kehidupan manusia); Dari Animisme kemudian berkembang
ke tahap Politeisme (manusia percaya kepada banyak Tuhan,
yang masing-masing Tuhan tersebut mempunyai kedudukan
dan peran tersendiri); Kemudian tahap terakhir dari jaman
teologis ini adalah Monoteisme (manusia percaya pada Tuhan
Yang Maha Esa atau Maha Tunggal). Tahap monoteisme ini
dianggap sebagai tahap terakhir atau paling maju dari era
teologis.
2. Tahap metafisis, tahap ini merupakan evolusi dari tahap
pertama. Pada tahap metafisis, unsur-unsur kekuasaan
adikodrati terhadap kehidupan manusia mulai dipertanyakan,
bahkan sudah diganti dengan konsep-konsep abstrak tentang
hakikat segala sesuatu. Manusia sudah mulai menggunakan
daya kritisnya, namun sisa-sisa pemahaman supranatural
masih nampak dalam praktik kehidupan sehari-hari.3. Tahap positif, tahap ini merupakan tahap evolusi terakhir.
Tahap positif ini mempunyai ciri-ciri antara lain: (1) manusia
tidak percaya lagi pada hal-hal yang bersifat supranatural;
dan (2) semua pengetahuan termasuk filsafat harus
berdasarkan realitas emprik (fakta-fakta yang nyata). Comte
menilai pada era positif inilah sebagai puncak perkembangan
ilmu pengetahuan (science) yang rasionalistis dan
objektivistik (Wibisono, K. 1983).
Setiap ilmu pengetahuan menurut Comte tidak mempunyai
perkembangan yang sama, urutan perkembangan ilmu
pengetahuan adalah mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan sebelumnya. Comte membedakan ilmupengetahuan pokok, yaitu ilmu pasti, astronomi, fisika,
kimia, biologi dan puncaknya adalah sosiologi (Wibisono, K.
1983; Praja J.S., 2005). Jadi, dalam pandangan positivisme,
hakikat segala sesuatu itu harus sesuai dengan hukum alam,
kaidah ilmu pasti, kebenaran harus bisa dibuktikan secara
8/19/2019 Ardi Yanto_ Kajian Filsafat
8/39
3/3/2016 Ardi Yanto: Kajian Filsafat
http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html 8/39
matematis, eksakta, dan objektivis, oleh karena itu logika
yang dikembangkan adalah logika deduktif (formal), analisis
data dalam proses research adalah menggunakan analisis
statistik.
3. Aliran materialisme, beberapa konsep penting dari aliran
ini dalam memandang hakikat segala sesuatu (hakikat
fenomena hidup) antara lain:
a. Hakikat segala sesuatu dalam hidup ini ditentukan oleh
materi bukan oleh jiwa. Jiwa atau pikiran atau idea-ideatergantung pada materi.
b. Semua yang berupa gagasan, pikiran dan ide adalah
dibentuk atau ditentukan oleh ‘materi’, oleh karena itu
hakikat ‘ada’ adalah ditentukan oleh unsur material, atau
atom. Adanya beragam benda atau materi disebabkan oleh
atom. Jiwa terdiri dari atas atom yang halus yang mudah
bergerak. Segala kejadian di alam ini ditentukan oleh gerak
atom (atom adalah inti materi).
c. Hakikat benar, baik, buruk, bahagia dalam hidup adalah
sangat tergantung oleh kebutuhan atau kepentingan materi
atau dipengaruhi oleh ‘adanya sistem pemilikan pribadi atau
material’. Tidak ada aktivitas kehidupan (aktivitas pikir dan
sosial) yang tidak didasari atau diawali oleh kepentingan
atau motivasi material.
d. Materi adalah infra struktur kehidupan, sedangkan jiwa,
nilai, moral, pandangan hidup, ilmu pengetahuan, hukum
adalah supra struktur (penjelmaan atau implementasi dari
materi sebagai infra struktur).
e. Kepentingan materi menjadi penggerak, pendorong semua
aktivitas manusia dalam hidup, bahkan seluruh aktivitas
kehidupan manusia sepanjang usianya, baik kaitannya
dengan hubungan dengan sesama dan dengan lingkungan
alamnya ditentukan oleh prinsip pemenuhan kebutuhan
material (bendawi). Jadi, ketika menjawab pernyataan
apakah hakikat segala sesuatu?, maka menurut aliran
materialisme adalah ‘hakikat segala sesuatu berasal dari
materi atau benda’ (Johnstone; 1968; Sudiarja, dkk. 2006).
Sesuatu yang bukan materi (seperti Tuhan) sejatinya adalah
tidak pernah ada, oleh karena itu menurut para filosof
materialisme, ‘konsep tentang Tuhan sejatinya adalah
rekayasa imajinasi pikiran manusia semata’.
4. Aliran vitalisme, beberapa pandangan aliran ini dalam
memandang hakikat segala sesuatu antara lain: (a) dalamperspektif biologi, pengertian vitalisme adalah suatu paham
yang menganggap bahwa fenomena hidup hakikatnya sama
seperti fenomena organisme. Sedangkan dalam perspektif
metafisika, vitalisme berarti suatu aliran yang memandang
bahwa hidup baik dalam diri manusia maupun organisme
adalah kenyataan yang sebenarnya; (b) materi yang tidak
hidup adalah bentuk atau hasil dari pada hidup; dan (c)
paham vitalisme mempunyai pengaruh terhadap filsafat
eksistensialisme.
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang menekankan
eksistensi. Contoh paham eksistensialisme adalah Manusia
adalah manusia; Binatang adalah binatang; Pohon manggaadalah pohon mangga; Hidup ini adalah eksistensia; Hidup ini
adalah merdeka; Hidup paling tinggi adalah kemerdekaan;
Segala sesuatu yang menghambat kemerdekaan harus di
lawan; Manusia bertindak atas dasar dirinya (eksistensia);
Segala aturan, hukum yang membatasi kemerdekaan harus
8/19/2019 Ardi Yanto_ Kajian Filsafat
9/39
3/3/2016 Ardi Yanto: Kajian Filsafat
http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html 9/39
di lawan atau dihapuskan (Mangunhardjana, 1997), karena
segala sistem aturan tersebut hanya akan mengekang,
membatasi gerak kemerdekaan individu dalam hidupnya.
5. Aliran realisme, beberapa pandangan aliran ini dalam
memandang hakikat segala sesuatu antara lain: (a) hakikat
segala sesuatu itu ‘ada’ karena dipengaruhi oleh beragam
faktor internal dan eksternal, yang masing-masing faktor
punya pengaruh yang sama, yaitu faktor-faktor: pendidikan,
psikologi, kepercayaan atau agama, politik, ekonomi, sosial,
budaya, keamanan, lingkungan alam, revolusi, ideologi dansebagainya; (b) hakikat manusia bukan semata-mata
makhluk material, dan juga bukan semata-mata makhluk
spiritual. Kedua unsur materi (raga) dan non materi (jiwa)
sama-sama membentuk dan menyatu pada diri manusia; (c)
hakikat kehidupan di dunia ini punya keterkaitan erat dengan
hakikat kehidupan akhirat; dan (d) hakikat segala sesuatu di
alam ini adalah saling mempengaruhi, antar fenomena atau
gejala hidup saling mengisi, saling terkait antara unsur satu
dengan unsur lain, membentuk kesatuan sistem antar sub
sistem (Muthahhari, 1997).
6. Aliran pluralisme, beberapa prinsip dari pandangan
pluralisme antara lain: (a) bahwa kenyataan adalah banyak
atau diferensial; (b) dalam hidup ini ada berbagai bentuk
kenyataan yang mempunyai hubungan satu sama yang lain;
(c) menurut Empedocies, bahwa segala sesuatu atau
kenyataan terdiri atas empat unsur, yaitu: api, air, udara
dan tanah. Keempat hal tersebut (api, air, udara dan tanah)
adalah sama-sama berperan untuk menyusun segala sesuatu
dalam hidup ini; dan (d) paham pluralisme lebih bersifat
empirik. Menurut Hermann, bahwa kenyataan itu terdiri dari
empat hal, yaitu: anorganik, organik, psikhis, dan jiwa yang
kesemuanya mempunyai hubungan timbal balik (Sunoto,
1982). Jadi, hakikat segala sesuatu dalam hidup selalu
menyajikan keberagaman bentuk atau wujud, setiap unsur
dalam keberagaman tersebut sejatinya saling mengkait
membentuk kesatuan sistem kehidupan.
7. Aliran hedonisme, beberapa inti pandangan hedonisme
dalam melihat hakikat segala sesuatu dalam hidup ini antara
lain: (a) hidup ini adalah mewujudkan ‘kenikmatan’.
Kenikmatan, khususnya kenikmatan pribadi merupakan nilai
hidup tertinggi; (b) tujuan utama dalam kehidupan adalah
meraih kenikmatan hidup pribadi sebesar-besarnya, apapun
caranya harus ditempuh; (c) karena hidup adalah meraih
kenikmatan, maka ada beragam wujud manusia dalam
meraih kenikmatan, yaitu: Ada yang cenderung meraih
kenikmatan hidup pada aspek biologis atau nafsu sexual; Adayang cenderung meraih kenikmatan hidup pada aspek estetik
(seni); dan ada yang cenderung meraih kenikmatan hidup
pada aspek spiritual; (d) hedonisme bersifat relatif. Oleh
karena itu prinsip hedonisme apabila diterapkan dalam
prinsip moral juga bersifat relatif (setiap orang berbeda
dalam menafsirkan makna prinsip moral, karena mempunyai
ukuran kenikmatan yang berbeda, ukuran kenikmatan sangat
subjektif). Dalam kehidupan masyarakat modern yang
cenderung materialis dan konsumeris, maka makna
hedonisme lebih condong kearah kenikmatan biologis atau
pemuasan nafsu sexual, dan sangat jarang hedonisme di era
modernis memberikan persepsi ke arah pemuasaan spiritual.
Oleh karena itu konsep hedonisme dalam kehidupanmasyarakat metropolis atau modern sering berhenti pada
pencarian kenikmatan inderawi, bendawi dan sexual semata.
8. Aliran humanisme, beberapa pokok pikiran dari paham
humanisme dalam memahami hakikat segala sesuatu antara
8/19/2019 Ardi Yanto_ Kajian Filsafat
10/39
3/3/2016 Ardi Yanto: Kajian Filsafat
http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html 10/39
lain: (a) hakikat manusia itu mempunyai kemampuan dan
martabat diri. Kemampuan dan martabat tersebut harus
dikembangkan untuk mencapai manusia paripurna atau
manusia unggul di tengah kehidupan sosial; (b) tugas utama
kehidupan manusia adalah membangun harkat, martabat dan
tanggung jawab kemanusiaan yang paripurna; dan (c)
kemampuan kualitas rohani (cipta, rasa dan karsa) manusia
akan menjadi dasar terwujudnya kehidupan atau segala
sesuatu di masyarakat menjadi baik. Oleh karena itu
humanisme termasuk bagian dari filsafat etika. Jadi,
humanisme dalam memandang segala sesuatu itu ada ataubaik adalah apabila kemampuan diri atau martabat diri
manusia bisa berfungsi sangat baik bagi kehidupan
bermasyarakat (Mangunhardjana, 1997). Jadi, jika manusia
dalam proses hidupnya tidak memberi konstribusi positif bagi
kehidupan sesamanya di masyarakat, maka kehidupan
manusia tersebut tidak punya makna (sia-sia).
9. Aliran pragmatisme, beberapa konsep penting tentang
pandangan pragmatisme dalam menilai hakikat gejala
tentang sesuatu (fenomena hidup), antara lain: (a) hidup
manusia sebagai suatu perjuangan agar hidup berlangsung
terus menerus, dan yang terpenting dalam perjuangan hidup
adalah ‘konsekwensi-konsekwensi yang bersifat praktis’; (b)
segala sesuatu itu bermakna, apabila sesuatu itu mempunyai
konsekwensi praktis atau mempunyai nilai kegunaan dalam
kehidupan, jika sesuatu itu tidak punya makna praktis
(kegunaan sehari-hari), maka sesuatu itu tidak ada; (c)
hakikat ide, pandangan atau hal-hal yang bekaitan dengan
spiritual adalah ‘ada’ atau ‘benar’ apabila ide atau pandangan
tersebut mempunyai konsekwensi atau implikasi positif
(implikasi praktis) dalam kehidupan. Atau hakikat ide,
pandangan dan spiritual tersebut benar apabila mampu
menyelesaikan problem kehidupan praktis; (d) hakikat
‘kebenaran’ adalah bersif at: Dinamis (terus berubah-ubah
tergantung ruang dan waktu); Nisbi atau relatif (tergantung
siapa yang memaknai sesuatu itu). Oleh karena itu hakikat
Tuhan adalah tergantung ‘yang memaknai’, artinya ada orang
yang menilai Tuhan tidak bermakna atau berfaedah, tetapi
ada juga hakikat Tuhan sangat bermakna atau berfaedah
bagi kehidupan manusia (Johnson, D.P. 1981; Kattsoff,
1992).
Uraian tentang beragam aliran atau pandangan tersebut di
atas menunjukkan bahwa, secara ontologis untuk menjawab
pertanyaan tentang: Apakah hakikat materi itu?; Apakah
hakikat sesuatu yang namanya baik itu?; Apakah hakikat
objek itu?, Apakah hakikat segala sesuatu dalam hidup ini?;
Apakah hakikat kehidupan manusia, dan sebagainya adalahtergantung sudut pandang aliran yang dijadikan orientasi
individu dalam memahami hakikat sesuatu objek tersebut,
sehingga jawaban aliran idealisme tentu tidak sama dengan
jawaban alir an materi alisme dalam memaham i suatu objek
itu baik atau tidak baik.
Kedua, kosmologi. Kosmologi adalah salah satu cabang
metafisika yang mengkaji tentang segala sesuatu dalam
kehidupan ini sebagai sesuatu yang ada dan yang teratur.
Kosmologi membicarakan tentang ruang (tempat), waktu
(hari, bulan dan tahun) dan gerakan (perubahan kehidupan
atau dinamika hidup). Menurut Plato, bahwa dalam
kehidupan ini ada yang tetap dan ada yang tidak tetap, ataubergerak dan terus bergerak. Aspek yang tetap adalah yang
pokok atau mendasar. Sedangkan yang bergerak atau
berevolusi tergantung kepada yang tetap. Menurut
kosmologi, bahwa aspek yang bergerak adalah bayangan
dari yang tetap. Aspek yang tetap oleh Plato disebut sebagai
8/19/2019 Ardi Yanto_ Kajian Filsafat
11/39
3/3/2016 Ardi Yanto: Kajian Filsafat
http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html 11/39
’idea’.
Ketiga. teologi. Menurut para ahli, makna teologi mempunyai
jangkauan pengertian yang sangat luas, dan mempunyai
pengaruh kuat terhadap pola pemikiran ummat manusia
sepanjang sejarah kehidupan dalam memaknai hakikat hidup
(Hanafi, H., 2004; Sudiarja, dkk. 2006). Teologi dalam
perspektif filsafat metafisika adalah ‘Filsafat Ketuhanan’.
Teologi dalam lingkup filsafat metafisika mempunyai
pengaruh penting terhadap perkembangan pemikiran filsafat.
Pemikiran teologis hakikatnya telah ada sejak jaman Yunanikuno (walaupun wujud pemikirannya bersifat animisme atau
dinamisme). Pola pemikiran teologis semakin menonjol
dengan hadirnya para filosof Kristen misalnya Thoma
Aquinas dan sebagainya. Pada jaman pencerahan
(aufklarung) dan renaissance pola pemikiran teologis tetap
berkembang, dan tetap eksis sampai sekarang. Numun di era
aufklarung dan renaissance peran atau eksistensi agama
dalam proses kehidupan di masyarakat mendapat serangan
dari kaum positivis atau rasionalis.
Berikut ini akan disinggung secara sekilas tentang eksistensi
atau keberadaan agama bagi kehidupan manusia. Ada
beberapa argumentasi filosofis tentang adanya Tuhan,
misalnya: (a) Argumentasi filosofis-kosmologis; (b)
Argumentasi filosofis teleologis; dan (c) Argumentasi
filosofis-ontologis (yaitu argumentasi berdasarkan pada
logika semata-mata). Berikut ini dikemukakan beberapa
argumentasi filosofis-ontologis tentang adanya Tuhan, antara
lain:
1. Argumentasi ontologis yang dikemukakan oleh Plato (428-
348 SM), dengan ‘teori ideanya’, yaitu: (a) setiap yang ada di
alam ini ada ‘ideanya’; (b) ‘idea’ adalah definisi atau konsep
yang berlaku universal dari setiap sesuatu, contoh. Manusia
mempunyai idea tentang manusia (mahluk berpikir); kuda
mempunyai idea tentang kuda (idea itu bersifat universal,
artinya berlaku pada manusia atau kuda dimanapun); (c)
‘idea’ ini menjadi dasar wujud sesuatu. ‘Idea-idea’ ini berada
dalam alam idea (di luar alam nyata atau alam yang
nampak). Benda-benda di alam yang nampak itu hanyalah
bayangan dari ‘idea’; dan (d) ‘idea-idea’ yang ada di alam ini
bukan bercerai berai, tetapi saling berhubungan (suatu
sistem). Keterkaitan antar ‘idea’ tersebut karena adanya
‘idea tertinggi’ yang disebut ‘Idea Kebaikan’ (the Absolut
Good), dan Yang Mutlak Baik inilah disebut ‘Tuhan’.
2. Argumentasi ontologis yang dikemukakan oleh St.
Augustine (354-430 M), dengan ‘teori kebenaran’, yaitu: (a)
manusia dalam hidup banyak dipengaruhi oleh pengalamanmasa lalu, dan pengalaman tersebut sebagai sarana
memperoleh kebenaran; (b) setiap manusia memperoleh
kebenaran tentang sesuatu, selalu diikuti keraguan dan
anggapan ‘masih ada kekurangan’ dari apa yang dianggap
benar; dan (c) akal manusia meyakini akan adanya
kebenaran di atas kebenaran karya pikiran manusia.
Kebenaran di atas kebenaran pikiran manusia tersebut
sifatnya abadi, mutlak, absolut dan hal inilah yang disebut
Tuhan (Nasution, 1975; Hanafi, H., 2004).
Argumentasi lain terhadap pengakuan adanya eksistensi
Tuhan ditinjau dari ilmu pengetahuan (science) sebagaimana
yang telah dijelaskan oleh Quamar, J. (1972) antara lain:
1. Banyak ilmuwan dunia yang tidak mengakui Tuhan, karena
Tuhan tidak bisa dilihat atau digambarkan secara materi,
Ilmuwan tersebut contohnya adalah Bertrand Russel (filosof
Inggris) dalam bukunya Education and the Social Order.
8/19/2019 Ardi Yanto_ Kajian Filsafat
12/39
3/3/2016 Ardi Yanto: Kajian Filsafat
http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html 12/39
Pandangan ini sangat lemah, karena ‘sesuatu yang tidak bisa
digambarkan secara materi bukan berarti sesuatu itu tidak
ada’. Contoh, Elektron tidak dapat digambarkan secara
materi. Para spesialis di bidang ini tidak terlalu berharap
untuk bisa melihat elektron, sebab yang penting elektron
bisa dipahami melalui akibat-akibatnya. Demikian juga
tentang Tuhan, seorang intelektual tidak bisa mengatakan
bahwa Tuhan tidak ada hanya karena Tuhan tidak bisa
digambarkan secara materi atau tidak bisa dilihat oleh kasat
mata. Jadi, Tuhan itu wajib ada walaupun tidak bisa
digambarkan secara materi, dan keberadaan Tuhan bisadirasakan bagi kehidupan manusia di jagad raya ini.
2. Hipotesis ‘alam semesta rasional’. Maksud dari ‘alam
semesta rasional’ adalah ‘bahwa hukum alam yang
diramalkan sebelumnya akan ditemukan melalui eksperimen
dan observasi ilmiah’. Menurut Milne sains empiris, seperti
geometri, dinamika dan gravitasi menjadi rasional karena
alam semesta ini sendiri rasional dan diciptakan oleh
pencipta yang Maha Rasional, dan itulah Tuhan. Jadi, ‘apabila
alam semesta ini rasional pastilah penciptanya juga rasional.
Dengan kata lain Tuhan ada dan rasional dengan
konsekwensi bahwa hukum alam mempunyai asal mula yang
rasional’.
3. Science yang sangat dikagumi oleh para ilmuwan atau
para rasionalis, sampai kapanpun tingkat kemajuan ilmu
pengetahuan (science), tetap tidak akan bisa membuat
jembatan antara objek-objek berjiwa dan tak berjiwa. Para
rasionalis tidak akan berhasil menjembatani jurang pemisah
antara elektron di pihak yang satu dengan atom dan molekul
di pihak lainnya. Memahami eksistensi Tuhan hanya dengan
mengandalkan rasionalitas tidak akan pernah bisa karena
essensinya sangat berbeda. Jadi, apabila manusia betul-betul
mempelajari dan merenungkan fenomena kehidupan dan
terutama tentang manusia itu sendiri, maka mau tidak mau
manusia akan mengakui eksistensi Tuhan.
Ada langkah atau strategi lain yang dapat dilakukan manusia
dalam upaya menemukan atau menyakini ‘eksistensi Tuhan’,
yaitu melalui ‘proses perenungan diri terdalam’. Proses
perenungan terdalam ini dapat dilakukan antara lain:
1, Kuasai ilmu pengetahuan alam dengan sungguh-sungguh
dan renungkan dengan hati-pikiran yang jernih tentang
hakikat penciptaan planet, galaksi dan apa saja di jagat raya
ini. Munculkan pertanyaan dan renungan terdalam, tentang
fenomena jagat raya dengan segala isinya yang berjalan
sangat teratur, tertib di garisnya (orbitnya), apakah itu
semua muncul dengan sendirinya ataukah ada tangan
kekuasaan manusia yang mengaturnya?, ataukah ada tangankekuasaan Yang Maha Kuasa mengaturnya?. Ketika
memahami fenomena alam dengan instrumen kemajuan
science dengan hati-pikiran yang jernih untuk memahami
hakikat dibalik fenomena alam tersebut, pastilah pikiran dan
hati akan terbimbing untuk ‘mengakui eksistensi kekuasaan
di luar kedahsyatan alam ini yaitu Tuhan’.
1. Renungkan dengan hati-pikiran yang jernih tentang
‘hakikat tubuh manusia atau diri sendiri ’. Misalny a: (a)
renungkan tentang hakikat kerja syaraf dalam tubuh manusia
yang berjumlah milyaran, sangat rumit dan menjalin
kesatuan sistem (sangat padu); (b) renungkan hakikat cara
kerja potensi indra manusia dalam merespon aneka kejadiandalam hidup; (c) renungkan hakikat makna jiwa dan pikiran
(cipta, rasa dan karsa) manusia yang tidak pernah lelah
dalam menerawang jauh untuk memikirkan dan mengkaitkan
akan segala pengalaman hidup lampu dan sekarang serta
memprediksi masa depannya; dan sebagainya. Ketika
8/19/2019 Ardi Yanto_ Kajian Filsafat
13/39
3/3/2016 Ardi Yanto: Kajian Filsafat
http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html 13/39
manusia secara jujur sanggup melakukan proses perenungan
terdalam terhadap hakikat segala ciptaan di jagat raya ini,
termasuk kompleksitas dan dinamiknya cara kerja psikhologi
manusia, maka manusia akan mengakui keberadaan ‘Maha
Pencipta yaitu Tuhan’, sebab semua keberadaan jagat raya
dengan segala isinya yang serba teratur ini tidak mungkin
tanpa ada ‘Sang Pengatur’ yang disebut Tuhan (Nasution,
1975; Ghulsyani, M. 1986).
1. Metode Kefilsafatan
Menurut Stephen C. Pepper, dalam Sumaryono (1999),
metode filsafat bukanlah metode ‘ketergantungan’ atau
‘kepastian’, melai nkan lebih merupakan ‘metode hipotesis’.
Pepper menyebut metode filsafat yaitu ‘hipotesis filsafat’
sebagai ‘hipotesis dunia’, yaitu ‘hipotesis yang sama sekali
tidak mempunyai batas, dan yang memperhitungkan semua
kenyataan atau evidensi. Hipotesis dunia mencakup semua
hal, baik yang khusus atau yang abstrak sejauh hal itu
mungkin ada. Jadi, hipotesis filsafat (metode filsafat)
berbeda dengan hipotesis ilmiah (bersifat spesifik, pasti, dan
harus bisa teruji secara empirik). Hipotesis filsafat bersifat
spekulatif, mendalam dan komprehensif (hakikat sesuatu).
Terdapat banyak definisi tentang metode filsafat, namun
berikut ini penulis dapat mengemukakan pengertian yang
cukup sederhana tentang metode filsafat, yaitu ‘cara kerja
filsafat dalam memahami hakikat terdalam tentang segala
sesuatu dalam hidup ini’. Menurut para ahli tidak ada metode
tunggal yang dianggap paling benar dan berlaku secara
universal dalam memahami filsafat atau hakikat terdalam
tentang segala sesuatu dalam hidup ini. Setiap metode
filsafat yang dikembangkan oleh filosof pada dasarnya
sangat dipengaruhi oleh sudut pandang tertentu dan kondisi
jaman atau waktu dan tempat (lingkungan geografi s), serta
latar belakang kehidupan sosial budaya atau politik, ekonomi
yang dialaminya.
Ada beberapa macam metode filsafat, antara lain: (a)
metode kritis; (b) metode empiris; (c) metode intuisi; (d)
metode skolastik; (e) metode rasional; (f) metode
eksperimental; (g) metode kritis transendental; (h) metode
dialektika; (i) metode fenomenologi; dan (j) metode
hermeneutik (Bakker, A., 1984; Sumaryono, 1999). Berikut
ini diuraikan pokok-pokok pikiran dari beberapa metode
filsafat tersebut secara singkat untuk membekali para
pembaca dalam melakukan kajian filsafat lebih lanjut pada
sumber-sumber ilmiah.
1) Metode kritis
Metode kritis. Tokoh utama metode kritis adalah Sokrates
(470-399 SM) dan muridnya yaitu Plato (427-347 SM).
Beberapa pokok pikiran ‘metode kritis’ Sokrates antara lain:
1. Metode kritis merupakan analisis istilah dan pendapat
dalam proses dialog dalam kehidupan sehari-hari, baik
menyangkut fenomena sosial atau fenomena alam.
2. Metode kritis merupakan hermeneutika, yang menjelaskan
keyakinan, dan memperlihatkan pertentangan dalam dialog.
Dengan jalan bertanya atau berdialog secara kritis,
seseorang dapat membedakan, membersihkan, menyisihkandan menolak sesuatu dan akhirnya ditemukan hakikat dari
sesuatu.
3. Disebut metode kritis karena manusia dituntut untuk terus
mempertanyatakan (mengkritisi) segala sesuatu yang
disaksikan, dirasakan dengan bertanya dan berdialog antar
8/19/2019 Ardi Yanto_ Kajian Filsafat
14/39
3/3/2016 Ardi Yanto: Kajian Filsafat
http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html 14/39
individu dalam proses kehidupannya.
4. Sokrates, mengajarkan agar manusia selalu mengajukan
pertanyaan baru tentang segala sesuatu, ketika muncul
jawaban dari pertanyaan tersebut, maka harus terus
dimunculkan pertanyaan lagi dari jawaban yang ada (proses
dialektika), demikian seterusnya. Jadi, dialektika itu menjadi
suatu pemeriksaan teliti, semacam cross examination,
dengan membandingkan jawaban dalam dialog.
5. Menurut Sokrates, dengan terus menanyakan,
membandingkan, menyisihkan, dan menolak informasi atau
data yang tidak relevan, seseorang akan membuat rumusan,definisi dan generalisasi. Seseorang akan memperoleh
pengertian (definisi) sejati tentang hakikat kenyataan.
6. Bagi Sokrates, hakikat ‘kebijaksanaan’ adalah
kesanggupan seseorang terus bertanya dan berdialog untuk
membuka hati-pikiran agar tetap mampu menerima
pengetahuan sejati, yaitu pengetahuan mengenai kebaikan
susila atau ‘kebijaksanaan’ (sophrosyne). Kebijaksanaan itu
bukan diperoleh melalui hapalan dari diktat, melainkan
melalui proses pencarian pribadi dan pengalaman pribadi.
Oleh karena itu manusia menjadi angry with himself and
gentle to others.
Sedangkan beberapa pokok pikiran ‘metode kritis’ dari filosof
Plato antara lain:
1.
1. Metode filosofis paling utama adalah dialog, dan
kemampuan berdialog merupakan seni manusiawi yang
paling tinggi. Sebenarnya metode Plato merupakan perluasan
atau penyempurnaan metode kritis gurunya yaitu Sokrates.
2. Plato memperkenalkan dialog-dialog dengan menyebut
‘dialog tengah’ atau ‘metode hipotesis’.
3. Menurut Plato, kebenaran umum (definisi) itu bukan dibuat
dengan cara dialog yang induktif (seperti pendapat
Sokrates), pengertian umum (definisi) itu sudah tersedia di
‘sana’ yaitu di ‘alam idea’.
4. Hakikat esensi itu mempunyai realitas, dan realitas itu di
‘alam idea’ itu. Jadi, kebenaran umum itu bukan dibuat tetapi
sudah ada di alam idea. Sebenarnya baik Plato maupun
gurunya yaitu Sokrates sama-sama mengakui kekuatan akal
(reason) dan kekuatan hati (rasa dan larsa) (Tafsir, A.,
2003).
2) Metode empiris
Metode empiris. Tokoh utama metode empiris adalah
Aristoteles (384 SM). Aristoteles merupakan murid dan
teman Plato, tetapi warna filsafat Aristoteles berbeda denganSokrates dan Plato. Aristoteles lebih sistematis dan sangat
dipengaruhi oleh metode empiris, dia dikenal sebagai Bapak
logika, dan logika Aristoteles sering disebut logika formal.
Beberapa pokok pikiran Aristoteles antara lain:
a. Prinsip-prinsip ajaran Aristoteles menyangkut banyak
aspek, yaitu prinsip-prinsip sains, politik, retorika, dan
dialektika.
b. Aristoteles sangat tertarik kepada natural sciences (ilmu-
ilmu alam), oleh karena itu ia mementingkan observasi
ilmiah (metode empiris).
c. Bagi Aristoteles, manusia dapat mencapai kebenaran
ilmiah. Setiap objek terdiri atas matter dan form, keduanya
bisa bersatu (hal ini yang membedakan dengan Plato, yang
menganggap matter dan form tidak bisa bersatu). Matter itu
potentiality atau potensial (memberikan substansi sesuatu),
8/19/2019 Ardi Yanto_ Kajian Filsafat
15/39
3/3/2016 Ardi Yanto: Kajian Filsafat
http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html 15/39
sedangkan form itu aktualitas (memberikan
pembungkusnya). Tetapi ada substansi yang ‘murni form’
tanpa potentiality (tanpa matter) yaitu Tuhan. Menurut
Aristoteles bukti adanya Tuhan adalah ‘Tuhan sebagai
penyebab gerak’ (a first cause of movement). Eksistensi
Tuhan dapat dicapai dengan akal. Jadi, Aristoteles filosof
yang mampu mengakhiri pertentangan antara akal dan hati
(iman). Kekuasaan akal mulai dibatasi, ada kebenaran yang
umum. Tidak semua kebenaran itu relatif. Sains dapat
dipegang sebagian dan diperselisihkan sebagian.
d. Metode empiris Aristoletes telah meletakkan dasar-dasar
sains dan logika formal atau logika deduktif (Tafsir, A.
2003). Baca kembali tentang logika formal pada bab
sebelumnya. Metode empiris inilah yang nantinya
menghasilkan aliran atau paham empirisme dalam filsafat.
3) Metode intuisi
Metode intuisi. Tokoh utama metode intuisi atau intuitif
adalah Plotinos (204-270) dan Henri Bergson (1859-1941).
Sedangkan pokok-pokok pikiran Plotinos tentang mentode
intuisi antara lain:
1. Pandangan Plotinos pada dasarnya merupakan suatu
kulminasi atau sintesa definitif dari beragam unsur filsafat
Yunani. Plotinos mengaku penganut setia pandangan Plato,
tetapi sebenarnya pandangan Plotinos adalah integrasi dari
filsafat Plato, Aristoteles, Stoa dan Neo-Pythagoreanisme.
2. Metode Plotinos dalam filsafat disebut ‘intuitif’ atau
‘mistik’. Pola pemikir an Plotinos sangat diwarnai oleh kondisi
jaman waktu itu yang banyak dijumpai kelompok-kelompok
kontemplasi atau ‘mistik’. Sikap kontemplasi demikian
meresapi seluruh metode berpikir pada metode intuisi
Plotinos.
3. Plotinos dianggap filosof pertama yang mengajukan teori
penciptaan alam semesta dengan mengajukan ‘teori
emanasi’. Tujuan filsafat menurut Plotinos adalah mencapai
pemahaman mistik, oleh karena itu metode intuisi ada yang
menyamakan dengan metode ‘mistik’.
4. Plotinos termasuk filosof yang menganut realitas idea,
seperti Plato, hanya Plotinos kurang memperhatikan
masalah-masalah sosial seperti Plato. Sistem metafisika
Plotinos ditandai oleh konsep transendens atau mistik
5. Menurut Plotinos, di dalam pikiran manusia terdapat tiga
realitas, yaitu: (1) The One (Yang Esa, yaitu Tuhan). The One
itu tidak dapat didekati melalui penginderaan dan tidak dapat
dipahami melalui pemikiran logis; (2) The Mind atau Nous
(idea-idea). Idea-Idea ini merupakan bentuk asli objek-objek.Kandungan Mind adalah benar-benar kesatuan. Untuk bisa
menghayati Mind manusia harus melalui perenungan
terdalam dalam hidupnya; dan (3) The Soul, yaitu realitas
ketiga dalam filsafat Plotinos. Soul itu mengandung satu jiwa
dunia dan banyak dunia kecil. Jiwa dunia dapat dilihat dalam
dua aspek, yaitu energi di belakang dunia, dan bentuk-
bentuk alam semesta. Jiwa manusia juga mempunyai dua
bentuk, yaitu intelek yang tunduk pada reinkarnasi dan
irasional (moral) (Mangunhardjana, 1997; Tafsir, A. 2003).
Sedangkan Henri Bergson adalah filosof yang tertarik pada
pandangan Plotinos. Sedangkan pokok-pokok pikiran Bergson
tentang metode intuisi antara lain:
1. Semua yang ada dalam kehidupan manusia adalah
berakar pada dorongan hidup I’elan vital, karena pada diri
manusia terdapat ‘vitalitas naluri dan biologis’. Tetapi hal
yang paling kunci adalah ‘vitalitas spiritual’, oleh karena itu
8/19/2019 Ardi Yanto_ Kajian Filsafat
16/39
3/3/2016 Ardi Yanto: Kajian Filsafat
http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html 16/39
filsafat Henri Bergson bersifat spiritualistis.
2. Bergson menyelami kegiatan spiritual intern di dalam
individu kongkrit, dengan cara ilmiah, yaitu cara atau
metode yang dapat dipertanggungjawabkan (tidak seperti
Plotinus yang mistik).
3. Dinamik kosmis hanya dapat dipahami, kalau manusia
menyelam dan membiarkan diri tenggelam dalam arus
kesadaran yang terdalam (tak putus-putus).
4. Intuisi itu bukan saja suatu flash of insight yang mustahil
diekspresikan, melainkan suatu act, merupakan suatu asaha
mental dan konsentrasi pikiran. Pengalaman batiniah ituharus diuraikan oleh akal budi seakan-akan mengerti dari
‘luar’.
5. Untuk mencairkan konsep-konsep dan untuk mengarahkan
‘visi’ dan ‘intuisi’ Bergson menggunakan banyak simbol.
Simbol-simol itu tidak mematikan gerak. Simbol itu
mempunyai dua peranan, yaitu: (1) simbol itu menampakkan
realitas tersembunyi; dan (2) simbol-simbol yang
mempunyai peran sebaliknya. Metode Bergson bukan anti-
intelektual, tetapi supra-intelektual (Bakker, A., 1984).
4) Metode skolastik
Metode skolastik. Filsafat skolastik terutama dikembangkan
dalam sekolah-sekolah biara dan keuskupan. Diantara ciri
utama metode filsafat skolastik antara lain: (1) filsafat
menjadi bagian integral dalam teologi; (2) para filosof utama
yang mengajarkan integrasi filsafat dengan agama adalah
para imam dan biarawan; dan (3) mementingkan otonomi
atau mendasarkan akal budi manusia dan mengkaji hakikat
kehadiran manusia di dunia. Meskipun filsafat skolastik
menyatukan antara filsafat dengan teologi, dia tidak sama
dengan pandangan-pandangan sebelumnya tentang eksistensi
Tuhan. Filsafat skolastik dengan tokoh utamanya Thomas
Aquinas menjelaskan eksistensi Tuhan secara rasional,
sedangkan pandangan teologi sebelumnya dalam
menjelaskan eksistensi Tuhan banyak diwarnai oleh
pemikiran mistik atau tidak rasional (Bakker, A., 1984).
Pokok-pokok pikiran dari filosof Thomas Aquinas (1225-1274)
antara lain:
1. Hanya ada dua kekuatan yang menggerakkan dinamika
perubahan dunia, yaitu agama dan filsafat. Keduanya
mempunyai hubungan yang sangat erat. Tuhan bagi Aquinas
adalah Awal dan Akhir segala kebajikan.
2. Hakikat alam semesta ini adalah terdiri dari lima realitas
kelas, yaitu: realitas anorganis, realitas animal, realitas
manusia, realitas malaikat, dan realitas Tuhan. Dan semuarealitas tersebut berpusat atau dibimbing oleh realitas Tuhan.
3. Filsafat Aquinas mendasarkan kepada eksistensi Tuhan,
tetapi pandangannya tentang eksisitensi Tuhan berbeda
dengan teolog sebelumnya. Menurut Aquinas eksistensi
Tuhan dapat dibuktikan dengan akal (rasional).
Ada empat dalil yang memperkuat pendapat Aquinas di atas,
yaitu: (1) hakikat segala sesuatu di alam ini bergerak, dan
sejatinya penggerak itu bukan benda yang bergerak, tetapi
ada Sang Penggerak Tunggal itulah Tuhan; (2) di dunia
indrawi manusia terbukti ada sebab yang mencukupi
(efficient cause) (misalnya kebutuhan indra mata, dan
sebagainya). Secara rasional tidak ada sesuatu yangmempunyai sebab pada dirinya sendiri. Jadi, ada Sumber
Penyebab itulah Tuhan; (3) logika kemungkinan dan
keharusan (possibility and necessity). Di dunia ini hakikat
segala sesuatu itu bisa mungkin ada (possibility) dan harus
ada (necessity). Penyebab yang harus ada itulah Tuhan; dan
8/19/2019 Ardi Yanto_ Kajian Filsafat
17/39
3/3/2016 Ardi Yanto: Kajian Filsafat
http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html 17/39
(4) tentang hukum keteraturan alam. Manusia menyaksikan
benda planet dalam sistem tata surya dan benda-benda di
alam ini bergerak dalam hukum keteraturan, padahal benda-
benda tersebut tidak mempunyai akal atau pengetahuan
untuk bergerak menuju keteraturan. Hal ini tentu
membuktikan adanya Sang Pengatur Tunggal itulah Tuhan.
d. Pandangan Aquinas tentang Jiwa (intuisi), yaitu: (1)
manusia terdiri dari jiwa dan raga. Raga menghadirkan
matter (potensial) sedangkan jiwa menghadirkan form
(aktualitas atau prinsip-prinsip hidup yang aktual); (2) jiwaadalah kapasitas intelektual (pikir) dan kegiatan vital
kejiwaan lainnya. Manusia adalah makhluk berakal. Jiwa
mempunyai kedudukan lebih tinggi dari raga, sehingga jiwa
harus membimbing raga (fisik). Jiwa rasional merupakan
manifestasi kehidupan tertinggi; (3) jiwa manusia dibagi
menjadi tiga kemampuan, yaitu: kemampuan mengindera
(sensation), kemampuan pikir (reason), dan kemampuan
nafsu (appetite), ketiganya menyatu dalam diri manusia.
(Tafsir, A. 2003). Jiwa tersebut merupakan anugerah Tuhan,
yang membedakan manusia dengan mahluk lain.
5) Metode rasional
Metode rasional. Tokoh utama metode geometris atau
rasional modern adalah Rene Descartes (1596-1650), dia
adalah pendiri pemikiran modern atau tokoh besar dalam
filsafat rasionalisme, atau disebut sebagai ‘Bapak’ filsafat
modern. Descartes menyadari adanya jurang antara filsafat
Aristoteles dengan orientasi ilmiah baru. Beberapa pokok
pikiran Descartes antara lain:
1. Akal (reason) adalah alat paling dasar dalam memperoleh
pengetahuan (science) dan menguji science serta untuk
berpikir filsafat secara rasional. Sedangkan alat reason
dalam berpikir adalah kaidah-kaidah logis (logika).
2. Rasionalisme dalam filsafat adalah sangat berguna
sebagai teori pengetahuan (science). Rasionalisme
berpendapat bahwa pengetahuan itu datang dari penemuan
akal atau berpikir logis (logika) (rasionalisme lawan dari
empirisme, yang menganggap pengetahuan berasal dari
pengalaman-pengalaman nyata, bukan dari logika). Jadi,
dasar filsafat haruslah rasio (akal).
3. Menurut Descartes, basis (dasar) bagi filsafat itu bukan
filsafat Sokrates-Plato (Filsafat Yunani kuno atau Ancient
philosophy), bukan filsafat abad pertengahan (middle ages
philosophy), dan bukan filsafat agama (religious philosophy),
tetapi pondasi filsafat adalah ‘aku yang berpikir’. Jadi, ketika
saya berpikir adalah saya ada atau benar-benar ada.4. Descartes membangun kerangka berpikir dari ‘keraguan’
terhadap sesuatu, dari ‘keraguan’ terus berpikir logis menuju
ke ‘kepastian’ untuk menemukan ‘keyakinan’ yang berada di
balik keraguan itu, ketika keyakinan itu begitu jelas dan pasti
(clear and distinct) akhirnya diperoleh ‘keyakinan yang
sempurna, yang disebut truths of reason. Jadi, akal (reason)
itulah basis (dasar) yang terpenting dalam berfilsafat.
Filsafat Descartes ini disebut filsafat modern (modern
philosophy). Tokoh atau filosof lain yang mendukung
Descartes adalah Spinoza (1632-1677), Leibniz (1646-1716),
dan Hobbes (Peursen,C.A. 1980; Tafsir, A. 2003). Metode
rasional inilah yang nantinya menghasilkan aliran atau
paham rasionalisme dalam studi filsafat.
6) Metode eksperimental
Metode eksperimental. Tokoh metode eksperimental adalah
David Hume ((1711-1776). Sedangkan pokok-pokok pikiran
8/19/2019 Ardi Yanto_ Kajian Filsafat
18/39
3/3/2016 Ardi Yanto: Kajian Filsafat
http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html 18/39
Hume tentang pandangan eksperimentalnya antara lain:
1. Semua ilmu berhubungan dengan hakekat manusia.
Semua pengertian dan kepastian berasal dari observasi
tingkah laku dan introspeksi tentang proses-proses
psikologis.
2. Sikap objektif tanpa prasangka merupakan syarat mutlak
bagi sikap ilmiah yang benar, untuk mencapai hal itu
manusia harus menggunakan ‘skeptis secara metodis’, yaitu
dengan cara menangguhkan segala pendapat tentang sesuatu
dengan mengajukan pertanyaan terlebih dahulu atausanggahan (kontra) terhadap pendapat terdahulu. Hal ini
memunculkan paham skeptisisme.
3. Ada dua macam penalaran yang berkaitan dengan lingkup
kajian dan pengertian ilmiah, yaitu: (1) pemikiran abstrak
tentang kuantitas (angka); dan (2) pemikiran eksperimental
mengenai fakta dan eksistensi. Selain dari kedua pemikiran
tersebut dianggap tidak ilmiah. Satu-satunya sumber bagi
segala pengertian filosofis adalah ‘pengalaman inderawi’.
4. Aspek progresif dalam metode Hume adalah bergerak dari
yang sederhana menuju yang kompleks (sintesa), disisi lain
metode Hume juga bergerak dari pengalaman menuju ke
pengertian (induksi ala geometri). Pengalaman-pengalaman
itu membentuk suatu ‘impresi’ (kesan umum), dari impresi
itu dibentuk ide yang sederhana, contoh, impresi sederhana
tentang warna merah akan menghasilkan ide sederhana
tentang warna merah, contoh impresi kompleks tentang
‘metropolis’ akan menghasilk an ide yang kompleks tentang
metropolis. Jadi, impresi dan ide itu menyatu dalam
imajinasi.
5. Ide-ide yang sah adalah yang dibentuk melalui jalan
perbandingan dan kombinasi antar ide, yang umumnya
disebut ‘ide-ide umum abstrak’.
6. Meskipun ide-ide tadi telah dilakukan perbandingan dan
kombinasi, manusia harus tetap mempertanyakan apakah ide
tersebut bisa dipertanggungjawabkan. Apakah ide-ide
kompleks itu ada kesesuaian dengan ide-ide primer (ide
sederhana) yang mengkonstituirnya. Menurut Hume, banyak
suatu yang menjadi keyakinan seseorang tetapi tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya (Bakker, A. 1984).
7) Metode kritisisme
Metode kritisisme (kritis transendental). Tokoh utama
metode kritis atau aliran kritisisme adalah Immanuel Kant
(1724-1804), dia menilai bahwa abad ke 18 di Jerman
mengalami masa atau era ‘Aufklarung’ atau jaman
pencerahan. Beberapa pokok pikiran Immanuel Kant tentang
metode kritis atau aliran kritisisme antara lain:
1. Kritisisme melakukan penyelidikan tentang batas-batas
kemampuan rasio sebagai sumber ilmu pengetahuan. Jadi,
kritisisme berbeda dengan filsafat rasionalisme sebelumnya
yang mengakui kemampuan rasio secara mutlak.
2. Kritisisme Kant memandang bahwa: (1) objek pengenalan
itu berpusat pada subjek dan bukan pada objek semata
(subjek dan objek); (2) kemampuan rasio manusia itu
terbatas untuk mengetahui realitas atau hakikat realitas atau
sesuatu, rasio hanya mampu menjangkau gejala atau
fenomena dari realitas; (3) pengenalan manusia atas sesuatu
itu diperoleh dari perpaduan antara apriori (berasal dari
rasio dan kondisi objektif ruang dan waktu) dan aposteriori(berasal dari pengalaman yang berupa materi dan bersifat
subjektif).
3. Tujuan kritisisme Kant adalah memugar sifat objektivisme
dunia ilmu pengetahuan yang bersumber dari rasionalisme;
dan memugar sifat subjektivisme dunia ilmu pengetahuan
8/19/2019 Ardi Yanto_ Kajian Filsafat
19/39
3/3/2016 Ardi Yanto: Kajian Filsafat
http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html 19/39
yang berumber dari empirisme. Oleh karena itu bagi Kant,
syarat dasar bagi semua ilmu pengetahuan adalah dua hal
yaitu: (1) bersifat umum, mutlak, objektif; dan (2) memberi
pengetahuan yang baru berdasarkan realitas empiris. Jadi,
objektivisme (rasionalisme) dan subjektivisme (empirisme)
adalah dua sisi yang saling mengisi dalam pengembangan
ilmu pengetahuan.
4. Kritisisme Kant, mencoba mendamaikan antara
rasionalisme (apriori) dengan empirisme (aposteriori).
Kritisisme Kant berusaha menjelaskan bahwa pengalaman
manusia merupakan sintesa dari unsur apriori dengan unsuraposteriori, keduanya saling mengisi dan saling memberi
makna kehidupan.
5. Tentang peran atau tugas ‘akal budi’ menurut Kant adalah
menciptakan putusan-putusan, oleh karena itu pengenalan
akal budi adalah hasil sintesa dari ‘bentuk’ atau kategori
(apriori) dan ‘materi’ (aposteriori atau data-data inderawi).
6. Taraf rasio bagi Kant adalah, bahwa rasio membentuk
argumentasi-argumentasi yang dibimbing oleh tiga ide,
yaitu: jiwa, dunia, dan Allah. Ide bagi Kant adalah ‘suatu
cita-cita yang menjamin adanya kesatuan terakhir dalam
bidang: (1) gejala-gejala psikis (jiwa); (2) kejadian-kejadian
jasmani (dunia); dan (3) gejala-gejala hakikat Ada (Allah/
Tuhan)’. Menurut Kant, apa yang tidak dapat ditemui atas
dasar rasio teoritis (apriori) harus diandaikan atas dasar
rasio praktis (aposteriori). Tetapi tentang kebebasan
kehendak, immoralitas jiwa dan adanya Tuhan menurut Kant
manusia tidak mempunyai pengetahuan teoritis.
7. Kant berkesimpulan, bahwa kenyataan itu lebih luas
daripada apa yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah oleh manusia, dan Kant berusaha membangun
metafisika baru. Metafisika baru itu berdasarkan perpaduan
keberadaan objektivisme atau rasionalisme dengan
keberadaan subjektivisme (empirisme) yang tidak saling
menafikan, tetapi saling mengisi dan menyempurnakan
dalam memahami hakikat suatu fenomena (Bakker, 1984;
Praja.J.S.,2005).
8) Metode dialektika
Metode dialektika, tokoh utama metode atau aliran dialektika
adalah George Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831).
Beberapa pokok pikiran filsafat Hegel tentang metode
dialektika antara lain:
a. Tentang Budi, ‘Budi’ memegang peran penting dalam
proses sejarah kehidupan. Budi itu aktif dalam dua bidang,
yaitu: (1) sebagai ‘roh objektif’, maka budi menguasai hal-
hal dalam realitas objektif, yang bersifat tertib, teraturmengikuti hukum alam (unsur apriori), memberi bentuk yang
jelas; dan (2) sebagai ‘roh subjektif’, maka potensi budi
berperan untuk mengusai dirinya dan dapat mencari jalan di
tengah-tengah kenyataan, memberi isi. Atau roh subjektif itu
berkaitan dengan akal budi subjek yang tahu (unsur
aposteriori).
Menurut Hegel, bahwa identifikasi antara ‘roh objektif’ dan
‘roh subjektif’ berlangsung terus menerus (suatu proses
sejarah). Jadi, proses sejarah kehidupan mengandung dua
aspek (roh objektif dan roh subjektif), keduanya saling
koeksistensi, tindih-menindih, saling mencerminkan, saling
berjumpa dalam sintesa tertinggi yang disebut ‘Roh Mutlak’,ketika roh mutlak tercapai maka sejarahpun tamat. Menurut
Hegel, sejarah merupakan suatu gerak menuju sebuah tujuan
yang bersifat teleologis. Dalam filsafat Hegel, unsur formal
(objektif atau apriori) hampir tidak dapat dipisahkan dari
unsur material (subjektif atau aposteriori) (Ankersmit. 1987).
8/19/2019 Ardi Yanto_ Kajian Filsafat
20/39
3/3/2016 Ardi Yanto: Kajian Filsafat
http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html 20/39
b. Tentang Dialektika. Menurut Hegel, dialektika adalah
‘susunan logis yang menunjukkan bagaimana dalam
perkembangan proses sejarah itu identifikasi diri Roh atau
‘Budi terjadi’. Dasar dialekti ka Hegel adalah ‘penyangkalan
setiap penegasan’. Bagi Hegel, setiap konsep menimbulkan
konsep yang berlawanan, atau setiap pengertian seolah-olah
tercermin dalam lawannya. Jadi, dialektika Hegel selalu
secara positif berbicara mengenai negasi atau penyangkalan.
Contoh dialektika Hegel: pria bukan wanita; absolut bukan
relatif; makhluk (ciptaan) bukan khalik (pencipta); baikbukan buruk; ide bukan alam (materi); beragam bukan satu;
universal bukan singular; aktif bukan pasif, dan seterusnya.
Bagi Hegel, kontradiksi merupakan ‘motor’ dialektika. Pola
berpikir kontradiksi (dialektika) merupakan jalan utama atau
tahap mutlak yang harus dialami untuk mencapai kebenaran.
Kontradiksi (dialektika) itu benar-benar nyata, tetapi
kontradiksi itu bukan menurut arti logika formal semata,
kontradiksi itu menandakan kekuranglengkapan konseptual,
dan ditemukan terutama di kategori-kategori rendah (realitas
kongkrit). Jadi, metode Hegel adalah dialektika antara
konsep murni (apriori atau formal) dan fakta kongkrit
(aposteriori atau material) yang menyatu dalam sintesis
(Bakker, A., 1984).
c. Hegel termasuk seorang filosof yang menganut aliran
idealisme. Bagi Hegel kenyataan identik dengan pikiran
seseorang tentang kenyataan itu. Namun perlu dipahami
pandangan Hegel tentang idealisme, bahwa ‘idealisme bukan
menjadi titik tolak atau dasar utama dari segala sesuatu,
melainkan hasil atau tugas yang diberikan oleh pikiran
(rasional) manusia’. Idealisme menurut Hegel akan mencapai
perwujudannya yang paripurna ketika Roh Subjektif dan Roh
Objektif melaksanakan identifikasi diri secara timbal balik
(saling mengisi) di dalam Roh Mutlak. Proses saling mengisi
antara Roh Subjektif dan Roh Objektif adalah merupakan
proses sejarah (proses kehidupan), adapun sifat dari proses
sejarah tersebut adalah dialektis (Ankersmit. 1987).
9) Metode fenomenologi
Metode fenomenologi. Tokoh metode atau aliran
fenomenologi adalah Edmund Husserl (1859-1938). Beberapa
pokok pikiran Husserl tentang fenomenologi antara lain:
1. Husserl menolak sikap ‘scientisme’, yang menghadapi
fenomena hidup (gejala kehidupan) dengan menggunakan
metode eksakta (kuantitatif). Bagi Husserl, objek pertamabagi filsafat bukan dari ‘pengertian hasil rasionalistik’ tentang
kenyataan, tetapi dari kenyataan itu sendiri.
2. Menurut Husserl, dunia sekitar manusia itu ‘berada’,
adalah tergantung oleh proses terjadinya hubungan ‘antar
subjektivitas transendental’ dalam komunitas antar individu
yang ada dalam komunitas tersebut.
3. Metode Husserl disebut metode fenomenologi, dengan
beberapa ciri antara lain: (1) titik tolak metodenya dalam
objek dan subjek. Untuk mencapai objek pengertian menurut
keasliannya harus dilakukan metode reduksi (pembersihan)
dari unsur-unsur yang tidak nyata, misalnya membersihkan
pengertian tentang sesuatu dari unsur-unsur tradisi, manusia
harus otonom. Jadi, yang dimaksud metode reduksi adalah ‘penundaan segala pengetahuan yang ada tentang objek
sebelum pengamatan intuisi dilakukan berulang-ulang’; (2)
objek penyelidikan adalah ‘fenomena’ atau gejala. Fenomena
itu adalah data dari gejala yang sederhana, tanpa ditambah
hal lain (apa adanya); (3) fenomena alam itu fakta (relasi)
8/19/2019 Ardi Yanto_ Kajian Filsafat
21/39
3/3/2016 Ardi Yanto: Kajian Filsafat
http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html 21/39
yang dapat diterapkan dalam observasi empiris, tetapi
fenomenologi Husserl juga dapat berupa pandangan ‘rohani’,
namun fenomenologi Husserl tidak sama dengan
fenomenologi agama; (4) ‘metode reduksi’ merupakan salah
satu prinsip yang mendasari sikap fenomenologis. Untuk
mengetahui sesuatu, seorang fenomenologis harus bersikap
netral atau otonom (tidak terpengaruh) dari teori atau
pandangan yang telah ada, artinya diberi kesempatan
‘berbicara tentang dirinya sendiri ’.
4. Ada tiga reduksi yang ditempuh untuk mencapai realitas
fenomena dalam pendekatan fenomenologis, yaitu: (1)reduksi fenomenologis, maksudnya adalah apa yang kita
lihat tentang segala sesuatu (misalnya ‘X’) dalam kehidupan
sehari-hari kita yakini sebagai kenyataan. Akan tetapi,
karena yang dituju oleh fenomenologi adalah realitas dalam
arti yang ada diluar dirinya (di balik kenyataan ‘X’ yang
nampak), dan pemahaman dibalik yang nampak hanya dapat
dicapai dengan ‘mengalami secara intuitif’, maka apa yang
kita anggap sebagai realitas dalam pandangan mata itu untuk
sementara harus ‘ditinggalkan’, ‘segala subjektivitas
disingkirkan’, ‘dibebaskan dari teori-teori yang ada’, sehingga
yang muncul dalam kesadaran adalah ‘fenomena itu sendiri’
(hal ini disebut reduksi fenomenologis); (2) reduksi eidetis
(inti sari), maksudnya adalah dengan reduksi eidetis, semua
segi, aspek dan profil dalam fenomena yang hanya kebetulan
dikesampingkan (karena aspek dan profil tersebut tidak
menggambarkan objek secara utuh). Setiap objek adalah
kompleks mengandung aspek dan profil yang tiada terhingga.
Hakikat (realitas) yang dicari dalam reduksi eidetis adalah
struktur dasar yang fundamental dan hakiki. Dalam reduksi
eidetis memberlakukan kriteria kohersi, artinya, pengamatan
yang terus menerus terhadap objek harus bisa dipadukan
dalam suatu horison yang konsisten; dan (3) reduksi
fenomenologi transendental. Reduksi ini tidak lagi mengenai
objek, atau fenomena bukan mengenai hal-hal yang
menampakkan diri kepada kesadaran. Reduksi ini merupakan
pengarahan ke subjek dan mengenai hal-hal yang
menampakkan diri dalam kesadaran. Kesadaran dalam
fenomenologi transendental, bukan kesadaran empiris
(bendawi) lagi, melainkan kesadaran yang bersifat murni
atau transendental, yaitu sebagai ‘subjektivitas’ atau ‘aku
transendental’. Dari reduksi fenomenologi transendental
inilah yang menyebabkan Husserl oleh para ahli
dikategorikan penganut aliran idealisme (Rossides, 1978)
5. Tujuan dari adanya ketiga reduksi tersebut adalah
menemukan bagaimana objek dikonstitusi dengan fenomena
asli dalam kesadaran. Namun para fenomenolog (murid-
murid Husserl) lebih banyak menggunakan reduksi
fenomenologi (tidak menggunakan reduksi fenomenologitransendental).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga
reduksi tersebut memberikan kejelasan bahwa metode
fenomenologi itu menutut ‘manusia tidak begitu saja
menerima pengertian dan rumusan tentang sesuatu hal dari
teori atau pandangan sebelumnya, karena pengertian atau
pemahaman tersebut belum menyentuh hakikat dari apa
yang kita tuju. Pandangan atau pengertian pertama tentang
sesuatu perlu dilanjutkan pada pandangan kedua untuk
menghilangkan tabir yang menghalangi pada pandangan
pertama, pandangan kedua untuk menemukan hakikat objek’.
Metode fenomenologi ini di era sekarang banyak dipakaidalam studi filsafat, sosial budaya, ideologi, dan politik
(Praja, J.S., 2005).
10) Metode hermeneutik
8/19/2019 Ardi Yanto_ Kajian Filsafat
22/39
3/3/2016 Ardi Yanto: Kajian Filsafat
http://ardie182.blogspot.co.id/2009/12/pengantar-kajian-filsafat.html 22/39
Secara etimologis, kata hermeneutik berasal dari bahasa
Yunani ‘hermeneuein’ yang berarti ‘menafsirkan’. Jadi,
metode hermeneutik bisa diartikan sebagai ‘metode
penafsiran atau metode interpretasi’. Tokoh-tokoh dari
metode hermeneutik antara lain Schleiermacher (lahir di
Breslau 1768); Wilhelm Dilthey (lahir di Jerman 1833);
Jurgen Habermas (lahir di Jerman 1929); Paul Ricoeur (lahir
di Perancis 1913); dan Jacques Derrida (lahir di Aljazair
1930), dan sebagainya. Ada beberapa konsep tentang
metode hermeneutik dalam studi filsafat antara lain:
a. Pada hakikatnya semua ilmu-ilmu pengetahuan tentang
kehidupan (life sciences) adalah memerlukan metode
hermeneutik (cara penafsiran atau interpretasi). Karena
setiap pengetahuan selalu bersentuhan dengan pengalaman,
dan setiap pengalaman hidup akan diungkap dengan bahasa,
dan seri
Top Related